Diptasari Wibawanti K Pendidikan Sosiologi Antropologi
|
|
- Suparman Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Persepsi dan Perilaku Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter (Studi Kasus Di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret) Diptasari Wibawanti K Pendidikan Sosiologi Antropologi Abstrak: Diptasari Wibawanti. K , PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap pendidikan karakter dalam pelaksanaan visi FKIP UNS, (2) mengetahui strategi penerapan visi FKIP UNS berkarakter kuat dan cerdas di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan (3) mengetahui perilaku mahasiswa di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai proses dan hasil penerapan visi FKIP UNS tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan P IPS FKIP UNS. Penelitian menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data berasal dari mahasiswa, dosen dan pimpinan Jurusan P IPS, serta pimpinan FKIP. Teknik pengambilan informan yang digunakan yaitu teknik purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi langsung, dan analisis dokumen. Untuk meningkatkan kesahihan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu triangulasi sumber. Tahapan analisis interaktif penelitian meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemahaman informan mengenai penjabaran visi berkarakter kuat dan cerdas sangat beragam. Namun hal ini disepakati sebagai kriteria ideal yang harus ada dalam kepribadian pendidik, yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Berkarakter kuat dan cerdas dijabarkan sebagai keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ yang mampu diaplikasikan dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis dalam kehidupan sehari-hari, yang mengarah pada perubahan positif bagi dirinya dan orang lain. (2) Untuk membentuk calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas, pendidikan karakter dilaksanakan secara bertahap melalui kurikulum, program dan kebijakan, penciptaan lingkungan yang sehat dan kondusif, keteladanan serta pengawasan. Pendidikan karakter bukan merupakan mata kuliah khusus, melainkan terintegrasi dalam kurikulum. Dosen berperan penting sebagai figur teladan bagi mahasiswa. (3) Pendidikan karakter belum dilaksanakan secara optimal di jurusan P IPS, karena terlalu menekankan segi fisik yang diatur melalui kebijakan seragam, di mana hal ini masih menimbulkan pro kontra. Pendidikan karakter juga terhambat karena budaya non-edukatif seperti kecurangan mahasiswa dalam ujian dan tugas yang dianggap wajar. FKIP belum menetapkan
2 kriteria resmi evaluasi pendidikan karakter, sehingga penilaian keberhasilan hanya sampai pada pengamatan individual. Mahasiswa belum mengaplikasikan nilainilai berkarakter kuat dan cerdas secara optimal, karena kurang paham atas makna berkarakter kuat dan cerdas, belum terbentuknya kesadaran pribadi, belum ada contoh yang bisa diteladani, serta kurang ada sosialisasi lebih lanjut terkait dengan program dan kebijakan. Kata kunci: persepsi, perilaku, pendidikan karakter, mahasiswa Pendahuluan Dampak globalisasi yang terjadi telah menyebabkan masyarakat Indonesia mengalami degradasi karakter dan moral. Padahal, karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Salah satu alternatif yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, atau paling tidak mengurangi, masalah degradasi moral dan karakter bangsa adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membelajarkan dan membimbing generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang lebih baik. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah degradasi moral dan karakter bangsa. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter sebagai satu konsep pendidikan yang menanamkan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), serta tindakan (action) merupakan suatu solusi untuk memperbaiki karakter dan moral bangsa. Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilainilai kebaikan kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa sehingga menjadi manusia yang seutuhnya.
3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta merupakan sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), yang didirikan untuk mencetak tenaga-tenaga pendidik yang handal dan profesional. Untuk menghasilkan tenaga pendidik yang baik maka diperlukan lembaga pendidikan yang baik pula. Kualitas pendidikan ditandai oleh kualitas lulusan LPTK, sehingga kualitas LPTK harus senantiasa dibangun dan dikembangkan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas pula. Dalam konteks membangun karakter calon generasi bangsa, penyiapan calon tenaga pendidik profesional yang berkarakter tentunya memiliki korelasi yang tinggi. Sebab setiap calon pendidik dewasa ini dituntut memiliki kemampuan dalam membina karakter peserta didiknya, sehingga pembinaan karakter mahasiswa calon tenaga pendidik harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan profesional tenaga pendidik selama di lingkungan kampus. Oleh karena itu FKIP UNS mengusung visi menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga kependidikan berkarakter kuat dan cerdas. Grand design berkarakter kuat dan cerdas yang ideal ternyata belum dapat dilaksanakan dengan optimal. Realita di lapangan masih banyak ditemukan penyimpangan-penyimpangan perilaku sebagai bukti adanya kesenjangan antara indikator nilai berkarakter kuat dan cerdas dengan pelaksanaan praktis di lapangan. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana jalannya proses pendidikan karakter dan hasil perilaku sebagai upaya mencapai visi berkarakter kuat dan cerdas di jurusan P IPS FKIP UNS. Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan masalah adalah (1) bagaimana persepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap pendidikan karakter dalam pencapaian visi FKIP UNS, (2) bagaimana strategi penerapan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi FKIP UNS di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) bagaimana perilaku mahasiswa di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai proses dan hasil penerapan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi FKIP UNS tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap pendidikan karakter dalam
4 pelaksanaan visi FKIP UNS, (2) mengetahui strategi penerapan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi FKIP UNS di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) mengetahui perilaku mahasiswa di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai proses dan hasil penerapan pendidikan karakter dalam upaya mencapai visi FKIP UNS tersebut. Metode Penelitian ini dilakukan di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data berasal dari informan yakni pimpinan fakultas (Dekan), pimpinan jurusan (Ketua Jurusan), serta dosen dan mahasiswa dalam lingkup jurusan P IPS; perilaku atau aktivitas informan; lingkungan FKIP UNS; serta dokumen dan gambar yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter dalam pencapaian visi FKIP. Informan diambil dengan teknik purposive sampling, yakni memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah yang akan diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data menggunakan trianggulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis data interaktif yaitu dengan tahapan: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Review Literatur Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Terminologi karakter sedikitnya memuat dua hal yaitu values (nilai-nilai) dan kepribadian. Sebagai suatu cerminan dari kepribadian yang utuh, karakter mendasarkan diri pada tata nilai yang dianut masyarakat. Tata nilai yang mendasari pemikiran serta perilaku individu ini ditanamkan dengan proses internalisasi nilai yang sesuai
5 dengan budaya yang dianut oleh masyarakat. Proses internalisasi inilah yang kemudian membentuk karakter seorang individu. Mounier mengajukan dua cara interpretasi dengan melihat karakter sebagai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebut sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed) (Koesoema, 2007: 90). Maka, dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologis manusia yang khas dan berbeda sebagai hasil keterpaduan olah hati, pikir, raga, rasa dan karsa sebagai kondisi bawaan sejak lahir yang disertai dengan usaha menuju penyempurnaan diri. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baikburuk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Winataputra, 2010:8). Pembentukan dan pengembangan karakter sebagai upaya pendidikan diharapkan dapat memberikan dampak positif baik bagi individu secara personal maupun bagi lingkungannya. Hal ini sesuai pendapat Megawangi (2004) bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, Triatna, & Permana, 2011: 5). Kemudian Kemendiknas (2011: 1) menyatakan bahwa pendidikan karakter harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya pembentukan
6 dan pengembangan karakter yang melibatkan semua aspek dimensi manusia baik kognitif, afektif (emosi), dan psikomotor (fisik) dengan mengetahui, merasakan, dan melaksanakan perilaku yang baik (knowing the good, loving the good, and acting the good) sehingga menjadi habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan yang bersifat personal maupun sosial sebagai tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orangtua. Pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang mengarah semakin positif. Perilaku memiliki arti subyektif bagi setiap pelakunya. Weber (1964) menyatakan bahwa suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya (Sunarto, 2004:12). Memahami arti subyektif dari sebuah tindakan berarti bersifat empati, yakni bagaimana menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang melakukan tindakan, dan situasi serta tujuan-tujuan dilihat menurut persektif tersebut. Pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang mempertimbangkan tujuan serta cara untuk mencapainya. Oleh Weber, ini disebut sebagai tindakan rasional instrumental, yaitu meliputi pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Dalam konteks lembaga pendidikan, FKIP merumuskan visi menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga kependidikan berkarakter kuat dan cerdas. Rumusan berkarakter kuat dan cerdas mengandung cita-cita dan nilai yang merupakan proses sekaligus usaha, yang digambarkan dengan serangkaian kegiatan dan sasaran lembaga, sehingga akan menghasilkan lulusan yang cerdas intelektual, emosional, spiritual, moral, dan sosial. Visi lembaga pendidikan akan menentukan sejauh mana program pendidikan karakter berhasil diterapkan di dalam lingkungan kampus. Visi FKIP UNS sebagai idealisme dan cita-cita yang secara konkret menjadi pedoman perilaku, sumber motivasi, sehingga setiap civitas akademika di FKIP UNS semakin tumbuh dan berkembang secara utuh. Untuk merealisasikan visi berkarakter kuat dan cerdas tersebut, maka FKIP UNS merumuskan misinya sebagai berikut:
7 1) Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan secara efektif untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul, berdaya saing tinggi, mandiri, dan berkepribadian. 2) Melaksanakan penelitian yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan pengajaran serta mampu menjadi penghasil bagi berbagai kegiatan inovatif dalam bidang kependidikan 3) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat 4) Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang pengembangan bidang kependidikan Hidayatullah (2009: ) menggambarkan budaya kerja yang berlandaskan karakter kuat (meliputi amanah dan keteladanan) dan cerdas, sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik, Definisi, dan Indikator Budaya Kerja No Karakteristik Definisi Indikator 1 Komitmen Tekad yang mengikat dan melekat Memiliki ketajaman visi pada seorang pendidik untuk Rasa memiliki (sense of melakukan tugas dan tanggung belonging) jawabnya sebagai pendidik Bertanggung jawab 2 Kompeten Kemampuan seorang pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran (mengajar dan mendidik) dan kemampuan memecahkan berbagai masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan 3 Kerja keras Kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai 4 Konsisten Kemampuan melakukan sesuatu dengan istiqomah, ajeg, fokus, sabar, dan ulet serta melakukan perbaikan yang terus menerus (sense of responsibility) Senantiasa mengembangkan diri Ahli di bidangnya Menjiwai profesinya Memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional Bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh Bekerja melebihi target (extra ordinary process) Produktif (out-standing result) Memiliki prinsip (istiqomah) Tekun dan rajin Sabar dan ulet Fokus
8 5 Kesederhanaan Kemampuan mengaktualisasikan sesuatu secara efektif dan efisien 6 Kedekatan Kemampuan berinteraksi secara dinamis dalam jalinan emosional antara dosen dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran/pendidikan 7 Pelayanan maksimal Kemampuan untuk membantu atau melayani atau memenuhi kebutuhan peserta didik secara optimal 8 Cerdas Kemampuan cepat mengerti dan memahami, tanggap, tajam dalam menganalisis dan mampu mencari laternatif-alternatif solusi, dan mampu memecahkan masalah (cerdas intelektual) Kemampuan memberikan makna/nilai terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan sehingga hasilnya optimal (cerdas emosi dan spiritual) (Sumber: Hidayatullah, 2009: ) Bersahaja Tidak mewah Tidak berlebihan Tepat guna Perhatian pada mahasiswa (student centered) Learning centered Terjalinnya hubungan emosional yang harmonis Dipenuhinya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kepuasan Cepat dan tanggap Pelayanan cepat Proaktif Responsif, analitis, inovatif, dan solutif Mewarnai berbagai aktivitas yang dilakukan Visi FKIP UNS untuk menjadi LPTK penghasil dan pengembang tenaga kependidikan berkarakter kuat dan cerdas, dijelmakan menjadi misi, sebagai rumusan operasional akan tujuan (goal) yang ingin direalisasikan secara nyata. Visi dan misi tersebut kemudian menjadi dasar penetapan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh FKIP UNS. Dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, pembelajaran KBK diterapkan di setiap institusi/fakultas, yakni jurusan/ program studi di lingkungan UNS, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Keputusan
9 Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi serta Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 553/H27/PP/2009 tentang Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam Sistem Kredit Semester. Visi dan misi juga menjadi dasar acuan bagi penyusunan kebijakan dengan pendekatan pendidikan karakter yang menjunjung nilai-nilai karakter dan kecerdasan. Lebih lanjut, disusun strategi/pendekatan untuk melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan program dan kebijakan yang telah ditetapkan. Kemudian program serta pembelajaran KBK diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan kampus. Dalam pelaksanaan inilah akan terlihat bagaimana perilaku mahasiswa dalam kehidupan kampus, sehingga dari keseluruhan pelaksanaan pendidikan karakter yang meliputi program maupun kurikulum dalam kehidupan kampus, akan menghasilkan output mahasiswa yang berkarakter kuat dan cerdas. Visi dan Misi FKIP UNS Program dan kebijakan FKIP UNS Tujuan FKIP UNS Strategi/pendekatan Berkarakter Kuat dan Cerdas Kurikulum Berbasis Kompetensi Lingkungan Kampus FKIP UNS Pelaksanaan dalam Kehidupan Kampus Dosen, staf, sarana prasarana, fasilitas, dll Perilaku Mahasiswa Output Mahasiswa Berkarakter Kuat dan Cerdas Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir
10 Hasil Penelitian dan Pembahasan FKIP UNS terletak di kampus induk Universitas Sebelas Maret yang beralamatkan di Jl. Ir. Sutami 36 A Ketingan, Jebres, Surakarta, di mana fakultas ini letaknya paling belakang atau di sebelah utara berdekatan dengan pintu masuk gerbang belakang kampus. Fakultas ini berbatasan sebelah timur dengan gedung Pasca Sarjana UNS, sebelah barat dengan gedung Fakultas Hukum UNS, vihara, pura, dan gereja kampus, sebelah selatan dengan gedung UPT Mata Kuliah Umum, dan sebelah utara dengan Masjid Kampus Nurul Huda UNS sehingga membuat letak FKIP UNS menjadi strategis. Saat ini di FKIP terdapat 6 jurusan dengan 19 program studi. Jurusan P.IPS ini merupakan jurusan dengan jumlah program studi terbanyak, yaitu sebanyak 5 program studi, antara lain Pendidikan Ekonomi, yang terdiri atas: Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran, Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Geografi, Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan Sosiologi-Antropologi. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, yang pertama yakni mengenai persepsi terhadap pendidikan karakter. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pemahaman informan baik mahasiswa, dosen, pimpinan jurusan, dan pimpinan fakultas atas makna berkarakter kuat dan cerdas sangat beragam. Namun mereka sudah mengarah pada satu pemahaman, yakni bahwa sebagai sebuah LPTK, rumusan visi dipahami sebagai kriteria ideal yang harus melekat dalam kepribadian seorang pendidik, yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru, yang dapat memberikan kekhasan pada dirinya, sehingga dapat dibedakan dengan mahasiswa dari fakultas lain. Namun warga kampus sebagai sasaran dari visi FKIP ini belum sepenuhnya mencerminkan sikap yang berkarakter kuat dan cerdas. Seperti pengakuan salah seorang informan yang mengaku sekedar mengetahui visi berkarakter kuat dan cerdas sebagai slogan teoritis yang sering digaungkan di FKIP, namun belum mengetahui praksis apa yang harus dilakukan sebagai konsekuensi aplikatifnya. Inti dari rumusan berkarakter kuat dan cerdas menurut para informan yang kemudian dipahami sebagai kriteria yang harus dimiliki oleh seorang
11 pendidik, ialah keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu mengaplikasikannya dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis terkait dengan kebebasan yang bertanggungjawab dalam memberikan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Keseimbangan di antara ketiganya akan membentuk pribadi dengan mentalitas yang kuat dan perilaku yang mengarah pada perubahan positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Selanjutnya, rumusan masalah yang kedua mengenai strategi penerapan pendidikan karakter, diintegrasikan melalui melalui kebijakan yang programatik, maupun dengan keteladanan interpersonal serta penciptaan lingkungan yang sehat dan kondusif. Keteladanan merupakan hal yang sangat penting, di mana menjadi bentuk visual yang jelas sebagai praksis pendidikan karakter. Hal ini menurut informan, bukan hanya memberikan teladan, tapi bagaimana bisa menjadikan dirinya sebagai teladan. Dalam hal ini, dosen mengambil peran penting, namun banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi seorang dosen dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, terkadang membuatnya lalai dalam tugasnya menjadi teladan bagi mahasiswanya. Hal ini dikemukakan oleh informan, bahwa tidak semua dosen dapat dijadikan sebagai teladan. Artinya ada dosen, satu atau beberapa yang informan anggap belum bisa memenuhi kriteria sebagai sosok yang pantas untuk diteladani. Secara langsung, FKIP menciptakan sebuah pendekatan pendidikan karakter melalui kurikulum dan program yang disusun. Hal ini sesuai dengan pendapat informan bahwa visi berkarakter kuat dan cerdas harus terintegrasi dalam kurikulum setiap program studi. Pendidikan karakter bukan berarti harus menjadi satu mata kuliah khusus. Melainkan kurikulum harus mencakup mata kuliah-mata kuliah yang di dalamnya berisi tentang pendidikan karakter dengan nilai-nilai karakter prioritas yang ingin ditanamkan kepada mahasiswa. Secara tidak langsung, FKIP melaksanakan pendidikan karakter dengan cara menciptakan lingkungan moral yang sehat, yakni kondisi di mana setiap individu di lembaga pendidikan merasa bahwa kebebasan dan keunikannya dihargai. Hal ini, dilakukan dengan penerapan disiplin waktu kuliah, seragam putih-gelap pada hari Senin- Selasa, serta poster-poster anjuran dan peringatan, dan lain sebagainya.
12 Pendidikan karakter di FKIP melibatkan kontrol dan pengawasan dari berbagai pihak, baik dari pembuat kebijakan sendiri, maupun dari dosen sebagai pendidik. Pengawasan ini berupaya mengantisipasi tindakan-tindakan di luar nilai karakter yang diharapkan, serta memberikan teguran awal bagi bentuk tindakan tersebut. Selanjutnya, berdasarkan rumusan masalah yang ketiga, terkait dengan nilai-nilai karakter apa saja yang ingin ditanamkan FKIP kepada para mahasiswanya, tidak dapat dilepaskan dari situasi dan konteks sosial di mana pendidikan karakter tersebut diterapkan. Mengingat bahwa FKIP sebagai LPTK, yaitu lembaga pendidikan yang mendidik dan membelajarkan mahasiswanya untuk menjadi guru atau pendidik, maka nilai-nilai yang dipilih berkaitan erat dengan kepribadian ideal yang diharapkan dapat dimiliki oleh seorang guru. Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang menjadi patokan di FKIP UNS, serta perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa: Tabel 2. Indikator dan nilai karakter prioritas yang diterapkan di FKIP Definisi operasional Visi FKIP UNS Komponen Berkarakter kuat dan cerdas Indikator 1. Nilai keamanahan 2. Keteladanan 3. Berpikir dan bertindak cerdas Indikator operasional Komitmen Kompeten Kerja keras Konsisten Kesederhanaan Kedekatan Pelayanan maksimal Kecerdasan intelektual Kecerdasan emosional Kecerdasan spiritual Nilai karakter Kejujuran Tanggung jawab Kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, profesional Kerja keras Disiplin Bersahabat/ komunikatif Responsif Inovatif Manajemen emosi Religius (Sumber: hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen yang telah diolah)
13 Secara personal, mahasiswa belum mampu mengaplikasikan nilai-nilai karakter prioritas yang diharapkan FKIP untuk mencapai berkarakter kuat dan cerdas secara optimal, sehingga masih perlu beberapa perbaikan. Hal ini terbukti dari munculnya beberapa penyimpangan, salah satunya adalah adanya budaya non-edukatif seperti anggapan bahwa kecurangan yang merupakan tindakan tidak jujur mahasiswa baik dalam ujian maupun tugas adalah hal yang wajar. Kurang optimalnya mahasiswa dalam mengaktualisasikan nilai-nilai karakter tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangpahamnya mahasiswa atas makna berkarakter kuat dan cerdas, belum terbentuknya kesadaran pribadi, belum adanya contoh yang bisa dijadikan teladan, serta kurang adanya sosialisasi lebih lanjut terkait dengan program maupun kebijakan. Pendidikan karakter agar tetap berjalan memerlukan adanya proses evaluasi untuk memperbaiki kinerjanya selama ini. Penilaian pendidikan karakter di FKIP yang diakui belum mempunyai parameter secara pasti, menunjukkan sulitnya menilai keseluruhan proses belajar mahasiswa yang indikasinya adalah perkembangan kepribadian. Penilaian terhadap pendidikan karakter di FKIP ialah melihat sejauh mana pengetahuan itu mengubah sikap, perilaku yang koheren dengan konsep sebuah lembaga yang mendidik. Pada hakihatnya, pendidikan karakter membutuhkan penilaian dari individu sebagai bentuk refleksi perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang diyakininya, serta dari komunitas yang menilai sejauh mana struktur lingkungan pendidikan mampu menumbuhkan karakter moral setiap individu dalam sistem tersebut. Penilaian pendidikan karakter diarahkan pada perilaku dan tindakan, bukan sekedar pengetahuan dan pemahaman yang dimengerti dan dikatakan saja. FKIP sebagai pelaksana pendidikan karakter belum menetapkan kriteria resmi penilaian pendidikan karakter, sehingga setelah perjalanan kurang lebih 5 tahun pendidikan karakter ini dilaksanakan, evaluasi keberhasilan pendidikan karakter hanya sampai pada pengamatan individual dosen dan pembuat kebijakan serta beberapa riset. Dan sebagai hasil pengamatan tersebut diperoleh hasil bahwa telah ada perbaikan-perbaikan yang ditunjukkan melalui perubahan perilaku yang lebih positif, seperti kesantunan dalam berpenampilan,
14 tindakan curang informan yang berkurang, serta peningkatan kedisiplinan. Indikator yang ditetapkan kemudian sebagai nilai-nilai karakter prioritas yang ingin ditanamkan FKIP dalam diri mahasiswanya menjadi satu-satunya pegangan bagi penilaian sejauh mana pendidikan karakter berhasil dilaksanakan. Penutup Berdasarkan rumusan masalah yang pertama, ditemukan bahwa pemahaman informan mengenai penjabaran visi berkarakter kuat dan cerdas sangat beragam. Namun visi ini disepakati sebagai kriteria ideal yang harus melekat dalam kepribadian seorang pendidik, yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Berkarakter kuat dan cerdas dijabarkan sebagai keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ yang mampu diaplikasikan dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis yang mengarah pada perubahan positif bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Selanjutnya, rumusan masalah yang kedua, untuk membentuk calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan dengan pendekatan pendidikan karakter melalui kurikulum, program dan kebijakan, penciptaan lingkungan yang sehat dan kondusif, serta keteladanan. Pendidikan karakter bukan merupakan satu mata kuliah khusus, melainkan terintegrasi dalam kurikulum. Dosen mengambil berperan penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter, terutama sebagai teladan bagi mahasiswa, serta melakukan pengawasan. Kemudian rumusan masalah ketiga yakni mahasiswa belum mampu mengaplikasikan nilai-nilai karakter prioritas yang diharapkan FKIP untuk mencapai berkarakter kuat dan cerdas secara optimal. Pendidikan karakter belum dilaksanakan secara optimal di jurusan P IPS FKIP UNS, karena terhambat oleh beberapa hal. Pelaksanaan pendidikan karakter masih terlalu menekankan pada segi fisik yang terlihat dari cara berpenampilan mahasiswa. Pendidikan karakter juga terhambat karena budaya non-edukatif seperti anggapan bahwa kecurangan mahasiswa dalam ujian maupun tugas adalah hal yang wajar. FKIP juga belum menetapkan kriteria resmi evaluasi pendidikan karakter, sehingga penilaian keberhasilan pendidikan karakter hanya sampai pada pengamatan individual.
15 Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang pendidikan karakter di jurusan P IPS FKIP UNS, peneliti memberikan saran-saran: 1. Bagi mahasiswa Mahasiswa sebaiknya lebih memahami posisinya sebagai seorang calon pendidik, untuk memperbaiki diri dengan pembelajaran dan pembiasaan bersikap, bertindak dan berperilaku yang berkarakter kuat dan cerdas, selama proses perkuliahan di FKIP. 2. Bagi dosen Dosen perlu lebih merefleksi, mengevaluasi, dan memperbaiki diri sehingga dapat menempatkan diri untuk menjadi figur teladan bagi mahasiswa. Dosen juga perlu mengadakan pendekatan dan pengawasan yang lebih personal. 3. Bagi jurusan Baik staf kependidikan maupun pimpinan jurusan perlu melakukan evaluasi diri terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang masih berjalan. Program dan kebijakan harus dilaksanakan dengan bentuk aturan yang jelas, agar dapat diterapkan secara efektif. 4. Bagi FKIP Pelaksanaan pendidikan karakter perlu perbaikan sistem maupun lingkungan, sehingga pihak FKIP sebaiknya menyusun sistem evaluasi yang dapat menilai keberhasilan pendidikan karakter, agar selalu mengalami peningkatan dan kemajuan. Perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut mengenai berbagai program dan kebijakan yang dilaksanakan FKIP dalam proses pendidikan karakter. Daftar Referensi Asmani, J.M. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
16 Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. (2010). Buku Pedoman Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tahun 2010/2011. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hidayatullah, M.F. (2009). Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Hidayatullah, M.F. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Husaini, A. (2007). Pendidikan Karakter: Penting Tapi Tidak Cukup! Diperoleh 13 Maret Johnson, D.P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (2009). Bandung: Focus Media. Winataputra. U.S. (2010). Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Karakter. Diperoleh 28 Februari 2012.
BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai karakter yang ada pada diri anak bangsa seperti rasa peduli terhadap etika dan sopan
Lebih terperinciPERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1
PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat
Lebih terperinciPEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER
PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus Pada Guru Di Sekolah SMA Muhammadiyah 4 Kartasura) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN
PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN PKn Studi Kasus: Siswa Kelas VII B MTs Muhammadiyah 07 Klego Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Analisis Terhadap Mahasiswa Pada Mata Kuliah Matematika Dasar Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA
Pendidikan Karakter Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa 15 PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Oleh: Yulianti Siantayani 1 Konflik antar suku dan agama yang terus bergulir dari waktu ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan
Lebih terperinciPERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
PERSEPSI DAN PERILAKU MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER (STUDI DESKRIPSI DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR BANTEN TAHUN 2013) Oleh: Ade Hidayat ABSTRAK: Tujuan penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu bangsa adalah melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan
Lebih terperinciMENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat menentukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanaman karakter kejujuran sangat penting untuk dikembangkan pada anak usia dini. Pembentukan karakter sebaiknya dilakukan sejak usia dini dengan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
Lebih terperinciPENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah
PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA Pipin Erlina, Umi Chotimah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya email: pipinerlina6@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciPENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia telah memasuki era globalisasi, era dimana persaingan di dunia akan semakin ketat. Perlu banyak upaya untuk mempertahankan suatu bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)
PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS) Semester Gasal 2012/2013 suranto@uny.ac.id 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi
Lebih terperinciOleh: LITA AYU SOFIANA A
IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN GOTONG ROYONG (Studi Kasus Pembangunan Jalan di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING
ISBN: 978-602-70471-1-2 81 PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING Dini Restiyanti Pratiwi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Univeritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan
Lebih terperinciDWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik
DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang
Lebih terperinciOleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A
MUATAN DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SALING MENGHARGAI (Analisis Isi pada Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII SMP/MTs Kurikulum 2013 serta Pelaksanaannya di SMP Negeri 1 Surakarta)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga negara. Baik itu pendidikan formal melalui lembaga resmi seperti sekolah ataupun pendidikan di luar sekolah. Manfaat
Lebih terperinciETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran
ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran Oleh: Dr. Marzuki PUSAT PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN KULTUR LPPMP - UNY 12/05/2015 1 RIWAYAT PENDIDIKAN BIODATA SINGKAT S1 dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan sifat kejiwaan atau tabiat seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki Undang-Undang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam suatu negara yang tidak boleh dikesampingkan. Pendidikan memiliki standar yang harus dicapai demi tercapainya
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter sangat penting dalam membangun sebuah peradaban bangsa yang kuat dan berahlak mulia. Tanpa karakter sebuah bangsa yang dibangun atas seseorang dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah.
Lebih terperinciPETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciKONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU. Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia PENGANTAR HASIL PENDIDIKAN DEWASA INI CENDERUNG MENJADIKAN MANUSIA YANG LEBIH MEMENTINGKAN KEHIDUPA PRAGMATIS,
Lebih terperinciINTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI
INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI Novia Irma Lutviyanti Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak: Pada hakekatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN
STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Jelaskan mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
Lebih terperinciDWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan bangsa didasarkan pada karakter yang harus dimiliki oleh generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki kebiasaan-kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang hasilnya baru bisa dirasakan setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan, perilaku dan sikap
Lebih terperinciI. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia
I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
PERANAN KEGIATAN MORNING SPIRITUAL GATHERING (MSG) DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB PADA GURU DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku
Lebih terperinciPENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN
PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 RASIONAL 1. Pendidikan diyakini sebagai wahana pembentukan karakter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor utama dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya
1 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu kita bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak negatif globalisasi telah mengakibatkan nilai-nilai moral, semangat patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan telah berlangsung di segala ruang waktu dan tempat, sehingga pendidikan dapat dikatakan bersifat fundamental, universal dan fenomenal. Fundamental artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masyarakat terus berkembang dan berubah menyesuaikan dengan kondisi jaman dan peradaban. Manusia sebagai bagian dari perkembangan jaman adalah faktor penentu keberlangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah merupakan proses belajar yang dilakukan secara berkesinambungan sejak dari usia dini hingga perguruan tinggi sebagai upaya dalam peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia seacara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga
Lebih terperinciDESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO
DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO 1. Sukmawati Saleh Mahasiswa Program Studi Fisika 2. Dr. Nawir Sune, M.Si Dosen Universitas Negeri Gorontalo 3. Nova
Lebih terperinci