BAB II METODE READING ALOUD DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA ARAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE READING ALOUD DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA ARAB"

Transkripsi

1 BAB II METODE READING ALOUD DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA ARAB A. Metode Reading Aloud 1. Pengertian Metode Reading Aloud Metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semuanya berdasarkan atas approach yang telah dipilih. 1 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 2 Metode juga merupakan sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran. Proses ini tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat metode adalah prosedural. 3 Metode pembelajaran (thariqah at-tadris/teaching method) adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubungan 1 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hal Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal

2 23 erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan dan tidak bertentangan dengan pendekatan. Dengan kata lain metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu. Dalam tingkatan ini diadakan pilihan-pilihan tentang keterampilan-keterampilan khusus mana yang harus diajarkan, materi-materi apa yang harus disampaikan dan bagaimana urutannya. 4 Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan oleh pengajar. Bila topik yang akan dibahas itu luas, maka mungkin berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode mengandung unsur-unsur berikut: (1) Uraian tentang apa yang akan dipelajari (2) Diskusi dan pertukaran pikiran (3) Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai alat instruksional, laboratorium, dan lain-lain (4) Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekitar sekolah seperti kunjungan, kerja lapangan, eksplorasi dan penelitian (5) Kegiatan-kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku perpustakaan, alat audio visual, dan lain-lain (6) Kegiatan kreatif seperti drama, seni rupa, musik, pekerjaan tangan dan sebagainya. 4 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 168

3 24 Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa metode mengajar adalah metode yang digunakan oleh pengajar dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. 5 Metode mengajar adalah hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Bahkan para ahli bahasa mengatakan bahwa metode mengajar adalah termasuk rukun keempat dalam proses belajar mengajar. Setelah guru, murid dan materi. Seorang guru merupakan tulang punggung dalam proses belajar mengajar, karena ia sebagai penengah antara murid dan buku pelajaran, maka metode mengajar sebagai lingkaran yang melibatkan tiga unsur (guru + materi/ buku pelajaran + murid) tersebut. Dengan metode, pengajar (guru) dapat mentransfer isi materi kepada murid, tetapi dengannya pula kesimpulan/ hasil mengajar dapat berbeda, manakala metode berbeda sekalipun buku dan materinya sama. 6 Kemahiran yang digunakan manusia dalam mengungkapkan maksud atau gagasannya adalah meliputi mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Upaya menguasai masing-masing kemahiran telah melahirkan berbagai macam metode pengajaran, yang menuntut para ahli bahasa berbeda-beda dalam prioritas dan penekanannya. Sebagian menekankan pada kemahiran pertama dan kedua, dan sebagian yang lain 5 Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Op. Cit, hal Abdul Mu in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004) hal. 151

4 25 memberikan penekanan kepada kemahiran ketiga saja, serta yang lain lagi memberikan perhatian kepada keseluruhannya. 7 Metode reading aloud termasuk salah satu metode yang menekankan pada kemahiran membaca. Metode membaca (reading method) yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara terlebih dahulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topiktopik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa atau menunjuk salah satu diantara siswa untuk membacakan pelajaran dan siswa lain memperhatikan dan mengikutinya. 8 Membaca nyaring (al-qira ah al-jahriyyah) adalah membaca dengan menyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. Latihan membaca ini lebih cocok diberikan kepada pelajar tingkat pemula. Sesuai dengan sebutan bacaan ini, maka tujuan utama reading aloud atau membaca nyaring adalah agar para pelajar mampu melafalkan bacaan dengan baik sesuai dengan sistem bunyi dalam bahasa Arab. 9 Pada tahap permulaan, guru sebaiknya lebih dahulu memperkenalkan kata-kata yang sudah banyak diserap oleh bahasa pelajar. Hal ini dilakukan agar para pelajar tidak mengalami kesulitan, terutama bagi mereka yang baru belajar bahasa ini. Selanjutnya guru 7 Ibid., hal. 6 8 Ahmad Muhtadi Anshori, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-metodenya, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal Acep Hermawan, Op. Cit., hal. 144

5 26 memberikan contoh pengucapan kata-kata yang diikuti oleh para pelajar. 10 Reading aloud atau membaca keras biasanya dipergunakan sebagai latihan, sehingga harus dapat menjaga ketepatan bacaan dengan qaidah-qaidah bahasa Arab. 11 Metode reading aloud atau membaca keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi. 12 Langkah-langkah metode reading aloud adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. Batasi dengan pilihan yang kurang dari 500 kata. 2. Perkenalkan teks itu pada peserta didik. Perjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok untuk diangkat. 3. Bagikan bacaan teks itu dengan alenia-alenia atau beberapa cara lainnya. Ajaklah para sukarelawan untuk membaca keras bagianbagian yang berbeda. 4. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, hentikan dibeberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, munculkan beberapa pertanyaan, atau berilah contoh-contoh, buatlah diskusi-diskusi singkat, jika peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian lanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks Tujuan Metode Reading Aloud Terminologi membaca nyaring (reading aloud) disini adalah jenis bacaan yang diekspresikan peserta didik dengan suara yang keras (tinggi), sedangkan peserta didik yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian. 10 Ibid., hal Abdul Mu in, Op. Cit., hal Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Penerjemah : Sarjuli, dkk., (Yogyakarta: Yappendis, 2005), hal Ibid, hal. 131

6 27 Jadi segala jenis bacaan yang sifatnya keras dan bersuara bisa dikatakan membaca nyaring. Membaca nyaring memiliki tujuan tersendiri, yaitu: 1) Medium untuk membangkitkan semangat peserta didik untuk gemar membaca, disamping merasakan nilai sastra dan aspek-aspek yang berkaitan dengan keindahan. 2) Medium untuk memperbaiki ucapan, membenarkan bacaan, mengekspresikan sesuatu yang baik, dan mampu mengungkapkan huruf-huruf dari makhraj al-huruf. 3) Medium pendidik untuk mengetahui kondisi kelemahan peserta didiknya, secara individual dalam mengucap serta memberikan solusi dalam kondisi yang tepat. 4) Medium pendidik untuk mengetahui kesalahan peserta didiknya, sekaligus merupakan standar berhasil tidaknya dalam aktivitas proses pembelajaran terhadap materi yang telah disampaikan. 5) Medium untuk menggembirakan pembaca dan pendengar secara simultan, sehingga keduanya dapat mengadakan internalisasi terhadap bahan bacaan, jika teks tersebut menarik Teknik Reading Aloud Teknik pembelajaran (uslub al-tadris/teaching technique) lebih bersifat aplikatif, karena itu sering disebut gaya pembelajaran. Dikatakan demikian karena aspek ini bersentuhan langsung dengan kondisi nyata 14 Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 101

7 28 seorang guru dalam menjabarkan metode ke dalam langkah-langkah aplikatif. 15 Ada dua teknik yang mungkin bisa dilakukan dalam pengajaran membaca nyaring, yaitu teknik sintesis (al-tarkib) dan analisis (at-tahlil). a. Teknik sintesis (al-tarkib) Teknik ini dilakukan dengan mendahulukan huruf daripada kata. Teknik ini bisa disebut al-juz/ parsial, sebab pengajaran materi dimulai dari bagian terkecil (huruf) sampai kepada keseluruhan (kata). Langkah pertama, memisahkan kalimat tersebut menjadi bagian terkecil. Langkah kedua, menyatukan huruf-huruf sehingga menjadi bentuk kata yang utuh. Kata tersebut juga diucapkan oleh guru, lalu diikuti oleh pelajar. Setelah itu guru menjelaskan makna kata yang diajarkan. Teknik ini juga berlaku dalam mengajarkan kalimat (jumlah) jika sudah memungkinkan untuk diajarkan kalimat. Caranya dengan mendahulukan kata atas kalimat lengkap. Langkah pertama pemisahan kata-kata. Kata-kata diucapkan oleh guru, kemudian diikuti oleh pelajar. Setelah itu penjelasan makna masing-masing kata. Langkah kedua penggabungan kata-kata menjadi kalimat-kalimat (jumlah) yang diajarkan lebih dari satu. Lalu diucapkan oleh guru dan diikuti oleh pelajar. Langkah ketiga penggabungan seluruh jumlah menjadi paragraf yang utuh. Jika pelajar 15 Acep Hermawan, Op. Cit., hal.168

8 29 dianggap telah baik dalam pengucapan kalimat-kalimat (jumlah), maka tidak diperlukan contoh. Setelah itu dilakukan pembahasan makna secara keseluruhan. b. Teknik analisis (at-tahlil) Teknik ini bisa disebut al-kull/ total, sebab pengajaran materi dimulai dari keseluruhan sampai kepada bagian. Ketentuannya adalah jika materi yang diajarkan berbentuk kata, maka yang didahulukan adalah kata lalu huruf. Langkah pertama adalah kata diucapkan oleh guru dan diikuti oleh pelajar secukupnya kemudian penjelasan maknanya. Langkah kedua adalah pemisahan huruf-huruf yang ada dalam kata kerja tersebut. Sedangkan jika materi yang diajarkan berbentuk kalimat (jumlah), maka yang didahulukan adalah kalimat (jumlah) lalu kata. Langkah pertama adalah penyajian jumlah tersebut. Pada langkah ini para pelajar dibimbing mengucapkan kalimat-kalimat seperlunya. Setelah itu pembahasan makna seperlunya. Langkah kedua adalah pemisahan kalimat (jumlah), diikuti oleh pengucapan dan penjelasan makna seperlunya. Langkah ketiga adalah pemisahan kata diikuti oleh pengucapan dan penjelasan makna seperlunya Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Reading Aloud Untuk keefektifan pembelajaran membaca nyaring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru. Al-Khuli mengatakan: 16 Acep Hermawan, Op. Cit., hal

9 30 a. Dalam memulai kegiatan membaca, guru hendaknya memilih pelajar yang bagus bacaannya. Hal ini dimaksudkan selain untuk percontohan bagi teman-temannya, juga akan turut memberikan semangat mereka untuk membaca. b. Sebaiknya guru menyuruh pelajar untuk membaca di depan kelas, dan sesekali membagikan pandangan kepada teman-temannya saat membaca. c. Hendaknya guru mampu menciptakan kelas yang turut serta menjadi pengoreksi kesalahan bacaan. Dalam arti semua pelajar harus terlibat memperhatikan bacaan pelajar yang diperintahkan membaca. d. Tidak diperkenankan guru menyuruh membaca terlalu lama, sebab akan cepat melelahkan. Demikian juga porsi waktu yang digunakan untuk membaca nyaring tidak terlalu lama, sehingga tidak menyita porsi waktu untuk mengajarkan keterampilan yang lain. e. Untuk menanamkan kemampuan memahami bacaan, di akhir bacaaan hendaknya guru mengajak berdiskusi kepada para pelajar tentang isi bacaan Kelebihan dan Kekurangan Reading Aloud Ada beberapa kelebihan mengajar membaca secara nyaring, antara lain seperti kata Nababan: 1) Menambah kepercayaan diri pelajar 2) Kesalahan-kesalahan dalam lafal dapat segera diperbaiki guru 17 Acep Hermawan, Op. Cit., hal

10 31 3) Memperkuat disiplin dalam kelas, karena pelajar berperan serta secara aktif dan tidak boleh ketinggalan dalam membaca secara serentak 4) Memberi kesempatan kepada pelajar untuk menghubungkan lafal dengan ortografi (tulisan) 5) Melatih pelajar untuk membaca dalam kelompok-kelompok Namun disamping kelebihan tersebut terdapat beberapa kelemahan, menurut Al-Khuli kelemahan itu antara lain: 1) Membaca nyaring akan menyita banyak energi, akibatnya pelajar akan cepat lelah 2) Tingkat pemahaman membaca nyaring lebih sedikit dibandingkan membaca diam, sebab pelajar lebih disibukkan melafalkan kata-kata dibandingkan dengan memahami isi bacaan 3) Membaca nyaring dapat menimbulkan kegaduhan, kadang-kadang dapat mengganggu orang lain. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan tersebut, mengajar membaca nyaring perlu dilakukan, terutama kepada para pelajar tahap pemula. Pada tahap ini mereka harus dikenalkan kepada bunyi-bunyi huruf Arab dan dilatih pelafalannya. Seperti diketahui bahwa Bahasa Arab memiliki karakteristik bunyi yang berbeda secara prinsipil dibandingkan dengan bunyi-bunyi huruf pada bahasa pelajar. Jika tidak dikenalkan dan dilatih pengucapannya secara benar, maka akan menjadi kendala pada tahap pelajar selanjutnya Acep Hermawan, Op. Cit., hal

11 32 B. Pembelajaran Membaca Bahasa Arab 1. Pengertian Pembelajaran Membaca Pembelajaran yang diidentikkan dengan mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan pe dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang didalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

12 33 Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan bahwasanya arti pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan. Seharusnya pembelajaran bermakna proses membuat atau menyebabkan orang lain belajar. Adapun menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, materi meliputi buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran disebut juga proses perilaku dengan arah positif untuk memecahkan masalah personal. 19 Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya. Dengan demikian, kegiatan membaca bukanlah suatu kegiatan yang sederhana seperti apa yang diperkirakan banyak pihak sekarang ini. hal M. Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo)

13 34 Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang terlihat secara kasat mata, dalam hal ini siswa atau mahasiswa melihat sebuah teks, membacanya, dan setelah itu diukur dengan kemampuan menjawab sederet pertanyaan yang disusun mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi, melainkan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar pembaca. Pengajaran membaca harus memperhatikan kebiasaan cara berpikir teratur dan baik. Hal ini disebabkan membaca sebagai proses yang sangat kompleks, dengan melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi seperti ingatan, pemikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah. 20 Nuttal mengemukakan beberapa prinsip umum pembelajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak. Hal ini berarti pembelajaran membaca tidak bisa dilakukan secara sporadis melainkan harus dilakukan secara bertahap. Beberapa tahapan dalam pembelajaran membaca tersebut adalah: a. Memberanikan anak membaca b. Mendorong anak membaca c. Menjajaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak dalam membaca 20 Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Op. Cit., hal. 246

14 35 d. Modeling membaca: mendemonstrasikan cara-cara yang dibutuhkan anak dalam membaca e. Klarifikasi: memberikan contoh baca, menjelaskan strategi membaca dan memberikan pembelajaran secara eksplisit jika diperlukan. 2. Kemampuan baca anak tidak dapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan. 3. Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui interaksi antara guru dan kelas. 4. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun kemampuan anak berinteraksi dengan teks. 5. Pembelajaran membaca harus dilakukan dalam atmosfer kelas yang kondusif. 6. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya harus senantiasa melatihkan siswa berbagai strategi membaca sebelum siswa melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya. 7. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan berorientasi ke depan, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai jenis bacaan baik untuk saat ini maupun pada jenjang pendidikan selanjutnya. 8. Pahamilah bahwa pada dasarnya hanya dua jenis kemampuan membaca yang harus secara mendalam diajarkan yakni kemampuan

15 36 membaca intensif (kegiatan baca yang memfokuskan pada satu teks tertentu dengan tujuan agar siswa tidak sekadar memahami makna bacaan tetapi mengetahui bagaimana makna dibentuk dari sebuah bacaan) dan kemampuan membaca ekstensif (kegiatan baca yang dilakukan dengan membaca berbagai teks guna mendapat pemahaman yang luas atas suatu isi bacaan). 21 Tarigan melihat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Membaca dengan demikian melibatkan tiga unsur, yaitu makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawakan makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual. Dalam makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah,kagum, rindu, sedih dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Lebih luas lagi membaca bukan hanya itu, tapi menggunakan isi bacaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi membaca dalam makna yang terakhir mencakup empat hal sekaligus, yaitu (1) mengenali simbol-simbol tertulis, (2) memahami 21 Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. (Bandung: Refika Aditama, 2012) hal

16 37 makna yang terkandung, (3) menyikapi makna yang terkandung, dan (4) implementasi makna dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dalam makna yang sangat luas ternyata tidak mudah, sebab banyak variabel yang terlibat, namun untuk sekedar pendahuluan, kemampuan melafalkan kata-kata dan memahami makna secara utuh sudah termasuk baik. Adapun penjiwaan dan implementasi makna dalam kehidupan akan muncul kemudian dengan memperbanyak latihan. 22 Agar pelajaran membaca ini menarik dan menyenangkan, teks bacaan hendaknya dipilihkan yang sesuai dengan minat, tingkat perkembangan dan usia pelajar. Teknik membaca dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca dalam hati dan membaca keras. 1. Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun perinciannya. Dalam latihan membacadalam hati ini diusahakan suasana tenang, sehingga memungkinkan untuk berkonsentrasi. 2. Membaca keras, biasanya bacaan ini dipergunakan sebagai latihan, sehingga harus dapat menjaga ketepatan bacaan dengan qaidahqaidah bahasa Arab Acep Hermawan, Op. Cit., hal Abdul Mu in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004) hal

17 38 2. Tujuan Pembelajaran Membaca Bahasa Arab Tujuan pembelajaran bahasa diperlukan agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dengan sesamanya dan lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk menguasai ilmu bahasa dan kemahiran bahasa Arab, seperti muthala ah, muhadatsah, insya, nahwu dan sharaf sehingga memperoleh kemahiran berbahasa yang meliputi empat aspek kemahiran, yaitu: kemahiran menyimak, kemahiran membaca, kemahiran menulis dan kemahiran berbicara. Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah: (1) untuk dapat memahami al-quran dan hadist sebagai sumber hukum ajaran islam; (2) untuk dapat memahami buku-buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dalam bahasa Arab; (3) untuk dapat berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab; (4) untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (supplementary); (5) untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional. Di samping itu, tujuan pengajaran bahasa Arab adalah untuk memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang dapat membantu memperoleh kemahiran berbahasa, dengan menggunakan berbagai bentuk dan ragam bahasa untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, untuk tercapainya tujuan tersebut para pengajar/ ahli bahasa, pembuat kurikulum atau program pembelajaran harus memikirkan materi/ bahan yang sesuai dengan tingkat kemampuan

18 39 peserta didik serta mencari metode atau teknik pengajaran ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, dan melatih peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik kemahiran membaca, menulis dan berbicara. 24 Secara umum, tujuan akhir dari pembelajaran membaca adalah agar siswa memiliki keterampilan membaca dan memahami teks berbahasa baik yang telah dipelajari maupun dalam kehidupan nyata Keterampilan Membaca Bahasa Arab Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca. 26 Keterampilan membaca (maharah al-qira ah/reading skill) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambanglambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca dengan 24 M. Khalilullah, Op. Cit., hal Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011) hal Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Op. Cit., hal. 245

19 40 penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dangan bahasa tulis. 27 Kemahiran membaca merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (penulis) di dalam bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna. 28 Secara umum kemahiran membaca mengandung dua pengertian. Pengertian pertama adalah mengubah tulisan menjadi bunyi, pengertian kedua adalah menangkap arti dari situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. a. Kemahiran mengubah lambang tulis menjadi bunyi Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Abjad Arab bersifat sillabry yang semua hurufnya hidup, sedangkan abjad latin bersifat alphabetic yang mengenal adanya huruf hidup dan huruf mati. Perbedaan lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru, menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan huruf-huruf Arab ketika berdiri sendiri, di awal, di tengah dan di akhir. Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan kesukaran bagi para siswa yang sudah terbiasa dengan huruf latin. Ditambah lagi 27 Acep Hermawan, Op. Cit., hal M. Khalilullah, Op. Cit hal. 9

20 41 dengan kenyataan bahwa buku-buku majalah dan surat-surat kabar berbahasa Arab ditulis tanpa syakal (tanda vokal). Dengan demikian kemahiran membaca tergantung pada penguasaan kosa kata dan tata bahasa yang dimiliki atau yang dikuasai. Oleh karena itu, pada tingkat permulaan, teks bacaan masih perlu diberi syakal atau baris, dan secara bertahap dikurangi sesuai dengan perkembangan penguasaan kosakata dan pola kalimat bahsa Arab oleh para siswa. Tetapi pada prinsipnya sejak awal siswa dilatih dan dibiasakan membaca tanpa syakal dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan membaca untuk pemahaman. b. Kemahiran memahami makna bacaan Memahami makna bacaan merupakan inti dari kemahiran membaca. Dalam hal ini ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran membaca. Unsur-unsur tersebut ialah unsur kata, unsur kalimat, dan paragraf. Ketiga unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan. Pembelajaran kemahiran membaca hendaklah dibuat menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu bahan bacaan yang diberikan harus dipilih yang sesuai minat, bakat siswa dan tingkat perkembangannya Wa Muna, Op. Cit., hal

21 42 4. Tes Kemampuan Membaca Bahasa Arab Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, tanpa membaca, kehidupan seseorang akan statis dan tidak berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab urgensi keterampilan membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran membaca merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan. Demikian halnya dengan pelaksanaan tes kemampuan membaca (maharah qiraah). Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca, mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemampuan membaca, serta mengetahui hasil pengajaran bahasa Arab. Jika tes mendengar berkaitan erat dengan bahasa verbal atau artikulasi bunyi, sedangkan tes kemampuan membaca berdasarkan bahasa nonverbal atau simbol tertulis. Ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki untuk mengembangkan keterampilan membaca bahasa Arab antara lain adalah sebagai berikut: a) Kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan antar lambang dan bunyinya. b) Kemampuan mengenal kata, baik di dalam sebuah kalimat maupun tidak. c) Memahami makna kata sesuai dengan konteks d) Memahami makna nyata (dzahir) sebuah kata

22 43 e) Mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu kalimat. f) Menyimpulkan isi wacana dengan cepat g) Membaca kritis h) Memahami metode gaya bahasa penulis i) Menemukan informasi tersurat ataupun tersirat sesuai dengan yang diharapkan penulis. j) Membaca cepat k) Ketelitian dan kelancaran membaca l) Menentukan tema atau judul bacaan m) Menemukan ide pokok dan ide penunjang. Yang dimaksud mengukur kemampuan membaca bahasa Arab pada dasarnya adalah mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab (fahm al-maqru), tetapi ada juga yang menambahnya dengan mengukur kemampuan kebenaran membaca yang meliputi: kebenaran dalam membaca dari segi pengucapannya, dan kebenaran nahwu dan sharafnya. Untuk mengukur kemampuan memahami teks bacaan berbahasa Arab disebut al-qiraah al-shamitah (membaca dalam hati), dan untuk mengukur kebenaran dalam membaca disebut al-qiraah al-jahriyah (membaca dengan suara keras).

23 44 Untuk mengukur kemampuan membaca dan memahami teks bacaan, terdapat beberapa bentuk tes yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut: a) Membaca dengan suara keras (al-qiraah al-jahriyah) Disini siswa diminta untuk membaca teks bacaan berbahasa Arab yang telah dipilih dan diseleksi disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Jika siswa yang akan dites adalah dari kelompok siswa tingkat tinggi (al-mustawa al-mutaqadim), maka teks harus sesuai dengan tingkat kemampuannya, yaitu teks yang tingkat kesulitannya komplek. Untuk menghindari penilaian yang subjektif, maka dibuatkan pedoman penilaian yang menjelaskan tentang unsur-unsur kemampuan yang akan dinilai dengan memberi skor yang telah ditetapkan. Seperti: kelancaran dalam membaca, kebenaran pengucapan huruf dan kalimat, kebenaran bacaan nahwu dan sharafnya. Untuk mengukur kebenaran pelafalan kata dan kalimat dapat langsung dilihat pada saat siswa membaca teks yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengetahui kebenaran bacaan dari segi nahwu dan sharaf dapat dilihat pada saat siswa membaca atau dapat juga melalui pertanyaan yang berkaitan dengan nahwu dan sharafnya, seperti: siswa diminta untuk menentukan fa il, mubtada, al-maf ul bih dan

24 45 lain-lainnya pada teks yang dibaca, atau siswa diminta untuk menentukan kedudukan/jabatan beberapa kata (al-i rab). b) Fahm al-maqru (memahami teks bacaan) Untuk mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab, ada beberapa bentuk tes yang dapat digunakan antara lain: alikhtiyar min mutaaddid (pilihan ganda), shawab wa khata (benar salah), mil u al-farag (isian singkat), muzawajah (menjodohkan). 30 hal Abdul Hamid, Mengukur Kemampun Bahasa Arab. (Malang: UIN Maliki Press, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. serta teks-teks bahasa Arab atau literatur-literatur yang berbahasa Arab.

BAB I PENDAHULUAN. serta teks-teks bahasa Arab atau literatur-literatur yang berbahasa Arab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Arab saat ini sudah merupakan bahasa internasional dimana banyak sumber literatur menggunakan bahasa Arab. Di Indonesia dewasa ini bahasa Arab bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna serta hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih BAB II LANDASAN TEORI A. Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa yang menuntut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10 Menurut pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB A. Metode Qira ah 1. Latar Belakang Metode Qira ah Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di Amerika Serikat pada saat itu menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

ز

ز ز ي ك 1 2 3 (Wa Muna 4 5 6 7 8 )Azhar Arsyad( Wa Muna 9 10 (Radhihah) (Ahmad Syahrul Faiz) 11 12 46 47 48 49 50 51 UIN MALIK Press, MALANG UIN MALIK Pess Arabic International Arief Armai.2002. Pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi

BAB II KAJIAN TEORI. komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Membaca Membaca termasuk aspek penting dari keterampilan berbahasa. Dalam keterampilan berbahasa membaca sebagai satu bagian dari komunikasi tulisan.

Lebih terperinci

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 1. HAKIKAT MEMBACA 2. JENIS MEMBACA 3. KEM 4. STRATEGI MEMBACA CEPAT 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN FOKUS MEMBACA 1. HAKIKAT MEMBACA SBB: A. Proses pengubahan lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

Aningsih, M.Pd* Icy Putri Jayanty*

Aningsih, M.Pd* Icy Putri Jayanty* UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA MELALUI STRATEGI DIRECTED READING THINGKING ACTIVITY (DRTA) DI KELAS III SDBANI SALEH 2 BEKASI PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Aningsih, M.Pd* Icy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam berbagai keperluan yang beragam yang disesuaikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK. NEGERI PEMBINA KI HADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO ERTIWI MAMONTO Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti Tahun Pelajaran 2011 2012 ) NAMA : NENENG WULANSARI ALAMAT Email : wulansari@land.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. tingkat pertama (Madrasah Tsanawiyah). Aktivitas pembelajaran berjalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. tingkat pertama (Madrasah Tsanawiyah). Aktivitas pembelajaran berjalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bahasa Arab sudah dimulai sejak di sekolah tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah), pendidikan itu

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

Oleh Dwi Budi Mulyono

Oleh Dwi Budi Mulyono 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI OLEH SISWA KELASX SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014 / 2015 Oleh Dwi Budi

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH Devita Vuri Guru SDN Karawang Kulon II Kabupaten Karawang Abstrak Pembelajaran bahasa di SD kelas rendah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. No. 2 Januari-Juni 2017 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS Siti Halimah Sekolah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah cerminan masyarakat dan budaya suatu negara. Ada beragam macam bahasa yang terdapat di dunia ini yang dijadikan alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan atau berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Artinya

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Fahrurrozi Abstrak, Pengajaran membaca di SD dibagi dalam dua tahapan, yaitu: membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kemampuan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BahasaIndonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Strategi Pemanfaatan Media 29 STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Email: nafiiwildan@gmail.com Abstrak Media pendidikan itu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskriptif dan analisis yang penulis lakukan terhadap teori pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan naẓariyah alwahdhah di SMA Islam Pekalongan dan hasil belajar

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Perkembangan kemajuan ini ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. Maka melalui

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR Enita Istriwati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Pos-el: info@balaibahasajateng.web.id Pos-el penulis:nicole_helan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah adalah merupakan lembaga yang mengkhususkan diri untuk kegiatan pendidikan Islam, tempat masyarakat mentransfer keterampilan, kebiasaan, cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Muh. Jabir STAIN Datokarama Palu, Jl. Diponegoro 23 Palu e-mail:muh.jabir@ymail.com Abstrak Menurut para ahli linguistik, ada empat kemahiran yang

Lebih terperinci

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X Oleh Linda Permasih Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. email: linda.permasih99@gmail.com Abstrac

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 27 KOTA BENGKULU

PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 27 KOTA BENGKULU Resnani Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016. Hal.248-254 PGSD FKIP Universitas Bengkulu PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5) BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dipaparkan lima subbab, yaitu: (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5) manfaat penelitian. Untuk lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan akan terjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7 Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Kenyataannya di SMK Farmasi Bakti Kencana Banjar beberapa siswa diantaranya kurang mampu menggunakan imajinasi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Hadijah, H.K Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci