EFEKTIVITAS WAKTU DAYA BUNUH Baccilus thuringiensis SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA Anopheles sp DI KECAMATAN BATU LAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS WAKTU DAYA BUNUH Baccilus thuringiensis SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA Anopheles sp DI KECAMATAN BATU LAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Erlin Yustin Tatontos, Urip, Nurul Inayati Abstract: Use of Baccilus thuringiensis (tecnar) in an attempt to eradicate the larvae of Anopheles sp as a vector of malaria in regency of West Lombok district every month with a dose of liter / ha, or. ppm. The results Tatontos et al, 9 with a biological test and test the effectiveness of field B. thuringiensis is effective at doses of. ppm as larvasida. But the period of time effective at providing B. thuringiensis is not known. This study aims to determine and test the effectiveness of the power to kill B. thuringiensis as larvae of Anopheles sp larvasida for the regency of West Lombok district, either test the effectiveness of time in the laboratory and in the field. This research needs to be done so that the period of delivery B. thuringiensis can be adjusted with the power to kill is effective at the time. The research method used was experimental in the laboratory to test the effectiveness of analytical and observational time on the field. The data generated is effective at appropriate time period to test the effectiveness of the dose in the laboratory and in field. Test results of the effectiveness of the killing power of Baccilus thuringiensis (tecnar) in the laboratory with a dose of.5 ppm;.68 ppm;.87 ppm and. ppm ranged from two to seven days. While the results of testing the effectiveness of the killing power of Baccilus thuringiensis (tecnar) in the field with a dose of. ppm ranged from two to seven days. Kata Kunci : Efektivitas, Waktu Daya Bunuh, B. Thuringiensis LATAR BELAKANG Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita. dan ibu hamil. Selain itu malaria secara langsung menurunkan produktivitas kerja. Di Indonesia terdapat 44 kabupaten endemis malaria dari 5 kabupaten yang ada. Diperkirakan 45% penduduk Indonesia beresiko tertular malaria. Sekitar 5 juta kasus malaria dengan 38. kematian setiap tahunnya (SKRT, ). Di Indonesia pada tahun 7 terdapat.7. kasus klinis dengan 7 kematian (DepKes, RI, 9). Di Propinsi NTB, tahun 8 jumlah kasus malaria positif.6, API 5, 8. Data tahun 8, malaria klinis Lombok Barat 5.83, AMI 9,89 dan API,85 (Dikes Lombok Barat, 8). Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program pemberantasan malaria. Tujuan program adalah memutus rantai penularan penyakit dengan kegiatan antara lain diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans, dan pengendalian vektor. (Dep.Kes RI, 6). Eliminasi malaria di Propinsi NTB dilakukan untuk menuju NTB bebas malaria tahun (Ismail, 9). Kecamatan adalah salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Lombok Barat malaria kasus AMI:, 54 per mil, jumlah Propinsi NTB dengan kasus malaria klinis sejumlah Erlin Yustin Tatonts, Urip, Nurul Inayati: Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Mataram 955

2 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 6 NO., AGUSTUS 357 atau AMI 8. Di wilayah Kecamatan Batu Layar merupakan kawasan pariwisata terdapat empat lagoon yng menjadi perindukan (breeding places) yang disukai Anopheles sp sebagai vektor malaria. Dengan demikian, wilayah tersebut potensial terjadinya penularan penyakit malaria dengan cepat sehingga pada keempat lagoon tersebut selama ini selalu dilakukan pemberantasan larva (larvaciding) menggunakan Baccilus thuringiensis (tecnar) ( Dikes Lobar, 9). Untuk mengendalikan vektor malaria dilakukan pemberantasan larva (larvaciding) di lagoon menggunakan B. thuringiensis (tecnar) dengan dosis liter/ha atau, ppm (Dikes Lobar, 8). Hasil penelitian Tatontos dkk, (9) dengan uji hayati dan uji efektivitas di lapangan B. thuringiensis dosis, ppm masih efektif sebagai larvasida. Pemberian B. thuringiensis (tecnar) dilakukan setiap bulan sekali, bahkan seringkali tidak tepat waktu sebulan karena tergantung dana yang ada. Siklus hidup nyamuk Anopheles sp antara dua sampai lima minggu. Apabila periode pemberian B. thuringiensis larva telah menjadi instar IV atau pupa, maka tidak efektiv lagi karena stadium tersebut masuk pada tahap tidak makan. Hasil penelitian Kirnowardoyo dkk, 989 kemampuan B. thuringiensis formulasi cair (teknar) membunuh larva antara dua sampai tiga hari, tetapi aplikasi dilapangan cukup sekali perminggu atau dua minggu sekali tergantung kondisi dan tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. Hasil penelitian Setyawati, 3 penggunaan B. thuringiensis dengan dosis liter/ Ha mampu membunuh larva hingga 6,9 hari, sedangkan dosis liter/ Ha 4,53 hari. Efektivitas waktu daya bunuh B. thuringiensis terhadap larva Anopheles sp sebagai larvasida di Kecamatan belum diketahui, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian. METODE Jenis penelitian yang dilakukan ada dua yaitu untuk uji efektivitas daya bunuh B. thuringiensis penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dan uji efektivitas daya bunuh B. thuringiensis di lapangan penelitian observasional analitik (Kuntoro, 6; Hanafiah, 8). Pada uji efektivitas, daya bunuh B. thuringiensis dilakukan empat perlakuan dengan enam replikasi untuk masing-masing dosis. Lokasi pengambilan sampel dan uji efektivitas waktu daya bunuh dilakukan di lagoon wilayah Kecamatan Batu Layar, sedangkan uji efektivitas waktu daya bunuh di laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram. Sampel penelitian ini adalah larva Anopheles sp dari lagoon yang ada di wilayah Kecamatan Kabupaten Lombok Barat. Uji efektivitas waktu daya bunuh B. thuringiensis di Laboratorium Parasitologi jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram terhadap larva Anopheles sp untuk mendapatkan data efektivitas daya bunuh B. thuringiensis terhadap larva uji. Uji efektivitas waktu daya bunuh B. thuringiensis di lapangan di lagoon Kecamatan Kabupaten Lombok Barat untuk mendapatkan data efektivitas daya bunuh B. thuringiensis terhadap larva uji. Uji efektivitas waktu daya bunuh B. thuringiensis dilapangan dilakukan dengan 956

3 Erlin Yustin, Efektivitas Waktu Daya Bunuh menghitung penurunan jumlah larva setiap hari di empat lagoon setelah pemberian B. thuringiensis sampai larva kembali ada. Pada masing-masing lagoon diberikan B. thuringiensis dengan dosis sesuai hasil uji efektivitas waktu daya bunuh di laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN Di wilayah Kecamatan Kabupaten Lombok Barat ada empat lagoon yang merupakan perindukan (breeding places) vektor malaria yaitu Anopheles sp, data lagoon pada Tabel. sebagai berikut: Tabel. Data Lagoon di Wilayah Kecamatan Kabupaten Lombok Barat No. Desa Lokasi Jenis lagoon Luas Lagoon (are) Batu Bolong I Batu Bolong II Jumlah jiwa yang harus dilindungi dari penularan malaria oleh vektor di Kecamatan Batu Layar sebanyak.7 jiwa, belum termasuk pengunjung di kawasan wisata. Dalam mengendalikan vektor malaria, di empat lagoon rutin dilakukan pemberantasan larva (larvaciding) Anopheles sp menggunakan B. thuringiensis formulasi cair (teknar) setiap bulan, selama lebih dari tahun selain dilakukan pembersihan lumut (Dikes Lombok Barat, 9). Untuk mengetahui efektivitas waktu daya bunuh B. thuringiensis sebagai larvasida vektor malaria di Kecamatan Kabupaten Lombok Barat dilakukan uji efektivitas waktu daya bunuh dan uji efektivitas di lapangan. Uji efektivitas waktu daya bunuh B. thuringiensis dilakukan di Laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram, sedangkan uji efektivitas di empat lagoon yang ada di Kecamatan.. Hasil uji Efektivitas Waktu Daya Bunuh di Laboratorium Penentuan dosis Baccilus thuringiensis untuk uji efektivitas waktu daya bunuh berdasarkan hasil uji hayati Baccilus thuringiensis di Kecamatan Batu layar Kabupaten Lombok Barat (Tatontos EY dkk, 9) dan dosis standar yang biasa dipergunakan program. Hasil uji hayati yaitu LD9 yang merupakan dosis yang mampu membunuh 9% larva uji adalah,5 ppm dan dosis standar adalah, ppm. Hasil perhitungan dengan rumus increment factor mendapatkan variasi dosis,5 ppm;, 68 ppm;,87 ppm;, ppm. Uji efektivitas waktu daya bunuh dilakukan dengan pemberian Baccilus thuringiensis sesuai variasi dosis dan prosentase jumlah larva yang mati dihitung setiap hari, hingga waktu dimana tidak ada lagi larva uji yang mati. Hasil uji efektivitas waktu daya bunuh dalam Tabel. sebagai berikut : 957

4 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 6 NO., AGUSTUS Tabel. Hasil uji efektivitas waktu daya bunuh Baccilus thuringiensis sebagai larvasida di Kecamatan Kabupaten Lombok Barat tahun 9 (n=5, replikasi =6) No. Dosis Bti (ppm) Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII larva (%) larva (%) larva (%) larva (%) larva (%) larva (%) larva (%)., , , , Keterangan : Bti : Baccilus thuringiensis : jumlah : kematian (%) : Persentase Tabel. menunjukkan pada dosis,5 ppm B. thuringiensis mampu membunuh % larva Anopheles sp hanya dalam waktu satu hari, begitupula pada dosis,68 ppm (%). Sedangkan pada dosis,87 ppm dan, ppm B. thuringiensis mampu membunuh % larva Anopheles sp hingga hari.. Hasil Uji Efektivitas Waktu Daya Bunuh di Lapangan Untuk mengetahui efektifitas waktu daya bunuh B. thuringiensis terhadap larva Anopheles sp, dilakukan survey larva sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan setiap hari selama selama tujuh hari pengamatan. Dosis yang dipergunakan adalah dosis standar yang dipergunakan program yaitu ppm. Hasil survey larva di empat lagoon tersebut pada Tabel. 3 dan 4 sebagai berikut: Tabel. 3 Hasil Survey Larva Anopheles sp di Lagoon Kecamatan Kabupaten Lombok Barat Sebelum Pemberian B. thuringiensis ppm No Nama Lagoon Batu Bolong I Batu Bolong II Salinitas (per mil) Setelah selesai survey, dilakukan pemberian B. thuringiensis dengan dosis standar liter/ Ha (, Kedalaman (cm) Jumlah larva ppm). Uji efektifitas waktu daya bunuh di lapangan dengan melakukan survey larva setiap 4 jam selama

5 Erlin Yustin, Efektivitas Waktu Daya Bunuh tujuh hari sesudah pemberian B. thuringiensis, hasilnya seperti pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel. 4 Hasil Survey Larva Anopheles sp di Lagoon Kecamatan Kabupaten Lombok Barat Sesudah Pemberian B. thuringiensis ppm No. Nama Lagoon larva sebelum perlakuan larva yang ada sesudah perlakuan per hari I II III IV V VI VII. 3. Batu Bolong I Batu Bolong II Dari hasil survey lapangan tidak berbeda jauh dengan hasil di lapangan bahwa dengan dosis standard, ppm atau liter/ha, mampu membunuh larva Anopheles sp dalam waktu 4 jam atau satu hari sampai dengan lima hari. Pada hari kelima hingga hari ketujuh tidak mampu lagi. Hal ini dapat disebabkan siklus hidup nyamuk Anopheles sp yang berkisar antara 7-4 hari, sehingga kemungkinan pada saat larvaciding sedang dalam bentuk pupa tahap tidak makan. B. thuringiensis adalah larvasida yang termasuk golongan racun perut (stomach poisons), maka B. thuringiensis masuk ke dalam badan larva melalui mulut jadi harus dimakan (Gandahusada, 6). Dalam siklus hidup nyamuk Anopheles sp yang mengalami metamorfosis sempurna, stadium larva instar III merupakan sasaran paling baik untuk insektisida golongan racun perut. Dari hasil penelitian, dalam waktu 4 jam sesudah pemberian insektisida B. thuringiensis terjadi penurunan larva lebih dari 7%, sedangkan hasil penelitian Setyawati, 3 penurunan larva sebesar 7% terjadi setelah lebih dari 4 hari. Hasil penelitian Kirnowardoyo S, dkk. (989) bahwa kemampuan B. thuringiensis formulasi cair (teknar) membunuh larva antara dua sampai tiga hari, tetapi aplikasi dilapangan cukup sekali perminggu atau dua minggu sekali tergantung kondisi dan tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. Hasil penelitian Yuniarti RA (4), B. thuringiensis mampu membunuh larva Aedes aegypti dalam waktu empat sampai lima minggu. Penggunaan insektisida B. thuringiensis terhadap larva Anopheles sp di Kecamatan Batu Layar dilakukan tiap bulan sekali. Oleh sebab itu, agar larvaciding dapat efektiv perlu dilakukan pembersihan lumut dan dengan melepas ikan pemangsa jentik. KESIMPULAN Baccilus thuringiensis efektif sebagai larvasida vektor malaria dari Kecamatan Kabupaten Lombok Barat di laboratorium dalam waktu dua sampai tujuh hari sesuai dosis yang digunakan. Baccilus thuringiensis efektif sebagai larvasida vektor malaria di Kecamatan Kabupaten Lombok Barat di lapangan dalam waktu dua sampai tujuh hari dengan dosis standar. 959

6 JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 6 NO., AGUSTUS Perlu dilakukan uji hayati berkala setiap tahun agar pemakaian Baccilus thuringiensis efektiv dan efisien dalam mendukung program eliminasi malaria di Kabupaten Lombok Barat. Selain itu disarankan pembersihan lumut untuk menghilangkan perindukan nyamuk serta pelepasan ikan pemangsa jentik di lagoon dan untuk itu perlu penelitian lanjutan jenis ikan predator yang mampu hidup di lagoon. DAFTAR PUSTAKA Bahagiawati. Penggunaan Baccilus thuringiensis Sebagai Bioinsektisida. Jakarta: Bulletin Agrobio,, 5 () : -8. Dep.kes RI. Bersama Kita Berantas Malaria. Pusat Promosi Kesehatan, 9. Dep,Kes RI. Modul Epidemiologi Malaria. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP, 999. Dep.Kes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 6. Dikes Lombok Barat. Laporan Kasus Malaria. 9. Ekasari. Uji Antimalaria In Vitro dari Ekstrak Etanol dan Kloroform Daun Cassia Siamea Surabaya: Majalah Kedokteran Tropis Indonesia,, vol (). Institute of Tropical Medicine. Nagasaki University, The Training Course of Malaria Control. Gandahusada dkk. Parasitologi Kedokteran, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 6. Ismail M. Menuju NTB Bebas Malaria, Work Shop Hari Malaria sedunia ke- 5 April 9. Kirno Wardoyo dkk. Uji Coba Baccilus Thuringiensis H-4 untuk Pengendalian Anopheles sundaicus. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran, 989, No.55. Kuntoro. Konsep Metode Sampling, Surabaya: IAIFI, 6. Mardihusodo SJ. Deteksi Dini Resistensi Aedes Aegypti terhadap Malathion dan Temefos. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM, 993. Neppl. Management of Resistance to Baccilus thuringiensis toxins, The University of Chicago,. Setyawati. Efektifitas Vectobac (Baccilus thuringiensis) H-4 Formulasi Cair Terhadap Kepadatan Larva Anopheles sp Di Kobakan Sungai Tegiri Desa Hargowilis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Propinsi Daerah Istimewa Jogyakarta, Surabaya: Pustaka Universitas Airlangga, 3. Soedarto, Entomologi Kedokteran, Jakarta: EGC, 989. Umniyati SR. Uji Resistensi Larva Aedes Terhadap Temefos Berbasis Dosis Diagnostic, Yogyakarta: bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, 8. USAEHA. Procedurs for the Diagnostic Dose Resistance Tes Kits for mosquitos, Body Lice, and Beetle of Stored Products, 989. Yuniarti, RA. Efektivitas Kombinasi Baccilus thuringiensis dan Predator mesocyclops aspericornis sebagai Jasad Pengendali Hayati Jentik Aedes aegypti Di Masyarakat, 4. Zainuddin M. Metodologi Penelitian. Surabaya: UNAIR,. 96