STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR TAWAR DALAM MENINGKATKAN EKONOMI WILAYAH KOTA BOGOR SONI GUMILAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR TAWAR DALAM MENINGKATKAN EKONOMI WILAYAH KOTA BOGOR SONI GUMILAR"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR TAWAR DALAM MENINGKATKAN EKONOMI WILAYAH KOTA BOGOR SONI GUMILAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 27

2 ABSTRAK SONI GUMILAR. Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar Dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah Kota Bogor. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan HEDI MUHAMMAD IDRIS. Ikan hias air tawar mempunyai peranan dalam aspek pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam perkembangannya dapat dijadikan sebagai media pertumbuhan ekonomi sehingga sangat perlu untuk dieksplorasi potensinya. Penelitian ini menganalisis tentang keunggulan daya saing ikan hias di wilayah Kota Bogor memakai metode Porter (Porter s Diamond Theory). Analisis manfaat dan biaya dari usaha ikan hias yang dilakukan pembudidaya ikan hias di Kota Bogor, menggunakan Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan Internal Rate of Return (IRR). Analisa terhadap persepsi stakeholders dalam pengembangan agribisnis ikan hias metode yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Keunggulan daya saing ikan hias air tawar di Kota Bogor lemah, ini disebabkan sarana dan prasarana seperti pakan masih didatangkan dari luar Kota Bogor selain kurangnya sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi ikan hias. Tingkat kelayakan usaha dari skala usaha kecil, menengah dan besar layak dikembangkan namun hasil uji analisis sensitivitas usaha kecil beresiko tinggi. Berdasarkan persepsi stakeholders pengembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor pemasaran menjadi prioritas terpenting dengan jalur pasar internasional. Strategi yang dirumuskan adalah : 1) Menumbuh kembangkan jaringan pasar; 2) Optimalisasi sumberdaya pendukung ikan hias; 3) Peningkatan Skala Usaha Kecil Menjadi Skala Usaha Menengah; 4) Optimalisasi produksi; 5) Meningkatkan pasar; 6) Menentukan kebijakan yang kondusif terhadap usaha ikan hias; 7) Peningkatan Sumberdaya manusia pembudidaya ikan hias; dan 8) Memperkuat modal usaha Kata kunci : Ikan Hias, Pemasaran, Strategi, Persepsi Stakeholder.

3 ABSTRAK SONI GUMILAR. Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah Kota Bogor. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan HEDI MUHAMMAD IDRIS. Ikan hias air tawar mempunyai peranan dalam aspek pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keunggulan daya saing ikan hias air tawar di wilayah Kota Bogor dengan menggunakan Porter s Diamond Theory. Metode analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Ditemukan bahwa secara ekonomi ikan hias air tawar layak diusahakan, namun analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha kecil berisiko tinggi untuk dikembangkan. Menurut persepsi stakeholders prioritas utama pengembangan ikan hias air tawar adalah pengembangan pemasaran, terutama pasar internasional. Oleh karena itu langkah strategis pengembangannya adalah : menumbuhkembangkan jaringan pasar, optimalisasi sumberdaya pendukung, peningkatan skala usaha, optimalisasi produksi, memperluas pasar, membuat kebijakan yang kondusif, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memperkuat modal usaha. Kata kunci : ikan hias, pemasaran, strategi, persepsi stakeholder.

4 ABSTARCT The business of ornamental fish play a role in the aspect of community economy empowerment, and they can become media economy development, therefore it is necessary to explore their potencies. This research analizes the stakeholder perception of ornamental fish business in economy development by using Analytical Hierarchy Process (AHP) method, the competitiveness of ornamental fish business of Bogor mucipality by using Porter s Diamond Theory method, and the level of benefit and cost of ornamental fish agriculture in Bogor by using Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan Internal Rate of Return (IRR). The result of the research show the most important factors of the development of ornamental fish business in Bogor municipality is the marketing, mean while the businessman of ornamental fish have a most role among other stakeholders, and the bigges opportunity for the marketing is international marketing. The strategy that should taken is developing network of agribusiness information. That condition of fishery and human resources support the development of enviromental fish business, as well as the banking that provides financial capital, the government and the availabilities of science and technology Bogor municipality has also a strategic geography position. Thes business enviromental fish that are developing in Bogor municipality very in many scales, and they have a big potencies to develop more and to enhance the economy of community. Key words : Fish ornamental, Marketing, Strategy, Stakeholders perception

5 STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR TAWAR DALAM MENINGKATKAN EKONOMI WILAYAH KOTA BOGOR SONI GUMILAR Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 27

6 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 27 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm, dan sebagainya.

7 Judul Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : : : : STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR TAWAR DALAM MENINGKATKAN EKONOMI WILAYAH KOTA BOGOR Soni Gumilar A Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Dr. Ir. Hedi Muhammad Idris, M.Sc Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Dekan Pascasarjana Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D Prof.Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS. Tanggal Ujian : 28 Juli 27 Tanggal Lulus :

8 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya yang menyatakan bahwa tesis yang berjudul : STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR TAWAR DALAM MENINGKATKAN EKONOMI WILAYAH KOTA BOGOR adalah benar merupakan hasil kerja saya dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Agustus 27 SONI GUMILAR A

9 Dosen Penguji Ujian Tesis : Ir. Sahat MH Simanjuntak, M.Sc

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkah dan karunia-nyalah sehingga Tesis yang berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar Dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah Kota Bogor ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan Tesis ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Hedi Muhammad Idris, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan yang berarti bagi penyelesaian Tesis ini. Terima kasih disampaikan kepada Bapak Walikota dan Ibu Kepala Dinas Agribisnis Kota Bogor yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti pendidikan Pascasarjana di IPB Bogor dalam rangka peningkatan kapasitas diri. Terima kasih juga Penulis sampaikan rekan-rekan PWD, rekan sejawat khususnya Seni Susanto atas dukungan dan bantuannya. Kupersembahkan khusus kepada istri dan anak-anakku tercinta Nela Aldriani, Hazarani Sari dan Rafi Al-Ghani Gumilar juga atas dorongan moril, kanggo Mamah, Ema Panggugah, dan Keluarga Besar yang telah memberikan dorong doa. Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, terutama kepada Pemerintah Daerah sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Bogor, Agustus 27 Soni Gumilar

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Mei 1967 dari ayah bernama H. Ganda Sasmita (alm) dan Ibu bernama Hj. Siti Yayah Rukoyah. Penulis adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Gang Aut Bogor pada tahun 198, Sekolah Menengah Pertama Negeri I pada tahun 1983 dan Sekolah Pertanian Pembangunan Sekolah Peternakan Menengah Atas Negeri Bogor diselesaikan pada tahun Selanjutnya meneruskan di Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang dan Lulus pada tahun Pada tahun 23 penulis di terima di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB. Pada tahun , penulis bekerja di PT. Hybrida Niaga Putra yang bergerak di bidang perunggasan komersil. tahun bekerja di PT. Agriphar Graha Farma yang bergerak di bidang obat hewan disamping itu secara sambilan juga sebagai peternak ayam broiler. Pada tahun penulis diangkat sebagai PNS di Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur di Surabaya bertugas di Dinas Peternakan Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur. Selanjutnya pada tahun 2-21 bekerja di Dinas Peternakan Kota Bogor dan bekerja di Dinas Pertanian Kota Bogor, dan pada tahun 24- sekarang bekerja di Dinas Agribisnis Kota Bogor. sejak tahun 21 penulis dipercaya untuk membidangi perikanan dan pada tahun bersamaan sampat saat ini penulis juga melakukan kegiatan agribisnis yaitu sebagai pembudidaya ikan hias.

12 RIWAYAT HIDUP Pemakalah dilahirkan di Majalaya. Pada tahun , Pemakalah bekerja di PT. Hybrida Niaga Putra yang bergerak di bidang perunggasan komersil. tahun bekerja di PT. Agriphar Graha Farma yang bergerak di bidang obat hewan disamping itu secara sambilan juga sebagai peternak ayam broiler. Pada tahun Pemakalah diangkat sebagai PNS di Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur di Surabaya bertugas di Dinas Peternakan Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur. Selanjutnya pada tahun 2-21 bekerja di Dinas Peternakan Kota Bogor dan bekerja di Dinas Pertanian Kota Bogor, pada tahun 24-sekarang bekerja di Dinas Agribisnis Kota Bogor. sejak tahun 21 Pemakalah dipercaya untuk membidangi perikanan dan pada tahun bersamaan sampat saat ini Pemakalah juga melakukan kegiatan agribisnis yaitu sebagai pembudidaya. Pada tahun 23 Pemakalah di terima di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Institut Pertanian Bogor.

13 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 6 Kegunaan penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA... 7 Pembangunan Berkelanjutan... 7 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan... 8 Pembangunan Kota Berkelanjutan... 9 Strategi Teori Daya Saing Teori Berlian Porter (Diamond s Porter Theory) Kondisi Faktor Sumberdaya Kondisi Permintaan Industri Pendukung dan Industri Terkait Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan Agribisnis Perkotaan Peranan Agribisnis dalam Pembangunan Pembangunan Indonesia sebagai Strategi Pembangunan Kebijakan Pemerintah Daerah Pendapatan dan Sektor-sektor Ekonomi Agribisnis Perikanan Ikan Hias Kajian Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN... 5 Kerangka Penelitian... 5 Lokasi Pengumpul Data Metode Penarikan Sampel Data Primer Data Skunder Motede Analisa Analisis Deskriptif Analytical Hierarchy Process (AHP) Penghitungan Niilai Manfaat dan Biaya IV. KEUNGGULAN IKAN HIAS SEBAGAI DAYA SAING INDUSTRI PERIKANAN... 7 Kondisi Faktor Sumberdaya... 7 Sumberdaya Ikan Hias Air Tawar... 7 Sumberdaya Manusia Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya Modal Sumberdaya Infrastruktur... 77

14 ii Kondisi Permintaan Industri Pendukung Industri Terkait Industri Pendukung Peran Pemerintah Kota Bogor Peran Kesempatan Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan Persaingan Domestik Struktur dan Strategi Industri Ikan Hias Strategi Peningkatan Daya Saing Menumbuh Kembangkan Jaringan Pasar Pengoptimalan Sumberdaya Pendukung Ikan Hias V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS Analisa Manfaat dan Biaya Ikan Hias Analisa Usaha Ikan Hias Skala Kecil Analisa Usaha Ikan Hias Skala Menengah Analisa Usaha Ikan Hias Skala Besar Strategi Pengembangan Dalam Meningkatkan Usaha Peningkatan Skala Usaha Pengoptimalan Produksi... 1 VI. PERSEPSI STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN IKAN HIAS DI KOTA BOGOR Ikan Hias Kota Bogor Fakt or-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Stak eholders yang Berperan Strat egi Terhadap Persepsi Stakeholders Meningkatkan Pasar Menentukan Kebijakan Terhadap Usaha Ikan Hias Peningkatan SDM Memperkuat modal usaha VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Keunggulan Daya Saing Ikan Hias Analisa Manfaat Dan Biaya Budidaya Ikan Hias Persepsi Stakeholders Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 iii DAFTAR TABEL Halaman 1. Matriks Perbandingan/Komparasi Berpasangan Matriks Perbandingan Berpasangan Jumlah RTP Ikan Hias di Kota Bogor Jumlah Produksi Ikan Hias Kota Bogor Tahun Lembaga Pengembangan Ikan Hias Jumlah Permintaaan Ikan Hias di Kota Bogor Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Tahun Potensi Pasar Internasional Ikan Hias Pasar Epektif Ikan Hias Eksportir Ikan Hias di Wilayah Bogor Analisis Kelayakan Usaha Skala Kecil Analisis Kelayakan Usaha Skala Menengah Analisis Kelayakan Usaha Skala Besar Jumlah RTP Pembudidaya Ikan Hias Kota Bogor Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias di Kota Bogor Tingkat Pengaruh Pasar Ikan Hias Pengaruh Kriteria SDM dalam Pengembangan Ikan Hias Modal Usaha Pengembangan Ikan Hias Aspek Penting dari Faktor Kebijakan Pemerintah Stakeholder yang Berperan dalam Faktor Pemasaran Stakeholder yang Berperan dalam Faktor Modal Usaha Stakeholder yang Berperan dalam Pengembangan SDM Stakeholder yang Berperan dalam Kebijakan Pemerintah Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Kelompok Pembudidaya Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Pelaku Usaha Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Dinas Agribisnis Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Dinas Perindagkop

16 iv 28. Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat BAPEDA Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Perguruan Tinggi Alternatif Strategi Berdasarkan Pendapat Lembaga Penelitian DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Konsep Pembangunan yang Berkelanjutan Manfaat Strategi Kawasan Agropolitan Otonomi Daerah dalam Wadah NKRI (Indonesia-Incorporated) di Era Global 27 5 Alur Pikir Penelitian The National Diamond System Skema Hirarki : Strategi Pengembangan Ikan Hias Grafik Perkembangan Pembudidaya Bagan Alur Usaha Ikan Hias Hasil Analisis Strategi Pengembangan Ikan Hias

17 v DAFTAR LAMPIRAN Teks Halaman 1. Analisa Manfaat dan Biaya Budidaya Ikan Hias Skala Kecil Analisa Manfaat dan Biaya Budidaya Ikan Hias Skala Menengah Analisa Manfaat dan Biaya Budidaya Ikan Hias Skala Besar Hasil Analisa Persepsi Stakeholders

18 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menurut Arsyad (1999) dalam Rustiadi et al (23) dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kemampuan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dimana terdapat saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisa dengan seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Pembangunan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dan perundang-undangan, otonomi daerah merupakan alasan mendasar sebagai kunci pokok konsep pengembangan dalam meningkatkan perekonomian rakyat ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut selama ini telah berkembang di Indonesia dalam bentuk pembangunan pertanian. Perubahan tata ekonomi dunia yang mengarah pada perdagangan bebas menuntut perubahan strategi kebijakan pembangunan ekonomi dari strategi substitusi impor menjadi strategi yang berorientasi ekspor. Kunci keberhasilan perdagangan internasional dalam era ini adalah merubah keunggulan komparatif di sektor agribisnis menjadi keunggulan kompetitif (Azis, 1993 dalam Fatchiya, 22). Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan pada pembangunan sistem agribisnis, dimana seluruh sub sistem agribisnis dikembangkan secara simultan dan harmonis dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia. Sektor pertanian, khususnya sub sektor perikanan sebagai bagian integral dari perekonomian Indonesia, harus mempersiapkan diri dan mengantisipasi kondisi liberalisasi perdagangan bebas. Salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi sebagai produk unggulan ekspor adalah ikan hias. Perdagangan ikan hias memang bermuara pada pemberdayaan masyarakat karena belum diminati oleh pemodal besar. Hal ini disebabkan nilai potensi perdagangannya kecil. Meskipun perdagangan

19 2 ikan hias kecil namun justru usaha ini dapat digunakan sebagai pemberdayaan masyarakat lewat industri kecil atau industri rumah tangga yang bermuara pada ekspor. Peredaran ikan hias dunia di tingkat grosir diperkirakan mencapai nilai lebih USD 1 miliar, sedangkan di tingkat eceran mencapai lebih dari USD 6 miliar, yaitu dari sekitar 1,5 miliar ekor ikan yang diperdagangkan. Apabila perdagangan aksesori pemeliharaan ikan hias air tawar harus ikut dihitung maka nilai uang yang berputar diperkirakan mencapai USD 14 miliar. Tentu ini angka tidak kecil, apabila Indonesia dapat ikut andil 1% saja dari perdagangan ikan hias dan aksesorinya maka kita akan bermain pada angka USD 14 juta. Jumlah ikan hias yang diperdagangkan mencapai 1.6 jenis dan 75 diantaranya berasal dari air tawar (Departemen Kelautan dan Perikanan, 23). Jumlah ini diperkirakan terus bertambah dengan semakin majunya teknik pembenihan, transportasi, dan pemeliharaan ikan hias. Hal ini juga terlihat permintaan akan ikan hias air tawar di Kota Bogor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 24 Kota Bogor telah mengekspor ikan hias air tawar sebanyak 6.8. ekor dan tahun 26 sebanyak ekor dengan negara tujuan Timur Tengah, Chili, UAE, Srilangka, Singapura, Malaysia, Sudan, Muritius, Kuwait, Saudi Arab, Jepang, India, Yordan, Tasmania, Bangladesh, Korea, Afganistan, Libya, Philipina, Oman, Kenya, Yaman dan Zimbabwe. Selama dua tahun terakhir perkembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor terus meningkat. Selain faktor faktor yang telah disebutkan di atas data pendukung lainnya bahwa Kota Bogor mempunyai keunggulan-keunggulan komparatif dalam rangka pengembangan agribisnis perkotaan, diantaranya posisi Kota Bogor yang strategis. Selain posisinya yang dekat dengan Ibukota Jakarta, juga berada pada jalur wisata utama Jawa Barat. Selain itu juga berada/berdekatan dengan kawasan andalan Bodebek, kawasan andalan Bopunjur serta kawasan andalan Sukabumi dan sekitarnya. Dengan posisi yang dekat dengan Jakarta, maka Kota Bogor berfungsi pula sebagai daerah penyangga dalam berbagai aspek, baik aspek ketersediaan pangan, aspek permukiman dan lain-lain. Selain itu berbagai Badan/Lembaga Penelitian Pertanian, pakar-pakar perikanan berada di Kota ini sehingga akan

20 3 mempermudah dalam hal aksesibilitas informasi pertanian terkini (Pemerintah Kota Bogor, 21) Berdasarkan arah kebijakan pembangunan, pertanian di Kota Bogor diarahkan pada pengembangan pertanian yang terintegrasi dengan menetapkan komoditas unggulan yang didasarkan kepada potensi, agroklimat dan sosial budaya masyarakat. Dari hasil pertimbangan tersebut telah ditetapkan komoditas unggulan sebagai berikut: 1) Kecamatan Bogor Barat untuk komoditas talas beserta olahannya, tanaman hias dan itik. 2) Kecamatan Bogor Utara untuk komoditas ikan hias, domba/kambing dan agroornamental (daun potong). 3) Kecamatan Bogor Timur untuk komoditas palawija dan hortikultura buahbuahan (pepaya). 4) Kecamatan Bogor Selatan untuk komoditas hortikultura buah-buahan (durian Rancamaya) dan sayuran. 5) Kecamatan Tanah Sareal untuk tanaman berkhasiat obat, hortikultura buah-buahan (jambu) dan sapi perah. Berdasarkan hasil pengkajian, komoditi ikan hias merupakan salah satu komoditi unggulan di Kota Bogor yang saat ini mendapatkan prioritas untuk dikembangkan melalui program pengembangan agribisnis perkotaan Perumusan Masalah Saat ini salah satu program yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam menggerakkan perekonomian masyarakatnya adalah mengembangkan agribisnis perkotaan. Dipilihnya kebijakan pengembangan agribisnis perkotaan di Kota Bogor karena masalah kepemilikan lahan yang sempit, mobilitas penduduk kota yang sangat tinggi, disamping posisi Kota Bogor yang sangat strategis bila ditinjau dari sudut pasar. Tujuannya adalah meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan sektor perikanan berbasis agribisnis, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya ketahanan pangan dan berkembangnya usaha agribisnis. Kebijakan yang ditempuh adalah memantapkan ketahanan pangan serta mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan

21 4 berkelanjutan. Dengan memperhatikan hal tersebut, program prioritas yang dilaksanakan adalah Penanggulangan Kemiskinan. (Pemerintah Kota Bogor, 24). Berbeda dengan kawasan/wilayah non perkotaan, pertanian di wilayah perkotaan seperti halnya di Kota Bogor mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1). Rata-rata pemilikan lahan yang relatif sangat sempit, seiring dengan derasnya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian. 2). Aktivitas petani (pelaku agribisnis) yang sangat tinggi disertai dengan keterdedahan informasi (information exposure) dari luar, sangat tinggi. 3). Menghendaki pengelolaan sumber daya alam dan faktor produksi secara efisien. 4). Berorientasi pasar (kualitas, kuantitas, kontinyuitas) harus prima sesuai permintaan pasar. 5). Menghendaki pengelolaan yang ramah lingkungan. Dengan memperhatikan ke lima ciri pertanian di wilayah perkotaan tersebut, maka pembangunan pertanian di Kota Bogor dilaksanakan melalui Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Arah kebijaksanaannya adalah menuju agribisnis perkotaan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan lokal spesifik. Pembangunan sektor perikanan merupakan pembangunan seluruh aspek yang mencakup pembangunan sumberdaya manusia yang bergerak disektor perikanan. Pembangunan untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam tersebut harus lebih mengedepankan pengembangan dan pengelolaan pada keseimbangan aspek ekologi dan ekonomi secara berkelanjutan. Alder et al 21 dalam Mudzakir (23) mengatakan bahwa menurunnya sumber daya perikanan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekologi tetapi juga oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi akibat rezim pengelolaan sumberdaya perikanan yang diterapkan. Agar pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan yang dapat menyeimbangkan tingkat pemanfaatannya. Upaya pengelolaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan informasi kondisi perikanan secara lengkap dan akurat. Ada empat dimensi utama dalam penilaian kondisi perikanan yang perlu dipertimbangkan sebelum sampai kepada suatu keputusan strategi pengelolaan diterapkan, yaitu aspek ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi.

22 5 Sektor perikanan dalam perekonomian Kota Bogor masih kecil kontribusinya, akan tetapi dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Peningkatan peran tersebut dilandasi oleh suatu pandangan bahwa pengembangan sektor perikanan sangat potensial untuk dikembangkan meskipun terjadi mutasi lahan sehingga menjadi industri ataupun jasa. Belum optimalnya pemanfaatan ikan namun kenyataan yang sebenarnya ikan hias mampu memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat dan secara tidak langsung dapat mengangkat dan mengurangi angka kemiskinan yang pada akhirnya menjadi masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Kurangnya motor penggerak di bidang perikanan menjadikan sektor perikanan tidak dapat bersaing dengan sektor lainnya. Namun walaupun demikian kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian dalam Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) sebanding dengan sektor lainnya yaitu rata-rata sebesar 1 % per tahun. Struktur perekonomian sektor perikanan belum mampu untuk mengangkat hajat hidup sebagian besar pembudidaya apalagi perekonomian secara keseluruhan. Sektor perikanan dalam perkonomian Kota Bogor selain menciptakan lapangan pekerjaan juga memiliki kontribusi dalam peningkatan PDRB, hal ini tidak lepas dari dukungan sumberdaya alam yang ada. Potensi perikanan yang ada di Kota Bogor menjadi catatan sendiri dalam upaya untuk meningkatkan peran yang lebih besar terhadap perekonomian Kota Bogor. Berdasarkan perumusan masalah, sektor perikanan diharapkan mempunyai peranan yang cukup pada perekonomian Kota Bogor dan bagaimana dampak pengembangannya terhadap perubahan struktur ekonomi. Peran yang diharapkan akan memberikan kontribusi pada perekonomian Kota Bogor antara lain pertama, melalui peningkatan pendapatan masyarakat pembudidaya. Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor perikanan yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pengangguran dan ketiga, mampu sebagai penggerak bagi sektor lain. Kontribusi tersebut merupakan implikasi dari besarnya potensi perikanan yang dimiliki oleh Kota Bogor dan diharapkan potensi itu akan berdampak pada peran sektor perikanan dalam struktur perekonomian. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka permasalahan yang ingin dibahas adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana keunggulan daya saing ikan hias air tawar sebagai industri perikanan.

23 6 2) Bagaimana analisis manfaat dan biaya dari budidaya ikan hias air tawar di Kota Bogor. 3) Bagaimana persepsi stakeholders dalam pengembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis keunggulan daya saing ikan hias air tawar di Kota Bogor sebagai industri perikanan. 2) Menganalisis manfaat dan biaya dari budidaya ikan hias air tawar di Kota Bogor. 3) Menganalisis persepsi stakeholders dalam mengembangkan ikan hias air tawar di Kota Bogor Kegunaan Penelitian Penelitian tentang peranan komoditi ikan hias air tawar di sektor perikanan dalam Pengembangan Agribisnis Perkotaan di Kota Bogor ini diharapkan berguna bagi semua pihak terkait yaitu : 1) Memberikan informasi tambahan dalam penentuan kebijakan pembangunan sub sektor perikanan bagi instansi terkait baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kota Bogor, 2) Memberikan informasi pendahuluan kepada pihak-pihak yang merencanakan program yang berkaitan dengan bidang perikanan.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Berkelanjutan Wolrd Comission on Environment and Development (1987) menyatakan bahwa Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai Pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga sumber daya alam terbarukan dapat dilindungi dan penggunaan sumber alam yang dapat habis (tidak terbarukan) pada tingkat dimana kebutuhan generasi mendatang tetap akan terpenuhi. Pembangunan berkelanjutan ini difokuskan pada dua kelompok, yaitu kemiskinan pada masa sekarang dan generasi masa depan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan mengurangi kemiskinan Tiga hal yang paling mendasar dalam pembangunan berkelanjutan adalah : 1. Bernilai ekonomis (economically viable) meliputi : pertumbuhan, keseimbangan dan efisiensi; 2. Bersahabat dengan lingkungan (environmentally sound) meliputi : ekosistem, keragaman hayati, Uni Eropa global, dan kapasitas tampung. 3. Berwatak sosial (socialy just) meliputi : partisipasi, mobilitas sosial, identitas budaya dan perkembangan kelembagaan. Definisi lain menyebutkan bahwa pembangunan daerah merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Salah satu ciri penting pembangunan daerah adalah upaya mencapai pembangunan berimbang (balanced development). Pembangunan yang berimbang adalah terpenuhinya potensi-potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah/daerah yang jelas-jelas beragam sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat di seluruh wilayah.

25 8 Isu pembangunan wilayah/daerah menurut Murty (2) tidak mengharuskan adanya kesamaan tingkat pembangunan antar daerah (equally development), tidak menuntut pencapaian tingkat industrialisasi wilayah/daerah yang seragam, bentuk-bentuk keseragaman pola struktur ekonomi daerah atau juga tingkat pemenuhan kebutuhan dasar (self sufficiency) setiap wilayah/daerah. Terjadinya perubahan baik secara incremental maupun paradigma menurut Anwar (23) adalah mengarahkan pembangunan wilayah kepada terjadinya pemerataan (equity) yang mendukung pertumbuhan ekonomi (efficiency) dan keberlanjutan (sustainability) dalam pembangunan ekonomi. Skala prioritas pembangunan yang cenderung mengejar sasaran-sasaran makro pada akhirnya menimbulkan berbagai ketidak seimbangan pembangunan berupa menajamnya disparitas spasial, kesenjangan desa-kota, kesenjangan struktural, dan sebagainya. Pendekatan makro juga cenderung mengabaikan plurality akibatnya keragaman sumberdaya alam maupun keragaman sosial budaya. 2.2 Dimensi Pembangunan yang Berkelanjutan Serageldin and Steer (1994) menjelaskan bahwa konsep pembangunan yang berkelanjutan mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dalam suatu hubungan yang sinergis. Ketiga aspek kehidupan dan tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut dapat digambarkan sebagai a triangular framework dengan tujuan masing-masing aspek yang berbeda, seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Ekonomi Tujuan: pertumbuhan, pemerataan dan efisiensi Sosial Tujuan: pemerataan, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan sosial, partisipasi masyarakat efisiensi Ekologi Tujuan: integritas ekosistem keanekaragaman hayati, daya dukung lingkungan Gambar 1 : Konsep pembangunan yang berkelanjutan (Serageldin and Steer, 1994)

26 Pembangunan Kota Berkelanjutan Untuk memahami konsep pembangunan kota berkelanjutan (sustainable city), tidak dapat dilakukan tanpa pembahasan yang kritis dan holistik tentang lingkungan kota itu sendiri. Memahami lingkungan kota secara holistik berarti melihat lingkungan kota sebagai satu kesatuan integral, dinamik dan kompleks antara lingkungan fisik-alamiah dengan manusia dan sistem sosialnya. Dengan kata lain, pemahaman ini mengandung konsekuensi bahwa kita harus memahami lingkungan secara holistik, tidak terbatas pada aspek fisik-alamiah semata, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, budaya, serta politik masyarakat dalam suatu sistem waktu dan tempat yang khusus (Roseland 1997). Kebijakan pembangunan suatu kota tidak dapat dipisahkan dari keterpaduan antara perencanaan lingkungan, angkutan, dan penggunaan lahan. Terutama pada kota-kota yang pertumbuhannya sangat cepat dan padat serta sering dijumpai permasalahan mendesak dari penggunaan lahan, transportasi, dan lingkungan. Perbaikan pengelolaan kota dalam suatu wilayah memprioritaskan yang teratas adalah kekuatan kapasitas untuk perencanaan implementasi kebijakan melalui koordinasi terbaik yang terkait dengan pemerintahan. Untuk mencapai tujuan pembangunan kota yang berkelanjutan, di negara maju perhatian banyak diberikan pada konservasi dan pemeliharaan baik lingkungan alamiah maupun buatan yang ada. Terdapat tiga hal yang merupakan prinsip perancangan kota yang berkelanjutan, yaitu: pertama, pemakaian kembali bangunan, jalan, infrastruktur yang sudah ada, serta komponen dan material bangunan yang telah didaur ulang. Kedua, konservasi sumberdaya alam, flora, fauna, dan tata ruang. Material bangunan harus didapatkan dari sumber-sumber yang berkelanjutan. Ketiga, pola dan konstruksi bangunan harus memakai energi seminimal mungkin. Menurut Redelift (1987) secara umum ada lima syarat khusus yang harus dipenuhi agar tercapai pembangunan kota yang berkelanjutan, yaitu: 1). Pemerataan dalam distribusi keuntungan pertumbuhan ekonomi; 2). Akses terhadap kebutuhan dasar manusia; 3). Keadilan sosial dan hak-hak kemanusiaan; 4). Kepedulian dan integritas lingkungan; dan 5). Kepedulian terhadap adanya perubahan sepanjang waktu.

27 1 Mitlin dan Satterwhite dalam Sustainable Seattle (1998) berpendapat bahwa untuk mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan dipersyaratkan aksi pencegahan penurunan aset-aset lingkungan sehingga sumberdaya untuk kegiatan manusia dapat terus berlanjut. Aksi pencegahan tersebut meliputi: 1). Meminimalkan pemakaian atau limbah sumberdaya-sumberdaya yang tidak dapat didaur ulang; 2). Pemakaian berkelanjutan dari sumberdaya-sumberdaya yang dapat didaur ulang, seperti air, tanaman pertanian, dan produk-produk biomas; dan 3). Meyakinkan bahwa limbah dapat diabsorbsi secara lokal dan global, seperti oleh sungai, laut, dan atmosfer. Haryadi dan Setiawan (22) mengemukakan berbagai jenis indikator keberlanjutan pembangunan suatu kota yang dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pengelompokan tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap keberlanjutan kesejahteraan masyarakat kota. Indikator-indikator dari masing-masing kelompok tersebut adalah sebagai berikut : 1) Indikator-indikator ekonomi Indikator ekonomi ditujukan untuk mengukur tingkat kegiatan ekonomi atau produktivitas kota yang bersangkutan. Indikator ini meliputi antara lain jenis pekerjaan penduduk kota (termasuk yang mendukung kebutuhan dasar), tingkat pendapatan, cara mereka membelanjakannya (distribusi pendapatan). Distribusi pendapatan tersebut dapat berupa pengeluaran untuk kesehatan, pengeluaran untuk perumahan, pengeluaran untuk energi, dan investasi masyarakat. Di samping itu, kemudahan memperoleh rumah, jumlah anak miskin dan pengangguran, keanekaragaman industri dan tenaga kerja, kewirausahaan, dan inovasi teknologi dapat mengindikasikan keberlanjutan kesejahteraan masyarakat kota. 2) Indikator-indikator sosial-budaya Indikator ini dirumuskan untuk mengukur aspek-aspek sosial-budaya dari suatu kota meliputi aspek-aspek demografi dasar (misalnya jumlah penduduk, mata pencaharian, struktur umur dan lain-lain) serta aspek-aspek kesejahteraan dan keadilan sosial. Termasuk dalam kelompok ini antara lain: tingkat kriminalitas, konflik sosial, tingkat partisipasi masyarakat, ketimpangan sosial, tingkat demokratisasi dalam pengelolaan kota, keadilan

28 11 dalam hukum, kemampuan membaca dan menulis pada orang dewasa, keikutsertaan pemilih, kesehatan fisik dan mental individu, jumlah lembaga swadaya masyarakat, dan bayi yang lahir dengan berat badan rendah. 3) Indikator-indikator lingkungan Indikator lingkungan ini menggambarkan lingkungan yang sehat. Indikator-indokator aspek lingkungan dapat berupa indikator fisik seperti kualitas air, udara, tingkat pemanasan global, kebisingan, kerusakan tanah (erosi), kondisi permukaan tanah dan drainase, fasilitas kendaraan bukan bermotor (pedestrian, jalan untuk sepeda). Indikator flora dan fauna juga dapat mengindikasikan kesehatan kota seperti keragaman hayati dan ruang terbuka hijau. 2.4 Strategi Strategi diartikan sebagai petunjuk umum dimana suatu organisasi merencanakan untuk mencapai tujuannya. Menurut Keneth R. Andrews; strategi adalah suatu proses evaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam perusahaan yang dilakukan oleh eksekutif puncak serta melihat kesempatan dan ancaman pada saat ini dan memutuskan strategi pemasaran produk yang cocok dengan kesempatan yang ada pada lingkungannya 1.Definisi strategi yang lebih komprehensif dinyatakan oleh Hax dan Majluf (1984) yang memperhatikan dimensi-dimensi kritis yang mempunyai kontribusi terhadap strategi itu sendiri, yaitu : a. Strategi adalah suatu pola pengambilan keputusan yang koheren dan kooperatif dan integratif; b. Strategi adalah suatu penetapan tujuan jangka panjang organisasi, program, dan penetapan prioritas alokasi sumber daya; c. Strategi sebagai suatu pendefinisian domain persaingan perusahaan; d. Strategi sebagai suatu tanggapan atas peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal untuk mencapai keunggulan bersaing; e. Strategi sebagai suatu jalur untuk melakukan pembagian tugas manajerial pada tingkat koorporat, tingkat bisnis dan tingkat fungsional; 1 Kenneth R, Andrew. Strategi Perusahaan. Diakses 15 April 27

29 12 f. Strategi sebagai suatu pendefisinian kontribusi ekonomi dan zona ekonomi di perusahaan. Sudut pandang tersebut menjadikan strategi sebagai suatu kerangka kerja mendasar dimana suatu organisasi dapat menegakkan kelangsungannya dan pada saat yang bersamaan strategi dapat menpercepat adaptasi perusahaan terhadap perubahan lingkungan. Strategi mempunyai tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif pada tiap-tiap unit perusahaan. Menurut David, Fred R (22), strategi dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai dengan tingkatan dalam struktur organisasi yaitu : a. Strategi Perusahaan (Corporate Strategi) yang terdiri dari beberapa unit bisnis. Strategi ini menggambarkan arah menyeluruh bagi suatu perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha untuk mencapai keseimbangan produk atau jasa yang dihasilkan. Strategi ini biasanya dibuat sebagai arahan dasar berbagai strategi pada unit usaha dan fungsional; b. Strategi bisnis (Bussiness Strategy) yang terdiri dari satu bisnis unit. Strategi ini menekankan pada usaha peningkatan daya saing perusahaan dalam satu industri atau segmen pasar; c. Strategi fungsional (Fungsional Strategy) yang terdiri dari unit-unit pendukung. Strategi ini berfungsi untuk menciptakan kerangka kerja untuk menejemen fungsional seperti produksi, pemasaran, keuangan dan sumber daya. Pada bagian lain Porter (1995) menyatakan strategi adalah alat yang paling penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan (Hamel dan Prahalad, 1995 dalam Rangkuti, 22). Strategi adalah pernyataan sederhana mengenai hasil akhir atau tujuan dan wadah untuk memperoleh hasil akhir. Strategi terdiri dari tujuan-tujuan, program-program strategi untuk mencapai tujuan dan alokasi sumberdaya untuk mengimplementasikan program-program tersebut (Chandler, 1962 dalam Shristava, 1994). Melalui strategi, perusahaan

30 13 memadukan organisasi dengan lingkungan. Manfaat strategi dapat dilihat dalam gambar 2. Kejelasan Tujuan dan Arah Uraian Indentitas dan Gambar Menetapkan Persaingan Manfaat Strategi Antisipasi Peluang dan Ancaman Standarisasi Pertunjukan Pemahaman Bisnis Gambar 2. Manfaat Strategi (Pearce dan Robinson, 1997) Tiga bahan pokok sangat penting bagi keberhasilan suatu strategi : pertama strategi harus konsisten dengan kondisi lingkungan persaingan. Tegasnya, strategi harus memanfaatkan peluang yang ada atau yang diperkirakan akan ada dan meminimalkan dampak dari ancaman-ancaman besar. Kedua, strategi harus realistik dalam hal kemampuan intern perusahaan. Dengan kata lain, pemanfaatan peluang pasar haruslah berdasarkan pada kekuatan intern perusahaan. Akhirnya strategi harus dilaksanakan secara cermat (Pearce dan Robinson, 1997) Teori Daya Saing Daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi sehingga dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya. Dengan kata lain daya saing komoditas tercermin dari harga jual yang bersaing dan mutu baik.

31 14 Asumsi perekonomian yang tidak mengalami hambatan atau distorsi sama sekali sulit ditemukan pada dunia nyata, khususnya di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu keunggulan komparatif tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur keuntungan suatu aktivitas ekonomi dari sudut pandang badan atau orang-orang yang berkepentingan langsung dalam suatu proyek. Konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan secara finansial adalah keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter pada tahun 198 bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan perdagangan internasional yang ada. Porter menyatakan bahwa keunggulan perdagangan antar negara dengan negara lain didalam perdagangan internasional secara spesifik untuk produk-produk tertentu sebenarnya tidak ada. Fakta yang ada adalah persaingan untuk kelompok-kelompok kecil industri yang ada dalam suatu negara. Oleh karena itu keunggulan kompetitif dapat dicapai dan dipertahankan dalam suatu sub sektor tertentu di suatu negara dengan meningkatkan produktivitas penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang ada. (Warr, 1994 dalam Suryana, 1995). Keunggulan kompetitif diciptakan dan dipertahankan melalui proses yang sangat terlokalisir. Perbedaan dalam hal nilai-nilai, kebudayaan, struktur perekonomian, lembaga dan sejarah nasional semuanya memberikan kontribusi terhadap keunggulan kompetitif (Porter, 199). Salah satu faktor penentu daya saing diukur dari kemampuan berinovasi baik secara regional maupun global. Inovasi adalah kata yang telah dikenal secara luas di pasar yang kompetitif (Schroeder, 199), inovasi merupakan hal yang penting dalam destroying hubungan dalam pasar melalui penghancuran kekuatan monopoli di pasar dan memungkinkan kekuatan baru muncul atau yang lebih dikenal creative destruction (Schumpeter, 1934). Inovasi yang terjadi secara bersamaan dan komunal akan membentuk interaksi lingkungan baru (Sange & Carstedt, 21), namun juga bisa terjadi sebaliknya, dimana tekanan lingkungan (persaingan misalnya) akan memberikan dorongan bagi perusahaan untuk melakukan inovasi. Secara nasional Kota Bogor dapat bersaing namun secara internasional Indonesia tertinggal bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, dan Malaysia.

32 15 Asian Development Bank (1993) dalam Suryana (1995) menyatakan bahwa dibawah asumsi adanya sistem pemasaran dan intervensi pemerintah, maka suatu negara akan dapat bersaing di pasar internasional jika negara tersebut mempunyai keunggulan kompetitif dalam menghasilkan suatu komoditas. Dengan demikian, keunggulan kompetitif mulai digunakan sebagai alat ukur kelayakan suatu aktivitas berdasarkan keuntungan privat (privat profitability) yang dihitung atas harga pasar dan nilai uang resmi yang berlaku Teori Berlian Porter (Diamond s Porter Theory) Keunggulan bersaing suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat sumberdaya relatif yang dimilikinya. Apabila para pesaing bertempat di negaranegara lain maka posisi sumber daya yang satu terhadap yang lain beragam, sesuai dengan kondisi pasokan sumber daya yang berbeda pada masing-masing lokasi. Penelitian Porter tentang keunggulan bersaing negara mencakup tersedianya peranan sumber daya dan melihat lebih jauh pada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda. Sebagian besar sumberdaya yang penting seperti keahlian tenaga kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih diciptakan melalui investasi oleh orang-orang dan perusahaan-perusahaan. Atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional, yakni kondisi faktor sumberdaya (resources faktor conditions), kondisi permintaan (demand conditions), industri pendukung dan terkait (related and suporting industries), serta persaingan, struktur dan strategi perusahaan (firms strategy, structure, and rivalry). Ke empat atribut tersebut di dukung oleh peranan kesempatan (chance) dan peranan pemerintah (goverment) dalam meningkatkan keunggulan daya saing industri nasional, dan secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan the national diamond.

33 Kondisi Faktor Sumberdaya Strategy daya saing menurut Porter (199) dalam rumusannya the national diamond system bahwa kondisi sumberdaya dalam sebuah wilayah menjadi faktor penentu kebijakan pengembangan get the way perikanan khususnya ikan hias. Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumberdaya alam. Masalahnya adalah bagaimana mengelola, memanfaatkan secara optimal dan sekaligus memperluas resource base dari sumberdaya alam dimaksud, sebagaimana diisyaratkan oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Secara hakiki, upaya pembangunan yang sedang ditempuh pada saat ini dapat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia di setiap wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang bersangkutan. Diantara sumberdaya potensial tersebut, ada yang berupa sumberdaya alam (natural resources), sumberdaya manusia (human resources) serta sumberdaya buatan (man-made resources). Potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam dari tanah air Indonesia tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, perlu disadari bahwa pengelolaan sumberdaya potensial ( potential endowment resources ) semacam itu mempunyai sifat khas, yaitu keterkaitan (interdependency) yang kompleks dan rumit, yang pada gilirannya berpengaruh kepada kelestarian (sustainability) sumberdaya tersebut. Dengan demikian semakin jelas terlihat, bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya pembangunan selalu terkait pada persoalan-persoalan spesifik dari sumberdaya. Selain sifat langka dan uniknya, pertimbangan perlu diberikan kepada adanya masalah eksternalitas, tidak terbelahkan atau indivisibility, public goods, property right, serta kelangkaan spasial yang merupakan sumber dari monopoli alami atau natural monopoly. Kesemua gambaran tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa potensi sumberdaya pertanian, khususnya perikanan memberikan kesempatan yang sangat luas untuk mengembangkan prinsip-prinsip keunggulan kompetitif tanpa meninggalkan dua prinsip penting yaitu (a) wawasan agroekosistem dan (b) wawasan lokalita/wilayah/regional. Kedua wawasan tersebut pada dasarnya memberikan arah agar kegiatan agribisnis selalu memperhatikan kondisi dan potensi sumberdaya alam dan lingkungannya (Parwinia, 21).

34 17 Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki yang merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu : a. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan menejerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan etika kerja (termasuk moral). b. Sumberdaya Fisik/Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya, aksebilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi), ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya perikanan serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain. c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. d. Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber modal), aksebilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter dan fiskal, serta peraturan moneter. e. Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos

35 18 dan giro, pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lainlain Kondisi Permintaan Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu daya saing industri nasional, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan saran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar global. Mutu permintaan (persaingan yang ketat) di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing industri nasional yaitu : a. Komposisi Permintaan Domestik Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi : 1) Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu daya saing industri nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas di banding dengan struktur segmen yang sempit. 2) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produksi yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi, yang mencakup standar mutu produk, product features, dan pelayanan. 3) Antisipasi kebutuhan pembeli dari perusahaan dakam negeri merupakan pembelajaran untuk memperoleh keunggulan daya saing global. b. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menurut Arsyad (1999) dalam Rustiadi et al (2003) dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA

ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK YUNUS ADIFA. Analisis Kesenjangan Pembangunan antar

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada hakekatnya pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu syarat penting menuju terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut melibatkan banyak sektor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin 22 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Analisis Dewasa ini pengembangan sektor pertanian menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin berat disebabkan adanya perubahan lingkungan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini menyebabkan terumbu karang memilki spesies yang amat beragam. Terumbu karang menempati areal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah pendekatan orientasi pembangunan yang tadinya dari atas ke bawah (top-down) menjadi pembangunan dari

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau

Lebih terperinci