PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG TENTANG TEORI KEPRIBADIAN (Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial) Feiby Ismail 1 Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG TENTANG TEORI KEPRIBADIAN (Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial) Feiby Ismail 1 Abstrak"

Transkripsi

1 PEMIKIRAN CARL GUSTAV JUNG TENTANG TEORI KEPRIBADIAN (Implikasinya Terhadap Interaksi Sosial) Feiby Ismail 1 Abstrak Teori kepribadian menurut Carl Gustav Jung membahas berbagai hal penting diantaranya konsepnya tentang Ego, Ketidaksadaran Personal dan ketidaksadaran kolektif. Jung meyakini manusia dipengaruhi oleh warisan masa lalu dari pendahulunya, kemudian membentuk kepribadian secara tidak sadar. Kepribadian tersebut terbentuk melalui proses yang panjang dari generasi ke generasi. Dalam konsepnya, Jung juga membagi beberapa arketipe seperti Persona, Anima dan animus, shadow(bayang-bayang), dan self (diri). Baginya manusia sebagai persona sedang memainkan peran yang bukan jati diri sebenarnya. Demikian pula dengan anima dan animus yang merupakan dua sisi feminim dan maskulin manusia, sedangkan shadow (bayang-bayang) adalah insting binatang sebagai warisan evolusi manusia. Pada akhirnya, semua arketipe ini menyatu dalam diri (self) yang menjadi pusat dari semua sistem kepribadian. Untuk dapat berinteraksi dengan baik dalam kehidupan sosial, karakteristik psikologis tersebut perlu dipahami sebagai kekhasan manusia. Sehingga akan dengan mudah kita memaknai setiap tingkah laku yang dilahirkan dalam hubungan dengan sesama. Bila tingkah laku dan kekhasan itu tidak diartikan dengan baik maka yang terjadi adalah seringnya kesalahpahaman hanya karena tingkah laku yang tidak sesuai. Setiap manusia memiliki kebebasan sosial, namun kebebasan itu memiliki batasan karena orang lain memiliki kebebasan dan hak yang sama dalam lingkungan yang sama. Kata Kunci: Personality: Kepribadian. Arketipe: Pikiran (ide) dengan unsur emosi yang besar. Definisi Kepribadian Kata kepribadian berasal dari bahasa Inggris yaitu personality. Kata ini juga berakar kata dari bahasa Latin yaitu persona yang berarti topeng. Artinya topeng yang digunakan oleh aktor dalam permainan atau pertunjukan. Seperti 1 Penulis adalah dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Manado.

2 lazimnya dalam suatu pementasan, para aktor memainkan peran yang diinginkan dalam skenario. Ia harus menjadi diri lain dan bukan menjadi dirinya sendiri. Namun dalam perkembangannya orang menerjemahkan kata kepribadian untuk menggambarkan jati diri dan kesan umum yang ditimbulkan seseorang ketika bertemu dan melihat tingkah lakunya. Dalam Teori Kepribadian karangan Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan, Dashiell mengatakan bahwa kepribadian adalah gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi. 2 Sedangkan Gordon Allport memberikan gambaran yang lebih luas tentang kepribadian, menurutnya kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya (Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjusment with environments ). 3 Di sisi lain George Kelly memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalamanpengalaman hidupnya. 4 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepribadian memfokuskan pada human behaviour atau tingkah laku manusia dalam usahanya menyesuaaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian (personality) dapat dipahami sebagai salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran dan kajian para ahli yang berkaitan dengan gejala-gejala psikologis pada individu. Oleh karena itu, objek kajian kepribadian tidak akan jauh dari perilaku manusia (human behaviour), terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut. 5 Dalam usaha meemahami tentang perilaku manusia yang sangat bervariasi, para ahli tentunya melihatnya dari berbagai sisi sehingga melahirkan pemikiran yang variatif pula. Demikian pula dengan beragamnya sikap dan perilaku manusia akan terus memunculkan berbagai teori. 2 Syamsu Yusuf LN, dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008) h. 3 3 Ibid. h. 4 4 E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian (Cet. II ; Bandung, PT. Eresco), h Syamsu Yusuf LN.op.cit h. 1

3 Carl Gustav Jung dan Teori Kepribadian Dalam Introduction to Theories Of Personality, disebutkan bahwa: For Jung, the personality, or psyche (from the Greek for spirit or soul ; now also mind.), embraces all thought, feeling, and behaviour, conscious and unconscious. The psyche guides us in adapting to our social and physical environment. 6 Jung memberikan definisinya tentang kepribadian sebagai psyche atau jiwa (psyche = diambil dari bahasa Yunani untuk kata spirit (semangat), atau soul (jiwa) ; sekarang juga biasa disebut mind ), merangkul semua pemikiran, perasaan, tingkah laku, sadar dan ketidaksadaran. Jiwa (psyche) membimbing kita untuk beradaptasi terhadap lingkungan kita baik secara fisik ataupun sosial. Dalam teori kepribadian, bersama Sigmund Freud, Carl Gustav Jung dikenal sebagai penemu Teori Psikologi Analitik. Pemikiran-pemikiran Carl Gustav Jung dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan filosofi pada abad ke-19, seperti contoh aplikasi tentang teori evolusi dalam pengertian kehidupan manusia, penemuan-penemuan dalam arkeologi, ilmu tentang perbandingan budaya manusia. Sebagai orang yang terlahir dari ayah yang pendeta dan ibunya adalah putri seorang Teolog, kehidupan Jung banyak dipengaruhi oleh aktifitas spiritual dan mistik. Hal ini juga yang kemudian memberikan pengaruh pada pemikiran Jung bahwa kepribadian manusia tidak terlepas dari apa yang terjadi di masa lalu terkait dengan kegiatan spritual dan mistik. Selain sebagai ahli psikologi, Carl Gustav Jung juga tertarik untuk membahas filsafat, astrologi, sosiologi, sastra dan seni. Hal ini dibuktikan dengan karya-karyanya dalam bidang tersebut. Namun yang paling kontroversial adalah teorinya tentang ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) sebagai salah 6 Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, Introduction to Theories Of Personality (New York: John Willey & Sons, 1985), h. 109.

4 satu dari konsepnya tentang kepribadian manusia yang tersusun dari ego, ketidaksadaran personal, dan ketidaksadaran kolektif. Pemikiran Jung tentang kepribadian manusia menarik untuk ditelaah karena berhasil mengungkap hubungan antara kejadian masa lalu dengan kejadian saat ini yang terjadi pada individu, sebab Jung meyakini bahwa manusia saat ini secara psikis dipengaruhi oleh bayangan-bayangan masa lampau dari nenek moyangnya. Pengaruh itu yang secara tidak sadar telah membentuk kebiasaan atau tingkah laku manusia saat ini. Menurut Jung, manusia dilahirkan dengan membawa banyak kecenderungan yang diwariskan oleh leluhurnya, kecenderungan ini membimbing tingkah lakunya dan sebagian menentukan apa yang akan disadarinya dan diresponnya dalam dunia pengalaman. Kepribadian terdiri dari beberapa sistem yang dioperasikan dalam tiga tingkat dari sebuah kesadaran. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan tentang pandangan Jung tentang Kesadaran atau Ego, ketidaksadaran personal (Personal Unconscious) dan ketidaksadaran kolektif (Collective Unconscious). 7 - Ego Ego menjadi unsur yang menentukan persepsi, pemikiran, perasaan dan ingatan yang memasuki kesadaran dalam otak kita. Sehingga dengan demikian, apa yang memasuki otak kita adalah hasil dari saringan atau proses seleksi. Kesadaran nampak pada awal kehidupan, mungkin bahkan sebelum proses kelahiran. Secara perlahan, kesadaran dibedakan dari kelahiran pada umumnya, atau kenyataan, kesadaran atas rangsangan. Sebagai contoh, seorang bayi belajar untuk membedakan antara setiap individu dari anggota keluarganya dan untuk membedakan muka-muka yang dikenalinya dengan muka-muka asing yang tidak dikenalinya. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Jung, satu yang dihasilkan dari proses perbedaan ini adalah sifat ego. Sebagai pengorganisasian dari pikiran atas kesadaran, ego memainkan peranan penting dalam aturan 7 Ibid. h

5 gatekeeper (penjaga); yang menentukan persepsi, pemikiran, perasaan, dan ingatan yang akan memasuki pintu kesadaran dalam otak kita. Jika ego tidak melakukan seleksi maka kita akan terkungkung dalam pengalaman yang membuat pikiran kalut. Melalui penyaringan pengalaman yang pernah dialami, ego berusaha untuk memelihara koherensi dengan kepribadian dan juga untuk memberikan perasaan atas identitas dan berkesinambungan. Dalam interaksi kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya baik dengan alam dan sesama manusia, banyak sekali pengalaman yang akan terlihat namun tidak semuanya secara otomatis dimasukkan alam dirinya sebagai suatu yang dapat dijadikan pegangan dan pengalaman fungsional. Oleh karena itu, ego dengan kesadarannya akan memberikan saringan melalui proses filtrasi, inilah yang dapat orang yang memiliki kesadaran untuk membedakan dua hal baikburuk, sesuai-tidak sesuai, layak-tidak layak, dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki kesadaran akan melakukan itu dengan baik dalam interaksi dengan lingkungannya. Tujuan utama proses ini adalah agar seseorang individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungannya. - Ketidaksadaran Personal Banyak sekali pengalaman yang dialami oleh setiap manusia, namun dari sekian banyak pengalaman tersebut banyak yang telah hilang karena terlupakan atau sengaja direpresi (ditekan) sehingga tidak membuatnya menjadi sebuah kesan kesadaran, pada akhirnya pengalaman-pengalaman tersebut akan masuk ke dalam ketidaksadaran personal. Setiap kita pernah mengalami suatu pengalaman, kemdian mengingatnya dan tanpa disadari melupakan pengalaman itu. Namun dalam suatu kondisi kita akan dapat mengingatnya kembali tanpa disadari. Sebagai bagian yang paling penting, isi-isi didalamnya dengan mudah digapai oleh ketidaksadaran; sebagai contoh, pada saat anda menjadi dosen, anda terkadang tidak sadar akan amarah yang terjadi dengan kata-kata yang anda keluarkan dengan teman anda sebelum kelas dimulai, tetapi anda dapat dengan mudah mengingat argument itu kembali ketika kelas telah berakhir.

6 Melalui ketidaksadaran personal ini, sekelompok ide mungkin terikat bersamaan menjadi sebuah bentuk yang disebut oleh Jung sebagai suatu yang kompleks. Jung melakukan pencarian tentang kompleks dalam penelitian mengenai kata. Kata kompleks telah menjadi sebuah bagian dari bahasa seharihari kita. Pada umumnya, sifat kompleks adalah ketidaksadaran, walaupun faktorfaktor yang berhubungan mungkin saja dapat menjadi sebuah kesadaran dari waktu ke waktunya. Beberapa sifat yang kompleks mungkin dapat diarahkan untuk menjadi prestasi terkemuka. Dalam hal ini, Jung mengatakan bahwa pengalaman yang dialami pada masa awal kanak-kanak adalah sebuah pengalaman yang akan selalu diingat. Ada banyak impian dan obsesi yang terbentuk ketika massih anak-anak yang dapat menjadikan seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu. - Ketidaksadaran Kolektif Dalam ketidaksadaran kolektif ini, Jung mengemukakan bahwa ketidaksadaran yang kolektif disusun oleh gambaran-gambaran dengan bentuk pemikiran yang kuno atau jejak ingatan dari nenek moyang kita di masa lalu, bukan hanya masa lalu manusia tetapi juga masa lalu sebelum peradaban manusia dimulai, dan juga evolusi dari pertalian keluarga yang terdahulu. Dalam Introduction to Theories of Personality, Jung memberikan contoh dari lingkungan keluarga dengan sosok seorang ibu, karena dalam kehidupan manusia itu selalu ada kehadiran seorang ibu, gambaran dari kehadiran seorang ibu itu tergambarkan dalam ketidaksadaran kolektif yang kita miliki. Dan gambaran ini, sungguh terpisahkan dari pengalaman pribadi kita dari ibu kita sendiri, ini adalah gambaran atau pengertian secara universal. Seorang ayah yang mendidik anaknya dengan sikap keras secara tidak sadar sementara menanamkan pada diri anaknya kesan keras dan hal itu akn turun temurun menjadi karakter anak itu. Sampai ketika anaknya menikah dan memiliki anak, maka ia akan mempraktekkan apa yang dilakukan oleh ayahnya terhadap dirinya sebagai bagian dari cara warisan dari orang tuanya terdahulu. Mungkin

7 juga cara tersebut merupakan warisan dari kakeknya dan seterusnya. Namun semua itu tidak disadari bahwa itu adalah sebagai warisan masa lalu dan hanya terjadi secara alamiah. Inilah yang termasuk dalam wilayah ketidaksadaran kolektif. Arketipe Arketipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar. 8 Bentuk pikiran ini yang menciptakan gambaran atau visi yang dalam kehidupan sadar berkaitan dengan situasi tertentu. Misalnya arketipe tentang ibu akan menghasilkan tentang gambaran ibu disertai persepsi yang terbangun dari sikap ibu. Dalam dunia pendidikan dapat digambarkan bahwa jika sejak awal seorang guru telah menampilkan sosok yang penyayang, baik hati, suka membimbing dan mencintai siswanya, maka sosok itulah yang melekat dalam benak siswa tentang guru. Namun jika sebaliknya kesan buruk yang muncul sejak pertama kali, seperti pemarah, suka memukul dan tampilan yang menakutkan, maka kesan tersebut yang akan menjadi persepsi terhadap sosok guru. Ini dapat terbentuk karena seringnya kejadian dan pengalaman itu terjadi dan dilihat. Pengalaman yang konstan dan terulang inilah yang tertanam dalam ketidaksadaran kolektif dalam bentuk arketipe. Ada banyak arketipe yang dijelaskan Jung, namun dalam bagian ini hanya akan dijelaskan 4 (empat) arketipe yang paling penting dalam pembentukan kepribadian dan tingkah laku manusia, yaitu : persona, anima dan animus, bayang-bayang (shadow), dan diri (self). a. Persona Persona adalah topeng yang dipakai seseorang sebagai respon atas tuntutan dari masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, persona akan memainkan peran yang diinginkan orang-orang disekitarnya. Persona bukanlah gambaran sebenarnya dari kepribadian seseorang, karena ini sifatnya tentatif disebabkan 8 A. Supratiknya, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) (Yogyakarta : Kanisius, 1993) h.186.

8 dorongan orang lain dan lingkungan. Tujuan topeng ini untuk menciptakan kesan tertentu pada orng-orang lain, ini merupakan lawan dari kepribadian privat yang berada di balik wajah sosial. Sebagai contoh, seseorang yang berprofesi sebagai guru atau dosen harus mampu menggunakan topeng sebagai guru atau dosen dengan kata lain ia harus menampilkan diri sebagai dosen. Yaitu figur yang mampu mengajarkan pengetahuan tertentu, menanamkan nilai-nilai kebaikan, sosok yang penyayang, pengayom dan memiliki kepribadian utama dan terbaik. Meskipun hal itu sebenarnya bukan bentuk asli dari jati dirinya. Ia berusaha sebaik mungkin menjalankan perannya dan menyembunyikan jati diri aslinya, karena itulah tuntutan orang dan lingkungan serta profesinya. Demikian pula seorang bawahan atau staf dapat bertindak baik, penurut, taat dan tunduk didepan atasannya, bos atau direkturnya. Ia berusaha menampilkan peran sebagai bawahan yang baik, meskipun di kesempatan lain ia menyebut atasannya sebagai tukang perintah, otoriter, kurang peduli, dan lain-lain sehingga ia lebih sering main game di depan komputernya dibandingkan melaksanakan tugas dari atasannya. Namun akan kembali bekerja dengan baik ketika atasannya muncul secara tiba-tiba. Dalam ranah yang lain, kita bisa melihat bagaimana seseorang yang bekerja sebagai aktor juga memakai topeng diri orang lain yang diperankannya meski sebenarnya itu bukan jati dirinya. Pada akhirnya para aktor dan artis akan mengatakan bahwa hal itu adalah bagian dari tuntutan skenario. Inilah juga gambaran kepribadian manusia yang seringkali menggunakan topeng dan memainkan peran yang lain ketika di satu tempat dan di tempat lain muncul dengan figur sebenarnya. Akan tetapi, persona ini dapat menjadi kepribadian sebenarnya jika itu dilakukan secara terus menerus dan diyakini sebagai sebuah kebaikan dan layak dijadikan jati diri untuk mengubah kerpibadian buruk dalam diri. Proses ini dikenal dengan perubahan persona menjadi self.

9 b. Anima dan Animus Sisi feminim sudah melekat dengan perempuan atau wanita, sedangkan sisi maskulin adalah hal laki-laki atau kaum pria. Secara fisiologis, laki-laki mengeluarkan hormon laki-laki, demikian juga dengan perempuan. Namun secara psikologis, sifat-sifat maskulin dan feminim ada pada keduanya baik laki-laki maupun perempuan. Bagi laki-laki yang memiliki sisi feminim, ini dinamakan Anima, sedangkan bagi perempuan yang memiliki sisi maskulin dinamakan animus. Seorang laki-laki yang lebih menonjolkan sisi feminimnya akan cenderung bersikap lemah lembut dan menampilkan kelemahlembutannya itu dalam setiap aktifitasnya. Sedangkan perempuan dengan animusnya akan menampilkan sosok yang kuat dan sisi maskulin lainnya. Kedua hal ini perlu dipahami secara menyeluruh dan dijadikan sebagai suatu kekayaan psikologis yang dimiliki masing-masing individu. Inilah bukti bahwa manusia adalah makhluk yang unik dengan berbagai macam karakteristik. Kita terkadang menganggap orang yang memiliki kecenderungan kepada salah satu sisi misalnya laki-laki yang feminim kita bahasakan sebagai manusia yang kurang wajar, demikian pula sebaliknya pada perempuan. Padahal itu adalah suatu hal yang wajar dan merupakan kekayaan yang secara psikologis jarang dimiliki orang lain. c. Bayang-bayang (Shadow) Arketipe ini dalam pandangan Jung merupakan insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah. Arketipe ini mengakibatkan munculnya pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan dan patut dicela masyarakat dalam kesadaran tingkah laku. Setiap individu memiliki bayang-bayang yang buruk yang memunculkan tingkah laku yang buruk pula, namun tindakan itu dapat disembunyikan dari pandangan publik dengan persona atau direpresikan ke dalam ketidksadran kolektif. Hal ini sifatnya manusiawi dan karena Carl Jung termasuk terpengaruh dari teori evolusinya

10 Darwin maka ia menganggap bahwa shadow adalah bagian dari warisan evolusi manusia. d. Diri (self) Jung memandang diri sama dengan psike atau kepribadian secara keseluruhan. Diri adalah titik pusat kepribadian. Ia akan mempersatukan sistem-sistem dan memberikan kesatuan, keseimbangan, dan kestabilan pada kepribadian. Ini adalah proses secara langsung dari setiap individu, yang bekerja melalui aspek kegunaan dan aspek kreatifitas dari ketidaksadaran yang dibuat menjadi sebuah kesadaran dan program menjadi aktivitas yang produktif. Diri atau self adalah tujuan hidup yang terus menerus diperjuangkan. Seperti arketipe lainnya, ia juga memotivasikan tingkah laku manusia. Pengalaman-pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman paling dekat ke diri (selfhood) yang mampu dicapai oleh manusia. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila Jung menemukan bahwa perjuangan ke arah kesatuan dengan dunia melalui praktik ritual keagamaan di timur lebih maju dibandingkan dengan agama-agama di barat. Konsep ini sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Karena akan menunjukkan usaha sebenarnya manusia dalam mencapai tujuan manusia. Diri akan merefleksikan diri manusia sesungguhnya dan konsep ini merupakan penemuan psikologi Carl Gustav Jung yang terpenting. Implikasi terhadap Interaksi Sosial Manusia Tujuan utama yang tersirat dari pengertian kepribadian yang diungkapkan Allport pada bagian awal tulisan ini adalah untuk menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungannya (well adjusted with environments). Dalam suatu hubungan sosial, sangat tidak bisa dielakkan terjadinya interaksi antar individu, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di lingkungan kerja. Seseorang yang

11 memiliki pemahaman akan adanya perbedaan yang unik pada setiap individu akan dengan mudah untuk menyikapi segala hal yang terjadi dalam interaksi tersebut. Pemahaman ini akan membuat kenyamanan dalam hubungan dengan sesama, yang sangat diperlukan adalah pemahaman dan saling pengertian. Menurut konsep kepribadian Carl Gustav Jung dapat dipahami manusia adalah individu yang sangt dipengaruhi oleh kejadian masa lalu yang terwujud dalam ketidaksadaran (unconscious). Selain itu, manusia juga sebenarnya dalam hidup sering memainkan perannya sesuai dengan kondisi, situasi dan posisi dimana ia berada. Peran yang ditampilkan jika memang baik, maka dapat dijadikan sebagai bagian dari jati diri sehingga menjadi kepribadian sebenarnya. Dalam interaksi sosial perlu dipahami bahwa setiap individu memiliki kebebasan sosial yang melekat pada dirinya. Seseorang berhak melakukan apa saja yang diinginkan, menjadi siapa saja yang dia mau, baik sebagai persona atau topeng diri atau sebagai jati diri (self). Akan tetapi kebebasan itu memiliki batasan, yaitu kebebasan orang lain. Seseorang juga harus menyadari bahwa ditengah kebebasan sosial yang dimilikinya, orang lain juga memiliki kebebasan yang sama. 9 Disinilah pentingnya sebuah pengertian dalam interaksi sosial. Dengan memahami karakteristik kepribadian, maka mudah untuk menempatkan diri, memaknai sikap dan tingkah laku orang lain dalam setiap pengalaman hidup. Penutup Untuk menjadi individu yang berhasil melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial melalui interaksi kehidupan, maka perlu dimengerti tentang tingkah laku dan karakteristik manusia secara psikologis. Karena pemahaman itu akan membawa pada situasi harmonis baik di keluarga, masyarakat dan di lingkungan kerja. Teori kepribadian Carl G. Jung adalah sebagian kecil dari teori kepribadian yang jumlah sangat banyak dan beragam. Namun kita dapat mengambil mangambil manfaat darinya untuk kehidupan sosial yang lebih baik. 9 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar (Yogyakarta : Kanisius, 1987), h

12 DAFTAR PUSTAKA A. Supratiknya, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) Yogyakarta : Kanisius, Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, Introduction to Theories Of Personality New York: John Willey & Sons, E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian Cet. II ; Bandung, PT. Eresco, Feist, J. & Gregory J. Feist. Theories of Personality, McGraw Hill Franz Magnis Suseno, Etika Dasar Yogyakarta : Kanisius, Syamsu Yusuf LN, dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian Bandung : Remaja Rosdakarya, sblog.html Zulkifli. L, Psikologi Perkembangan, Bandung, Remaja Rosdakarya. 1992

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK)

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah

Lebih terperinci

Latar belakang C.G. Jung

Latar belakang C.G. Jung Carl Gustav Jung (Psikoanalitik) (26 Juli 1875 6 Juni 1961) Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya

Lebih terperinci

(26 Juli Juni 1961) Teori Kepribadian 1/Novia Sinta R. 1

(26 Juli Juni 1961) Teori Kepribadian 1/Novia Sinta R. 1 (26 Juli 1875 6 Juni 1961) 1 Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi analitik) Mula2 menjadi pengikut

Lebih terperinci

Psikoanalisa. CG. Jung

Psikoanalisa. CG. Jung Psikoanalisa CG. Jung KEPRIBADIAN Keseluruhan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, baik sadar maupun tidak sadar. Kepribadian ini berfungsi untuk membimbing orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Gangguan Kepribadian Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id A. Defenisi Kepribadian Kata kepribadian (personality) sesungguhnya

Lebih terperinci

MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung. Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A

MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung. Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A Disusun oleh : Bagas Rizal Firmansyah ( 1707016076 ) Dwi Uji Astuti ( 1707016052 ) Khoirurrozikin

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 11 61101 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis moral yang saat ini dialami bangsa Indonesi menjadi isu yang tengah hangat diperbincangkan. KPK dalam laporan tahunan tahun 2010 mencatat adanya 6.265 laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya, sehingga hal yang dimaksudkan di

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya, sehingga hal yang dimaksudkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerpen merupakan sebuah karya yang diciptakan oleh pengarangnya dengan adanya ide, pengalaman, dan amanat yang terdapat dalam karya tersebut yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 TEORI II.1.1. Definisi pajak UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi

Lebih terperinci

AJARAN AGAMA DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

AJARAN AGAMA DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN AJARAN AGAMA DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Edi Rohendi Abstrak epribadian seseorang pada umumnya diupengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari K dalam dan faktor dari luar diri atau faktor lingkungan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikis dan fisik yang saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku yang kompleks dan dinamis dalam setiap individu.

Lebih terperinci

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian CAHPTER FIVE Persistence and Change (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan,

Lebih terperinci

ABSTRAK Novel sebagai bagian dari karya sastra, merupakan jagad realita yang di dalamnya terjadi peristiwa, perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Novel Mawakib al-ahrar merupakan salah satu

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:

Lebih terperinci

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd.

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd. CHAPTER REPORT (THREE) SYMBOLS OF SELF (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Neo-Freudian

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Neo-Freudian PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Neo-Freudian Carl Jung Alfred Adler Karen Horney Abraham Maslow Carl Rogers Pemikiran/karakteristik tokoh-tokoh Neo-Freudian: 1. Mengembangkan konsep EGO Tidak hanya memfasilitasi

Lebih terperinci

KESADARAN Rah a ay a u G i G n i in i ta t s a a s s a i s

KESADARAN Rah a ay a u G i G n i in i ta t s a a s s a i s KESADARAN Rahayu Ginintasasi A. Pengertian Kesadaran Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara

Lebih terperinci

Kepribadian Pola perilaku Memberikan karakter pada Pemikiran seseorang sepanjang waktu Motif dalam berbagai Emosi situasi berbeda relatif stabil

Kepribadian Pola perilaku Memberikan karakter pada Pemikiran seseorang sepanjang waktu Motif dalam berbagai Emosi situasi berbeda relatif stabil Teori Kepribadian Kepribadian Pola perilaku Pemikiran Motif Emosi Memberikan karakter pada seseorang sepanjang waktu dalam berbagai situasi berbeda relatif stabil Trait Cara-cara dan kebiasaan dalam Berperilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalisasi ini banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI PSIKOLOGI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah Pengajar : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II : Dwi

Lebih terperinci

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) Sinopsis: Kursus ini akan membincangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini berkembang publikasi mengenai kecerdasan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini berkembang publikasi mengenai kecerdasan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Belakangan ini berkembang publikasi mengenai kecerdasan manusia. Kecerdasan pertama adalah IQ atau Intelligence Quotient. Kecerdasan ini dipopulerkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR A. KONSEP & LINGKUP PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sekitar apa, bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah.

Lebih terperinci

CHAPTER REPORT (CHAPTER ONE) WHAT PERSONALITY IS? (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock)

CHAPTER REPORT (CHAPTER ONE) WHAT PERSONALITY IS? (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) CHAPTER REPORT (CHAPTER ONE) WHAT PERSONALITY IS? (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH

MANAJEMEN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH 1 MANAJEMEN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Oleh: HERMANTO SP. Jurs Pend. Luar Biasa Fak. Ilmu Pendidikan UNY Telp (0274) 586168 Psw 317 HP 08121575726 atau (0274) 781 7575 Telp Rumah (0274) 882481 hermanuny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seorang karyawan akan bekerja secara maksimal, memanfaatkan kemampuan dan keterampilannya dengan bersemangat, jika karyawan tersebut memiliki motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

Modul 2 KONSEP-KONSEP, DAN TEORI BERMAIN

Modul 2 KONSEP-KONSEP, DAN TEORI BERMAIN Modul 2 KONSEP-KONSEP, DAN TEORI BERMAIN A. Pandangan Filosofis dan Sosiologis Filosofi bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah harus dipertimbangkan sebagai salah satu bagian dari program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Tak hanya manusia, binatang juga melakukan proses komunikasi diantara sesamanya, dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali mempunyai perjalanan yang tidak diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang sifat ekstrovert pernah dilakukan oleh Iftitah Ika Kusumawardhani. Dalam penelitian ini Iftitah membahas sifat ekstrovert pada tokoh

Lebih terperinci

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber:  Didownload tanggal 21 Maret 2008 Eka Rezeki Amalia 06320004 A. ARTIKEL Sumber: http://www.whandi.net Didownload tanggal 21 Maret 2008 Memahami Kebutuhan Khas Remaja, Antara Psikologis dan Sosiologis Rabu, 31 Januari 2007 22:40:44 Oleh:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi

Lebih terperinci

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan etika dengan moral Hubungan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA

Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA Perkembangan Jiwa Agama Pada Usia Dewasa Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A.

Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A. Artikel Opini/ H.U. Pikiran Rakyat Renungan untuk Hari Kartini MEMBANGUN KONSEP DIRI PEREMPUAN YANG ADIL GENDER Oleh Nenden Lilis A. Teman-teman saya di sini mengatakan agar sebaiknya kami tidur saja barang

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA Lisa Novrianti, Aruna Laila, Ricci Gemarni Tatalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman sebayanya. Saat bersama dengan teman, seorang anak biasanya selalu penuh dengan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan VI: Fungsionalisme

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan VI: Fungsionalisme PSIKOLOGI UMUM 1 Pertemuan VI: Fungsionalisme Perspektif/Aliran Fungsionalisme Charles Darwin Francis Galton Psikologi Binatang (animal psychology) Kritik / Protes dari Perspektif Fungsionalisme Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value BAB I PENDAHULUHAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kata moral sering dipakai dengan pengertian yang lain yaitu budi pekerti, akhlak, nilai etika dan sebagainya, meskipun satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus)

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 Bab ketentuan umum pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang BAB IV KESIMPULAN Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang terjadi pada abad pertengahan, sampai saat ini masih menyisakan citra negatif yang melekat pada perempuan. Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat pada bab tiga dan dilandasi dari teori yang dikemukakan pada bab dua yaitu teori kompleks atau kepribadian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh BAB 2 LANDASAN TEORI Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh peneliti berkaitan dengan 3 hal, yaitu intensitas komunikasi melalui fitur blackberry messenger, kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini budaya barat telah banyak yang masuk ke negara kita dan budaya barat ini sangat tidak sesuai dengan budaya negara kita yang kental dengan budaya timur

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Manusia sebagai Pelaku Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Pemahaman komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komputer merupakan salah satu bagian penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Komputer merupakan salah satu bagian penting dalam perkembangan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komputer merupakan salah satu bagian penting dalam perkembangan teknologi informasi. Kemampuan komputer dalam menyimpan dan mengingat informasi dapat dimanfaatkan semaksimal

Lebih terperinci

Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Pengertian Kepribadian PENGERTIAN ETIMOLOGI Kepribadian dalam Bahasa Inggris disebut Personality Berasal dari kata Persona yang artinya Topeng PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci