BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki seorang individu yang merupakan hasil dari tahu dan proses pembelajaran, serta terjadi setelah orang melakukan penginderaan (penglihatan, pendengaran, raba, rasa dan penciuman) terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan mencakup adanya suatu penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu yang telah dipelajarinya, termasuk praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai permasalahan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi, sikap, persepsi dan kebiasaan seseorang dapat berubah. Tindakan serta perilaku yang dilakukan dengan menggunakan pengetahuan lebih baik daripada yang tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup (Azwar, 1996; Notoadmodjo, 2003).

2 digilib.uns.ac.id 6 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seorang individu, antara lain adalah: 1) Faktor Internal Bersifat subjektif, merupakan dasar yang terdapat pada diri seorang individu, dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan luar, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. 2) Faktor Eksternal Faktor pengaruh dari lingkungan luar individu, misalnya keluarga, masyarakat, sarana, adat istiadat daerah setempat, pergaulan. 3) Faktor Pendekatan Belajar Merupakan usaha untuk belajar dari masing-masing individu, yang termasuk di dalamnya dipengaruhi oleh strategi dan metode dalam pembelajaran. Selain itu, faktor pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, serta informasi yang didapat juga mempengaruhi pengetahuan seorang individu (Mubarak, 2007; Notoadmodjo,2003).

3 digilib.uns.ac.id 7 c. Domain Kognitif Pengetahuan Menurut Slamet (1999), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu: 1) Tahu (Know) Yaitu dapat mengingat kembali suatu materi atau bahan yang telah diberikan sebelumnya. 2) Memahami (Comprehension) Yaitu suatu proses yang lebih tinggi dari hanya sekedar tahu tetapi suatu individu mampu menjelaskan serta mengintepretasikan atau menggambarkan secara benar dan tepat suatu materi, bahan, atau objek yang telah dipelajari sebelumnya. 3) Aplikasi Terjadi saat seorang individu sudah mampu menggunakan atau merealisasikan atau menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya. 4) Analisis Kemampuan seorang individu untuk menjabarkan atau menjelaskan suatu materi yang telah diberikan ke dalam bentuk bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih tergolong dalam suatu organisasi dan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

4 digilib.uns.ac.id 8 5) Sintesa Adalah ketika seorang individu mampu membentuk sesuatu yang benar-benar baru dari bagian-bagian materi yang sebelumnya telah dianalisis. 6) Evaluasi Merupakan kemampuan seorang individu untuk menilai suatu materi atau objek menurut suatu kriteria yang sebelumnya telah ada ditentukan sendiri hingga dapat melakukan suatu evaluasi kembali. 2. Resusitasi Jantung Paru a. Pengertian Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu cara dan tindakan darurat yang dilakukan untuk menghidupkan serta memulihkan kembali keadaan henti nafas dan atau henti jantung agar kembali dapat berfungsi secara optimal dan dapat menghindarkan dari kematian. Kematian yang dimaksudkan di sini adalah kematian klinis yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya nadi arteri karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah, terhentinya pernafasan, serta terjadi gangguan atau penurunan kesadaran yang selanjutnya akan diikuti oleh terjadinya kematian biologis yaitu terjadinya kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki, empat menit setelah terjadinya kematian klinis (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).

5 digilib.uns.ac.id 9 Resusitasi Jantung Paru (RJP) memiliki tiga tahap, yaitu bantuan hidup dasar (basic life support), bantuan hidup lanjut (advanced life support), dan bantuan hidup jangka panjang (prolong life support). Langkah yang paling menentukan keberhasilan RJP dari rangkaian tersebut adalah bantuan hidup dasar, yang termasuk dalam survey primer yang harus dapat dilakukan oleh setiap orang, termasuk mahasiswa FK UNS. Kemudian dilanjutkan dengan survey sekunder yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih yang telah mendapatkan pelatihan mengenai bantuan hidup lanjut. Namun tindakan resusitasi tidak dapat dilakukan pada beberapa keadaan, seperti: kematian normal, keadaan henti jantung yang telah berlangsung selama lebih dari lima menit dikarenakan kemungkinan telah terjadinya kerusakan otak permanen, stadium terminal penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan, payah jantung refrakter, edema paru refrakter, syok yang mendahului henti jantung, kelainan neurologi berat (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004;Purwoko, 2012).

6 digilib.uns.ac.id 10 b. Teknik Resusitasi Jantung Paru Tindakan resusitasi jantung paru menurut Alkatiri dan Bakri (2007) dan Muhiman (2004) dibagi dalam tiga fase, pada tiap fase terdapat tindakan pokok yang harus dilakukan yang tersusun sesuai dengan abjad, yaitu: 1) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) a) Airway control : pembebasan jalan nafas agar tetap terbuka b) Breathing support : mempertahankan ventilasi dan oksidasi paru c) Circulation support : mempertahankan sirkulasi darah dengan mengadakan bantuan sirkulasi buatan dengan melakukan pijat jantung 2) Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support) a) Drug and fluid : dilakukan pemberian obat dan cairan b) Electrocardiography : dilakukan segera setelah pijat jantung untuk penentuan irama jantung c) Fibrilation treatment : dilakukan untuk mengatasi keadaan fibrilasi ventrikel 3) Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support) a) Gaunging : pelaksanaan penilaian dan evaluasi RJP dengan melakukan pemeriksaan, penentuan penyebab dasar,

7 digilib.uns.ac.id 11 penilaian pada pasien untuk mengetahui apakah pengobatan dapat diteruskan atau tidak. b) Human mentation : penentuan ada tidaknya kerusakan serebral serta dilakukannya tindakan resusitasi serebral untuk memulihkan fungsi dari sistem saraf pusat c) Intensive care : penatalaksanaan selanjutnya untuk perawatan intensif jangka panjang. Penjelasan dari ketiga fase tindakan resusitasi jantung paru tersebut adalah sebagai berikut : 1) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Bantuan hidup dasar merupakan tindakan pertolongan dasar pertama setelah terjadinya henti jantung yang dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, membantu pernafasan, serta mempertahankan sirkulasi darah pada penderita yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Tujuan dari tindakan ini adalah pemberian oksigenisasi darurat secara efektif pada organ vital untuk mempertahankan ventilasi paru serta distribusi darah oksigenisasi ke jaringan dalam tubuh. Indikasi dilakukannya tindakan ini adalah henti nafas dan henti jantung, pasien dapat ditemukan dalam keadaan, yaitu: tidak dapat ditemukan denyut nadi tetapi masih ada pernafasan, denyut nadi ada tetapi pernafasan tidak didapatkan, atau keadaaan

8 digilib.uns.ac.id 12 tidak didapatkan baik denyut nadi maupun pernafasan (Alkatiri et al., 2007; Latief et al., 2007). a) Airway control Pada saat pertolongan pertama sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya gangguan jalan nafas pada pasien yang dapat mengganggu aliran nafas sehingga menimbulkan terjadinya henti nafas. Penyebab utama obstruksi pada jalan nafas adalah terjadinya penurunan atau hilangnya tonus otot tenggorokan sehingga lidah akan jatuh ke belakang dan menyumbat faring sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran, dimana keadaan ini sering terjadi pada pasien dengan trauma kepala. Selain itu obstruksi pada jalan nafas juga dapat disebabkan oleh adanya bekuan darah, muntahan, edema, dan trauma (fraktur pada tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea). Pada beberapa kasus, ditemukan pasien yang tersedak dan berada dalam keadaan tidak sadar yang disertai dengan henti nafas, maka harus dilakukan pemeriksaan pada saluran nafas dengan membuka mulut pasien untuk mengetahui ada tidaknya benda asing yang harus segera dikeluarkan dengan menggunakan jari penolong. Apabila sumbatan berupa cairan maka dapat dibersihkan dengan menggunakan jari telunjuk atau jari tengah

9 digilib.uns.ac.id 13 penolong yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan apabila sumbatan berupa benda keras maka dapat diambil dengan menggunakan jari telunjuk penolong yang dibengkokkan. Pasien yang masih dapat berbicara dianggap tidak memiliki gangguan pada jalan nafas, tetapi tetap harus dilakukan penilaian ulang terhadap jalan nafas (Achyar et al., 2011; Alkatiri et al., 2007; Dobson, 1994; IKABI 2004; Purwoko, 2012). Pembebasan jalan nafas ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Head tild atau tindakan ekstensi kepala dan angkat leher Tindakan ini dilakukan dengan cara mengekstensikan leher sejauh mungkin dengan satu tangan yang lain menyangga leher pasien. Tindakan ini dapat dilakukan apabila tidak terdapat trauma pada leher (Latief et al., 2007; Muhiman et al., 2004). 2) Chin lift atau tindakan angkat dagu Tindakan ini dilakukan dengan menarik bagian dagu ke arah sentral dengan meletakkan salah satu tangan pada bawah rahang. Tindakan ini tidak boleh dilakukan dengan hiperekstensi tulang leher. Manuver ini berguna pada pasien dengan patah tulang leher (Alkatiri et al., 2007; IKABI, 2004).

10 digilib.uns.ac.id 14 3) Jaw thrust atau tindakan mendorong rahang bawah Dilakukan dengan memegang sudut rahang bawah pada bagian kanan maupun kiri, kemudian mendorongnya ke depan (IKABI, 2004). b) Breathing support Breathing support merupakan suatu usaha untuk memberikan ventilasi serta oksigenisasi buatan yang dilakukan dengan memberikan tekanan inflasi secara terus-menerus yang dapat dilakukan dengan ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, dan dari mulut ke stoma. Tindakan ini harus segera dilakukan setelah jalan nafas terbuka dan bersih (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004). Breathing support diawali dengan tindakan penilaian pernafasan untuk memastikan pasien tidak bernafas. Penilaian ini dilakukan dengan melihat pergerakan dinding dada, mendengarkan bunyi udara pernafasan ekshalasi, dan merasakan hembusan nafas pasien. Oleh karena itu pada penolong harus mendekatkan telinga pada mulut dan hidung pasien serta secara bersamaan tetap memastikan jalan nafas tetap terbuka. Penilaian

11 digilib.uns.ac.id 15 terhadap pernafasan ini harus dilakukan secepatnya dan tidak boleh melebihi sepuluh detik (Mansjoer, 2009; Purwoko, 2012). Langkah selanjutnya apabila didapatkan pasien tidak bernafas adalah memberikan ventilasi yang dilakukan sebanyak dua kali hembusan nafas dalam waktu 1,5-2 detik tiap hembusan. Dalam pemberian ventilasi ini volume udara yang diberikan lebih penting dari pada irama, pada orang dewasa bantuan nafas diberikan dengan tiupan yang kuat, sedangkan pada anak-anak dilakukan secara perlahan. Selanjutnya segera dilakukan perabaan pada nadi karotis atau femoralis, apabila henti nafas masih terjadi tetapi denyut nadi dapat teraba, maka diberikan ventilasi setiap 5 detik. Apabila masih terjadi henti nafas dan denyut nadi tidak teraba, maka akan diberikan 2 kali ventilasi setelah dilakukan kompresi atau pijat jantung. 1) Mulut ke mulut Dengan cara ini pemberian ventilasi dianggap paling efektif dan cepat. Penolong harus mempertahankan posisi kepala dan leher pasien untuk mempertahankan jalan nafas, menutup hidung pasien, serta mulut pasien harus tertutup oleh mulut penolong sepenuhnya untuk menghindarkan terjadinya kebocoran. Sebelum melakukan ventilasi, penolong harus mengambil nafas terlebih dahulu. Pemberian volume udara

12 digilib.uns.ac.id 16 harus sesuai karena volume dan laju udara yang berlebihan akan menyebabkan udara memasuki lambung sehingga terjadi distensi lambung. 2) Mulut ke hidung Ventilasi dengan cara ini dilakukan pada pasien dengan keadaan tidak dimungkinkannya ventilasi melalui mulut ke mulut, seperti keadaan trismus atau adanya luka berat pada daerah mulut. Dengan teknik ini, udara akan dihembuskan dari mulut penolong ke hidung pasien dan mulut pasien harus tertutup untuk mencegah kebocoran udara. 3) Mulut ke stoma Ventilasi dengan cara ini dilakukan pada pasien dengan laringotomi yang akan menghubungkan langsung trakhea ke kulit (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004; Purwoko, 2012). c) Circulation support Tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan sirkulasi darah dalam tubuh agar sel-sel saraf dalam otak tetap dapat hidup dengan melakukan kompresi atau pijat jantung. Bantuan sirkulasi dapat dilakukan melalui pijat jantung luar yang dilakukan secara teratur pada akhir inspirasi (Alkatiri et al., 2007).

13 digilib.uns.ac.id 17 Sebelum dilakukan pijat jantung luar, dilakukan penilaian denyut nadi arteri karotis yang maksimal dilakukan selama 5 detik, selanjutnya pasien diposisikan terlentang pada permukaan yang keras. Dengan penolong yang berlutut di samping pasien, kemudian meletakkan salah satu telapak tangan di atas dinding dada pada tengah-tengah ujung sternum dan tangan yang lain diletakkan di atas tangan pertama dengan jari-jari terkunci, lengan lurus dan kedua bahu tepat di atas sternum pasien. Selanjutnya dilakukan pijat jantung dengan tekanan vertikal hingga 4-5cm menekan sternum dengan kecepatan kali per menit. Setelah dilakukan kompresi harus diikuti dengan relaksasi dan waktu antara lama kompresi harus sama dengan waktu relaksasi dengan tangan penolong yang masih berada di atas permukaan dada pasien. Rasio bantuan sirkulasi dan ventilasi adalah 30 : 2 yang dilakukan selama 4 siklus dalam per menit. Tindakan pijat jantung luar yang benar akan mencapai tekanan sistolik mmhg dan tekanan diastolik yang sangat rendah, dan akan menghasilkan curah jantung 10-25% dari normal (Alkatiri et al., 2007; Mansjoer, 2009; Muhiman et al., 2004; Purwoko, 2012).

14 digilib.uns.ac.id 18 Tindakan resusitasi dapat dihentikan apabila terdapat tandatanda: 1) Pasien yang tidak bergerak, pupil berdilatasi, dan pernafasannya terhenti yang diakibatkan adanya cedera kepala. 2) Pasien yang telah mendapatkan resusitasi selama 30 menit tetapi menunjukkan prognosis yang buruk, seperti: tidak bergerak dengan pupil berdilatasi, nadi femoralis dan karotis yang tidak teraba, dan tidak didapatkannya pernafasan (Dobson, 1994). 2) Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support) Bantuan hidup lanjut merupakan pertolongan lanjut yang diberikan setelah bantuan hidup dasar yang bertujuan untuk memperbaiki serta mengembalikan ventilasi, sirkulasi spontan, serta stabilitas sistem kardiovaskuler pasien. Tindakan bantuan hidup lanjut membutuhkan obat-obat tertentu dan peralatan khusus, yang terdiri dari pemberian obat dan cairan (drug and fluid), elektrokardiografi, dan terapi fibrilasi (fibrillation treatment) (Alkatiri et al., 2007; Muhiman et al., 2004).

15 digilib.uns.ac.id 19 a) Drugs and fluid Pemberian obat dan cairan dapat diberikan untuk memperbaiki sistem sirkulasi spontan serta menstabilkannya. Pemberian obat dapat diberikan dengan pemasangan infus yang dilakukan bersamaan dengan dimulainya tindakan resusitasi jantung paru. Obat yang dapat langsung diberikan di antaranya adalah adrenalin yang dapat diberikan secara intravena, intratrakeal, intrakardiak dan natrium bikarbonat yang diberikan secara intravena. Masing-masing obat tersebut diberikan hingga timbul denyut nadi spontan atau mati jantung. Pada pasien yang mengalami hipotensi, dapat diberikan dopamin atau metaraminol yang dimasukkan ke dalam infus. Pada pasien yang mengalami asidosis metabolik yang terjadi akibat henti jantung, diberikan natrium bikarbonat. Pasien dengan asidosis respiratorik diberikan ventilasi yang adekuat (Alkatiri et al.,2007; Muhiman et al., 2004). b) Electrocardiography Pemeriksaan dengan elektrokardiografi dilakukan untuk mengetahui jenis henti jantung dan aritmia jantung yang dapat berupa fibrilasi ventrikel, asistol, atau kompleks ventrikuler agonal (Alkatiri et al., 2007).

16 digilib.uns.ac.id 20 c) Fibrillation treatment Terapi fibrilasi atau defibrilasi merupakan terapi yang diberikan dengan menggunakan listrik yang bertujuan untuk membuat depolarisasi miokard semaksimal mungkin sehingga dapat mengatasi gangguan irama jantung dan mengembalikan irama normal jantung. Defibrilasi ini merupakan tindakan utama yang diberikan pada pasien dengan henti jantung yang seringkali diakibatkan oleh fibrilasi ventrikel. Semakin lama jarak terjadinya henti jantung dengan pemberian defibrilasi, prognosisnya akan semakin buruk. Saat ini sudah terdapat alat defibrilasi yang dapat digunakan secara umum yang dapat memberitahukan penolong apakah pasien membutuhkan terapi defibrilasi atau tidak yang disebut dengan Automatic External Defibrilation (Achyar et al., 2011; Alkatiri et al., 2007; Purwoko, 2012). 3) Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support) Bantuan Hidup Jangka Panjang (BHJP) merupakan tindakan perawatan yang dilaksanakan setelah tindakan resusitasi yang harus dilakukan hingga pasien sadar kembali atau pertolongan dihentikan karena adanya keadaan yang sudah tidak dapat disembuhkan atau

17 digilib.uns.ac.id 21 keadaan kematian serebral (Alkatiri et al., 2007). Bantuan hidup jangka panjang terdiri dari: a) Gauging Gauging merupakan tindakan evaluasi dan pengobatan penyebab utama keadaan pasien serta penilaian sejauh mana pasien dapat diselamatkan sehingga dapat menentukan usaha pertolongan lanjutan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. b) Human mentation Tindakan resusitasi otak dan sistem saraf untuk mencegah terjadinya kelainan neurologis yang menetap yang dilakukan dengan cara hipotermi, yaitu dengan menurunkan suhu tubuh hingga C pasca terjadinya hipoksia. c) Intensive care Perawatan jangka panjang pada pasien yang bergantung pada hasil resusitasi. Perawatan ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan homeostasis ekstrakranial dan intrakranial. Pada pasien tanpa kelainan neurologis maka akan dilakukan observasi pada sistem pernfasan, kardiovaskular, metabolik fungsi ginjal, dan hati. Bila pasien tetap tidak sadar dilakukan upaya untuk memelihara perfusi dan oksigenasi otak untuk mencegah

18 digilib.uns.ac.id 22 terjadinya kelainan yang menetap (Agarwal et al., 2008; Alkatiri et al., 2007;). c. Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Di Indonesia, hingga saat ini pelatihan resusitasi jantung paru yang utamanya mengenai bantuan hidup dasar bagi masyarakat umum bisa didapatkan melalui Palang Merah Indonesia yang mengadakan pelatihan baik bagi masyarakat umum, masyarakat yang bekerja pada layanan publik, maupun bagi para klinisi. Selain itu juga terdapat pelatihan yang diadakan oleh Departemen Kesehatan RI melalui pelatihan Bakti Husada dimana tujuan diadakannya pelatihan ini adalah agar masyarakat mampu menjadi penolong pertama dan tercepat ketika terjadi kejadian kedaruratan sebelum petugas kesehatan yang terlatih datang atau sebagai first responder. Peranan masyarakat umum yang diharapkan dapat dilakukan masyarakat umum ketika terdapat kedaruratan di antaranya adalah sebagai penolong utama (first responder), dapat memberikan pertolongan pertama, serta mencari pertolongan pertama guna mendapatkan pertolongan lebih lanjut (Palang Merah Indonesia, 2003; Depkes RI, 2006).

19 digilib.uns.ac.id Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah keyakinan seorang individu pada kemampuan yang dimiliki dan dengan akal budi mampu melaksanakan keinginan dan rencana yang telah diharapkan. Kepercayaan diri dapat timbul dari alam bawah sadar dan hanya dipengaruhi oleh emosi dan perasaan (Aryani et al., 2009; Davies, 2004). Adanya kepercayaan diri pada seseorang akan membuatnya merasa yakin dengan segala kemampuan dan tindakan tanpa rasa cemas, sehingga individu tersebut menjadi lebih bertanggung jawab dan merasa bebas dalam melaksanakan perbuatannya (Goleman, 2001; Lauster, 2002; Lie, 2003). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Secara umum, kepercayaan diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah konsep diri dan harga diri, kondisi fisik, usia, kegagalan dan kesuksesan, pendidikan, faktor ekonomi, pengalaman, dan lingkungan (Ahmadi, 1999; Atkinson, 1999; Hurlock, 1999; Ruwaida et al., 2006). 1) Konsep Diri dan Harga Diri Konsep diri merupakan salah satu hal yang mendasari timbulnya kepercayaan diri pada seorang individu, dimana konsep diri ini

20 digilib.uns.ac.id 24 didapatkan dari terjalinnya suatu hubungan antarindividu dalam suatu kelompok dalam pergaulan yang baik sehingga mendorongnya untuk dapat menghargai dirinya. Timbulnya penghargaan terhadap diri sendiri, akan meningkatkan rasa kepercayaan diri sehingga menimbulkan rasa yakin pada seorang individu (Ruwaida et al., 2006). 2) Kondisi Fisik Penampilan serta kondisi fisik seseorang sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri dan rasa penghargaan terhadap dirinya. Seseorang yang memiliki kekurangan dalam kondisi fisiknya akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah daripada individu lainnya, seperti pada penderita cacat fisik. Namun adanya kelainan atau cacat rohani, seperti adanya lemah ingatan atau penderita epilepsi, juga dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri individu (Ahmadi, 1999; Ruwaida et al., 2006). 3) Usia Usia remaja dan dewasa muda yaitu hingga usia 18 tahun adalah ketika individu memiliki rasa percaya diri dan optimisme yang kuat dalam hidupnya, tetapi pada usia ini seseorang lebih mengutamakan keinginan serta egonya daripada kemampuan untuk berpikir secara rasional maupun kemampuan fisiknya. Berbeda dengan individu yang telah dewasa, yaitu antara usia tahun, di mana seorang individu memiliki kepercayaan diri dalam melakukan aktivitasnya dengan

21 digilib.uns.ac.id 25 memperhatikan rasionalitas serta kemampuan fisiknya (Atkinson, 1999; Hurlock, 1999). 4) Kegagalan dan Kesuksesan Tingkat kesuksesan yang tinggi pada individu akan semakin meningkatkan kepercayaan diri yang ada pada dirinya, sehingga meningkatkan sifat optimisme dalam segala aspek. Sementara individu yang sering mengalami kegagalan menimbulkan rasa cemas, malu, dan ragu-ragu dalam melakukan tindakan dan pengambilan keputusan (Ahmadi, 1999; Ruwaida et al., 2006). 5) Pendidikan Tingkat pendidikan, termasuk pengetahuan yang didapatkan, seperti pengetahuan yang rendah serta kesalahan dalam pengasuhan pendidikan, seperti pada pendidikan yang terlalu disiplin atau terlalu dimanjakan, dapat menyebabkan perkembangan seseorang kurang baik sehingga menjadi individu yang kurang mandiri, apatis, dan berada di bawah kekuasaan orang lain. Disebutkan pula bahwa terdapat konsistensi antara tingkat kepercayaan diri dengan kemampuan kognitif seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula kepercayaan diri dalam seorang individu sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan dalam

22 digilib.uns.ac.id 26 menghadapi situasi tertentu. (Ahmadi, 1999; Kleitman et al., 2005 ; Ruwaida et al., 2006). 6) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan diri dan penghargaan diri seorang individu (Ahmadi, 1999). Faktor ekonomi juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri individu tersebut. Semakin baik keadaan ekonomi seorang individu, maka akses untuk mendapatkan pendidikan dan informasi semakin mudah dan semakin besar dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah (Notoadmodjo, 2003). 7) Pengalaman Pengalaman yang dimaksud di sini adalah terpenuhinya kasih sayang, rasa aman, dan rasa penghargaan terhadap dirinya yang terpupuk semenjak masih masa anak-anak (Ruwaida et al., 2006). 8) Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan utama yang mempengaruhi pembentukan psikologi dan rasa kepercayaan diri seorang individu. Keluarga merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh secara langsung terhadap individu (Ruwaida et al., 2006).

23 digilib.uns.ac.id 27 c. Aspek dan Ciri Kepercayaan Diri Beberapa aspek yang mendasari kepercayaan diri seorang individu di antaranya adalah adanya keyakinan terhadap kemampuan diri-sendiri, memiliki sikap dan pandangan yang optimis terhadap segala hal di sekitarnya, memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi, serta rasional dan realistis terhadap permasalahan yang dihadapi (Ruwaida et al., 2006). Menurut Daradjat (1992) aspek kepercayaan diri juga meliputi adanya rasa aman yang menyebabkan seseorang terbebas dari rasa takut dan persaingan terhadap lingkungan sekitarnya, sikap mandiri, serta adanya toleransi dengan sesama. Kemampuan bergaul terhadap sesama juga termasuk ke dalam aspek kepercayaan diri (Priyanggraeni et al., 2002). Dikatakan Lauster (2002), bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri yang positif memiliki beberapa ciri, di antaranya adalah: 1) Kehati-hatian Dengan adanya kepercayaan diri, seorang individu akan memiliki penilaian yang objektif terhadap kemampuan yang dimilikinya serta dapat merespon diri secara tepat, yang disesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Namun, ketika kepercayaan diri ini menjadi terlalu berlebihan, seseorang akan menjadi gegabah dan kurang berhati-hati

24 digilib.uns.ac.id 28 dalam bertindak, serta tidak memiliki rasa tanggung jawab yang cukup. 2) Kebebasan Kebebasan adalah ketika seorang individu mampu melaksanakan minat dan keinginannya tanpa dipengaruhi adanya harapan serta tuntutan dari orang lain. Selain itu seseorang yang memiliki kebebasan dalam berpikir, akan memiliki pandangan yang luas dan tidak terlalu kaku atau terikat dengan aturan lama. 3) Tidak mementingkan diri-sendiri Merupakan suatu sikap rela berkorban dan menolong orang lain di sekitarnya serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap sesama. 4) Toleran Mampu menghargai adanya perbedaan yang ada sehingga menjadikannya bebas dari prasangka dan dapat beradaptasi dalam suatu lingkungan yang baru dan berbeda. 5) Ambisi Adanya dorongan dalam diri (ambisi) untuk dapat mencapai prestasi yang diinginkan, dapat meningkatkan harga dirinya, serta memperkuat kesadaran diri.

25 digilib.uns.ac.id Hubungan antara Pengetahuan dan Kepercayaan Diri Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kepercayaan diri sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang didapatkan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Ketika seorang individu memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah, sering kali terjadi perkembangan yang kurang baik, seperti kurangnya kemandirian yang membuatnya menjadi bergantung terhadap orang lain, mudah berada di bawah kekuasaan orang lain, apatis, serta merasa cemas dan tidak dapat mengambil keputusan dengan baik. Keadaan ini selanjutnya akan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Adanya pengetahuan yang tinggi akan membuat seorang individu memiliki pemikiran dan pandangan yang luas, sehingga menjadi lebih mudah beradaptasi serta memudahkannya dalam mengadapi situasi tertentu. (Ahmadi, 1999; Kleitman et al., 2005 ; Mubarak, 2007; Notoadmodjo, 2003; Ruwaida et al., 2006). Menurut Tarwoko (2003), semakin tinggi pengetahuan seorang individu maka akan semakin mudah untuk menerima hal-hal baru dan menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru tersebut, selain itu pengambilan keputusan dan tindakan setiap individu tersebut selanjutnya. Menurut Daradjat (1992), dengan adanya kepercayaan diri yang didapat seorang individu akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

26 digilib.uns.ac.id 30 B. Kerangka Pemikiran Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Semester 6 1. Faktor Internal 2. Faktor Ekternal 3. Faktor Pendekatan Belajar Pembekalan pengetahuan resusitasi jantung paru Bantuan hidup dasar Bantuan hidup lanjut Bantuan hidup jangka panjang Mahasiswa paham dan mampu melakukan RJP Kepercayaan diri melakukan tindakan penyelamatan meningkat a. Konsep diri b. Harga diri c. Usia d. Kegagalan dan kesuksesan e. Pendidikan dan pengetahuan f. Pengalaman g. Lingkungan Keterangan: Gambar 1. Kerangka Pemikiran : yang diteliti : yang tidak diteliti

27 digilib.uns.ac.id 31 C. Hipotesis Terdapat hubungan pengetahuan mahasiswa FK UNS mengenai RJP dengan kepercayaan diri melakukan tindakan penyelamatan.

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) 2.1.1. Definisi Istilah basic life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi. Basic life support ini terdiri

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

RJPO. Definisi. Indikasi

RJPO. Definisi. Indikasi Algoritma ACLS RJPO Definisi Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkankembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatue pisode henti jantung berlanjut menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia.sebagian

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah RESUSITASI JANTUNG PARU Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis. Dalam

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

REKOMENDASI RJP AHA 2015

REKOMENDASI RJP AHA 2015 REKOMENDASI RJP AHA 2015 Ivan Laurentius NIM 112014309 Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran UKRIDA Periode 26 Oktober 14 November 2015 Rumah Sakit Bhakti Yudha Depol Pembimbing: dr. Amelia,

Lebih terperinci

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM By Yoani Maria V.B.Aty Tenggelam (drowning) merupakan cedera oleh karena perendaman (submersion/immersion) yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 24

Lebih terperinci

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR APA YANG HARUS DILAKUKAN? 2 Kategori penolong (TMRC) (dokter/perawat) (penolong awam) BANTUAN HIDUP DASAR Bantuan hidup dasar (BHD)

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Lebih terperinci

Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital *

Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital * Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital * PENILAIAN AWAL (PRIMARY SURVEY) HARTONO** *dibacakan pada acara workshop "Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital IndoHCF, Bidakara Hotel,

Lebih terperinci

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA Pilih jawaban yang paling benar 1. Pada cardiac arrest yang bukan karena asphiksia dilakukan tindakan: a. Pijat jantung b. DC shock c. Pijat jantung nafas buatan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

By Ns. Yoani M.V.B.Aty

By Ns. Yoani M.V.B.Aty By Ns. Yoani M.V.B.Aty DATA PRIMER prinsip A B C DATA SEKUNDER Tanda obyektif dapat diketahui dengan tiga pengamatan look, listen and feel. Look berarti melihat adanya gerakan pengembangan dada Listen

Lebih terperinci

Universita Sumatera Utara

Universita Sumatera Utara PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Bapak/Ibu.. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan.. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KETEPATAN KOMPRESI DADA DAN VENTILASI MENURUT AHA GUIDELINES 2015 DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RSUD. dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN or Khalilati, Supinah,

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

INDIKASI DAN KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

INDIKASI DAN KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) INDIKASI DAN KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Kaliammah Ganthikumar Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (kaliammah_kumar@yahoo.com) ABSTRAK Resusistasi Jantung

Lebih terperinci

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) Nurul Hidayah 1 *, Muhammad Khoirul Amin 2 1 Program Studi Profesi Ners/Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway Primary Survey Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah

Lebih terperinci

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp No. Urut Sikap Total Skor Kategori Umur Pendidikan Lama Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 41 Positif 25 BIDAN 5 Tahun 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 22 Negatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Airway Management Menurut ATLS (Advance Trauma Life Support) (2008), Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

Adult Basic Life Support

Adult Basic Life Support Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest

Lebih terperinci

(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara. tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat

(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara. tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat SENGATAN LISTRIK A. Definisi Sengatan Listrik Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN

BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN Diana Christine Lalenoh Bagian Anestesiologi FK UNSRAT / RSU Prof. R.D. Kandou Simposium Kegawatdaruratan Medis & P2KB IDI Hotel Peninsula, 26 Januari 2010 Latar

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN... Definisi Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke

Lebih terperinci

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173 PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga

Lebih terperinci

PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital *

PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital * PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital * PENILAIAN AWAL (PRIMARY SURVEY) HARTONO** *dibacakan pada acara workshop "Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital IndoHCF, Bidakara Hotel,

Lebih terperinci

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang

Lebih terperinci

PEMAHAMAN PERAWAT DALAM PENERAPAN RJP DI ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO EKO JOKO PURNOMO Subject : Resusitasi, Jantung, Paru, Pemahaman, Perawat

PEMAHAMAN PERAWAT DALAM PENERAPAN RJP DI ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO EKO JOKO PURNOMO Subject : Resusitasi, Jantung, Paru, Pemahaman, Perawat PEMAHAMAN PERAWAT DALAM PENERAPAN RJP DI ICU RSI SAKINAH MOJOKERTO EKO JOKO PURNOMO 11001110 Subject : Resusitasi, Jantung, Paru, Pemahaman, Perawat DESCRIPTION Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI 13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara Modul Diklat Basic PKP-PK 13.1 Kecelakaan pesawat udara 13.1.1 Terjadinya kecelakaan pesawat udara a. Kecelakaan pesawat udara diketahui sebelumnya;

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR) PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR) A. PENGERTIAN Resusitasi merupakansegala bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam keadaan darurat atau kritis, untuk mencegah kematian. Do

Lebih terperinci

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan Standar Prosedur Operasional (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Diperiksa Oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Kecelakaan lalu lintas adalah suatu

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DENGAN BHD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEMANG SEPULAU RAYA TAHUN 2015 NOMOR 441/ARS.PP/LTD.11/B.

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DENGAN BHD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEMANG SEPULAU RAYA TAHUN 2015 NOMOR 441/ARS.PP/LTD.11/B. PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DENGAN BHD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEMANG SEPULAU RAYA TAHUN 2015 NOMOR 441/ARS.PP/LTD.11/B.001/2015 PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DENGAN BHD 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul. Saat ini masyarakat modern banyak mengalami berbagai perkembangan

Lebih terperinci

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten Pendahuluan Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Chintya Pratiwi Putri Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juli 1992 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas

Lebih terperinci

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 KELOMPOK 9 Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 kali/menit suara ngorok dan seperti ada cairan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Pengertian Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM KESELAMATAN KERJA. Penyusun : Tim Prodi Teknik Komputer Kontrol

PEDOMAN SISTEM KESELAMATAN KERJA. Penyusun : Tim Prodi Teknik Komputer Kontrol PEDOMAN SISTEM KESELAMATAN KERJA Penyusun : Tim Prodi Teknik Komputer Kontrol PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER KONTROL POLITEKNIK MADIUN 2016 P E D O M A N SISTEM KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat lebih dari

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Bunuh diri adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN HUBUNGN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA KEPALA DENGAN PERAN PERAWAT (PELAKSANA) DALAM PENANGANAN PASIEN TRAUMA KEPALA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT QADR TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK BLOK REPRODUKSI

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK BLOK REPRODUKSI BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK BLOK REPRODUKSI RESUSITASI NEONATUS Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN RESUSITASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

PANDUAN ASESMEN PASIEN

PANDUAN ASESMEN PASIEN PANDUAN ASESMEN PASIEN BAB I : PENDAHULUAN Semua pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan asesmen atau pengkajian yaitu asesmen informasi (yang berisi tentang asesmen medis, riwayat sakit dahulu),

Lebih terperinci

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT REFRESHER* )

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT REFRESHER* ) ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT REFRESHER* ) *) Executive Summary oleh : dr. Maya Setyawati, MKK, Sp.Ok Advanced Trauma Life Support (ATLS) merupakan pelatihan/training yang dikembangkan oleh American College

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

Stroke: Pertolongan Pertama

Stroke: Pertolongan Pertama Stroke: Pertolongan Pertama PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA STROKE Dari Mailing List Dokter Indonesia, berita tsb dinyatakan Hoax. Hati2 thp medical hoax, alih-alih menyelamatkan malah bikin keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG 14.41 No comments BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL A. Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur an), lantunan Al-Qur an secara fisik mengandung

Lebih terperinci

SOP Tanda Tanda Vital

SOP Tanda Tanda Vital SOP Tanda Tanda Vital N o I II III Aspek yang Dinilai Ya Tidak PERSIAPAN ALAT 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral, rektal) 2. Tiga buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, dan air bersih 3.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertolongan pertama merupakan suatu tindakan pertolongan ataupun bentuk perawatan yang diberikan secara cepat dan tepat terhadap seorang korban dengan tujuan mencegah

Lebih terperinci