Perancangan Desain Motif Batik Berkarakter Kota Surabaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Desain Motif Batik Berkarakter Kota Surabaya"

Transkripsi

1 1 Perancangan Desain Motif Batik Berkarakter Kota Surabaya Terry De Rossa 1 dan Rahmatsyam Lakoro, S. Sn, MT 2 Jurusan Desain Produk Industri 1,2, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan 1,2, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1,2 Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya terry.rossa@gmail.com 1 dan ramok@prodes.its.ac.id 2 Abstrak Perkembangan motif batik merupakan hal yang dilakukan oleh para pengrajin batik dalam industri kecil ataupun menengah. Para pengrajin batik perlu untuk terus mengembangkan jenis-jenis motif batik yang baru sebagai upaya keikutsertaan mereka dalam pasar komoditas. Salah satu upaya pengembangan dapat dilakukan melalui eksplorasi bentuk khas dari masing-masing daerah penghasil batik. Surabaya sebagai salah satu kota industri sekaligus pusat perdagangan yang memiliki peluang untuk menciptakan motif kedaerahan, hal ini telah mendapat respon oleh beberapa pengrajin batik Surabaya. Berawal dari pemikiran ini muncul sebuah gagasan bagaimana menciptakan motif batik yang memamerkan ciri khas kota Surabaya. Untuk mengetahui beberapa aspek perancangan motif batik yang baru dalam penelitian ini, hal ini perlu melakukan serangkaian riset terlebih dahulu antara lain yaitu Aspek pasar dan Aspek desain. Langkah-langkah penelitian meliputi antara lain adalah Observasi ciri khas kota Surabaya, Observasi pola dan pemikiran pengrajin batik Surabaya, Wawancara pihak pemangku keputusan Pemerintah (Disperindag), kesukaan masyarakat terhadap batik khususnya batik khas Surabaya, dan penggalian gagasan verbal menjadi motif batik. Setelah melalui beberapa proses riset, ditemukan empat tema besar ciri khas kota Surabaya yakni Tema perjuangan Surabaya, Tema Bangunan kolonial Surabaya, Tema Kesenian khas Surabaya, dan Tema Makanan khas Surabaya. Pada perancangan ini diajukan 40 motif batik dari tema-tema tersebut. Motif baru ini merupakan projek percontohan untuk pengembangan motif batik baru khas selanjutnya. Namun demikian penelitian ini masih menemukan peluang bagi pengembangan motif di berbagai tema khas kota yang lain. Oleh karenanya, dibutuhkan riset yang lebih mendalam. B Kata Kunci Batik, Surabaya, Motif, Desain. I. PENDAHULUAN ATIK sebagai warisan tradisi budaya yang penting bagi masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia. Batik juga sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia yang telah menjadi sorotan oleh berbagai kalangan baik dalam negeri maupun internasional. Pengakuan yang tertuang kedalam keputusan lembaga UNESCO (Lembaga Internasional Bidang Pendidikan dan Kebudayaan) yang ditetapkan pada tanggal 2 Oktober Landasan keputusan UNESCO dalam menetapkan batik sebagai salah satu kebudayaan yang berkembang di Indonesia yang berkaitan dengan upaya masyarakat Indonesia untuk melestarikan batik. Berbagai upaya promosi penggunaan batik mulai terus dilakukan oleh pemerintah maupun swasta untuk menindak lanjuti pencanangan UNESCO yang bertujuan untuk terus mendukung pelestarian budaya dan secara tidak langsung untuk menyadarkan kepada masyarakat bahwa batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia hingga menjadi salah satu ikon atau identitas budaya Indonesia. Perkembangan motif batik dengan karakter suatu daerah adalah salah satu potensi pengembangan motif batik yang baru (kontemporer) melalui pengembangan motif kedaerahan. Surabaya sebagai kota metropolis kedua tentunya memiliki ciri ke khas an tersendiri yang menjadi pembeda Surabaya dengan kota-kota lain. Oleh karena itu potensi yang dimiliki Surabaya cukup banyak antara lain dalam sisi sejarah kota, bangunan bersejarah, cagar budaya dan kuliner khas kota, cerita sejarah, legenda, maskot kota, dan lain-lain. Potensi kota sebagai ruang pamer menjadikan peluang bagi Surabaya memperkenalkan batik khas kota Surabaya. Beberapa pengrajin batik di kota Surabaya telah berusaha menciptakan beberapa motif yang berkarakter Surabaya, namun saat melakukan wawancara dengan pengrajin ditemukan beberapa kendala saat mengembangkan desain motif batik kedaerahan. Salah satunya adalah terdapat keterbatasan jumlah objek yang akan dijadikan motif utama atau elemen motif yang lain pada batik.kurangnya pula pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan objek kedaerahan yang berkarakter untuk dipergunakan sebagai motif batik. Berdasarkan dengan hasil diskusi dan masukan yang diperoleh dari penggalian data (wawancara) tersebut, peneliti melakukan pra riset untuk menemukan beberapa kemungkinan ikon-ikon kota Surabaya dan menghasilkan tema yang akan dipilih untuk dijadikan desain motif batik baru yang mengangkat tema motif batik kedaerahan berdasarkan keinginan pasar (masyarakat Surabaya). Penggalian data tersebut melalui penyebaran kuesioner yang telah ditujukan kepada responden dengan kriteria : Bertempat tinggal di kota Surabaya, Dewasa (25 tahun-35 tahun), kelas ekonomi menengah, dan tingkat pendidikan minimum lulusan SMA. Melalui kuesioner kepada 100 responden target segmen yang dituju, ditemukan beberapa hasil. Antara lain :

2 2 Gambar. 1. Tema motif batik yang dipilih melalui data riset (kuesioner) dengan 100 responden pada tanggal Maret 2011 di kota Surabaya. Hasil riset menunjukkan sebanyak 42% dari 100 responden memilih tema motif batik perjuangan dan kepahlawanan sebagai tema terbesar yang menjadi tema berciri khas kota Surabaya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut mengarah perancangan ini kepada sebuah identifikasi masalah antara lain dikarenakan salah satu dampak positif dari momentum pencanangan batik ini adalah antusias dan meningkatnya kebutuhan batik, Trend menggenakan batik cukup berdampak diberbagai kalangan, Berkaitan dengan motif batik yang cenderung menggunakan motif batik yang lama perlu dilakukan perubahan gaya desain motif batik yang baru (kontemporer), Surabaya belum memiliki motif batik yang berciri khas kota Surabaya itu sendiri 1. Masalah ini terbatas pada pengembangan desain motif batik dibagi berdasarkan kategori motif utama dan motif isen, di dalam perancangan ini hanya akan menyeleseikan permasalahan yang berhubungan dengan desain yang akan dikaji dengan teori-teori desain komunikasi visual, dan pengembangan motif batik hanya membuat desain motif yang berkarakter kota Surabaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang sebuah desain motif batik berkarakter kota Surabaya dengan menggunakan potensi kota? A. Pengertian Batik II. URAIAN PENELITIAN Batik merupakan salah satu bagian dari Budaya Indonesia. Sejak dulu hingga sekarang kain Batik masih merupakan kain yang mewakili budaya Indonesia. Kain Batik juga telah menjadi kain nasional yang memberikan ciri khusus bagi Indonesia. Sering diketahui pada jaman dulu Batik sebagai pakaian yang dikenakan kerabat keraton dan pantang dipakai rakyat jelata. Beberapa corak hanya boleh dikenakan oleh kalangan tertentu karena memiliki nilai-nilai filosofis dan dipakai dalam upacara-upacara adat. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia jaman dulu. Namun seiring perkembangan jaman dan perubahan waktu batik tidak lagi dikenakan oleh para bangsawan dan kerabat keraton saja, sebagai bentuk rasa cinta budaya dan seni, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Surabaya ingin melestarikan budaya dan seni batik. B. Karakter kota Surabaya Ciri khas kota Surabaya berdasarkan kuesioner yang dipilih oleh 100 responden dan penjelasan dari literatur Surabaya in the book antara lain cerita kepahlawanan 10 Nopember 1945, bangunan bersejarah, Karakter warga kota Surabaya, Pertokoan lama di kota Surabaya, Makanan berciri khas kota Surabaya, dan Kesenian khas Surabaya. Kota Surabaya memiliki banyak potensi yang mampu untuk menggambarkan ciri khas kota. Berdasarkan letak geografis, ekonomi, pendidikan yang telah banyak diketahui oleh masyarakat luar maupun warga kota Surabaya 2. Hal tersebut telah menjadi acuan pengembangan motif pada penelitian ini yaitu Perancangan Desain Motif Batik Berkarakter Kota Surabaya sebagai ikon-ikon yang dapat digunakan sebagai motif batik Surabaya. Hal ini didasari oleh pemilihan yang dilakukan menggunakan kuesioner kepada warga kota Surabaya yang berasal dari Surabaya. Disamping itu munculnya pendapat dari beberapa pengrajin yang telah mencoba membuat motif berkarakter Surabaya namun belum cukup mampu menggambarkan motif kota Surabaya. C. Elemen-elemen batik Elemen-elemen batik meliputi elemen visual, warna dan elemen komposisi. Berikut adalah penjelasannya pada tiap elemen batik. Elemen visual terdiri dari motif utama, motif pendukung dan motif isisan (isen) yang telah diperoleh berdasarkan hasil penggalian data (kuesioner) sebelumnya. Elemen warna terdiri dari susunan dan paduan warna-warna yang serasi yang berciri khas kota Surabaya. Elemen komposisi pada batik dipergunakan pada saat menyusun gambar-gambar ikon kota yang telah dilakukan penyerderhanaan objek sehingga menjadi pola batik yang dapat di implmentasikan dengan teknik mencanting (batik tulis). D. Landasan teori tentang segmentasi pasar : Dewasa Pemilihan target segmentasi ini dilakukan berdasarkan semua jenis kelamin atas antusiasme yang dimiliki khalayak terhadap batik. Penulis menentukan target segmentasi pada dewasa tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan antusiasme khayalak, disamping hal tersebut target ini menggunakan batik lebih besar dibandingkan target segmentasi yang lainnya. Sebagai buktinya adalah diwajibkannya pada hari tertentu target segmentasi mengenakan batik untuk beraktifitas dan menghadiri acara resmi. 1 Wawancara dengan pengrajin batik yang bersangkutan. Arie Widarto dan Leo Arief Budiman. 2 Wawancara dengan pengrajin batik Surabaya, Arie Widarto

3 3 III. DATA & METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data Primer : 1. Wawancara dengan Hari selaku Pihak Disperindag Kota Surabaya 2. Wawancara dengan Ririn selaku Pihak Disperindag Provinsi Jawa Timur 3. Wawancara dengan Arie Widarto selaku Pengrajin Batik Surabaya 4. Wawancara dengan Leo Arief Budiman selaku Pengrajin Batik 5. Hasil kuesioner : a. Kuesioner ke - 1 kepada 100 responden untuk menampung pilihan responden mengenai potensipotensi yang akan dijadikan motif batik yang dimiliki kota Surabaya. b. Kuesioner ke - 2 kepada 100 responden mengenai perancangan motif batik dan elemen-elemen desain yang digunakan acuan dalam perancangan. c. Kuesioner ke 3 kepada 100 responden mengenai AIO untuk mengetahui segala karakteristik khas responden yang dapat mendukung perancangan dari sisi gaya hidup responden dan minat. d. Kuesioner ke - 4 kepada 100 responden mengenai pendapat responden terhadap final desain dan pemilihan elemen-elemen perancangan desain buku motif batik. 6. Observasi dilakukan dengan menghadiri beberapa event atau acara pameran yang berhubungan dengan batik yang diselenggarakan di kota Surabaya. Observasi yang dimaksut adalah melakukan pengamatan terhadap macam-macam motif batik. Data Sekunder : 1. Buku Surabaya in the Book Literatur ini ditulis oleh M. Anis Fathoni, desember tahun Buku tersebut berisikan tentang selukbeluk kota Surabaya, dokumentasi teks sejarah seperti: gedung-gedung tua, jalan-jalan yang ada di pusat kota. Muatan data maupun artikel yang ada didalam buku tersebut dapat digunakan oleh peneliti sebagai penggambaran dimana karakteristik kota Surabaya. 2. Surabaya di akhir tahun 1945 Literatur ini ditulis oleh H. Mohammad Moestadji, B Buku tersebut mengulas tragedi yang terjadi pada tahun 1945 di kota Surabaya salah satunya tragedi 10 Nopember (Tragedi perebutan kemerdekaan bangsa Indonesia) 3. Kampung Surabaya menuju Metropolitan 4. The book of batik Literatur yang memuat desain-desain motif batik yang ada di dalam buku tersebut dapat digunakan oleh peneliti sebagai studi eksisting. dan pengrajin Surabaya, untuk mendapatkan data mengenai ciri khas kota Surabaya dan perkembangan batik di Surabaya secara akurat. 2. Teknik penyebaran kuesioner, Salah satu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan cara mengirimkan pertanyaan untuk diisi oleh responden dan kemudian diukur menggunakan persentase atau angka. Sehingga penulis dapat mengetahui jawaban terbanyak dari responden. 3. Observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan penulis pada objek penelitian. Pada perancangan ini penulis melakukan dua kali pengamatan yaitu pengamatan langsung yang dilakukan pada saat pengerjaan pembuatan motif batik yang berawal dari beberapa tahap permulaan sampai pada tahap akhir. Pengamatan kedua yaitu observasi terhadap event dan pameran karya batik yang diselenggarakan di Surabaya. B. Teknik Sampling Untuk memperoleh motif batik berkarakter kota Surabaya yang sesuai dengan target segmentasi, maka penulis melakukan penelitian dan telah mendapatkan hasil riset dengan menggunakan teknik kuesioner sebagai metoda survei. Demografis Jenis kelamin : Laki- laki dan Perempuan Pemilihan target segmentasi ini dilakukan berdasarkan semua jenis kelamin atas antusiasme yang dimiliki khalayak terhadap batik. Target Audience : Dewasa (25 tahun 35 tahun) Penulis menentukan target segmentasi pada dewasa tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan antusiasme khayalak, disamping hal tersebut target ini menggunakan batik lebih besar dibandingkan target segmentasi yang lainnya. Sebagai buktinya adalah diwajibkannya pada hari tertentu target segmentasi mengenakan batik untuk beraktifitas dan menghadiri acara resmi. Pekerjaan : Karyawan Penulis menentukan target segmentasi pada karyawan muda maupun sudah lama dengan tujuan meningkatkan antuisiasme khalayak. Sebagai bukti adalah beberapa Pegawai Negeri Sipil telah menetapkan batik adalah salah satu seragam resmi untuk bekerja pada hari-hari tertentu. Populasi Geografi target segmentasi : Menetap dan bertempat tinggal di Surabaya Karakteristik a. Memiliki antusiasme terhadap budaya b. Melestarika budaya c. Memiliki kecintaan terhadap seni d. Memiliki kecintaan untuk menambah koleksi kain batik Teknik Pengumpulan Data : 1. Teknik Interview (Wawancara), wawancara ini dilakukan kepada para pemangku keputusan pemerintah

4 4 C. Teknik Perancangan Merupakan tahap awal perancangan, yaitu proses sketsa gambar. Proses sketsa pada perancangan ini dilakukan melalui proses penggayaan dan penyederhanaan (stilasi) gambar menggunakan sumber gambar dokumentasi fotofoto dan potongan adegan film dokumenter yang didapatkan dalam beberapa sumber dalam penelitian ini. 2) Thumbnail design Adalah tahapan perngelompokkan informasi gambar. Proses pengelompokkan ini bertujuan untuk menyusun kelompok gaya sketsa yang dihasilkan dalam proses sebelumnya untuk disusun kembali dalam sebuah media informasi pesan. Inti utama dalam tahapan ini adalah menemukan kemungkinan cara berkomunikasi secara visual melalui penyusunan sketsa gambar yang telah dihasilkan. Beberapa teori yang digunakan dalam tahapan ini adalah teori komunikasi dan teori estetika. Teori komunikasi digunakan untuk mengetahui arah komunikasi informasi yang digunakan, teori estetika lebih kepada untuk mengetahui tanda gambar yang diterapkan dalam tiap gambar untuk menghasilkan sebuah komunikasi. Gambar. 2. Bagan logika berpikir IV. KONSEP DESAIN A. Gambaran Umum Perancangan Dalam upaya perancangan ini, peneliti diarahkan untuk menjawab beberapa kriteria desain yang dibutuhkan dalam proses perancangan desain motif ilustratif batik. Tujuan perancangan ini adalah sebagai model pengembangan desain grafis dalam aplikasi media batik, khususnya pada pengembangan motif ilustratif. Berdasarkan tujuan tersebut, tahapan proses perancangan desain menjadi output penting dalam perancangan ini (selain ouput desainnya). Sehingga tujuan dan maksud dari perancangan ini adalah menghasilkan sebuah rekomendasi tahapan perancangan yang dapat digunakan oleh beberapa pihak seperti, pengrajin, pengusaha dan beberapa pemerhati atau praktisi perkembangan batik. B. Deskripsi Perancangan Setelah mendapatkan hasil penelitian diatas (kriteria desain) proses selanjutnya adalah proses perancangan desain. Proses perancangan desain menggunakan hasil penelitian untuk dikembangkan dalam sebuah proses desain perancangan desain. Beberapa proses desain perancangan ini meliputi : Rough design, Thumbnail design, Alternatif design, Comprehensive design, dan Final design. Beberapa tahapan-tahapan perancangan akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Rough design 3) Alternatif design Adalah tahapan penyeleksian kelompok gambar menggunakan kriteria desain. Kriteria desain yang digunakan berkaitan dengan kualitas gambar dan preferensi yang didapatkan dari studi konsumen. Pada tahapan ini sebuah alternatif desain sudah berupa tema (themes) desain motif batik, lengkap dengan pilihan warna dan bentuk motif batik tersebut. 4) Comprehensive design Adalah tahapan pengimplementasian gambar kerja kedalam media desain. Dalam tahapan ini, fokus perancangan akan dikaitkan dengan teknis proses membatik, sehingga beberapa pembahasan teknis seperti : ketebalan garis, implimentasi warna kain, teknik pencantingan. Dalam tahapan ini akan terdapat beberapa penyelarasan antara gambar kerja desain dan kenyataan praktis dilapangan, seperti terbatasnya warna dalam pewarnaan batik, terbatasnya ukuran garis dengan ukuran canting (standart), dan berbagai macam penyelaras teknis lainnya. 5) Final design Adalah tahapan akhir dari perancangan ini, yakni penyajian prototype desain. Hasil akhir dari desain ini antara lain adalah : gambar proses perancangan, gambar kerja perancangan dan hasil contoh (prototype design) yang dibuat untuk membuktikan bekerjanya metode pengembangan desain grafis dalam aplikasi media batik, menggunakan karakteristik atau ikon kota. C. Penelusuran Masalah Permasalahan yang diteliti pada perancangan ini pada dasarnya adalah bagaimana sebuah desain grafis dapat berkonstribusi dalam menciptakan sebuah motif yang dapat diterapkan kedalam berbagai media. Motif menjadi sebuah objek penelitian dalam perancangan ini.

5 5 Identifikasi masalah yang melatarbelakangi perancangan ini adalah potensi pengembangan motif batik kontemporer yang menceritakan sebuah cerita dan karakter tertentu. Permasalahan utama dalam perancangan ini dirumuskan dalam Rumusan masalah pada Bab 1. Berikut rumusan masalah perancangan tersebut : Bagaimana merancang sebuah motif batik berkarakter Surabaya dengan menggunakan potensi kota? V. IMPLEMENTASI DESAIN A. Pemilihan Tema Motif Penerapan tema motif batik Berkarakter Surabaya ini dilakukan untuk memulai awal implementasi desain. Penerapan tema nantinya akan menggunakan empat tema dengan masing-masing minimal tiga objek gambar utama. Tabel 5.1 Penerapan Tema dan Objek Gambar Tema Perjuangan dan Kepahlawanan Bangunan Kolonial Belanda di Surabaya Kesenian Khas Kota Surabaya Makanan Khas Kota Surabaya Objek Gambar - Bung Tomo - Perjuangan Arek-arek Suroboyo - Bambu runcing sebagai senjata perang - Hotel Majapahit atau Hotel Oranye - Gedung Siola - Tugu Pahlawan - Tari Remo - Sinden - Alat musik tradisional Jengglong dan Gambang - Semanggi - Pemikul Semanggi - Lontong Balap B. Pemilihan Warna Penulis akan membuat suatu gambaran bahwa kota Surabaya mempunyai karakter berani. Karakter tersebut kemudian diterapkan kedalam sebuah warna agar mudah untuk dipahami secara visual. 5. Riset menunjukkan sebanyak empat tema motif batik terbesar didapat dengan menyaring pendapat masyarakat Surabaya untuk memilih tema mana yang memiliki ciri khas kota Surabaya, Tema-tema motif batik yang telah diangkat ke dalam perancangan ini mampu menunjukkan motif batik yang berkarakter kota Surabaya. 6. Berdasarkan sumber data yang diperoleh, data-data tersebut diolah dan di proses menggunakan dasar ilmu desain antara lain : Stilasi sketsa gambar, ukuran, komposisi, dan warna. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada Instansi Pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan wilayah kota Surabaya dan wilayah Jawa Timur serta kepada para Pengrajin batik di kota Surabaya, dan tokoh-tokoh masyarakat kota Surabaya atas wawancara dan pemberian data-data yang penulis perlukan. DAFTAR PUSTAKA [1] Dharsono, S. K. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Bandung. [2] H. Mohammad Moestadji, B. (2003). Surabaya di akhir tahun Surabaya Agung Karya Perkasa [3] Hempri, S. (2010). Potret Kehidupan Pembatik di Lasem Rembang. Jakarta: IPI Institute Pluralisme Indonesia. [4] Johan, S. (1996). Kampung Surabaya Menuju Metropolitan. Surabaya: Yayasan keluarga Bhakti Surabaya dan Surabaya Post. [5] Kerlogue, F. (2004). The book of batik. Singapore: Archipelango Press. [6] Kudiya, K. (2010). Buku Saku Batik Jawa Batik. Bandung: YBJB Yayasan Batik Jawa Barat. [7] Primadi, T. (2009). Bahasa Rupa. Bandung: Kelir. LAMPIRAN VI. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Batik merupakan budaya Indonesia yang perlu untuk terus dilestarikan melalui beberapa gagasan dan ide-ide kreatif untuk menciptakan motif batik baru, salah satunya dengan mengangkat tema motif batik kedaerahan. 2. Dengan perkembangan dan perubahan waktu batik seharusnya berevolusi menjadi motif batik yang memiliki torehan motif batik modern dan memanfaatkan potensi kota. 3. Dengan adanya perancangan desain motif baru ini telah mendapat dukungan oleh Pemerintah terkait, pengrajin batik dan tokoh masyarakat yang memiliki harapan agar motif batik ini mampu mengispirasi para pengrajin batik. 4. Dengan melakukan penelitian atau riset terlebih dahulu yang bertujuan untuk mencari, menggali dan mengetahui potensi-potensi kota yang dapat mewakili ikon kota kedalam perancangan desain motif batik. Gambar. 3. Final Design Motif Batik Tema Makanan khas Surabaya Gambar. 4. Final Design Motif Batik Tema Bangunan Kolonial

6 6 Gambar. 5. Final Design Motif Batik Tema Kesenian Khas Surabaya Gambar. 6. Final Design Motif Batik Tema Perjuangan Surabaya Gambar 8. Bagan penentuan keywrod 2 Gambar 9. Implementasi Motif Batik berkarakter kota Surabaya pada pakaian pria dan wanita. Gambar 7. Bagan penentuan keywrod 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dan terdiri dari empat kecamatan, yakni: Pekalongan Utara, Pekalongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alas kaki atau lebih dikenal dengan sebutan sepatu/sandal adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang segala kegiatan, bukan hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI TA 36 ( Periode Januari Juni 2011 ) SINOPSIS TUGAS AKHIR MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI Diajukan Oleh : RATIH WIDIASTUTI L2B 309 006 Dosen Pembimbing I Prof. Ir. Edy Darmawan, M. Eng Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh :

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh : 1 Perancangan desain komunikasi visual sebagai media promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh : Amelia Pitra Rizki Khoirunnisa NIM. C.0702002 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki ragam warisan budaya. Seiring perubahan zaman, kemajuan teknologi menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara perairan yang luas dan terdiri dari beribu pulau di dalamnya. Wilayah Indonesia yang luas dan tersebar, membuat indonesia kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Administratif Cimahi merupakan salah satu kota yang tergolong baru di Indonesia. Kota Cimahi diresmikan pada tahun 2001. Sebagai kota yang baru, kota Cimahi belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya. Semua daerah di Indonesia, dari ujung Aceh sampai Papua memiliki seni unik dan etnik. Diantaranya seni

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO, warisan budaya merupakan warisan yang diturunkan dari generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO, warisan budaya merupakan warisan yang diturunkan dari generasi ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik resmi dinyatakan sebagai salah satu warisan budaya tak benda dunia dari Indonesia oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 yang lalu. Menurut UNESCO, warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sedang memasuki era ekonomi kreatif yang mengakibatkan tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sedang memasuki era ekonomi kreatif yang mengakibatkan tumbuh, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sedang memasuki era ekonomi kreatif yang mengakibatkan tumbuh, berkembangnya persaingan ide-ide kreatif ditambah pula memasuki era pasar bebas yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN 3.1. Tujuan Komunikasi Berbagai cara dapat dilakukan untuk membuat suatu informasi atau pesan bisa mudah di sampaikan tentunya secara efektif dan menarik.

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perkembangan brand fashion cukup pesat, walaupun sempat beberapa tahun yang lalu fashion Indonesia dikuasai dengan kemunculan brand luar negeri. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut, BAB I 1.1. Latar Belakang Surabaya saat ini telah menjadi sebuah kota industri yang modern, pusat perekonomian dan bisnis di Jawa Timur, serta sentra kekuatan angkatan bersenjata maritim Indonesia. Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sebuah karya bangsa yang menyimpan nilai luhur budaya masyarakat Indonesia. Dalam buku Batik Filosofi, Motif & Kegunaan yang ditulis oleh Adi Kusrianto (2014),

Lebih terperinci

PERANCANGAN BIOGRAFI VISUAL RAMINTEN. Anisa Bella

PERANCANGAN BIOGRAFI VISUAL RAMINTEN. Anisa Bella PERANCANGAN BIOGRAFI VISUAL RAMINTEN Anisa Bella 3407100080 HAMZAH SULAIMAN Yogyakarta, 7 Januari 1950 Sebagai Tokoh Seni di Yogyakarta. Mendirikan dan mengelola Mirota Batik. Pemilik House of Raminten.

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Sejarah berdirinya perusahaan batik Putra Laweyan Solo ini berawal dari didirikannya perusahaan batik Bintang Mulya pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN Batik merupakan kain bergambar yang sangat identik dengan penggunaan teknik khusus yang dibuat mulai dari penggambaran motif, menerapkan malam (lilin) panas pada kain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perkembangan batik nusantara pun ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG TA 107 ( Periode April September 2009 ) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan sejarah dan budaya dikumpulkan dan disimpan. Pengertian tersebut sesuai dengan arti dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki adalah pakaian adat. Pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini khususnya penggunaan teknologi perangkat smartphone semakin meningkat. Smartphone tidak hanya alat yang digunakan untuk komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijabarkan mengenai latar belakang Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Kebudayaan

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

PERANCANGAN VISUAL DESTINATION BOOK MUSEUM KERETA API AMBARAWA

PERANCANGAN VISUAL DESTINATION BOOK MUSEUM KERETA API AMBARAWA 1 PERANCANGAN VISUAL DESTINATION BOOK MUSEUM KERETA API AMBARAWA GUSNUN PANGARA 3402 109 039 Museum Kereta Api Ambarawa sebagai satu-satunya museum di Indonesia yang berfungsi menyimpan benda-benda bersejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Cirebon merupakan sebuah kota administratif yang termasuk dalam provinsi Jawa Barat. Terletak di bagian utara dari pulau Jawa dan terkenal sebagai jalur pantura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang yang sampai saat ini masih berkembang diberbagai wilayah di Indonesia. Kain batik dikenakan sebagai ciri khas

Lebih terperinci

Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT.

Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT. Tugas Akhir ~~ PERANCANGAN BUKU VISUAL DEWA RUCI ~~ Mahasiswa / RijalMuttaqin pembimbing / RahmatsyamLakoro,S.Sn,MT. Fenomena ~ Wayang adalah wahana untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNACULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan tradisi yang memiliki latar belakang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bidang dan bentuk kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia. Memiliki jumlah penduduk lebih dari sepuluh juta jiwa pada tahun 2015, Jakarta menjadi kota yang padat penduduk. Jakarta

Lebih terperinci

DESAIN BECAK WISATA KOTA BLITAR

DESAIN BECAK WISATA KOTA BLITAR 1 DESAIN BECAK WISATA KOTA BLITAR Herdita Patriandi Narangga, dan Dr.Ir Bambang Iskandriawan, M,Eng Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan kekayaan kebudayaan yang beragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan kekayaan kebudayaan yang beragam. BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan kekayaan kebudayaan yang beragam. Berbagai macam kebudayaan daerah mempunyai cerita rakyat serta penokohan yang mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota yang memiliki beragam keindahan dan kenyamanan. Oleh karena itu, Kota Bandung memiliki banyak julukan seperti The Capital City of Asia Afrika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan warisan budaya yang luhur Indonesia dan telah diakui keberadaannya secara internasional. Sebagaimana dikabarkan dalam situs antaranews.com (2009),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 4). Pada pengelolaan usahanya, catering menangani penyediaan makanan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 4). Pada pengelolaan usahanya, catering menangani penyediaan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Catering merupakan salah satu bentuk wirausaha yang bergerak dibidang jasa boga di mana produk utamanya adalah penyediaan makanan dan minuman dengan pelayanan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan industri fashion Indonesia dalam jangka panjang serta melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan industri fashion Indonesia dalam jangka panjang serta melahirkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tekstil tradisional yang khas dan kaya ragamnya merupakan salah satu modal dasar pengembangan industri modern berciri Indonesia. Perkembangan tersebut ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan banyak budaya beragam. Beragam budaya, adat, bahasa, legenda, dongeng dan lain-lain. Setiap daerah mempunyai

Lebih terperinci

PERANCANGAN ENVIRONTMENTAL GRAPHIC DESIGN AREA MUSEUM LUAR MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Firmansyah Widodo

PERANCANGAN ENVIRONTMENTAL GRAPHIC DESIGN AREA MUSEUM LUAR MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Firmansyah Widodo PERANCANGAN ENVIRONTMENTAL GRAPHIC DESIGN AREA MUSEUM LUAR MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Firmansyah Widodo 340710001 Identifikasi Masalah Fisik museum sepuluh nopember yang sudah siap tetapi tidak di

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain motif batik pada busana muslimah memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada busana

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. 2. Manfaat Perancangan

BAB II METODOLOGI. 2. Manfaat Perancangan BAB II METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan typeface ini adalah merancang typeface yang tepat dengan eksplorasi bentuk alat musik Angklung sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan sebuah karya seni yang berasal dari budaya Indonesia dengan corak yang beragam dengan mengadaptasi berbagai bentuk dari eksplorasi alam maupun kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik adalah salah satu produk budaya bangsa Indonesia yang berkembang sejak masa prasejarah. Bahkan masyarakat dunia mengagumi batik sebagai karya luhur budaya Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat

BAB I PENDAHULUAN. Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Bengkulu yaitu Bahasa Melayu, Bahasa Rejang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha - 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan saat ini, remaja dalam rentang usia 13 tahun hingga 18 tahun mempelajari sejarah Indonesia baik melalui buku pelajaran sekolah maupun media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan budaya pada dunia hiburan khususnya dalam seni tradisional Indonesia semakin berkurang dan ditinggalkan, banyak para remaja yang lebih mengikuti era teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan. Hal ini berhubungan dengan perkembangan teknologi yang menuntut seni untuk tujuan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak provinsi. Setiap provinsi memiliki budaya yang beraneka ragam. Bahasa, pakaian adat, senjata daerah, rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta, adalah ibu kota Negara Republik Indonesia, dengan Betawi sebagai suku aslinya. Seperti suku lain di Indonesia, suku Betawi juga mempunyai banyak keunikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, museum menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, museum menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, museum menjadi salah satu pilihan untuk melestarikan kebudayaan dimana kita dapat melihat keragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beragam keunikan tradisi dan budaya sehingga menghasilkan beragam komoditi hasil dari tradisi tersebut contohnya, dalam produk garmen atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu potensi daerah yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomi masyarakat serta mempunyai nilai kekhasan daerah, dengan tingkat kepedulian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana

BAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Ini artinya busana merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kegiatan

Lebih terperinci

II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas (State Of The Art) Jenis karya seperti buku ilustrasi bergambar khusus anak sudah ada sebelumnya, bahkan sudah banyak yang memproduksinya. Banyak juga rupa, bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang memiliki ragam budaya, suku, bahasa dan agama. Selama kurang lebih 350 tahun Indonesia mengalami masa penjajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangunan Cagar Budaya merupakan peninggalan atau warisan budaya yang mengandung nilai sejarah, arsitektur dan ilmu pengetahuan yang patut untuk dibanggakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut E.H Carr, Sejarah adalah sebuah dialog yang tak pernah selesai antara masa lampau dan sekarang, Suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarahwan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai identitas Kota Bandung ini adalah dengan merancang identitas yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Studi Komparator

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Studi Komparator BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Studi Komparator Revolusi Iran Analisa layout dan Tipografi Alur pembaca (sequence) Jenis dan Ukuran huruf Analisa lebar paragraph Panel Cover METODE PENELITIAN BAB 3 Populasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Dua aspek inilah yang sekarang menjadi konsentrasi pembangunan yang diinisiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep 1 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar 1, Rimadewi Suprihardjo 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia perhotelan di negara Indonesia diawali dengan dibukanya Hotel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia perhotelan di negara Indonesia diawali dengan dibukanya Hotel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia perhotelan di negara Indonesia diawali dengan dibukanya Hotel Indonesia dengan konsep modern hotel pada tahun 1962 di kota Jakarta. Bisnis perhotelan ini mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah lembaga permanen dan tempat terbuka yang bersifat umum. Museum memiliki fungsi sebagai tempat atau sarana untuk merawat, menyajikan, menyimpan, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari gugusan pulau pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan alam yang dimiliki oleh negeri ini telah dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Perindustrian Depperindagkop Kota Pekalongan). Begitu dalam pengaruh batik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Perindustrian Depperindagkop Kota Pekalongan). Begitu dalam pengaruh batik bagi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Kebijakan Sistem Perwilayahan Pembangunan di Jawa Tengah, Kota Pekalongan termasuk dalam Wilayah Pembangunan II bersama-sama dengan Kabupaten Pekalongan, Kabupaten

Lebih terperinci

Penelusuran Masalah Analisa Objek desain

Penelusuran Masalah Analisa Objek desain BAB 1V KONSEP BAB IV KONSEP DESAIN DESAIN Penelusuran Masalah Analisa Objek desain Komik Majapahit berhenti cetak pada akhir tahun 1990 Berbanding lurus dengan invasi manga ke Indonesia Komik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Cirebon dan banyak diminati wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Cirebon dan banyak diminati wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dikutip dari berita travel.kompas.com (diakses pada tanggal 2 September 2014), Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi salah satu tempat wisata budaya terkenal di Kota Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang yang beragam. Namun, di Indonesia, kondisi karang yang masih sangat baik hanyalah 5%, dan

Lebih terperinci