PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA"

Transkripsi

1 ISSN ISSN-L PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA Rahmatullah Universitas Jakarta Abstrak: Awal terjadinya konflik Palestina Israel adalah setelah kekalahan kerajaan Turki Ottoman dari Inggris dan sekutu sekutunya; Amerika, Perancis dan Rusia pada tahun 1916, dan berlanjut dengan adanya keinginan Menteri Luar Negeri Arthur James Balfour yang dikenal dengan Deklarasi Balfour, pada tanggal 2 November Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran, uraian dan pemahaman tentang terjadinya peristiwa konflik di wilayah Palestina, dengan melihat asal muasal terjadinya konflik, peran aktor-aktor yang memainkan percaturan politik sehingga terjadinya perselisihan di negara Palestina-Israel dan keikutsertaan lembaga perserikatan Bangsa-Bangsa dalam penyelesian konflik di wilayah Timur Tengah. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan teknik pengumpulan fakta melalui telaah kepustakaan dalam bentuk kualitatif dan kajian kuantitatif,. Hasil penelitian adalah: (1) Pemerintahan Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benyamin Netanyahu tidak ada niat untuk menyelesaikan konflik di kedua kekuatan Militer Israel dengan Militer Palestina, (2) Peran Lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai lembaga perdamaian dunia, tidak memberikan pengaruh besar yang signifikan di mata Pemerintahan Benyamin Netanyahu Israel, (3) Adanya kepentingan besar Amerika Serikat terhadap Israel dalam hal bisnis persenjataan dan Terusan Suez di wilayah Palestina, (4) Amerika Serikat tidak dapat menghentikan tindakan penyerangan militer Israel ke wilayah Palestina, karena mempunyai kepentingan nasional terhadap negeri Palestina, (5) Israel dijadikan sebagai alat melakukan agresi militer agar memperlancar pasokan persenjataan sekaligus dijadikan penjaga wilayah Terusan Suez. Kata kunci: konflik, Israel, palestina, inggris, amerika serikat Abstract: The early occurrence of the Palestinian conflict Israel is after the defeat of the Ottoman Empire Turkey from United Kingdom and its allies; America, France and Russia in 1916, and continued with the wishes of Foreign Minister Arthur James Balfour, known as the Balfour Declaration, on November 2, The purpose of this research is to provide an overview, description and understanding of the occurrence of events of the conflict in the Palestinian territories, by looking at the origins of the conflict, the role of actors who play the political scene so that the occurrence of disputes in Palestine-Israel and the participation of United Nations agencies in the resolution of the conflict in the Middle East. The method used is descriptive approach to techniques of gathering facts through sorcery, libraries in the form of qualitative and quantitative studies. The results of the study are: (1) the Government of Israel led by Prime Minister Benjamin Netanyahu no intention to resolve conflicts in both Israel military forces with Palestinian Military, (2) the role of the United Nations as an institution the peace of the world, does not give a significant influence in the eyes of the Government of Benjamin Netanyahu-Israel, (3) the presence of large United States against Israel's interests in terms of business and armament of the Suez Canal in the Palestinian territories, (4) United States cannot stop Israel military offensive action to the Palestinian territories, as it has the national interest of the State of Palestine, (5) the Foundation of Israel as a means of committing military aggression in order to smoothen the supply of weaponry as well as keepers of the Suez Canal. Key words: conflict, israel, palestine, united kingdom, united states PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah tentang konflik yang terjadi di wilayah Jalur Gaza pada tanggal 8 Juli Serdadu militer Israel menyerang masyarakat yang tidak berdosa secara membabi-buta di wilayah Palestina, yang menyebabkan korban warga sipil 600 orang, terutama anak-anak dan orang tua yang tidak berdaya. Meskipun ada niat baik dari para pimpinan kepala negara Timur Tengah maupun dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono serta Lembaga Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk melakukan mediasi perdamaian di kedua kubu yang bertikai antara tentara Hamas dan tentara Israel. Namun dari pihak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu bersikeras untuk melakukan pembantaian besar-besaran di Jalur Gaza. Ia memerintahkan tentara Israel untuk mengejar kelompok Hamas di daerah pemukiman yang padat penduduk di Jalur Gaza yang dianggapnya sebagai tempat persembunyian Hamas. Mereka harus dimusnahkan dari bumi Palestina (Berita Breaking News: Program Tv one,16 Agustus 2014). Perintah Benyamin Netanyahu agar tentara Israel langsung melancarkan penyerangan secara brutal di tiap tiap terowongan bawah tanah yang dicurigainya sebagai tempat persembunyian tentara Hamas. Jurnal Ilmiah WIDYA 49 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

2 Penyerangan tentara Israel menimbulkan reaksi keras dari pihak tentara Hamas dengan melakukan penyerangan balik ke wilayah markas militer Isreal, yang menyebabkan korban sebanyak 20-an orang. Pertempuran berakhir pada tanggal 27 Juli 2014, dengan gencatan senjata antara Tentara Hamas dan Militer Israel, selama 70 jam sebagai bentuk penghormatan bagi umat Islam sedunia dalam melaksanakan penyambutan Hari Raya Idul fitri 1435 H. Namun gencatan senjata tersebut, tidak berjalan secara mulus sebagaimana yang di harapkan masyarakat dunia. Israel kembali melakukan serangan rudal ke wilayah Palestina, total jumlah korban meninggal dari tanggal 8 Juli sampai satu pekan mencapai 2009 jiwa warga sipil Palestina. Korban tewas yang dialami Israel berjumlah 64 jiwa militer dan 3 orang dari warga sipil (Berita Kabar Siang: Program Tv one, 22 Agustus 2014). Tujuan penelitian ini adalah ingin menjelaskan tentang Israel yang terus-menerus melakukan agresi militer-nya ke wilayah Palestina, peranan pemerintahan Benyamin Netanyahu dalam penyerangan warga Palestina, peran negara negara tetangga yang berada di Timur Tengah dan Lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa dalam melihat kondisi warga Palestina yang tidak berdaya dari militer Israel yang seharusnya berfungsi sebagai lembaga perdamaian dunia, dan peran Amerika Serikat dalam peristiwa konflik terus-menerus antara Israel dan Palestina. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif dengan tujuan memberikan gambaran, uraian dan pemahaman tentang terjadinya peristiwa konflik di wilayah Palestina. Dengan melihat asal muasal terjadinya konflik, peran aktor-aktor yang memainkan percaturan politik sehingga terjadinya perselisihan di negara Palestina-Israel dan keikut sertaan lembaga perserikatan Bangsa-Bangsa dalam penyelesian konflik di wilayah Timur Tengah. Teknik pengumpulan fakta dilakukan dengan telaah kepustakaan dalam bentuk kualitatif walaupun ada angka-angka yang bersifat kuantitatif, tapi itu hanya sekedar memberikan gambaran informasi dalam mengkaji dan menganalisis suatu permasalah yang terjadi di Palestina saat ini. PEMBAHASAN Sejarah Peristiwa Palestina Israel Merujuk perselisihan antara Palestina-Israel begitu panjang, berawal dari kekalahan kekaisaran Ottoman Kerajaan Turki pada pemerintahan Inggris dan sekutusekutunya; khususnya Amerika Serikat dan Perancis. Namun pada tahun 1916, Rusia Czar, Inggris dan Perancis menandatangani suatu perjanjian yang dikenal sebagai Sax Picot. Perjanjian tersebut membagi atas wilayah bekas kerajaan Turki sebagai berikut: 1. Perancis menguasai negeri Syuria dari wilayah Turki sampai garis yang memanjang dari Aka hingga Theberia yang sekarang meliputi: Syria, Libanon dan Galil. 2. Rusia Czar menguasai wilayah Istambul. 3. Inggris menguasai wilayah Irak, Jordania dan Arab dan daerah Palestina.(Rahmatullah,2001). Inggris pada waktu itu, merupakan kekuatan terbesar dari Negara-Negara di wilayah Timur Tengah, sehingga warga Inggris, Laurence dengan berbagai cara melakukan operasi di daerah Hejaz untuk dapat menguasai di daerah daerah Timur Tengah. Dengan melakukan manuver hubungan diplomatik kepada Raja Husein untuk melakukan gerakan operasi anti Turki, begitu juga ke Ibn Saud dari daerah Nejd untuk mengadakan operasi semenanjung Arab. Dari pengaruh diplomatik Laurence kepada Raja Husein, akhirnya beberapa perwira Inggris berhasil menduduki kota kota Mekkah, Madinah dan Jeddah. Sebagai imbalan dari penguasaan wilayah tersebut, raja Husein diberi kekuasaan menguasai daerah Irak dan lembah Jordan, sedang daerah Hejaz diserahkan kepada Dinasti Saud. Untuk wilayah Palestina sendiri tetap menjadi wilayah mandat inggris. Pada tanggal 2 November 1917 Menteri Luar Negeri Inggris, James Balfour dalam surat menyuratnya kepada Presiden Federal Zionis Inggris, Lord Walter Rothschild, mengemukakan gagasan agar wilayah Palestina yang pada waktu itu merupakan wilayah mandat Inggris dijadikan pemukiman untuk masyarakat Yahudi. Gagasan mengenai pemukiman masyarakat Yahudi dari Kenya ke Palestina tersebut, sebagai tuntutan mayoritas kelompok kaum Zionis Internasional yang berpegang pada kitab Jurnal Ilmiah WIDYA 50 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

3 injil kuno dan agama Yahudi, yang dikenal dengan perjanjian Deklarasi Balfour sebagai berikut: His Majesty s Goverment view with favour the estabilishment in Palestine of a National home for the Jewish People, and will use their best endeavours to facilitate the achieevement of this objet, it being elearly undertood that nothing shall be done which may Prejuadice the civil and religious rights of existing non Jewish Communities in Palestine, on the rights and political status enjoyed by jews in any other Country (M. Riza Sihbudi dan Ahmad Hadi,1994). Tujuan Deklarasi Balfour di atas, agar wilayah Palestina dijadikan A National Home For The Jewish People. Sebagai kebijakan dari James Arthur sebagai pemberi mandat Inggris pada waktu itu meskipun beliau memahaminya dengan meminta warga Yahudi Kenya untuk mengungsi ke wilayah Palestina Timur Tengah, dapat mengakibatkan terjadinya konflik yang begitu besar, antara orang orang Yahudi sebagai pendatang dengan orang orang Arab Palestina sebagai penghuni asli dari wilayah tersebut. Namun itu semua dapat terjadi akibat peran Amerika Serikat dalam permainan percaturan politik di Palestina- Israel. Pada tanggal 11 Mei 1942 Organisasi Zionis Amerika Serikat mengadakan pertemuan di New York dan memutuskan suatu program dengan nama Baltimore Programe dengan tujuan lebih jauh dibandingkan dengan Balfour Declaration, sehingga sempat menimbulkan protes kalangan masyarakat Yahudi moderat di Eropa dan Amerika Serikat. Isi dari rencana Biltmore Programe, yang diusulkan oleh Ben Gurion selaku Ketua Komite Eksekutif Agensi Yahudi, yaitu: (1). Pembentukan negara Yahudi di seluruh wilayah Palestina, (2). Pembentukan Angkatan Darat Yahudi, (3). Pembentukan lembar putih 1939 dan pelaksanaan imigrasi Yahudi tanpa batas yang akan diawasi Agensi Yahudi, bukan pemerintah Inggris (Rahmatullah,2001). Konflik Palestina Israel Awal mula terjadinya perselisihan Palestina Israel disebabkan ketika terjadinya pengusiran orang orang Yahudi Eropa dari Jerman, atas kediktatoran Adolf Hitler seorang fasis yang bertujuan untuk melakukan pengaruhnya di Jerman. Dalam buku suci bangsa Nazi, Hitler menyerukan rakyat jerman agar mengutuk kaum kaum Yahudi dan Slavia (Jules Archer,2006). Mungkin pada waktu itu Hitler memandang bahwa orang orang Zionis Yahudi ini adalah penyebab kekacauan di negara-negara Eropa, khususnya di wilayah Jerman. Sebagian besar pimpinan kepala negara negara Eropa pada waktu itu, sependapat dengan alur pikiran Hitler untuk melaksanakan kebijakan atas orang orang Zionis Yahudi agar diasingkan keluar dari negeri Jerman. Namun, apa yang menjadi kebijakan Hitler sejalan dengan maksud James Balfour selaku deklarator pendiri pemukiman Yahudi di wilayah Timur Tengah - Palestina. Masuknya orang orang Zionis Yahudi di wilayah Palestina, tidak terlepas dari pengaruh pendekatan diplomasi James Balfour kepada Raja Husein dari Jordania untuk mempengaruhi bangsa bangsa Arab dengan jaminan, bahwa tempat tempat suci di Yerusalem akan ditempatkan di bawah pemerintahan khusus, sedang Masjid Omar, Masjid Al-Aqsa dijamin tidak akan ditempatkan di bawah non muslim. Sebagaimana dalam teori diplomasi Roy (1991) menyampaikan bahwa agar tercapainya suatu diplomasi adalah berguna mengantisipasi aktor-aktor negara menyatukan diri melawan suatu negara lain. Diplomasi inilah yang dilakukan oleh James Balfour dalam melakukan pengaruhnya terhadap kepala negaranegara yang berada di Timur Tengah, dengan meminta melaksanakan keputusan deklarasi Balfour tersebut. Dengan pertimbangan strategis sebagai berikut: (1). Masyarakat Zionis Yahudi di Eropa Timur dapat hidup dengan aman dan bahagia. (2). Terusan Suez berada dalam penguasaan negara Inggris. (3). Agar berguna sebagai pressure group masyarakat Yahudi di Amerika Serikat dalam memperkuat dunia politik Amerika untuk kelanjutan peperangan. Hasil keputusan Deklarasi Balfour tersebut, menyebabkan wilayah Palestina yang awalnya dimiliki warga penduduk asli Palestina, sekarang sudah bergeser ke tangan masyarakat Zionis Yahudi yang telah menguasai wilayah Palestina sebesar 2/3 dari jumlah keseluruhan wilayah Palestina, sehingga menimbulkan konflik yang tak bersudahan di antara warga sipil Palestina dengan Jurnal Ilmiah WIDYA 51 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

4 militer Israel. Konflik terjadi di wilayah Palestina sejak mulai dari tahun 1948, 1956, 1967 dan 1973 hingga sekarang, walaupun dari sebagian besar kepala negaranegara Timur Tengah sangat ingin mendamaikan perselisihan tersebut, terlihat ketika berbagai pihak yang terlibat dalam pertikaian, setuju mengadakan konferensi Madrid, Oktober 1991 (M. Riza Sihbudi,1993). Namun dari pihak pemerintah Amerika Serikat dan Inggris tak henti henti memberikan bantuan dukungan persenjataan teknologi kepada Israel dalam melakukan operasi penyerangan militer dan proses pembangunan pemukiman ke wilayah Palestina. Amerika Serikat tidak tanggung-tanggung memberikan dukungannya kepada pemerintahan Israel dengan melakukan kerjasama militer dalam hal pelatihan uji coba persenjataan teknologi canggih Iron Dome buatan dari Amerika, yang digunakan pemerintahan militer Israel, Benjamin Netanyahu di dalam melakukan penyerangan ke wilayah Palestina. Hal penting dukungan presiden Amerika Barack Obama dalam kebijakan politik luar negeri-nya terhadap pemerintahan militer Israel adalah guna memperlancar bisnis persenjataan di kedua belah pihak dalam hal pemenuhan kepentingan nasionalnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Holsti, bahwa pada dasarnya hubungan mempunyai sifat konflik bahkan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah, sering terjadi perbedaan pandangan (Rahmatullah,2001). Dukungan Amerika Serikat terhadap Israel memberikan keleluasaan bagi pemerintahan Israel untuk melakukan agresi militernya ke wilayah Palestina secara angkuh dengan maksud memberikan pesan diplomatik dari pemerintahan Benjamin Netanyahu kepada negaranegara lain, bahwa kekuatan militer Israel merupakan simbol kekuatan super power, setelah negara adidaya Amerika Serikat. Dengan kearogansian kekuatan militernya, Israel secara bebas melakukan penyerangan rudal ke wilayah Palestina, tanpa memperdulikan hak asasi manusia suatu negara. Menurut Morgenthau dalam Mohtar Mas oed (1990) bahwa mengejar kekuasaan dapat membentuk dan mempertahankan pengendalian negara terhadap negara lain dan Lembaga-Lembaga Internasional, khususnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tidak menghentikan tindakan tersebut, yang mungkin saja memberikan dampak besar terhadap negara negara lain, khususnya Israel dalam mewujudkan kekuasaan yang dimilikinya di wilayah Timur Tengah. Menurut Morgenthau (1990:118) dalam teori Politik Prestise, bahwa tujuan dari ini semua merupakan untuk menimbulkan kesan kepada negara negara lain dengan kekuasaan yang sesungguhnya dimiliki oleh negara negara itu sendiri, atau dengan kekuasaan yang dirasakan dimilikinya, atau supaya yang dimiliki itu dipercaya oleh negara-negara lain. Oleh karena itu, Pemerintah Amerika Serikat tetap ikut berperan aktif di dalam setiap permasalahan permasalahan konflik yang terjadi di wilayah Timur Tengah, khususnya di Palestina. Hal itu karena, Amerika Serikat ingin tetap eksis dalam mewujudkan dirinya sebagai negara super power serta memperkuat pengaruh hegomoninya terhadap negara-negara lainnya, sekaligus membuktikan diri sebagai negara adidaya yang terdepan di antara negara-negara lain, khusunya dalam penentuan penyelesaian perdamaian dunia. Peran Amerika Serikat dalam Menciptakan Perdamaian dan Penyelesaian Konflik Israel dan Palestina Peran pemerintah Amerika Serikat di dalam menyelesaikan permasalahan konflik yang terjadi di wilayah Timur Tengah, khususnya Palestina Israel sangatlah penting. Amerika Serikat termasuk bagian dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai lembaga perdamaian dunia, khususnya di Lembaga Dewan Keamanan PBB. Untuk itu, dibutuhkan peran anggota anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mewujudkan perdamaian dunia. Meskipun diketahui bahwa betapa besarnya upaya Lembaga PBB dalam hal menyelesaian perselisihan Palestina Israel, dengan mengeluarkan beberapa resolusi guna menciptakan perdamaian dunia. Resolusi-resolusi itu seperti; resolusi No. 181 tahun 1947, No. 242 tahun 1967, No. 338 tahun 1973 dan resolusi dewan keamanan No. 694 tahun Juga diadakannya konferensi madrid tahun 1991 dan perundingan Oslo tahun 1993 yang disebut perundingan Ghaza Ariha (Rahmatullah, 2001). Namun apa yang Jurnal Ilmiah WIDYA 52 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

5 diupayakan oleh Pimpinan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Kimon di dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel, tidak membuahkan hasil secara optimal. Malah semakin parah dan tidak ada ujung pangkalnya untuk mengakhiri perselisihan yang terjadi di negeri suci itu. Terutama, tindakan-tindakan penyerangan yang dilakukan oleh Israel 10 tahun yang lalu, pada masa pemerintahan Yaser Arafat melakukan mediasi perundingan di antara Palestine Liberty Organization with al Harakatul Muqawwamatul Islamiyah Group and Intifhada. Presiden Arafat dicurigai sebagai pemersatu bangsa Palestina, sehingga bagi pemerintahan Israel, hal ini akan mempersulit langkah-langkahnya dalam melakukan pembangunan pemukiman bagi warga Yahudi di Jalur Gaza. Dalam proses perundingan yang difasilitasi oleh Presiden Palestina Yaser Arafat, belum terjadi kesepakatan di kedua bela pihak yang sedang berselisih antara Israel-Hamas dan Intifhada, beliau terlebih dahulu kena musibah keracunan- berdasarkan penyelidikan sementara berasal dari sikat gigi dan pakaian yang dikenakannya mengandung radioaktif (Berita Antara,2012). Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab kematiannya, sehingga meninggal dunia, pada tahun 2004, akan tetapi, kemungkinan ada dua dugaan atas kematian Presiden Yaser Arafat: (1). Kemungkinan pemerintahan Israel tidak sudi melihat apabila kelompok Hamas dan Intifhada bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan di Palestina, sehingga ada dugaan bahwa kematian Yaser Arafat, kemungkinan diracuni oleh pihak Israel? (2). Ada kemungkinan di kedua kubu di antara Organisasi Hamas dan Intifhada yang difasilitasi Arafat dalam proses penyelesaian perselisihan, merasa terganggu kepentingannya secara lokal untuk mengambilalih kekuasaan dari pemerintahan Presiden Arafat, sehingga Hamas dan Intifhada melihat itu ada dugaan bahwa, pemerintahan Yaser Arafat lebih menyelamatkan kepentingan kekuasaan pribadinya dalam artian mendukung kepentingan Israel daripada masyarakat Palestina di dalam melakukan proses diplomasi penyelesaian perselisihan antara Hamas dan Intifhada. Dari kedua analisis hipotesis di atas, mungkin analisis yang pertama lebih cenderung menjadi sebab kematian Arafat. Kematian Arafat akibat keracunan kandungan radioaktif, sehingga secara dugaan, tidak mungkin dari kubu Hamas dan Intifhada yang melakukan pembunuhan Arafat. Mengingat kebijakan-kebijakan Presiden Yaser Arafat selama menjabat sering menghiraukan aktifitas kegiatan-kegiatan kelompok Hamas dan Intifada dan tidak memberikan sanksi pada organisasinya dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina terhadap perlawanan militer Israel. Sementara ini kelompok Hamas dan Intifhada belum ada keinginan untuk melakukan perdamaian dengan pemerintahan Israel, Hamas melihat bahwa dalam proses perundingan pemerintahan Israel sering lebih mendominasi kepentingannya dibandingkan masyarakat Palestina. Oleh karena itu, tentara Hamas dan Intifhada bersihkukuh tetap memperjuangkan kemerdekaan negeri Palestina dari jajahan Israel, sekalipun pada waktu itu, Presiden Palestina Yaser Arafat secara sungguh-sungguh ingin mempersatukan dan melakukan Islah dengan Kelompok Hamas dan Intifhada. Keinginan itu kurang disambut positif oleh pemerintahan Israel, karena Israel melihat, dengan bersatunya Hamas dan Intifhada bisa menimbulkan kekuatan besar bagi pemerintahan Palestina. Hal ini bisa berdampak pada perlawanan besar bagi pemerintahan Israel - sehingga Israel melakukan konsfirasi besar terhadap kejadian proses kematian Presiden Yaser Arafat. Pemerintahan Israel melihat, bahwa presiden Yaser Arafat tidak mampu mempengaruhi dan mengantisipasi gerakangerakan organisasi Hamas dan Intifada yang tumbuh dan berkembang secara pesat di wilayah Timur Tengah. Misteri kematian Yaser Arafat belum diketahui siapa sebenarnya yang melakukan pembunuhan tersebut. Sementara dengan kelompok Hamas dan kelompok Intifhada yang melakukan pembunuhan Yaser Arafat, sangat bertentangan dengan kemampuan teknologi yang mereka miliki, dibandingkan teknologi pemerintahan Israel. Pertentangan kelompok Hamas dengan Israel diperuncing dengan penyerangan roket helikopter Israel yang diarahkan ke kendaraan tokoh pendiri Hamas - al- Harakatul Muqawwamatul Islamiyah Sheikh Ahmaed Jurnal Ilmiah WIDYA 53 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

6 Yasin, menyebabkan meninggal dunia seketika, padal 22 Maret 2004 (Berita Artikel Wikipedia,2014). Ini membuktikan bahwa, militer Israel beserta para pimpinan pemerintahannya tidak ada niat yang baik untuk mau menyelesaikan konflik di kedua blok tersebut. Pemerintah Israel terlihat sangat antusias melakukan penyerangan ke daerah-daerah Palestina, dalam penguasaan secara keseluruhan. Sejalan dengan ajaran kitab Taurat kuno dan agama Yahudi serta perjanjian Deklarasi Balfour dan Program Biltmore, yang menjadikan dasar pemikiran bagi orang-orang Zionis Yahudi, untuk menguasai wilayah Timur Tengah Palestina. Penyerangan pemboman rudal teknologi tinggi yang berakibat pemusnahan bagi warga Palestina tidak bersudahan terhitung banyak korban telah meninggal dunia, akibat pemboman militer Israel di tahun 2014 ini. Menurut data sementara dari PBB dan berita media massa elektronik dan cetak terakhir ini sudah mencapai 2200 orang. Ini mungkin akan bertambah lagi, selama pemerintahan Israel tidak mengindahkan perjanjian gencatan senjata yang sudah berulangkali dilaksanakan di kedua bela pihak yang bertikai. Sebagaimana diketahui dua minggu Israel dan Palestina melakukan gencatan senjata yang dilaksanakan di Mesir, namun, pada tanggal 8 September 2014, tentara Israel kembali melakukan penyerangan ke wilayah Palestina, yang mengakibatkan jatuhnya korban 1 orang anak kecil (Berita Tvone, 8 September 2014). Peristawa ini, memancing amarah masyarakat Palestina dan warga Timur Tengah, khususnya ummat Islam di seluruh dunia. Penyerangan militer Israel ini, menambah keyakinan bagi umat Islam di seluruh dunia seperti tertera dalam Al- Qur an surat Al- Baqarah (2) ayat 120, Allah SWT berfirman: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar), dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. Itulah yang menjadikan dasar, mengapa konflik Palestina Israel terjadi terus-menerus, tanpa berakhir di ujung penyelesaian perdamaian? Mungkin saja mandat yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, yang bernama Arthur James Balfour, pada tanggal 2 November 1917, atau dikenal sebagai Deklarasi Balfour, merupakan bagian dari prinsip mendasar bagi pemerintahan Israel untuk menjadikan pembangunan pemukiman bagi orang-orang Zionis Yahudi di wilayah Palestina, sehingga, bagi orang-orang Israel wilayah Palestina merupakan tempat mereka untuk bermukim, itu sebabnya tidak henti-hentinya mereka melakukan pemusnahan terhadap orang-orang penduduk asli Palestina. Dengan alasan pembenaran untuk melakukan pengejaran bagi kelompok-kelompok Hamas dan Intifhada yang dianggap sebagai terorisme dunia. Masyarakat Islam sedunia sudah memahami bahwa, alasan pemerintahan Israel dan Amerika Serikat melakukan penyerangan rudal ke wilayah-wilayah Timur Tengah sebagai propaganda standar untuk menguasai daerah pemukiman Palestina. PENUTUP Kesimpulan 1. Pemerintahan Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benyamin Netanyahu tidak ada niat kemauan untuk menyelesaikan perdamaian di kedua kekuatan Militer Israel dengan Militer Palestina. 2. Peran Lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai lembaga perdamaian dunia, tidak memberikan pengaruh besar yang signifikan dimata Pemerintahan Benyamin Netanyahu - Israel. 3. Adanya kepentingan besar Amerika Serikat terhadap Israel dalam hal bisnis persenjataan dan sungai terusan Suez, di wilayah Palestina. 4. Amerika Serikat tidak dapat menghentikan tindakan penyerangan militer Israel ke wilayah Palestina, karena mempunyai kepentingan nasional terhadap negeri Palestina. 5. Israel dijadikan sebagai alat untuk melakukan agresi militer agar memperlancar pasokan persenjataan As ke Israel, sekaligus dijadikan penjaga sungai terusan Suez di wilayah Timur Tengah. Jurnal Ilmiah WIDYA 54 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

7 Saran-saran 1. Mengembalikan kembali posisi awal pada perundingan yang dilakukan dua belah pihak Palestina-Israel, melalui mediasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengeluarkan sebuah resolusi No. 242, pada tanggal 22 November 1967, yang berisi; menarik pasukan militer Israel dari wilayah Palestina. 2. Menghimbau Dewan Keamanan PBB untuk berperan aktif dan lebih tegas memberikan sanksi bagi negaranegara yang melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia, dengan mengajukan ke Mahkamah Internasional. 3. Menghimbau Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk dapat melakukan pengisolasian atau pencabutan hak kedaulatan suatu negara dan tidak akan memberikan hak kemerdekaan bagi negara yang telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia Genocide. DAFTAR PUSTAKA Archer, Jules. Kisah Para Diktator. Yogjakarta Kitab Suci Al-Qur an, surat Al-Baqarah (2): ayat 120. M. Riza Sihbudi dan Ahmad Hadi. Palestina Solidaritas Islam dan Politik Dunia Baru. Pustaka Hidayah M. Riza Sihbudi dan M. Hamdan Basyar. Konflik dan Diplomasi Di Timur Tengah. Eresco. Bandung Mohtar Mas oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. LP3ES. Jakarta Morgenthau, Hans, J.. Politik Antarbangsa, Edisi Keenam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Rahmatullah. Peran PBB dalam Penyelesaian Konflik Palestina Israel Tahun Jakarta Jurnal Ilmiah WIDYA 55 Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdamaian dunia yang selalu dikumandangkan oleh Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) sepertinya masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terwujud. Akibat berbagai hal

Lebih terperinci

2016 PERANG ENAM HARI

2016 PERANG ENAM HARI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) berakhir, negara-negara di Dunia khususnya negara-negara yang berada dikawasan Timur Tengah dihadapkan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan anugerah Nya yang

Lebih terperinci

Krisis Gaza: Bukan Perang, Melainkan Genosida! Written by Administrator Friday, 16 January :51

Krisis Gaza: Bukan Perang, Melainkan Genosida! Written by Administrator Friday, 16 January :51 Resolusi PBB dan Kecaman dunia internasional atas agresi Israel ke Jalur Gaza tidak sanggup menyurutkan nafsu Israel menggempur Gaza. Sejak agresi dimulai, pada 27 Desember 2008 sampai sekarang, korban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL. Arab/Palestina-Israel lalu kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dalam menangnai dan

BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL. Arab/Palestina-Israel lalu kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dalam menangnai dan BAB III SIKAP OKI TERHADAP KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL Pada Bab 3 ini membahas tentang sikap OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan konflik berkepanjangan Palestina, yang meliputi; sejarah dari Palestina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di mulai pada 27 Desember 2008 lalu, telah menarik perhatian dunia internasional, konflik

Lebih terperinci

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik antara Palestina dan Israel berawal saat terjadinya migrasi besarbesaran kaum Yahudi ke tanah Palestina. Lebih dari lima puluh lima ribu orang datang

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah terjadi atau mempunyai riwayat yang cukup panjang. Keamanan di wilayah Libanon

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

A. Sejarah konflik Israel-Palestina

A. Sejarah konflik Israel-Palestina BAB III DINAMIKA MASALAH ANAK DALAM KONFLIK ISRAEL-PALESTINA Pada Bab ini akan menjelaskan tentang konflik Israel-Palestina serta dinamika masalah tentang anak dalam konflik. Penulis akan memulai dengan

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik Israel-Palestina sudah sejak lama menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Bahkan, konflik antara kedua negara ini senantiasa dijadikan agenda utama

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya nanti Iran, Suriah, Lebanon adalah target berikutnya. Invasi

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya nanti Iran, Suriah, Lebanon adalah target berikutnya. Invasi BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Invasi pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) ke Irak tahun 2003 lalu merupakan serangkaian perang yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA

BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA BAB 3 LATAR BELAKANG SEJARAH KONFLIK ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA Bab ini merupakan tinjauan historis mengenai konflik antara Israel dan Palestina yang diberikan secara singkat dan jelas, berisikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB I. Malam Panjang Di Jabaliya

BAB I. Malam Panjang Di Jabaliya BAB I Malam Panjang Di Jabaliya Omar duduk di balik sebuah tembok bekas reruntuhan sebuah bangunan. Sendirian. Malam ini gilirannya berjaga di titik itu. Di sebelah timur dari tempat Omar, terbentang jalan

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan Negara-negara lain, Indonesia berpegang teguh pada prinsip

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh I Komang Oka Dananjaya Progam Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan penderitaan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Israel merupakan sebuah negara zionisme yang ingin mendirikan negara yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu ingin menguasai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan mengenai analisis cerpen Lempengan-Lempengan Cahaya dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan mengenai analisis cerpen Lempengan-Lempengan Cahaya dan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Hasil Analisis Struktur Cerpen Simpulan mengenai analisis cerpen Lempengan-Lempengan Cahaya dan Terowongan karya Danarto yang termuat dalam kumpulan cerpen Setangkai

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2 1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. MOU. RI-Brunei Darussalam. Pertahanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5152) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban

Lebih terperinci

Hari Tanah Palestina

Hari Tanah Palestina Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN KERAJAAN KEBAWAH DULI YANG MAHA MULIA PADUKA SERI BAGINDA SULTAN

Lebih terperinci

HIZBULLAH DI TENGAH KONFLIK LIBANON-ISRAEL

HIZBULLAH DI TENGAH KONFLIK LIBANON-ISRAEL HIZBULLAH DI TENGAH KONFLIK LIBANON-ISRAEL Latar belakang Latar belakang dari konflik di Libanon tidak terlepas dari keterkaitan perang Israel-Palestina. Tindakan Israel yang dianggap sebagai suatu pelanggaran

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2016 KEMHAN. Pasukan. Misi Perdamaian Dunia. Pengiriman. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGIRIMAN

Lebih terperinci

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Isi Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Dari 193 negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 138 negara anggota menyetujui Palestina tidak lagi hanya berstatus sebagai entitas pengamat

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai

Lebih terperinci

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam

Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Presiden Barack Obama kembali menjejakkan kakinya di Indonesia. Tidak ke Jakarta sebagaimana November 2010

Lebih terperinci

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Kasus perburuan Osama merupakan contoh kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa hukum internasional merupakan aturan yang sangat multiinterpretasi. Kesepakatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa

BAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu perilaku interaksi yang terjadi di dalam diri seseorang atau di antara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

pendekatan agama-budaya atasi terorisme

pendekatan agama-budaya atasi terorisme Indonesia sarankan pendekatan agama-budaya atasi terorisme Senin, 22 Mei 2017 00:20 WIB 1.596 Views Pewarta: Joko Susilo Presiden Joko Widodo. (ANTARA News/Bayu Prasetyo) Riyadh (ANTARA News) - Indonesia

Lebih terperinci

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing Negara Mali menjadi rebutan negara-negara Barat. Prancis, sebelum keduluan negara lain, menginvasi negeri itu dengan mengirimkan tentaranya. Perserikatan Bangsa-Bangsa diam seribu bahasa terhadap kondisi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG I. UMUM VETERAN REPUBLIK INDONESIA Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL

Lebih terperinci

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL Dalam Bab 4 ini akan membahas tentang Kegagalan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) sebagai Organisasi Internasional dalam menangani konflik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bermula dari para pendatang dari Eropa yang bermukim di Amerika utara sejak abad ke-16, bangsa Amerika menjadi sebuah bangsa baru yang lahir dalam suatu

Lebih terperinci

Jadi tanpa pengawalan tim dari Indonesia? Ya. Di perbatasan, kita percaya saja. Obat dijemput oleh representasi pemerintah Palestina.

Jadi tanpa pengawalan tim dari Indonesia? Ya. Di perbatasan, kita percaya saja. Obat dijemput oleh representasi pemerintah Palestina. {mosimage}dr Joserizal Jurnalis Ketua Presidium Mer-C Tanggal 3 Januari 2009 lalu, dr Joserizal Jurnalis bersama beberapa orang dari Mer-C berangkat ke Aman, Yordania. Rencananya, mereka akan masuk ke

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina

Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina Sejarah Palestina, Berdirinya Negara Palestina, Palestina Pasca British Mandat, Sistem Politik & Pemerintahan, dan Konflik Israel - Palestina Disusun Oleh Ansor Budiman (1302045098) Yusra Mufasir (1302045109)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci