TRADISI SIGGI (STUDI SEJARAH SOSIAL PADA MASYARAKAT PINOLOSIAN) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRADISI SIGGI (STUDI SEJARAH SOSIAL PADA MASYARAKAT PINOLOSIAN) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015"

Transkripsi

1 1

2 TRADISI SIGGI (STUDI SEJARAH SOSIAL PADA MASYARAKAT PINOLOSIAN) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015 ABSTRAK Fina, Singo Tradisi Siggi (Studi Sejarah Sosial pada Masyarakat Pinolosian). Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd., dan Sutrisno Mohamad, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan dan persepsi masyarakat mengenai tradisi Siggi. Selain itu pula akan melihat faktor faktor yang membuat tradisi Siggi bertahan sampai dengan saat ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat langkah yakni pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang paling sering digunakan pada penelitian ini adalah sumber sekunder yang dapat berupa buku yang telah ditulis oleh peneliti sebelumnya. Mengingat data ataupun arsip sangat kurang untuk ditemukan. Begitu pula dengan sejarah lisan yang termasuk sumber sekunder karena orang yang menjadi informan hanya generasi selanjutnya dan bukanlah generasi pertama. Namun, dengan analisis berdasarkan pendekatan ilmu ilmu sosial lainnya, maka historiografi ini diharapkan mampu menghadirkan sebuah narasi sejarah yang kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Siggi merupakan salah satu tradisi masyarakat Pinolosian yang cukup lama bertahan sampai dengan hari ini. Tradisi ini adalah ritual pengobatan secara tradisional dengan mengandalkan kekuatan roh roh nenek moyang atau jin dengan tujuan untuk memohon penyembuhan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Pinolosian dahulu kala, tradisi ini tidak hanya mengobati orang orang yang sakit tetapi juga dapat mengobati lahan persawahan yang tanamannya terkena serangan hama penyakit. Pemandangan seperti ini tentu dapat dikatakan merupakan perwujudan dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat Pinolosian sebelum agama Islam dan penjajah kolonial masuk. Sampai hari inipun tradisi Sigi masih tetap dilaksanakan walaupun dengan jumlah anggota masayarakat yang sedikit yang masih mempercayainya. Kata Kunci : Tradisi Siggi, Sejarah Sosial, Kecamatan Pinolosian 2

3 Setiap suku bangsa yang memiliki tradisi yang berbeda beda dalam prosesi pelaksanaannya. Tetapi dalam konteks substansinya, kiranya seluruh tradisi yang dilakukan memiliki kesamaan yakni dalam konteks keyakinan terhadap sesuatu yang gaib dan memiliki kekuatan. Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut masyarakat sebelum adanya pengaruh agama Islam. Setelah masuknya agama Islam, pergeseran makna banyak terjadi terutama pada masalah kepada siapa mereka mempercayai adanya kekuatan tersebut. Jika pada masa kepercayaan animisme dan dinamisme, roh nenek moyanglah yang diyakini memiliki kekuatan dalam melindungi kehidupan manusia, maka pada saat Islam masuk maka do a dan permohonan hanya kepada Allah SWT semata sebagai Tuhan yang diyakini keberadaanya. Begitu pula yang terjadi di salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Utara tepatnya di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Terdapat salah satu tradisi yang cukup lama bertahan sampai dengan hari ini. Tradisi ini dikenal dengan tradisi Siggi. Sebenarnya tradisi Siggi ini dikenal juga dengan tradisi Monibi. Kata Siggi digunakan hanya menunjukkan keterangan tempat. Siggi merupakan nama tempat dilaksanakannya tradisi monibi. Tempat ini dibuat berbentuk rumah adat Bolaang Mongondow yang lebih sederhana lagi dan dibangun pada lokasi pengobatan. Namun dalam perkembangannya, masyarakat Pinolosian mengenal tradisi ini dengan nama tradisi Siggi. Tradisi ini adalah warisan yang sudah lama diberikan secara turun temurun. Tradisi Siggi atau tradisi Monibi adalah upacara pengobatan pada masyarakat Pinolosian yang sakit dengan cara mereka dibawa ke tempat yang bernama Siggi untuk kemudian diobati dengan cara meminta petunjuk dari roh nenek moyang mengenai ramuan yang tepat untuk diberikan kepada orang yang menderita sakit. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama bahkan sebelum agama Islam masuk di Bolaang Mongondow. Tradisi ini merupakan warisan dari kepercayaan animisme dan dinamisme. Dahulu kala tradisi Siggi tidak hanya dilakukan untuk mengobati orang orang yang sakit tetapi juga digunakan pada tanaman tanaman yang terkena hama penyakit seperti padi. Untuk mengobati hal seperti ini, Siggi dibangun di lokasi persawahan yang tanaman padinya terkena hama penyakit, kemudian dengan mengharapkan 3

4 kekuatan roh roh ataupun jin tanaman ini akan diobati dengan ramuan ramuan yang dicampurkan dalam pupuk dan ditebarkan pada tanaman yang terkena hama tersebut. Anggapan masyarakat Pinolosian terhadap tradisi Siggi merupakan suatu bentuk upacara yang bersifat sakral (suci) yakni suatu kekuatan simbolis atau tindakan sekaligus sebagai wujud dari ekspresi jiwa mereka dalam menjalin hubungan vertikal dengan penghuni dunia gaib. Penyelenggaraan tradisi Siggi / Monibi mempunyai kandungan nilai yang penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, karena dianggap sebagai suatu nilai budaya yang dapat membawa keselamatan di antara sekian banyak unsur budaya yang ada pada masyarakat. Upacara ritual Monibi sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Pinolosian walapun dalam jumlah yang sangat sedikit dan bahkan bisa dikatakan menuju kepunahan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang upacara ritual Monibi atau yang dikenal dengan tradisi Siggi oleh masyarakat Pinolosian dengan judul Tradisi Siggi (Studi Sejarah Sosial pada Masyarakat Pinolosian). Tradisi Siggi merupakan salah satu tradisi yang menarik untuk diteliti. Kerangka teoritis dan pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu ilmu sosial atau approach multidimensional. Pendekatan multidimensional akan membantu dalam eksplanasi historiografi yang lebih kompleks lagi terkait masa lalu kehidupan manusia. Approach multidimensional merupakan arah baru penulisan sejarah yang lebih kritis dan membantu eksplanasi historis yang lebih nasionalistik dengan penekanan pada berbagai aspek (Sartono Kartodirdjo, 1982 : 40 41). Selain itu pula sejarah sosial juga mempunyai bidang garapan lain seperti peristiwa peristiwa sejarah, institusi sosial, dan sebagainya. Sehingganya agar dapat fokus dan lebih mendalam lagi, penelitian ini memilih tema perubahan sosial sebagai salah satu tema dalam sejarah sosial. Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu sosial dan budaya karena tradisi Siggi 4

5 merupakan salah satu elemen kebudayaan. Namun karena tinjauan historisnya dari segi kehidupan sosial, maka pendekatan ini juga menggunakan pendekatan ilmu sosial. Sehingganya teori teori ilmu sosial dan budaya akan diperlukan. Hakekat Tradisi Tradisi adalah suatu kepercayaan terhadap nenek moyang dan leluhur yang mendahului. Menurut Shils dalam Stzompka (2010 : 71) bahwa tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan mempersempit cakupannya. Dalam pengertian yang lebih sempit ini tradisi hanya berarti bagian bagian warisan warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang tetap bertahan hidup dimasa kini. Dilihat dari aspek benda material yang menunjukkan dan mengingatkan kaitan kaitan khususnya dengan kehidupan masa lalu. Memahami tradisi adalah sikap atau orientasi pikiran atau material atau gagasan yang berasal dari masa lalu yang dipunggut oleh orang dimasa kini. Dalam pengertian yang paling sederhana tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu kebudayaan, negara, waktu, atau agama yang sama. Nilai-nilai Tradisi Secara Umum Nilai-nilai tradisi juga tidak hanya terdapat pada moralitas dalam masyarakat tradisional tetapi juga terdapat pada kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai kebijaksanaan yang sejalan dengan nilai-nilai keutamaan dalam kehidupan sosial. Komponen-komponen kearifan sosial, diantaranya adalah kerukuan, Kemunculan dan perubahan Tradisi Tradisi berubah ketika orang memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan mungkin lenyap bila benda material dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan. Arah perubahan lain adalah arahan perubahan kualitatif yakni perubahan kadar tradisi. Gagasan, simbol dan nilai tertentu ditambahkan 5

6 dan yang lainnya dibuang. Cepat atau lambat setiap tradisi mulai dipertanyakan, diragukan, diteliti ulang dan bersamaan dengan itu fragmen-fragmen masa lalu ditemukan ditahan sebagai tradisi. Fungsi Tradisi Fungsi diartikan sebagai seagala kegiatan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Tradisi berfungsi menopang dan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kolektifitas sosial masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat yang dinamis dan kadang-kadang mengalami perubahan akan mempengaruhi fungsi tradisi dalam masyarakatnya Tradisi Siggi / Monibi Tradisi ini masih dilaksanakan masyarakat pedesaan namun semakin hari semakin terpinggirkan. Sementara itu, untuk nama Siggi sendiri artinya adalah tempat pengobatan yang dibangun dalam bentuk rumah adat sederhana dan dibangun dilokasi tempat pengobatan Metode penelitian Prosedur penelitian ini akan mengikuti tahapan-tahapan dalam metodologi sejarah yang mencakup empat tahap yaitu pengumpulan sumber (heuristik), pengujian sumber (kritik), sintesis dan penulisan sejarah (historiografi). Hubungan antara metode sejarah dan penggunaan sumber seharah sangat erat. Penulisan sejarah hanya dapat dilakukan jika ada sumber atau ada dokumen peninggalan masa lampau. Tanpa sumber sejarah, sebuah karya seharag tidak akan bisa ditulis. 6

7 Heuristik (Pengumpulan Sumbe) Menentukan topik penelitian, peneliti sejarah akan melakukan langka pertama dalam metode sejarah. Tahap ini disebut tahap pengumpulan data atau sumber, baik sumber primer ataupun sekunder tertulis atau tidak tertulis yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. Sumber-sumber tertulis dan lisan terbagi atas dua jenis yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer ialah kesaksian baik tertulis maupun lisan dari seorang saksi mata atau saksi dengan panca indra yang lain, atau dengan alat mekanis yakni alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya. Sebuah sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi mata, yaitu kesaksian dari seorang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya, oleh karena itu sumber primer harus dihasilkan dari seorang saksi yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkannya. Sumber primer itu tidak harus asli dalam arti versi tulisan pertama namun dapat pula berupa salinan (copy) dari aslinya. Interprtasi Tahap ini berguna untuk mencari hubungan antara fakta-fakta yang ditemukan berdasarkan hubungan kronoligis dan sebab akibat dengan melakukan imajinasi, interpretasi, dan teorisasi (analisis). Hal ini diperlukan karena seringkali fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber yang telah dikritik belum menunjukkan suatu kebulatan yang bermakna dan baru merupakan kumpulan fakta yang saling berhubungan (Helius Sjamsudin, 2012 : 121). Sartono Kartodirdjo yang dikutip oleh Sugeng Priyadi (2012 : 71) mengatakan bahwa dalam sejarah terdapat dua unsur yang penting, yaitu fakta sejarah dan penafsiran atau interpretasi. Jika tidak interpretasi, maka sejarah tidak lebih merupakan kronik, yaitu urutan peristiwa. Jika tidak ada fakta, maka sejarah tidak mungkin dibangun. Peneliti melakukan interpretasi atau penafsiran atas fakta fakta sejarah, yang terdiri dari (1) mentifact (kejiwaan), (2) sosifact (hubungan sosial), dan (3) artifact (benda). Terkait dengan penelitian ini, maka interpretasi dilakukan dengan sebaik mungkin dan juga berdasarkan langkah langkah ilmiah agar tidak terjadi 7

8 pembiasan dalam informasi sejarah yang akan disampaikan terkait Tradisi Siggi ditinjau dalam perspektif sejarah sosial di Kecamatan Pinolosian. Historiografi Tahap akhir dalam penelitian sejarah adalah historiografi (penulisan sejarah). Setelah sumber sumber diverifikasi, maka sejalan dengan interpretasi, penyusunan penulisan sejarah (historiografi) mulai dilakukan. Dengan modal sumber sumber yang telah didapatkan dan kemudian telah diolah menjadi sebuah fakta sejarah, maka penulisan sejarah (historiografi) dapat dilakukan. Langkah ini memerlukan pengetahuan penulis tentang tata cara penulisan dan juga penggunaan bahasa yang tepat, sederhana, mudah dipahami dan juga tidak melahirkan interpretasi yang ganda. Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historografi, yaitu kegiatan merekonstruksi peristiwa masa lampau dalam bentuk kisah sejarah yang harus dituangkan secara tertulis. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan tradisi siggi Tradisi siggi pada tahun ini menggambarkan bahwa siggi merupakan upacara penghapusan dosa, pelanggar adat, dan juga sebagai penghapus aib, serta Dengan seiring berkembngnya zaman tradisi siggi sekarang hanya digunakan sebagai kesatuan desa dan pengobatan desa, akan tetapi yang dominan di laksanakan adalah pengobatan desa sampai dengan sekarang ini. Tradisi Siggi sebenarnya aslinya dikenal dengan tradisi Monibi oleh seluruh masyarakat Bolaang Mongondow. Namun dalam pelaksanaanya di wilayah Pinolosian tradisi ini dilaksanakan pada satu tempat yang namanya Siggi sehingga oleh masyarakat Pinolosian, tradisi ini dikenal dengan nama Tradisi Siggi. Pada hakikatnya tradisi Siggi adalah tradisi Monibi itu sendiri. Perbedaan yang terjadi hanya pada kebiasaan penyebutan masyarakat Pinolosian saja. Seluruh prosedur dan tata cara pelaksanaan tradisi Sigi adalah sama dengan tradisi Monibi karena keduanya memang sama. 8

9 Tradisi Siggi sudah lama merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Pinolosian bahkan sebelum datangnya Islam dan juga penjajah dari Eropa. Tradisi ini sebenarnya merupakan perwujudan nyata dari kepercayaan animisme dan dinamisme masyarakat Pinolosian. Tradisi ini adalah tradisi pengobatan masyarakat Pinolosian yang sakit secara tradisional. Tidak hanya peralatannya saja yang tradisional, tetapi bahkan kepercayaan tentang kesembuhan suatu penyakit jauh dari sentuhan ilmu pengetahuan seperti yang kita kenal hari ini. Kekuatan dari roh leluhurlah yang akan menjadi harapan akan kesembuhan pasien yang akan diobati. Melalui seorang dukun kekuatan itu kemudian disalurkan kepada pasien. Kekuatan tersebut diyakini oleh masyarakat bisa menyembuhkan penyakit yang ada. Tradisi Siggi Dan Pengaruh Islam Sebelum membahas bagaiamana pengaruh agama Islam terhadap tradisi Siggi, maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai sejarah masuknya Islam di Kerajaan Bolaang Mongondow. Kerajaan Bolaang Mongondow menjadi fokus pada masa masuknya Islam karena pada waktu itu, Pinolosian merupakan wilayah dari Kerajaan Bolaang Mongondow dan juga Islam masuk terlebih dahulu menyentuh kalangan bangsawan di kerajaan, melalui merekalah kemudian Islam dikembangkan sampai akhirnya masuk di Pinolosian. Setelah masuknya agama Islam di bolaang mongondow khususnya di desa pinolosian, masyarakat pinolosian belum seluruhnya memeluk agama Islam. Pada masa kerajaan tersebut masyarakat masih percaya dengan animisme dan dinamisme, sehingga pada masa itu, pengaruh Islam terhadap tradisi siggi belum nampak oleh sebab itu, tradisi siggi masih tetap di laksanakan. Di sisi lain, masyarakat pinolosian yang telah memeluk agama islam dapat dipastikan bahwa tidak percaya dengan adanya upacara riktual siggi karena masyarakat lainnya berfikir bahwa tradisi siggi ini bisa-bisa di katakana syirik, akan tetapi masyarakat yang lainnya masih tetap percaya dan melaksanakannya. 9

10 Tradisi siggi Ditengah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Cabang ilmu pengetahuan yang tentu akan mencoba menggeser posisi tradisi Siggi di Pinolosian adalah ilmu kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, farmasi, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan yang tentu lebih logis lagi, maka keberadaan tradisi Siggi di Pinolosian akan semakin tidak mendapatkan tempat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah masyarakat di Pinolosian yang memilih tradisi Siggi sebagai pengobatan alternatif yang semakin menurun. Tidak hanya kesehatan, cabang ilmu pengetahuan lainnya yang terus berkembang dan berpengaruh terhadap keberadaan tradisi Siggi di Pinolosian adalah ilmu pertanian. Dengan perkembangan ilmu pertanian tersebut maka muncul pula berbagai temuan mengenai obat ataupun pupuk dalam mengatasi serangan hama, sehingganya dengan temuan temuan itu masyarakat sudah lebih mudah dalam mencari obat atau pupuk jikalau tanaman mereka diserang oleh hama penyakit yang dapat merugikan secara ekonomis. Tradisi Siggi Dalam Status Ekonomi Dalam hal kesehatan alangkah baik jika pengobatan yang dilakukan secara medis karena secara prosesual tidaklah harus dengan persiapan yang terlalu banyak. Begitu pula dengan hal pengobatan tanaman tanaman yang terkena hama penyakit. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka tanaman hanya perlu disemprotkan dengan pestisida untuk pengobatan penyakitnya atau bahkan diberikan pupuk. Namun, ternyata tidak semua masyarakat di Pinolosian merasa mampu untuk menjalankan pengobatan melalui dokter maupun dengan pupuk untuk mengobati tanaman mereka. Tradisi Siggi Dan Kepercayaan Masyarakat Keberadaan tradisi Siggi ditengah tengah dinamika kehidupan masyarakat Pinolosian tidak hanya tergantung pada masalah masalah seperti yang diuraikan pada sub bab sebelumnya diatas. Terdapat faktor yang sangat mendasar dalam hal pelaksanaan tradisi Siggi yaitu masalah keyakinan. 10

11 Keyakinan akan segala sesuatu yang benar akan menentukan pola perilaku dari seseorang. Dengan adanya pengaruh agama Islam di Pinolosian, maka kepercayaan masyarakat terhadap tradisi Siggi yang lebih cenderung percaya terhadap kekuatan ghaib mulai hilang walaupun tidak secara keseluruhan. PENUTUP Simpulan Tradisi Siggi merupakan salah satu tradisi masyarakat Pinolosian yang bertahan cukup lama.tradisi ini adalah ritual pengobatan secara tradisional dengan mengandalkan kekuatan roh roh nenek moyang atau jin dengan tujuan untuk memohon penyembuhan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Pinolosian dahulu kala, tradisi ini tidak hanya mengobati orang orang yang sakit tetapi juga dapat mengobati lahan persawahan yang tanamannya terkena serangan hama penyakit. Pemandangan seperti ini tentu dapat dikatakan merupakan perwujudan dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat Pinolosian sebelum agama Islam dan penjajah kolonial masuk. Sampai hari inipun tradisi Sigi masih tetap dilaksanakan walaupun dengan jumlah anggota masayarakat yang sedikit yang masih mempercayainya. Setelah Islam masuk di Pinolosian, tradisi Siggi berangsur mulai tidak mendapatkan tempat dalam kepercayaan masyarakat. Hal ini dikarenakan tradisi ini bertentangan dengan ajaran Islam dimana kesembuhan segala penyakit dilakukan melalui pertolongan roh roh ataupun jin. Dalam Islam, tradisi ini tentunya dianggap perbuatan yang Syirik dan menduakan tuhan. Ini merupakan dosa yang besar. Dengan adanya pengaruh Islam tersebut, tradisi Siggi tidak lagi menjadi alternatif pengobatan dan bahkan dianggap perbuatan yang tercela oleh sebagian besar masyarakat Pinolosian. Pemandangan yang berbeda ketika ajaran Islam belum masuk tentunya. 11

12 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian yang telah diuraikan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1. Bagi Pemerintah : Sebaiknya memandang bahwa tradisi Siggi adalah merupakan bagian dari kekayaan warisan budaya lokal di Pinolosian yang harus dilestarikan, tidak memandang bahwa tradisi Siggi merupakan perbuatan yang syirik. Dengan demikian pemerintah akan terus menjaga dan melestarikannya dan dibuatkanlah peraturan yang mengatur mengenai tradisi Siggi. 2. Bagi Masyarakat : Memandang perbedaan pandangan yang ada dalam masyarakat mengenai tradisi Siggi adalah salah satu anugerah dan kekayaan pikiran dalam dinamika perkembangan masyarakat. Dengan demikian akan kestabilan akan terus berjalan dalam kehidupan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 12

13 Abd. Haris Mokoagow dkk Sejarah Bolaang Mongondow, Jakarta : CV Cakra Media A Daliman, Metode penelitian sejarah, Yogyakarta. Ombak Agus Pramono Makna Tradisi dan Simbol-Simbol Dalam Upacara Rokat Makam. Jurnal, Madura:Universitas Tranujoyo Mataram. Bagong S, Narwoko Masalah Sosial dan Pemecahannya. J,D. Bambang Purwanto Gagalnya Historiografi Indonesiasentris, Yogyakarta : Ombak Ervina Mokoginta Tradisi Mokidulu (Suatu Penelitian di Kecamatan Kotamobagu Selatan, Skripi Jurusan Sejarah Fakulta Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontal Halid. Ritual Siggi di Bolaang Mongondow. Artikel. diakses tgl. 10 Oktober 2014 Helius Sjamsudin Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Ombak H.R. Warsito Antropologi Budaya, Yogyakarta : Ombak Kuntowijoyo Sejarah Sosial, dalam M. Nursam (Penyunting). Sejarah Sosial : Konseptualisasi, Model dan Tantangannya, Yogyakarta : Ombak. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI M. Dahlan Yacub Al Baryy Kamus Sosiologi Antropologi, Surabaya : Indah Surabaya Mona Lohanda Membaca Sumber Menulis Sejarah, Yogyakarta : Ombak 13

14 Sartono Kartodirdjo Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Stzompka Sosiologi Perubahan Sosial, Yogyakarta : Prenanda Media Group Sugeng Priyadi Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bekerja Sama Dengan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, Yogyakarta : Ombak Yatno Suradi Rasyid Tradisi Mododuluan (Tinjauan Sejarah Sosial di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan), Skripi Jurusan Sejarah Fakulta Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Z.A. Lantong Mengenal Bolaang Mongondow, Kotamobagu : U.D Asli Totabuan Sejarah Islam di Bolaang Mongondow, Kotamobagu : Yayasan Cipta Karya Nusa 14

BAB I PENDAHULUAN. dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual keagamaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual keagamaan yang di laksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bolaang Mongondow yang direncanakan akan pisah dari Provinsi Sulawesi Utara menjadi Provinsi Bolaang Mongondow Raya terdiri dari lima wilayah yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memeluk agama Islam terbesar di dunia. Banyak hal menarik yang bisa diteliti

BAB I PENDAHULUAN. memeluk agama Islam terbesar di dunia. Banyak hal menarik yang bisa diteliti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama besar yang ada di Indonesia karena sebagian besar masyarakat merupakan pemeluk agama Islam. Tidak mengherankan pula jika Indonesia dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. warna mengenai kekayaan budaya bangsa. Dengan perbedaan etnik, adat istiadat,

BAB I PENGANTAR. warna mengenai kekayaan budaya bangsa. Dengan perbedaan etnik, adat istiadat, BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Keberadaan orang Arab di Indonesia pada umumnya telah memberikan sebuah warna mengenai kekayaan budaya bangsa. Dengan perbedaan etnik, adat istiadat, pola hidup, pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) saran. Pada bagian pertama akan disajikan simpulan dari empat permasalahan yang telah dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

SUKU MONGONDOW (Studi Sejarah Sosial di Kecamatan Lolak ) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015

SUKU MONGONDOW (Studi Sejarah Sosial di Kecamatan Lolak ) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015 1 SUKU MONGONDOW (Studi Sejarah Sosial di Kecamatan Lolak ) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015 ABSTRAK Sutri E Pontoh. 2015. Suku Mongondow (Studi Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat yang majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana Penelitian pada dasarnya merupakan cara kerja ilmiah yang ada dalam setiap disiplin ilmu. Begitu pi kisahula halnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sejarah Sosial, Masyarakat Transmigrasi, Sidoharjo.

Kata Kunci : Sejarah Sosial, Masyarakat Transmigrasi, Sidoharjo. JURNAL Studi Sejarah Sosial Masyarakat Transmigrasi Di Desa Sidoharjo Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Humonggio, Rosita. 2014. Studi Sejarah Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pangan, tempat tinggal dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gorontalo merupakan penghuni asli bagian Utara Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Gorontalo, provinsi ke-32 Indonesia, yang pada tahun 2000 memekarkan diri dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang data analisis datanya secara deskriptif dengan menggunakan metode penelitian sejarah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya merupakan amanat yang dipercaya Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT memerintahkan manusia untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. 76 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia I. Penelitian sebagai keterampilan dalam belajar Penelitian merupakan salah satu

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pemikiran Gus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memberikan sebuah keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur memberikan kehidupan dengan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan nantinya adalah jenis penelitian lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terinci mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Republik Indonesia ialah sebuah Negara Kepulauan yang juga disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3 1. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang rasional sehingga memiliki sebuah metode ilmiah. Berikut ini merupakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB II KAJIAN TEORI. Adat berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Adat "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan" dengan makna berulang kali. Merupakan nama kepada pengulangan perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Sebagai penutup dari skripsi ini, penulis akan menyampaikan beberapa kesimpulan yang penulis dapatkan dari analisis penelitian. Disamping itu juga penulis sampaikan beberapa saran yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk dilakukannya pengobatan dan penyembuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci