HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN DISIPLIN SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN DISIPLIN SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA PERMISIF DENGAN DISIPLIN SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Hilva Eka Y Paputungan Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Pembimbing II : Dra. Tuti Wantu M.Pd. Kons : Meiske Puluhulawa M.Pd ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi di SMP Negeri 1 Kabila adalah rendahnya perilaku disiplin yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Anggota populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila, sedangkan yang menjadi anggota penelitian adalah 39 orang siswa yaitu 15% dari jumlah populasi. Dari hasil perhitungan diperoleh Y ˆ 4,72 1, 37X.Hasil ini berarti bahwa terjadi perubahan peningkatan pada variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan penurunan rata-rata sebesar 1,37 pada variabel Y. Dengan kata lain semakin tinggi pola asuh orang tua permisif maka akan semakin rendah disiplin siswa. Sebaliknya makin rendah pola asuh orang tua permisif maka makin tinggi disiplin yang dimiliki siswa. Dari hasil uji linieritas diperoleh F hitung sebesar -0,0069 dan F daftar (0,95)(26,11) = 2,57. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa persamaan regresi adalah tidak berbentuk linier. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga r = 0,984 dengan koefisien determinasi r 2 = 0,97. Hal ini berarti bahwa sekitar 97% variasi yang terjadi pada variable Y (disiplin siswa) dapat dijelaskan oleh variabel X (pola asuh orang tua permisif). Selanjutnya dari uji keberartian koefisien korelasi diperoleh t hitung = 29,92 dan t 0,95)(37) = 1,68 Ternyata harga t hitung > t daftar, atau harga berada di luar daerah penerimaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ditolak dan menerima. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango dapat diterima. Jadi untuk meningkatkan disiplin siswa, sangat tepat jika orang tua menghindari penggunaan pola asuh permisif. Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua, Permisif dan Disipin Siswa 1

2 Pada zaman globalisasi sekarang ini disiplin sangat dibutuhkan oleh seluruh kalangan untuk keberhasilan hidup, terlebih pada siswa atau peserta didik. Alasannya karena dengan disiplin maka siswa bisa terlatih untuk hidup lebih teratur atau terarah. Disiplin diperlukan juga untuk perkembangan dan pembentukan sikap anak. Dari beberapa abad yang lalu beberapa budaya menganut pola kedisiplinan yang keras (otoriter). Seiring dengan perkembangan zaman maka kedisiplinan tidak terlalu di paksakan karena gaya hidup semakin modern. Gaya hidup yang modern membuat siswa cenderung rentan terhadap perilaku-perilaku yang dianggap gaul seperti pelanggaran-pelanggaran dari tingkat ringan sampai tingkat tinggi, contohnya membolos, berkelahi, menyontek, datang terlambat ke sekolah dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Menurut Hurlock (1999:83) disiplin perlu untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat, sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin, dan menjadi orang yang baik penyesuainnya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima sebagai anggota kelompok sosial mereka. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat diperlukan oleh siapapun terlebih siswa karena disiplinlah yang dapat mengajarkan siswa untuk berperilaku dengan baik. Disiplin juga dapat mempengaruhi perkembangan siswa karena apabila siswa tidak menerapkan sikap kedisiplinan maka di dalam melaksanakan tugas baik itu tugas pribadi ataupun tugas sekolah tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Asman (1996:36) disiplin mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan yakni(1) keluarga, (2) rekan sebaya, (3) lingkungan sekolah, (4) media massa. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat pertama bagi anak untuk belajar dan berkembang sebagai manusia yang utuh dan makhluk sosial. Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal 2

3 aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anakanaknya. Orang tua adalah pihak yang sering kali bersinggungan dengan seorang anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mulai sejak lahir sampai dewasa, orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam segala hal menyangkut perkembangan hidup anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu di lihat, di nilai, dan di tiru oleh anaknya, yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar di resapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuannya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. Dalam mendisiplinkan anak, orang tua sering menerapkan pola asuh otoriter, demoraktis dan permisif. Dalam pola asuh permisif orang tua cenderung mendorong anak untuk bersifat otonomi,mendidik anak berdasarkan logika dan memberi kebebasan pada anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya. Anak dengan pola asuh ini cenderung tidak dapat mengontrol diri, tidak mau patuh, dan tidak terlibat dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu kedisiplinan menjadi hal utama yang harus dimiliki seorang siswa, dapat dikatakan kedisiplinan merupakan hal yang urgen bagi siswa maka diharapkan dengan kedisiplinan siswa dapat bertanggung jawab terhadap kehidupannya serta mencapai keberhasilan hidup. Tetapi pada kenyataan masih banyak siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kabila. Kabupaten Bone Bolango kurang memiliki kedisiplinan, Ketidakdisiplinan ini di tunjukan siswa seperti sering terlambat, tidak mengerjakan tugas, tidak mengikuti upacara bendera dan tidak berpakaian rapi. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan satu penelitian yang di formulasikan dalam judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Permisif dengan Disiplin Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila?. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan antara 3

4 pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Kajian Teori Menurut Hurlock. (1999: 82) Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang dewasa yang berwewenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. Disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Menurut Anonimous ( dalam Maria, 2005: 140) menjelaskan disiplin mendorong, membimbing serta membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan, kepatuhannya dan mengarjakan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Menurut Mulyasa (2009: 191). Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Dalam Dictionary of Education (1973: 186) dikemukakan bahwa discipline (school) adalah the maintenance of conditions conducive to the efficient achievement of the school s functions. Berdasarkan definisi tersebut, disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Menurut Taufik (2005:7) mengemukakan bahwa makna dari istilah disiplin sangat beragam, tergantung pada kontex yang dihubungkan dengan istilah tersebut., Webster, misalnya yang mengemukakan definisi tentang disiplin, antara lain: 1) latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau keadaan serba teratur dan efisien; 2) pengendalian diri dan perilaku yang 4

5 tertib; 3) penerimaan atau ketundukan kepada kekuasaan dan kontrol; 4) perlakuan yang menghukum dan atau memperbaiki; dan 5) suatu cabang ilmu pengetahuan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin itu merupakan upaya pembentukan perilaku atas dasar pembiasaan dengan penggunaan waktu yang teratur, pemberian motivasi yang positif, serta menghindari penguasaan diri yang negatif. Menurut Hurlock (1999: 82) Tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan didalam kelompok budaya sangat beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajar anak bagamana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial, tempat mereka diidentifikasikan. Unsur-unsur Disiplin Menurut Tulus Tu u (2004:33) menyebutkan unsur unsur disiplin adalah sebagai berikut : a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. Ciri-ciri Kedisiplinan Menurut Suwanto (2010: 48) ciri-ciri anak disiplin yaitu: (1) selalu tepat waktu, (2) selalu menjalankan tugas, (3) selalu menaati peraturan dengan baik. Pentingnya Disiplin Sekolah 5

6 Menurut Mulyasa (2009: 192) akhir-akhir ini banyak perilaku negetif peserta didik yang melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melaggar tata tertib, melanggar norma agama, kriminal dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Kenakalan remaja dapat dinyatakan dalam batas wajar, apabila perilaku itu dilakukan dalam rangka mencari identitas diri dan tanpa membawa akibat yag membahayakan kehidupan orang lain atau masyarakat. Banyaknya perilaku negatif dan penyimpangan di sekolah menunjukan pentingnya disiplin sekolah. Fungsi Disiplin Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal. Fungsi disiplin menurut Tu u (2004:38-44) adalah sebagai berikut: a. Menata kehidupan bersama Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadang-kadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur. b. Membangun kepribadian Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 6

7 c. Melatih kepribadian yang baik Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama. d. Pemaksaan Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. e. Hukuman Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan. f. Menciptakan lingkungan yang kondusif Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, 7

8 yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kedisiplinan Disiplin dalam penerapannya tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya. Asman 1996:36 ( yang mempengaruhi disiplin. html) diakses 2 Maret 2013 pukul wita. mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain institusi keluarga, rekan sebaya, lingkungan sekolah dan media massa. a. Keluarga Orang tua adalah yang terpenting dalam sebuah keluarga. Mereka memainkan peranan utama dalam mencorak nama depan keluarga. Anak-anak ibarat kain putih dan orang tua yang menjadi pengarahnya. b. Rekan Sebaya Rekan dan kawan adalah orang tua kedua bagi seorang siswa. Pengaruh rekan sebaya mampu mencorakkan sikap dan tingkah laku siswa, lebih-lebih lagi mereka yang tergabung dari pergaulan siswa lainnya dan yang mengalami masalah keluarga. Siswa mengganggap peraturan dan tata tertib sekolah sebagai sesuatu yang remeh dan tidak perlu dipatuhi. Mereka akan membentuk kumpulan sendiri yang akan mengadakan peraturan sendiri. Dari sini, awal timbulnya masalah disiplin seperti perkelaian antar siswa dan lain sebagainnya. c. Lingkungan Sekolah Sekolah adalah rumah kedua para siswa, begitu juga dengan para pendidik yang menjadi orang tua siswa disekolah. Tugas guru semakin berat pada era globalisasi. Disamping sebagai pendidik, guru juga menjadi role model kepada siswa. Kegagalan guru mendidik akan menjurus ke arah masalah siswa. d. Media Massa Media masa dapat dikategorikan kedalam dua jenis yaitu media cetak dan media elektronik. Kedua media ini banyak mempengaruhi siswa. Golongan 8

9 remaja khususnya siswa mudah meniru dan mengikuti berbagai adegan perlakuan negative yang di tayangkan dalam berbagai media. Mereka ingin tahu dan mencoba sendiri apa yang dilihat dan dibaca. Pengertian Orang Tua Menurut Hurlock (1999: 34) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orangtua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orangtua kerena setiap keluarga memiliki kondisikondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Pengertian Pola Asuh Menurut Ormrod (2008: 94). Pola Asuh adalah pola perilaku umum yang digunakan orangtua dalam mengasuh anak-anaknya. Menurut Dariyo (2007: 206). Pola asuh terbagi 3 macam yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisf. a. Pola asuh otoriter Dalam pola ini orangtua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan, maupun kehendak orangtua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orangtua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orangtua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka seringkali orangtua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik dan membantahnya. b. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis ialah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orangtua. Baik orangtua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. 9

10 c. Pola Asuh Permisif Sebaliknya dengan tipe pola asuh ini, orangtua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Orangtua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga. Dengan demikian orangtua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orangtua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak. Dari berbagai jenis pola asuh peneliti tertarik mengambil pola asuh permisif, dikarenakan fenomena sekarang ini terlalu banyak orangtua yang terlalu memberikan kebebasan sehingga berdampak kepada kedisiplinan anak. Pola asuh permisif adalah orang tua berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-keinginan dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukan kekuasaan, (Widyarini Nilam, :2003:11). Menurut Wangi (2005: 36). Pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dan dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh yang lemah, orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu yang anak sukai, orang tua hanya memberikan fasilitas sedangkan orang tua tidak tau fasilitas itu digunakan untuk hal kebaikan atau 10

11 tidak, jika anak melakukan kesalahan orang tua tidak banyak hukuman. memberikan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak Menurut Djamarah (2004: 29) tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dengan Disiplin Siswa di Sekolah Menurut Djamarah (2004: 26), disiplin anak tidak lepas dari pola asuh orang tua yang baik kepada anak, oleh karenanya kemampuan orang tua dalam mengawasi maupun membimbing anak sangatlah penting. Terlebih pada anak yang memasuki masa remaja dan masih perlu diberikan arahan dan bimbingan. Orang tua harus mampu melihat perkembangan anak, utamanya tentang kedisiplinan anak di rumah, sekolah dan di masyarakat. Begitu juga apabila orangtua memberikan pola asuh permisif maka anak tidak akan patuh dan tidak akan disiplin, jadi semakin tinggi pola asuh permisif yang diberikan orangtua maka disiplin anak akan semakin rendah. Dengan demikian dapat di duga terdapat hubungan pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa di sekolah. Sehingga secara teoritis semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tua tentang disiplin maka anak akan menjadi disiplin. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis regresi diperoleh Yˆ 4,72 1, 37X. Hasil ini mengandung makna bahwa terjadi perubahan peningkatan pada variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan penurunan rata-rata sebesar 1,37 pada variabel Y. Hal ini berarti jika terjadi perubahan pada variabel pola asuh orang tua permisif, maka diikuti perubahan pada variabel disiplin siswa. 11

12 Berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel pola asuh orang tua permisf (X) dan disiplin siswa (Y) diperoleh koefisien r = 0,984 dan = 0,97. Uji signifikan koefisien korelasi memperoleh hasil perhitungan diperoleh harga t hitung sebesar 29,92. Sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t (0,95)(37)=1,68. Ternyata harga t hitung lebih besar dari t daftar, atau harga berada di luar daerah penerimaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ditolak dan menerima. Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa hipotesis yang berbunyi hubungan antara pola asuh orang tua permisif dengan disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dapat diterima. Pembahasan Pola asuh yang baik akan berpengaruh pada kedisiplina siswa, orang tua adalah pondasi utama dalam membentuk pribadi anak. Pola asuh terbagi atas 3 macam yaitu pola asuh permisif, otoriter, dan demokratis. Menurut Dariyo (2004:97) pola asuh permisif yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak, anak cenderung bertindak semena-mena tanpa pengawasan orang tua anak bebas melakukan apa saja yang dia inginkan. Dari sisi lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan yang berlaku. Jadi kesimpulannya semakin besar pemberian pola asuh permisif orangtua maka semakin rendah disiplin anak tersebut. Sehingga pola asuh permisif tidak tepat digunakan orangtua dalam mendidik dan mendisiplinkan anak karena pola asuh ini lebih cenderung memiliki sisi negatif daripada sisi positif, seperti apabila orangtua memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada anak tapi anak tersebut menyalah gunakan kepercayaan untuk kepentingan pribadi dengan tidak disiplin. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel X pola asuh orang tua permisif dengan variabel Y disiplin siswa adalah sebesar 0,984 12

13 dengan r 2 = 0,97. Ini berarti bahwa 0,97 atau (97%) variasi yang terjadi pada disiplin siswa dipengaruhi oleh pola asuh orang tua permisif, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdesain oleh peneliti. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan antara pola asuh orangtua permisif dengan disiplin di SMP Negeri I Kabila Kabupaten Bone Bolango dapat diterima. Saran Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. a. Diharapkan kepada siswa untuk lebih disiplin karena disiplin sangat penting agar siswa bisa terlatih untuk hidup lebih teratur b. Diharapkan kepada orang tua untuk menghindari pola asuh yang permisif agar siswa dapat meningkatkkan disiplin dengan baik, dan orang tua harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa, baik dari faktor lingkungan maupun keluarga. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dkk Psikologi Sosial.: Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga.: Jakarta: PT Rineka Cipta Dariyo, Agoes Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama Hurlock, Elizabeth Perkembangan Anak: Jakarta: PT Erlangga Maria J. Wanta, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Depdiknas: Jakarta Mulyasa.2009, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi aksara Ormrod, Jeanne Ellis, 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Erlangga Riduwan Belajar Muda Penelitian Untuk Guru, Kariyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : PT Alfabeta Suwanto, dkk Ayo Belajar di Sekolah:Yogyakarta: PT Kanisius Sudjana Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Taufik, G. 2005: Penerapan Disiplin di Sekolah Terhadap Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: IKIP Tu u Tulus. 2004, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa. Jakarta. PT Grasindo. 14

15 Wangi, Putri Pandan. 2005, Mendidik Anak Prasekola. Yogyakarta: PT Damar Pustaka Widyarini, Nilam Relasi Orang Tua dan Anak. :PT Elex Media Kumputindo Walgito Bimo Bimbingan dan konseling. Yogyakarta: PT C.V Andi Offset Online yang mempengaruhi disiplin. Di akses 2 Maret 2013 Pukul Wita. 15

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Menurut Hurlock. (1999: 82) Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang

Lebih terperinci

orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturanperaturan

orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturanperaturan BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu suatu metode yang menggambarkan secara sistematis dan obyektif tentang hubungan pola asuh orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN 233 PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN Eka S. Ariananda 1, Syamsuri Hasan 2, Maman Rakhman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Indra Cahyani Universitas Negeri Malang E-mail: indracahyani377@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami BAB V PEMBAHASAN A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami kecenderungan pola asuh otoriter sebanyak 16 orang diperoleh hasil skor minimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Tertib Sistim Poin 1. Pengertian Tata Tertib Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga (2007) tata tertib berasal dari dua kata yaitu tata dan tertib, tata adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan sah yang dapat membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang berkualitas. Maka untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG Irma Rostiani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Anak untuk Bersekolah HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU EMPATI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU EMPATI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU EMPATI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Oleh : Wahyuni Lahami Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH KETELADANAN GURU DAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI DABIN SLEROK KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL

PENGARUH KETELADANAN GURU DAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI DABIN SLEROK KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL PENGARUH KETELADANAN GURU DAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI DABIN SLEROK KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kedisiplinan yang selalu menjadi harapan dan keinginan dari semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena hal ini juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Factor utama dalam pembentukan kepribadian manusia adalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Mujib (2012:29),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016 PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMA SANTO MICHAEL SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Irma Oktaviani Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH : PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH : SRI WAHYUNI A1D109028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH IMPLEMENTASI LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 7 BATANGHARI OLEH : PESRIYENNI NIM.

ARTIKEL ILMIAH IMPLEMENTASI LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 7 BATANGHARI OLEH : PESRIYENNI NIM. ARTIKEL ILMIAH IMPLEMENTASI LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 7 BATANGHARI OLEH : PESRIYENNI NIM.EAID209030 PROGRAM EKSTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DISIPILIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 4 GORONTALO

HUBUNGAN ANTARA DISIPILIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 4 GORONTALO HUBUNGAN ANTARA DISIPILIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 4 GORONTALO Zamaludin Suleman 1, Yulianto Kadji 2, Erman I Rahim 3 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR M. Arief Nabawi, Monawati, Awaluddin M.arief_nabawi@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat sekali. Fenomena-fenomena yang terjadi banyak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat sekali. Fenomena-fenomena yang terjadi banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era global dewasa ini, kompleksitas masalah kehidupan mengalami perubahan yang cepat sekali. Fenomena-fenomena yang terjadi banyak mengakibatkan para

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irawan M.Tayeb, H. Sayafuddin, Sukarman Bimbingan Dan Konseling, FIP, IKIP Mataram Irawanmtayeb@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar eksistensi suatu masyarakat yang dapat menentukan struktur suatu masyarakat dalam suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA Oleh: Elisabeth Fransisca S.S 1) dan Titis Oktaviyanti 2) Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Palangka Raya Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas dan kewajiban orang tua bukan hanya memberikan kewajiban secara jasmani anak melainkan juga secara rohani yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak yang baik,yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SUKARYATI NPM : P

SKRIPSI. Oleh: SUKARYATI NPM : P HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DISIPLIN DAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 PUCANGLABAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar Disiplin belajar adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang saat ini menjadi kebutuhan utama bagi seorang individu, dan pendidikan dapat diperoleh dari mana saja antara lain keluarga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada dasarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi salah satu bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Negara

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang tua. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca

Lebih terperinci

Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Mahasiswa Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun. Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto

Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Mahasiswa Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun. Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BARAT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi nasional cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS SOSIAL DENGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 9 KOTA GORONTALO. Fatma Paputungan

HUBUNGAN STATUS SOSIAL DENGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 9 KOTA GORONTALO. Fatma Paputungan 1 HUBUNGAN STATUS SOSIAL DENGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 9 KOTA GORONTALO Fatma Paputungan Dra. Rena L Madina M.Pd Dra. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.Si ABSTRAK Fatma Paputungan. 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara interaktif dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada zaman sekarang ini, kemajuan melaju pesat diberbagai bidang khususnya bidang IPTEK. Hal ini membuat berbagai informasi baik dari dalam maupun luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, menyebutkan bahwa jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

STARATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 5 LUWUK KABUPATEN BANGGAI

STARATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 5 LUWUK KABUPATEN BANGGAI STARATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 5 LUWUK KABUPATEN BANGGAI JULHARDI A.NURSIN Email : Zulhardinursin@yahoo.co.id ABSTRAK Institusi pendidikan harus dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SANKSI BERJENJANG TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SDN MEKARWANGI I KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT

PENGARUH PENERAPAN SANKSI BERJENJANG TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SDN MEKARWANGI I KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PENGARUH PENERAPAN SANKSI BERJENJANG TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SDN MEKARWANGI I KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT Novi Hernawati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetisi, pengetahuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG Yozi Dwikayani* Abstrak- Masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya orang tua murid TK Kartika 1-61 Padang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci