PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN PHONSKA DAN JUMLAH BUAH PER TANAMAN TERHADAP HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo, L.) VAR. GLAMOUR

Transkripsi

1 PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN PHONSKA DAN JUMLAH BUAH PER TANAMAN TERHADAP HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo, L.) VAR. GLAMOUR Raka Permana Siwi 1), Andjarwani 2) dan Tujiyanta 3) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Tidar rakamana156@yahoo.com 2 Fakultas Pertanian, Universitas Tidar anjarwani@untidar.ac.id 3 Fakultas Pertanian, Universitas Tidar tujianta@untidar.ac.id Abstract Research on the effects of fertilization Phonska time and number of fruits plant on yield of melon (Cucumis melo L.) var. Glamour conducted from May to July 2015 in the greenhouse Agriculture Department Magelang, jl. Cempaka no. 6 Magelang. Altitude of 360 m above sea level and type of latosol soil with a ph of 6. The eximent was conducted using a factorial design (3 x 3) are arranged in a complete randomized block design, repeated three times. The first factor is the time of fertilization Phonska: 7 days before planting, 0 days before planting (planting time), and 7 days after planting. The second factor is the number of fruits plant: 1, 2, and 3 fruit / plant. The results showed that the time of fertilization Phonska not accelerate flowering age, harvesting age, and does not increase the weight, volume, diameter, thick fruit pulp and sugar melons. Treatment of the number of fruits plant showed one fruit crop harvesting produce faster and fruit weight, diameter, volume, thick flesh and blood sugar levels are higher than other treatments. While on treatment two fruits plant produces fruit weight plant were highest. Keywords: fertilizer, Phonska, fruit, melon. 1. PENDAHULUAN Buah melon merupakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena nya yang memiliki rasa manis dan mengandung banyak air sehingga menyegarkan apabila dimakan. Harga melon yang cenderung bernilai ekonomis dibandingkan jenis semusim lainya menyebabkan melon sangat baik untuk dibudidayakan. Dikemukakan oleh Prajanta (1997), bahwa melon dikenal juga dalam dunia kesehatan karena mengandung unsur-unsur yang dilukan oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, melon sering dianjurkan ahli-ahli gizi untuk terapi kasehatan. Kandungan zat gizi melon 100 g berat yang dimakan ialah, kalori (energi) 21,0 kal, fosfor 25,0 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 640,0 SI, vitamin B1 0,003 mg, vitamin B2 0,02 mg, vitamin C 34,0 mg, niasin 0,8 G, serat 0,3 g dan air 93,5 g. Dalam budidaya melon banyak hal yang lu dihatikan terutama ketersediaan unsur hara bagi melon itu sendiri. Dengan menggunakan hara, dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali (Rosmarkan dan Nasih, 2002). Dalam mencukupi kebutuhan unsur hara, para petani meng-gunakan pupuk baik yang bersifat organik maupun anorganik. Bagi semusim, 31

2 VIGOR JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA pemberian pupuk yang tepat sangat penting agar dapat menyerap pupuk sedini mungkin sehingga tumbuhan dapat ber-langsung secara cepat sejak mulaan (Rosmarkan dan Nasih, 2002). Setiap melon mempunyai potensi untuk menghasilkan Setiap cabang dari tunas lateral mampu menghasilkan 1-2 calon pada hal setiap bercabang antara cabang. Tetapi tidak semua calon akan berhasil menjadi. Sebagian calon rontok karena tidak sempat diserbuki, sebagian lagi rontok karena tidak mendapatkan makanan (Tjahjadi, 1987), Sehingga penentuan jumlah yang tepat pada setiap akan mencapai produksi yang maksimal 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian faktorial (3 x 3) yang disusun meng-gunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor tama waktu pemberian pupuk Phonska yaitu, 7 hari sebelum tanam, Saat tanam, dan 7 hari setelah tanam, faktor kedua adalah jumlah yaitu Satu, Dua, Tiga. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Apabila berbeda nyata dan berbeda sangat nyata dilanjutkan dengan uji LSD untuk faktor tama dan untuk faktor kedua. Penelitian dilakukan mulai pada tanggal 13 Mei 2015 hingga 24 Juli 2015 di rumah kaca Dinas Pertanian Kota Magelang, jl. Cempaka no. 6 kota Magelang. Ketinggian tempat 360 m di atas mukaan laut dan jenis tanah latosol dengan ph 6. Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gembor, ember, sprayer, meteran, refraktometer, gelas ukur, timbangan, pisau, penggaris, gunting pangkas, polybag, ajir, pot tray dan tali rafia. Bahan yang digunakan yaitu : benih melon, Petroganik, Phonska, pupuk kandang kambing, tanah, air, Decis 2,5 EC, Dithane M-45, Dolomit, dan KCl. Parameter yang diamati adalah umur berbunga (HST), umur panen (HST), berat (g), berat (g), ISSN XX-XX volume (ml), diameter (cm), tebal daging (cm), kadar gula (brix). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Sidik ragam semua parameter pengamatan Parameter pengamatan Umur berbunga (HST) Waktu Pemupukan Perlakuan Jumlah Buah Waktu Pemupukan x Jumlah Buah 2,06 ns 0,37 ns 0,27 ns Umur panen (HST) 0,40 ns 87,36 ** 0,44 ns Berat (g) 1,04 ns 106,97 ** 0,40 ns Berat (g) Volume (ml) Diameter (cm) Tebal daging (cm) 1,36 ns 31,67 ** 0,55 ns 1,75 ns 175,20 ** 0,21 ns 2,14 ns 236,09 ** 0,63 ns 2,30 ns 201,32 ** 0,71 ns Kadar gula (brix) 2,57 ns 104,18 ** 0,33 ns Keterangan : * : Beda sangat nyata ** : Beda nyata ns : Tidak beda nyata Perlakuan waktu pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan umur berbunga, umur panen, berat, berat, volume, tebal daging, diameter, dan kadar gula. Sedangkan lakuan jumlah berpengaruh sangat nyata pada parameter pengamatan, umur panen, berat, berat, volume, tebal daging, diameter, dan kadar gula, serta tidak berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga. Tidak terjadi interaksi antara lakuan waktu pemupukan dan jumlah. 32

3 Tabel 2. Jumlah pada semua parameter Jumlah Satu Dua Tiga Umur panen Berat Berat Volume 64,14 c 1344,4 a 1344,4 c 1287,9 a 66,48 b 1057,4 b 2114,8 a 1050,0 b 69,92 c 546,29 c 1638,8 b 546,3 c Tabel 3. Jumlah pada semua parameter Jumlah Satu Dua Tiga Diameter Tebal daging Kadar gula 13,07 a 3,67 a 13,42 a 11,91 b 3,04 b 12,29 b 7,52 c 2,24 c 8,95 c Hasil uji LSD 1% menunjukkan bahwa melon dengan lakuan satu memiliki umur panen yang lebih cepat. Perlakuan satu menyebabkan umur panen yang lebih cepat bagi melon. Pada lakuan satu rata-rata melon dipanen pada umur 64,14 hari setelah pindah, sedangkan pada lakuan dua rata-rata dipanen pada umur 66,48 hari dan pada lakuan tiga rata-rata dipanen pada umur 69,92 hari. Artinya, semakin banyak yang dipelihara dalam satu maka akan semakin lama umur panen melon. Hal ini diduga karena lakuan satu, source hanya mendistribusikan hasil fotosintesis untuk kembangan satu, sedangkan pada lakuan dua source harus membagi hasil fotosintesis pada kembangan dua. Demikian pula dengan lakuan tiga maka hasil fotosintesis akan dibagi pada kembangan tiga. Pada lakuan jumlah melalui teknik penjarangan, source akan bagian sink yaitu sebagai sink utama. Kompetisi hasil fotosintesis antar akan rendah dengan adanya penjarangan dengan jumlah satu akan cepat kembangannya, dengan kembangan yang cepat maka waktu panen akan semakin singkat jika dibandingkan dengan lakuan dua dan tiga. Perlakuan satu menyebabkan berat melon paling tinggi. Pada lakuan satu berat rata-rata 1344,44 g, sedangkan lakuan dua menghasilkan berat ratarata 1057,40 g, dan tiga menghasilkan berat rata-rata 546,29 g. Semakin banyak yang dipelihara dalam satu maka terjadi penurunan terhadap berat melon. Hal ini diduga karena lakuan satu, source hanya mendistribusikan hasil fotosintesis untuk kembangan satu, sedangkan pada lakuan dua source harus membagi hasil fotosintesis pada kembangan dua. Demikian pula dengan lakuan tiga maka hasil fotosintesis akan dibagi pada kembangan tiga. Pada lakuan jumlah melalui teknik penjarangan, source akan bagian sink yaitu sebagai sink utama. Kompetisi hasil fotosintesis antar akan rendah dengan adanya penjarangan dengan jumlah satu kembangannya. 33

4 VIGOR JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA Menurut Sari (2009) lakuan satu menghasilkan panjang, lingkar dan diameter lebih tinggi dibandingkan lakuan dua. Hal ini karena tidak terjadi kompetisi dalam memoleh fotosintat antar dalam lakuan satu. Peningkatan panjang, lingkar dan diameter tersebut menghasilkan bobot semakin tinggi. Perlakuan dua menyebabkan berat melon paling tinggi rata-rata 2114,81 g, sedangkan pada lakuan satu dan tiga hasil yang dioleh lebih rendah. Pada lakuan satu rata-rata berat 1344,44 g dan lakuan dua rata- rata berat 1639,88 g. Hal ini diduga karena pada lakuan dua, kemampuan produksi dapat maksimal, walaupun jika dilihat atau diamati berat masih lebih baik dengan satu namun secara kuantitas jumlah mengakibatkan berat jika dihitung akan lebih berat. Memkan dua melon dalam satu berarti membagi asimilat hasil fotosintesis untuk kembangan dua melon, sehingga ukuran akan lebih kecil dibandingkan satu. Sebagai contoh apabila memkan satu berat melon dapat mencapai 2,5 kg maka dengan dua dalam satu maka berat maksimal hanya 1,5 kg. Secara hitungan dua melon jumlah berat total menjadi 3 kg (Anonim, 2015). Menurut Rahmat (2009), melon yang dipelihara maksimal dua pada setiap untuk mendapatkan produksi yang optimal. sedangkan lakuan tiga walaupun hasilnya lebih berat dibandingkan dengan satu namun karena saingan tiga semakin banyak maka kenbangan kurang optimal. Hasil uji LSD 1% menunjukan bahwa melon dengan lakuan satu memiliki volume yang ISSN XX-XX paling besar. Perlakuan satu menyebabkan volume melon paling besar. Pada lakuan satu rata-rata volume 1287,96 ml, sedangkan pada lakuan dua rata-rata volume 1050,03 ml, dan pada lakuan tiga volume rata-rata 546,30 ml, ini menunjukkan bahwa semakin banyak yang dipelihara pada satu volume akan semakin kecil. Hal ini diduga karena lakuan satu, source hanya mendistribusikan hasil fotosintesis untuk kembangan satu, sedangkan pada lakuan dua source harus membagi hasil fotosintesis pada kembangan dua. Demikian pula dengan lakuan tiga maka hasil fotosintesis akan dibagi pada kembangan tiga. Pada lakuan jumlah melalui teknik penjarangan, source akan bagian sink yaitu sebagai sink utama. Kompetisi hasil fotosintesis antar akan rendah dengan adanya penjarangan dengan jumlah satu kembangannya. Menurut Rahayu (2011), volume dengan satu nyata lebih besar dibandingkan yang memelihara dua dan tiga. Perlakuan satu menyebabkan diameter melon paling besar. Pada lakuan satu rata-rata diameter melon 13,07 cm, sedangkan pada lakuan dua dan tiga ukuran diameter melon lebih kecil. Pada lakuan dua rata-rata diameter melon 11,91 cm dan pada lakuan tiga rata-rata 7,52 cm. Hal ini diduga karena lakuan satu, source hanya mendistribusikan hasil fotosintesis untuk kembangan satu, sedangkan pada lakuan dua source harus membagi hasil fotosintesis pada kembangan dua. 34

5 Demikian pula dengan lakuan tiga maka hasil fotosintesis akan dibagi pada kembangan tiga. Pada lakuan jumlah melalui teknik penjarangan, source akan bagian sink yaitu sebagai sink utama. Kompetisi hasil fotosintesis antar akan rendah dengan adanya penjarangan dengan jumlah satu kembangannya. Tanaman dengan satu lingkar lebih besar dibandingkan dengan yang memelihara dua dan tiga (Rahayu, 2011). Perlakuan satu menyebabkan tebal daging melon paling besar. Perlakuan satu menghasilkan rata-rata tebal daging 3,67 cm, lakuan dua menghasilkan rata-rata tebal daging 3,04 cm, dan pada lakuan tiga rata-rata tebal daging adalah 2,24 cm. Hal ini diduga karena lakuan satu, source hanya mendistribusikan hasil fotosintesis untuk kembangan satu, sedangkan pada lakuan dua source harus membagi hasil fotosintesis pada kembangan dua. Demikian pula dengan lakuan tiga maka hasil fotosintesis akan dibagi pada kembangan tiga. Pada lakuan jumlah melalui teknik penjarangan, source akan bagian sink yaitu sebagai sink utama. Kompetisi hasil fotosintesis antar akan rendah dengan adanya penjarangan dengan jumlah satu kembangannya. Afandi (2004), menyatakan bahwa yang besar dan panjang memiliki daging yang tebal. Perlakuan satu memiliki bobot dan panjang yang lebih tinggi, sehingga menghasilkan tebal daging yang lebih tebal dibandingkan lakuan dua dan tiga. Perlakuan satu menyebabkan kadar gula melon paling tinggi. Melon paling manis atau yang memiliki kadar gula paling tinggi adalah pada lakuan satu dengan kadar gula rata-rata 13,42 0 brix, sedangkan pada lakuan dua kadar gula rata-rata 12,29 0 brix, dan pada lakuan tiga kadar gula rata-rata 8,95 0 brix. Hal ini diduga karena lakuan satu, source hanya mendistribusikan hasil fotosintesis untuk kembangan satu, sedangkan pada lakuan dua source harus membagi hasil fotosintesis pada kembangan dua. Demikian pula dengan lakuan tiga maka hasil fotosintesis akan dibagi pada kembangan tiga. Pada lakuan jumlah melalui teknik penjarangan, source akan bagian sink yaitu sebagai sink utama. Kompetisi hasil fotosintesis antar akan rendah dengan adanya penjarangan dengan jumlah satu kembangannya. Menurut Sari (2009), Perlakuan jumlah, variabel kemanisan daging paling manis terdapat pada lakuan satu dibandingkan alakuan dua dan tiga. 4. SIMPULAN A. Perlakuan waktu pemupukan Phonska tidak memcepat umur berbunga, umur panen, serta tidak meningkatkan berat, volume, diameter, tebal daging dan kadar gula melon. B. Perlakuan jumlah menunjukkan satu menghasilkan umur panen yang lebih cepat, berat, diameter, volume, tebal daging, dan kadar gula yang lebih tinggi dari lakuan lainya. Sedangkan pada lakuan dua 35

6 VIGOR JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA menghasilkan berat yang paling tinggi. C. Tidak ada interaksi antara lakuan waktu pemupukan Phonska dan jumlah. 5. REFERENSI Afandi, I Evaluasi Karakteristik Hortikultura Enam Melon (Cucumis melo, L.) Hibrida (Ser II) Hasil Persilangan Pusat Kajian Buahan Tropika (PKBT) IPB. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Anonim Budidaya Tanaman Menggunakan Phonska Petroganik. Petrokimia Gresik.Gresik Panduan Teknis Budidaya Melon. diunduh tanggal 5 Maret Melon 2 in 1. 1/melon-2-in-1.html?m=1. Diunduh tanggal 5 Desember Faizah, F Agroklimat Melon. diunduh tanggal 8 Maret Mulyani, S. M Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Poerwanto, R Modul IV Budidaya Buah Buahan : Pertumbuhan, Perkembangan dan Pematangan Buah. Program Studi Hortikulktura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Modul II Budidaya Buah Buahan : Pertumbuhan dan Perkembangan Pohon. Program Studi Hortikulktura. Fakultas ISSN XX-XX Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prajnanta, F Melon: Pemeliharaan Secara Intensif, Kiat Sukses Beragribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahayu A., Serhalawan, dan E. Munandar Produksi Dan Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Pada Jumlah Buah Per Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 2, Oktober Diunduh 5 Desember Rahmat, Syaiful Cara Mudah Budidaya Melon di Polybag. /cara-mudah-budidaya-melon-dipolybag. Diunduh tanggal 11 November Rosmarkan, A., dan Narsih, W. Y Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rukmana, R Budidaya Melon Hibrida. Kanisius, Yogyakarta. Samadi, B Usaha Tani Melon. Kanisius, Yogyakarta. Sari, A.Y.N Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping) Terhadap Kualitas Buah Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Dengan Sistem Hidroponik. Skripsi. IPB. bitstream/handle/ /11454/ A09ayn.pdf?sequence=2 diunduh 22 Maret Sarief, S Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sutarta, E. S. W., P. L. Tobing, dan Sufianto Aplikasi Limbah Cair 36

7 Pabrik Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E. S.Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. USU- Press. Medan. Tjahjadi, Nur Bertanam Melon. Kanisius. Yogyakarta. Walsen, A Aplikasi Pupuk Subur In Dengan Dosis dan Waktu Berbeda pada Tanaman Ketimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Budidaya Pertanian, vol.4 no.1, juli Pupuk_Subur _In_Dengan Dosis_dan_Waktu_Berbeda.pdf. diunduh 22 Maret