PERAN KELOMPOK DASA WISMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA (Studi di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN KELOMPOK DASA WISMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA (Studi di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato)"

Transkripsi

1

2 PERAN KELOMPOK DASA WISMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA (Studi di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato) 1 Perawati Mohamad, Farid Th. Musa *, Ridwan Ibrahim ** Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo perawatim@ymail.com ABSTRAK Mohamad, Perawati Peran Kelompok Dasa Wisma Dalam Pemberdayaan Keluarga Studi di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato. Skripsi, Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Farid Th. Musa, S.Sos., MA dan Pembimbing II Ridwan Ibrahim, S.Pd., M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran kelompok dasa wisma dalam pemberdayaan keluarga yang ada di desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendekatkan peneliti terhadap peran kelompok dasa wisma bagi keluarga dalam meningkatkan status gizi balita. Peran kelompok dasa wisma dalam pemberdayaan keluarga di desa Manawa dilakukan dalam beberapa kegiatan terutama dalam bidang kesehatan. Anggota dasa wisma mengadakan penyuluhan tentang gizi maupun saat mengadakan posyandu rutin setiap bulan. Kekurangan dan kelebihan gizi pada balita nyatanya dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan spiritual balita. Dimana gangguan tersebut sangat sulit untuk di perbaiki, yang imbasnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya generasi muda yang ada di desa Manawa. Kesadaran dan kepedulian akan perilaku sehat dapat menjadi pondasi awal bagi setiap keluarga dalam menjaga status gizi balita agar selalu berada pada status gizi yang baik. Kata Kunci : Peran Sosial, Dasa Wisma, dan Pemberdayaan Keluarga. 1 Perawati Mohamad, , Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2015.

3 A. Pendahuluan Di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sangat diperlukan adanya pembangunan di segala bidang untuk menciptakan kondisi kemasyarakatan yang lebih baik. Menurut Siagian, pembangunan sendiri merupakan rangkaian suatu usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan yang seharusnya bersifat menyeluruh di segala bidang mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, politik, ketahanan dan keamanan. 2 Dari bidang tersebut tidak bisa terlepas satu sama lain jika ingin suatu pembangunan dikatakan berhasil. Akan tetapi terdapat beberapa bidang yang menjadi prioritas karena berpengaruh besar terhadap kemajuan suatu bangsa diantaranya bidang kesehatan. Kesehatan memegang peran penting dalam menunjang pembangunan di bidang ekonomi dan merupakan investasi dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Bahkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dalam pengukurannya menempatkan kesehatan sebagai salah satu indikatornya selain pendidikan dan pendapatan. Untuk itu pembanguan kesehatan harus mendapatkan prioritas sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 3 Kegiatan kelompok dasa wisma diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Kegiatan yang dilaksanakan dasa wisma dalam kesehatan merupakan suatu strategi penggerakan dan pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan kesadaran ibu rumah tangga tentang pentingnya kesehatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga terutama menyangkut masalah peningkatan gizi balita. Melalui kegiatan kelompok dasa wisma ibu rumah tangga dapat mengakses informasi banyak hal seperti kesehatan lingkungan atau sumber-sumber penyebab penyakit lainnya. Selain itu kelompok Dasa Wisma juga melakukan kegiatan lainnya seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, mengembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan kotoran). Dasa Wisma merupakan kelompok atau organisasi ibu-ibu yang terdiri dari sepuluh rumah tangga yang berdekatan. Dasa Wisma sebagai bagian dari program pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) yang terdiri dari 10 anggota rumah tangga. 2 Lihat Muhammad, Majid Peran Posdaya Edelwys Dalam Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hlm 3 3 Ibid hal 4

4 Dari 10 anggota itu, ada seorang penanggung jawab untuk memantau kondisi rumah tangga yang lain. Jumlah penduduk di Desa Manawa 2200 jiwa, laki-laki 1156 dan perempuan 1044 dengan jumlah KK 613. Kegiatan Dasa wisma di Desa Manawa terdiri dari 4 pokja yaitu keagamaan, kesehatan, pendidikan, dan sandang pangan. Kegiatan ini merupakan wadah bagi pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan keluarga yang diharapkan bisa mengubah keadaan masyarakat Desa Manawa kepada yang lebih maju. Data yang di peroleh dari hasil pendataan kader posyandu di Desa Manawa pada tahun 2014 menunjukan jumlah balita di Desa Manawa sebanyak 287 balita. Dari jumlah 287 balita tersebut hanya 158 balita yang di bawah ke posyandu, dan terdapat 5 balita yang di nyatakan menderita penyakit kurang gizi. Dari data tersebut menunjukan bahwa minimnya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan dasa wisma terlihat ketika pelaksanaan posyandu yang rutin dilaksanakan setiap bulan, hanya sebagian ibu rumah tangga yang mengikutkan anaknya dalam program tersebut. Kondisi tersebut menggambarkan masih kurangnya pemahaman orang tua terhadap arti pentingnya kesehatan bagi anak. Padahal melalui Posyandu, sang ibu dapat mengontrol pertumbuhan serta perkembangan fisik anak-anaknya. Posyandu merupakan wadah dimana ibu-ibu dapat berkonsultasi dengan kader kesehatan, sehingga dapat mengakses informasi mengenai cara meningkatkan kesehatan anak atau pun memenuhi gizi balita mereka. Kualitas wanita sebagai ibu rumah tangga diupayakan untuk terus meningkat sehingga wanita dapat berperan sebagai mitra sejajar pria dalam pembangunan, antara lain melalui pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah, peningkatan derajat kesehatan dan gizi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Kegiatan ini salah satunya telah dilaksanakan melalui program PKK yang ada di desa-desa. 4 Menurut sejarahnya, PKK semula merupakan akronim dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang bertujuan untuk melibatkan partisipasi perempuan melalui program pendidikan perempuan. Kemudian, pada tanggal 27 Desember 1972 organisasi tersebut berubah nama menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga yang bertujuan untuk membina dan membangun keluarga di bidang mental, spiritual dan fisik serta peningkatan mutu pangan, sandang, kesehatan, dan lingkungan hidup. Anggotanya adalah tokoh/pemuka masyarakat, para isteri Kepala Dinas/Jawatan dan 4 Hadi, Rosna Peran Dasawisma Dalam Membina Status Gizi Balita di Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. hlm 7

5 isteri Kepala Daerah sampai dengan tingkat Desa dan Kelurahan yang kegiatannya didukung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selanjutnya dengan adanya reformasi serta paradigma baru dan semangat otonomi daerah, sejak tahun 1999 akronim PKK berubah lagi menjadi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. 5 B. Kajian Pustaka 1. Peran Sosial Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan utama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa. Peran merupakan suatu tindakan dalam suatu peristiwa yang menimbulkan akibat/dampak agar sesuatu itu dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut dilaksanakan. Peran sangat berkaitan erat dengan power seseorang atau organisasi dalam menunjang suatu kegiatan, agar berhasil maka digunakanlah suatu cara, metode dan alat penunjang yang lain. 6 Menurut Levinson bahwa peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, tataran yang meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 7 Selanjutnya dijelaskan oleh Soekanto peran lebih banyak menunjukkan suatu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Untuk itu peran mungkin mencakup tiga hal, yaitu: 8 Peran meliputi norma- norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. 5 Lihat Lilik Aslichati. Organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Sebagai Sarana Pemberdayaan Perempuan. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 7, Nomor 1, Maret 2011, 1-7. Universitas Terbuka. hlm 2 6 Lihat Maryam Djibu Peranan Dasa Wisma Dalam Membina Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Other Thesis. Universitas Negeri Gorontalo. Hlm 9 7 Ibid. hlm 10 8 Lihat Iskandar. Kajian Sosiologis Terhadap Peran Penyuluh Kehutanan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pada Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Di Desa Tunggul Boyo Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS Universitas Tanjungpura Pontianak. hlm 3

6 Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Timbulnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role). 9 Perempuan memiliki peran ganda di samping sebagai ibu dari anak yang harus dididik dan dibina, sebagai istri yang mendampingi suami dengan memberikan alternaatif dan nasehat bila diperlukan, dan sebagai anggota masyarakat yang dituntut untuk berperan nyata dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial budaya, dan politik Dasa Wisma Dasa Wisma adalah unit komunitas terkecil yang terbentuk dari warga sipil yang terorganisir yang dikelola secara transparan dan saling memberi informasi yang menyangkut kehidupan bersama, serta merupakan wadah kegiatan masyarakat yang memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan program-program pemerintah di bidang kesehatan yang berada dalam naungan kegiatan gerakan PKK di tingkat desa. 11 Kelompok Dasa Wisma merupakan unit terkecil dari kelompok PKK yang terdiri dari 10 sampai 20 Kepala Keluarga (KK) dalam satu wilayah Rukun Tetangga (RT). Dari 10 anggota itu, ada seorang penanggung jawab untuk memantau kondisi rumah tangga yang lain. Prinsip Dasa Wisma adalah pengawasan dan pemberdayan hingga ke masyarakat bawah dan menyentuh unit masyarakat terkecil, yakni keluarga Lihat Maryam Djibu Peranan Dasa Wisma Dalam Membina Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Other Thesis. Universitas Negeri Gorontalo. Hlm Roqib Pendidikan Perempuan. Yogyakarta: GAMA MEDIA 11 Lihat Maryam Djibu Peranan Dasa Wisma Dalam Membina Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Other Thesis. Universitas Negeri Gorontalo. hlm Ibid

7 Dasa Wisma merupakan salah satu pembinaan wahana peran serta masyarakat dibidang kesehatan secara swadaya di tingkat keluarga yang dikendalikan langsung oleh tim penggerak PKK desa. Salah satu dari anggota keluarga pada kelompok persepuluh dipilih untuk dijadikan ketua kelompok atau penghubung dengan Pembina. Bidan Desa dijadikan sebagai Pembina yang bertugas melakukan pembinaan secara berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan. Ketua kelompok Dasa Wisma membina 10 rumah dan mempunyai tugas menyuluh, menggerakkan dan mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya, seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit, orang buta huruf dan sebagainya. Informasi dari semuanya ini harus disampaikan kepada ketua kelompok PKK setingkat diatasnya yang akhirnya sampai di Tim Penggerak PKK Desa/ Kelurahan Pemberdayaan Keluarga Pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai sebuah proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sedangkan, sebagai sebuah tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 14 Menurut Junanto Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Pemberdayaan sendiri merupakan suatu proses yang berjalan secara terus-menerus. Chafid memaparkan istilah pemberdayaan (empowerment) muncul hampir bersamaan dengan adanya kesadaran pada perlunya partisipasi masyarakat dalam pembangunan seperti berikut ini: Ibid 14 Nano Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dian Desa Yogyakarta Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Utara Tegal Jawa Tengah. Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. hlm Lihat Iskandar. Kajian Sosiologis Terhadap Peran Penyuluh Kehutanan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pada Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Di Desa Tunggul Boyok Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS-2013.Universitas Tanjungpura Pontianak. hlm 5

8 Diasumsikan bahwa kegiatan pembangunan itu seharusya mampu merangsang proses kemandirian masyarakat (self sustaining process). Tanpa partisipasi masyarakat, proses kemandirian tidak akan memperoleh kemajuan. Pada tataran konseptual istilah pemberdayaan dapat dikaitkan dengan proses transformasi sosial, ekonomi, dan bahkan politik (kekuasaan). Secara definisi, pemberdayaan merupakan proses penumbuhan kekuasaan atau kemampuan diri. Melalui proses pemberdayaan maka diasumsikan seseorang dari strata sosial terandah sekalipun bisa terangkat dan muncul menjadi bagian dari masyarakat lapisan menengah atas. Akan tetapi, pada prakteknya proses pemberdayaan membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan tersebut tidak mungkin proses akan berjalan dengan baik sesuai harapan. Untuk itu harus ada seseorang atau institusi yang bertindak sebagai pemicu kemajuan (enabler). Dan Orang Kuat yang sering menjadi andalan tidak lain adalah pemerintah. Pendekatan kelurga dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak artinya mengaktualisasikan dan merevitalisasi fungsi kelurga agar memiliki kemampuan, kekutan dan mandiri dalam menjalankan fungsi keluarganya, sehingga menjadi keluarga yang berdaya dalam hal Kesetaraan dan Kemerataan Gender (KKG) dan dalam melaksanakan fungsinya juga dapat memberikan perlindungan kepada anak sehingga tumbuh kembang sehat secara lahiriah dan batiniah. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dijadikan rujukan tentang aspek normatif pengarusutamaan gender (PUG) dan perlindungan anak. 16 Menurut Oakley dan Marsden Proses pemberdayaan masyarakat mengandung dua kecenderungan, yaitu (1) proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. (2) proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasiagar individu memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dari pandangan tersebut pemberdayaan dapat disarikan meliputi tiga komponen yaitu : 17 a. Memberikan kekuatan (empowering) b. Memberikan kemampuan (enabling) c. Memberikan kemandirian (help self) 16 Lihat Munandar Sulaeman Model Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak melalui Pendekatan Keluarga. Staf Pengajar Unpad, peneliti P3W Unpad Bandung dan Ketua 1 Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Cabang Jabar. hlm 1 17 Ibid hlm 3

9 C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang akan dilakukan melalui metode kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara dan cacatan lapangan. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ingin menggambarkan dan mengungkapkan, serta menjelaskan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam,rinci dan tuntas. Penggunaan metode kualitatif ini adalah dengan mencocokan realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan deskriptif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang diarahkan pada memahami fenomena sosial dari prespektif partisipasi. Penelitian kualitatif menggunakan strategi multi metode yakni dengan wawancara, observasi dan dokumenter. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menyatu dengan situasi yang diteliti. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Serta mempelajari masalahmasalah dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, situasisituasi tertentu, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan proses-proses yang sedang berlangsung dari suatu fenomena. Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument utama dan pengumpul data dalam penelitian. Sehingganya, kehadiran peneliti sedapat mungkin tidak memberikan perubahan pada latar penelitian. Peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan dalam penelitian, yang statusnya diketahui oleh subyek atau informan. Menurut Sugiyono bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti. Untuk itu perlu dikemukakan siapa yang akan menjadi instrument penelitian, atau mungkin setelah permasalahannya dan fokus jelas peneliti akan menggunakan instrumen. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa orang (informan) yang diwawancarai, sedangkan peristiwa, hal atau situasi dilakukan dengan observasi. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, dirasa perlu menetapkan informan sebagai sumber data yaitu: (1) Kelompok dasa wisma, dan (2) Ibu-ibu rumah tangga yang berpartisipasi dalam kelompok dasa wisma.

10 Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik sebagai berikut : 1. Observasi (Pengamatan), data yang diperoleh melalui observasi dimaksudkan untuk memperoleh data berupa deskripsi yang factual dari lapangan penelitian dan memiliki manfaat yang sangat mendukung terhadap suatu hasil penelitian. 2. Wawancara, adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, dimana pewawancara mengajukan pertanyaan tertentu dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 3. Dokumentasi, adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan, foto, dan agenda. Pelaksanaan dari metode dokumentasi ini dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sasaran kegiatan dasa wisma dalam bidang kesehatan keluarga. Analisis data merupakan metode penting dalam penelitian, karena dengan analisis maka data yang diperoleh dapat diartikan dan dideskripsikan. Menurut Bodgan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Reduksi data yaitu Menurut Tuloli bahwa reduksi data merupakan bentuk analisis untuk menampilkan bentuk analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sehingga memudahkan dalam perumusan simpulan final dan dipersifikasi. Dalam mereduksi data ini dilakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, transformasi data mentah yang belum nampak jelas maknanya sebagai hasil analisis lapangan, dan memilah-milah hal pokok sesuai dengan fokus penelitian, kemudian dicari temanya dan data-data yang telah direduksi sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih tajam dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. 2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Menarik kesimpulan, yaitu menurut Miles suatu tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yaitu merupakan validitasnya.

11 D. Hasil dan Pembahasan Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa penelitian ini diarahkan untuk mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan peran kelompok dasa wisma dalam pemberdayaan keluarga di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato yang dikaji melalui beberapa indikator yakni: a) Posisi atau kedudukan dalam dasa wisma, b) Kegiatan dasa wisma, c) Peran anggota dasa wisma, d) Dasa wisma merupakan bagian dari PKK, e) 10 program kepala keluarga, f) Dasa wisma sebagai wadah kegiatan masyarakat, g) Tingkat kesejahteraan keluarga dasa wisma, h) Status kesehatan keluarga anggota dasa wisma, i) Keterampilan anggota dasa wisma, j) Pembinaan dan penyuluhan dasa wisma, k) Kemandirian anggota dasa wisma, l) Pemberdayaan perempuan dan anak. 1. Posisi atau Kedudukan Dalam Dasa Wisma Dalam posisi atau kedudukan dalam dasa wisma, diharapkan dapat menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan pekerjaan tersebut yang berkaitan dengan peran kelompok dasa wisma dalam pemberdayaan keluarga. Program yang di lakukan oleh kelompok dasa wisma ini agar para ibu-ibu rumah tangga dapat melakukan kegiatan yang di luar rumah dan mereka juga dapat berpartisipasi dalam program-program yang di adakan oleh kelompok dasa wisma. Dan program yang di utamakan oleh kelompok dasa wisma adalah mengenai kesehatan keluarga karena dengan memperhatikan kesehatan keluarga maka ibu-ibu dapat mengetahui banyak hal tentang kesehatan terutama kesehatan pada anak balita. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok dasa wisma merupakan suatu strategi penggerakkan dan pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan kesadaran ibu rumah tangga tentang pentingnya kesehatan. Kelompok Dasa Wisma adalah sebagai penggerak dan pembina masyarakat di lingkungannya untuk turut mensukseskan pelaksanaan program pokok PKK. Sedangkan tugas kelompok dasa wisma itu adalah mencatat dan membuat laporan dengan mengunjungi rumah-rumah dan menanyakan tentang data keluarga. Data tersebut yang mencakup data keluarga, ibu hamil, kelahiran serta kematian yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, tugas kelompok dasa wisma juga memberikan penyuluhan kepada anggota kelompok dasa wisma lainnya. Penyuluhan tersebut seperti penyuluhan mengenai kesehatan, mengingatkan agar ibu hamil memeriksakan diri ke dokter secara berkala dan membawa balita ke posyandu secara rutin, penyuluhan tentang gizi serta penyuluhan lainnya.

12 2. Kegiatan Dasa Wisma Kelompok dasa wisma merupakan kegiatan masyarakat yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan program-program pemerintah dibidang kesehatan yang berada dalam naungan kegiatan gerakkan PKK di tingkat desa. Kegiatan kelompok dasa wisma ini diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Kelompok dasa wisma juga selalu mengupayakan agar ibu-ibu rumah tangga dapat meningkatkan kesehatan terutama menyangkut masalah peningkatan gizi balita. Melalui kegiatan kelompok dasa wisma ini ibu rumah tangga dapat mengakses informasi banyak hal seperti kesehatan lingkungan atau sumber-sumber penyebab penyakit lainnya dan dari beberapa kegiatan yang di laksanakan oleh dasa wisma ini dapat mempererat tali silaturahmi dan rasa solidaritas diantara ibu-ibu Dasa Wisma di kelompok tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompk Dasa Wisma hakikatnya adalah terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap ancaman muncul atau berkembangnya penyakit atau masalah kesehatan yang disebabkan antara lain oleh status gizi, kondisi lingkungan dan prilaku masyarakat. Hasil pemantauan tersebut oleh ketua Dasa Wisma diinformasikan kepada petugas kesehatan atau unit yang bertanggung jawab untuk dapatnya diambil tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. 3. Peran Anggota Dasa Wisma Peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran menjadi penting karena mengatur perilaku seseorang yang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang menjalankan suatu peran dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peran kelompok dasa wisma yaitu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa bermanfaat bagi ibu-ibu rumah tangga dan juga dapat meningkatkan peran perempuan di berbagai kehidupan berkeluarga dan juga bermasyarakat. Dengan kegiatan yang di adakan oleh kelompok dasa wisma ini maka ibu-ibu dapat mengakses informasi banyak hal terutama mengenai kesehatan. Peran kelompok dasa wisma ini di harapkan dapat memotivasi para perempuan ke arah yang lebih maju seperti dalam hal upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu begitu pentingnya fungsi dan kedudukan dasa wisma dalam membina masyarakat di lingkungannya untuk mensukseskan pelaksanaan program pokok PKK. Peran serta masyarakat akan diperluas sampai ketingkat keluarga dengan sepuluh keluarga sebagai satuan untuk pembinaan dalam bidang kesehatan secara swadaya. Salah seorang dari anggota keluarga persepuluhan untuk dipilih oleh

13 mereka sendiri dan dijadikan pimpinan dan pembina atau penghubung. Kelompok dasa wisma juga harus lebih mampu untuk berperan di masyarakat, baik sebagai motivator, komunikator dan sebagainya yang mampu menyerap segala aspirasi yang tumbuh di masyarakat untuk membuktikan manfaat dan keberadaan dasa wisma itu sendiri secara nyata. Jadi, yang dimaksud peran dasa wisma ini adalah aktivias sekelompok ibu rumah tangga yang menimbulkan dampak/pengaruh yang lebih berdaya guna dan berhasil guna terhadap kehidupan masyarakat lainnya. 4. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Dasa Wisma Salah satu organisasi yang telah ada dan di akui manfaatnya bagi masyarakat, terutama dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan keluarga adalah gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK). Selain ekonomi atau pendapatan keluarga, yang tak kalah penting di berdayakan dalam PKK adalah peningkatan kesehatan dan spiritual. Dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga kelompok dasa wisma melakukan program mengenai kesehatan keluarga terutama pada peningkatan gizi balita. Karena dengan terpenuhinya gizi balita merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa depan, tetapi masih banyak balita yang belum terpenuhi gizinya sesuai dengan kebutuhannya atau yang sering disebut dengan kurang gizi, maka dari itu perlu di tingkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu dalam memperbaiki gizi balitanya terutama dalam mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pemenuhan status gizi pada balita. Kesejahteraan Keluarga dasa wisma bertujuan memberdayakan kelurga untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai bentuk pemberdayaan kaum wanita, dari batasan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga tersebut jelaslah bahwa fungsi dan tujuan gerakan PKK adalah mewujudkan keluarga sejahtera. 5. Status Kesehatan Keluarga Anggota Dasa Wisma Kegiatan dasa wisma diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Secara umum tujuan dari kegiatan tersebut yang berbasis masyarakat adalah terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat yang bersangkutan.

14 Status kesehatan keluarga anggota dasa wisma bisa meningkat apabila ibu-ibu berpartisipasi dalam kegiatan yang di lakukan oleh dasa wisma. karena peran ibu sangat penting dalam memperbaiki kesehatan dalam keluarganya, dan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang peningkatan kesehatan keluarga yaitu melalui peran serta dasa wisma. Meningkatnya kesadaran ibu rumah tangga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah maka masyarakat dapat mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan. 6. Keterampilan Anggota Dasa Wisma Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Keterampilan anggota dasa wisma dapat di jadikan motivasi bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bekerja sama dalam melakukan program yang di adakan oleh dasa wisma, karena dengan kerja sama mereka akan lebih mudah mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan tersebut, dan program yang mereka lakukan akan bermanfaat bagi mereka terutama dalam bidang kesehatan karena mereka akan banyak mengetahui mengenai informasi tentang kesehatan terutama kesehatan keluarga. Dengan adanya berbagai macam program yang dilaksanakan oleh kelompok dasa wisma ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Melalui kegiatan dasa wisma di harapkan peran perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga dapat di optimalkan. Pelatihan-pelatihan yang diberikan serta dorongan dan motivasi dari seluruh anggota keluarga menjadikan ibu-ibu rumah tangga sebagai salah satu penggerak pemberdayaann masyarakat. Kemandirian perempuan yang di tunjukan melalui kegiatan dasa wisma dapat mendorong dan menjadi keteladanan bagi anggota keluarga lainnya untuk meningkatkan kualitas diri, dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh. 7. Pembinaan dan Penyuluhan Dasa Wisma Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan sistem sosial terkecil sebagai inti dari sistem sosial secara keseluruhan. Kehidupan individu bermula dari dalam keluarga, sehingga keluarga merupakan sumber pertama dan utama bagi kehidupan

15 individu dan masyarakat secara keseluruhan, keluarga mempunyai berbagai fungsi yaitu fungsi: agama, personal, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan pengembangan keturunan. Dengan fungsi-fungsi itulah keluarga memainkan peranan yang amat fundamental bagi kesuksesan perjalanan hidup seseorang dan masyarakat secara keseluruhan. Kekuatan suatu masyarakat akan terletak dalam kekuatan kehidupan keluarga yang berada didalamnya. Dasa wisma melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga karena dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan ibu-ibu rumah tangga dapat mengetahui banyak hal terutama mengenai kesehatan keluarga, dan juga dapat menambah pengetahuan tentang gizi dan kesehatan balita. Untuk memberdayakan setiap anggota masyarakat maka kelompok dasa wisma mendorong para ibu-ibu untuk berperan penting dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan terutama dalam mengatasi masalah gizi pada anak balita. Pembinaan merupakan bimbingan atau nasehat yang memotivasi agar berbuat sesuatu, atau suatu usaha untuk membina seseorang atau kelompok untuk menuju kesempurnaan serta bertanggung jawab, atau suatu usaha yang mempengaruhi seseorang, perlindungan dalam bantuan yang di berikan kepada seseorang atau kelompok, dan pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh seseorang kepada orang lain yang belum tahu. Jadi, pembinaan yang dilakukan oleh kelompok dasa wisma dalam melaksanakan program terutama pada kesehatan keluarga yaitu melakukan suatu perbaikan dan penyempurnaan status gizi balita anak dengan harapan agar ibu rumah tangga dapat memberikan suatu respon yang positif bagi upaya membangun kemandirian di bidang kesehatan. 8. Kemandirian Anggota Dasa Wisma Pemberdayaan merupakan proses penumbuhan kekuasaan atau kemampuan diri. Melalui proses pemberdayaan maka diasumsikan seseorang dari strata sosial terendah sekalipun bisa terangkat dan muncul menjadi bagian dari masyarakat lapisan menengah atas. Akan tetapi, pada prakteknya prosese pemberdayaan membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan tersebut tidak mungkin proses akan berjalan dengan baik sesuai harapan. Mengenai kemandirian anggota dasa wisma di bidang kesehatan. Anggota dasa wisma melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan kesadaran ibu-ibu dalam memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang tersedia, serta mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang di miliki masyarakat dalam membangun kemandirian di bidang kesehatan. Kegiatan

16 dasa wisma merupakan bentuk kegiatan yang di dalamnya mengandung unsur pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Pemberdayaan di bidang kesehatan di mulai dengan penyuluhan hidup sehat, utamanya gizi, imunisasi, perhatian pada ibu hamil dan melahirkan, ibu menyusui serta pencegahan penyakit menular seperti malaria, demam berdarah atau penyakit lainnya. Kemandirian anggota dasa wisma di harapkan agar setiap keluarga mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri, dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. 9. Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pendekatan keluarga dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak artinya mengaktualisasikan dan merevitalisasi fungsi keluarga agar memiliki kemampuan, kekuatan dan mandiri dalam menjalankan fungsi keluarganya, sehingga menjadi keluarga yang berdaya dalam hal Kesetaraan dan Kemerataan Gender (KKG) dan dalam melaksanakan fungsinya juga dapat memberikan perlindungan kepada anak sehingga tumbuh kembang sehat secara lahiriah dan batiniah. Pemberdayaan perempuan dan anak maka para perempuan harus memiliki kemampuan dalam menjalankan fungsi keluarganya, juga dapat memberikan perlindungan kepada anak sehingga dapat tumbuh dengan baik. Terpenuhinya gizi balita merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa yang akan datang, maka dari itu kita harus memperhatikan pertumbuhan pada anak balita sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya. Oleh karena itu peran ibu dalam meningkatkan status gizi balita sangat menentukan kehidupan masa depan anak, karena ibu merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya anak terutama dalam memberikan asupan gizi seimbang pada balitanya. Keluarga merupakan wahana atau lembaga strategis dalam melakukan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak agar perempuan menjadi mitra sejajar dalam kelurga dan anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

17 a. Peran kelompok dasa wisma dalam pemberdayaan keluarga di desa manawa dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan keluarga, dan juga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usaha memperbaiki status gizi balita. b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para ibu-ibu mengenai gizi yang tepat untuk anak balita akan sangat membantu ibu rumah tangga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak mereka agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berkualitas. c. Kelompok dasa wisma melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pencegahan terjadinya status gizi buruk maupun gizi kurang, pemberian makanan yang bergizi kepada balita agar terhindar dari penyakit kurang gizi. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: a. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dasa wisma sangat di perlukan dalam kehidupan masyarakat untuk menambah wawasan pengetahuan yang memadai tentang perlunya gizi pada kesehatan anak balita. b. Memberikan kesadaran pada orang tua betapa pentingnya posyandu dan pola hidup sehat untuk meningkatkan kesehatan gizi balitanya. c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan sangat di perlukan untuk meningkatkan kesehatan anak balita.

18 DAFTAR PUSTAKA Roqib Pendidikan Perempuan. Yogyakarta: Gama Media. Aslichati, Lilik. Organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Sebagai Sarana Pemberdayaan Perempuan. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 7, Nomor 1, Maret 2011, 1-7. Universitas Terbuka. Djibu, Maryam Peran Dasa Wisma Dalam Membina Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Other Thesis, Universitas Negeri Gorontalo. Hadi, Rosna Peran Dasawisma Dalam Membina Status Gizi Balita di Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Iskandar. Kajian Sosiologis Terhadap Peran Penyuluh Kehutanan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pada Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Di Desa Tunggul Boyok Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS Universitas Tanjungpura Pontianak. Muhammad, Majid Peran Posdaya Edelwys Dalam Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Nano Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dian Desa Yogyakarta Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Utara Tegal Jawa Tengah. Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Sulaeman, Munandar Model Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak melalui Pendekatan Keluarga. Staf Pengajar Unpad, peneliti P3W Unpad Bandung dan Ketua 1 Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Cabang Jabar.

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terpenuhinya gizi balita merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa depan, namun pada pencapaiannya masih dihadapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskriptid Obyek Penelitian 3.1.1 Latar penelitian Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo. Desa Limehe Timur dipilih karena minimnya

Lebih terperinci

MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN KELUARGA. M.Munandar Sulaeman 1

MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN KELUARGA. M.Munandar Sulaeman 1 1 MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN KELUARGA M.Munandar Sulaeman 1 Pengantar Asumsi bahwa keluarga punya peran strategis dalam sosialisasi nilai, tampaknya tidak dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia kurang lebih 60%, melakukan pertanian sebagai mata pencarian

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GERAKAN PKK DALAM MASYARAKAT O L E H : M A R I T A A H D I Y A N A

GERAKAN PKK DALAM MASYARAKAT O L E H : M A R I T A A H D I Y A N A GERAKAN PKK DALAM MASYARAKAT O L E H : M A R I T A A H D I Y A N A Sejarah singkat PKK Dari Seminar Home Economic di Bogor 1957, maka pada 1961 Pan Penyusunan Tata Susunan Pelajaran PKK, Kemendik bersama

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG

TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG JL. R.A KARTINI 1 TULUNGAGUNG Telp. 0355-323738 fax. 0355-323738 GERAKAN PKK DENGAN 10 PROGRAM POKOKNYA I. Pengertian Gerakan PKK Gerakan pkk adalah Gerakan Nasional

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut PKK, adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya

Lebih terperinci

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226, 2017 KESRA. Keluarga. Pemberdayaan dan Kesejahteraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ibu rumah tangga yang belum memahami benar bagaimana status gizi yang baik

BAB III METODE PENELITIAN. ibu rumah tangga yang belum memahami benar bagaimana status gizi yang baik 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di Desa Pilomonu Kecamatan Mootilango. Desa Pilomonu dipilih karena di Desa ini masih banyak ditemukan ibu rumah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 97

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan 1 SUB TOPIK 1. Posyandu 2. Polindes 3. KB KIA 4. Dasa Wisma 5. Tabulin 6. Donor darah berjalan 7. Ambulan desa OBJEKTIF

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19 HLM, LD Nomor 4 SERI D TAHUN 2016 TENTANG ABSTRAK : - bahwa dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN 201724 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02.A TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KALIREJO

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS VISI Agar terselenggaranya good goverment ( pemerintahan yang baik ) tentunya diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga, yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). 1 Koentjaraningrat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang giat giatnya melaksanakan pembangunan, apakah itu pembangunan secara fisik maupun mental spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan seperti masalah yang tanpa ujung pangkal. Barangkali, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan masalah kemiskinan adalah mati satu tumbuh seribu. Kemiskinan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal

Lebih terperinci