RADIOGRAFI TANGEN SIAL. Soedardjo. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RADIOGRAFI TANGEN SIAL. Soedardjo. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK"

Transkripsi

1 Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006 STUDI AWAL PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGEN SIAL Soedardjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK STUDI AWAL PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGENSIAL. Telah dilakukan studi awal pengukuran tebal pipa terselubung dengan menggunakan teknik radiografi tangensial. Sumber radiasi yang digunakan adalah Iridium 192 yang beraktivitas 4@Pengukuran dilakukan terhadap las-lasan pada dua buah pipa baja karbon yang berbeda diameter luar dan tebalnya. Film tipe Agfa D7 digunakan dan ditempelkan pada bagian luar selubung pipa bahan styrofoam dan aluminium. Waktu paparan sumber radiasi dipilih sesuai tebal pipa yang diteliti dan dikalikan dua kali untuk kondisi paparan dengan metoda gambar tunggal dinding ganda. Dari hasil perhitungan dan pengukuran terjadi selisih ketebalan yang diduga berasal dati ketidakakuratan membaca densitas bayangan tebal pipa pada film radiografi dan adanya distorsi geometri lintasan sinar radiasi gamma. Berdasarkan hasil studi awal dapat disimpulkan bahwa dapat dilakukan pengukuran pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial Ir 192. Prosentase beda tebal aktual dan terukur untuk pipa pertama adalah 0,32% dan adalah 5,25%. Kata kunci: pipa terselubung, korosi, teknik radiografi tangensial ABSTRACT PRELIMINARY STUDI OF WALL THICKNESS OF INSULATED PIPE MEASUREMENT BY TANGENTIAL RADIOGRAPHY METHOD. Wall thickness insulated pipe measurement by using tangential radiography was studied. The radiation used was Ir 192 with on activity of 41 Ci. The measurement was done on welding section of two pipes sample with different outer diameter and thickness. The Agfa D7 type film was used, which adhered on outer surface of Styrofoam and aluminum as pipe insulation. The exposure time was chosen congruent with the thickness pipes observed and doubled for condition double wall technique, single wall viewing/dwtswv. The difference of actual and measurement thickness result due to reading inaccuracy of wall pipes shadow density on radiography film and the geometry distortion of gamma ray radiation path. It could be concluded that wall thickness measurement of insulated pipe by using tangential radiography tangential Ir 192 could implement with the deviation of wall thickness for first and second pipes are 0.32% and 5.25% respectively. Key word: isolated pipe, corrosion, tangential radiography technique. PENDAHULUAN Pada beberapa industri banyak menggunakan pip a terselubung (insulation pipe). Jika pipa terselubung terse but terjadi korosi, akan sulit diinspeksi. Cara menginspeksi dapat dilakukan dengan membuka selubung lalu dilakuan uji penetrant, ultrasonik, magnetik test, radiografi, replika metalografi dan lain-lain. Dengan membuka selubung pip a tesebut, dapat menganggu stabilitas operasi industri serta memerlukan dana yang besar untuk membuka, mengganti dan menutup bahan selubung, yang terbuat dari bahan gipsum, glass wool dan lain-lain. yang dibungkus dengan lembaran aluminium. Masalah stabilitas operasi industri serta memerlukan dana yang besar terse but dapat diatasi dengan melakukan uji radiografi tanpa membuka selubung pipa. Teknik tersebut sudah banyak dilakukan di negara lain, namun di Indonesia masih jarang jasa inspeksi yang menggunakan metoda pengukuran tebal pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial. Dengan metoda tersebut, juga dapat digunakan untuk mengetahui tempat 161

2 lusalah Seminar /lmiah Aplikasi /sotop dan Badiasi, 2006 pip a yang mengalami korosi, baik pada permukaan luar maupun dalam pipa. Pada makalah ini hanya dibatasi pada studi awal mengukur tebal pipa dan belurn dilakukan analisis untuk menentukan tempat pipa yang mengalami korosi. Pipa yang digunakan untuk studi awal sebanyak dua buah pipa yang ada sambungan las. Pipa tersebut diselubungi dengan bahan styrofoam yang ditutupi dengan lembar logam seng tipis. TEORI Skematik dari teknik radiografi tangensial ditunjukkan pada Gambar 1. Sumber radiasi Ir 192 ditempatkan sedemikian rupa sehingga poros lintasan sinar gamma menyinggung secara tangensial dinding luar selubung pipa. Selanjutnya bayangan sinar radiasi Ir 192 ditangkap oleh film Agfa D7. Dengan rumus aritmatika sederhana, untuk beberapa garis yang dipotong oleh dua garis sejajar yaitu tj dan t2, maka diperoleh tebal pip a aktual sebagai berikut [3]: (I) dengan: dj p jarak antara sumber Ir 192 ke film D7 atau disebut dengan SFD aktual (actual Source to Film Distance); jarak antara sumber Ir 192 ke titik singgung tangensial dinding luar selubung; tebal dari dinding dalam pipa ke dinding film; luar penutup seng pada (p + ij, tebal dari dinding dalam pipa ke dinding luar penutup seng sesungguhnya; tebal pipa aktual; tebal selubung aktual. Tebal pipa dan isolasi pada film sulit ditentukan karena beberapa faktor sifat dan ketidaktajaman bayangan secara geometri atau penumbra. Jika radiasi melalui material yang berbeda tetapi densitasnya hampir sarna, maka eksponensial penyerapan intensitas radiasi akan menghasilkan perubahan warna pada film radiografi yang sulit dibedakan. Penumbra yang lebar akan menutupi atau menyatu dengan bayangan ketebalan pipa yang sesungguhnya. Dengan demikian akan sulit menentukan tebal pipa dan isolasi dengan akurat. sumber penyl n!lj'~n d2 d1 lembar timbal penanda Film 1 )( ray iiofasi Gambar 1. Skematik teknik radiografi tangensial [2] 162

3 Risalao Seminar Ilmiao Aplikasi Is%p dan Radiasi, 2006 Sifat eksponensial penyerapan intensitas dapat dientukan dengan: dengan: Ix = intensitas radiasi setelah melewati bahan pipa setebal p; 10 = intensitas radiasi mula-mula; e = bilangan eksponensial f.j = koefisien penyerapan bahan yang diradiasi; p = tebal pipa aktual. Sebelum melakukan pemilihan penumbra terlebih dahulu harus diketahui waktu paparan radiasi. Gambar pada film radiografi akan sulit dianalisis jika sangat hitam akibat waktu paparan radiasi terlalu lama atau sangat putih akibat waktu paparan radiasi terlalu cepat. Waktu paparan dihitung dengan menggunakan rum us sebagai berikut: dengan: w w = {dlak/ual / SFDskalaf x {Cim~Ci ak/ual} (3! dj aktual SFD skala Ci.menit Ci aktual \' (2) waktu paparan radiasi; jarak sumber ke film radiografi; SFD dari grafik Gambar 2 yaitu 2 feet atau 610 mm; aktivitas dikalikan waktu; Penumbra diakibatkan karena dimensi sumber yang pada posisi tertentu sulit dianggap sebagai sumber titik, dan adanya perbesaran bayangan dari ukuran benda sebenarnya serta faktor jarak dari sumber radiasi ke film. Penumbra tersebut dapat dirumuskan sebagai [4]: dengan: Ug S (4) penumbra; ukuran diameter sumber radiasi; jarak antara sumber ke film radiografi atau disebut juga sebagai SFD aktual; jarak benda ke film radiografi; jarak antara sumber ke titik singgung dinding luar isolasi Menurut ASME seksi V tentang pengujian tak merusak, harga dari penumbra disajikan seperti pada Tabel 1 [5]. Dari tabel terse but yang dimaksud dengan ketebalan adalah jarak antara bahan yang disinari dengan film radiografi. Penumbra tersebut sangat sulit dibedakan oleh mata manusia jika harganya mendekati 0,025 mm. Tabel 1.Penumbra maksimum yang tidak boleh dilampaui Ketebalan atau diameter Penumbra (mm) 0,50 0,76 1,00 1,76 maksimum 101,60 50,80 Lebih Di bawah hingga dari50,80 76,20 bahan hingga (mm) Lebih dari 101,60 aktivitas radiasi saat dipergunakan untuk inspeksi. Setelah pipa disinari, lalu film Agfa D7 diproses. Pada film akan timbul bayangan yang menggambarkan batas-batas tebal pip a dan batas tepi penutup seng yang telah ciitandai dengan timbal. Intensitas radiasi menghasilkan tingkat kehitaman bayangan pada film yang berhubungan dengan tebal pipa yang dilalui sinar radiasi. Karena teknik yang digunakan adalah teknik radiografi tangensial pada pipa yang permukaannya melengkung, maka sinar radiasi melalui bagian ketebalan pip a dengan bayangan pada film akan bertingkat-tingkat derajad kehitamannya. BAHAN Bahan DAN TAT A KERJA 1. dua buah pipa besi karbon yang mempunyai diameter luar sebesar 90 mm dan 220 mm, dengan tebal pipa sebesar 12,5 mm dan 8 mm, dengan tebal selubung sebesar 75,0 mm dan 120,0 mm 163

4 Risalah Seminar llmiah Aplikasi lsotop dan Radiasi, sumber sinar gamma Ir 192 dengan aktivitas 41 Curie. 3. film radiografi Agfa D7, ukuran 4 inci x 14 inci 4. survey meter 5. ASME Seksi V 6. stop watch. 7. densitometer dengan nama dagang Density X-rite Company, model 301. US. Patent No , Fujimoto 90 M-S enlarger. 8. bahan selubung pipa bahan styrofoam dan plat tipis seng 1 mm. 9. mikrometer digital Mitutoyo. Tata Kerja Pada penelitian ini digunakan double wall technique, single wall viewingfdwtswv. Teknik ini digunakan karena sinar radiasi melintasi tebal pipa di bagian depan dan di bagian belakang. Maka dari Gambar 2, tebal pipa pada absis grafik setelah dikalikan dua lalu diproyeksikan ke garis linier SFD grafik. Dari titik potong pada SFD skala lalu diproyeksikan ke ordinat untuk mendapatkan harga Ci menit. Pada penelitian ini, sebagai Ci aktual adalah aktivitas sumber radiasi pada saat dilakukan penelitian yaitusebesar 41 Ci. Waktu paparan radiasi dihitung dengan menggunakan grafik hubungan antara tebal bahan dengan besaran aktivitas dan waktu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Mula-mula SFD (Source Film Distance), yang merupakan jarak antara sumber radiasi gamma Ir 192 ke film Agfa D7 dicari dengan melalui beberapa kali paparan, sehingga diperoleh penumbra yang memenuhui syarat (Tabel 1). Selanjutnya penumbra dihitung dengan menggunakan rumus (4). Jika hasil perhitungan ternyata mempunyai penumbra maksimum tidak melampaui standar dari ASME V pada Tabel I, maka harga SFD terse but dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian. Setelah paparan radiasi dilakukan, film radiografi diproses untuk mendapatkan bayangan tebal pipa dan dibaca dengan peralatan densitometer. Untuk mengetahui tebal pipa serta tebal isolasi pada bayangan film radiografi perlu dilakukan pengamatan secara berulang-ulang untuk menentukan batas tepi pipa sebenarnya, karena gradasi Curie - menit In~Jl': Sumber: Ir 192 ~ Bahan : Baja, Fe..-:.:,,' Film : D7 - Agfa.~. Screen: fib = mm(pb) ~.. '" SFD : 2 feet (610 mm).? D ensitas: 20 3 t Development: 5 menit (20og t zed-=' ; I... 0 C:i ftuon:i1: ClD-t ~~f 80 C1- :na.e:nj.t Ci.f :KJE t 40,.. Y =1,486! 0,593 X t:=16:nun. '2 T = 2~...30 Gambar 2. Grafik hubungan antara tebal pipa dengan besaran aktivitas-waktu [sumber laboratorium NDT, PTRKN] 164

5 f{isalah Serpinar Ilmiah Aplikasi Isolop dan liadiasi, 2006 skala kehitaman bayangan tebal pipa perbedaannya sangat halus. Selanjutnya tebal pip a sebenarnya dicari melalui rumus (1), serta dianalisis besarnya penyimpangan atau selisih tebal pipa aktual dan tebal pipa secara perhitungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penghitungan waktu paparan dengan menggunakan rumus (3) diperoleh waktu paparan (w) seperti tertera pada Tabel 2. luar isolasi pip a kurang akurat. Sehingga terlihat pada Tabel 3 pada kolom jarak dj dengan perubahan jarak yang urut, namun pada kolom dz urut. Akibatnya akan dihasilkan Ug yang tidak akurat atau ada fluktuasi harga Ug. Hal ini akan mengakibatkan lintasan tangensial sinar radiasi tidak tepat tegak lurus film radiografi. Penumbra maksimum yang diperoleh masih dibawah 1,00 atau masih dalam batasbatas yang diijinkan. Dengan menggunakan harga perhitungan dari Tabel 2, dapat Tabel 2. HasH penghitungan waktu paparan sumber radiasi beraktivitas 41 Ci SFD aktual (q 31 = 2 (menit, (Ci Aktivitas-waktu (mm) x SFD skala djtebal meni~ 610 Waktu (mm! detik! pipa detik aktual paparan Tabel 3. HasH pengukuran penumbra untuk dua buah pipa S atau diameter Diameter pipa sumber luar ~ radiasi (mm) radiasi atau tangensial (mm) isolasi d; 105,50 180,50 178,50 169,50 161,50 152,50 98,00 96,50 85,50 0,82 0,73 0,86 0,99 0,87 0,89 0,90 0,93 0,98 jarak Ir atau Ugatau ke 192, pipa jarak titik dari pipa (mm) (mm! maksimum penumbra titik singgung ke darifilm sumber dinding Setelah ditentukan waktu paparan sumber radiasi, lalu dilakukan percobaan dengan mengatur SFD berulang-ulang, agar diperoleh penumbra yang memenuhi syarat. Dengan menggunakan rumus (4) dicari SFD yang baik agar diperoleh penumbra yang memenuhi syarat dan hasilnya disajikan pada Tabel 3. Kesalahan manusia pada studi awal ini relatif besar atau pada saat mengukur jarak dari titik tangensial pipa ke film serta jarak dari sumber radiasi ke titik singgung dinding diperoleh harga SFD aktual yang sarna dengan tebal pipa diukur dari titik tangensial ke film ditambah jarak sumber radiasi ke titik singgung isolasi pipa. Film radiografi selanjutnya diproses, diamati melalui peralatan viewer dan densitometer, untuk menentukan tingkat densitas, menentukan batas-batas tebal pipa dan tebal isolasi pada bayangan film radiografi. Khusus untuk penyajian dalam makalah ini, film-film radiografi tersebut direproduksi pada kertas foto biasa seperti 165

6 Risalal1 Seminar IImial1 Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006 disajikan pada Gambar 3 dan 4. untuk pipa berdiameter kedl bagian isolasinya lebih keeil daripada untuk pipa yang berdiameter besar. Tebal pipa berdasarkan perhitungan dengan rum us (1) sebenarnya berlaku untuk kondisi garis OT sejajar dengan film pad a Gambar 5. Tetapi keadaan sebenarnya garis lernbar tirnbal -+ penanda isolas Gambar 3. Reproduksi foto untuk bayangan pipa diameter luar 90 mm, tebal12,s mm lernbar tirnbal pnanda isolas bag:ian Iing:karan --. Gambar 4. Reproduksi foto untuk bayangan pipa diameter luar 220 mm, tebal 8 mm Selisih tebal pipa aktual dan tebal pipa berdasarkan perhitungan dapat disebabkan karena distorsi geometri garis lintasan radiasi sinar gamma, yang dapat dianalisis melalui Gambar 5. tangensial yang menyinggung dinding pip a bagian luar terjadi pada titik B2 dan yang menyinggung dinding pipa bagian dalam pada titik D 1. Dengan demikian garis-garis OB2 dan OD1 tidak sejajar film radiografi, TlNCICAT DlNS~"'S PUI1H KI! imam t TIMBAL TEBAL 10 _ T ~ r.'/ 'DIAMnER / / lumber / RADIAII / / J_ / / / I I / fu.m ;RADIO"RMl,' 1. ~ _ \ \ '", '_ i -1 Gambar 5. Distorsi geometri matematik garis lintasan radiasi sinar gamma 166

7 Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006 sehingga rumus (1) memerlukan koreksi tersendiri. Pembacaan skala tingkat kehitaman densitas pada film radiografi, sebenarnya bukan tebal dari titik D3 ke B3 tetapi tebal pip a dari titik D1 ke B2 yang menyinggung titik tangensial dinding pipa dalam dan luar pipa dan relatif lebih tebal dari titik D3 ke B3. Hasil tebal pipa aktual pengukuran tebal pipa di film radiografi yang dihitung melalui rumus (1) dan disajikan pada Tabel 4. Diperoleh adanya beda ketebalan bahan ketebalan pipa aktual. Jika ketebalan pipa baku yang diteliti adalah 12,50 mm, maka tebal korosi maksimum adalah 12% x 12,50 mm = 1.50 mm. Jika ketebalan pip a aktual yang diteliti adalah 8,00 mm, maka tebal korosi maksimum adalah 12% x 8,00 mm = 0,96 mm. Sehingga adanya perbedaan tebal aktual dan hasil isnpeksi dari Tabel 4 masih dapat diijinkan. Hasil pengukuran tebal pipa dengan beda akurasi yang sangat signifikan dapat terjadi karena: Tabel 4. HasHtebal sesungguhnyadari pipa terselubung Pengukuran 120,00 19,00 isolasi 75,0060,50 498,00 pipa teba! Tebal Selisih 12,50 12,54 156,00 128,40 Pipa (mm! 109,00 87,50 166,00 0,42 (mm) tangen 94,00 0,04 pipa Jke titik 786,00 Jarak sumber 1016, ,42 ke+ aktual - (mm) dengan film alat HasH (mm) mikrometer film Perhitungan radiografj digital Pengukuran pada sial (mml logam pipa pertama sebesar 0,32 % dan pada pipa kedua sebesar 5,25 %. Selain itu juga ada beda ketebalan bahan isolasi pada pertama sebesar 25,33 % dan pada pipa kedua sebesar 30 %. Kemungkinan terjadinya perbedaan tersebut, diakibatkan karena ketidak akuratan mengukur jarak dari titik tangensial pipa ke film, mengukur jarak dari sumber radiasi ke titik singgung dinding luar isolasi pipa, menentukan titik batas tebal tebal bahan logam dan bahan isolasi pipa pada skala tingkat kehitaman densitas pada film radiografi. Batas maksimum yang diijinkan dari selisih tebal pipa secara aktual maupun secara pembacaan melalui film radiografi belum ada ketentuan kecuali ditentukan oleh pihak yang mempunyai pipa (owner). Ketebalan minimum untuk semua bahan dari ketebalan dinding yang terdaftar pada Tabel 2 dari ANSI/ASME B36.10M, adalah kurang dari 12% [7,8J. Artinya, korosi yang diijinkan maksimum adalah 12% dari 1. Pengukuran jarak antara sumber Ir 192 ke film D7 (d1 = SFD) kurang akurat; 2. Pengukuran jarak antara sumber Ir 192 ke titik singgung tangensial dinding luar selubung (dz) kurang akurat; 3. Pengukuran tebal dari dinding dalam pipa ke dinsing luar penutup seng pada film (t1) tidak akurat; 4. Tebal sebuah pipa tidak merata; 5. Keraguan menentukan batas densitas pada film untuk mementuakan batasbatas permukaan diameter luar dan dalam dari suatu pipa, karena gradasi tingkat kehitaman pada film sangat halus perbedaannya. Terjadinya selisih tebal tersebut dapat diakibatkan karena bayangan gambar pada film radiografi kurang jelas, yang kemungkinan disebabkan film radiografi yang digunakan adalah Agfa D7. Untuk memperbaiki bayangan gambar pada film radiografi lebih baik menggunakan film Agfa D4, yang mempunyai sifat kualitas gambar 167

8 Risa/an Seminar I/mian Ap/ikasi /sotop dan Radiasi, 2006 dan kontras lokal lebih baik dari film Agfa 07 seperti ditunjukkan pada Gambar 6 [6]. berbentuk lengkung. Hal ini dikarenakan intensitas radiasi diserap oleh ketebalan pipa KUALI TAS GAht BAR KONTRAS LOKAL LBBIH CEPAT Gambar 6. Perbandingan kualitas gambar dan kontras lokal dari sifat film radiografi Agfa D7 dan D4 [sumber Agfa] Film fotografi yang tersedia pada laboratorium PTRKN hanya film 04 dan 07. Sehingga selain film 04 dan 07, tidak tersedia atau tidak digunakan di penelitian ini. Pemilihan film 04 dan 07 berdasarkan permintaan industri yang sering menggunakan jasa inspeksi teknik radiografi. Ketebalan pipa ditentukan oleh batas gambar densitas pada film yang hitam sebagai fungsi densitas material yang diradiasi. Jika material mempunyai densitas yang padat, maka intensitas sinar radiasi akan banyak diserap oleh material. Akibatnya gambar densitas pada film akan cenderung hitam. Jika material mempunyai densitas yang tidak padat seperti material yang terkorosi, maka intensitas sinar radiasi akan sedikit diserap oleh material. Akibatnya gambar densitas pada film akan cenderung putih. Untuk keperluan pengukuran tebal pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial berdasarkan rumus (1), yang diperlukan adalah menentukan batas gambar densitas pada film sebagai proyeksi titik b dan a,c pada Gambar 5. Grafik gambar batas densitas film dari titik b ke a,c tersebut pada tembereng kelengkungan pipa dari titik-titik C-B2-Bl-A. Proyeksi grafik densitas dari titik b ke titik alc sebenarnya bukan menggambarkan intensitas sinar radiasi yang diserap oleh tebal pipa dari titik D3 ke B3, tetapi dari tembereng lingkaran pipa yang lebih tebal dan dibatasi oleh garis AC serta kelengkungan lingkaran C-B2-Bl A. Grafik densitas bayangan pipa pada film dari proyeksi titik b kecenderungannya menurun hingga titik alc dan menaik lagi hingga ke titik e,oj. Sehingga dapat dilakukan pendekatan bahwa tebal pipa pada film dapat diukur dari proyeksi titik b ke titik alc. Grafik densitas dari proyeksi titik a,c ke titik eloj cenderung menaik dan dari titik ear ke titik g, h cenderung menurun yang diakibatkan oleh kelengkungan bagian anulus pipa dinding luar yang dibatasi oleh titik-titik dari E ke C dan dari A ke F. Untuk menentukan proyeksi titik b dan a,c dari Gambar 3, hasilnya kurang akurat, karena sensitifitas peralatan densitometer di laboratorium PTRKN hanya mampu untuk menentukan densitas hingga dua angka di belakang koma. Oensitas titik t 168

9 RisaJiih Sem;:'1arIlmiah Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006 ke b dari Gambar 3 sekitar 3,13 hingga 3,43. Garis lengkung dari titik b ke a,c mempunyai densitas dari 1,1 hingga 3. Garis lengkung dari titik a,c ke e,o,f mempunyai densitas dari 1,1 hingga 1,93. Walaupun pada studi awal ini hanya mengukur tebal pipa berdasarkan gambar densitas pada film radiografi, tetapi hal tersebut juga dapat untuk menentukan tempat-tempat pipa yang terkorosi atau terjadi endapan kotoran di permukaan dalam atau luar pipa. Karena densitas dari bagian material terkorosi atau material endapan yang terjadi, tidak sarna dengan densitas material tebal pipa yang tidak terkorosi. Pada penelitian ini bahan poliuretan diganti dengan bahan styrofoam yang densitasnya diperkirakan hampir sarna dengan densitas poliuretan. Faktor densitas poliuretan adalah 1 yang sarna dengan densitas air, sehingga tidak begitu mempengaruhi tingkat kehitaman gambar pada film dibandingkan densitas logam pipa yang menghasilkan gambar lebih hitam. KESIMPULAN Pengukuran tebal pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial dengan menggunakan sumber Iridium 192, masih mengalami kendala yang berkaitan dengan distorsi geometri garis lintasan radiasi sinar gamma, perlu pemilihan penumbra yang memenuhi syarat, perlu penentuan waktu paparan radiasi, perlu peralatan densitas film yang akurat. Teknik radiografi ini mempunyai keuntungan untuk inspeksi pipa terselubung tanpa perlu membuka selubung pipa. Selisih tebal terukur dan tebal sesungguhnya pada studi awal ini relatif kecil yaitu sekitar 0,32% hingga 5,25%. Karena densitas dari material terkorosi serta material endapan berbeda dengan densitas ketebalan pipa yang tidak terkorosi, maka studi awal ini dapat digunakan untuk mengukur ketebalan pipa, mendeteksi material terkorosi dan material endapan di permukaan dalam maupun luar pipa. Karena korosi maksimum yang diijinkan (corrosion allowance) adalah 12% dari tebal pipa, maka perbedaan tebal dari pengukuran dan hasil inspeksi masih dapat diterima. UCAP AN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada para Operator dan Ahli Radiografi (OR dan AR) dari PTRKN yaitu Sdr. Dwidjo Mulyanto, Sdr. Mudi Haryanto dan Sdr. Ari Triyadi atas diskusinya sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. DAFT AR PUST AKA 1. IAEA, "Development of Protocols for Corrosion and Deposits Evaluation in Pipes by Radiography", IAEA TECDOC-1445, p.17, April SRI WIDHARTO, "Status NDT di Indonesia", Seminar Sehari Asosiasi Uji Tak Merusak Indonesia (AUTRI), Jakarta - Indonesia, 3 Desember 1998, hal K. GIECK, Kumpulan Rumus Teknik, Pt. Pradnya Paramita, Jakarta, h.42, GILARDONI ARTURO et al., "Gilardoni Handbook, Non Destructive Testing, NDT", Lecco, Italy, 1981, hal. 26 hingga ASME, "Section V, Article 3, Radiographic Examination of Metallic Castings", New York, 1995 edition, hal AGFA, "Structurix The NDT System", Belgium, ANONYMOUS, " SAA Unfired Pressure Vessels Code", AS , Standards Australia, ANONYMOUS, " SECTION VIII, Rules for Construction of Pressure Vessels Division I, 1995 Edition, July I, 1995, p

RADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN. Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN ABSTRAK ABSTRACT

RADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN. Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN   ABSTRAK ABSTRACT Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 2087-5665 BETA GAMMA TAHUN 2014 Vol. 5 No. 1 Februari 2014 RADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN Email : djoli@batan.go.id

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1 Hasil pengujian Berdasarkan penelitian dan inspeksi dilapangan yang telah dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pengerjaan Nondestructive Test. Pengujian ini dilakukan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK Namad Sianta, Djoli Soembogo dan R. Hardjawidjaja Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN E-mail : djoli@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Suparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS RADIASI

Suparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS RADIASI Suparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADIOGRAFI Ir-192 Suparno, Anda Sanusi Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN, parnomrj@batan.go.id ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

RADIOGRAFI CO-60 PADA KUBUS CORAN TIMAH HITAM

RADIOGRAFI CO-60 PADA KUBUS CORAN TIMAH HITAM RADIOGRAFI CO-60 PADA KUBUS CORAN TIMAH HITAM Djoli Soembogo, Harun Al Rasyid R., Namad Sianta Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN, Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440. E-mail : djoli@batan.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI RADIOGRAFI Ir 192 DAN Se 75 UNTUK INSPEKSI PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK PLTU BATU BARA

KAJIAN APLIKASI RADIOGRAFI Ir 192 DAN Se 75 UNTUK INSPEKSI PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK PLTU BATU BARA KAJIAN APLIKASI RADIOGRAFI Ir 192 DAN Se 75 UNTUK INSPEKSI PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK PLTU BATU BARA Soedardjo PUSAT TEKNOLOGI REAKTOR DAN KESELAMATAN NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL ABSTRAK

Lebih terperinci

Suparno, Makmur Rangkuty-PEMBUATAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-I92 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS

Suparno, Makmur Rangkuty-PEMBUATAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-I92 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS Suparno, Makmur Rangkuty-PEMBUATAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-I92 PEMBUAIAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-l92 Suparno, Makmur Rangkuty Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN, parnomrj@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi literature dan pengumpulan bahan Pengolahan dan analisa Mempersiapkan Alat dan Bahan Prosedur pengujian Non Destructive Test Pengujian

Lebih terperinci

RADIOGRAFI Co-60 PADA CORAN KOMPONEN ALAT BERAT

RADIOGRAFI Co-60 PADA CORAN KOMPONEN ALAT BERAT RADIOGRAFI Co-60 PADA CORAN KOMPONEN ALAT BERAT Djoli Soembogo, Harun Al Rasyid R dan Namad Sianta Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN. Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440. email: djoli@batan.go.id

Lebih terperinci

INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA PIPA STEAM GENERATOR MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAPHY TEKNIK PANORAMIC (STUDI KASUS DI PT. TACHI JINO)

INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA PIPA STEAM GENERATOR MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAPHY TEKNIK PANORAMIC (STUDI KASUS DI PT. TACHI JINO) INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA PIPA STEAM GENERATOR MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAPHY TEKNIK PANORAMIC (STUDI KASUS DI PT TACHI JINO) Muhammad Zaky 1, Syukran 2, Azwar 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik

Lebih terperinci

RADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU KARANG

RADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU KARANG RADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU KARANG Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440. email: djoli@batan.go.id ABSTRAK RADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU

Lebih terperinci

Konversi Paparan pada Perubahan kv Pesawat Sinar- X Rigaku-RF-250EGM

Konversi Paparan pada Perubahan kv Pesawat Sinar- X Rigaku-RF-250EGM Suparno, Konversi Paparan pad a Perubahan KV Pesawat Sinar-X Rigaku-RF-250EGM Konversi Paparan pada Perubahan kv Pesawat Sinar- X Rigaku-RF-250EGM Suparno, Anda, Sutrasno Pusdiklat - Badan Tenaga Nuklir

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE Oleh Nama : Roby Pratomo NPM : 26409806 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

KEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL ABSTRAK

KEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL ABSTRAK KEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL Author Guidance : Afrian Sugiharto : I Dewa Gede Ary Subagia ST.,MT.,PhD : Ir. I Nyoman Budiarsa, M.T.,PhD ABSTRAK Las

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Januari 2007 Pengantar Sejak tahun 2000 BATAN telah ditunjuk oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir ABSTRAK PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir Suhartono, Suparno, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PRARANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri pembuatan peralatan dengan material benda padat baik secara otomatis menggunakan mesin maupun yang masih menggunakan tenaga manusia, tidak bisa

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING Tony Rahardjo, Sumber W, Bambang L. -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 Email:ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian. Penetrant Test NAMA : Mulyadi Rahayu NIM : 101211086 KET : link download( http://arekteknik.com/penetrant-test.html) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN 1.1.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive

Lebih terperinci

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA SRI NITISWATI, ROZIQ HIMAWAN Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310,

Lebih terperinci

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy MATERI KE - III Pengujian tidak merusak (NDT) Pengujian Visual Las Pengujian Dye Penetrant penyusun: Heri Wibowo, MT Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2011 1 PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Fakultas

Lebih terperinci

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2. III. PENGUJIAN TANPA MERUSAK (N D T) 1. Pengertian NDT NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 12., No.1, Januari 2009, hal 1-5 KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052 PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN E-mail : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK. PERANCANGAN

Lebih terperinci

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,

Lebih terperinci

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Sarjito Jokosisworo, Hartono Yudo Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Pengujian tidak merusak merupakan bagian dari pengujian

Lebih terperinci

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA Oleh : Deddy Hermanto Dosen Pembimbing : I Dewa Gede Ary Subagia ST.,MT.,Ph.D : Ir. I Nyoman Budiarsa, M.T.,Ph.D

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro Semarang Abstract The study of influence

Lebih terperinci

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi 1 Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Muhammad S. Sholikhin, Imam Rochani, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,

Lebih terperinci

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10, No.4, Oktober 2007 hal. 187-192 STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Nanang Suriansyah

Lebih terperinci

ANALISIS CACAT PADA PLAT CARBON STEEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ISEE UNTUK HASIL FILM IMAGING PLATE(IP)

ANALISIS CACAT PADA PLAT CARBON STEEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ISEE UNTUK HASIL FILM IMAGING PLATE(IP) ANALISIS CACAT PADA PLAT CARBON STEEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ISEE UNTUK HASIL FILM IMAGING PLATE(IP) 1 Fitri Suryaningsih, 2 Harun Al Rasyid 1) Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN Gedung 71 Kawasan PUSPIPTEK

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM Kristiyanti, Abdul Jalil Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan Puspiptek Serpong 15314 Abstrak ANALISIS

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PIPA DENGAN DIAMETER ½ SAMPAI 1 ¼ INCHI DI PT. BAKRIE PIPE INDUSTRIES. Nama : Aga Hasbadi NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES PEMBUATAN PIPA DENGAN DIAMETER ½ SAMPAI 1 ¼ INCHI DI PT. BAKRIE PIPE INDUSTRIES. Nama : Aga Hasbadi NPM : Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN PIPA DENGAN DIAMETER ½ SAMPAI 1 ¼ INCHI DI PT. BAKRIE PIPE INDUSTRIES Nama : Aga Hasbadi NPM : 20410269 Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN PIPA DARI DIAMETER ½ SAMPAI ¼ INCHI ABSTRAKSI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI HEAT INPUT PENGELASAN GMAW BAJA A36 MELALUI PEMERIKSAAN HASIL LAS

OPTIMALISASI HEAT INPUT PENGELASAN GMAW BAJA A36 MELALUI PEMERIKSAAN HASIL LAS 45 OPTIMALISASI HEAT INPUT PENGELASAN GMAW BAJA A36 MELALUI PEMERIKSAAN HASIL LAS Heri Wibowo 1,2, M.Noer Ilman 1, PriyoTri Iswanto 1 1 Departemen Teknik Mesin dan Industri - Universitas Gadjah Mada 2

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TEKANAN AIR PADA PIP A LENGKUNG BERSPUYER UNTUK SISTEM PENGUJIAN KEBOCORAN

ANALISA PENURUNAN TEKANAN AIR PADA PIP A LENGKUNG BERSPUYER UNTUK SISTEM PENGUJIAN KEBOCORAN Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Rekayasa Perangl{at Nuklir ANALISA PENURUNAN TEKANAN AIR PADA PIP A LENGKUNG BERSPUYER UNTUK SISTEM PENGUJIAN KEBOCORAN OIeh: Budhy Basuki, Djuhana ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY I 131 Yosi Sudarsi Asril 1, Dian Milvita 1, Fadil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI Dira Rizki Martem 1, Dian Milvita 1, Helfi Yuliati 2, Dyah Dwi Kusumawati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja ataupun konstruksi sebuah mesin, dimana nilai kekakuan yang tinggi dari suatu material yang

Lebih terperinci

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS PENYUSUN : HERI WIBOWO, MT. PENYUSUN LAPORAN : NAMA... NIM... KELOMPOK/ KELAS... JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

MONITORING KETEBALAN PIPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR G.A. SIWABESSY

MONITORING KETEBALAN PIPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR G.A. SIWABESSY Roziq Himawan, dkk. ISSN 0216-3128 191 MONITORING KETEBALAN PIPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR G.A. SIWABESSY Roziq Himawan, Suwoto, Sriyono PTRKN BATAN, E-mail : roziqh@batan.go.id ABSTRAK MONITORING

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI PINHOLE DAN MULTIHOLE UNTUK PENGUKURAN DIMENSI FOCAL SPOT PESAWAT SINAR-X

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI PINHOLE DAN MULTIHOLE UNTUK PENGUKURAN DIMENSI FOCAL SPOT PESAWAT SINAR-X PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI PINHOLE DAN MULTIHOLE UNTUK PENGUKURAN DIMENSI FOCAL SPOT PESAWAT SINAR-X Djoko Marjanto 1, Sigit Purnomo, Etiko Puspo Rini STTN-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB

Lebih terperinci

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya 1. PENDAHULUAN Jika ditemukan sumber gas yang baru, maka perlu dipertimbangkan pula untuk mengalirkannya melalui sistem perpipaan yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengadaan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Pemilihan Bahan Proses Pengelasan Pembuatan Spesimen Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro Menganalisa

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR Cahya Sutowo 1.,ST.MT. Hantawan 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine,

Lebih terperinci

PRIMA Volume 3, Nomor 6, November 2006 ISSN

PRIMA Volume 3, Nomor 6, November 2006 ISSN PRIMA Volume 3, Nomor 6, November 2006 ISSN 1411-0296 ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM INSTRUMENTASI COLUMN SCANNING UNTUK INDUSTRI ARJONI AMIR, SYAMSURRIJAL R Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BAT AN RANCANG

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN.. DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi

Lebih terperinci

DASAR TEORI ULTRASONIC TEST

DASAR TEORI ULTRASONIC TEST DASAR TEORI ULTRASONIC TEST (materi kuliah UTR ) Tegas Sutondo Tujuan Memberikan dasar teori teknik inspeksi menggunakan peralatan UT Problem Testing menggunakan UT Karakteristik gelombang suara Pembangkitan

Lebih terperinci

PROSEDUR UJI FUNGSI SISTEM PEMINDAH TARGET SISTEM RABBIT. Djaruddin Hasibuan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset-Batan

PROSEDUR UJI FUNGSI SISTEM PEMINDAH TARGET SISTEM RABBIT. Djaruddin Hasibuan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset-Batan I'rosidillg Semilla,. lias" l'ellelilialll'l!rr Tuhull l(}(}-! PROSEDUR UJI FUNGSI SISTEM PEMINDAH TARGET SISTEM RABBIT Djaruddin Hasibuan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset-Batan ABSTRAK PROSEDUR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5 Rasito, P. Ilham Y., Muhayatun S., dan Ade Suherman Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Antonio Gogo. Kata kunei: SEM, tutup ruang spesimen, sistem buka-tutup, batang penarik.

Antonio Gogo. Kata kunei: SEM, tutup ruang spesimen, sistem buka-tutup, batang penarik. Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 SSN 0854-5561 DESAN DENGAN SSTEMBATANG BUKAlfUTUP PENARKjPENDORONG RUANG SPESMEN SEM Antonio Gogo ABSTRAK DESAN SSTEM BUKNTUTUP RUANG SPES 1MEN SEM DENGAN BATANG PENARKPENDORONG.

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGENSIAL MENGGUNAKAN SUMBER IRIDIUM 192

PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGENSIAL MENGGUNAKAN SUMBER IRIDIUM 192 Risalah Peltemuan Ilmiah Penelifian dan Pengembangan Teknologi Isolop dan Radla~ 2(XX) PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGENSIAL MENGGUNAKAN SUMBER IRIDIUM 192 Soedardjo Pusat

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Tugas Akhir Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Oleh : Wishnu Wardhana 4305 100 024 Dosen Pembimbing: Murdjito, M.Sc.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK 3.1 Prinsip Dasar Eksperimen Seperti telah dijelaskan pada Bab satu, eksperimen pada tugas akhir ini bertujuan

Lebih terperinci

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL OLEH : Budi Windarta PEMBIMBING : dr. Bambang Purwanto Utomo, Sp Rad. PPDS I RADIOLOGI FKUGM YOGYAKARTA 2014 1 PENDAHULUAN 1 KUALITAS RADIOGRAF YG TINGGI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH Yafet Bontong Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN IV-1 BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Prosedur pengujian kualifikasi reparasi pengelasan pada proses pembuatan pipa dilakukan berdasarkan kriteria penerimaan dalam API 5L edisi ke 43 tahun

Lebih terperinci

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA Petrus Zacharias, Harno Garnito, Tri Wahono Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir- BATAN Gedung 71, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang Selatan,

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK Slamet P dan Yatno D.A.S. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan ANALISA PENGARUH NONCONDUCTIVE COATING TERHADAP PANJANG PENDETEKSIAN CACAT PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMERIKSAAN MAGNETIK PARTIKEL (MPI) PADA SAMBUNGAN LAS CRANE DI KAPAL Ferdy Ramdani, Wing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Pembuatan Mesin Shot Peening 1. Alat a. Mesin las listrik b. Kunci kombinasi c. Gergaji besi d. Mesin penekuk plat e. Gerinda potong f. Mistar

Lebih terperinci

KONTAINER SUMBER RADIASI 137CS 70 mci UNTUK PEMINDAI GAMMA

KONTAINER SUMBER RADIASI 137CS 70 mci UNTUK PEMINDAI GAMMA YOGY AKART A, 21-22 DES EMBER 2006 KONTAINER SUMBER RADIASI 137CS 70 mci UNTUK PEMINDAI GAMMA SRI MULYONO ATMOJO Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Gd. 71 Serpong, Tangerang 15310,

Lebih terperinci

KALIBRASI MONITOR AREA DI REAKTOR KARTINI YOGY A KART A Agung Nugroho PTKMR - BATAN

KALIBRASI MONITOR AREA DI REAKTOR KARTINI YOGY A KART A Agung Nugroho PTKMR - BATAN PI'OSIdI/JJ portomuan dan ProsontasJ Ilmlah FWiDSlonaJ Toknls Non POIUIIIU,18 D8s8mIJor 2006 ISSN :1410 6381 KALIBRASI MONITOR AREA DI REAKTOR KARTINI YOGY A KART A Agung Nugroho PTKMR BATAN ABSTRAK KALIBRASI

Lebih terperinci

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN 30 BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN Data data hasil penelitian mencakup semua data yang dibutuhkan untuk penentuan laju korosi dari metode metode yang digunakan (kupon, software, dan metal loss). Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA Kristiyanti, Tri Harjanto, Abdul Jalil Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd 71 lt 2

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN PENELITIAN Baja karbon rendah lembaran berlapis seng berstandar AISI 1010 dengan sertifikat pabrik (mill certificate) di Lampiran 1. 17 Gambar 3.1. Baja lembaran SPCC

Lebih terperinci

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Karakterisasi Awal Uji Tarik Uji Kekerasan Insitu Metalografi Uji Tak Merusak Metoda Finite Elemen Kondisi Sampel PENGKAJIAN UMUR SISA UJI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B Naryono, Indra Suharyadi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timbal atau timah hitam, merupakan jenis logam yang banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis perangkat logam, hal ini sudah diketahui oleh

Lebih terperinci

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM

Lebih terperinci

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN 4.1. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI

ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI ANALISA PERBANDINGAN VISUAL METHOD DAN LIQUID PENETRANT METHOD DALAM PERBAIKAN CITRA FILM RADIOGRAFI Hanafi (12110244) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Stmik Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan disampaikan mengenai metode penelitian yang meliputi alat dan bahan penelitian yang digunakan beserta proses pembuatannya, parameter-parameter yang digunakan,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA C.9. Studi Komparasi Kualitas Produk Pengelasan Spot Welding dengan Pendingin... (Muh Alfatih Hendrawan) STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

Lebih terperinci

Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng

Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo 4104.100.024 Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng Latar Belakang CuNiFe merupakan material yang banyak diaplikaskan dalam dunia maritim sebagai bahan yang baik ketahanannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR YOGYAKARTA, 3OKTOBER 0 PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR Kristiyanti, Ferry Suyatno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Gd 7 Kawasan Puspiptek Serpong Email untuk korespondensi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta. Bab 7, Kemampumampatan Tanah, Hal. 177. 2 DASAR TEORI Telah kita ketahui bahwa ketika sebuah material

Lebih terperinci