PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1 PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh: Mizlawaty Hamzah 1. Pembimbing I : Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si 2. Pembimbing II: Drs. Hi. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ABSTRAK Mizlawaty Hamzah Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Dengan pembimbing I Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si dan pembimbing II Drs. Hi. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dan bagaimana peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif melalui observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian ini didasarkan pada peristiwa yang terjadi secara alamiah dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi oleh peneliti. Berdasarkan hasil pengolahan data dan hassil penelitian, maka dapat disimpulkan guru sudah menjalankan perannya dengan baik, namun belum optimal dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola kelas, fasilitator, dan mediator. Kata Kunci: Peran Guru, Motivasi Belajar BAB I PENDAHULUAN Dalam belajar masing-masing siswa memiliki motivasi belajar yang berbadabeda. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ada juga siswa yang 1

2 memiliki motivasi belajar yang rendah. Menurut Dalyono (2005:55), motivasi adalah daya penggerak atau dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam atau biasa disebut dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan motivasi yang berasal dari luar atau biasa disebut dengan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang muncul karena doktrin yang diberikan para guru dan ditunjang oleh fasilitas-fasilitas yang memadai. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka peranan guru dan siswa itu sendiri sangatlah dibutuhkan, sebab hanya seorang gurulah dan siswa itu sendiri yang mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa pada saat berada di dalam kelas, serta seorang gurulah yang dapat menentukan keberhasilan program pendidikan di Sekolah Dasar. Sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan gurulah tunastunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini dimasa yang akan dating. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatakan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, penggunaan media pembelajaran, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses pembelajaran. Berdasarkan pejelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru sangatlah dibutuhkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas, khususnya pada mata pelajaran IPS. Pembelajaran akan berhasil ketika seorang guru menggunakan media, metode dan model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar, serta guru memahami betul perannya sebagai seorang pendidik. Selain itu, motivasi 2

3 belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat terangsang jika seorang guru terusmenerus memberikan rangsangan atau motivasi yang tinggi pada siswa itu sendiri. Pada kenyataan yang terjadi di Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo bahwa motivasi belajar siswa di kelas sangat rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS. Hal ini terjadi pada saat pelaksanaan proses KBM yang tidak kondusif. Pada saat guru menjelaskan materi di depan kelas siswa dengan kesibukannya sendiri bercerita dengan teman sebangkunya, ada yang bermain, sering keluar masuk kelas, dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Selain itu, pada saat guru menyampaikan isi materi pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu, dengan melihat permasalahan yang ada, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah dan Suhana, 2009:26). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat dicapai.selain itu, motivasi dalam kegitan belajar sangat diperlukan. Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar Jenis-jenis Motivasi Belajar 3

4 Ada dua jenis motivasi belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 26-27) yaitu; motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, adapun penjelasannya sebagai berikut; a. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. b. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan oleh faktorfaktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik, hukuman dan sebagainya Fungsi Motivasi Belajar Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab guru. Ada tiga fungsi motivasi belajar menurut (Oemar Hamalik, Dalam bukunya Fathurrohman Pupuh, 2007: 20), antara lain; a. Mendorong manusia untuk berbuat. b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan Prinsip-prinsip Motivasi belajar Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Dari hasil penelitiannya Kenneth H. Hoover (Oemar Hamalik, Dalam bukunya Sanjaya Wina, 2009: ) mengemukakan sejumlah prinsip sebagai berikut; a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. b. Para siswa membutuhkan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. 4

5 c. Dorongan yang muncul dari dalam (Intrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (Ekstrinsik), dalam menggerakkan motivasi belajar siswa. d. Tindakan-tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar. e. Motivasi mudah menular kepada orang lain. f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadangkadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa. i. Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. j. Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. k. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang tergolong cepat belajar. l. Tidak semua kecemasan berdampak negativ terhadap motivasi belajat siswa. m. Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. n. Tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan frustasi kepada siswa, bahkan dapat mengakibatkan munculnya efek-efek negativ, seperti munculnya perbuatan-perbuatan menyimpang (misalnya menyontek atau mencontoh). o. Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda. 5

6 p. Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan pengaruh orang dewasa dalam membangkitkan motivasi belajar siswa bagi para remaja. q. Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut, maka Mudjiono dan Dimyati (2009: ) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: 1. Cita-cita atau Aspirasi siswa 2. Kemampuan Siswa 3. Kondisi Siswa 4. Kondisi Lingkungan Siswa 5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran 6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang oleh diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007:20-21), motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu; (1) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik, (2) Hadiah, (3) Saingan/Kompetisi, (4) Pujian, (5) Hukuman, (6) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar, (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, (8) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode yang bervariasi dan (10) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2.2 Hakekat Peran Guru Pengertian Guru Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta, guru yang juga berarti secara harfiahnya didefinisikan sebagai berat adalah pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama 6

7 mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam definisi yang lebih luas juga, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (dalam bukunya Rahmat Abdul, 2010: 19) Menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005, Guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama memndidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Ciri-ciri Guru Profesional Adapun ciri-ciri guru profesional yang dikutip (dalam antara lain; a. Para guru dituntut mampu bercakap-cakap sesuai keahlian serta tugas-tugas khusus keguruannya. b. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. c. Para guru yang profesional juga dituntut untuk berwawasan sosial yang luas d. Guru yang mempunyai kepribadian yang baik, diantarnya yaitu guru yang mempunyai akhlakul karimah. e. Jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau Negara Tugas dan Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru juga adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru 7

8 sebagai pelatih bararti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Dari uraian di atas secara lebih terperinci, Naim Ngainun (2009: 28-29) mengemukakan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran diantaranya: (1) Guru sebagai Demonstrator, (2) Guru sebagai pengelola kelas, (3) Guru sebagai mediator dan fasilitator, (4) Guru sebagai evaluator, dan (5) Peran guru sebagai pengadministrasian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Telaga. Sekolah ini memiliki tigabelas ruangan yang terdiri dari tujuh ruangan kelas, satu ruang kepala sekolah, satu ruang para guru, dua ruang tata usaha, satu ruang perpustakaan dan satu ruang UKS. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat meneliti, adalah: a. Ide judul penelitian ini berawal ketika peneliti melakukan pengalaman praktek lapangan di sekolah tersebut. b. Lokasi sekolah mudah di jangkau. 3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif atau disebut penelitian naturalistik, dimana data pada penelitian jenis ini didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi secara alamiah dilakukan dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi dengan sengaja oleh peneliti.data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih bersifat naratif berupa kata-kata. 3.3 Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangat penting karena peneliti sebagai pelaku dan pengumpul data. Karena bertindak sebagai pelaku, peneliti akan senantiasa berhubungan dengan subjek yang diteliti. 8

9 Kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakukan secara terbuka, artinya status sebagai peneliti, tujuan maupun kegiatan peneliti dalam melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan pengumpulan data diketahui oleh kepala sekolah dan guru serta anak-anak kelas V SDN 5 Telaga yang menjadi informan penelitian. 3.4 Sumber Data Dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas data primer dan data sekunder. 1. Data primer, merupakan informasi utama dalam penelitian, meliputi seluruh data kualitatif yang diperoleh melalui kegiatan observasi dan wawancara. 2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui buku-buku referensi berupa pengertian-pengertian dan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. 3.5 Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi Tehnik ini sengaja dilakukuan untuk memperoleh gambaran umum fenomena yang ada di lapangan sebagai dasar pelaksanaan prosedur pengumpulan data lainnya. Dalam penelitian ini, prosedur observasi yang digunakan adalalah observasi partisipasi pasif (Passive Participation). Menurut Sugiyono (2013:66) observasi partisipasi pasif (Passive Participation) merupakan observasi yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi ini dilakukan untuk melihat aktivitas belajar siswa kelas 5, dan aktivitas guru mengajar dalam kelas. 2. Wawancara Selain observasi, prosedur lain yang digunakan dalam pengumpulan data adalah prosedur wawancara. Wawancara dipilih untuk mengetahui kondisi mendasar tentang permasalahan yang menjadi fokus kajian melalui informan yang dipilih oleh peneliti. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara 9

10 Semiterstrukur. Menurut Sugiyono (2013:73) wawancara semiterstruktuur merupakan jenis wawancara yang dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data fisik yang digunakan sebagai bukti karena peneliti telah melakukan penelitian. Baik itu dokumentasi observasi yang dilakukan oleh peneliti, ataupun wawancara guru dan siswa. 3.6 Analisis Data Analisis data adalah proses pengaturan secara sistematis seluruh data, baik data hasil observasi maupun transkip wawancara. Pengaturan ini dilakukan terusmenerus selama pengumpulan data. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis induktif. Menurut Maleong, J Lexy (2013:32) analisis induktif merupakan analisis yang dilakukan dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan. 3.7 Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan teknik triangulasi dan ketekunan pengamat dalam mengecek keabsahan data pada penelitian ini. Menurut Sugiyono (2013: ) Teknik trianggulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara (teknik) dan berbagai waktu. Sedangkan ketekunan pengamat menurut Sugiyono (2013: 124) yaitu: melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan caratersebut maka data menjadi lebih pasti dan sistematis. 3.8 Tahap-tahap Penelitian Data Proses pelaksanaan penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama, muali dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya sampai pada penulisan laporan. 10

11 Pada penelitian pendahuluan, peneliti mulai mengamati segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah seperti guru, siswa, sarana dan prasaran, serta keadaan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Kemudian pada pengembangan desain, peneliti mencoba merancang penelitian dengan menetapkan strategi yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan penelitian yang dilakukan.selanjutnya, observasi dan wawancara dilakukan pada saat penelitian yang sebenarnya. Disini peneliti akan meneliti keadaan guru, siswa, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah keseluruhan secara mendalam. Setelah mengamati lebih mendalam atau secara detail, barulah peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa. Adapun tahap-tahap penelitian secara umum, yaitu: 1. Tahap pra lapangan seperti observasi/pengamatan lokasi dan menyusun rencana lapangan. 2. Tahap pekerjaan lapangan seperti memahami latar belakang penelitian dan mengumpulkan data dengan observasi, angket, dan waancara. 3. Melakukan analisis data dan membuat laporan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Temuan Umum Secara umum, peneliti menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS berkurang disebabkan karena guru belum menjalankan perannya secara optimal. Misalnya perannya sebagai pengelola kelas, fasilitator dan mediator. Sebagai pengelola kelas, guru belum memahami betul bagaimana cara menciptakan suasana kelas yang nyaman dan bersih sebagai lingkungan belajar siswa yang dapat meningkatkan motivasi belajar pada saat berada dalam kelas. Sebagai fasilitator dan mediator, guru belum bisa menyiapkan kemudahan belajar untuk siswa dan guru belum memahami betul peran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran IPS. 11

12 Jadi, secara umum lebih menonjol mengenai peran guru yang belum optimal dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah terutama pada mata pelajaran IPS kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten gorontalo Temuan Khusus Adapun yang menjadi temuan khusus dalam penelitian ini yaitu: 1. Sebagian besar siswa lebih banyak bermain daripada belajar. 2. Siswa sering melakukan percakapan yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, dan menyebabkan kurangnya perhatian siswa dalam belajar. 3. Siswa sering menyontek atau mengcopy tugas dari teman sekelasnya. Temuan-temuan yang telah didskripsikan diatas merupakan suatu gambaran tentang masalah-masalah yang akan kita temui pada saat kita akan menjadi seorang pendidik nanti. Maka untuk selanjutnya kita akan membahas masalah-masalah tersebut pada bagian kedua dari bab ini, yaitu pembahasan. 4.2 Hasil Pembahasan Berdasarkann penelitian terdapat beberapa temuan, baik temuan umum maupun temuan khusus, bahwa yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar pada mata pelajaran IPS adalah kurangnya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang dimilki oleh setiap siswa. Menurut pendapat Mashlow dan Rogers motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat penting bagi acara pembelajaran. Seperti yang telah ditemui oleh peneliti dilapangan bahwa motivasi intrinsik yang dimiliki oleh tiap siswa berbeda-beda. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada masing-masing siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa lebih banyak menyontek atau mengcopy tugas dari temannya, sering melakukan percakapan yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran, sering bermain pada saat proses KBM berlangsung, dan mereka lebih memilih untuk tidak masuk kelas daripada mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar, seperti cara mengajar guru yang belum optimal dalam menjalankan perannya sebagai seorang 12

13 pendidik. Oleh sebab itu peran guru sebagai seorang pendidik sekaligus pembimbing sangatlah dibutuhkan dalam membangun motivasi belajar siswa. BAB V PENUTUP 1.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan uraian pada pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajara IPS berkurang disebabkan oleh beberapa hal, pertama, kemampuan yang dimilki oleh masing-masing siswa berbeda. Kedua, kondisi lingkungan belajar siswa yang tidak mendukung, misalnya penataan ruang kelas dan pengaruh teman sebaya. Dan ketiga, upaya guru dalam membelajarkan siswa belum optimal, misalnya gaya mengajar guru yang belum memahami perannya sebagai seorang pendidik. Oleh sebab itu, peran guru sebagai seorang pendidik perlu untuk dimaksimalkan lagi. Sebab motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru sering memberikan stimulus atau rangsangan dari luar. 1.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan masukan guna memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa tentang perlunya meningkatakan motivasi belajar siswa pada saat berada di dalam kelas, khususnya pada mata pelajaran IPS. 2. Hasil penelitian ini hendaknya mendorong bagi rekan-rekan guru Sekolah Dasar untuk senantiasa memelihara bahkan meningkatkan motivasi belajar siswa, baik saat berada di dalam kelas maupun berada di rumah. 3. Pelaksanaan penelitian ini tentang peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kiranya menjadi dasar bagi teman-teman mahasiswa untuk melakukan kajian-kajian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA 13

14 Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo Buku Pedoman Penulisan Karya IlmiahI. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Maleong, J Lexy Metodologi Pnelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Mudjiono dan Dimyati Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Rahmat, Abdul Kearifan Cinta Sang Guru. Bandung: MQS Publishing Naim, Ngainun Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta (diakses tanggal 25 februari) 14

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL. Skripsi yang Berjudul

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL. Skripsi yang Berjudul LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Skripsi yang Berjudul PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 10 BATUDAA PANTAI KECAMATAN BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO Oleh YANTI

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV MI AL-YUSRA DI KECAMATAN DUNGINGI KOTA GORONTALO Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penulis Utama:

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN Nurjana B. Giasi Haris Mahmud, Rapi Us. Djuko Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

PERAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN DI KELAS IV SDN 36 KOTA SELATAN JURNAL. Oleh SINTIA SOANGO NIM.

PERAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN DI KELAS IV SDN 36 KOTA SELATAN JURNAL. Oleh SINTIA SOANGO NIM. PERAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN DI KELAS IV SDN 36 KOTA SELATAN JURNAL Oleh SINTIA SOANGO NIM. 151 411 183 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini karena pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini karena pendidikan memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan merupakan fondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN IPA DI SDN 4 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO. Oleh LIAN UMAR NIM.

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN IPA DI SDN 4 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO. Oleh LIAN UMAR NIM. LEMBAR PENGESAHAN JURNAL KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN IPA DI SDN 4 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Oleh LIAN UMAR NIM. 151 410 088 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. H. Abd Haris PanaI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Manajemen kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara kolektif atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian atau research. Sedangkan menurut Margono penelitian atau researchadalah semua kegiatan pencarian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan yaitu penelitian di lakukan dalam situasi alamiah akan tetapi di dahului oleh semacam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri manusia. Tidak seorang pun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung pandai dan terampil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 4 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO

KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 4 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 4 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO Rahmat Husain (Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Drs. H. Haris

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI STRATEGI TWO STAY TWO STRAY TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI WONOREJO 02 TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah adalah suatu lembaga yang bertujuan membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

Bimafika, 2016, 8, 10 15

Bimafika, 2016, 8, 10 15 Bimafika, 2016, 8, 10 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal Yang Berjudul FAKTORFAKTOR PENGHAMBAT KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONEBOLANGO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting pembangunan bangsa. Pendidikan yang bermutu dapat menunjang kemajuan bangsa saat ini maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI KELAS V SDN 72 KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan dalam pengelolaan jum at berinfaq Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan dalam pengelolaan jum at berinfaq Dengan 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di MTsN-2 Palangka Raya. Kemudian alasan peneliti melakukan kegiatan penelitian di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA Thin Ratulangi 1, Nurdin Arsyad 2.Djadir 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kecakapan Personal Siswa Melalui Metode Learning Journals Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan

Upaya Meningkatkan Kecakapan Personal Siswa Melalui Metode Learning Journals Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan Upaya Meningkatkan Kecakapan Personal Siswa Melalui Metode Learning Journals Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan Oleh Lely Suci Rahmawati dan Poerwanti Hadi Pratiwi,

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Sebuah penelitian pastilah memerlukan metode-metode penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk menentukan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan dapat dikatakan sebagai tujuan negara Indonesia sesuai dalam undang-undang 1945 telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi obyek, sasaran suatu ilmu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data tertentu sebagai suatu cara pendekatan ilmiah sehingga skripsi ini layak sebagai karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian dimana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Apabila pendidikan di suatu negara sudah berjalan dengan baik, maka negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam penelitian dan membuat analisis dengan maksud agar penelitian dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tidak seorang pun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tidak seorang pun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri manusia. Tidak seorang pun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung pandai dan terampil dan

Lebih terperinci

ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI

ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Oleh RANTI HASAN NIM: 911 410 162 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH PADA TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEBYOG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1. Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai, maka

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1. Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pemilihan pendekatan dan jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena metode merupakan salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi obyek atau sasaran

Lebih terperinci

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENJIPLAK DI KELOMPOK B PAUD CENDEKIA MUDA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA RAYA KABUPATEN GORONTALO UTARA

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENJIPLAK DI KELOMPOK B PAUD CENDEKIA MUDA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA RAYA KABUPATEN GORONTALO UTARA PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENJIPLAK DI KELOMPOK B PAUD CENDEKIA MUDA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA RAYA KABUPATEN GORONTALO UTARA Imelda Mangosa Samsiah, Nunung Suryana Jamin Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.

Lebih terperinci

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BANGUN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SDN I BUA KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Oleh MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM. 151 410 323

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 78 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu dimuka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) 1 yaitu semua data yang terkumpul diperoleh dari lapangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah fieldresearch atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala holistic-kontekstual melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala holistic-kontekstual melalui BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala holistic-kontekstual melalui pengumpulan data data dari latar alami dengan memanfaatkan nara sumber

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan tempat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG Desi Kurnia Ningsih 1 Erianjoni, M.Si 2 Erningsih, S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu unsur penting dari proses pendidikan adalah guru. Oleh karena itu guru mempunyai tanggung jawab mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Itan Tanjilurohmah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu.1 Metode penelitian digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, menguji keefektifan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkembang akan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan yang telah kami singung di bab pertama, pada bab III ini akan mendeskripsikan tentang metode penelitian yang ruang lingkupnya meliputi; pendekatan penelitian, sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Peneliti harus dapat memilih dan menentukan metode yang tepat dan mungkin dilaksanakan (feasible) guna mencapai tujuan penelitiannya. Karena itu, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan pembentukan tingkah laku individu setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang dikehendaki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini peranan pengajaran sangat penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ini peranan pengajaran sangat penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu rekayasa untuk mengendalikan pembelajaran guna mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam proses rekayasa ini peranan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 11 TABONGO KABUPATEN GORONTALO. Roslian Tute, Hakop Walangadi, Elmia Umar

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 11 TABONGO KABUPATEN GORONTALO. Roslian Tute, Hakop Walangadi, Elmia Umar 1 PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 11 TABONGO KABUPATEN GORONTALO Roslian Tute, Hakop Walangadi, Elmia Umar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap peningkatan kualitas lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DI GUGUS MANGGA KECAMATAN JAYA BARU KOTA BANDA ACEH. Sri Risky Ramadani, Nurhaidah, Soedirman Z.

PELAKSANAAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DI GUGUS MANGGA KECAMATAN JAYA BARU KOTA BANDA ACEH. Sri Risky Ramadani, Nurhaidah, Soedirman Z. PELAKSANAAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DI GUGUS MANGGA KECAMATAN JAYA BARU KOTA BANDA ACEH Sri Risky Ramadani, Nurhaidah, Soedirman Z. Universitas Syiah Kuala Ramadaniriskysri@gmail.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

JURNAL ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 11 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO.

JURNAL ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 11 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO. 1 PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 11 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Oleh Festy Djenaan NIM. 151410350

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk perkembangan, kelangsungan hidup serta merupakan suatu kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Selain itu, pendidikan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci