BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan"

Transkripsi

1 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuhan Persalinan Normal (APN) Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir (JNPK-KR, 2013) Tahun 2000 ditetapkan langkah-langkah APN yaitu 60 langkah, tahun 2001 langkah APN ditambah dengan tindakan resusitasi. Tahun 2004 APN ditambah dengan inisiasi menyusu dini (IMD), pengambilan keputusan klinik (PKK), pemberian tetes mata profilaksis, pemberian vitamin K1 dan imunisasi HBo. Langkah APN pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan, namun pada tahun 2008 langkah APN dilakukan perubahan dari 60 langkah menjadi 58 langkah (JNPK-KR, 2008). Menurut JNPK-KR (2013), asuhan persalinan normal memiliki tujuan yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta dengan intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan tetap terjaga pada tingkat yang optimal. Rohani, dkk. (2011) menyatakan bahwa tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama proses persalinan berlangsung, dalam 10

2 11 upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Menurut Astuti (2012), dalam asuhan persalinan normal mengalami pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Beberapa contoh yang menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut adalah: 1. Mencegah perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri (tidak adanya kontraksi uterus) a. Pencegahan perdarahan pascapersalinan dilakukan pada tahap paling dini b. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan diantaranya: manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III dan pengamatan dengan seksama terhadap kontraksi uterus pascapersalinan. c. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal. 2. Laserasi (robekan jalan lahir)/episiotomi (tindakan memperlebar jalan lahir dengan menggunting perineum) a. Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin. b. Dilakukan perasat khusus yaitu penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

3 12 3. Retensio Plasenta (tidak lepasnya plasenta setelah 30 menit bayi lahir) a. Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses pelepasan plasenta dan melahirkan plasenta, dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. 4. Partus Lama (persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida atau lebih dari 18 jam pada multigravida). a. Asuhan persalinan normal untuk mencegah partus lama dengan mengandalkan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan b. Dukungan suami atau kerabat diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. c. Pendampingan diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab antara penolong dan keluarga klien. 5. Asfiksia Bayi Baru Lahir Pencegahan Asfiksia pada BBL dilakukan melalui upaya pengenalan penanganan sedini mungkin misalnya: a. Memantau secara baik dan teratur denyut jantung janin selama proses persalinan. b. Mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero plasenta terhadap bayi.

4 13 c. Tehnik meneran dan bernafas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi Bila terjadi asfiksia maka dilakukan: a. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat b. Menempatkan bayi dalam posisi yang tepat c. Penghisapan lendir secara benar d. Memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernafasan buatan (bila perlu) Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh Depkes RI bekerjasama dengan POGI (Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia), IBI, JNPK-KR dengan bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan. Dalam meningkatkan kemampuan pelaksanaan asuhan persalinan normal bidan terlebih dahulu diharapkan memiliki pengetahuan dan juga sikap yang baik (JNPK-KR, 2013). Menurut APN (JNPK-KR 2013), tindakan pencegahan komplikasi yang dilakukan selama proses persalinana adalah: a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses dekontaminasi serta sterilisasi peralatan bekas pakai.

5 14 b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan paling tepat dan memadai. c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarga tentang proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi. d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan baru bagi bayi baru lahir. e. Menghindar berbagai tindakan yang tidak perlu dan atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu untuk meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir. f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pasca persalinan. g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamanan ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara

6 15 dini gejala dan tanda bahaya komplikasi pasca persalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai. i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir. j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan. Tahapan asuhan persalinan normal terdiri dari 58 langkah (JNPK-KR 2013) adalah: I. Mengenali gejala dan tanda kala dua 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (desakan janin) b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya. c. Perineum tampak menonjol d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka II. Menyiapkan pertolongan persalinan 2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk bayi asfiksia persiapkan: tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set steril atau DTT. b. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

7 16 3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yg mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/handuk pribadi yang bersih. 4. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 5. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dengan memakai sarung tangan DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik). III. Memastikan pembukaan lengkap & keadaan janin baik. 6. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% ). 7. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap. a. Bila selaput ketuban belum pecah, dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi.

8 17 8. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 9. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. 10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( x/menit). a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran 11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. serta bantu ibu berada dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) serta dokumentasikan semua temuan yang ada. b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. 12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

9 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran : a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif. b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama). d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu. Berikan asupan cairan per-oral (minum) yang cukup. f. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2 jam meneran pada primigravida atau setelah 1 jam meneran pada multigravida. 14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat & bahan. 18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

10 19 VI. Persiapan pertolongan kelahiran bayi. 19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. 20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat & ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi : a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat, dan potong diantara dua klem tersebut. 21. Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri & memegang lengan dan siku sebelah atas.

11 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) VII. Penanganan bayi baru lahir 25. Lakukan penilaian (selintas) a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir). 26. Keringkan tubuh bayi a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. b. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu. 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal). 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

12 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat 2 cm bagian distal dari klem pertama. 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem. b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. 32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. VIII. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga 34. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. 35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk mendeteksi, sedangkan tangan lain memegang tali pusat. 36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah detik,

13 22 hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. 37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial). a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat : 1) Berikan dosis ulangan oksitosin 10 unit IM. 2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh. 3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. 4) Ulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. 5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual. 38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

14 23 a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. 39. Segera setelah plasenta & selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). IX.Menilai perdarahan 40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi pastikan selaput ketuban lengkap & utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan. X. Melakukan prosedur pasca persalinan 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan per vaginam. 43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

15 Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K 1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K 1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. a. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu. 46. Lanjutkan pemantauan kontraksi & mencegah perdarahan pervaginam a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan c. Setiap menit pada jam kedua pasca persalinan d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka lakukan asuhan yang sesuai untuk menangani antonia uteri. 47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksa nadi ibu & keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. a. Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

16 Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 37,5 0 C). 51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yg terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. 56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. 2.2 Persalinan Pengertian persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai

17 26 dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Rohani, dkk. (2011), menyatakan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan batuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar atau melalui jalan lahir (Sumarah, dkk, 2009) Kala Satu Persalinan Menurut Rohani, dkk. (2011), inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina, penipisan dan pembukaan serviks dan kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). JNPK-KR (2013), menyatakan bahwa kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka dengan lengkap (10 cm). Tanda dan gejala inpartu adalah adanya penipisan dan pembukaan serviks, terjadi kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) serta keluarnya cairan lendir bercampur darah ( show ) melauli vagina (JNPK-KR, 2008).

18 27 1. Fase-fase dalam persalinan kala satu Menurut Rohani, dkk.(2011), persalinan kala satu dibagi dalam 2 fase: a. Fase laten, pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, fase laten berlangsung dalam 7-8 jam. b. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan di bagi dalam 3 subfase yaitu: 1) Periode akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm 2) Periode dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. 3) Periode deselerasi yaitu pembukaan berlangsung lambat kembali, dalam 2 jam pembukaan 10 cm atau lengkap. Pada fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm perjam (multipara). Pada fase aktif terjadi penurunan bagian terbawah janin. 2. Persiapan Asuhan Persalinan Kala I a. Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

19 28 Persalinan dan kelahiran bayi baik di rumah, di tempat bidan puskesmas,polindes atau rumah sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana yang memadai. Hal-hal pokok yang diperlukan dalam persalinan dan kelahiran bayi yaitu: 1) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin. 2) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan. 3) Air desinfektan tingkat tinggi untuk membersihkan perineum, serta terdapat air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan. 4) Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam hari. 5) Meja untuk meletakkan peralatan persalinan. 6) Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir. b. Memberikan asuhan sayang ibu Persalinan adalah suatu yang menegangkan atau bahkan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat terjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah: 1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang, serta berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran.

20 29 2) Menganjurkan suami dan anggota keluarga untuk memberikan dukungan. 3) Waspadai gejala dan tanda penyakit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan. Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk: a) Memberikan dukungan emosional. b) Membantu pengaturan posisi ibu. c) Memberikan cairan dan nutrisi. d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur. e) Pencegahan infeksi Kala Dua Persalinan Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran bayi, yang dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR, 2013). Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Saifuddin, 2008). 1. Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah : a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina. c. Perineum tampak menonjol. d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka. e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (JNPK-KR, 2013).

21 30 2. Tanda pasti kala dua adalah: a. Pembukaan serviks telah lengkap. b. Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina. 3. Penatalaksanaan fisiologis kala dua Proses fisiologis kala dua persalinan merupakan serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi pada saat lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri dan kepala sudah di dasar panggul). Setelah terjadi pembukaan lengkap apabila selaput ketuban belum pecah maka perlu dilakukan tindakan amniotomi pada persalinan. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua. ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Ibu dilarang untuk meneran jika pembukaan belum lengkap (10 cm), belum muncul kontraksi uterus atau belum ada keinginan meneran. 4. Membimbing ibu untuk meneran Jika ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman. Bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga untuk membantu dan mendukung usahanya. Pantau kondisi ibu dan bayi, beri cukup minum dan pantau denyut jantung janin setiap 15 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat diantara kontraksi. a. Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisi secara teratur, tawarkan untuk minum dan

22 31 pantau denyut jantung janin setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi. b. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit pada multipara dan 120 menit pada primigravida, rujuk ibu segera. 5. Pencegahan robekan perineum Robekan spontan pada vagina dan perineum dapat terjadi saat kepala baru dilahirkan. Kejadian robekan akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktu kepala baru dilahirkan. Menurut JNPK-KR (2008), yang mengutip pendapat Enkin dan wooley, sebelumnya episiotomi dinjurkan secara rutin yang tujuannya adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum terutama pada ibu primigravida, membuat tepi luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah. Hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, tetapi karena indikasi tertentu maka harus dilakukan episiotomi pada saat kelahiran bayi bila didapatkan: a. Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan. b. Penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi vakum). c. Jaringan parut pada perineum dan vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.

23 32 6. Melahirkan kepala Saat kepala bayi membuka (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu dan siapkan handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan di bawah dengan kain bersih dan kering, ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain, sedangkan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tekan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian dipotong. 7. Melahirkan bahu a. Setelah memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga putaran paksi luar secara spontan. b. Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi. Minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis. c. Setelah bahu depan lahir gerakan kepala ke atas dan leteral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.

24 33 8. Melahirkan seluruh tubuh bayi a. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut. b. Tangan (bawah posterior menopang samping leteral tubuh bayi saat lahir). c. Tangan atas (anterior) untuk menelurusi dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior. d. Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki. e. Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya. f. Lakukan penjepitan tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari pangkal pusat bayi, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan). Lakukan penjepitan kedua jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama. Satu tangan menjadi landasan tali pusat melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat Perawatan Bayi Baru Lahir 1. Penilaian Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan: a. Apakah bayi menangis dan bernafas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

25 34 2. Pencegahan kehilangan panas Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna, oleh karena itu segera dilakukan pencegahan kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir agar tidak mengalami hipotermi. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. 3. Mekanisme kehilangan panas Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya dengan cara-cara berikut: a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. b. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi jika bayi ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. c. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. 4. Mencegah kehilangan panas a. Keringkan bayi dengan seksama. b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. c. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi. d. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.

26 35 e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. 5. Pemberian ASI Pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi. 6. Pencegahan infeksi pada mata Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah bayi menyusu. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran. 7. Profilaksis perdarahan bayi baru lahir (BBL) Semua BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intra muskuler di paha kiri sesegera mungkin. Tujuannya untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir Kala Tiga Persalinan Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. 1. Fisiologi persalinan kala tiga Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

27 36 Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta, karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau ke dalam vagina. Menurut Prawihardjo (2008), kala III adalah kala Uri yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak boleh lebih dari 30 menit. Lepasnya plasenta sudah dapat di perkirakan tanda tanda di bawah ini: a. Uterus menjadi bundar b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim c. Tali pusat bertambah panjang d. Terjadi perdarahan kira-kira cc. Tujuan manajemen kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama adalah: a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir. b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali. c. Masase fundus uteri.

28 37 2. Atonia Uteri Atonia uteri adalah kondisi miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas melekat plasenta menjadi tidak terkendali. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini sebesar 50%, dan merupakan alasan paling sering untuk dilakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan (Maizar, 2011). Menurut pendapat JNPK-KR (2013), dapat disimpulkan bahwa patofisiologi terjadinya atonia uteri yaitu pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak ml/menit. Jika uterus tidak berkontraksi atau kontraksi tidak terkoordinasi segera setelah plasenta keluar, maka miometrium tidak dapat menjepit anyaman pembuluh darah di tempat implantasi plasenta sehingga perdarahan tidak terkendali. Bila uterus tidak berkontraksi maka ibu bisa kehilangan darah ml/menit. Berdasarkan patofisiogis ini maka penerapan manajemen aktif kala tiga harus sesuai standar. Penerapan manajemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu (JNPK-KR, 2008) Kala Empat Persalinan Menurut Sumarah, dkk (2009), kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Setyorini (2013), menyatakan bahwa kala empat merupakan masa 1-2 jam setelah melahirkan. Ibu masih tetap harus ada di

29 38 dalam kamar bersalin dan tidak boleh dipindahkan ke ruang nifas agar dapat diawasi dengan baik. 1. Asuhan dan pemantauan pada kala empat a. Memperkirakan kehilangan darah Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah ibu bersalin secara tepat. Penilaian kehilangan darah sukar dilakukan karena darah seringkali bercampur dengan cairan atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol ibu kehilangan 250 ml darah. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah melalui pemeriksaan tekanan darah (JNPK-KR, 2013). b. Memeriksa perdarahan dari perineum Penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Klasifikasi laserasi berdasarkan luasnya robekan: 1) Derajat satu Terjadi robekan pada mukosa, komisura posterior dan kulit perineum. 2) Derajat dua Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.

30 39 3) Derajat tiga Terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani 4) Derajat empat Terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani dan dinding depan rectum. Tujuan menjahit laserasi adalah menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah. Penjahitan laserasi tingkat 1 dan 2 pada perineum, jahitan pertama kurang lebih 1 cm dari ujung laserasi bagian atas dalam vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga mencapai bagian bawah laserasi. Arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subtikuler Pencegahan Infeksi Menurut Hidayat dan Sujiyatini (2010), tujuan pencegahan infeksi adalah untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Pencegahan infeksi juga bertujuan untuk menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti Hepatitis dan HIV/AIDS. 1. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi Menurut JNPK-KR (2013), Pencegahan Infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :

31 40 a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala) b. Setiap orang dianggap beresiko terkena penyakit. c. Permukaan benda yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tidak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi, setelah digunakan harus diproses secara benar. d. Jika ragu dengan peralatan atau benda lainnya yang telah diproses dengan baik maka semua itu harus dianggap terkontaminasi. e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut: a. Cuci tangan Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Mikroorganisme tumbuh dan berkembang di lingkungan yang lembab dan air tidak mengalir, maka perlu pedoman pada saat mencuci tangan yaitu: 1) Bila menggunakan sabun padat, gunakan potongan-potongan kecil dan tempatkan dalam wadah berlubang agar air tidak menggenangi sabun. 2) Jangan mencuci tangan dengan mencelupkan ke dalam wadah berisi air meskipun sudah diberi antiseptik (seperti dettol atau savlon).

32 41 3) Bila tidak tersedia air mengalir: a) Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas. b) Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir. c) Minta orang lain menyiram ke tangan. d) Gunakan larutan pencuci tangan yang mengandung alcohol 100 ml 60-90% dengan 2 ml gliserin. b. Memakai sarung tangan Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa darah, cairan tubuh lainnya), peralatan atau sampah terkontaminasi. c. Menggunakan teknik aseptik Tehnik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan. Teknik aseptik meliputi aspek: 1) Memakai perlengkapan pelindung diri. Perlengkapan pelindung pribadi seperti kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup dan celemek plastik, untuk mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi dari percikan cairan tubuh, darah atau cidera. 2) Antisepsis. Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau

33 42 kulit. Larutan antiseptik berikut bisa diterima adalah: alkohol 60-90% : etil isopropyl atau metel spiritus, savlon, hibiserub, dettol, iodine 1-3% dan betadine. 3) Menjaga tingkat sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi. Disinfeksi adalah tindakan untuk mendekontaminasi peralatan atau instrument yang digunakan dalam prosedur bedah. Larutan disinfektan berikut bisa diterima adalah: klorin pemutih 0,5% untuk dekontaminasi permukaan dan peralatan, klorin pemutih 0,1% untuk DTT kimiawi dan gluturaldehida 2% untuk dekontaminasi dan DTT. d. Memproses alat bekas pakai Tehnik memproses peralatan dan benda-benda lain bekas pakai yang direkomendasikan dalam upaya pencegahan infeksi terdiri dari tiga tahapan yaitu: 1) Dekontaminasi. Dekontaminasi adalah langkah penting untuk menangani peralatan perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Setelah digunakan segera masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Daya kerja larutan klorin, cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat kotor dan keruh. 2) Cuci dan bilas. Pencucian adalah cara efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif

34 43 tanpa proses pencucian sebelumnya. Setelah dekontaminasi segera bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama sedapat mungkin. 3) Disinfeksi tingkat tinggi Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah satu-satunya alternatif untuk membunuh mikroorganisme. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus dan kimiawi. Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan praktis untuk dapat DTT alatalat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegatatif, virus, ragi dan jamur, namun tidak termasuk endospora. Metode DTT efektif membunuh mikroorganisme 94% (tidak membunuh beberapa endospora). DTT kateter dilakukan secara kimiawi dengan merendam dalam klorin 0,1% selama 20 menit dan membilas kateter dengan air DTT. Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah dikeringkan maka segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT Partograf Menurut JNPK-KR (2013), semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi harus dicatat. Jika tidak dicatat dianggap asuhan tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

35 44 Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan sehingga lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya. Menurut Meiliani (2008), Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Kegunaan Partograf adalah: 1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan memeriksa pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam. 2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan demikian dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat yaitu: 1. Denyut jantung janin setiap ½ jam. 2. Frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap ½ jam. 3. Nadi setiap ½ jam. 4. Pembukaan serviks setiap 4 jam. 5. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam. 6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam. 7. Urine, aseton dan protein setiap 2-4 jam. Pencatatan pada partograf merupakan bagian terpenting dari proses pengambilan keputusan klinik persalinan kala I. 1. Bagian-bagian partograf

36 45 a. Kemajuan persalinan 1) Pembukaan serviks 2) Turunnya bagian terendah dan kepala janin 3) Kontraksi uterus b. Kondisi janin 1) Denyut jantung janin 2) Warna dan volume air ketuban 3) Moulase kepala janin c. Kondisi ibu a) Tekanan darah, nadi dan suhu badan b) Volume urine c) Obat dan cairan 2. Cara mencatat temuan pada partograf Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih dalam fase laten, maka hasil observasi ditulis dilembar observasi bukan pada partograf. Partograf dipakai setelah ibu masuk fase aktif yang meliputi : a. Identifikasi ibu Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara teliti. Partograf diisi pada saat mulai asuhan persalinan yang meliputi nama, umur, gravida, para, abortus, nama rekam medis/nomor klinik, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.

37 46 b. kondisi janin Kolom lajur dan skala angka pada partograf bagian atas adalah untuk pencatatan. 1) Denyut jantung janin DJJ dinilai setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100, nilai normal sekitar 120 s/d 160. Apabila ditemukan DJJ dibawah 120 atau diatas 160, maka penolong harus waspada.. 2) Warna air ketuban Warna air ketuban dinilai setiap kali melakukan periksa dalam dan jika selaput ketuban pecah. Semua temuan dicatat dalam kotak bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini: U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih M : Selaput ketuban sudah pecah dan air bercampur mekonium D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban kering. b) Penyusupan (molase) tulang kepala janin Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

38 47 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi. 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan. 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, masih dapat dipisahkan. 3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. c. Kemajuan Persalinan a) Dilatasi serviks Pada kolom dan lajur kedua dari partograf adalah untuk percatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada tepi kolom kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Kotak diatasnya menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Pada saat pertama kali menulis pembesaran dilatasi serviks harus ditulis tepat pada garis waspada. Cara pencatatan dengan memberi tanda silang (x) pada garis waspada sesuai hasil periksa dalam. Hasil pemeriksaan dihubungkan dengan garis lurus dengan hasil sebelumnya. Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada, perlu diperhatikan apa penyebabnya dan penolong harus menyiapkan ibu untuk dirujuk. b) Penurunan bagian terendah janin Garis tidak terputus dari 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri ke atas tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks dengan tulisan

39 48 turunnya kepala, juga untuk menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin ke dalam panggul yang diberi tanda O dengan penilaian mulai 5/5 s/d 0/5. Hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus. Bagian bawah lajur kotak dilatasi serviks dan penurunan kepala menunjukkan waktu/jam dimulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan fase aktif dimulai, setiap kotak menunjukkan 30 menit. c) Kontraksi uterus/his Bagian bawah lajur waktu pada partograf terdapat lima kotak dengan tulisan kontraksi tiap 10 menit di sebelah luar kolom. Setiap kotak untuk satu kali kontraksi. Jumlah kotak yang di isi ke arah atas menunjukkan frekuensi kontraksi dalam 10 menit. Setiap 30 menit, periksa dan dokumentasikan frekuensi kontraksi yang datang dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan lamanya kontraksi dengan: Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik. /// Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk kontraksi yang lamanya detik. Isi penuh kotak yang sesuai untuk kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.

40 49 d. Kondisi Ibu Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf terdapat kotak untuk mencatat kondisi dan kenyamanan ibu selama persalinan. 1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh ibu a) Nadi ibu dinilai dan dicatat setiap 30 menit selama fase persalinan, dengan memberi tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai. b) Temperatur tubuh ibu dinilai dan dicatat pada kolom waktu yang sesuai. 2) Volume urine, protein dan aseton Produksi urin ibu diukur dan dicatat jumlahnya, minimal setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).

41 Gambar 2.1. Partograf 50

42 Rujukan Menurut JNPK-KR (2013), bahwa rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal. Sekitar 10-15% ibu bersalin diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu menangani kasus kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir. 2.3 Bidan Definisi bidan telah disempurnakan dalam pertemuan dewan di Cobe pada tahun 1990 oleh ICM (International confederation of midwives) yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Secara lengkap pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Bidan harus mampu memberikan supervise atau kunjungan berkala, asuhan kebidanan dan nasehat yang dibutuhkan perempuan selama masa hamil, persalinan dan pasca persalinan (IBI, 2004).

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi ) JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR ( Revisi ) PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR. Perubahan Buku

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN) STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN) Aspek Yang Dinilai Nilai MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA 1 2 3 4 1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua Ibu merasa

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 11 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi 1 Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala Dua Ibu merasa ada dorongan kuat menekan Ibu merasa regangan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D. III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo,

Lebih terperinci

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL. Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL. Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.: PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.: 1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan seharusnya

Lebih terperinci

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN BAKTI INDONESIA AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR No. Izin : 50/D/O/2007 Akreditasi BAN-PT No : 021/BAN-PT/Ak-XII/DpI-III/VIII/2012 Kampus : Jl. Raya Bojong Kulur No.32,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL. No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5. Tgl. Terbit :

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL. No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5. Tgl. Terbit : SOP Program Kesehatan Ibu dan Anak STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN LOGO BPS / RB / PKM PERSALINAN NORMAL No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ASUHAN PERSALINAN

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini Lampiran 1 289 Lampiran 2 290 Lampiran 3 291 292 Lampiran 4 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D. III Kebidanan Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PERTOLONGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PERTOLONGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PERTOLONGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : a) Nilai 2 : Memuaskan :Memperagakan langkah-langkah atau tugas sesuai dengan prosedur standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Persalinan Dan APN Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui janin lahir atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1

LAMPIRAN. Lampiran 1 LAMPIRAN Lampiran 1 407 408 Lampiran 2 408 409 Lampiran 3 409 410 Lampiran 4 BUKU KIA 410 411 412 413 414 Lampiran 5 KSPR 414 415 416 Lampiran 6 416 LEAFLET PERSIAPAN PERSALINAN 417 418 LEAFLET TANDA-TANDA

Lebih terperinci

PENILAIAN PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

PENILAIAN PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL PENILAIAN PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL Nilai 1 : langkah tidak dilakukan atau tidak dikerjakan dengan benar dan tidak urut (untuk yang berurutan) Nilai 2 : langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA

Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA 379 Lampiran 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 2

Lampiran 2 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 58 ANGKAH PERSALINAN NORMAL 1. Melihat adanya tanda persalinan kala II: a. Ibu

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS I. PEMERIKSAAN KEHAMILAN 1. Melakukan validasi klien 2. Melakukan kontrak 3. Menyiapkan alat 4. Mencuci tangan 5. Mengkaji keadaan umum klien 6. Melakukan

Lebih terperinci

Surat Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian

Surat Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian 351 Lampiran 1 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian 352 Lampiran 2 Surat Pelaksanaan Kegiatan LTA 353 Lampiran 3 Surat Perjanjian Implementasi LTA 354 Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini 299 Lampiran 1 300 Lampiran 2 301 Lampiran 3 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D. III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. APN (Asuhan Persalinan Normal) 1. Pengertian APN Asuhan Persalinan Normal adalah : asuhan persalinan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya pencegahan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. : Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Tahun 2010/2011

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. : Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Tahun 2010/2011 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fatimah Sari Harahap Nim : 105102048 Status : Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Depkes, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Depkes, 2002). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persalinan 2.1.1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadinya dilatasi serviks lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Depkes, 2002). Persalinan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN. Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek dan responden

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN. Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek dan responden 150 Lampiran 1 SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Tempat Tugas : Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek dan responden penelitian

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa Prodi D.III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa Prodi D.III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan 387 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D.III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo,

Lebih terperinci

SOP. PERSALINAN NORMAL No. Kode : Tanda tangan. Terbitan : No. Revisi : Tgl. Mulai Berlaku : Halaman : 1/4 PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN

SOP. PERSALINAN NORMAL No. Kode : Tanda tangan. Terbitan : No. Revisi : Tgl. Mulai Berlaku : Halaman : 1/4 PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN PERSALINAN NORMAL No. Kode : PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DINAS KESEHATAN SOP Tanda tangan Terbitan : No. Revisi : Tgl. Mulai Berlaku : Halaman : 1/4 Kepala UPTD PUSKESMAS LARANGAN Liya aryati, SKM.M.Si

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melakukan Asuhan

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melakukan Asuhan 344 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo,

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA RIA HUSADA Komplek Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan Jl. Karya Bhakti No.3 Cibubur Jakarta Timur Telp (021) 873 0818, 8775

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA

Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA 448 Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA 448 449 Lampiran 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D III Kebidanan Fakultas

Lebih terperinci

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA PERSALINAN NORMAL 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu : Jalan lahir (passage)

Lebih terperinci

cara mengisi partograf

cara mengisi partograf cara mengisi partograf Cara pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman pencatatan partograf. Menurut Depkes RI (2008) cara pengisian partograf adalah sebagai berikut: 1) Lembar depan partograf.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PARTOGRAF 1. Pengertian Partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono, 2010). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan

Lebih terperinci

Prosedur Pertolongan Persalinan Normal

Prosedur Pertolongan Persalinan Normal Prosedur Pertolongan Persalinan Normal A. PERSIAPAN ALAT 1. Bak instrumen partus set a. Klem kocher 2 buah b. Gunting tali pusat 1 buah c. Gunting episiotomi 1 buah d. Setengah kocher 1 buah e. Kateter

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Kala I Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan Jika ibu tampak kesakitan, dukungan yg dapat dierikan : Perubahan posisi, tetapi jika

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta)nyang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

Lebih terperinci

ASUHAN KALA I PARTOGRAF. By : ADE. R. SST

ASUHAN KALA I PARTOGRAF. By : ADE. R. SST ASUHAN KALA I PARTOGRAF By : ADE. R. SST Pengertian Partograf terdiri dari 2 kata Parto :Partus :melahirkan Graf :grafik Partograf adlah alat bantu berupa grafik untuk membantu memantau kemajuan persalinan

Lebih terperinci

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang terkait,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang terkait, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang terkait, dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: 2.1. Defenisi Pengalaman 2.2. Konsep Persalinan 2.2.1. Defenisi Persalinan

Lebih terperinci

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia Pendahuluan Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA BIDAN YANG MEMILIKI PRAKTEK MANDIRI/ CALON RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA BIDAN YANG MEMILIKI PRAKTEK MANDIRI/ CALON RESPONDEN 60 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA BIDAN YANG MEMILIKI PRAKTEK MANDIRI/ CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan Hormat, Nama Saya Dwi Annisa Purba, sedang menjalani pendidikan

Lebih terperinci

Kompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Kompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Kompresi Bimanual Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Persiapan pasien 1. Persiapan tindakan medik (informed consent) Beritahu pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan kesempatan

Lebih terperinci

Diadjeng Setya Wardani

Diadjeng Setya Wardani Diadjeng Setya Wardani TUJUAN ASUHAN PERSALINAN Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemampuan Harus diakui bahwa setiap aktivitas yang dilakukan haruslah dilandasi dengan kemampuan. Tanpa kemampuan, apapun yang dilakukan akan sulit dicapai. Kemampuan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN ASUHAN INTRANATAL ASUHAN INTRANATAL Standar pelayanan kebidanan Persiapan bidan Persiapan rumah dan lingkungan Persiapan alat/bidan kit Persiapan ibu dan keluarga Manajemen ibu intranatal STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1 NAMA : LAUREN LITANI NIM : 09033 SEMESTER : 1 ANGKATAN : XII Setelah saya melihat dan mempelajari hasil yang dikerjakan oleh Triana Wahyuning Pratiwi dari kelompok 7 pada nomor 4, menurut saya pekerjaannya

Lebih terperinci

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) BIDAN PRAKTEK SWASTA DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

LEMBAR KUESIONER PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) BIDAN PRAKTEK SWASTA DI KECAMATAN LUBUK PAKAM LEMBAR KUESIONER PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) BIDAN PRAKTEK SWASTA DI KECAMATAN LUBUK PAKAM A. Identitas Responden U m u r :... Pendidikan :... Lama Bekerja :... B. Pelaksanaan Asuhan Persalinan

Lebih terperinci

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PATHOLOGI KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PATHOLOGI KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PATHOLOGI KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG PERSIAPAN ALAT 1. ALAT UNTUK PERTOLONGAN PERSALINAN Partus set berisi (2 pasang sarung tangan DTT, 2 klem Kocher, ½ kocher (1).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN KALA I Pada kala I dilakukan pengawasan pada wanita inpartu, dan persiapan untuk persalinan. Memberikan obat atau tindakan bila ada indikasi. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penggunaan Partograf 1. Definisi Penggunaan Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian (KBBI, 2005). Penggunaan (penerapan) adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

SOP Persalinan Dengan Letak Sungsang

SOP Persalinan Dengan Letak Sungsang SOP Persalinan Dengan Letak Sungsang No. Dokumen No. Revisi 00 Halaman DITETAPKAN OLEH DIREKTUR RS PELITA INSANI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TANGGAL TERBIT Pengertian Persalinan pada bayi dengan presentasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai progresif

Lebih terperinci

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam RETENSIO PLASENTA SUMBER PUSTAKA Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 vol 2. Jakarta. EGC, 2008; 1170-1171 JNPK-KR. Asuhan Pesalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan. Edisi Revisi. Cetakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) a. Pelatihan Mathis (2006) menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses dimana orangorang mencapai kemampuan tertentu

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT) LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat : Telp/HP: Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang Tingkat Tingkat

Lebih terperinci

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium ATONIA UTERI Atonia Uteri Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium Kontraksi & retraksi menyebabkan terjadinya pembuluh darah shg aliran darah ketempat

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

Lebih terperinci

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PENGISIAN PARTOGRAF Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Merupakan pemantauan persalinan yang mudah dan tidak mahal sera dapat di prin ulang. Diagram pemantauan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi merupakan

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Partograf a. Pengertian Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut: 1) Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengalaman berasal dari kata dasar Alami yang mempunyai arti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengalaman berasal dari kata dasar Alami yang mempunyai arti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengalaman Pengalaman berasal dari kata dasar Alami yang mempunyai arti mengalami menemui, mengarungi, menghadapi, menyebrangi, menyelami, menanggung, mendapat, mengenyam, menikmati

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

KEPATUHAN BIDAN PADA ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RSUD WONOSARI, GUNUNGKIDUL

KEPATUHAN BIDAN PADA ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RSUD WONOSARI, GUNUNGKIDUL KEPATUHAN BIDAN PADA ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RSUD WONOSARI, GUNUNGKIDUL Henik Istikhomah, Prima Rahmawati Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK Empat dari delapan kematian ibu di Gunung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Tempat : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal Masuk : 10 Maret 2014 No. Register : 297210 I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan kesenjangan yang ada di lahan praktek di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan PERSALINAN KALA I Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala),

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Salam Sejahtera, Dengan Hormat, Nama saya Sarintan Nainggolan, adalah mahasiswa yang sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Disusun oleh : Kartika Eka Wulandari S.Ked ( 2009730089 ) DOSEN PEMBIMBING : dr.edy Purwanta, Sp.OG PROGRAM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Persalinan Sungsang dengan lancar. Dalam pembuatan referat ini, penulis

Lebih terperinci

KALA 1. Nama: Diah Ayu Ningsih (kelompok: 11) NIM: 09013. milik: Misi Asriani (kelompok: 1) Yang di kritisi:

KALA 1. Nama: Diah Ayu Ningsih (kelompok: 11) NIM: 09013. milik: Misi Asriani (kelompok: 1) Yang di kritisi: Nama: Diah Ayu Ningsih (kelompok: 11) NIM: 09013 milik: Misi Asriani (kelompok: 1) Yang di kritisi: KALA 1 DAGNOSIS Ibu sudah dlm persalinan kala 1jk pembukaan serviks kurang dr 4 cm dan kontraksi terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tindakan Teori tindakan adalah teori perilaku manusia dan disengaja bagi perantara merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rupture Perineum 2.1.1 Pengertian Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA PUSKESMAS BONTONOMPO II KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA PUSKESMAS BONTONOMPO II KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA Teakanan Darah Turunnya Serviks (cm), Beri Tanda X Turunnya Kepala, Beri Tanda O Sentimeter (cm) PEMERINTAH KABUPATEN GOWA KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA Jln. Bontocaradde, KeL. TamaLLayang, Kec. Bontonompo

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan U`budiyah Banda Aceh.

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan U`budiyah Banda Aceh. GAMBARAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERHADAP PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN DI PUSKESMAS KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp ASUHAN KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp TANDA PERSALINAN : KELUAR LENDIR BERCAMPUR DARAH (BLOODY SHOW) TERDAPAT HIS YANG ADEKUAT DAN TERATUR TERDAPAT PEMBUKAAN/DILATASI

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR Memahami Konsep Dasar Asuhan Persalinan

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR Memahami Konsep Dasar Asuhan Persalinan MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR Memahami Konsep Dasar Asuhan Persalinan Disusun Oleh Kelompok VI: 1. Zorkosni Haryanti 2. Yuliarti 3. Nenti Deswita 4. Titi Ariyanti 5. Minarni 6.

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta Membantu Bayi Bernapas Buku Kerja Peserta 1 2 Untuk mereka yang merawat bayi pada saat kelahiran Membantu Bayi Bernapas mengajarkan kepada penolong persalinan untuk merawat bayi pada saat kelahiran. -

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN

PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN LAMPIRAN 1 PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN Identitas Bidan a. Nama : b. Umur : c. Alamat Praktek : d. No telfon/hp : Karakteristik Responden 1. Umur : : 2. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus menerus dalam perilaku atau pemikiran (Seifert,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci