BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bisa diperoleh secara alamiah maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Dan dari pengetahuan dapat terbentuk suatu tindakan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu : 14,15 a. Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dapat diartikan sebagai mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehension), merupakan suatu kemampuan yang dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application), merupakan kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya. d. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan yang dapat menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain. e. Sintesis (Synthesis), merupakan suatu kemampuan yang dapat menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara atau menggunakan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

2 dari responden. Kedalaman pengetahuan dapat kita ketahui atau kita ukur sesuai dengan tingkat-tingkat pengetahuan. 14, Sikap Sikap adalah respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan bersifat merespon hal positif atau hal negatif dari suatu benda, orang, atau peristiwa. Dan sikap merupakan keyakinan dan perasaan yang dapat mempengaruhi reaksi didalam diri seseorang. Definisi lain menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi kesungguhan tertentu dengan beberapa tingkat menguntungkan atau merugikan. Sikap dibedakan dari konsep lain yang juga mengacu pada kecenderungan tersirat seseorang atau kecenderungan sikap yang disimpulkan hanya pada saat rangsangan yang menunjukkan suatu objek sikap yang diamati untuk memperoleh respon dalam mengekspresikan tingkat yang diberikan dari evaluasi Menurut salah seorang ahli yaitu Newcomb, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap akan berlangsung dalam interaksi manusia. Ada empat tingkatan sikap, yaitu : 14-16,20 a. Menerima, diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon, kemampuan untuk memberikan jawaban bila ditanya dan mengerjakan tugas yang telah diberikan. c. Menghargai, merupakan kemampuan untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab, merupakan kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala konsekuensi. Pengukuran sikap secara sistematik dilakukan dengan skala sikap yang telah distandarkan. Dan teknik yang paling umum digunakan adalah skala sikap dari Thurstone yang disebut juga The Equal-Appearing Interval dan dari Likert yang

3 disebut Summated Agreement. Ada perbedaan antar skala sikap dari Thurstone dan Likert, yaitu pada skala Thurstone menggunakan katagori yang terdiri dari dua alternatif jawaban, sedangkan Likert dihadapkan atas lima alternatif jawaban, yaitu jawaban dari yang sangat setuju sampai sangat tidak setuju Kegawatdaruratan medis Menurut Webster, kegawatdaruratan medis (Medical Emergency) adalah keadaan tiba-tiba atau tidak terduga yang membutuhkan bantuan segera. Keadaan yang dimaksud seperti perdarahan, fraktur dentoalveolar dan syok. 1, Perdarahan Perdarahan adalah keadaan yang disebabkan oleh dinding vaskular yang pecah atau kelainan mekanisme hemostatik. Perdarahan merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena dianggap dapat mengancam kehidupan oleh dokter dan pasien. Perdarahan dapat terjadi setelah anastesi lokal dilakukan dan setelah pencabutan. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pembekuan darah, pasien yang menerima terapi antikoagulan atau yang mengkonsumsi obat seperti golongan NSAID dan warfarin yang dapat memperpanjang waktu perdarahan, pasien yang mempunyai hipertensi yang tidak terkontrol, liver dan defisiensi vitamin K. 22,23 Sejumlah prosedur yang dilakukan dalam kedokteran gigi dapat menyebabkan perdarahan. Pada praktek kedokteran gigi di Amerika, bahwa diantara 2000 pasien dewasa ada sekitar pasien mengalami gangguan perdarahan. Gangguan perdarahan merupakan keadaan perdarahan yang disebabkan oleh kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada sistem hemostatis. Penderita mengalami waktu perdarahan yang panjang bahkan dapat pula mengalami perdarahan yang terus menerus. Gangguan perdarahan merupakan faktor resiko pada tindakan perawatan gigi dan mulut. Pasien dengan penyakit jantung yang menggunakan obat pengencer darah seperti Aspirin juga memiliki potensi untuk terjadinya gangguan perdarahan. 23,24

4 Etiologi Klasifikasi gangguan perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah platelet normal (nontrombositopeni purpura), penurunan jumlah platelet (trombositopeni purpura) dan gangguan koagulasi. 24 Tabel 1. Klasifikasi gangguan perdarahan Nontrombositopeni Purpura - Perubahan pada dinding pembuluh darah akibat sumbatan, infeksi dan alergi - Penyebab lain : gangguan fungsi platelet akibat defek genetik, obat-obatan seperti aspirin dan golongan NSAID, dan penyakit autoimun. Trombositopeni Purpura - Faktor kimia, fisik (radiasi), penyakit sistemik, obat-obatan (obat diuretik dan alkohol, infeksi virus dan bakteri. Gangguan koagulasi - Bersifat diturunkan, seperti hemofilia A dan hemofilia B Patofisiologi Proses perdarahan terjadi melalui 3 tahap yaitu pembuluh darah (vascular), trombosit (platelet) dan koagulasi (coagulation). Pembuluh darah dan platelet merupakan fase primary dan koagulasi merupakan fase secondary. Pada fase pembuluh darah terjadi sesaat setelah trauma sehingga melibatkan vasokonstriksi arteri dan vena, serta tekanan ekstravaskuler. Fase platelet dimulai dengan terjadinya kekakuan platelet dan pembuluh darah, kemudian pembuluh darah akan tersumbat. Proses ini terjadi beberapa detik setelah fase pembuluh darah terjadi. Pada fase koagulasi darah akan keluar ke daerah sekitar dan akan membatasi daerah yang terjadi perdarahan dengan adanya bantuan faktor ekstrinsik dan intrinsik. Waktu yang dibutuhkan pada fase ini lebih lambat dibandingkan fase sebelumnya. 24

5 Gambaran klinis Penderita dengan gangguan pembekuan darah akan jelas terlihat padaa kulit dan membran mukosa setelah terjadi trauma atau tindakan invasiff lain. Echymosis merupakan gambaran klinis yang sering terlihat pada pasien dengan gangguan koagulasi genetik dan pasien dengann jumlah platelet abnormal atau trombositopeni sering mengalami ptechiae dan echymosis. Sedangkan pada pasien yang menderita leukemia akut dan kronis sering menunjukkan gejala ulserasii pada mukosa, hiperplasia gusi, ptechiae dan echymosis pada kulitt dan membran mukosa Penanganan Perdarahan yang hebat harus segera ditangani. Perawatan P yang dilakukan pada jaringan lunak maupun jaringan keras perlu dilakukan dalamm keadaan steril. Prinsip dasarnya adalah membersihkan daerah luka atau debridemen, misalnya dengan H 2 2O 2 dari jaringan nekrotik dan benda asing. Apabila A pasien mengalami perdarahan yang banyak, haruss dilakukan tindakan segera untuk mengontrol perdarahan yang terjadi. Penanganan awal apabila terjadi t perdarahan setelah pencabutan adalah dengan penekanan. Penekanan dapat dilakukan dengan menggunakan kain kasa yang telah diberi adrenalin. Biasanya hanya dengan melakukan penekanan perdarahan yang terjadi sudah bisa ditangani. Namun apabila darah masih juga keluar, maka dapat dilakukan kleim dengan hemostat atau melakukan penjahitan angka 8 pada soket. Selain itu, dapat juga j menggunakan gelfoam atau sponge gelatin yang dapat diabsorbsi. Apabila masih berlanjut segera rujuk ke Rumahh Sakit. 22,25 Gambar 1. Penjahitan pada soket

6 Pada pasien yang mengalami fraktur jaringan keras (fraktur rahang), maka jaringan keras yang mengalami fraktur harus difiksasi dahulu kemudian menutup jaringan lunak diluarnya, yaitu dengan menjahit secara bertahap lapis demi lapis dari bagian dalam ke luar. Hal ini dilakukan agar darah tidak lagi keluar. Pada trauma jaringan lunak dengan kehilangan jaringan lunak, dapat dilakukan rekonstruksi primer dengan menggunakan flap. 22, Fraktur dentoalveolar Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan oleh trauma. Trauma pada gigi dapat terjadi pada semua usia Etiologi Penyebab fraktur bermacam-macam seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pada olah raga, dan trauma langsung pada gigi akibat benda keras seperti botol. Fraktur tidak hanya pada struktur gigi ( , dentin, dan pulpa gigi) tetapi bisa juga terjadi pada jaringan periodontal dan tulang rahang. 25 Fraktur dapat terjadi pada akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis, restorasi, prosesus alveolaris dan mandibula. Fraktur tulang alveolar dapat terjadi karena berhubungan dengan terjepitnya tulang alveolar pada saat melakukan pencabutan. Hal ini dapat terjadi karena bentuk dari tulang alveolar atau adanya perubahan patologis dalam tulang Gambaran klinis Pada pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar tidak hanya trauma pada jaringan keras gigi tetapi bisa juga terkena pada jaringan periodontal, yaitu terjadinya dislokasi gigi seperti konkusi, subluksasi, avulsi, intrusi dan ekstrusi. Konkusi adalah trauma pada struktur pendukung gigi tanpa goyangnya gigi atau pergeseran abnormal dari gigi. Subluksasi adalah trauma pada struktur pendukung gigi dengan goyangnya gigi tetapi tanpa pergeseran gigi. Avulsi adalah trauma yang mengakibatkan gigi keluar dari soket. Sedangkan, intrusi adalah trauma yang

7 mengakibatkan gigi masuk kedalam soket dan ekstrusi adalah trauma yang mengakibatkan sebagian gigi keluar dari soket. 25 Gambar 2. Gambaran Klinis Fraktur Dentoalveolar Penanganan Pemeriksaan fraktur dentoalveolar dapat dilakukan dengan radiografi intraoral dan ekstra-oral seperti panoramik. Biasanya perawatan dasarnya adalah secara konservatif, misalnya dengan splint, immobilisasi gigi geligi yang goyang dan fiksasi. Splint merupakan alat yang ditunjukkan untuk imobilisasi atau membantu imobilisasi segmen-segmen fraktur. Splint biasanya merupakan logam tuang (cor) atau terbuat dari akrilik. Apabila terjadi fraktur yang menyebabkan gigi bergeser maka perlu dilakukan pembedahan. Salah satunya adalah penggunaan arch bar dapat membantu menstabilisasikan segmen yang terjadi fraktur dan memberikan daerah perlekatan untuk fiksasi maksilomandibular. Caranya dengan menggunakan anastesi lokal ataupun anastesi umum, segmen fraktur direduksi sebelum pemasangan alat-alat fiksasi atau stabilisasi, kemudian ikatkan kawat baja anti karat pada tipa-tiap gigi (melalui diatas arch bar pada satu sisi, dan dibawah arch bar pada sisi yang lain), ujung-ujung kawat dipilin searah jarum jam dan ujung kawat yang lebih dibuang agar tidak melukai jaringan mukosa. Jika terjadi pergeseran segmen yang nyata, biasanya diatasi dengan memotong arch bar pada bagian yang mengalami fraktur. 22,25

8 Gambar 3. Penanganan fraktur dentoalveolar anterior mandibula dengan meng-gunakan arch bar Syok Syok merupakan suatu keadaan patofisiologis yang terjadi bila oxygen delivery (DO 2 ) ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan oxygen consumption (VO 2 ). Sebagai respon terhadap pasokan oksigen yang tidak cukup ini, metabolisme energi sel menjadi anaerobik. Menurut John Collins Warren, syok merupakan berhentinya keadaan sesaat dari kematian. Secara patofisiologis, syok merupakan gangguan sirkulasi akibat kurangnya oksigen kedalam jaringan. Syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan melalui berbagai proses. Penurunan volume plasma intravaskular merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya syok. Terjadinya penurunan volume intravaskular menyebabkan darah yang balik ke jantung berkurang sehingga curah jantung menurun. Dan menyebabkan oksigen di paru juga menurun dan asupan oksigen ke jaringan tidak terpenuhi Ada beberapa tingkatan kesadaran pada pasien syok. Tingkat kesadaran merupakan indikator utama adanya perubahan status neurologi pasien, karena berhubungan dengan fungsi hemisfer serebral dan reticular activating system. Tingkatan kesadaran terdiri dari : 29 a. Compos mentis, yaitu keadaan pasien yang sadar akan dirinya dan lingkungan serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar. b. Apatis, yaitu keadaan pasien yang berkurang dengan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh. c. Latargi, yaitu keadaan kesadaran pasien yang terlihat lesu dan mengantuk.

9 d. Delirium, yaitu penurunan kesadaran serta pasien terlihat gelisah dan meronta-ronta. e. Somnolen, yaitu keadaan kesadaran pasien yang selalu ingin tidur dan dapat dibangunkan ketika ada rangsangan. f. Stupor atau sopor, yaitu keadaan pasien yang seperti koma, seperti tertidur lelap dan tidak dapat dibangunkan kecuali dengan rangsangan nyeri. g. Koma, yaitu keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dengan rangsangan apapun tidak akan timbul. Berdasarkan a textbook in cardiovascular medicine pada tahun 1984, klasifikasi syok yaitu : a) syok kardiogenik, b) syok obstruktif, c) syok oligemik atau syok hipovolemik, dan d) syok distributif. Pembagian syok diperkecil lagi menjadi 4 tipe, yaitu syok neurogenik, syok hipovolemik, syok anafilaktik dan syok kardiogenik. 30,31 Tabel 2. Klasifikasi Syok 28 SYOK KARDIOGENIK SYOK DISTRIBUTIF A. Disebabkan oleh Disritmia A. Septikemia B. Disebabkan oleh Mekanis Jantung B. Metabolik atau toksik C. Miopati C. Endokrinologik D. Mikrosirkulasi SYOK OBSTRUKTIF E. Neurogenik A. Tamponade perikardium F. Anafilaktik B. Koarktasio aorta C. Emboli paru D. Hipertensi pulmonalis primer SYOK OLIGEMIK A. Perdarahan B. Kekurangan cairan Syok neurogenik Syok neurogenik disebut juga sinkope. Syok neurogenik terjadi karena penurunan atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba akibat tidak adekuatnya aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi dan

10 bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi. Terjadinya hipotensi akan merangsang refleks simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi perifer yang secara klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi dan keringat dingin pada ekstremitas atas. Kemudian terjadi juga penurunan dalam efektifitas sirkulasi volume plasma yang sering terjadi dari penurunan venous tone, penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan kehilangan volume cairan intravaskular karena peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel. Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler yang mengakibatkan berkurangnya cairan dalam sirkulasi sehingga perfusi ke otak berkurang dan menyebabkan pasien mengalami syok. 5,26,31-33 Syok neurogenik atau sinkope merupakan gejala umum yang sering dijumpai di praktek dokter gigi. Keadaan ini disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, keadaan takut, terkejut atau rasa nyeri. Kurang lebih 2% pasien mengalami sinkope sebelum, selama bahkan setelah perawatan gigi. Sinkope umumnya, terjadi pada wanita muda, lelaki tua atau dengan riwayat penyakit jantung. Sedangkan syok neurogenik pada pasien trauma terjadi karena hilangnya sympathetic tone, misalnya pada cedera tulang belakang atau yang sangat jarang yaitu cedera pada batang otak. Denyut nadi pasien menjadi lambat sehingga pasien akan merasa pusing dan pingsan. Umumnya keadaan ini akan membaik setelah pasien dibaringkan, kecuali cedera karena jatuh. 5,26,31-33 Penanganan untuk pasien syok yaitu dengan memposisikan kedua kaki pasien lebih tinggi dari dada (shock position) atau posisi trendelenburg agar aliran darah ke otak maksimal. Kemudian periksa tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan pasien. Lalu memberikan oksigen 6-8 liter per menit atau berikan bau yang merangsang seperti alkohol selama masa pemulihan. Pemberian kompresi pijat jantung tidak dapat dilakukan apabila denyut nadi karotis masih teraba, karena melakukan kompresi pijat jantung hanya dilakukan pada pasien yang mengalami tanda utama henti jantung atau cardiac arrest. 32,33

11 A B Gambar 4. A. Posisi syok (shock position) dan B. Posisi Trendelenburg dan Anti-Trendelenburg Syok hipovolemik Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma di intravaskular atau kehilangan cairan tubuh. Syok hipovolemik dapat terjadi akibat perdarahan (hemoragik) dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar yang luas dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang sering terjadi adalah akibat perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik Penanganan syok hipovolemik, hal utama yang dilakukan yaitu mengganti cairan tubuh atau darah yang hilang, kemudian berikan oksigen sebanyak 5-10 L/menit untuk jalan nafas dan respirasi pasien. Lalu berikan infus dengan cairan koloid. Tujuan utama terapi adalah memulihkan curah jantung dan perfusi jaringan secepat mungkin Syok anafilaktik Syok anafilaktik adalah kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan reaksi alergi yang luar biasa atau berlebihan pada suatu organisme terhadap protein asing. Anafilaktik syok dapat terjadi dalam beberapa menit dan dapat mengancam nyawa. Faktor penyebabnya adalah karena alergi terhadap obat-obatan, terutama yang diberikan secara intravena seperti antibiotik (contoh : penisilin). Selain itu penyebab lainnya adalah karena pelepasan histamin sebagai konsekuensi dari suatu tipe I reaksi alergi. Tanda-tanda klinis pasien yang mengalami syok anafilaktik yaitu pasien susah bernafas, wajah kemerahan, gatal pada mata dan mulut, pusing, lemas, sakit perut, bronkospasme dan edema epiglotis sehingga

12 pasien terasa tercekik. Gejala akan timbul pada 2-11 menit setelah dilakukan suntikan dan reaksi puncak akan terjadi pada 5-60 menit. 5,26,31,33 Penanganan pada pasien syok anafilaktik adalah dengan mempertahankan jalan nafas dan mempertahankan sirkulasi dengan memberikan oksigen 6-8 liter/menit lalu berikan 0,3-0,5 ml epineprine (adrenalin 1:1000) secara intramuscular dengan kecepatan 1 ml/menit dan ulangi setiap 5 atau 10 menit sampai pasien terlihat membaik. 5,26,31, Syok kardiogenik Syok kardiogenik adalah syok yang terjadi akibat tidak berfungsinya jantung untuk mengalirkan darah ke jaringan yang mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti. Tanda-tanda klinis dari syok kardiogenik meliputi hipotensi, takikardia, oliguria dan bagian ekstermitas dingin. 28 Dalam menangani pasien syok kardiogenik hal pertama yang dilakukan adalah memberikan bantuan hidup dasar (BLS). Menurut AHA 2010 (American Heart Association) BLS merupakan dasar untuk menyelamatkan pasien tanda utama henti jantung atau cardiac arrest dan mengaktifkan sistem kegawatdaruratan serta melakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation) secara dini. Langkah-langkah BLS terdiri dari penilaian dan tindakan yang dijabarkan dalam bentuk algoritma yang disederhanakan (Gambar 5A). Sedangkan pada gambar (5B), merupakan urutan keterampilan BLS untuk penyediaan layanan kesehatan. 34

13 A

14 Adult BLS Healthcare Providers 1 Unresponsive No breathing or no normal breathing (only gasping) 2 Active emergency response system Get AED/defibrillator or send second rescuer (if available) to do this Puls High-Quality CPR - Rate at least 100/min - Compression depth at least 2 inches (5 cm) - Allow complete chest recol after each compression - Minimize interruptions in chest compression - Avoid excessive ventilation 3A 4 3 Check pulse: DEFINITE pulse Within 10 seconds? No Give 1 breath every 5 to 6 seconds Recheck pulse every 2 minutes Begin cycles of 30 COMPRESSIONS and 2 BREATHS 5 AED/ /defibrillator ARRIVES 6 Check rhythm Shockable rhythm? B 7 Shockabl Give 1 shock Resume CPR immediately for 2 minutes 8 Not Shockable Resume CPR C immediately forr 2 minutes Check rhythm every 2 minute; continue untill ALS providers take over or victim starts too move Gambar 5. A. Simple BLS untuk dewasa. B. BLS berdasarkan pelayanan kesehatan. 34

15 Namun, dari beberapa literatur menyatakan bahwa untuk memberikan BLS dikenal dengan tindakan ABC yaitu Airway (jalan nafas), Breathing (pernafasan), Circulation (sirkulasi i). 3,5,31 a. Airway (jalan nafas) Airway merupakan usaha untuk mempertahankan dengan baik jalan nafas pada pasien yang tidak sadar. Ketika pasien dalam keadaan k tidak sadarkan diri, kemungkinan pasien tidak dapat bernafas dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena ada benda asing yang menutupii jalan nafas pasien atau akibat jatuhnya pangkal lidah kebelakang. Untuk membebaskan jalan nafas (airway),( maka dokterr gigi dapat menggunakan teknik t headd tilt, chin lift dan jaw th hrust. 3,5,31 Head tilt yaitu dengan meletakkan tangan didahi pasien dan mendorong dahi kebelakang serta dibantu dengan chin lift yaitu mengangkat dagu pasien. Jaw thrust dapat digunakan jika padaa saat melakukan head tilt dan chin lift jalan nafas masih obstruksi. Caranya, dengan mengangkat dagu pasien sehingga posisi mandibulaa lebih maju daripadaa maksila. Sedangkan untuk membebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asingg seperti darah dan cairan muntah dapat digunakan teknik finger sweep yaitu menggunakan 2 jari tangann yang dibalut dengann kain untuk menyapukan cairan yang ada didalam rongga mulut pasien. 3 3,5,31 Gambar 6. Head tilt, chin lift dan jaw thrust. 31 Gambar 7. Tindakan finger sweep. 31

16 b. Breathing (pernafasan) Breathing merupakan teknik untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien sadar atau pasien yang tidak sadar. Seorang dokter yang menangani pasien kegawatdaruratan dental harus mendekatkan pipi 1 inci ke mulut dan hidung pasien untuk melihat (look), mendengar (listen) dan merasakan (feel) tanda-tanda yang ada pada pernafasan pasien. Melihat yaitu melihat apakah ada pergerakan di dada atau abdomen pasien, mendengar yaitu mendengar apakah ada atau tidaknya suara nafas tambahan yang dikeluarkan oleh pasien, dan merasakan yaitu merasakan apakah ada hembusan nafas atau aliran udara yang keluar dari mulut atau hidung pasien. Dan bila pernafasan pasien tidak terasa diperlukan nafas buatan. Untuk pemberian nafas buatan dapat dilakukan dari mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma. Dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan Ambu bag untuk memberikan suplai oksigen 90%. 5,31 Gambar 8. Look, listen and feel. 31 B C A Gambar 9. Pemberian nafas buatan, (a) mulut ke mulut, (b) mulut ke hidung dan (c) mulut ke stoma. 31

17 Gambar 10. Penggunaan Ambubag. 32 c. Circulation (sirkulasi) Circulation merupakan monitoring dua tanda vital yang sangat penting, yaitu tekanan darah dan denyut jantung yang memberikan informasi tentang fungsi sistem cardiovascular. Tidak terabanya nadi karotis pada dewasa merupakan tanda utama terjadinya cardiac arrest atau henti jantung. Pemberian ventilasi buatan dan kompresi pijat jantung diperlukan pada keadaan kegawatdaruratan ini. 5,31 Gambar 11. Pemeriksaan nadi karotis. 29,31 Untuk melakukan pijat jantung dilakukan 30 kali dengan selingan 2 kali nafas buatan dalam 2 menit. Pertama-tama tentukan titik penekanan yaitu di bagian tengah sternum. Kemudian lakukan penekanan tulang dada kira-kira 4-5 cm (1,5-2 inchi) untuk dewasa, anak balita 4 cm (1,5 inchi), dan anak-anak 5 cm (2 inchi). Dan dilakukan kali per menit. Kompresi pijat jantung dapat dihentikan apabila pasien sudah dalam keadaan membaik atau sadar, pasien telah meninggal, operator sudah letih dan pelayanan kesehatan lain sudah datang. 5,32,33

18 Gambar 12. Kompresi dada pada dewasa, bayi dan anak usia sampai 8 tahun. 31,32 Menurut American Heart Association 2010, ada perubahan kunci terhadap panduan Basic Life Support (BLS) pada tahun 2005 untuk pasien cardiac arrest, yaitu : 34 a. Pengenalan segera terhadap SCA (Sudden Cardiac Arrest) berdasarkan penilaian tidak adanya respon dan tidak adanya pernafasan normal (misalnya, pasien tidak bernafas atau hanya hembusan nafas).

19 b. Menghilangkan Look, Listen dan Feel dari algoritma BLS. c. Melakukan CPR menggunakan tangan (hanya kompresi pijat jantung) untuk penolong/petugas yang tidak mengikuti pelatihan khusus. d. Urutan perubahan dalam melakukan kompresi pijat jantung sebelum membebaskan jalan nafas (melakukan CAB dari pada ABC). e. Penyediaan perawatan kesehatan yang efektif dalam melakukan kompresi pijat jantung atau CPR sampai kembalinya sirkulasi secara spontan. f. Meningkatkan metode untuk melakukan CPR dengan kualitas tinggi (misalnya, kedalaman pada saat melakukan penekanan kompresi pijat jantung harus adekuat). g. Selanjutnya melakukan pemeriksaan nadi bagi pelayanan kesehatan. h. Algoritma BLS untuk dewasa yang sederhana diperkenalkan dengan memperbaiki algoritma tradisional. 2.4 Upaya pencegahan kegawatdaruratan medis Setiap dokter gigi berkewajiban untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghindari komplikasi dan untuk mencegah timbulnya kegawatdaruratan medis. Anamnesa merupakan salah satu bagian terpenting dalam pemeriksaan pasien karena mendapatkan keterangan mengenai kondisi pasien. Walaupun keadaan kedaruratan tidak dapat dihindari dalam praktek dokter gigi, namun sebaiknya keadaan kedaruratan dapat dikurangi atau dihindari dengan melakukan perawatan dengan cermat, terampil dan trauma minimal. 31 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran mengamanatkan agar setiap dokter ataupun dokter gigi yang berpraktek wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi dan dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran ataupun kedokteran gigi. Hal ini berguna agar dokter ataupun dokter gigi dapat meningkatkan, mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 35

20 Keadaan pingsan yang sering terjadi di praktek dokter gigi, mungkin dikarenakan ruang praktek memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya ruang praktek haruslah berhawa dingin dan mempunyai ventilasi yang baik. Ruang tunggu harus terang dan sejuk serta untuk mencegah pasien lama menunggu sebaiknya dilakukan penjadwalan kunjungan yang efisien. Dokter gigi harus menggunakan dental unit yang desainnya memungkinkan pasien segera dibaringkan lurus dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi Trendelenburg 10 0 ) pada saat terjadi kondisi kegawatdaruratan. 36 Selain memperhatikan kondisi ruang praktek, sebaiknya juga dapat dilakukan pemeriksaan awal. Walaupun tidak semua perawatan dental memerlukan pemeriksaan awal, tetapi dalam menangani pasien yang ingin melakukan bedah minor seperti pencabutan dan odontektomi, pemeriksaan awal perlu dilakukan. Adapun pemeriksaan awal yang dimaksud adalah pemeriksaan tanda-tanda vital Pemeriksaan tanda vital Tanda vital termasuk penilaian dalam pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh tenaga medis. Tanda-tanda vital dapat menghasilkan perubahan yang bertahap dari waktu ke waktu. Yang termasuk tanda-tanda vital adalah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu Tekanan darah Untuk mengukur tekanan darah pasien sebelum melakukan perawatan seperti pencabutan, sebaiknya dilakukan dengan teliti dan dicatat dengan baik pada saat dilakukan pengukuran, karena keadaan pasien dapat mempengaruhi hasil dan penilaian. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan darah adalah sphygmomanometer. Tekanan darah diukur pada lengan tangan (gambar 12). Lebar manset harus mencakup 1/2-2/3 panjang lengan atas. Manset yang dipakai terlalu sempit akan memberikan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi tinggi, sedangkan manset yang terlalu lebar akan memberikan hasil pemeriksaan terlalu rendah

21 Cara untuk mengukur tekanan darah yaitu dengan memasangkan manset melingkari lengan atas pasien, dengan batas bawah lebih kurang 3 cm dari siku. Lakukan pemompaan sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba dan gunakan stetoskop untuk mendengarkan arteri brakialis (di fosa kubiti). Kemudian kosongkan manometer perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mm tiap detik. 39 Tekanan sistolik adalah saat terdengar bunyi pada saat Korotkoof I yaitu bunyi pertama yang didengar berupa bunyi detak yang perlahan. Sedangkan tekanan diastolik adalah saat terdengar bunyi Korotkoof IV yaitu bunyi yang tibatiba melemah. Dan nilai normal tekanan sistolik adalah <120mmHg dan untuk tekanan diastolik adalah <80mmHg. 38,39 Gambar 13. Cara mengukur tekanan darah Denyut nadi Nadi merupakan refleksi perifer dari kerja jantung dan penjalaran gelombang dari proksimal (pangkal aorta) ke distal. Gelombang nadi tidak bersamaan dengan aliran darah tetapi menjalar lebih cepat. Nadi dapat dirasakan selama midsistole, saat konstraksi jantung dan saat ejeksi darah intrakardia sedang berlangsung. Kecepatan penjalaran nadi dapat menurun pada beberapa penyakit jantung, darah atau pembuluh darah, tetapi dapat meningkat pada kondisi lain. Intensitas nadi dapat berhubungan dengan karakteristik pembuluh darah dan tekanan nadi. Kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari denyut/menit dan anak berusia dibawah 10 tahun berkisar denyut/menit. 38,39 Cara mengukur denyut nadi yaitu dengan menggunakan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) untuk meraba arteri radialis. Untuk menyingkirkan

22 kemungkinan terdapatnya pulsus defisit (laju jantungg lebih besar daripadaa laju nadi), hendaknya setiap perhitungan nadi dilakukann juga perhitungan denyut jantung. Dan semua penghitunga an harus dilakukan satuu menit penuh. 36 Gambarr 14. Cara memeriksa denyut nadi Pernafasan Kecepatan pernafasan dann pola pernafasan dikendalikan oleh kemosensor- karbondioksida dan ion hidrogen dalam darah dapat merangsang peningkatan ventilasi. Kecepatan pernafasan normal tidak berarti bahwa b oksigenisasi adekuat. Dengan adanya rasaa cemas pada pasien dapat menyebabkanm n meningkatnya pernafasan. Untuk pemeriksaann pernafasann harus hati-hati, karena pasien yang kemosensor dan otak. Untuk orang normal, peningkatan konsentrasi menyadari bahwa pernafasannya sedang diamati dapat terjadinya peningkatan kecepatan pernafasann involunter. Kecepatan pernafasan normal adalah kali/menit pada orang dewasa. 38 Pemeriksaan respirasi atau pernafasan dapat dilakukan d dengan beberapa cara yaitu : Cara inspeksi, merupakan pemeriksaan dengann melihat gerakan nafas dan menghitung frekuensinya. Caraa ini tidak praktis dan tidak dianjurkan karena pemeriksaan dilakukan dengan melihat gerakan nafas dan d detak jam sekaligus. 2. Cara palpasi, merupakanan cara yang dianjurkann yaitu pemeriksaan dengan meletakkan tangan pemeriksa pada dinding abdomenn atau dinding dada pasien, kemudian dihitung gerakan pernafasan pasien sambil melihat m detak jarum jam. 3. Cara auskultasi, pemeriksaan yang dilakukann dengan menggunakann alat stetoskop yaitu mendengarkan dan menghitung bunyi pernafasan. p

23 Gambar 15. Teknik palpasi dan Teknik auskultasi Suhu Suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang karena lingkungan luar. Cara pengukuran suhu adalah dengan menggunakan thermometer. Sebelum menggunakan thermometer, pada permukaan air raksa harus diturunkan sampai dibawah 35 0 C dengan mengibas-ngibaskan thermometer. 37,39 Pada bayi dibawah 2 tahun, pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada lipatan paha atau rektum dengan suhu normal 36 0 C-37 0 C. Sedangkan pada anak diatas umur 6 tahun, pengukuran dapat dilakukan di mulut (suhu oral) yaitu dengan meletakkan thermometer di bawah lidah (sublingual) dan suhu oral normal adalah 37 0 C. Semua pengukuran suhu dilakukan selama 3 menit. Dalam keadaan normal suhu aksila sama seperti suhu pada rektum yaitu 36 0 C-37 0 C. 37,39

24 Gambar 16. Pemeriksaan suhu rektal, aksial, dan oral. 40

25 2.5 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan 1. Definisi Kegawatdaruratan medis 2. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Medis 3. Penanganan Kegawatdaruratan Medis 4. Pencegahan Kegawatdaruratan Medis Pengetahuan dan Sikap Dokter Gigi Terhadap Kegawatdaruratan Medis Sikap 1. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Medis 2. Penanganan Kegawatdaruratan Medis 3. Pencegahan Kegawatdaruratan Medis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Chintya Pratiwi Putri Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juli 1992 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

Adult Basic Life Support

Adult Basic Life Support Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae

Lebih terperinci

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 KELOMPOK 9 Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 kali/menit suara ngorok dan seperti ada cairan

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) 2.1.1. Definisi Istilah basic life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi. Basic life support ini terdiri

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

REKOMENDASI RJP AHA 2015

REKOMENDASI RJP AHA 2015 REKOMENDASI RJP AHA 2015 Ivan Laurentius NIM 112014309 Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran UKRIDA Periode 26 Oktober 14 November 2015 Rumah Sakit Bhakti Yudha Depol Pembimbing: dr. Amelia,

Lebih terperinci

RJPO. Definisi. Indikasi

RJPO. Definisi. Indikasi Algoritma ACLS RJPO Definisi Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkankembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatue pisode henti jantung berlanjut menjadi

Lebih terperinci

SEJARAH CPR. Bermula di Baltimore, Amerika pada tahun Teknik mulut ke mulut ditemui oleh Dr. James Elam & Peter Safar

SEJARAH CPR. Bermula di Baltimore, Amerika pada tahun Teknik mulut ke mulut ditemui oleh Dr. James Elam & Peter Safar DEFINISI CPR:- Satu tindakan bantuan awalan bagi memulihkan mangsa yang terhenti pernafasan dengan menggunakan teknik tekanan di atas dada (tekanan dari luar) dan bantuan hembusan pernafasan SEJARAH CPR

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway Primary Survey Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA Pilih jawaban yang paling benar 1. Pada cardiac arrest yang bukan karena asphiksia dilakukan tindakan: a. Pijat jantung b. DC shock c. Pijat jantung nafas buatan

Lebih terperinci

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH SYOK sebagai kondisi kompleks yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan sel-sel tubuh (Rice 1991). Komponen-komponen aliran darah

Lebih terperinci

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG MARIA ANGELINA SITORUS NPM.153112620120027 FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK UNIVERSITAS NASIONAL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia.sebagian

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Lebih terperinci

1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN

1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN 1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN DASAR TEORI Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah RESUSITASI JANTUNG PARU Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis. Dalam

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar : Kep. Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah timbul dari

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Lebih terperinci

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital *

Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital * Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital * PENILAIAN AWAL (PRIMARY SURVEY) HARTONO** *dibacakan pada acara workshop "Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital IndoHCF, Bidakara Hotel,

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki seorang individu yang

Lebih terperinci

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Abstrak Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang

Lebih terperinci

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG 14.41 No comments BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syok Hipovolemik 2.1.1 Definisi Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan perfusi dan oksigenasi jaringan disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan oleh hilangnya volume

Lebih terperinci

PENGUKURAN TANDA VITAL Oleh: Akhmadi, SKp

PENGUKURAN TANDA VITAL Oleh: Akhmadi, SKp PENGUKURAN TANDA VITAL Oleh: Akhmadi, SKp Pengukuran tanda vital merefleksikan indicator fungsi tubuh untuk mempertahankan mekanisme homeostatis dalam rentang yang normal. Adanya perubahan dari pola yang

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler. Rianti Citra Utami

Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler. Rianti Citra Utami Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler Rianti Citra Utami 03011252 Pendahuluan Henti jantung (cardiac arrest) bertanggung jawab terhadap 60% angka kematian penderita dewasa yang mengalami PJK 40% pasien

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK

Lebih terperinci

SOP Tanda Tanda Vital

SOP Tanda Tanda Vital SOP Tanda Tanda Vital N o I II III Aspek yang Dinilai Ya Tidak PERSIAPAN ALAT 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral, rektal) 2. Tiga buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, dan air bersih 3.

Lebih terperinci

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN... Definisi Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FISIK. Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:

PEMERIKSAAN FISIK. Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah: PEMERIKSAAN FISIK Tanda-tanda vital adalah setiap perubahan yang berbeda dengan keadaan normal sehingga dianggap sebagai indikasi yang pentin g men genai keadaan kes ehatan seseorang (Potter&Perry, 1997)

Lebih terperinci

BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN

BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN Diana Christine Lalenoh Bagian Anestesiologi FK UNSRAT / RSU Prof. R.D. Kandou Simposium Kegawatdaruratan Medis & P2KB IDI Hotel Peninsula, 26 Januari 2010 Latar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY NAMA NIM/SMT : HALUMMA FADHILAH : P17434113014/ IVA ANALIS KOMPLIKASI PHLEBOTOMY A. Pendarahan Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara. tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat

(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara. tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat SENGATAN LISTRIK A. Definisi Sengatan Listrik Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

KONSENSUS GUIDELINE CPR. Inter American Heart Foundation (IAHF) Resuscitation Council of Southern Africa (RCSA) Resuscitation Council of ASIA (RCA) 3

KONSENSUS GUIDELINE CPR. Inter American Heart Foundation (IAHF) Resuscitation Council of Southern Africa (RCSA) Resuscitation Council of ASIA (RCA) 3 INTRODUKSI Basic Life Suport merupakan serangkaian tindakan untuk menyelamatkan jiwa. Termasuk didalamnya adalah Cardiopulmonary Resuscitation. (pijat jantung dan nafas buatan serta pemakaian alat defibrillator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.

Lebih terperinci

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum: Syifa Ramadhani (2013730182) 4. Jelaskan mekanisme dan etiologi terjadinya bengkak? Mekanisme terjadinya bengkak Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik (gaya yg mendorong cairan keluar

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Definisi Emboli Cairan Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba

Lebih terperinci

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) Nurul Hidayah 1 *, Muhammad Khoirul Amin 2 1 Program Studi Profesi Ners/Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN HUBUNGN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA KEPALA DENGAN PERAN PERAWAT (PELAKSANA) DALAM PENANGANAN PASIEN TRAUMA KEPALA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT QADR TANGERANG

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

ASUHAN KEPERAWATAN HPP 1. Pengertian Haemoragik Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.hpp diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA Jika anda orang yang pertama menemukan kejadian kecelakaan yang serius, jangan menjadikan diri anda sebagai korban. Tetap tenang Ikuti prosedur gawat darurat Pertolongan pertama harus

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK Penyusun : Jastro Situmorang, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE PROVINSI SUMATERA UTARA BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital *

PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital * PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital * PENILAIAN AWAL (PRIMARY SURVEY) HARTONO** *dibacakan pada acara workshop "Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital IndoHCF, Bidakara Hotel,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci