MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi"

Transkripsi

1 MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Fahrurrozi Abstrak, Pengajaran membaca di SD dibagi dalam dua tahapan, yaitu: membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan diberikan pada siswa kelas I dan II sedangkan membaca pemahaman diberikan pada siswa kelas III, IV, V, dan VI. Pengajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Agar siswa mampu membaca permulaan dengan baik, guru perlu memahami dan menerapkan model pembelajaran membaca permulaan. Model membaca permulaan yang dapat diterapkan guru, yaitu: (a) model induktif, dan (2) model deduktif. Kata kunci: Membaca permulaan, membaca induktif, dan membaca deduktif. PENDAHULUAN Sekolah dasar (SD) merupakan tempat pendidikan formal yang yang pertama bagi anak dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan kognitif terkait dengan bagaimana seorang anak mampu mengetahui, memahami, dan menguasai berrbagai ilmu pengetahuan/mata pelajaran di SD. Kemampuan afektif merupakan sikap yang diperoleh siswa setelah dia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sedangkan kemampuan psikomotor terkait dengan berbagai keterampilan fisik yang dikuasai oleh anak setelah dia mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa SD tidak sama satu sama lain. Hal ini dikarenakan pada Siswa SD terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu siswa kelas rendah dan siswa kelas tinggi. Siswa kelas rendah dimulai pada usia, 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun atau siswa kelas rendah dimulai sejak kelas I, II, dan III. Siswa kelas tinggi dimulai sejak siswa berumur 9 atau 10 tahun sampai berumur 12 atau 13 tahun atau sejak kelas IV, V, dan VI. Di samping berbeda dalam hal usia dan tingkat kelas, siswa kelas rendah dan tinggi juga berbeda dalam kemampuan mencerna informasi. Untuk kelas rendah, siswa masih memperoleh informasi yang sifatnya konkret sedangkan siswa kelas tinggi sudah dapat memperoleh informasi yang cenderung abstrak. Namun perlu diperhatikan informasi yang abstrak sebaiknya dibatasi pada informasi yang sederhana dan tidak rumit. Sehubungan dengan hal di atas, pembelajaran di SD kelas rendah lebih ditekankan kepada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Calistung ini merupakan pondasi bagi anak dalam memahami atau berlanjut kepada penguasaan materi pelajaran di kelas tinggi. Seorang siswa yang belum mampu calistung pada kelas rendah, maka ia akan kesulitan pada mata pelajaran-mata pelajaran lain. Begitu pula sebaliknya, seorang siswa yang mampu secara calistung di kelas rendah, maka ketika berhadapan dengan materi-materi pelajaran di kelas tinggi, dia dapat mengikuti dan menguasainya. Begitu pentingnya peran

2 calistung di SD, tidak heran kalau dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 memasukkan indicator ketuntasan belajar di kelas rendah adalah siswa mampu calistung. Calistung di kelas rendah di kenal dengan membaca permulaan, menulis permulaan, dan berhitung permulaan. Materi pembelajaran calistung di kelas rendah diarahkan kepada 80% melatih anak dalam kemampuan motorik dan afektif sedangkan 20% kemampuan kognitif. Artinya pada siswa kelas rendah diarahkan bagaimana siswa mampu membaca huruf, kata, kalimat dengan menggunakan bahasa yang nyaring. Tujuannya adalah bagaimana seorang anak mampu melafalkan huruf, kata, kalimat dengan baik dan benar. Pada kemampuan menulis permulaan diharapkan anak mampu melatih tangan dan gerakan mata dalam menggoreskan huruf atau angka secara baik dan benar sedangkan kemampuan berhitung, bagaimana seorang anak mampu mengenali angka-angka secara baik dan benar. Sebagai bagian dari kegiatan calistung di kelas rendah, membaca permulaan merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas rendah. Dikatakan sangat penting, karena anak yang memiliki kemampuan mengenal huruf, kata, dan kalimat pada secara baik akan mampu mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran secara baik. Begitu pula sebaliknya, ketidakmampuan anak mengenal huruf, kata dan kalimat di kelas rendah akan berimplikasi kepada mata pelajaran lain yang tidak dapat dikuasai secara baik. Karena begitu pentingnya peran membaca permulaan di sekolah dasar ini, maka guru dituntut untuk menguasai berbagai metode-metode pengajaran membaca permulaan. Seorang guru yang mampu menerapkan metode membaca permulaan sesuai dengan karakteristik siswa tentu akan berimplikasi kepada kemampuan membaca anak. PEMBAHASAN 1. Pengertian Membaca Pembelajaran membaca di SD merupakan kegiatan yang diarahkan kepada pengembangan kemampuan verbal dari seseorang. Membaca tidak hanya membutuhkan mata untuk mengenali hurufhuruf yang ada di dalan tulisan. Lebih dari itu, membaca membutuhkan kerjasama yang baik antara mata dan pikiran dalam mengolah katakata yang dibaca untuk dipahami maknanya. Oleh karena itu, pembelajaran membaca di SD sangat penting bagi siswa SD. Hal ini tercermin dari pendapat Abbas (2006:102) yang mengatakan bahwa membaca adalah suatu aktifitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif, dan kreatif dengan memanfaatkan pengalaman belajar membaca. Pendapat di atas dapat dipahami bahwa dengan membaca seseorang tidak hanya mampu menangkap informasi yang ada di dalam tulisan, tetapi juga mampu memahami yang berada diluar tulisan. Artinya dengan membaca seseorang akan dapat memahami tulisan bukan sekedar mengenal huruf atau lambang-lambang akan tetapi seseorang akan mampu secara tepat memaknai huruf atau symbol tersebut. Senada dengan pendapat di atas, Klein, dalam Rahim (2007:3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah

3 strategis, (3) membaca merupakan interaktif. Maksud dari definisi ini adalah kemampuan membaca seseorang tidak hanya didapatkan secara instan akan tetapi kemampuan membaca perlu dilatihkan secara terus menerus sehingga seseorang dapat mahir dalam membaca. Selain itu, membaca merupakan salah satu keterampilan yang cukup penting dikuasai karena siswa akan mampu mempelajari berbagai ilmu pengetahuan apabila ia telah lancar dalam membaca. Tidak itu saja, membaca merupakan sarana yang efektif dalam membangun komunikasi antara penulis dan pembaca dengan bantuan pesan yang tertuang dalam bacaan. Penulis dapat mengekspresikan ide, gagasan, dan pesannya kepada khalayak secara bebasa dan pembaca dapat memahami maksud dari penulis tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan membaca merupakan proses kegiatan yang melibatkan mata dan pikiran untuk dapat bekerjasama dalam menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol berupa rangkaian huruf-huruf dalam suatu tulisan. 2. Membaca Permulaan Membaca permulaan diajarkan pada siswa SD kelas rendah, yaitu kelas I dan kelas II. Pengajaran membaca permulaan di kelas rendah dimaksudkan agar siswa mampu melafalkan bumyi symbol/huruf, kata, dan kalimat dengan benar dan sesuai dengan intonasi yang tepat. Oleh karena itu, membaca permulaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan proses membaca secara mekanik. Membaca secara mekanik maksudnya adalah siswa membunyikan bacaan yang dibacanya dengan menggunakan suara yang nyaring. Menurut Shiba i (2000:94) untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan hal sebagai berikut, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambanglambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Maksud dari kemampuan membunyikan adalah bagaimana siswa mampu melafalkan huruf, kata, kalimat secara tepat sesuai dengan intonasi. Selain itu, kebulatan atau kejelasan huruf pada saat siswa membunyikan huruf, kata, dan kalimat perlu dilatih secara terus menerus karena siswa kelas I dan II masih mengalami perkembangan motoric termasuk alat ucapnya. Selanjutnya, maksud dai penguasaan kosa kata untuk memberi arti adalah dengan membunyikan kata, siswa akan mengenali makna dari kata yang diucapkannya karena kegiatan membaca permulaan pada prinsipnya merupakan pembelajaran yang terintegrasi antara membaca dan menulis. Terakhir, yang dimaksud memasukkan makna dalam kemahiran berbahasa adalah setelah siswa mengenal dan mampu membunyikan kata atau kalimat siswa akan mampu menyusun kalimat sesuai dengan tujuan berkomunikasi. Artinya, ketika seorang siswa membacakan suatau bacaan, ia akan segera memahami maksud dari bacaan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran membaca permulaan diberikan dengan tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Sehubungan dengan hal di atas, dalam KTSP (2006) dikatakan bahwa Hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran

4 Membaca Permulaan di kelas 1 SD/MI antara lain siswa dapat: (1) membiasakan diri dan bersikap dengan benar dalam membaca gambar tunggal, gambar seri, dan gambar dalam buku; (2) membaca nyaring suku kata, kata, label, angka Arab, kalimat sederhana; (3) membaca bersuara (lancar) kalimat sederhana terdiri atas 3-5 kata; (4) membacakan penggalan cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat. 3. Model Pembelajaran Membaca Permulaan Hasil belajar membaca permulaan yang digariskan oleh Depdiknas melalui KTSP 2006 membawa ilmplikasi yang cukup berat bagi guru-guru SD kelas rendah. Hal ini tidak hanya siswa diharapkan mampu membaca huruf, kata, kalimat sederhana, lebih dari itu, siswa dituntut untuk dapat membaca pengggalan cerita dengan lancar sesuai dengan intonasi yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan peran guru yang efektif dalam mengajarkan membaca permulaan dengan berbagai model pembelajaran yang tepat dan efektif. Menurut Akhadiah (1991) model pembelajaran yang dapat diajarkan guru adalah dengan (1) model deduktif dan (2) model induktif. 1) Model Induktif. Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan model pembelajaran membaca induktif dimaksudkan agar, siswa diperkenalkan unit bahasa terkecil terlebih dahulu baru kemudian mengenalkan kalimat dan wacana. Peran guru dengan model ini adalah guru terlebih dahulu mengenalkan huruf-huruf dengan membunyikan secara jelas dan tepat. Setelah siswa mampu membunyikan maka langkah selanjutnya adalah siswa merangkainya menjadi kata, kemudian menjadi kalimat. Agar siswa dalam waktu yang singkat dapat mengenali dan membunyikan huruf, maka guru sebaiknya mengenalkan hurufhuruf berupa konsonan yang paling banyak berada dalam kosakata bahasa Indonesia. Konsonan-konsonan yang sering muncul dalam kosakata bahasa Indonesia seperti konsonan /b/, /m/, /n/, /r/, /p/, dan lain sebagainya. Sedangkan konsonan yang sedikit muncul dalam kosakata bahasa Indonesia seperti; /w/, /x/. /z/, /q/ dan sebagai sebaiknya dikenalkan setelah siswa mengenali semua konsonan yang sering muncul dalam kosakata bahasa Indonesia Selain itu, untuk lebih mempercepat kemampuan siswa dalam mengenali huruf, maka sebaiknya ketika guru mengenalkan huruf, huruf yang dikenalkan jangan terlepas tetapi sebaiknya dipasangkan dengan konsonan. Hal ini mengingat siswa SD memiliki karakteristik dalam memahami informasi secara kongkret tentu ketika dikenalkan huruf/konsonan secara terlepaslepas, maka siswa sulit untuk mengingatnya kembali. Oleh karena itu, guru perlu memasangkan huruf konsonan dan vokal secara bersamaan. Contoh: Ketika guru mengajarkan huruf /p/ + /a/ + /p/ + /a/ = papa (ayah). Huruf konsonan dan vokal yang digabungkan akan bermakna seperti contoh tersebut. 2) Model Deduktif Berbeda dengan model pembelajaran membaca di atas, model pembelajaran deduktif siswa diperkenalkan unit bahasa terbesar terlebih dahulu (kalimat, wacana) baru kemudian mengenalkan kata, suku kata, sampai dengan huruf-huruf atau bunyi-bunyi bahasa. Model ini, mengarahkan siswa

5 terlebih dahulu untuk membaca beberapa kalimat. Setelah siswa membaca kalimat, siswa dihadapkan kepada penguraian kata per kata dan huruf per huruf. Setelah siswa menguraikan kalimat, kata, suku kata, dan huruf kemudian siswa merangkaikan huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Pennggunaan model deduktif ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dilihat dari kelebihan dari model ini adalah: (a) pembelajaran membaca permulaan lebih panjang waktunya dibandingkan dengan model induktif karena siswa diminta mengenali huruf, suku kata, kata, dan kalimat secara timbal balik; (b) siswa langsung dihadapkan kepada makna kata bukan huruf-huruf yang terlepas-lepas; dan (c) kemampuan menulis siswa akan semakin baik karena adanya pengulangan penulisan huruf, kata, dan kalimat. Selain kelebihan tersebut, kelemahan dari model deduktif ini adalah: (a) siswa merasa bosan karena secara terus menerus membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat, (2) waktu pembelajaran menjadi tersita untuk mengenal huruf, kata, dan kalimat, (3) Karakteristik pembelajaran model deduktif ini adalah abstrak, siswa kelas rendah belum mampu berpikir secara abstrak. membaca permulaan agar dapat dihafal dan lafalkan secara tepat oleh siswa perlu mendapatkan penanganan yang baik oleh guru. Penanganan itu adalah dengan cara guru mamu menggunakan berbagai model pembelajaran membaca permulaan sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, guru perlu mengenal dan mampu menerapkan model pembelajaran membaca induktif dan deduktif. Model pembelajaran induktif siswa diperkenalkan unit bahasa terkecil terlebih dahulu baru kemudian mengenalkan kalimat dan wacana., Sedangkan model pembelajaran deduktif siswa diperkenalkan unit bahasa terbesar terlebih dahulu (kalimat, wacana) baru kemudian mengenalkan kata, suku kata, sampai dengan huruf-huruf atau bunyi-bunyi bahasa. PENUTUP 1. Kesimpulan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada kelas rendah memuat tujuan dan pengembangan kemampuan berbahasa siswa. Salah satunya adalah siswa dapat membaca bersuara, Siswa akan dapat membaca bersuara apabila siswa sudah hafal abjad dan pelafalannya. Tanpa adanya kemampuan tersebut, maka siswa belum dapat membaca dengan baik. Membaca bersuara atau

6 DAFTAR PUSTAKA Abbas, Saleh Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar, Jakarta : Depdiknas, Akhadiah Sabarti, dkk, Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta : Depdikbud,1992. As-Shiba i, Musthafa Cakrawala Jendela Dunia, Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, Depdiknas, KTSP 2006, Jakarta: Depdiknas Rahim, Farida Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, Daftar Riwayat Hidup Peneliti: Dr. Fahrurrozi, adalah Dosen PGSD FIP UNJ.

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi manusia. Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas IV SDN Salunggadue

Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas IV SDN Salunggadue Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas IV SDN Salunggadue Arianti Hasan Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD Pertiwi Laboro Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Bahasa merupakan saran yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda, akan tetapi kesemuanya itu memiliki kesamaan fungsi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda, akan tetapi kesemuanya itu memiliki kesamaan fungsi yaitu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa memiliki kedudukan penting dalam sejarah kehidupan manusia. Disamping sebagai simbol komunikasi, juga sebagai bahasa pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA LAPTOP MAINAN DI TAMAN KANAK-KANAK FATHIMAH BUKAREH KECAMATAN TILATANG KAMANG ARTIKEL ILMIAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA LAPTOP MAINAN DI TAMAN KANAK-KANAK FATHIMAH BUKAREH KECAMATAN TILATANG KAMANG ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA LAPTOP MAINAN DI TAMAN KANAK-KANAK FATHIMAH BUKAREH KECAMATAN TILATANG KAMANG ARTIKEL ILMIAH NORA FRIMADONA JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Membaca 2.1.1. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan. Chaplin (dalam Maryana, 2012: 15). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, meliputi perubahan kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut pendapat Pelly (Haryadi dan Zamzani,

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut pendapat Pelly (Haryadi dan Zamzani, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa, selain ketiga keterampilan lain yaitu membaca, menyimak dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MEMAHAMI ISI BACAAN MELALUI MEDIA TEKS BACAAN DI KELAS VI SDN KENDALBULUR II TULUNGAGUNG

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MEMAHAMI ISI BACAAN MELALUI MEDIA TEKS BACAAN DI KELAS VI SDN KENDALBULUR II TULUNGAGUNG PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MEMAHAMI ISI BACAAN MELALUI MEDIA TEKS BACAAN DI KELAS VI SDN KENDALBULUR II TULUNGAGUNG FRITA DEVI ASRIYANTI 1) 1) STKIP PGRI Tulungagung e-mail: eyhe.butterfly@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah salah satu prasyarat agar anak dapat mempelajari atau memahami sesuatu. Membaca juga merupakan pintu gerbang pengetahuan. Dengan kemampuan membaca

Lebih terperinci

Frita Devi Asriyanti Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Frita Devi Asriyanti Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK MEMAHAMI ISI BACAAN MELALUI MEDIA TEKS BACAAN DI KELAS VI SDN KENDALBULUR II TULUNGAGUNG Frita Devi Asriyanti Dosen STKIP PGRI Tulungagung Abstrak.Membaca

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi pengantar atau bab untuk mengawali pembahasan penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun hal-hal yang akan dibahas pada bab pendahuluan ini, yaitu: A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya terus menerus untuk meningkatkan mutu dan efisiensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas/Semester : II/ Pertemuan Ke- : Alokasi Waktu : x 5 menit Standar Kompetensi : Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan Kompetensi Dasar : Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih Merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak ( Spodek dan Saracho, 1994). 2 cara : Langsung Menguhubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya Tidak langsung Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Ketrampilan menulis tegak bersambung. pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Ketrampilan menulis tegak bersambung. pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Ketrampilan menulis tegak bersambung Keterampilan menulis merupakan keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk memahami pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa membaca adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi. BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir seluruh aktivitas manusia melibatkan bahasa. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar Calistung (Membaca, menulis dan berhitung), Pengetahuan dan keterampilan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan 2.1.1.1. Pengertian Membaca Permulaan Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran menulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Pembelajaran bahasa sangat bermanfaat bagi siswa, karena dengan berbahasa siswa diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode Mueller dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode Mueller dalam 152 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode Mueller dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca dini yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Mekar Kesuma

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi dimanapun di dunia ini. Seperti yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : I (Satu) / 1 (satu) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Membaca Nyaring 2.1.1 Pengertian Membaca Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa(bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat peka untuk menerima berbagai stimulasi dari lingkungan. Keberhasilan anak dalam mencapai perkembangan yang optimal

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TEBAK BUNYI SUARA DI TAMAN KANAK-KANAK DHARMAWANITA AGAM Lusiana Srikartini ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TEBAK BUNYI SUARA DI TAMAN KANAK-KANAK DHARMAWANITA AGAM Lusiana Srikartini ABSTRAK 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TEBAK BUNYI SUARA DI TAMAN KANAK-KANAK DHARMAWANITA AGAM Lusiana Srikartini ABSTRAK Kemampuan membaca anak di Taman Kanak kanak Dharmawanita Agam

Lebih terperinci

PROBLEMATIKAA PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Wasnilimzar Universitas Negeri Padang

PROBLEMATIKAA PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Wasnilimzar Universitas Negeri Padang PROBLEMATIKAA PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Wasnilimzar Universitas Negeri Padang Abstract In order to increase the quality of human resources in education field, we should consider

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran keterampilan berbahasa, sesuai namaya bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan bahasa siswa. Terampil berbahasa berarti terampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Seorang pendidik selalu berusaha untuk mengantarkan peserta didiknya agar mencapai

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Hadijah, H.K Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi

IDENTIFIKASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi IDENTIFIKASI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Kesulitan belajar membaca permulaan terjadi pada anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MEMBACA NYARING DI KELAS II SDN 11 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MEMBACA NYARING DI KELAS II SDN 11 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MEMBACA NYARING DI KELAS II SDN 11 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO OLEH OLA HENDRIK Pembimbing I: Hj. Sumarni Mohamad, S.Pd M.Pd Pembimbing II: Dra. Ratnarti Pahrun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang siswa dituntut bisa belajar pelajaran yang lain. Memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang siswa dituntut bisa belajar pelajaran yang lain. Memperhatikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selain menulis dan menghitung, Membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap siswa. Melalui membaca seorang siswa dituntut bisa belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai media interaksi penulis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan

BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan melalui media kata untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain. Kemampuan membaca memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan satu upaya pembinaan bagi anak melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA Herlina, Kaswari, Heri Kresnadi Prodi PGSD FKIP Untan Pontianak

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu untuk berkembangnya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Awal di LPTK, ( Jakarta:USAID,2014), hlm.1. 1 USAID, Buku Sumber untuk Dosen LPTK: Pembelajaran Literasi

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Awal di LPTK, ( Jakarta:USAID,2014), hlm.1. 1 USAID, Buku Sumber untuk Dosen LPTK: Pembelajaran Literasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan membaca di kelas awal sangat berperan penting sebagai fondasi atau dasar penentu keberhasilan dalam kegiatan belajar siswa 1.Jika pembelajaran membaca dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pembelajaran Membaca dan Menulis Pada awal masuk BAB II KAJIAN PUSTAKA persekolahan siswa kelas 1 SD, pembelajaran yang utama adalah membaca dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008 PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa dikelompokan menjadi dua yaitu, keterampilan reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), serta keterampilan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK Satuan Pendidikan : SD/MI Kelas / Semester : I (Satu)/ 1 Tema 3 : ku Kompetensi Inti KI 1 : Menerima menjalankan ajaran agama dianutnya. KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: a) Keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kelompok social, bahasa di gunakan untuk berkomunikasi, berbagi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kelompok social, bahasa di gunakan untuk berkomunikasi, berbagi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan system lambang bunyi yang orbiter dan bermakna yang di gunakan manusia secara universal, unik, bervariasi dan produktif. Dalam sebuah kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa memiliki arti penting bagi kehidupan yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR Enita Istriwati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Pos-el: info@balaibahasajateng.web.id Pos-el penulis:nicole_helan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan,

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam pengajaran bahasa terdapat empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitung berada di usia 4 5

BAB II KAJIAN TEORI. Masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitung berada di usia 4 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Membaca Permulaan 1. Pengertian Membaca Masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitung berada di usia 4 5 tahun, karena di usia ini anak lebih mudah membaca dan mengerti

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS I SDN 02 MADIUN LOR KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS I SDN 02 MADIUN LOR KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS I SDN 02 MADIUN LOR KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Lina Wardani 1), Teguh Suharto 2), Dwi Rohman Soleh 3) 1,2,3) Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013

PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013 PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013 Mudzanatun mudzanatun.mpd_zana@yahoo.co.id Dosen PGSD FIP IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Guru dipandang sebagai gudang ilmu dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara

Lebih terperinci

Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul

Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul Penerapan Strategi DRTA... (Rizky Lia Dintasari) 1.959 Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul Implementation of DRTA Strategy to Improve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa khususnya Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan kemampuan berbahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat (lingkungan sosial budaya).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku adalah gudangnya ilmu. Peribahasa ini mengisyaratkan kepada kita bahwa membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat esensial bagi

Lebih terperinci

Didit Yulian Kasdriyanto. Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo (diterima: , direvisi

Didit Yulian Kasdriyanto. Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo (diterima: , direvisi ISSN 2354-6948 Penerapan Metode Pengamatan Langsung Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V SDN Malasan Wetan 02 Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo Didit Yulian Kasdriyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar W. S. Winkel (2000:4) menyimpulkan belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci