Konferensi PBB III tentang Hukum Laut diselenggarakan pada tahun 1972 sampai dengan tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Konferensi PBB III tentang Hukum Laut diselenggarakan pada tahun 1972 sampai dengan tahun"

Transkripsi

1 UNCLOS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MATERI PROGRAM KAMPANYE CAPRES-CAWAPRES YANG DEMOKRATIS Tommy Hendra Purwaka Fakultas Hukum Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta Abstract United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) has been ratified by the government of Indonesia through Law Number 17 Year 1985 and has therefore become a part of Indonesian positive law. Since then, it can be used as one source of materials for the formulation of a democratically-elected presidential candidate s campaign program. A democratic campaign program should have at least three characteristics, namely responsive, populist, and autonomous. UNCLOS, has these three characters. This is why a part of the campaign program materials may come from the UNCLOS paradigm. Key Words: UNCLOS, campaign program Abstrak United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 dan oleh karena itu menjadi bagian dari hukum positif Indonesia. Sejak itu, dapat digunakan sebagai salah satu bahan perumusan program kampanye calon presiden yang dipilih secara demokratis. Sebuah program kampanye yang demokratis setidaknya harus memiliki tiga karakteristik, yaitu responsif, populis, dan otonomis. UNCLOS memiliki tiga karakter tersebut. Ini adalah alasan mengapa salah satu bagian dari bahan program kampanye dapat berasal dari paradigmaunclos. Kata Kunci: UNCLOS, program kampanye A. Pendahuluan A. 1. Latar Belakang UNCLOS merupakan konstitusi kelautan yang memandang wilayah laut berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (ocean space) sebagai wilayah yang berhubungan satu sama lain sehingga perlu diatur secara terintegrasi. 1 Pemerintah meratifikasi UNCLOS melalui UU Nomor 17 Tahun 1985 dan UNCLOS menjadi hukum positif Indonesia. UNCLOS sebagai produk hukum yang dihasilkan melalui diplomasi jangka panjang ( ) 2 antar negara memiliki tiga karakter demokratis, yaitu responsif, populis, dan otonom. 3 UNCLOS dari sudut kepentingan Indonesia bersifat responsif karena 1 Tommy T.B. Koh, A Constitution for the Ocean, (Statement disampaikan pada penerbitan buku United Nations Convention on the Law of the Sea), New York: United Nations, 1983: xxxiii-xxxvii 2 Konferensi PBB III tentang Hukum Laut diselenggarakan pada tahun 1972 sampai dengan tahun Mahfud M.D., Politik Hukum di Indonesia (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), hal. 22 dan 27 23

2 Tommy Hendra Purwaka : UNCLOS Sebagai Salah Satu Sumber Materi materinya merupakan respon terhadap kehendak rakyat Indonesia, yaitu diakuinya wilayah kepualauan Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah NKRI oleh masyarakat internasional, bersifat populis atau merakyat karena materinya dirasakan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, dan bersifat otonom karena dapat memberdayakan negara dalam menegakkan kedaulatan dan menjalankan hak-hak berdaulatnya di laut. Wilayah NKRI sebagai satu kesatuan wilayah kepulauan baru terwujud pada 1994, yaitu pada saat negara ke 60 meratifikasi UNCLOS 4. Wilayah kepulauan Indonesia yang terdiri dari satu per tiganya adalah daratan berupa pulau (bumi), dan dua per tiganya adalah perairan berupa lautan (air), serta udara yang ada di atasnya, berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. 5 Wilayah kepulauan tersebut dikuasai oleh NKRI dan didayagunakan seoptimal mungkin untuk kemakmuran seluruh rakyat. Wilayah kepulauan tersebut dengan demikian merupakan representasi nyata dari bunyi Pasal 33 ayat (3) UUD Adanya wilayah kepulauan dengan batas-batas yang jelas, rakyat yang bermukim secara tidak merata di berbagai pulau, pemerintahan negara yang berdaulat, dan pengakuan masyarakat internasional merupakan landasan kuat bagi eksistensi NKRI sebagai negara kepulauan. 7 A. 2. Kerangka Pemikiran Negara-negara yang telah meratifikasi UNCLOS memberikan pengakuan sedangkan negara-negara yang belum meratifikasi UNCLOS, khususnya negara-negara besar seperti Amerika Serikat, cenderung tidak mengakui keberadaan negara kepulauan Indonesia. 8 Batasbatas wilayah kepulauan Indonesia yang belum terselesaikan secara tuntas 9 dan pembangunan 4 Pasal 308 UNCLOS. Lihat R.R. Churchill and A.V. Lowe, The Law of the Sea (Manchester: Manchester University Press, 1999), hal Jason M. Patlis, et. al., Menuju Harmonisasi Sistem Hukum Sebagai Pilar Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia (Jakarta: KPPN/BAPPENAS, DKP, DH&HAM, dan USAID, 2005), hal Pasal 33 ayat (3) UUD 1945: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat 7 Syarat berdirinya negara adalah ada wilayah, ada rakyat, ada pemerintah, dan ada pengakuan dari negara lain. Negara-negara yang meratifikasi UNCLOS memberi pengakuan sedangkan yang tidak meratifikasi UNCLOS cenderung tidak memberi pengakuan terhadap keberadaan negara kepulauan sebagaimana diatur di dalam Bab IV Konvensi Hukum Laut Hikmahanto Juwana, Tantangan Pembangunan Berorientasi Maritim: Aspek Hukum dan Hubungan Internasional, (Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral ), Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, Jakarta, 20 Mei 2014, hal. 2 9 ibid., hal. 3 24

3 kelautan nasional yang masih minimal jika dibandingkan pembangunan di darat 10 turut memperlemah posisi negara kepulauan untuk memperoleh pengakuan dari negara-negara maritim besar. Program pembangunan kelautan dan maritim memang sudah dimasukkan baik sebagai program yang berdiri sendiri 11 maupun sebagai bagian dari program-program yang akan dikampanyekan oleh para Capres dan Cawapres. Program para Capres dan Cawapres tersebut secara garis besar mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, lingkungan, dan hukum. Rumusan program-program kampanye tersebut secara umum dapat dikatakan sebagai upaya kedua pasangan Capres dan Cawapres untuk merespon aspirasi rakyat Indonesia. Kedua pasangan tentunya akan bersaing untuk saling meyakinkan rakyat pemilih bahwa program-program mereka bersifat responsif, populis, dan otonom. Programprogram tersebut akan dikampanyekan sebagai program-program yang demokratis. Programprogram tersebut pada saat dikampanyekan perlu dikemas dengan dengan kerangka kepulauan, kelautan, dan maritim yang bersumber dari UNCLOS untuk memantapkan karakter demokratis. Ketiga kemasan tersebut diharapkan akan dapat memberikan gambaran bahwa pelaksanaan program-program bila salah satu pasangan terpilih akan memiliki dampak positif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, ketiga kemasan dan dampak positif tersebut dapat dipakai sebagai indikator untuk menentukan suatu program demokratis atau tidak. B. Pembahasan B.1. Kondisi Saat Ini a. Kondisi wilayah kepulauan Indonesia Satu kesatuan wilayah kepulauan yang terdiri dari wilayah darat, laut dan udara beserta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan kehendak setiap warga negara Indonesia. Diberlakukannya UNCLOS pada tahun 1994 dapat dipandang sebagai jawaban terhadap aspirasi seluruh rakyat Indonesia. UNCLOS bersifat responsif karena dapat memenuhi harapan seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia dapat menerima 10 Tridoyo Kusumastanto, Penguatan Struktur Ekonomi Maritim Sebagai Mainstream Pembangunan Nasional, (Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral ), Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, Jakarta, 20 Mei 2014, hal Salah satu misi dari Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah mewujudkan negara maritim yang mandiri dan kuat. Lihat Saatnya Mengkritisi Visi-Misi 9 Program Jokowi-JK Melawan 8 Program Nyata Prabowo-Hatta, Koran Kompas, 22 Mei 2014, hal. 1 25

4 Tommy Hendra Purwaka : UNCLOS Sebagai Salah Satu Sumber Materi UNCLOS sebagai hukum positif Indonesia karena UNCLOS sesuai dengan nilai-nilai kejuangan bangsa dan negara yang hidup di tengah-tengah kehidupan rakyat dalam berbangsa dan bernegara. UNCLOS bersifat populis atau merakyat. Oleh karena itu, negara dengan dukungan rakyat dapat melaksanakan sendiri kedaulatan (sovereignty) dan hak-hak berdaulatnya (sovereign rights) di seluruh perairan yang menjadi yurisdiksinya berdasarkan UNCLOS. UNCLOS bersifat otonom karena dapat memberdayakan negara dan rakyat Indonesia di bidang kelautan. UNCLOS dapat dikatakan dengan sendirinya atau secara otonom berlaku di wilayah laut Indonesia. Wilayah kepulauan Indonesia secara de jure memang telah menjadi satu kesatuan wilayah NKRI, namun secara de facto masih banyak batas-batas wilayah laut, khususnya yang berbatasan dengan negara tetangga, yang belum terselesaikan. Posisi negara-negara yang belum meratifikasi UNCLOS dan belum mau mengakui keberadaan negara kepulauan Indonesia memerlukan strategi diplomasi yang handal dalam membina hubungan internasional antara Indonesia dan negara-negara tersebut. De facto juga menunjukkan bahwa pembangunan nasional masih lebih banyak berorientasi ke daratan dari pada ke kelautan dan kemaritiman sehingga terjadi kesenjangan pembangunan dimana wilayah barat Indonesia lebih maju bila dibandingkan dengan wilayah timur Indonesia. Dalam kaitan ini, pemerataan pembangunan melalui pemberdayaan pemerintah daerah dan masyarakat berdasarkan prinsipprinsip otonomi perlu diupayakan agar pemerintah daerah dan masyarakat dapat mengurus rumah tangganya dalam kerangka wawasan nusantara. b. Kondisi program kampanye Capres dan Cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla selaku Capres dan Cawapres telah merumuskan visi, misi, dan sembilan agenda prioritas sebagai berikut: 12 Visi: Terwujudnya Indonesia yang berdaulat mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Misi: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah. 2. Mewujudkan masyarakat maju berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan negara maritime yang mandiri dan kuat. 7. Mewujudkan masyarakat berkepribadian dalam kebudayaan. 12 Saatnya Mengkritisi Visi-Misi 9 Program Jokowi-JK Melawan 8 Program Nyata Prabowo-Hatta, Koran Kompas, 22 Mei 2014, hal. 1 26

5 Nawa Cita (Sembilan Agenda Prioritas): 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. 6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sektor strategis ekonomi domestic. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi social Indonesia. Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa selaku Capres dan Cawapres telah merumuskan visi, misi, dan delapan program nyata sebagai berikut: 13 Visi: Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta bermartabat. Misi: 1. Mewujudkan negara yang aman, sejahtera, demokratis dan berdaulat, serta konsisten melaksanakan Pancasila dan UUD Mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan, dan mandiri. 3. Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang berakhlak, berbudaya luhur, dan berkualitas tinggi. Agenda Nyata untuk menyelamatkan Indonesia: 1. Membangun perekonomian yang kuat, berdaulat, adil, dan makmur. 2. Melaksanakan ekonomi kerakyatan. 3. Membangun kembali kedaulatan pangan, energi, dan sumber daya alam. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melaksanakan reformasi pendidikan. 5. Meningkatkan kualitas pembangunan sosial melalui program kesehatan, agama, budaya, dan olah raga. 6. Mempercepat pembangunan infrastuktur. 7. Menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup. 8. Membangun pemerintahan yang melindungi rakyat, bebas korupsi, dan efektif melayani. Visi, misi, dan program dari kedua pasangan Capres dan Cawapres tersebut di atas terlihat senada, tidak ada perbedaan substansial yang terlihat. Keduanya sudah berupaya untuk merespon isu-isu startegis yang menjadi aspirasi rakyat. Perbedaan akan terlihat apa bila penyampaian materi kampanye dikemas dengan kerangka kepulauan, kelautan, dan kemaritiman. Dengan cara demikian, penyampaian visi, misi, dan program melalui kampanye akan dapat mencerminkan isu-isu strategis dalam pengimplementasian wawasan nusantara. 13 Ibid 27

6 Tommy Hendra Purwaka : UNCLOS Sebagai Salah Satu Sumber Materi B.2. Kemasan Kerangka Kepulauan, Kelautan, Dan Kemaritiman a. Kemasan kerangka kepulauan Kemasan kerangka kepulauan mensyaratkan suatu pemahaman bahwa wilayah laut merupakan perekat bukan penyekat hubungan antar pulau dalam bingkai NKRI. 14 Visi, misi, dan program yang dikampanyekan oleh para Capres dan Cawapres masih berorientasi daratan di pulau-pulau dan belum memanfaatkan wilayah laut, dasar laut, dan udara di atasnya sebagai sarana untuk memproyeksikan visi, misi, dan program tersebut ke wilayah laut guna mengintegrasikan wilayah darat, laut, dasar laut, dan udara di atasnya dalam konfigurasi negara kepulauan Indonesia. Proyeksi tersebut dapat dilakukan melalui pelaksanaan kedaulatan di perairan pedalaman (internal waters), 15 perairan nusantara (archipelagic waters), 16 dan laut teritorial (territorial waters) 17, serta hak-hak berdaulat di zona tambahan (contiguous zone), 18 zona ekonomi eksklusif (exclusive economic zone), 19 dan landas kontinen (continental shelf) 20 berdasarkan UNCLOS. Proyeksi tersebut juga perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi di Samaudera Hindia, Samudera Pasifik, dan Laut China Selatan. Pelaksanaan kedaulatan dan hak-hak berdaulat tersebut akan optimal apa bila batas-batas wilayah laut terselesaikan. Kesemuanya ini perlu direfleksikan dalam mengkampanyekan visi, misi, dan program para Capres dan Cawapres. Dengan cara demikian, para Capres dan Cawapres dapat menunjukkan dan meyakinkan para pemilih bahwa visi, misi, dan program mereka dapat menghadirkan NKRI baik secara de jure maupun de facto sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. b. Kemasan kerangka kelautan Kemasan kerangka kelautan memberi penekanan pada sumber daya kelautan yang terdiri dari sumber daya alam hayati (keanekaragaman hayati), sumber daya alam non-hayati (energi dan sumber daya mineral), dan lingkungan laut dari kedua jenis sumber daya alam tersebut. Penelitian ilmiah kelautan (marine scientific research) 21 sangat diperlukan untuk 14 Mochtar Kusumaatmadja, Bunga Rampai Hukum Laut (Bandung: Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum, dan Pembangunan, 1995), hal Lihat juga Tommy Hendra Purwaka, Paradigm Shift in the Implementation of the Law of the Sea, Indonesian Journal of International Law, Volume 8 Number 1 October 2010, hal Pasal 8 dan Pasal 50 UNCLOS 16 Pasal 47 dan Pasal 49 UNCLOS 17 Pasal 3 dan Pasal 48 UNCLOS 18 Pasal 33 dan Pasal 48 UNCLOS. Indonesia sampai saat ini belum mendeklarasikan Zona Tambahan Indonesia 19 Pasal 48 dan Pasal 55-Pasal 75 UNCLOS 20 Pasal 76-Pasal 85 UNCLOS 21 Pasal 238-Pasal 265 UNCLOS 28

7 mengetahui kapasitas potensial, daya dukung, dan daya tampung sumber daya kelautan beserta lingkungan lautnya. Negara berdasarkan hasil penelitian ilmiah kelautan dapat melakukan kegiatan explorasi, eksploitasi, pengelolaan, dan konservasi sumber daya kelautan berdasarkan UNCLOS untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 UUD 1945). Penggunaan sumber daya kelautan sebagaimana diatur di dalam UNCLOS dan peraturan perundang-undangan terkait belum terefleksikan secara tersurat dalam visi, misi, dan program para Capres dan Cawapres. Walaupun demikian, para Capres dan Cawapres masih dapat merefleksikannya secara tersirat dalam kampanye mereka. Dengan cara demikian, para Capres dan Cawapres dapat menunjukkan dan meyakinkan masyarakat pemilih bahwa visi, misi, dan program mereka berwawaskan wawasan nusantara dan NKRI hadir sebagai negara kelautan (sea power). c. Kemasan kerangka kemaritiman Kemasan kerangka kemaritiman menitik beratkan perhatiannya pada komunikasi intensif antar pulau melalui perhubungan laut 22 dan udara. Pelabuhan laut dan udara serta pusat-pusat logistik menjadi penting bagi terselenggaranya komunikasi intensif antar pulau. Hubungan antar pulau juga dapat dilakukan melalui pemanfaatan jaringan pipa dan kabel dasar laut serta penggunaan jaringan interaksi dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan keberadaan satelit, paling tidak seperti satelit Palapa, menjadi sangat menentukan. Jejaring perhubungan seperti tersebut di atas dapat mengkomunikasikan penerapan visi, misi, dan program beserta hasilnya dari satu pulau ke pulau-pulau lainnya, dari satu daerah ke daerah-daerah lainnya dalam tempo yang relatif sangat singkat. Jejaring pelaksanaan visi, misi, dan program antar pulau dan antar daerah dengan dukungan sarana dan prasarana kuat dan modern seperti armada laut dan udara, pelabuhan, bandara dan pusat-pusat logistik, kabel dan pipa dasar laut, serta satelit dan jaringan TIK perlu disampaikan secara jelas dan tegas oleh Capres dan Cawapres dalam kampanye mereka dalam rangka mewujudkan NKRI sebagai negara maritim (maritime power). 22 SLOC: Sea Lanes of Communication merupakan sarana komunikasi antar pulau dan antar negara. Lihat Rizal Sukma, HANKAM dan Ekonomi Maritim, (Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral ), Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, Jakarta, 20 Mei 2014, hal. 5 29

8 Tommy Hendra Purwaka : UNCLOS Sebagai Salah Satu Sumber Materi B.3. Karakter Demokratis Program Kampanye Sebagaimana halnya dengan UNCLOS, materi program kampanye Capres dan Cawapres yang berisi visi, misi, dan program dapat dikatakan demokratis bila memiliki ciriciri responsif, populis, dan otonom. Materi program kampanye bersifat responsif apa bila materi tersebut merupakan respon dari aspirasi masyarakat yang menghendaki agar pelaksanaan visi, misi, dan program Capres dan Cawapres apa bila terpilih dapat mewujudkan eksistensi NKRI sebagai negara kepulauan, negara kelautan, dan negara maritim. Materi kampanye berkarakter populis apa bila materi tersebut selaras dengan nilainilai kesatuan dan persatuan (NKRI), falsafah dan dasar negara (Panca Sila), pluralisme (Bhineka Tunggal Ika), dan konstitusionalisme (UUD 1945). Materi kampanye berciri otonom apa bila pelaksanaan materi tersebut dapat memberdayakan pemerintah dan masyarakat sehingga keduanya dapat bekerjasama secara otonom dalam melaksanakan visi, misi, dan program Capres dan Cawapres. Materi program yang demokratis, yang dikampanyekan secara demokratis, dan yang dilaksanakan dengan cara-cara yang demokratis akan memiliki dampak positif dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, lingkungan, dan hukum terhadap kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Dampak positif dari pelaksanaan visi, misi, dan program Capres dan Cawapres apa bila terpilih adalah sebagai berikut: a. Dampak positif dari aspek politik akan berwujud peningkatan kestabilan antar wilayah, antar pulau, dan antar daerah. b. Dampak positif dari aspek ekonomi akan berwujud peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya kepulauan, sumber daya kelautan, dan sumber daya kemaritiman. c. Dampak positif dari aspek sosial akan berwujud peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. d. Dampak positif dari aspek budaya akan berwujud peningkatan maritime domein awareness (MDA) 23 dan pemahaman budaya bangsa bahari. 24 e. Dampak positif dari aspek pertahanan akan berwujud peningkatan kekuatan maritim Rizal Sukma, HANKAM dan Ekonomi Maritim, (Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral ), Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, Jakarta, 20 Mei 2014, hal Yudi Latif, Kepemimpinan Berorientasi Bahari, (Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral ), Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, Jakarta, 20 Mei 2014, hal. 3 30

9 f. Dampak positif dari aspek keamanan akan berwujud peningkatan keamanan laut. 26 g. Dampak positif dari aspek lingkungan akan berwujud peningkatan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. h. Dampak positif dari aspek hukum akan berwujud peningkatan penegakkan hukum di laut. Dampak-dampak positif tersebut di atas merupakan sebagian dari aspirasi masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai kepulauan, kelautan, dan kemaritiman. Pemenuhan aspirasi tersebut akan memberdayakan masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional. C. Kesimpulan Kampanye Capres dan Cawapres yang berhasil mengemas dirinya dengan kerangka kepulauan, kelautan, dan kemaritiman berbasis pada UNCLOS akan mampu meyakinkan masyarakat pemilih bahwa program-program mereka berkarakter demokratis. Dalam berkampanye, program-program disampaikan dengan gaya bahasa kepulauan, kelautan, dan kemaritiman. Kemasan tersebut lebih bersifat sebagai startegi berkampanye dari pada sebagai acuan perumusan program-program karena program-program tersebut sudah selesai dirumuskan. Cara menggunakan kemasan sebagai strategi berkampanye adalah dengan meletakkan program-program tersebut dalam konteks kewilayahan (kerangka kepulauan) serta dikaitkan dengan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan (kerangka kelautan), dan dengan berbagai jaringan komunikasi (kerangka kemaritiman) yang ada di wilayah tersebut. Pelaksanaan kampanye tersebut perlu dikontrol dengan melakukan evaluasi apakah dampaknya positif atau negatif agar ciri demokratis dapat ditonjolkan pada setiap kampanye yang dilakukan. Kemasan dapat dipakai sebagai acuan untuk merumuskan rencana pelaksanaan program-program setelah Capres dan Cawapres terpilih. 25 Achmad Soetjipto, Visi Baru Pertahanan Indonesia, Jalasena, Edisi No.2, Tahun IV/Mei 2014, hal Ibid., hal

10 Tommy Hendra Purwaka : UNCLOS Sebagai Salah Satu Sumber Materi DAFTAR PUSTAKA Buku Churchill, R.R. and A.V. Lowe. The Law of the Sea. Manchester: Manchester University Press, 1999 M.D., Mahfud. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009 Kusumaatmadja, Mochtar. Bunga Rampai Hukum Laut. Bandung: Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum, dan Pembangunan, 1995 Patlis, Jason M., et.al. Menuju Harmonisasi Sistem Hukum Sebagai Pilar Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia. Jakarta: KPPN/BAPPENAS, DKP, DH&HAM, dan USAID, 2005 Jurnal Purwaka, Tommy Hendra. Paradigm Shift in the Implementation of the Law of the Sea. Indonesian Journal of International Law, Volume 8 Number 1 Oktober 2010 Makalah Juwana, Hikmahanto. Tantangan Pembangunan Berorientasi Maritim: Aspek Hukum dan Hubungan Internasional. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, 20 Mei 2014 Koh, Tommy T.B, A Constitution for the Ocean. Disampaikan pada penerbitan buku United Nations Convention on the Law of the Sea. New York: United Nations, 1983 Kusumastanto, Tridoyo. Penguatan Struktur Ekonomi Maritim Sebagai Mainstream Pembangunan Nasional. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, 20 Mei 2014 Latif, Yudi. Kepemimpinan Berorientasi Bahari. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, 20 Mei 2014 Soetjipto, Achmad. Visi Baru Pertahanan Indonesia. Jalasena. Edisi No.2, Tahun IV/Mei 2014 Sukma, Rizal. HANKAM dan Ekonomi Maritim. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Nasional & Pembangunan Berorientasi Maritim: Strategi dan Kebijakan Integral. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut, 20 Mei

11 Koran Saatnya Mengkritisi Visi-Misi 9 Program Jokowi-JK Melawan 8 Program Nyata Prabowo- Hatta. Koran Kompas. 22 Mei 2014 Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Tentang Hukum Laut) Konvensi United Nations. United Nations Convention on the Law of the Sea. New York: United Nations Publication,

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta. Analisis Undang-undang Kelautan di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif 147 ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta Teknik Geodesi dan Geomatika,

Lebih terperinci

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a

Lebih terperinci

Hukum Laut Indonesia

Hukum Laut Indonesia Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM LAUT TERHADAP WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN HUKUM LAUT TERHADAP WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 355 TINJAUAN HUKUM LAUT TERHADAP WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Tommy Hendra Purwaka * Bagian Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia* PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA Disampaikan pada Seminar Nasional Maritim 2015, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan Dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Konsep Negara kepulauan Evolusi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa di Honolulu, Amerika Serikat, pada tanggal 5 September 2000, Konferensi Tingkat Tinggi Multilateral mengenai Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan

Lebih terperinci

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA Oleh : Ida Kurnia * Abstrak Sebelum Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982, Indonesia telah mempunyai

Lebih terperinci

KEDAULATAN NEGARA PANTAI (INDONESIA) TERHADAP KONSERVASI KELAUTAN DALAM WILAYAH TERITORIAL LAUT (TERRITORIAL SEA) INDONESIA

KEDAULATAN NEGARA PANTAI (INDONESIA) TERHADAP KONSERVASI KELAUTAN DALAM WILAYAH TERITORIAL LAUT (TERRITORIAL SEA) INDONESIA KEDAULATAN NEGARA PANTAI (INDONESIA) TERHADAP KONSERVASI KELAUTAN DALAM WILAYAH TERITORIAL LAUT (TERRITORIAL SEA) INDONESIA Erlina Dosen Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Abstrak Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada). Visi Kepala

Lebih terperinci

Perkembangan Hukum Laut Internasional

Perkembangan Hukum Laut Internasional Perkembangan Hukum Laut Internasional Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai, yang terkurung oleh

Lebih terperinci

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA BAHAN PAPARAN [ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA S U M A T E R A K A L I M A N T A N I R I A N J A Y A J A V A Ps 28E (1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

Karena Ikan tidak punya Passport

Karena Ikan tidak punya Passport KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Karena Ikan tidak punya Passport Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 26 January 2016 Ruang Hidup Bangsa Indonesia Wawasan Nusantara Perlu Langkah Fundamental

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE CONSERVATION AND MANAGEMENT OF HIGHLY MIGRATORY FISH STOCKS IN THE WESTERN AND CENTRAL PENGELOLAAN SEDIAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika merupakan hari bersejarah bagi perkembangan Hukum Laut Internasional. Saat itu diadakan Konferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

Bab 5 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Bab 5 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Bab 5 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran V-1 V-2 V-3 V-4 V-5 V-6 V-7 V-8 V-9 V-10 Gambar 5.1 Keterkaitan Visi RPJPD dengan Visi dan Misi RPJMD V-11 Gambar 5.1 Keterkaitan Misi RPJPD dengan Visi dan Misi RPJMD

Lebih terperinci

SOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR

SOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR SOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA Disampaikan pada: FASILITASI PENGUATAN TIM KOORDINASI PAKEM DALAM RANGKA KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

SELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN. SYALLOM, OM SWASTIASTU,

SELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN. SYALLOM, OM SWASTIASTU, KEY NOTE SPEECH PANGLIMA TNI SEMINAR NASIONAL MARITIM 2015 STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN KEPULAUAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN POROS MARITIM NASIONAL JAKARTA, 15 JUNI 2015 ASSALAMUALAIKUM WR. WB, SELAMAT

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49 Pada 21 Agustus 2014 Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak seluruh permohonan dan gugatan pihak Prabowo-Hatta, baik gugatan mengenai rekapitulasi suara oleh KPU maupun gugatan menyangkut pelanggaran pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI BAGIAN

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR PERENCANAAN KAWASAN PESISIR Hukum Laut Internasional & Indonesia Aditianata Page 1 PENGERTIAN HUKUM LAUT : Bagian dari hukum internasional yang berisi normanorma tentang : (1) pembatasan wilayah laut;

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AGREEMENT. Pengesahan. RI - Republik Singapura. Timur Selat Singapura. Wilayah. Laut. Garis Batas. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LOGO. Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN

LOGO. Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN 1 1 Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN 2 Undang-Undang No. 43 Th. 2009 TUJUAN PENYELENGGGARAAN KEARSIPAN NASIONAL (UU No. 43 Th. 2009 Psl. 3) 1.Menjamin terciptanya arsip pada pencipta arsip yaitu dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB)

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB) Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB) Oleh : Drs. Dani Saputra, M.Kes Peneliti Madya Perwakilan BKKBN Prov. Sumsel Dalam upaya melaksanakan janji kampanye mensejahterakan rakyat, Presiden Jokowi

Lebih terperinci

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA : GEOPOLITIK-GEOSTRATEGI. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: 11Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA : GEOPOLITIK-GEOSTRATEGI. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: 11Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: 11Fakultas FASILKOM WAWASAN NUSANTARA : GEOPOLITIK-GEOSTRATEGI Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian, kedudukan, fungsi,

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS GIZI: Magnitude dalam Membanguan Manusia dan Masyarakat Permasalahan gizi merupakan permasalahan sangat mendasar bagi manusia Bagi Indonesia, permasalahan ini sangat

Lebih terperinci

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu : a. Harus ada penghuni (rakyat,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut adalah kumpulan air asin dan menyatu dengan samudera. Dari waktu ke waktu, terjadi perkembangan yang signifikan terhadap fungsi atau peranan laut. Adapun fungsi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT (KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL Jakarta, 21 Agustus 2015 REVOLUSI MENTAL Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. Laporan Kegiatan DRN Rencana Kegiatan 2017: 3. Naskah Akademik DRIN. 1) Laporan Tahunan 2016 (Administratif) 2) Laporan Substantif 2016

1. Laporan Kegiatan DRN Rencana Kegiatan 2017: 3. Naskah Akademik DRIN. 1) Laporan Tahunan 2016 (Administratif) 2) Laporan Substantif 2016 25/01/2017 1 1. Laporan Kegiatan DRN 2016 1) Laporan Tahunan 2016 (Administratif) 2) Laporan Substantif 2016 2. Rencana Kegiatan 2017: 1) Struktur Anggaran DRN 2017 2) Rencana Kegiatan SP, BP, Komtek,

Lebih terperinci

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. 115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) DISKUSI KONDISI KUALITAS KESEHATAN DAN KEBUTUHAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN INDONESIA DALAM KERANGKA KEMANDIRIAN KESEHATAN INDONESIA BERBASIS PERDESAAN

Lebih terperinci

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Oleh : Iman Sugema Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Pertumbuhan melambat, ketimpangan melebar, & kalah dagang GDP Growth 7.00 6.81 6.50 6.00 5.99 6.29 5.81 6.44 6.58 6.49 6.44 6.33 6.34 6.21 6.18 6.03

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim terbesar ketiga di dunia yang memiliki luas laut mencapai 7.827.087 km 2 dengan jumlah pulau sekitar 17.504 pulau. Garis pantainya

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN (The Protection and the Conservation of Fishery Resources in the Economic Exclusive Zone Among the Asean States)

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan daerah lima tahun kedepan yang dituangkan dalam RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016-2021

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipegunakan untuk sebesar-besar

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipegunakan untuk sebesar-besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipegunakan

Lebih terperinci

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Novelina MS Hutapea* * Dosen Fakultas Hukum Universitas Simalungun Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2017 Jakarta, 4 Mei 2017 Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Safri Burhanuddin

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang merupakan bagian dari komunitas dunia. Salah satu organisasi komunitas dunia tersebut adalah Perserikatan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Tahun 2017 Makassar, 28 Februari 2017 PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016 Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Yogyakarta, 7 Maret 2016 ARTI PENTING FORUM MUSRENBANG RKPD TAHUN 2017 Partisipasi seluruh pemangku kepentingan Kesejahteraan

Lebih terperinci

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD Disampaikan dalam Rakor Proyek Pendanaan IDB oleh Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH. M.Hum Inspektur Jenderal Kementerian Riset,

Lebih terperinci

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan

Lebih terperinci

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA Jakarta, 6 Oktober 2016 VISI KABINET KERJA: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci