HUBUNGAN HIGIENE TANGAN DAN KUKU DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA SDN KENJERAN NO. 248 KECAMATAN BULAK SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN HIGIENE TANGAN DAN KUKU DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA SDN KENJERAN NO. 248 KECAMATAN BULAK SURABAYA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN HIGIENE TANGAN DAN KUKU DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA SDN KENJERAN NO. 248 KECAMATAN BULAK SURABAYA Correlation between Hands and Nails Hygiene with Enterobiasis Incidence on Student in Elementary School of Kenjeran No. 248 Bulak, Surabaya Andhika Setya Perdana dan Soedjajadi Keman Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Abstract: Infestation of bowel worm especially Enterobiasis vermicularis is one of health problems in Indonesia and mostly found in children at elementary school age. Objective of this research was to analyze correlation between hands and nails hygiene with Enterobiasis incidence in student of grade IV and V in SDN Kenjeran No This research was observational and done with analytic cross-sectional design. Questionnaire to identify risk factors was done in order to collect data and each child s stool samples were taken using scotch adhesive tape for parasitological test. This research samples were 47 grade IV and V students. The result from inspection showed that 19 students had dirty hands and nails hygiene. The result obtained from laboratory showed that respondent who was positive with egg were 20 students, and based on coefficient Phi statistic test obtained ϕ = It is concluded that correlation of hands and nails hygiene and the Enterobiasis incidence is strong. It is suggested that the teachers should inspect the student s hands and nails hygiene regularly, the students should keep the hygiene of their hands and nails, and local Puskesmas should control worm infection early and check the Enterobius vermicularis regularly because of helminthiasis transmitted disease. Keywords: hygiene of hands and nails, elementary school student, enterobiasis Abstrak: Infestasi cacing perut di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama cacing Enterobius vermicularis, di mana prevalensi dan intensitas tertinggi terdapat di kalangan anak usia SD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis pada siswa kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Kecamatan Bulak Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional bersifat analitik karena peneliti berupaya mencari hubungan antar variabel. Kemudian variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dinilai secara bersamaan pada suatu saat sehingga termasuk penelitian cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SDN Kenjeran No. 248 Surabaya yang berjumlah 47 anak. Hasil dari pengamatan didapatkan responden Higiene Tangan dan Kuku kotor sebanyak 19 anak. Hasil dari Laboratorium, ditemukan responden positif telur sejumlah 20 anak. Berdasarkan uji statistik Koefisien Phi, didapatkan nilai α = 0,512. Disimpulkan bahwa tingkat hubungan antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis merupakan hubungan yang kuat. Diharapkan kepada Puskesmas setempat agar melakukan penanggulangan kecacingan secara dini, sedangkan peran guru selalu rutin untuk memeriksa higiene tangan dan kuku para siswa, sedangkan untuk para siswa diharapkan selalu menjaga higiene tangan dan kukunya dan selalu periksa secara teratur karena cacing Enterobius vermicularis mudah menular. Kata kunci: higiene tangan dan kuku, siswa sekolah dasar, enterobiasis PENDAHULUAN Infeksi cacing merupakan penyakit parasit yang endemik di Indonesia. Sebanyak 60 80% penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan menderita infeksi cacing terutama infeksi cacing perut. Faktor tingginya infeksi ini adalah letak geografik Indonesia di daerah tropik yang mempunyai iklim yang panas, akan tetapi lembap sehingga memungkinkan cacing perut dapat berkembang biak dengan baik. Banyak penduduk Indonesia yang masih berpendidikan rendah, sehingga pengetahuan tentang cara hidup sehat, cara untuk menjaga kebersihan perorangan bagi dirinya dan kebersihan makanan dan minuman serta cara makan belum diketahui dengan baik. Banyak keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga sehingga mereka membuang kotoran atau buang air besar di tanah. Penduduk yang sangat padat lebih mempermudah penyebaran infeksi cacing perut ini (Soedarto, 1991). Cacing Enterobius vermicularis mempunyai penyebaran terluas di dunia daripada semua cacing. Ini disebabkan karena hubungan yang erat antara manusia dan lingkungan. Diperkirakan 7

2 8 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 7 13 adanya 208,8 juta orang yang terinfeksi parasit ini di dunia. Parasit ini juga menyerang semua golongan (Rukmono dkk, 1983). Cacing Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dulu dan telah banyak dilakukan penelitian mengenai biologi, epidemiologi dan gejala klinisnya. Manusia adalah satu-satunya hospes. Enterobius vermicularis banyak ditemukan di masyarakat dan dikenal dengan nama cacing kremi. Meskipun demikian laporan prevalensi mengenai enterobiasis masih jarang. Hal ini diakibatkan oleh cara pemeriksaan diagnosa yang memakai selotip yang ditempel pada anus yang menimbulkan rasa enggan atau malu pada penderita (Hendratno, 1994). Penelitian di Surabaya yang meneliti kejadian enterobiasis pada siswa SD di daerah tertinggal yaitu Kalijudan, didapatkan responden (49,3%) atau hampir separuh responden yang positif telur (Sulistyorini dkk, 2001). Surabaya secara geografis terletak pada Lintang Selatan dan Bujur Timur sehingga termasuk daerah yang beriklim tropis, dan menurut Soedarto (1991), dijelaskan bahwa Enterobius vermicularis tersebar di seluruh dunia baik yang beriklim tropis maupun subtropis. Kenjeran merupakan daerah pinggiran Kota Surabaya. Menurut Bappeko dan Dinas Sosial Kota Surabaya (2001), Kenjeran merupakan daerah yang paling banyak terdapat pemukiman kumuh daripada daerah lain di Surabaya. Kejadian enterobiasis sendiri tersebar di seluruh dunia dengan konsentrasi pada daerah yang faktor perilaku sehatnya masih rendah. Meskipun penyakit ini menyerang semua umur, namun penderita terbanyak adalah anak usia 5 14 tahun. Hal ini karena perilaku menggaruk dan daya tahan tubuh masih rendah pada anakanak. Gejala utama enterobiasis adalah timbul iritasi di sekitar perianal (pruritus ani). Hal ini terjadi karena pengaruh migrasi cacing betina dari usus ke kulit perianal untuk meletakkan telurnya. Apabila digaruk maka penularan dapat terjadi di kuku jari tangan ke mulut (self-infection) atau infeksi oleh diri sendiri. Menurut Padmasutra dkk. (1992), cara infeksi cacing kremi yang tersering adalah melalui telur yang melekat pada jari tangan dan sering ditemukan dalam rumah tangga dan kelompok seperti taman kanak-kanak, institusi perawatan (nursery). Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya hubungan antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis pada murid SD kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional bersifat analitik karena berupaya menganalisis hubungan antar variabel. Variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dinilai secara bersamaan pada suatu saat sehingga termasuk penelitian cross-sectional (Sastroasmoro dkk, 2008). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya yaitu sejumlah 47 anak. Terdiri dari kelas IV sejumlah 21 anak dan kelas V sejumlah 26 anak. Besar sampel yang diambil adalah sejumlah total populasi siswa kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Kecamatan Bulak Surabaya, yaitu sejumlah 47 siswa. Data berupa form kuesioner meliputi pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan responden, form observasi dengan mengamati higiene tangan dan kuku responden, dan pengambilan sampel dengan menggunakan scote adhesive tape pada anus responden yang kemudian diperiksa di laboratorium. Data dianalisis dengan menggunakan metode perhitungan statistik melalui berbagai bentuk uji statistik yang sesuai dengan skala data dan tujuan ujinya. Selain itu juga dianalisis faktor yang memengaruhi higiene tangan dan kuku yaitu faktor pengetahuan, sikap dan tindakan yang kemudian diuji untuk mengetahui kuat hubungan antara faktor pengetahuan, sikap dan tindakan dengan higiene tangan dan kuku. Maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Koefisien Phie untuk mengetahui kuat hubungan antar variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah seluruh siswa kelas IV dan V SDN Kenjeran No. 248 Surabaya sejumlah 47 siswa. Pada saat pengambilan sampel, 2 siswa dari kelas IV dan 3 siswa dari kelas V tidak mau diperiksa, sehingga didapatkan sampel keseluruhan sejumlah 42 siswa dengan masingmasing kelas IV sejumlah 19 siswa (9 laki-laki, 10 perempuan) dan kelas V sejumlah 23 siswa (14 laki-laki, 9 perempuan). Berdasarkan hasil pengamatan higiene tangan dan kuku, disajikan dalam Tabel 1.

3 A S Perdana dan S Keman, Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis 9 Tabel 1. Hasil Pengamatan Higiene Tangan dan Kuku Siswa IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Higiene Tangan dan Kuku IV 8 42, , V 7 30, , Tabel 2. Hasil Kuesioner Pengetahuan Responden Siswa IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Pengetahuan Baik (%) Kurang (%) (anak) (%) IV V 10 43, , Jumlah 14 33, , Tabel 3. Hasil Kuesioner Sikap Responden Siswa IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Sikap Positif (%) Negatif (%) (anak) (%) IV 11 57,9 8 42, V 11 47, , Jumlah 22 52, , Dari Tabel 1 diketahui untuk murid kelas IV terdapat 8 siswa (42,1%) dan 7 siswa (30,4%) untuk murid kelas V yang memiliki higiene tangan dan kuku bersih. Definisi higiene adalah ilmu tentang kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan dan memperbaiki kesehatan (Depdiknas, 2001). Menurut Budioro (1997), higiene adalah usaha kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, usaha untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatannya. Dari Tabel 2 diketahui total ada 14 siswa (33,3%) dengan pengetahuan baik dan 28 siswa (66,7%) dengan pengetahuan kurang. Hasil penelitian Rahfiludin dkk. dalam Muniroh dkk. (2005), tentang pengetahuan mengenai cacingan pada anak SD di Kota Semarang, didapatkan bahwa dari segi pengetahuan mengenai cacingan pada saat pretest hanya sebagian kecil anak SD yang mempunyai pengetahuan baik. Pengertian dari pengetahuan itu sendiri adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil kuesioner sikap, hasilnya disajikan dalam Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui untuk murid kelas IV terdapat 11 siswa (57,9%) dengan sikap positif dan 8 siswa (42,1%) dengan sikap negatif. Sedangkan untuk murid kelas V terdapat 11 siswa (47,8%) dengan sikap positif dan 12 siswa (52,2%) dengan sikap negatif. Total ada 22 siswa (52,4%) dengan sikap positif dan 20 siswa (47,6%) dengan sikap negatif. Hal ini

4 10 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 7 13 Tabel 4. Hasil Kuesioner Tindakan Responden Siswa IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Tindakan Baik (%) Kurang (%) (anak) (%) IV 9 47, , V 10 43, , Jumlah 19 45, , Tabel 5. Hubungan antara Pengetahuan Responden dan Higiene Tangan dan Kuku Siswa IV dan V Pengetahuan Higiene tangan dan kuku Baik kurang 8 28, , Tabel 6. Hubungan antara Sikap Responden dan Higiene Tangan dan Kuku Siswa kelas IV dan V Sikap Higiene tangan dan kuku Positif 12 54, , negatif menunjukkan bahwa siswa dengan sikap positif sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan siswa dengan sikap negatif. Menurut Kwick dalam Notoatmodjo (2003), sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tandatanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Menurut Alport dalam Adryanto, (1991), sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Adapun mengenai tindakan yang berkaitan dengan higiene responden berdasarkan kuesioner, maka hasil kuesioner tentang tindakan, dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 diketahui untuk murid kelas IV terdapat 9 siswa dengan tindakan yang baik sedang untuk murid kelas V terdapat 10 siswa dengan tindakan yang baik. Total ada 19 siswa (45,2%) dengan tindakan yang baik dan 23 siswa (54,8%) dengan tindakan yang kurang baik. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden dengan higiene tangan dan kuku, dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 diketahui untuk nilai pengetahuan kuesioner baik terdapat 7 siswa dengan higiene tangan dan kukunya bersih dan 7 siswa dengan higiene tangan dan kukunya kotor. Untuk nilai pengetahuan yang kurang terdapat 8 siswa dengan higiene tangan dan kuku yang bersih dan 20 siswa dengan higiene tangan dan kuku kotor. Dari uji Koefisien Phi didapatkan nilai ϕ = 0,211. Maka hubungan antara pengetahuan dengan higiene tangan dan kuku merupakan hubungan yang lemah. Menurut Riyanto (2009), ada 4 tingkatan kuat hubungan antar variabel. Didapatkan nilai ϕ = 0,211 maka termasuk tingkat

5 A S Perdana dan S Keman, Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis 11 Tabel 7. Hubungan antara Tindakan Responden dan Higiene Tangan dan Kuku Siswa IV dan V Tindakan Higiene tangan dan kuku Baik 11 57,9 8 42, Kurang 4 17, , Tabel 8. Prevalensi Kejadian Enterobiasis Siswa IV dan V Hasil Pemeriksaan Positif (%) Negatif (%) (anak) (%) IV 7 36, , V 13 56, , Jumlah 20 47, , hubungan yang lemah. Maka hubungan antara pengetahuan dan higiene tangan dan kuku, tingkat hubungannya adalah lemah. Hal ini disebabkan karena nilai pengetahuan yang baik tidak memengaruhi banyak sedikitnya responden dengan higiene tangan dan kuku yang bersih ataupun kotor. Dari hasil penelitian didapatkan nilai pengetahuan yang baik, terdapat 7 responden yang higiene tangan dan kukunya bersih dan 7 responden yang higiene tangan dan kukunya kotor. Untuk mengetahui hubungan antara sikap responden dengan higiene tangan dan kuku, hasilnya disajikan dalam Tabel 6. Dari Tabel 6 diketahui untuk nilai sikap yang positif terdapat 12 siswa dengan higiene tangan dan kukunya bersih dan 10 siswa dengan higiene tangan dan kukunya kotor. Untuk nilai sikap yang negatif terdapat 3 siswa dengan higiene tangan dan kukunya bersih dan 17 siswa dengan higiene tangan dan kukunya kotor. Dari uji Koefisien Phi didapatkan nilai ϕ = 0,412. Maka hubungan antara sikap dengan higiene tangan dan kuku merupakan hubungan yang sedang. Hal ini disebabkan karena nilai sikap yang positif kurang memengaruhi banyak sedikitnya responden yang memiliki higiene tangan dan kuku yang bersih ataupun kotor. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi yang terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Winkel dalam penelitian Muniroh (2005), menyatakan bahwa sikap (attitude) seseorang cenderung menerima atau menolak suat objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila objek dinilai baik untuk saya, dia mempunyai sikap positif. Bila objek dinilai jelek untuk saya dia mempunyai sikap negatif. Untuk mengetahui hubungan antara tindakan responden dengan higiene tangan dan kuku, hasilnya disajikan dalam Tabel 7. Dari Tabel 7 diketahui bahwa untuk nilai tindakan yang baik, terdapat 11 responden yang higiene tangan dan kukunya bersih dan 8 responden yang higiene tangan dan kukunya kotor. Dibandingkan nilai tindakan yang kurang, terdapat 4 responden yang higiene tangan dan kukunya bersih dan 19 responden yang higiene tangan dan kukunya kotor. Dari uji Koefisien Phi didapatkan nilai ϕ = 0,421. Maka hubungan antara tindakan dengan higiene tangan dan kuku merupakan hubungan yang sedang. Hal ini disebabkan karena nilai tindakan baik kurang memengaruhi banyak sedikitnya responden yang higiene tangan dan kukunya bersih maupun kotor.

6 12 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli 2013: 7 13 Tabel 9. Hubungan antara Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis Siswa IV dan V Higiene Tangan Kejadian Enterobiasis Jumlah dan Kuku Positif (%) Negatif (%) (anak) (%) Bersih 2 13, , kotor 18 66,7 9 33, Jumlah 20 47, , Prevalensi kejadian enterobiasis pada anak SD kelas IV dan V di SDN Kenjeran No. 248 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 diketahui untuk murid kelas IV terdapat 7 siswa dengan hasil laboratorium positif dan 12 siswa dengan hasil laboratorium negatif. Untuk murid kelas V terdapat 13 siswa dengan hasil laboratorium positif dan 10 siswa dengan hasil laboratorium negatif. Total ada 20 siswa dengan hasil laboratorium positif dan 22 siswa dengan hasil laboratorium negatif. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita enterobiasis adalah anak kelompok usia 5 14 tahun (Gandahusada dkk, 2000). Penelitian di Surabaya yang meneliti kejadian enterobiasis pada siswa SD di daerah tertinggal yaitu Kalijudan, didapatkan responden (49,3%) atau hampir separuh responden yang positif telur (Sulistyorini dkk, 2001). Penelitian di Pekalongan Jawa Tengah pada dua SD didapatkan hasil 62,96% dari 54 siswa dan 74,31% dari 109 siswa yang menderita enterobiasis (Hendratno, 1994). Penderita terbanyak dari enterobiasis adalah anak usia 5 14 tahun. Angka kesakitannya sekitar 200 juta manusia di seluruh dunia. Penyebaran cacing kremi di dunia merupakan yang terluas di antara cacing lainnya (Widiyono, 2005). Untuk mengetahui hubungan antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis disajikan dalam Tabel 9. Dari Tabel 9 diketahui untuk higiene tangan dan kuku bersih terdapat 2 siswa dengan hasil laboratorium positif dan 13 siswa dengan hasil laboratorium negatif. Untuk higiene tangan dan kuku kotor terdapat 18 siswa dengan hasil laboratorium positif dan 9 siswa dengan hasil laboratorium negatif. Dari uji Koefisien Phi didapatkan nilai ϕ = 0,512. Maka hubungan antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis merupakan hubungan yang kuat. Dari hasil penelitian didapatkan higiene tangan dan kukunya bersih, terdapat 13 responden yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya negatif, dan 2 responden yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya positif, sedang untuk higiene tangan dan kukunya kotor, terdapat 9 responden yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya negatif, dan 18 responden yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya positif. Hasil pemeriksaan laboratorium positif dan hasil pemeriksaan laboratorium negatif didapatkan hasil yang signifikan. Higiene tangan dan kuku yang bersih bisa memengaruhi hasil pemeriksaan Enterobius vermicularis negatif, higiene tangan dan kuku yang kotor bisa memengaruhi hasil pemeriksaan Enterobius vermicularis positif. Hal ini didukung dari uji Koefisien Phi bahwa hubungan antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis adalah kuat. Tangan merupakan organ tubuh yang paling mudah memindahkan penyakit. Suatu penyakit akan mudah berpindah dari orang sakit ke orang sehat atau akan berpindah ketika mengambil makanan atau setelah ia pergi dari tempat kotor (Al-Fanjari, 1999). Salah satu metode penularan cacing Enterobius vermicularis adalah dengan autoinfection yaitu penularan dari tangan ke mulut sendiri atau pada orang lain sesudah memegang benda yang terkontaminasi telur cacing Enterobius vermicularis infektif (Soedarto, 1991). Gejala enterobiasis antara lain rasa gatal di sekitar anus (pruritus ani nocturnal), yang apabila digaruk maka penularan dapat terjadi di kuku jari tangan ke mulut (self-infection) atau infeksi oleh diri sendiri (Widiyono, 2005). Menurut Rukmono dkk. (1992), cara infeksi cacing kremi yang tersering adalah melalui telur yang melekat pada jari tangan dan sering ditemukan dalam rumah tangga dan kelompok seperti taman kanak-kanak.

7 A S Perdana dan S Keman, Higiene Tangan dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis 13 KESIMPULAN DAN SARAN Disimpulkan bahwa terdapat tingkat hubungan yang kuat antara higiene tangan dan kuku dengan kejadian enterobiasis. Semakin bersih higiene tangan dan kuku, maka semakin rendah kejadian enterobiasis. Sedangkan faktorfaktor yang memengaruhi higiene tangan dan kuku adalah pengetahuan responden dengan terdapat tingkat hubungan yang lemah, sikap responden dengan tingkat hubungan yang sedang, dan tindakan responden dengan tingkat hubungan yang sedang antara tindakan dengan higiene tangan dan kuku. Disarankan terhadap pihak sekolah terutama guru meningkatkan kedisiplinan siswa dalam memelihara higiene tangan dan kuku, diusahakan setiap minggu dilakukan razia terhadap siswa yang tangan dan kuku kotor, serta sekolah menyediakan sarana tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun. Selain itu peran guru lebih ditingkatkan terutama pelajaran tentang masalah pentingnya menjaga kesehatan dan bahaya dari macam penyakit. Bisa lewat tambahan jam pelajaran atau penambahan poster maupun pamflet dalam bagian sekolah. Selalu menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan serta kebersihan makanan merupakan cara paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan enterobiasis, dan higiene tangan juga penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang, jika hendak tidur supaya alas kasur yang terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal. Tempat tidur selalu dibersihkan karena mudah sekali terkontaminasi oleh telur cacing Enterobius vermicularis infektif. Usahakan sinar matahari langsung dapat memasuki kamar tidur oleh karena telur Enterobius vermicularis akan dapat terbunuh oleh sinar matahari tersebut. DAFTAR PUSTAKA Adryanto, M Psikologi Sosial. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Al-Fanjari, A.S Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Budioro, B Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Universitas Diponegoro. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gandahusada, S., Ilahude D.H., dan Pribadi, W Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hendratno, S Oxyuriasis pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kandang Serang Kabupaten Pekalongan. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia, volume 7 nomor 3: 2 7. Muniroh, L., Martini, S., Soedirham, O., Andreas, D.R Analisis Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Negeri Surabaya tentang Masalah Kecacingan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Padmasutra, L., Makimian, R., Jukiani, M Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Riyanto, A Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rukmono, B., Hoedojo, Djakaria, N.S., Soeprihatin, S. D., Margono, S.S., Oemijati, S., Gandahusada, S., Pribadi, W Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT Gramedia. Sastroasmoro, S. dan Ismael S Dasar-dasar Metodologi Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Edisi ke-3. Soedarto Helmintologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sulistyorini, L. dan Martini, S Hubungan Sanitasi Perumahan dan Kebersihan Perorangan dengan Kejadian Penyakit Cacing Kremi (Enterobiasis) pada Murid Sekolah Dasar di Daerah Tertinggal. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya. Widiyono Penyakit Tropis: Epidemiologi Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

GAMBARAN KEBERSIHAN TANGAN DAN KUKU DENGAN INFEKSI ENTEROBIASIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

GAMBARAN KEBERSIHAN TANGAN DAN KUKU DENGAN INFEKSI ENTEROBIASIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN GAMBARAN KEBERSIHAN TANGAN DAN KUKU DENGAN INFEKSI ENTEROBIASIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN Salbiah Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Medan Abstrak Enterobius vermicularis adalah Nematoda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterobiasis atau oksiuriasis adalah infeksi cacing usus yang disebabkan oleh Enterobius vermicularis atau cacing kremi. Infeksi oleh cacing ini paling sering terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterobius vermicularis atau cacing kremi adalah salah satu jenis cacing usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini mempunyai daerah

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT KECACINGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA KELAS IV, V DAN VI DI SD NEGERI 47 KOTA MANADO ABSTRACT Eka Muriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit cacing kremi merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis dan tersebar luas di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS VI MENGENAI PENYAKIT KECACINGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULASAREN KOTA CIREBON TAHUN 2013 Mentari Inggit Anggraini,

Lebih terperinci

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 ANALISIS HYGIENE PERORANGAN TERHADAP KONTAMINASI TELUR CACING PADA KUKU SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PUSKESMAS TAHTUL YAMAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO Brian R. Lengkong*, Woodford B. S. Joseph,. Victor D. Pijoh Bidang Minat Kesling Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 03 Hal : - 7 Penulis :. Kharis Faridan*. Lenie Marlinae 3. Nelly Al Audhah Korespondensi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado GAMBARAN HIGIENE PERORANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR ALKHAIRAAT 01 KOMO LUAR, KECAMATAN WENANG, KOTA MANADO Ardiyanto V. Pua *, Budi T. Ratag *, Ricky C. Sondakh * *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO Zainudin Lakodi NIM 811409110 Program study Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING OXYURIS VERMICULARIS PADA SISWA KELAS 1 SDN KEMIJEN 02 KELURAHAN KEMIJEN KECAMATAN SEMARANG TIMUR KOTA SEMARANG Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari;

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau Lilly Haslinda, Esy Maryanti, Suri Dwi Lesmana, Mislindawati Abstrak

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program studi Ilmu

Lebih terperinci

INDIVIDUAL IN CHILDREN AGED 5-18 YEARS IN VILLAGE SUB KARANGASEM

INDIVIDUAL IN CHILDREN AGED 5-18 YEARS IN VILLAGE SUB KARANGASEM KORELASI ANTARA PREVALENSI ENTEROBIASIS VERMICULARIS DENGAN HIGIENES PERORANGAN PADA ANAK USIA 5 18 TAHUN DI DESA KARANGASEM KECAMATAN KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO Oleh: Heru Setiawan, Mas Mansyur, E.

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEBIASAAN DENGAN KASUS ENTEROBIASIS PADA SISWA KELAS III SDN CIBOGGO

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEBIASAAN DENGAN KASUS ENTEROBIASIS PADA SISWA KELAS III SDN CIBOGGO ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEBIASAAN DENGAN KASUS ENTEROBIASIS PADA SISWA KELAS III SDN CIBOGGO Alogo Octavianus, 2005. Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes PembimbingII : Susy Tjahyani, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya parasit berupa cacing di dalam tubuh manusia. Kecacingan merupakan penyakit dengan insiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU SISWA KELAS III DAN IV DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FESES DAN KEADAAN TANAH TERHADAP INFEKSI SOIL TRANSMITED HELMINTHS DI SDN BUDI MULYA 3 CIPAGERAN-CIMAHI Antonius Wibowo, 2007.

Lebih terperinci

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Lampiran I HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KANDUNGAN TELUR CACING PADA KOTORAN KUKU PEKERJA BIOGAS DI DESA TANJUNG HARAPAN KECEMATAN WONOSARI KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2013 Oktaviani Ririn Lamara 811 409

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih dari satu miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH) (Freeman et al, 2015).

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005 HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO.174593 HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005 Oleh: Rahmat A. Dachi,S.K.M., M.Kes. PENDAHULUAN Penyakit cacingan

Lebih terperinci

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PREVALENSI INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA MURID MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DI DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN KOTA PEKALONGAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat kelulusan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah atau disebut soil-transmitted helmint infections merupakan salah satu infeksi paling umum di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. E. Vermicularis (Cacing Kremi) 1. Pengertian Umum Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk ke tubuh melalui makanan, pakaian, bantal, sprai serta inhalasi debu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD JURNAL PENELITIAN Oleh : 1. Anik Enikmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2. Fatihah Hidayatul Aslamah, Amd.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis, merupakan infeksi cacing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis, merupakan infeksi cacing BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Cacing Kremi Penyakit infeksi cacing kremi atau enterobiasis adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis, merupakan infeksi cacing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ascariasis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang merupakan penyakit usus halus yang pada sebagian besar kasus ditandai dengan sedikit gejala

Lebih terperinci

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014 Al-Sihah : Public Health Science Journal 12-18 Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014 Azriful 1, Tri Hardiyanti Rahmawan 2 1

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012 FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012 Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACTS This study aims to determine

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah.

Lebih terperinci

Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pada Anak Panti Asuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang

Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Enterobiasis pada Anak Panti Asuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang 668 Artikel Penelitian Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian pada Anak Panti Asuhan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Sri Shinta Agustin 1, Selfi Renita Rusjdi 2, Desmawati 3 Abstrak merupakan penyakit

Lebih terperinci

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Abdi Jauhari NIM 032010101009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

Risal Wintoko. Community Medicine Departement, Faculty of Medicine Lampung University. Abstract

Risal Wintoko. Community Medicine Departement, Faculty of Medicine Lampung University. Abstract Risal Wintoko Relations Aspects of Personal Hygiene And Behavior Aspects with Worm Eggs Nail Contamination Risk At 4 th, 5 th And 6 th Grade of State Elementary School 2 Raja Basa Districts Bandar Lampung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou*

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou* HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa Indonesia

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO RELATIONSHIP WORM INFECTION WITH NUTRITIONAL STATUS IN GRADE 4 AND 5 ELEMENTARY SCHOOLS

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia Keperawatan, personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara

Lebih terperinci

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008 PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG Jansen Loudwik Lalandos 1, Dyah Gita Rambu Kareri 2 Abstract: Kualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Dalam Tindakan Pencegahan Penyakit Kecacingan pada Anak SD oleh Guru Di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang Tahun 2014 Ami Anugerahni

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENDERITA TUBERKULOSIS TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS ATAPUPU KABUPATEN BELU RELATIONSHIP BETWEEN PATIENT

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI SAPA KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kebijakan pembangunan kesehatan telah ditetapkan beberapa program dan salah satu program yang mendukung bidang kesehatan ialah program upaya kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG BANDUNG BARAT

PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG BANDUNG BARAT PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG BANDUNG BARAT Mettison M. Silitonga, Untung Sudharmono, Masta Hutasoit Jurusan Biologi Fakultas Matematika & Ilmu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya PENGARUH KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YESI FEBRIYANI J 201110201138

Lebih terperinci

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45 PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN Oleh : Ersandhi Resnhaleksmana Dosen

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. Rika Prastiwi Maulani,2012. Pembimbing I : Dani, dr., M.kes Pembimbing II

Lebih terperinci

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No., Juni 20 Hal : 50-54 Penulis :. Nita Rahayu 2. Muttaqien Ramdani Korespondensi : Balai Litbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara tropis yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan, salah satunya adalah infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit kecacingan masih tetap

Lebih terperinci

PREVALENSI INFEKSI AMEBIASIS PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN PEKALONGAN, JAWA TENGAH

PREVALENSI INFEKSI AMEBIASIS PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN PEKALONGAN, JAWA TENGAH PREVALENSI INFEKSI AMEBIASIS PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN PEKALONGAN, JAWA TENGAH PREVALENCE OF AMEBIASIS INCIDENCE TO STUDENT MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIAH

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR WASTE HANDLING CORRELATION WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA ON TODDLER WORKING AREA

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015 FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015 Kukuh Wijaya *), dr. Zaenal Sugiyanto **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang bersifat kronis yang ditularkan melalui tanah dan menyerang sekitar 2 milyar penduduk di dunia

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO DETECTION OF INTESTINAL NEMATODE IN KINDERGARTEN STUDENTS FAECES AT GEDONGAN VILLAGE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobius vermicularis Enterobius vermicularis adalah cacing yang dapat masuk kemulut tubuh melalui makanan, udara, tanah yang akan bersarang di usus besar pada waktu malam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 2, Ed. September 2014, Hal. 77-137 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS () PADA MURID KELAS 1, 2 DAN 3 SDN PERTIWI

Lebih terperinci

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) 54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Evi Susanti 1), Tanto Hariyanto 2), Ragil Catur Adi 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, khususnya di negara-negara berkembang pada daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER Afif Hamdalah Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN DALAM PEMBERIAN MINUM OBAT CACING DAN KEJADIAN KECACINGAN OXYURIS VERMICULARIS

PROMOSI KESEHATAN DALAM PEMBERIAN MINUM OBAT CACING DAN KEJADIAN KECACINGAN OXYURIS VERMICULARIS PROMOSI KESEHATAN DALAM PEMBERIAN MINUM OBAT CACING DAN KEJADIAN KECACINGAN OXYURIS VERMICULARIS NOOR CHOLIFAH Cholifakkes@gmail.com Abstrak Kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta sarwinantisyamsudin@yahoo.com Abstract: This study aims to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh : FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PENCEGAHAN DINI PENYAKIT DIARE PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI DESA TEMUIRENG KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG Manuscript Oleh : KUKUH UDIARTI NIM : G2A212015

Lebih terperinci