PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN ANTARA PRESTASI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN ANTARA PRESTASI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1 PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN ANTARA PRESTASI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO ARTIKEL Oleh :Titi Karmila Lasabuda NIM :

2 HUBUNGAN ANTARA PRESTASI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO ABSTRAK Oleh : Titi Karmila Lasabuda Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pembimbing I: Dr. Hj. Wenny Hulukati, M,Pd Pembimbing II: Murhima A. Kau, S.Psi, M.Si, Psi Titi Karmila Lasabuda. NIM Hubungan Antara Prestasi Akademik Dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Wenny. Hulukati, M.Pd dan pembimbing II Murhima A. Kau, S.Psi, M.Si. Psi. Permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 1 Batudaa adalah adanya siswa yang merasa rendah diri dalam bergaul, terdapat siswa yang memilih-milih teman dalam bergaul. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial siswa di SMP Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu variabel X (Prestasi Akademik) dan variabel Y (Penyesuaian Sosial). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 161 orang dengan sampel 21,74% atau 35 orang. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah studi dokumen yang berisi informasi tentang prestasi akademik siswa yang terdapat nilai rata-rata seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam daftar nilai guru dan angket yang berisi pernyataan tentang penyesuaian sosial. Sebelum melakukan analisis data maka tahap pertama yang digunakan adalah uji validitas dan uji reabilits angket. Selanjutnya, sebagai kepentingan penarikan kesimpulan maka semua data di analisis dengan menggunakan normalitas data variabel X, pengujian regresi linear sederhana, uji koefisien korelasi dan uji hipotesis. Uji signifikan koefisien korelasi memperoleh hasil t =0,75. Dalam daftar t pada taraf nyata 0,05 diperoleh t (0,95)(33) = 1,70. Ternyata t hitung lebih kecil dari harga t daftar atau t hitung = 0,75 <t daftar = 1,70 atau harga t hitung berada di dalam daerah penerimaan H 0, hasil ini menyimpulkan bahwa H 0 diterima H 1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tidak signifikan. Kata kunci: Prestasi akademik dan penyesuaian sosial

3 PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, prestasi akademik merupakan salah satu tolak ukur peningkatan mutu pendidikan. Arah dan tujuan peningkatan mutu pendidikan adalah untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan dan berkualitas. Kemampuan dan kualitas peserta didik dapat ditunjukkan dengan prestasi akademik yang dicapai. Dengan demikain, usaha meningkatkan mutu pendidikan pada dasarnya adalah meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Prestasi akademik adalah gambaran dari pengetahuan, keterampilan ataupun sikap yang diperoleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi akademik juga merupakan pengetahuan yang diperoleh atau keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran di sekolah dan biasanya ditunjukkan dengan skor atau nilai yang dikembangkan oleh guru. Bagi sekolah, tingginya prestasi yang dapat diraih siswa akan menggembirakan para pendidik karena hal tesebut merupakan indikator efektivitas dan produktivitas proses belajar mengajar dan sekaligus juga mengangkat citra sekolah. Bagi orang tua, prestasi akademik yang tinggi merupakan suatu kebanggaan tersendiri dalam usaha membimbing dan mengarahkan anak-anak dalam kegiatan akademiknya. Sedangkan bagi siswa sendiri, tingginya prestasi yang diraih dapat memberikan dampak psikologis yang positif, seperti meningkatnya rasa

4 percaya diri, motif berprestasi dan tingkat kreativitas serta memudahkan siswa dalam proses penyesuaian sosial. Alsa (2003:98) menyatakan bahwa perolehan prestasi yang tinggi bila berlanjut hingga akhir ajaran dan memperoleh Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Ujian Akhir Nasional (UAN) yang tinggi, akan menggembirakan orang tua, guru, maupun siswa yang bersangkutan karena akan memudahkan siswa tersebut untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang pada akhirnya berakumulasi sampai ia berhasil menjadi sarjana dengan predikat kelulusan yang memuaskan. Hal ini menempatkan prestasi akademik menjadi tolak ukur penilaian masyarakat mengenai keberhasilan seseorang. Setiap peserta didik pasti mengharapkan kondisi prestasi akademik yang memuaskan. Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan di sekolah, dimana remaja memaksimalkan pencapaiannya terhadap prestasi dan juga hubungan dengan orang lain sebagai bagian dari proses identifikasi sosialnya, sehingga dapat menentukan identitas sosialnya sendiri. Masa remaja merupakan masa dimana kebutuhan akan prestasi dan juga hubungan dengan orang lain mengambil tempat dominan, karena sesuai perkembangan kognitifnya yang kritis, remaja menyadari bahwa keberhasilan mereka dimasa depan bergantung pada prestasi akademik mereka saat di sekolah. Di sisi lain, remaja juga mengetahui kebutuhan mereka yang sangat besar atas hubungan dengan teman-teman terdekat atau peer grup mereka. Hubungan ini menjadi penerimaan dari teman-teman sebaya yang nantinya akan berdampak kepada kepercayaan diri individu dan kemampuannya dalam penyesuaian sosial. Untuk memfasilitasi kebutuhan siswa dengan lebih baik, pendidikan Indonesia mengadakan program-program yang berbeda untuk setiap siswa dengan kebutuhan yang berbeda. Pihak sekolah memfasilitasi siswa yang berbakat akademik dengan cara membuat kelas khusus siswa yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata. Hal ini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak berprestasi akademik, yang dalam pekasanaannya memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya yaitu dapat meningkatkan

5 efisiensi dan efektifitas belajar, merupakan pengakuan atas prestasi yang dimiliki. Sedangkan salah satu kekurangannya adalah dalam penyesuaian sosial. Keberadaan kelas khusus secara alami dapat membentuk kesenjangan antara siswa yang prestasi akademiknya dibawah rata-rata dengan siswa kelas khusus yang siswanya memiliki prestasi akademik diatas rata-rata. Hal-hal yang dapat memicu kesenjangan ini antara lain adalah munculnya stigma bahwa siswa yang berprestasi akademik diatas ratarata sombong dan angkuh karena keeksklusifannya. Siswa yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata hanya mau bergaul dengan siswa yang berprestasi sama dengan mereka. Siswa yang merasa tidak berprestasi akademik sering merasa sulit dan enggan bergaul dengan siswa yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata. SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu sekolah di Kecamatan Batudaa yang sudah membuat kelas khusus bagi peserta didik yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata. Salah satu tujuan sekolah ini adalah keberhasilan siswa dalam belajar yaitu dengan memperoleh prestasi akademik sesuai dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang ditentukan atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penelitian ini, peneliti terfokus pada siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo yang memiliki jumlah siswa keseluruhan 161 orang. Kenyataannya siswa di kelas VIII SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo masih kurang memiliki penyesuaian sosial. Kurangnya penyesuaian sosial pada siswa ini ditunjukkan dengan masih tampak kesenjangan sosial antara siswa yang memiliki prestasi akademik dengan siswa yang tidak berprestasi. Pada umumnya siswa yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata memilih-milih teman dalam bergaul. Sebaliknya siswa yang tidak berprestasi merasa rendah diri untuk bergaul dengan siswa yang memiliki prestasi akademik.

6 Realitas kurangnya penyesuaian sosial pada siswa yaitu terdapatnya siswa yang suka memilih-milih teman dalam bergaul dan terdapatnya siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri, mendorong untuk dilakukannya penelitian yang diformulasikan dengan judul Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo. Bertolak dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan pada penelitian ini bahwa kurangnya penyesuaian sosial antara siswa yang berpestasi akademik diatas rata-rata dengan siswa yang tidak memiliki prestasi akademik. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa: a. Adanya siswa yang merasa rendah diri dalam bergaul b. Terdapat siswa yang memilih-milih teman dalam bergaul Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan Apakah terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin dapat memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. (a) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi siswa di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo dalam memahami tentang pentingnya penyesuaian sosial dalam kehidupan seharihari. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan bagi seluruh personil sekolah tentang pentingnya penyesuaian sosial siswa di sekolah sehingga dapat memberikan pembinaan dalam peningkatan

7 penyesuaian sosial siswa di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo. (b) Secara teoritis manfaat yang diharapkan adalah dengan penelitian akan memperkaya kajian tentang hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial siswa. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penyesuaian Sosial Mustapa Fahmi (dalam Sobur, 2010:526) menyatakan Penyesuaian adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan. Terkait dengan definisi tersebut, penyesuaian sosial adalah suatu proses interaksi yang dinamik dan terus menerus antara individu dengan orang lain dan lingkungan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu bagian dari penyesuaian diri. Schneiders (dalam Agustiani, 2006:147) membagi penyesuaian diri ke dalam beberapa kategori. Salah satu pembagian itu adalah pembagian berdasarkan konteks situasional dari respon yang dimunculkan individu, yang terdiri dari penyesuaian personal, penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan dan penyesuaian vokasional. Karakteristik Penyesuaian Sosial Schneiders (dalam Yusuf, 2012:199) menyatakan bahwa remaja dituntut memiliki kemampuan penyesuaian sosial dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut adalah sebagai berikut; a. Lingkungan keluarga 1) Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orangtua dan saudara). 2) Menerima otoritas orangtua (mau menaati peraturan yang ditetapkan orangtua). 3) Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga. 4) Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya.

8 b. Lingkungan sekolah 1) Bersikap respect dan mau menerima peraturan sekolah. 2) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah. 3) Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah. 4) Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya. 5) Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya. c. Lingkungan masyarakat 1) Mengakui dan respect terhadap hak-hak orang lain. 2) Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain. 3) Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain. 4) Bersikap respect terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-kebjakan masyarakat. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial Siswa Di Lingkungan Sekolah Yusuf (2007:95) mengungkapkan bahwa sekolah sebagai salah satu lingkungan sosial tempat tempat individu berinteraksi, harus mampu menciptakan dan memberikan suasana psikologis yang dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dengan memiliki kemampuan sosial yang tepat. Adapun aspek-aspek dan indikator penyesuaian sosial, yaitu sebagai berikut: a) Kemampuan siswa menjalin hubungan persahabatan dengan teman di sekolah. Dengan indikator sebagai berikut: 1) Siswa mampu menerima teman apa adanya 2) Kemampuan siswa mengendalikan emosi 3) Kemampuan siswa bertanya terlebih dahulu 4) Kemampuan siswa bersikap realistis 5) Kemampuan siswa melakukan pertimbangan dalam mengambil keputusan 6) Siswa mampu melakukan tindakan yang tepat sesuai norma 7) Kemampuan siswa mempertahankan hubungan persahabatan

9 b) Kemampuan siswa bersikap hormat terhadap guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya, dengan indikator sebagai berikut: 1) Siswa berbicara dengan volume suara yang lebih rendah daripada guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya. 2) Kemampuan siswa bertutur kata dengan sopan dan santun ketika berkomunikasi dengan guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya. 3) Kemampuan siswa dalam menjaga sikap ketika bertemu dengan guru, kepala sekolah, dan staf sekolah lainnya. c) Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dengan indikator sebagai berikut: 1) Partisipasi siswa dalam megikuti kegiatan pembelajaran dikelas. 2) Partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. d) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah, dengan indikator sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran akan pentingnya peraturan sekolah. 2) Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku di sekolah. Faktor-faktor Mempengaruhi Penyesuaian Sosial Agustiani (2006:147) mengatakan bahwa penyesuaian sosial yang dilakukan oleh individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu sebagai berikut; (a) Faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk tubuh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik. (b) Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan intelektual, sosial, moral dan kematangan emosional. (c) Faktor Psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustrasi dan konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam penyesuaian diri. (d) Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi keluarga, kondisi rumah, dan sebagainya. Masalah-masalah Penyesuaian Sosial Siswa Siswa harus ampu menyesuaikan diri dengan segala kondisi dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya. Tetapi, tidak semua siswa selalu berhasil dalam proses

10 penyesuaian sosial. Banyak masalah-masalah yang muncul dihadapi siswa seiring sengan proses perkembangannya. Abin Syamsudin (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2012:212) mengemukakan mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja berkaitan dengan segala aspek perkembangannya, yaitu sebagai berikut: a) Munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, munculnya sikap penolakan diri (self rejection) akibat body imagenya tidak sesuai dengan gambaran diri yang sesungguhnya. b) Timbulnya masalah underachiever (remaja yang memilki prestasi dibawah kapasitasnya) atau inferiority complex (rasa rendah diri) pada remaja yang tidak pernah tuntas. c) Timbulnya masalah juvenile delinquency ketika keterikatan hidup dalam gang (peers group) tidak terbimbing. d) Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiatan deskruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan emosionalnya; ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar menentukan identitas pribadinya. Pengertian Prestasi Akademik Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:787). Sedangkan dalam Webster s new International Dictionary (1951:20) prestasi merupakan standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Akademik adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar disekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:787). Setiawan (dalam Sobur, 2010) mengatakan bahwa prestasi akademik adalah istilah suatu pencapaian keberhasilan tentang suatu tujuan karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal. Prestasi akademik merupakan

11 perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang berstandar (Sobur, 2010). Faktor-faktor Mempengaruhi Prestasi Akademik Winkel (dalam Syah, 2010:145) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal/pribadi dan eksternal/lingkungan. a. Faktor Internal Taraf inteligensi seseorang dapat tercermin dalam prestasi sekolahnya disemua mata pelajaran. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat prestasi akademik peserta didik. Hal ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang peserta didik maka semakin besar peluangnya untuk meraih prestasi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang peserta didik maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi. Peserta didik dengan taraf inteligensi yang tinggi diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. b. Faktor Eksternal Lingkungan rumah terutama orangtua, memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orangtua adalah pengasuh, pendidik dan membantu proses sosialisasi anak. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi prestasi akademik siswa adalah orangtua dan keluarga. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap prestasi yang dicapai oleh siswa.

12 Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk berprestasi. Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar, yaitu: a) sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha murid agar sukses baik dalam bidang akademik maupun sosial; b) adanya kurikulum yang menantang dan terarah; c) adanya perhatian dan kepercayaan murid serta orangtua terhadap sekolah; d) adanya ketulusan serta keadilan bagi semua murid, baik untuk murid dengan latar belakang yang berbeda ras maupun etnik; e) adanya kebijakan dan peraturan yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah. Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Penyesuaian Sosial Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga pada penyesuaian sosialnya. Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia (anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam. Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Mengkaji persahabatan di kalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam: minat, nilai-nilai, pendapat dan sifat-sifat kepribadian. Penelitian Kandel (dalam Yusuf & Nurihsan, 2012:193) menunjukkan bahwa karakteristik persahabatan

13 remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan di sekolah dipengaruhi oleh kesamaan dalam faktor-faktor: harapan/aspirasi pendidikan, nilai (prestasi akademik), dan lain-lain. Siswa yang mempunyai prestasi akademik akan dengan mudah menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan sosial dalam segi pergaulan. Mereka akan lebih merasa percaya diri berada di tengah-tengah kelompok teman sebayanya. Hipotesis dalam penelitian adalah terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksnakan di SMP Negeri I Batuaa Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan Juli sampai dengan desember Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yakni mengkaji hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo ysng berjumlah 161 siswa yang tersebar dalam 4 kelas. Anggota sampel pada penelitian ini adalah 21, 74% dari siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo, yaitu terdiri dari 35 siswa yang tersebar pada 4 kelas. Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang obyek penelitian yang meliputi informasi tentang prestasi akademik siswa yang dilihat melalui nilai yang tercantum dalam daftar nilai guru. Angket merupakan instrument yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang penyesuaian sosial siswa, sehingga peneliti bisa mendapatkan tentang

14 hubungan antara prestasi akademik sengan penyesuaian sosial siswa kelas VIII di SMP Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo yang diperoleh dari penjabaran indikator penelitian. Pengumpulan data dengan menggunakan angket memiliki beberapa kelebihan antara lain, praktis karena dapat digunakan untuk mengumpulkan data responden dalam jumlah yang banyak serta mudah pengisiannya. Melalui angket, peneliti dapat menghimpun sejumlah informasi relevan yang dibutuhkan terkait dengan penelitian yang dilaksanakan. Sebelum angket disusun terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket berdasarkan indikator. Pembahasan Penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai dengan keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan. Prestasi akademik atau prestasi belajar adalah gambaran dari pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan kecakapan tingkah laku yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan skor atau nilai yang dikembangkan oleh guru. Berdasakan penjelasan di atas bahwa penyesuaian sosial berhubungan dengan prestasi akademik. Namun kenyataannya prestasi akademik yang baik belum tentu mempengaruhi penyesuaian sosial yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pada kurva penerimaan dan penolakan hipotesis yang menunjukkan t hitung berada pada daerah penerimaan H 0. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yaitu Hubungan antara prestasi akademik dan penyesuaian sosial siswa di SMP Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo tidak diterima.

15 Saran Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: a. Penyesuaian sosial memang dipengaruhi oleh prestasi akademik akan tetapi persentasinya rendah. Untuk itu diharapkan kepada khususnya pihak sekolah untuk dapat mencari tahu faktor-faktor lain yang besar hubungannya dengan penyesuaian sosial peserta didik agar dapat memenuhi tuntutan lingkungannya. b. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk dapat mengangkat permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan sehingga apa yang akan dilakukan bisa bermanfaat untuk semua pihak. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama Sobur, Alex Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Syah, Muhibbin Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sunarto dan Hartono Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Yusuf, Syamsu Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya Yusuf dan Nurihsan Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cara individu dalam memenuhi kebutuhannya menunjukkan adanya keragaman pola penyesuaian. Individu adalah mahkluk yang unik dan dinamik, tumbuh dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI Pembimbing 1 : Dr. H. Walidun Husain, M.Si Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK NETRIALIS Guru SMP Negeri 2 Kuatan Mudik netrialisn@yahoo.com ABSTRAK Penelitian Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI OLEH : SITI AMINAH NIM. ERA1D012109 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Putri Assa adah yang terletak di jalan Kebon Melati No.2 Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, definisi operasional 60 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari: desain penelitian, lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II) PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bandung yang beralamat di Jalan Belitung No. 8 Kota Bandung. Populasi penelitian adalah siswa berbakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hidup ini semua manusia memerlukan pendidikan untuk mencapai kedewasaan, pendidikan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 233 HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN Muhamad Abdul Aziz 1, Ewo Tarmedi 2, Sunarto H. Untung 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penyesuaian Diri 1. Penyesuaian Diri Seorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikandiri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa) HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa) Oleh: Fitriyanti K. Dja far, Trisnowaty Tuahunse*, Resmiyati Yunus** Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO Jauharotul Maknunah Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi kehidupan manusia, khususnya bangsa Indonesia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Wenny Hulukati, Murhima A. Kau, Ramlah ABSTRAK Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh prestasi akademik sesuai dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan konsep pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI 2 Dosen Pengampu: Dr. H. Purwanto, M. Pd. Disusun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas.

BAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas. BAB V PEMBAHASAN A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang unik dan berkembang menjadi organisme yang segar dan siap untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Mengenal diri yang di maksud adalah

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Disusun oleh YULIYATUN A 210 080 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, untuk selanjutnya dideskripsikan agar mendapatkan gambaran keterampilan penyesuaian sosial peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

PENGARUH JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 02 KALISORO TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 02 KALISORO TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 02 KALISORO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Akuntansi.

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Akuntansi. PENGARUH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP 1 AL-ISLAM SURAKARTA TAHUN 2013-2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL Oleh : ANCE EFRIDA NPM. 09020122 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu remaja diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG Desi Kurnia Ningsih 1 Erianjoni, M.Si 2 Erningsih, S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2 PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/ 2012 JURNAL PUBLIKASI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3 MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Volume 2, No. Hubungan 1, April 2016: Kecerdasan Page 29-35 Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika ISSN: 2443-1435 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL

Lebih terperinci

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI MTs MUHAMMADIYAH 7 HASAHATAN JULU Muhammad Darwis Dosen Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh:

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh: PENGARUH PEMBERIAN TUGAS DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BANYUDONO BOYOLALI TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan

Lebih terperinci

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA SISWA, KEBIASAAN BELAJAR, DAN NILAI UAN TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN TEORI PERMESINAN KELAS 1 SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA DAN SMK MUHAMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perhatian terhadap anak berbakat khususnya di Indonesia sekarang ini sudah memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat individu menjalin sebuah hubungan sosial demi memenuhi kebutuhan hidup, baik secara moril

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun 80 Bab III akan membahas BAB III METODE PENELITIAN pokok bahasan pada Bab III ini dimulai dari populasi rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun desain penelitian yang digunakan, dan sampel,

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP TATA KRAMA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII - G SMP NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PURWANTORO TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu tempat bagi peserta didik untuk menuntut ilmu selain di rumah dan lingkungan yang juga dapat memberikan ilmu kepada anak. Sebagai tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

*Hp: /

*Hp: / PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 2 UJUNGBATU KAB. ROKAN HULU Sudur Nurhidayah* ), Silvia Rita 1), Ika Daruwati 2) 1&2) Program Studi

Lebih terperinci