Keterkaitan Rachmat dengan dunia birokrasi diawali dengan. Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas, Departemen Pertambangan dan Energi.
|
|
- Ari Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 bagian VIII Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas, Departemen Pertambangan dan Energi Keterkaitan Rachmat dengan dunia birokrasi diawali dengan dibukanya kesempatan oleh Menteri Pertambangan dan Energi, Ginandjar Kartasasmita, yang menginginkan kader-kader berpikiran maju untuk diangkat sebagai birokrat eselon II guna meningkatkan kinerja Kementerian. Ketika gagasan Ginandjar tersebut disampaikan oleh Umar Said yang saat itu menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan, Rachmat belum menanggapinya dengan serius. Saat itu, perhatian Rachmat masih terfokus pada Kelompok Penelitian dan PROSEPT yang dipimpinnya. Pak Umar, kebetulan disini (Lemigas) masih banyak studi yang harus kita lakukan. Apa yang bisa saya lakukan di Departemen? Namun demikian, pada saat penawaran gelombang kedua, Rachmat bersedia untuk mengikuti proses seleksi. Toh belum tentu diterima, pikir Rachmat. Ia diminta untuk melakukan presentasi di hadapan Menteri Ginandjar dan para Dirjen. Topik yang hangat waktu itu adalah masalah 95
2 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo globalisasi dan kemandirian bangsa. Untuk lebih mengerti tema tersebut, terpaksa Rachmat menelaah buku statistik ekonomi dan keuangan Indonesia yang diterbitkan secara periodik oleh Bank Indonesia. Dalam presentasinya dia menekankan bahwa kemandirian bangsa tidak sama dengan konsep berdikari yang dilancarkan oleh Bung Karno pada tahun 1960-an. Kemandirian lebih merupakan upaya yang dilakukan secara konsisten dan terus-menerus untuk mengurangi ketergantungan dari bangsa lain. Presentasi yang dia siapkan tidak hanya bersifat kualitatif retorika tapi juga kuantitatif makro dalam kaitan dengan capacity building bangsa dan negara. Saya tidak tahu istilahnya lulus atau apa. Tapi yang jelas beberapa waktu kemudian Pak Umar memberitahukan bahwa saya akan menggantikan posisi beliau sebagai Kepala Biro Perencanaan. Pak Umar sendiri dipromosikan menjadi Sekjen. Namun demikian, sebagaimana diceritakan Rachmat, mendengar rencana tersebut, Rivai Hamzah, salah seorang Direktur di Ditjen Migas, berkomentar, Tidak cocok Rachmat ditempatkan di Biro Perencanaan. Dia kan pengetahuan teknisnya kuat, semestinya dia pindah kesini, ke Ditjen Migas. Akhirnya, pandangan Rivai didengar dan disetujui oleh pimpinan dan Rachmat diangkat menjadi Direktur Eksplorasi Produksi (EP) Migas menggantikan posisi Rivai yang pindah ke Direktorat Pembinaan. Rachmat pun berkomentar, Tentu saya lebih senang berkarya di Direktorat EP Migas karena sesuai dengan background dan pengalaman saya. Kalau saya ditempatkan di Biro Perencanaan, mungkin agak frustrasi juga. Lebih lanjut, Rachmat menceritakan bahwa pengangkatannya sebagai Direktur menyimpang dari SOP. Sebelum diangkat menjadi Direktur, ia selalu berada pada jalur fungsional. Lazimnya, untuk menjabat eselon II sebelumnya harus sudah memegang jabatan strukural eselon III, yaitu sebagai Kepala Bidang jika dalam struktur organisasi Lemigas. Saya loncat ke Direktur tanpa melalui jenjang struktural dan tanpa mengikuti kursus-kursus kedinasan, ungkap Rachmat. Saat dia diminta datang untuk menghadap Suyitno Patmosukismo, Direktur Jenderal Migas waktu itu, Sisir rambut yang rapi ya, siap-siap ketemu dengan bos. kata Marzuan, Sekretaris Ditjen Migas saat itu, sambil berkelakar. Sebelumnya Suyitno menjabat sebagai Direktur EP Pertamina yang kemudian diperbantukan 96
3 ke Departemen untuk memimpin Ditjen Migas. Rachmat terkesan: Nampak wibawanya, terbawa dari pengalamannya sebagai pimpinan lapangan. Gambar 37. Upacara di Departemen Pertambangan dan Energi, 1994 Menurut Rachmat, alasan dia dianggap lebih cocok menjadi Direktur EP Migas karena kebijakan pemerintah terkait dengan kegiatan hulu migas banyak membutuhkan pendekatan dan analisis yang bersifat kuantitatif. Sebagai contoh, untuk menentukan besarnya insentif yang akan diberikan kepada kontraktor PSC yang baru, perlu dilakukan berbagai exercise terkait dengan penerimaan negara. Juga untuk insentif yang diberikan oleh Pemerintah pada proyek-proyek baru non-konvensional. Direktorat Jenderal Migas yang harus menyiapkan kebijaksanaan semacam itu. Dengan diberikannya insentif, penerimaan negara per proyek akan berkurang. Itupun jika ada yang mau merealisasikan proyek dimaksud. Tanpa insentif, mungkin sama sekali tidak akan ada proyek yang diusulkan, walaupun layak secara teknis. Secara nasional, kebijakan pemberian insentif ini akan menjadikan iklim usaha di Indonesia menarik dan merangsang perusahaan migas untuk melakukan kegiatan yang memerlukan teknologi tinggi namun keekonomiannya kurang menarik. Sebagai contoh ekstrem, taruhlah pembagian hasil untuk pemerintah dibanding kontraktor PSC 100 : 0, dari penerimaan negara tentu maksimal, tapi siapa orang gila yang mau datang? Tentu ada proporsi yang optimal yang menguntungkan negara, kata Rachmat bercanda memberi ilustrasi. 97
4 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo Rachmat memberikan catatan bahwa peraturan pemberian insentif perlu disiapkan secara cermat dan selektif. Mengingat latar belakang dan pengalaman Rachmat sebagai pelaksana studi-studi di banyak lapangan migas di Indonesia, perumusan kebijakan semacam ini dapat dilakukan secara lebih mandiri oleh Ditjen Migas. Tadinya, secara teknis Ditjen Migas masih lemah. Peran saya di sana mungkin juga ikut merangsang upaya peningkatan capacity building, memperkuat Ditjen Migas untuk mengimbangi perkembangan industri migas yang sangat dinamis. Sekalipun sebelumnya selalu berkecimpung di lingkungan penelitian, namun pengalaman sewaktu melakukan studi-studi membuat Rachmat banyak mengetahui permasahan riil di lapangan. Secara tidak langsung, personil Lemigas juga memperoleh transfer of technology dari perusahan minyak multinasional yang beroperasi di Indonesia. Terkait aspek kepemimpinan dan manajerial, idealnya memang harus didalami melalui keikutsertaan pada kursus-kursus kedinasan. Namun menurut penilaiannya, Saya lihat bahwa saya tidak mengalami kesulitan, dalam artian mereka yang saya pimpin itu merasa antusias. Mungkin karena ada kegiatan riil yang meningkat, jelas Rachmat. Yang penting dalam menghadapi anak buah adalah human approach yang tepat. Waktu itu, menurut Rachmat, di Ditjen Migas proyek-proyek terkait dengan Pembangunan Lima Tahun (PELITA) kurang berkembang dibanding institusi lain. Ada kendala waktu itu bahwa kenaikan anggaran tahunan yang diusulkan per proyek tidak boleh melebihi 10 15%. Tapi karena waktu awal anggarannya sudah kecil, tentu sulit untuk menyusun rencana yang lebih besar. Rachmat minta supaya proyek-proyek di Direktorat EP Migas dikembangkan untuk mendukung kebijakan pemerintah di bidang kegiatan hulu migas. Dia memberi contoh yang konkret, terkait dengan kondisi bis antar jemput karyawan yang sudah bobrok, walaupun bukan terkait dengan masalah teknis yang dia tangani, tapi merupakan cerminan umum kondisi Ditjen Migas saat itu. Sungguh sangat tidak layak untuk instansi yang mempunyai kaitan tanggung jawab terhadap penerimaan migas, yang notabene mendukung anggaran PELITA itu sendiri. Lebih lanjut, Rachmat mengisahkan bahwa pengalaman di Lemigas terkait dengan pelaksanaan berbagai studi memberikan pengalaman 98
5 yang sangat berharga. Saya punya pengalaman memimpin proyek studi eksploitasi yang menuntut kita harus bisa bergerak cepat. Kadang-kadang ada kegiatan yang menyimpang dari jadwal yang sudah disusun. Ketepatan waktu harus dijaga agar kepercayaan yang diberikan Pertamina maupun kontraktor asing dapat dipertahankan. Bahkan, ia mengilustrasikan bahwa anggota Tim harus siap setiap kali harus berangkat ke lapangan. Di dalam Tim Studi ada beberapa pelaksana yang diperbantukan dari bidang lain. Kadang-kadang Rachmat lupa bahwa mereka tidak biasa mengikuti kecepatan kerja dari Tim yang dipimpinnya. Kalau diperlukan besok berangkat, anggota Tim harus siap berangkat ke lapangan. Mereka protes, Loh, ini kok seperti perang saja. Masak hari ini diputuskan, besok harus sudah berangkat? Jadi, seperti komandan perang yang memerintahkan anggotanya untuk segera menuju ke medan tempur. Karena memang kita berhadapan dengan perusahaan asing, kita harus tepat waktu dan harus mampu menyamakan dengan ritme kerja mereka. Rachmat menyadari, Waktu saya ke Direktorat Jenderal Migas, saya sadar bahwa ritme kerja dari birokrasi kadang-kadang tidak secepat dari apa yang kita kerjakan di Lemigas. Rachmat pun mengakui bahwa ia merasa lebih tepat untuk melakukan tugas-tugas yang bersifat teknis seperti pekerjaan yang diembannya selaku Direktur EP Migas. Sebagaimana diceritakan, waktu Rachmat ditunjuk sebagai Sekretaris Ditjen Migas ada sesuatu yang kurang sreg di hati Rachmat. Tapi itu mungkin policy pimpinan bahwa harus ada tour of duty di lingkungan eselon II. Lebih dari setahun Rachmat diminta untuk merangkap sebagai Direktur EP Migas sambil menunggu pejabat baru untuk menggantikannya di Direktorat EP. Ternyata dia dapat melaksanakan tugas sebagai Sekretaris Ditjen Migas dengan lancar. Terlebih dia sangat antusias karena mendapat tugas menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP) menjabarkan Undang-undang Migas No. 44 tahun 1960 dan Undang-undang Pertamina No. 8 tahun 1971 yang bahkan sudah lebih dari 30 tahun tidak pernah disusun. Tidak berhenti disitu, Rachmat bahkan diminta oleh Umar Said untuk memimpin persiapan membuat Undang-undang Migas yang baru, menyusul hasil dari Sidang APEC yang diadakan di Bogor tahun Barangkali itulah 99
6 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo salah satu alasan kenapa dia dipindah sebagai pimpinan Sekretariat Ditjen Migas, karena unit inilah yang bertanggung jawab atas urusan legal aspect. Gambar 38. Mengunjungi Proyek EOR di Prefektur Niigata, Jepang Selama menjadi Direktur EP, Rachmat merasa bahwa salah satu hal penting yang dilakukan adalah peningkatan capacity building di direktorat tersebut. Menurutnya, saat itu kondisi sumber daya manusia di direktorat tersebut tidak terlalu kuat. Rivai Hamzah pernah berseloroh: Direktorat Jenderal Migas ini ibaratnya seperti RT di kelurahan Menteng. Ketua RT punya fungsi mengurusi tetangganya, tetapi tidak dipandang sebelah mata oleh warganya, karena dia miskin, sedangkan warganya semua kaya raya. Kita semua tertawa mendengarnya. Rivai memang suka bercanda dan teman-temannya suka berkerumun mendengar leluconnya. Tapi itulah barangkali kedudukan Ditjen Migas di mata industri waktu itu. Terlebih Pertamina juga punya otoritas yang besar sebagai pemegang kuasa pertambangan dan manajemen terhadap perusahaan kontraktor asing. Bisa dikatakan, hampir seluruh urusan dipegang oleh Pertamina. Mungkin juga karena capacity dari Ditjen Migas di masa lalu tidak terlalu dikembangkan. Pada masa akhir tahun 1960-an, Ditjen 100
7 Migas yang bertanggung jawab atas negosiasi kontrak-kontrak PSC. Tapi karena perangkapan jabatan Ibnu Sutowo sebagai Dirjen Migas dan Dirut Pertamina, serta perpindahan dari beberapa Direktur Migas, pekerjaan Ditjen Migas yang cukup strategis terbawa ke perusahaan negara itu. Ada satu hal yang krusial terkait dengan data yang harus tersedia untuk penawaran Blok Migas yang baru. Data tersebut diperoleh dari hasil survei non-eksklusif di daerah open. Untuk melakukan survei diperlukan kapal seismik dan processing data seismik yang biayanya sangat mahal untuk ukuran instansi pemerintah. Sementara pekerjaan itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan jasa swasta yang secara internasional melakukan pekerjaannya di bawah perjanjian kerahasiaan data dan kepemilikan data oleh pemerintah. Selama menjabat sebagai Direktur EP dan nantinya sebagai Dirjen Migas, beberapa peraturan Dirjen dan Menteri terkait dengan data migas dan bank data nasional telah dikeluarkan oleh Rachmat, walaupun hal yang terakhir ini mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Salah satu jenis data penting dan strategis yang secara berkesinambungan dihimpun secara nasional adalah data cadangan dan produksi migas yang dilakukan bersama dalam satu wadah yang disebut sebagai Tim Evaluasi Cadangan Potential (TECP). Dalam kaitan dengan survei noneksklusif serta penyiapan blok-blok migas baru, diperlukan kepastian batas wilayah pertambangan dengan negara tetangga supaya tidak terjadi overlaping dan konflik di kemudian hari. Masih banyak daerah batas landas kontinen dengan negara tetangga yang belum terselesaikan. Rachmat selaku Direktur EP Migas waktu itu cukup banyak berpartisipasi dalam sebagian besar negosiasi untuk memfinalkan batas itu, terutama dengan Malaysia, Vietnam, dan Australia. Ada kejadian yang cukup unik yang bersifat sangat teknis yang ditangani Rachmat semasa menjabat di Direktorat EP Migas. Sudah beberapa tahun Pertamina membuka diri untuk melakukan kerja sama dengan pihak swasta untuk ikut mengoperasikan lapangan-lapangan Pertamina di wilayah own operation. Hal ini dilakukan karena lapangan sudah tua atau karena luasnya wilayah kerja Pertamina, sehingga terdapat lapangan migas yang tidak mendapat prioritas utama untuk dikembangkan lebih 101
8 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo lanjut. Kerja sama semacam ini disebut sebagai Technical Assistance Contract (TAC) atau Joint Operation Agreement (JOA), tergantung pada sistem manajemen yang diterapkan dalam kontrak tersebut. Ada juga kontrak TAC yang khusus didedikasikan untuk kerja sama di bidang EOR. Kerja sama semacam ini harus mendapat persetujuan Departemen c/q Ditjen Migas, yang secara teknis evaluasinya dilakukan oleh Direktorat EP Migas. Semboyan utama dari semangat kerja sama ini adalah sebagai ajang pembinaan Pertamina, satu-satunya BUMN yang boleh melakukan kegiatan usaha migas di tanah air, kepada swasta nasional. Dalam kenyataannya, Rachmat melihat Pertamina mengajukan persyaratan keekonomian yang demikian ketat sehingga banyak perusahaan swasta nasional, yang notabene dikatakan memerlukan pembinaan, yang tidak dapat melaksanakan TAC dengan baik. Faktor lain yang menyebabkan ketidakberhasilan pelaksanaan TAC, tentu adalah karena memang perusahaan swasta tersebut tidak mempunyai kemampuan minimum baik secara teknis, keuangan dan manajerial. Dibawah sistem TAC, pembagian hasil produksi antara Pertamina dan mitra kerjanya diberlakukan hanya pada peningkatan produksi di atas suatu base-line tertentu yang disetujui bersama. Porsi produksi di atas base-line akan dibagi, sedangkan di bawah base-line seratus persen milik Pertamina karena dianggap sebagai hasil jerih upaya Pertamina sebelum lapangan tersebut diserahkan kepada kontraktor TAC. Jadi kalau tidak ada peningkatan, seluruh produksi minyak untuk Pertamina, sedangkan kontraktor tidak mendapat bagian. Pada suatu ketika, ada perusahaan swasta nasional yang menawarkan diri untuk bekerja sama dengan Pertamina melalui TAC. Mereka menyatakan siap untuk menyediakan tenaga ahli, teknologi, dan bisa mengusahakan pinzaman kepada negara sampai USD 5 miliar. Perusahaan ini juga menyampaikan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki, sanggup menaikkan produksi Pertamina hingga 2-3 kali lipat. Perusahaan tersebut adalah PT Ustraindo Petra Gas yang didirikan dan dimiliki oleh Praptono yang menjabat sebagai Direktur Utamanya. Tidak tanggung-tanggung, dia mengajukan permohonan langsung kepada Presiden untuk diizinkan 102
9 memberikan bantuan teknis kepada Pertamina dalam hal pengoperasian lapangan-lapangan minyak besar di unit operasi utama Pertamina di Jawa dan Sumatera. Saat itu di bawah Undang-undang Pertamina No. 8 Tahun 1971, Presiden mempunyai peran cukup besar sebagai pembina Pertamina. Rachmat sendiri terkejut dan hampir tidak percaya bahwa Presiden menyetujui usulan Ustraindo tersebut: Berarti sekitar 60% dari produksi minyak Pertamina harus diserahkan untuk dioperasikan oleh Ustraindo. Saya mengerti betapa kesalnya, kalau tidak dibilang marah besar, reaksi dari rekan-rekan saya di Pertamina waktu itu. Gambar 39. Acara di Lobi Departemen Pertambangan dan Energi Di bawah kontrak TAC tersebut, hampir semua karyawan Pertamina yang bekerja di lapangan-lapangan yang berada di bawah yuridiksi kontrak ini diperbantukan kepada Ustraindo. Jumlahnya mungkin ada ribuan karyawan. Dapat dibayangkan betapa sulitnya Ustraindo mengoperasikan lapangan bersama dengan karyawan yang sebetulnya setengah hati bekerja di bawah perusahaan ini. Apalagi janji-janji Ustraindo terkait dengan dana dan teknologi tidak kunjung terrealisasi, sehingga Ustraindo sendiri kesulitan mendanai kegiatan operasional rutinnya. Karena masa berlaku kerja sama masih beberapa bulan lagi, berbagai upaya dilakukan oleh Pertamina untuk menaikkan produksi sebelum diserahkan ke Ustraindo, agar base-line bisa dinaikan secara signifikan. Dengan demikian, saat lapangan minyak diserahkan kepada Ustraindo, perusahaan ini harus bekerja ekstra keras untuk bisa menaikan produksi di atas base-line tersebut. 103
10 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo Salah satu contoh yang ekstrem adalah apa yang terjadi di Lapangan Beringin, Sumatera Selatan. Sebelum lapangan tersebut diserahkan kepada Ustraindo, Pertamina dengan segala cara berupaya untuk menaikan produksi lapangan tersebut. Produksi akhirnya dapat ditingkatkan hingga dua kali lipat, sehingga base-line dibuat sedemikian tinggi dengan harapan Ustraindo sulit untuk dapat menaikan produksi di atas itu, walaupun dalam jangka panjang. Karena perselisihan yang berkepanjangan, akhirnya masalah tersebut dibawa ke Ditjen Migas untuk diselesaikan. Bagi Rachmat, masalah penetapan base-line dan kenaikan produksi yang harus dibuktikan, bukan masalah besar untuk dipecahkan. Puluhan studi reservoir telah dia lakukan untuk menentukan base-line maupun kenaikan produksi untuk perhitungan insentif, dari mulai lapangan raksasa sampai kepada proses EOR yang rumit. Sebetulnya dalam hati ada sedikit rasa antusias dan kegembiraan bahwa dia masih bisa menangani hal-hal teknis seperti ini di lingkungan manajemen birokrasi. Dia tidak perlu minta bantuan terlalu banyak dari Lemigas karena untuk evaluasi ini tidak perlu menggunakan model simulasi reservoir yang kompleks. Dengan program sederhana yang ditulis dalam bahasa Fortran oleh Lemigas, base-line dari lapangan ini dapat ditentukan dengan cepat. Kebetulan staf Direktorat EP Migas dapat memperoleh data produksi dan tekanan yang cukup komplit dari Pertamina untuk mendukung evaluasi dengan hasil yang lebih akurat. Sesuai dengan penurunan alamiah produksi suatu reservoir, apabila produksi dinaikkan secara drastis maka laju produksi yang dijadikan baseline pun akan menurun dengan tajam. Bahkan dengan menggunakan cara sederhana seperti analisis decline curve pun dapat dibuktikan bahwa base-line yang ditetapkan Pertamina, yang dibuat hampir sejajar dengan base-line pada kasus sebelum produksi dinaikkan, memberikan hasil cadangan minyak yang jauh lebih besar dari nilai cadangan yang seharusnya. Bagi saya secara ofisial angka cadangan yang saya pegang adalah yang tercatat dalam buku besar TECP. Angka base-line Pertamina memberikan cadangan dua kali lipat lebih besar dari cadangan TECP. Dan ini tentu tidak bisa dibantah oleh kedua belah pihak. Sebenarnya Rachmat bisa mengerti kekecewaan rekan-rekannya di Pertamina. Adalah wajar bila mereka mencoba untuk menggagalkan 104
11 upaya yang dilakukan oleh Ustraindo yang dianggap tidak fair karena masuk bisnis melalui jalur kekuasaan. Bagi Rachmat, upaya tersebut tidak masalah asalkan masih dalam koridor kaidah keteknikan yang baik (good engineering practice). Tapi apa yang dilakukan Pertamina di lapangan sungguh di luar dugaan. Untuk menaikan produksi, mereka mengubah cara produksi sumur melalui anulus, yaitu ruang antara tubing dan casing. Dan yang lebih gawat lagi, saat inspeksi lapangan yang dilakukan oleh Direktorat Teknik Migas, terlihat kabut asap berupa butiran-butiran minyak yang terbang bersama gas karena kapasitas unit separator yang ada tidak mampu memproses pemisahan dengan sempurna karena over capacity. Tentu ini bukan contoh yang baik, terlebih tugas yang diberikan kepada Pertamina adalah titipan rakyat yang harus dijaga dan diemban dengan baik. Nothing s personal. Bagi saya, walaupun pelakunya adalah sesama alumni dari Bandung, tapi kita telah dipercaya untuk menduduki jabatan masing-masing dan berusaha menjalankan peran masing-masing sebaik mungkin, komentar Rachmat. Beberapa waktu kemudian Rachmat mendapat panggilan dari Kejaksaan Agung untuk menjelaskan mengenai kasus Beringin. KPK belum ada. Saya juga lihat Pak Umar Said, yang kalau tidak salah waktu itu menjabat Sekretaris DKPP dan juga mantan Menteri Ginandjar dan IB Sudjana. Saya sama sekali tidak grogi dan saya jelaskan apa adanya. Walaupun agak bersifat teknis tapi kelihatannya pihak kejaksaan dapat mengerti apa yang saya sampaikan. Karena Ustraindo tidak mampu membuktikan janji-janji dan kemampuannya, mereka akhirnya harus mengembalikan operasi lapangan ke Pertamina. Rupanya lama setelah kejadian itu, masalah Ustraindo belum juga berhenti. Setelah Rachmat pensiun dari BP MIGAS pada tahun 2005, Rachmat diminta bantuan oleh Ginandjar untuk menjadi saksi ahli dalam penyelidikan kasus Ustraindo yang dibuka kembali setelah berhenti beberapa tahun. Dengan senang hati saya memenuhi permintaan Pak Ginandjar. Di samping karena saya sudah mendalami seluk beluk TAC, saya sekaligus juga bisa membalas budi Pak Ginandjar yang telah mengangkat saya jadi Direktur, melompati SOP yang beliau kesampingkan waktu itu, kata Rachmat sambil tertawa. 105
12 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo Gambar 40. Sidang Bilateral RI Australia Khusus tentang Masalah Gas Bumi, 1994 Sejak Rachmat menjabat sebagai Direktur EP Migas, Direktorat ini mempunyai peran yang cukup aktif dalam kerja sama bilateral dengan negara lain, seperti Korea Selatan, Taiwan, Australia, dan Amerika Serikat. Kerja sama mencakup berbagai aspek, terutama pertukaran informasi dan kemajuan sektor migas di masing-masing negara. Di tingkat teknis, Rachmat biasanya menyampaikan makalah tentang status dan kemajuan di sektor migas. Waktu, tempat, dan tuan rumah dilakukan secara bergilir dan bergantian di antara kedua negara yang bekerja sama. Selaku exofficio, Rachmat juga memegang jabatan sebagai National Representative OPEC yang bertugas mewakili Indonesia dalam pembahasan kuota produksi minyak bumi di markas OPEC di Wina. Setidaknya ada 2-3 kali pertemuan bilateral yang dilakukan Rachmat dalam setahun, dan minimal dua kali pertemuan OPEC di Wina. Di luar dugaan Rachmat, ternyata di lingkungan birokrasi pun sama sibuknya seperti semasa dia melakukan studi-studi eksploitasi di Lemigas. Ada satu kontribusi Ditjen Migas yang walaupun kecil tapi penting dalam pengembangan di luar sektor, yakni awal mula pengembangan perkebunan 106
13 kelapa sawit yang menjadikan Indonesia produsen terbesar kelapa sawit di dunia saat ini. Sesuai dengan Undang-undang pertambangan migas, zona kegiatan eksploitasi migas di bawah tanah tidak mencakup bidang tanah di permukaan. Dalam pengembangan kebun kelapa sawit, pemerintah daerah bersama dengan departemen yang bertanggung jawab atas perkebunan, melihat peluang lahan yang cukup luas di blok migas yang relatif menganggur. Selain diperuntukkan bagi komplek perkantoran, perumahan, serta fasilitas pengolahan lapangan migas, sebagian besar luas lahan dalam blok migas menganggur dan tertutup oleh hutan-hutan yang masih perawan, karena kegiatan utama migas dilakukan hanya melalui titik-titik sumur yang relatif sempit. Selain itu, jaringan pipa serta jalan operasi pun terkadang tidak sampai memakai 10-15% dari total luas blok-blok migas yang beroperasi. Dalam perundingan yang melibatkan operator blok migas dengan pengusaha atau BUMN yang membuka lahan kebun kelapa sawit, ditentukan persyaratan ketat yang dituangkan dalam perjanjian yang harus ditaati masing-masing pihak. Memang dalam pelaksanaan di lapangan sering timbul masalah terkait pemanfaatan bersama infrastruktur berupa jalanan dan jembatan yang menghubungkan daerah operasi ladangladang minyak dan infrastruktur yang dibangun perkebunan. Tapi Rachmat tahu bahwa dalam hal ini masing-masing penanggung jawab sektor tidak perlu mengedepankan ego sektoral, karena secara nasional dan jangka panjang akan menguntungkan negara. Indonesia adalah negara satu-satunya di dunia yang secara simultan memproduksi minyak bumi dari bawah tanah dan minyak nabati di atas permukaan tanah. Negara maju selalu menjelek-jelekkan Indonesia karena minyak sawit ini, tentu karena mereka kawatir akan nasib minyak nabati mereka di masa depan. Sukur-sukur jika suatu waktu nanti kita berhasil menjadikan sebagian minyak nabati tersebut menjadi energi alternatif yang kita butuhkan. Kalau tidak ada rotan akar pun jadi. Kalau tidak menjadi produsen minyak bumi yang terbesar, bolehlah kita menjadi produsen minyak nabati yang terbesar di dunia, katanya menutup komentarnya sambil tertawa. 107
14 Direktur Eksplorasi dan Produksi Migas Pertambang Departemen Pertambangan dan Energi a Rachmat Sudibjo 108
Bagi Rachmat, agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
bagian VII Kerja Sama Erat dengan Industri Bagi Rachmat, agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan sektor migas, kerja sama dengan industri merupakan hal penting bagi Lemigas. Lemigas
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.127, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial, baik sebagai individu ataupun kelompok akan selalu berkomunikasi. Sehingga disadari ataupun tidak,
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1906 K/30/MEM/2001 TENTANG TATACARA PENETAPAN WILAYAH KUASA PERTAMBANGAN DAN WILAYAH KERJA
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber
Lebih terperinci2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.261, 2014 MIGAS. Usaha. Panas Bumi. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5595) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinci2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand
No.30, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Panas Bumi. Tidak Langsung. Pemanfaatan. Pencabutan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6023). PERATURAN
Lebih terperinci2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und
No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciPP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
Copyright (C) 2000 BPHN PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI *39752 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 42 TAHUN 2002 (42/2002) TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN
Lebih terperinci2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom
No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. Menetapkan : bahwa pengusahaan pertambangan
Lebih terperinciM E M U T U S K A N :
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI Nomor K/075/DJM/1998 TENTANG TATACARA PENYERAHAN, PENGELOLAAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.192, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Harta Kekayaan. Penyelenggara Negara. Laporan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017
MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN PENGUSAHAAN DI SEKTOR ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciPernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016
Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,
No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya minyak dan gas bumi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 of 41 1/31/2013 12:38 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1278, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Daerah. Pengalokasian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.07/2013 TENTANG PENGALOKASIAN
Lebih terperinciProduction Sharing Contract
bagian VI Production Sharing Contract Apa yang dikerjakan oleh Rachmat bersama Timnya dalam melakukan studi resevoir sebenarnya tidak terlepas dari pelaksanaan pengawasan yang dilakukan di bawah sistem
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL
Menimbang : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 1999 TENTANG BADAN PENANAMAN MODAL DAN PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 1999 TENTANG BADAN PENANAMAN MODAL DAN PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya Keputusan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 2. Undang-Undang
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 217, Tambaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2108, 2016 KEMEN-ESDM. PANAS BUMI. EKSPLORASI. PENCAIRAN. PENEMPATAN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA DIVESTASI SAHAM DAN MEKANISME PENETAPAN HARGA SAHAM DIVESTASI PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 1101 K/702/M.PE/1991 DAN 436/KPTS-II/1991 TENTANG PEMBENTUKAN TEAM KOORDINASI TETAP DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI JENIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI (REIMBURSEMENT) PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PEROLEHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperincibahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap
rui«w*- MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI
Lebih terperinciKEBIJAKAN ANTIKORUPSI
Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")
Lebih terperinci2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. A. Simpulan
BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Diskusi
Bab IV Hasil dan Diskusi Studi ini adalah untuk mengevaluasi model kontrak dan harga Gas Metana-B di Indonesia. Beberapa model kontrak mulai dari model Kontrak PSC Konvensional, model kontrak negara lain
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No
No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a.
Lebih terperinciBagi seorang pegawai negeri, dipromosikan ke jabatan Eselon I
bagian XII Sekretaris Dewan Komisaris Pemerintah Untuk Pertamina Bagi seorang pegawai negeri, dipromosikan ke jabatan Eselon I tentu merupakan milestone yang sangat penting bagi perjalanan karirnya. Tapi
Lebih terperinciSEKRETARIAT JENDERAL
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT JENDERAL Keberadaan Sekretariat Jenderal selanjutnya disebut Setjen adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri. Setjen
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI I. UMUM Sumber daya Panas Bumi merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : Mengingat: a. bahwa keanekaragaman
Lebih terperinci2015, No dan Gas Bumi kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagaimana ditetapkan dalam Pera
No.482, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Usaha. Hulu Minyak Bumi. Gas Bumi. Penghitungan Pajak Penghasilan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2015
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciDESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1
DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Tanto Lailam, S.H., LL.M. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1480 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS BUMI
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL NOMOR : PER-02/M.EKON/10/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENATAAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.11/MENLHK/SETJEN/KAP.3/4/2018 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal
No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinciSUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2016 TENTANG PELAYANAN ADVOKASI HUKUM DI KEMENTERIAN
Lebih terperinci2018, No Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan organis
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.51, 2018 KEMENRISTEK-DIKTI. Tim Koordinasi, Pengawasan, dan Sanksi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian ESDM. Alokasi. Pemanfaatan. Gas Bumi.
No.42, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian ESDM. Alokasi. Pemanfaatan. Gas Bumi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN
Lebih terperinciPIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT
PIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT ------------------------------------------------------------------------------------------------ PEMBUKAAN Pemerintah negara-negara anggota
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI SEKRETARIAT
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciPrediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
Juta US$ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa privatisasi Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI I. UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan nasional
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
RUU Perubahan Migas RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm, First
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI TENTANG
MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1815.K / 702 / M.PE / 1997 TENTANG PEROLEHAN, PENGELOLAAN DAN PEMASYARAKATAN DATA PENYELIDIKAN UMUM,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 78, 2007 IPTEK. Penelitian. Perekayasaan. Inovasi. Difusi. Teknologi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009
SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK KOREA, YANG MULIA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-03/M.
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-03/M.EKON/01/2008 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM AKSI PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN,
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya
Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung
Lebih terperinci