BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berisikan gambaran tempat penelitian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berisikan gambaran tempat penelitian."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada lima partisipan selama kurang lebih tiga bulan. Penyajian data hasil penelitian akan peneliti bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisikan gambaran tempat penelitian. Pada bagian kedua peneliti akan memaparkan data demografi partisipan yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan lama menderita RA. Pada bagian ketiga peneliti akan mengulas hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA. Hasil penelitian yang telah diperoleh akan peneliti bandingkan dengan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya, yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang terkait dengan persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA.

2 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Wilayah kecamatan Ngablak secara geografis sebagian besar terletak di lereng gunung Merbabu yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Magelang yang mempunyai luas wilayah 43,8 km 2. Wilayah kecamatan Ngablak mempunyai batas wilayah sebagai berikut: sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Pakis, sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Grabag, sebelah Timur dan Utara berbatasan dengan kecamatan Getasan kabupaten Semarang. Letak geografis kecamatan Ngablak berada pada 110 o o BT dan 07 o o LS dengan ketinggian berkisar antara m dpl. Curah hujan per tahun berkisar 181 mm dan suhu udara berkisar antara C. Gambar 4.1 Peta Kabupaten Magelang Sumber :

3 4.2. Karakteristik Partisipan Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan P1 P2 P3 P4 P5 Inisial Ny.S Tn.N Tn.T Ny.P Ny.W Jenis Kelamin P L L P P Umur Lama menderita RA 3 tahun 5 tahun 3 tahun 2 tahun 10 tahun Selain karakteristik yang telah dipaparkan pada tabel di atas, partisipan mempunyai karakteristik RA yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. P1 terlihat selalu dirumah. Ia hanya melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja, seperti mengupas dan memilih sayuran hasil panen. P2 merupakan partisipan dengan RA yang terlihat paling parah diantara partisipan lainnya. Kaki sebelah kiri P2 mengalami atrofi disebabkan karena RA yang dideritanya sudah sangat kronis. P3 terlihat sehat. Ia juga masih beraktivitas di ladang. Namun ketika RA yang ia derita kambuh, ia terlihat kesakitan dan menghentikan aktivitasnya hingga nyeri RA menghilang. Seperti P1 dan P2, P4 juga selalu dirumah. Ia hanya melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja sebab ketika RA yang ia derita kambuh, ia tidak dapat beraktivitas

4 dengan baik. P5 memiliki kesamaan dengan P3 yaitu masih aktif bekerja di ladang meskipun menderita RA. Partisipan dalam penelitian ini didapat dari hasil diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan informan key. Informan key merupakan seorang warga yang menjadi pemandu bagi peneliti dalam mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Semua partisipan bersedia menjadi subyek penelitian Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab Rheumatoid Arthritis (RA). Dari penelitian ini didapat 4 tema utama dan sub tema yang menjawab tujuan khusus terkait dengan persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab RA. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA, sehingga melangkah dari tujuan umum tersebut diawali tujuan khusus yang pertama, peneliti ingin memperoleh

5 gambaran persepsi lansia mengenai pengertian RA. Tujuan khusus kedua yaitu mengidentifikasi persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab RA. Tujuan khusus ketiga yaitu mengidentifikasi persepsi lansia mengenai cara menangani RA. Tujuan khusus 1: memperoleh gambaran persepsi lansia mengenai pengertian RA. Pada penelitian ini, peneliti memperoleh adanya gambaran persepsi lansia mengenai pengertian RA yang disampaikan oleh partisipan. Semua ungkapan yang disampaikan oleh partisipan dipengaruhi oleh pengetahuan masing-masing mengenai pengertian dan gejala RA. Tujuan khusus 2: mengidentifikasi persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab RA. Meskipun penyebab RA belum dapat dipastikan, namun peneliti ingin mengetahui untuk kemudian mengidentifikasi persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab RA. Partisipan memberikan berbagai ungkapan mengenai faktor-faktor penyebab RA berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

6 Tujuan khusus 3: mengidentifikasi persepsi lansia mengenai cara menangani RA Setiap partisipan memiliki cara tersendiri untuk menangani kekambuhan RA. Berbagai cara penanggulangan diungkapkan oleh partisipan. Kemudian peneliti mengelompokkan pernyataan para partisipan untuk dianalisa. Dibawah ini adalah skema yang menunjukkan temuan sub tema untuk tujuan khusus 1, 2, dan 3 dari hasil penelitian.

7 Skema 4.1 Tema 1 Pemahaman Lansia Terhadap RA Kata Kunci Kategori Sub Tema Tema Penyakit nyeri di kaki Pengertian RA Persepsi lansia tentang pengertian dan gejala RA Nyeri, panas dan kaku Gejala RA Sayuran Usia Kekurangan cairan pada sendi Penyebab RA Persepsi lansia tentang penyebab RA Pengetahuan lansia terhadap RA

8 Udara dingin Jalan-jalan dan senam lansia Harus sering bergerak Cara penanggu langan RA Persepsi lansia tentang cara penanggu langan RA Jaga asupan makanan dan hati-hati dalam bekerja Jalan-jalan

9 Jalan-jalan di pagi hari

10 Sub Tema 1.1 Pengetahuan lansia tentang pengertian dan gejala RA Semua partisipan dalam penelitian ini merupakan petani sayur. Namun, saat ini hanya 2 dari 5 partisipan yang masih menjadi petani aktif. Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya pengetahuan yang cukup baik dari partisipan tentang pengertian dan gejala RA berdasarkan pengertian secara teoritis. Hal tersebut terlihat dari jawaban partisipan yang mendekati teori. Jawaban tersebut terungkap dari salah satu partisipan. nak rematik niku jarene balung e kroso kemeng ngoten. (P3) (kalo rematik itu katanya tulangnya terasa nyeri sekali gitu) Rematik kuwi yo penyakit ning kai sing rasane panas ngono.. (P5) (Rematik itu ya penyakit di kaki yang rasanya panas begitu) sendine niku kroso cekit-cekit terus panas. (P3) (..sendinya terasa cekit-cekit terus panas) kemeng-kemeng terus kaku. (P4) Ungkapan diatas menunjukkan bahwa partisipan memliki pengetahuan yang cukup baik untuk menggambarkan pengertian dan gejala RA. Hal tersebut dapat dinilai dari kemampuan partisipan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar.

11 Sub Tema 1.2 Pengetahuan lansia tentang penyebab RA Penyebab pasti dari RA memang masih belum dapat dipastikan. Namun, peneliti ingin memperoleh persepsi partisipan sendiri mengenai penyebab RA. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan memiliki persepsi yang baik tentang penyebab RA. Hal tersebut terlihat dari ungkapan partisipan berikut ini. Nggih mergo wis tuwo kuwi. (P2) (penyebabnya ya karena sudah tua) Niku kan penyakit balung. Nggih mergane balunge eneng sing salah. Balung e niku kados kekurangan cairan ngoten teng dengkul. (P3) (sebabnya karena tulangnya itu seperti kekurangan cairan gitu di dengkulnya(lutut)) Dari 5 partisipan, 2 orang mengatakan bahwa RA disebabkan karena udara dingin. Hal tersebut terungkap berikut ini...yo mergo anyep kuw.. (P4) (kalau menurut saya itu karena udara dingin) Yo teges e ki kulo mboten ngertos. Paling nggih seko anyep kuwi mbak.. (P5) (Iya pastinya saya tidak tahu. Tapi ya mungkin karena udara dingin mbak). Sub Tema 1.3 Pengetahuan lansia tentang cara penanggulangan RA Partisipan memberikan jawaban yang relatif sama antara satu dengan yang lain mengenai cara penanggulangan RA, yaitu

12 dengan cara banyak bergerak. Menurut partisipan, cara tersebut dapat mengurangi resiko terkena RA atau kekambuhan RA. Berikut adalah ungkapan partisipan...ya jalan-jalan gitu. Terus kan aku ikut PWRI, disitu juga diajari senam lansia gitu. Kalo aku sendiri setiap pagi jalanjalan, kira-kira habis subuh. (P1) sak ngertine kulo nggih kudu sering gerak. Tapi nak kulo kiyambak niki ajeng gerak mawon kangelan. Nggih pripun meleh. (P2) (ya setau saya itu harus sering bergerak. Tapi kalo saya sendiri gerak saja susah. Ya mau bagaimana lagi). Selain banyak bergerak, salah seorang partisipan mengungkapkan bahwa cara penanggulangan RA yaitu dengan cara lain, seperti ungkapan partisipan berikut ini. Piye yo, yo koyone seko maem kuwi kudu dijogo. Terus nak kerjo ngati-ati. Ora usah ngoyo ngono. (P3) (Ya bagaimana ya, sepertinya dari makanan itu harus dijaga. Terus kalau bekerja itu harus berhati-hati. Tidak usah terlalu ngoyo begitu). Dalam penelitian ini, peneliti juga mendalami bagaimana akibat timbulnya RA terhadap aktivitas sehari-hari. Skema temuan sub tema terlihat pada skema 4.2 dibawah ini.

13 Skema 4.2 Tema 2 RA sebagai stressor Kata kunci Kategori Sub Tema Tema Tidak bekerja Sulit untuk bepergian Aktivitas sehari-hari sulit Aktivitas terganggu RA menghambat aktivitas dalam kehidupan RA sebagai stressor Sub Tema 2 RA menghambat aktivitas dalam kehidupan Hasil penelitian menunjukkan bahwa RA yang diderita oleh partisipan menghambat aktivitas kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini terlihat pada ungkapan partisipan berikut ini...nggak ada kerjaan, padahal dulu itu sebelum sakit aku bisa nyari rumput 2-3 kali sehari. Ya rugi sekali gitu. (P1) Kulo nggih mboten saget lungo teng ngalas. Lha wong mlaku saking nggriyo teng mesjid niku kulo kudu leren ngasi ping 3. Padahal mesjid e teng ngajeng omah. Menawi ajeng teng ngalas kulo kudu di terke nggo honda. Sok-sok nak nembe mlaku niku kulo dawah terus di tulungi kalih uwong-uwong. (P2) (Ya saya nggak bisa ke ngalas. Lha wong kalau jalan dari rumah ke masjid aja saya harus istirahat sampai 3 kali. Padahal masjidnya cuma di seberang rumah. Kalau mau ke ngalas ya saya harus diantar pakai motor. Kadang-kadang kalau sedang jalan saya itu roboh lalu ditolong sama orangorang).

14 Jarang nak kulo niku. Saiki paling yo nang omah momong putu wae. Lha wong mlaku wae kangelan kok. (P4) (sekarang paling ya saya di rumah. Momong cucu saja. Jalan saja saya kesulitan kok). Dua dari 5 partisipan mengatakan aktivitas mereka tidak terganggu dengan RA yang mereka derita. Berikut petikan wawancaranya. kulo niku bendino ning ngalas. Kabeh aku sing ngerja ke. Lha wong nak nang omah ora ono kerjaan. Nak ning ngalas kan eneng kerjaan ngono. (P3) (Saya setiap hari ke ladang. Semua pekerjaan di ladang saya sendiri yang mengerjakan. Lha wong kalau dirumah itu tidak ada kerjaan. Kalau diladang kan ada kesibukan gitu) Tasih mbak. Nak ora nong ngalas ya aku ora eneng kerjaan. Nak nang omah terus yo bosen mbak.. (P5) (Masih. Kalau tidak ke ladang ya saya tidak ada kerjaan. Kalau di rumah terus ya bosan mbak). Hasil penelitian juga menunjukkan temuan tentang alternatif menghadapi kekambuhan RA. Selengkapnya temuan tema dapat dilihat pada skema 4.3 berikut ini.

15 Skema 4.3 Tema 3 Manajemen nyeri pada RA Kata kunci Kategori Sub Tema Tema Dipijit Minum obat dokter Dipijat sendiri Diolesi minyak kayu putih Cara mengatasi kekambuh an RA Alternatif menghadapi kekambuhan RA Manajemen nyeri pada RA Sub Tema 3 Alternatif menghadapi kekambuhan RA Menurut penuturan partisipan, ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghadapi kekambuhan RA. Masing-masing partisipan memiliki cara tersendiri untuk meminimalisasi rasa nyeri akibat kekambuhan RA. Berikut petikan wawancara dengan partisipan...ya paling kalau kumatnya pas aku lagi selonjor, tak biarkan sambil tak pijit pelan-pelan. Tapi kalau ada waktu ya tak periksakan ke dokter. (P1) Nggih kulo ombeni obat saking dokter mawon... (P2) (ya saya cuma minum obat dari dokter aja) Nggih kulo pijeti kiyambak. Sok-sok kulo ngombe pil kita yo langsung mari. (P3) (ya saya pijat sendiri. Kadang-kadang saya kasih minum pil kita. Ya langsung sembuh tu).

16 Yo gur tak ke I minyak putih. Mengko yo mari dewe. (P5) (hanya saya kasih minyak kayu putih saja. Nanti ya sembuh sendiri). Dibawah ini adalah skema hasil temuan berdasarkan penelitian terhadap kekambuhan RA. Skema 4.4 Tema 4 Episode kekambuhan RA Kata kunci Kategori Sub Tema Tema Tidak tentu Setiap hari Waktu kekambuhan RA Intensitas kekambuhan RA Episode kekambuh an RA Saat kedinginan dan kelelahan Sub Tema 4 Intensitas kekambuhan RA RA yang diderita oleh partisipan memiliki waktu-waktu kekambuhan yang tidak menentu. Hal ini tentu saja memberikan sensasi ketidaknyamanan bagi partisipan. Berikut ungkapan partisipan...nggak mesti sih. Kadang habis sholat subuh itu kumat. Kadang itu ya pas sholat ashar tadi. Kalo sudah kumat, aku nggak bisa ngapa-ngapain. Lha wong terasa kaku sekali. Lama sekali sembuhnya. Mau ditekuk aja nggak bisa. (P1)

17 Nak kumate niku nggih bendino. Nak mpun kumat niku rasane puanas. Pokok e mboten wonten wektu-wektu ne. sak bendino ngoten. Lha wong kados ngeten mawon mpun kroso kemeng. Tapi nggih kulo neng ke mawon. (P2) (Kalo kumatnya itu ya setiap hari. Kalo sudah kumat rasanya panas sekali. Pokoknya nggak ada waktu-waktu tertentunya. Lha wong seperti ini saja sudah terasa nyeri-nyeri. Tapi ya tidak saya rasakan) Yo yen kademen opo kekeselen. Nak wis kumat ki suwe marine. Tangan iki rasane ora iso obah. Nak wis lungguh, ngadek ke kangelan. (P5) (kalau kedinginan dan kecapekan itu. Kalau sudah kumat itu lama sembuhnya. Tangan ini rasanya kaku tidak bisa digerakkan. Kalau sudah duduk, berdirinya itu lututnya terasa nyeri) Pembahasan Pengetahuan lansia terhadap RA Pengetahuan lansia terhadap RA di pengaruhi oleh persepsi kelima partisipan terhadap pengertian dan gejala, penyebab, serta penanggulangan terhadap RA. Pada persepsi tentang pengertian dan gejala RA, P1, P2, P3 dan P4 mengatakan bahwa RA adalah penyakit nyeri-nyeri di kaki. Sedangkan P5 mengatakan bahwa RA adalah penyakit di kaki yang rasanya panas. Menurut Hadikusumo (1996) rematik adalah nyeri sendi. Lebih lanjut Hadikusumo menuturkan bahwa penyakit yang menyerang sendi melalui proses peradangan dan inilah yang disebut arthritis. Peradangan sendiri memiliki beberapa tahapan yaitu kalor, rubor, dolor, dan functio

18 laesa. Pernyataan Hadikusumo sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh partisipan. Kemudian perihal gejala RA; P1, P2, P3 dan P4 menjawab bahwa gejala RA adalah tulang atau sendi terasa nyeri dan panas. Sementara P5 menjawab bahwa gejala RA adalah terasa nyeri dan kaku. Namun gejala klinis tersebut tidak muncul secara bersamaan dan bervariasi pada setiap orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawan (2008) yang menyebutkan bahwa ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang dengan RA. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis sangat bervariasi. Sedangkan mengenai gejala yang telah disebutkan oleh partisipan, semuanya mendekati gejala yang telah disebutkan oleh Setiawan walaupun tidak semua gejala dialami oleh partisipan. Dalam bukunya yang berjudul Herbal untuk Pengobatan Rematik (2008), Setiawan menyebutkan bahwa gejala RA di antaranya gejalagejala konstitusional, poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, sendi tidak dapat digerakkan, dan kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam. Semua gejala ini tidak dirasakan pada setiap partisipan. Setiap

19 partisipan memiliki gejala yang berbeda-beda. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Otter, et all (2009) pasien dengan RA sering menunjukkan gejala nyeri pada kaki dan kebanyakan terjadi pada wanita. Otter, et all juga menambahkan gejala tambahan seperti kekakuan, pembengkakan dan mati rasa. Kemudian mengenai penyebab RA, partisipan juga memiliki jawaban yang berbeda. P1 mengatakan bahwa penyebab RA adalah sayuran. Ia menjelaskan bahwa sebelum terkena RA, ia juga sering makan sayursayuran seperti kol. Tetapi setelah menderita RA, keadaannya semakin parah. Selain itu, menurut P1 penyebab RA adalah karena usia lanjut. Sementara P2 mengatakan bahwa penyebab RA adalah karena usia yang sudah lanjut. P3 menjelaskan bahwa penyebab terjadinya RA adalah berkurangnya cairan pada sendi. P4 mengatakan RA disebabkan karena udara dingin dan karena sudah tua. P4 berpendapat seperti itu karena ketika muda P4 sering mandi terlalu pagi untuk beraktivitas di ladang. P5 juga memiliki pendapat yang sama dengan P4 yaitu penyebab RA adalah karena udara dingin. Menurut Suratun, Heryati, Manurung & Raenah (2008) penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis

20 belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigenantibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus. Pendapat lain dari Handrawan (2010) menyebutkan bahwa Penyebabnya karena dalam darah ada kelainan otoimun. Tubuh membuat zat anti untuk merusak tubuh sendiri. Bisa merusak bagian tubuh mana saja. Pada RA, zat anti yang diproduksi tubuh merusak bagian sendi. P1, P2, dan P4 mengatakan bahwa RA disebabkan karena usia. Pernyataan mereka sesuai dengan Potter & Perry (2005) yang menyebutkan bahwa dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk bakteri, virus, dan jamur melemah. Artinya semakin menua, pertahanan fisik manusia semakin melemah. Hal tersebut menyebabkan mereka mudah terserang penyakit. Sementara pernyataan P1 yang lain menyebutkan bahwa RA disebabkan karena sayuran, seperti yang telah diketahui, RA dapat berawal dari kelebihan asam urat. Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan jenis kelamin. Asam urat tergolong normal apabila pria dibawah 7 mg/dl dan wanita dibawah 6 mg/dl (Misnadiarly, 2007). Orang yang menderita kelebihan asam urat dianjurkan

21 untuk lebih dapat mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuh agar asam uratnya tidak meningkat. Sementara pernyataan P3 yang menyatakan bahwa RA disebabkan karena berkurangnya cairan pada sendi juga dapat dihubungkan dengan teori di atas. Ketika beranjak tua, manusia mengalami serangkaian perubahan pada anggota geraknya, salah satunya adalah cairan pada sendi. P5 mengatakan RA disebabkan karena udara dingin. Lansia yang sudah terkena RA sendinya akan terasa kaku dan berinteraksi dengan udara dingin atau air dingin akan membuat sendi terasa ngilu. Oleh sebab itu, penderita RA disarankan untuk menggunakan air hangat untuk kebutuhan mandinya. Untuk penanggulangan RA, partisipan memiliki jawaban yang berbeda. P1, P2, P4 dan P5 mengatakan bahwa untuk menanggulangi RA sebaiknya dibiasakan jalan-jalan atau sering bergerak, seperti jalan-jalan di pagi hari dengan tidak memakai alas kaki. Sedangkan P3 mengatakan bahwa untuk menanggulangi RA yaitu dengan cara menjaga pola makan dan berhati-hati dalam bekerja. Menurut Purwoastuti (2009) olahraga ringan seperti jalan kaki ternyata bermanfaat bagi para penderita rematik karena asam urat. Jalan kaki ini dapat

22 membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang yang kuat tanpa mengganggu persendian yang sakit. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat P1, P2, P4, dan P5. Hal itulah yang juga sering dilakukan oleh partisipan tersebut setiap harinya. Selain itu Purwoastuti juga mengatakan bahwa menjaga berat badan ideal merupakan salah satu langkah bijaksana untuk mengurangi nyeri di sendi lutut. Setiap kelebihan berat badan akan membebani sendi lutut serta panggul dan menambah rasa nyeri karena rematik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan P3. Menjaga pola makan yang sehat akan membuat tubuh mendapatkan berat badan yang ideal sehingga resiko obesitas atau kelebihan berat badan yang semakin memperparah rematik dapat diminimalisasi RA sebagai stressor Rheumatoid Arthritis (RA) diketahui sebagai stessor berdasarkan jawaban yang diberikan oleh partisipan. P1 mengatakan bahwa sejak terkena RA ia tidak bisa lagi beraktivitas di ladang. P1 juga merasa rugi dengan keadaannya yang sekarang. Padahal sebelum terkena RA, ia bisa mencari rumput 2 sampai 3 kali sehari. P2 dan P4 juga merasakan hal yang sama dengan P1.

23 Mereka tidak bisa bepergian terlalu jauh atau beraktivitas terlalu berat disebabkan karena RA yang mereka derita. Hal ini menyebabkan aktivitas mereka terganggu dan kualitas hidup mereka pun menurun. Hal tersebut mendorong terjadinya stress pada beberapa partisipan. Menurut Maramis (1999 dalam Psikologi Untuk Keperawatan) penyebab stress psikologis diantaranya frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain). Dari pernyataan tersebut terllihat bahwa pengangguran dan cacat badan merupakan salah satu pemicu stress bagi manusia. Akibat dari RA yang mereka derita, mereka tidak dapat bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, mereka mengandalkan bantuan dari anak-anak mereka. Sementara P3 dan P5 masih tetap mengerjakan aktivitas mereka sehari-hari. Walaupun terkadang RA yang mereka derita dapat kambuh kapan saja. Namun mereka masih dapat mengatasinya dengan cara mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa mereka masih dapat mengatasi stressor yang disebabkan oleh RA. Lebih

24 lanjut P3 dan P5 mengatakan bahwa jika tidak tetap bekerja di ladang, maka mereka tidak memiliki kegiatan lain yang dilakukan untuk mengisi waktu Manajemen nyeri pada RA RA yang diderita oleh partisipan selalu kambuh di waktuwaktu yang tidak dapat diprediksi. Oleh karenanya peneliti menggali cara menanggulangi nyeri pada RA. P1 mengatakan bahwa jika RA yang dideritanya kambuh ia akan meluruskan lokasi yang nyeri sembari memijitnya. P2 mengatakan ia meminum obat yang diberikan oleh dokter ketika RA yang ia derita kambuh. P3 mengatakan ia memijit lokasi yang nyeri dan atau meminum obat pegal-pegal yang dibeli dari warung. P4 juga memiliki jawaban yang sama dengan P1, P2, P3, dan P4. Sementara P5 mengatakan bahwa jika RA yang dideritanya kambuh maka ia akan mengolesinya dengan minyak kayu putih di area yang terasa nyeri. Tentu saja nyeri yang mereka derita sangat mengganggu aktivitas mereka. Menurut Potter and Perry (2005), sekali klien yang berusia lanjut menderita nyeri, maka ia dapat mengalami gangguan status fungsi yang serius. Mobilisasi, aktivitas perawatan diri, sosialisasi di

25 lingkungan luar rumah, dan toleransi aktivitas dapat mengalami penurunan. Lebih lanjut Potter dan Perry mengatakan bahwa kemampuan individu bekerja secara serius terancam oleh nyeri. Semakin banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan, maka semakin besar juga risiko ketidaknyamanan yang dirasakan apabila nyeri disebabkan oleh perubahan pada muskuloskeletal dan pada bagian tertentu. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa lansia sangat rentan terhadap nyeri. Nyeri yang diderita oleh lansia dapat mengakibatkan beberapa hal penting dalam aspek kehidupan mengalami penurunan diantaranya produktivitas kerja yang tidak dapat dilakukan dengan baik. Zautra, et all (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasien RA dengan pengalaman nyeri kronik, lebih rentan terhadap stress yang berhubungan dengan peningkatan nyeri. Selain itu, dukungan keluarga juga dapat mempengaruhi respon nyeri. Hal inilah yang diungkapkan oleh Muttaqin (2008) yang menyatakan bahwa faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. klien yang

26 mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Hal inilah yang dirasakan oleh P4. Akibat RA yang dideritanya, ia tidak dapat lagi beraktivitas layaknya orang lain karena seringnya merasakan nyeri pada persendiannya. Namun ia dapat mengalihkan rasa nyeri yang dirasakannya dengan menemani cucunya bermain Episode kekambuhan RA RA yang diderita oleh partisipan sering kambuh pada waktu-waktu tertentu. Bahkan P2 selalu merasakan nyeri setiap saat meskipun ia tidak melakukan pekerjaan yang berat. Sementara P1 mengatakan bahwa rematik yang ia derita kambuh pada waktu-waktu yang tidak diprediksi. Ia sering mengalami nyeri pada pagi hari dan pada sore hari. Jika udara mulai terasa dingin, rematiknya juga dapat mengalami kekambuhan. P3 mengatakan bahwa rematik yang ia derita akan kambuh ketika ia kelelahan setelah bekerja di ladang. Sedangkan P4 mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh P1. Rematiknya kambuh pada saat-saat yang tidak bisa

27 ditentukan dan jika udara terasa dingin maka persendiannya akan terasa nyeri. P5 mengatakan rematiknya akan kambuh pada saat ia kecapekan dan pada saat udara terasa dingin. Menurut Anies (2006) sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa rematik yang diderita oleh partisipan biasanya kambuh pada pagi hari atau setelah lama tidak beraktivitas. Hal ini dapat terjadi karena saat tidur atau tidak beraktivitas, otot tubuh juga beristirahat atau tidak bekerja. Sehingga ketika bangun tidur atau saat memulai aktivitas, persendian terasa nyeri. Sebagian partisipan mengatakan RA yang mereka derita kambuh pada saat udara dingin. Udara yang dingin akan menyebabkan sendi menjadi kaku. Terlebih jika sendi mengalami peradangan. Partisipan tinggal di kaki gunung yang udaranya dingin. Terlebih ketika pagi dan sore hari. Oleh sebab itu, rematik yang mereka derita lebih sering kambuh pada saat bangun tidur. Selain itu, kekambuhan RA juga sering terjadi pada sore hari dimana setelah mereka tidak melakukan pekerjaan yang berat.

28 4.5. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian terhadap 5 partisipan, peneliti mengalami beberapa keterbatasan yaitu: 1. Partisipan adalah para lansia yang tidak dapat berbahasa Indonesia dengan lancar sehingga peneliti perlu meminta bantuan kepada informan key dalam berinteraksi dengan partisipan. 2. Hampir tidak adanya penelitian sejenis membuat peneliti kesulitan untuk membandingkan dengan penelitian sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,43% (Maryam, 2008). Semakin seseorang bertambah usia maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid Arthritis (RA)merupakan penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. RA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan

Lebih terperinci

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian Myalgia adalah nyeri otot yang merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MENGATASI REMATIK DI KALANGAN ANAK MUDA

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MENGATASI REMATIK DI KALANGAN ANAK MUDA SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MENGATASI REMATIK DI KALANGAN ANAK MUDA Materi ini deiberikan kepada Mahasiswa Keperawatan di Universitas Padjadjaran Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang FEBRI NICK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipan selama kurang lebih dua bulan. Penyajian data hasil

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S. LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA KETUA: TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom Ns. Emira Apriyeni, S.kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya berkembang lama (Riskesdas,

Lebih terperinci

Di Desa, Rematik Sering Disebut Encok

Di Desa, Rematik Sering Disebut Encok Di Desa, Rematik Sering Disebut Encok Slamet Riyadi. Program Studi Pendidikan Dokter, FK, Universitas Sebelas Maret. slametriyadi60@staff.uns.ac.id Jenis Artikel : Artikel ilmiah populer kesehatan Media

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS Topik Sub Topik : Nyeri sendi degeneratif (Osteoartritis) : Pengertian Osteoartritis, Penyebab osteoarthritis, Tanda-tanda nyeri sendi (osteoartritis), Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu tatanan yang menghimpun upaya secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang persendian dan menyebabkan inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, serta

Lebih terperinci

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis) SAP Rematik Ditulis pada Kamis, 24 Maret 2016 02:51 WIB oleh damian dalam katergori SAP tag SAP, gout, rematik, endokrin http://fales.co/blog/sap-rematik.html SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajar : Keperawatan

Lebih terperinci

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi KELOMPOK G AKLIMA, S.Kep ISMARDI, S.Kep MAYLINDA, S.Kep MILA YUSNA, S.Kep ANDRIE FAUZY, S.Kep AZRIYANI NURMAN, S.Kep FITRIANTI NURDIN, S.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang

Lebih terperinci

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda Apakah Anda menderita nyeri MAKOplasty pilihan tepat untuk Anda Jangan biarkan radang sendi menghambat aktivitas yang Anda cintai. Tingkatan Radang Sendi Patellofemoral compartment (atas) Medial compartment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia berkaitan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan sampai usia lanjut pada semua organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang persendian dan menyebabkan inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, serta bisa menyebabkan

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Rheumatoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni 400 juta jiwa berada di asia. Pada negara berkembang, pertumbuhan lansia melonjak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur-angsur turun, dilain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw. ANAMNESIS I. Identitas 1. Nama : Ny. Bandi 2. Umur : 55 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.08, Jakarta Barat 5. Status Pernikahan : Sudah menikah 6.

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri sendi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh siapapun karena setiap orang di dalam tubuhnya memiliki persendian (Soeroso, 2006). Sendi

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TENTANG NYERI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KUSUMA DESA PALUR MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TENTANG NYERI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KUSUMA DESA PALUR MOJOLABAN SUKOHARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TENTANG NYERI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KUSUMA DESA PALUR MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN LANSIA Apa Itu ASAM URAT...?? Nilai normal asam urat : Pria 3,4 7 mg/dl Wanita 2,4 5,7 mg/dl Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein

Lebih terperinci

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Nyeri di Sekitar Dada Charles mengungkapkan bahwa salah satu gejala utama dari adanya risiko serangan jantung adalah adanya rasa nyeri di sekitar dada. Tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN DI BALAI KESEHATAN KARYAWAN ROKOK KUDUS Oleh : KUSWARDANI J 110 070 061 PROGRAM

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah.

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah. 91 Lampiran 1 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah. Data umum pasien: 1. Nama : 2. Jenis kelamin :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Riset Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mampu berkomunikasi dengan baik, tinggal di wilayah

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Nama Peneliti : Pusparini NIM : 462012064 Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena menua adalah pada sistem muskuloskeletal yaitu gangguan

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum TK Purwanida I TK Purwanida I terletak di Jalan Srikandi No 12 Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

untuk Mencegah Sakit Punggung

untuk Mencegah Sakit Punggung 5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Sakit Punggung WISNUBRATA Kompas.com - 25/09/2017, 07:45 WIB Ilustrasi sakit punggung dan pinggang(grinvalds) KOMPAS.com - Sakit punggung adalah penyakit yang

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan Pendekatan Umum Menuju Pemulihan P roses terjadinya gangguan jiwa berlangsung secara pelan pelan dan bertahap. Prosesnya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga bertahun-tahun. Sering gejala awal dimulai

Lebih terperinci

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis. Cheilitis adalah istilah yang luas yang menggambarkan peradangan permukaan yang mempunyai ciri-ciri bibir kering dan pecah-pecah. Sedangkan angular cheilitis merupakan cheilitis yang terjadi pada sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Apakah IBS itu? Irritable bowel syndrome (IBS), juga dikenal sebagai "kejang usus besar," adalah gangguan umum. Sementara kebanyakan orang mengalami masalah pencernaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUA TENTANG PENYAKIT REUMATIK DENGAN SIKAP LANSIA DALAM MENGATASI KEKAMBUHAN PENYAKIT REUMATIK DI POSYANDU LANSIA KALURAHAN KARANGASEM KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi pada semua umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 74 tahun, lanjut

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usila atau usia lanjut merupakan kelompok yang rentan yang selalu ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Melihat kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tempat kerja industri, banyak pekerja melakukan pekerjaan proses dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang panjang. Bekerja di posisi berdiri dapat dihubungkan

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Usia lanjut dikatakan

Lebih terperinci

keluhan baru. Emang dasar mungkin saya aja termasuk tipe ibu hamil yang rewel kali ya.

keluhan baru. Emang dasar mungkin saya aja termasuk tipe ibu hamil yang rewel kali ya. Keluhan Saat Hamil Ditulis oleh: Monik Wulandari Ini dia 15 keluhan yang paling umum dirasakan oleh para ibu hamil. Bedanya, selain di jenis keluhan juga pada kadarnya. Ada yang berat, ada juga yang ringan.

Lebih terperinci

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Bencana kabut asap yang menimpa saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sungguh mengkhawatirkan. Selain merusak kualitas udara, juga membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada pada satu rentang perkembangan mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan mengamati dan meniru tingkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Data Umum Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada keluarga Tn A alamat Jl kunir Rt 08 Rw 8 kelurahan sambiroto kecamatan tembalang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seluruh individu di dunia tentunya ingin memiliki kesehatan salah satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga kesehatannya.

Lebih terperinci

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : ATIK ARYANI J 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

FORMAT RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

FORMAT RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FORMAT RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan Sasaran Sumber Tempat Waktu Penanggung Jawab 3. Resiko terjadinya peningkatan jumlah penderita

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dalam masa hidupnya pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Remaja adalah masa dalam perkembangan manusia, ketika anak berubah dari makhluk aseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan kesehatan pada dasarnya lebih mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta memperhatikan ketersediaan sumber daya kesehatan dimasa

Lebih terperinci