BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2030 (Sumber : Bappenas, BPS, UNPF, 2013) November 2014, pukul 13.
|
|
- Sudirman Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bonus Demografi dan Dampaknya Bagi Masa Depan Indonesia Istilah demografi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai kependudukan (Kominfo, 2014). Di Indonesia, salah satu lembaga pemerintah yang kredibel dan memiliki tanggung jawab yang erat dengan isu kependudukan adalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Kel uarga Berencana Nasional). BKKBN mendefinisikan bonus demografi (demographic dividend) sebagai bonus atau peluang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. 1 Diagram 1.1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2030 (Sumber : Bappenas, BPS, UNPF, 2013) Diagram 1.1. menunjukkan piramida kependudukan Indonesia pada tahun Berdasarkan prediksi para pakar, saat itu Indonesia akan berada masa puncak bonus demografi. Struktur piramida yang menggembung di tengah seperti pada diagram diklaim menguntungkan, karena berarti jumlah penduduk yang berada dalam usia kerja atau produktif (berada dalam kotak merah) lebih banyak dibandingkan penduduk di luar usia 1 BKKBN, Bonus Demografi, diakses 19 November 2014, pukul WIB 1
2 kerja (nonproduktif) (BKKBN, 2013). Hal tersebut berarti beban ekonomi yang ditanggung penduduk usia kerja (produktif) untuk menopang penduduk nonproduktif menjadi lebih ringan. Diagram 1.2. Keadaan Demografi Umur Penduduk Indonesia (Sumber : MP3EI, 2011) Komposisi demografi yang menguntungkan bisa tercapai berkat konsistensi penggalakan program KB selama puluhan tahun yang telah berhasil menekan angka kelahiran. Disebutkan oleh Siti Nur aini (2008), h al tersebut yang kemudian membawa Indonesia mengalami penurunan rasio ketergantungan (dependency ratio), yang membentuk keadaan ideal yang menghasilkan potensi terjadinya bonus demografi tersebut. Diagram 1.2. menunjukkan Indonesia sebenarnya sudah memasuki era bonus demografi sejak tahun 2012 dan akan berakhir tahun Puncak bonus demografi Indonesia diperkirakan hanya akan berlangsung dalam durasi 4 tahun, yaitu periode tahun , dengan rasio ketergantungan 47 per 100, yang berarti setiap 100 orang berusia kerja akan menanggung beban 47 orang usia nonproduktif (Kominfo, 2014). Fase bonus demografi kerap disebut sebagai the window of opportunity (jendela kesempatan). Namun jika Indonesia tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, maka hal tersebut justru bisa mengakibatkan keterpurukan negara dan justru menjadi beban demografi (demographic burden) yang disebabkan jika penduduk usia kerja tidak produktif dan malah menjadi beban ekonomi (Kominfo, 2014). Namun apabila Indonesia 2
3 dapat memanfaatkan momentum ini dengan baik, maka pada tahun 2030, Indonesia diprediksikan akan berada dalam puncak kejayaannya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia (Mckinsey Global Institute, 2012), yang kemudian akan menduduki posisi keempat pada 2050 (Chairul Tanjung, 2014). Sonny Harmadi (2008) mengatakan bahwa momentum bonus demografi hanya akan terjadi satu kali. Apabila akan terulang, itupun dibutuhkan waktu ratusan tahun yang akan datang. Ada beberapa negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi sehingga berhasil membawa bangsanya pada kejayaan seperti Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Singapura. Namun tidak sedikit juga yang gagal, contohnya Afrika Selatan dan Brazil (Kominfo, 2014). Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia agar secara serius mempersiapkan penduduknya untuk memasuki window of opportunity tersebut Pendidikan Sebagai Kunci Peningkatan Kualitas Usia Produktif Menurut BKKBN, pada era bonus demografi, penduduk usia produktif akan mengisi 70% dari komposisi penduduk Indonesia. Hal tersebut berarti Indonesia akan mendapat ledakan suplai tenaga kerja yang mengakibatkan persaingan yang ketat. Persaingan dalam isu tenaga kerja akan semakin meningkat seiring dengan pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) per 1 Januari Kondisi tersebut menyebabkan penduduk produktif Indonesia harus bersaing tidak hanya dengan sesama anak negeri, tetapi juga dengan pekerja dari negara ASEAN. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia, agar dapat bersaing di kancah nasional, regional, maupun internasional (Kominfo, 2014). Diagram 1.3. Human Development Index (HDI) Indonesia 2012 (Sumber : Kominfo, 2014) 3
4 Saat ini, kualitas penduduk Indonesia masih rendah, yang ditandai dengan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia 2012 yang berada pada angka 0,629 (Diagram 1.3.), di bawah rata-rata dunia 0,694 (Kominfo, 2014). Hal ini menunjukkan Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan kualitas para penduduknya. Salah satu kesamaan antara Tiongkok, Korea Selatan, dan Singapura dalam meningkatkan kualitas penduduknya adalah menjadikan investasi pada bidang pendidikan sebagai kunci utamanya (Kominfo, 2014). Secara fungsional, pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memiliki peranan strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas (Arifuddin M.Arif, 2012) Pentingnya Pemerataan Usia Produktif di Indonesia Saat ini, perekonomian Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, khususnya di wilayah perkotaan. Menurut data BPS, kegiatan ekonomi di Pulau Jawa memberikan kontribusi Penerimaan Domestik Bruto (PDB) Nasional 2013 mencapai 57,99%. Secara umum penduduk yang bekerja tersebut adalah penduduk usia produktif. Para penduduk produktif berbondong-bondong meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Pulau Jawa. Hal ini mengakibatkan beberapa daerah sulit mengambil keuntungan dari bonus demografi dikarenakan kekurangan penduduk produktif. Ada enam provinsi yang diprediksikan tidak akan mendapat bonus demografi sampai tahun 2035 dikarenakan kekurangan usia produktif, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Gambar 1.1. Dependency Ratio di Setiap Propinsi 2013 (Sumber : Bappenas, BPS, UNFPA, 2013) 4
5 Gambar 1.1. menunjukkan pada tahun 2013 hanya beberapa daerah di Indonesia yang memiliki rasio ketergantungan di bawah 50, yang artinya ada urgensi untuk segera mendorong pemerataan penduduk untuk mencapai pemerataan ekonomi. Namun hingga saat ini, kampung halaman, desa, daerah, dianggap tidak menarik oleh mayoritas generasi muda saat ini. Padahal daerah Indonesia dengan beragam aset dan keunikannya masingmasing menyediakan peluang yang besar untuk dikembangkan. Oleh karena itu, negara mendorong para usia produktif untuk kembali ke kampung halamannya dan memajukan daerah melalui potensinya masing-masing (Kominfo, 2014) Remaja Sebagai Fase Awal Usia Produktif Dalam hidup, manusia mengalami beberapa tahap kehidupan, mulai dari anakanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Fase remaja atau youth disebut sebagai fase kritis dimana seseorang mendapat banyak mendapat pengalaman hidup yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya (UNFPA, 2010). Periode remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dimana seseorang akan menjadi bagian dari komunitas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkategorikan youth sebagi orang yang berusia tahun. Dalam struktur kependudukan berdasarkan usia kerja, penduduk produktif berada dalam rentang tahun (LP FEUI, 2004 dalam Siti Nur aini, 2008). Dengan demikian berarti, fase youth adalah fase dimana seseorang baru mulai memasuki usia produktifnya. Fase ini perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan tahap dimana pemikiran manusia masih sangat terbuka untuk menyerap segala pengetahuan, kemampuan belajar, dan nilai-nilai kehidupan (Inonge Kamungoma, 2010) Kebutuhan Youth Center di Kabupaten/Kota Sebagai Strategi Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Usia Produktif Dalam konteks menyambut bonus demografi, pendidikan penting bagi remaja,. Menurut UU No.20 Tahun 2003, salah satu jalur pendidikan adalah nonformal. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU No.20, 2003). Disebutkan pula salah satu bentuk pendidikan nonformal adalah gelanggang remaja (youth center). 5
6 Kehadiran gelanggang remaja diharapkan mampu menjadi tempat yang dapat mewadahi aktivitas remaja selepas pelaksanaan pendidikan formal atau informal. Selain itu, bagi remaja yang mungkin sudah tidak menempuh pendidikan formal atau informal, youth center juga dapat menjadi solusi pendekatan untuk tetap membina mereka agar tidak kalah saing pada era tersebut. Syamsuddin Haris (2007) berpendapat bahwa fasilitas seperti gelanggang remaja perlu dikembangkan sebagai agen sosialisasi untuk tujuan desentralisasi. Di samping menjalankan fungsi pendidikan, youth center dirasa efektif menjalankan fungsi sosialisasi, khususnya sosialisasi potensi lokal daerahnya kepada para remaja, sehingga diharapkan dapat menarik minat para remaja agar kelak mengembangkan potensi yang dimiliki daerahnya masing-masing. Oleh karena itu, youth center sangat dibutuhkan baik di kota besar maupun di daerah yang masih berkembang, yang kemudian saling terintegrasi satu dengan yang lain agar mencapai tujuan pemerataan penduduk dan informasi. Mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng (2009) menuturkan pembangunan sarana youth center atau gelanggang remaja di semua daerah di Indonesia sebagai target utama dalam penyusunan Rencana Strategis Penempatan youth center di setiap kabupaten/kota dinilai efisien dan efektif dengan pertimbangan jarak tempuh, daya tampung, dsb. Di samping itu, Menteri Bappenas, Andrinof Chaniago (2014) menyatakan target sampai dengan tahun 2019 akan terbangun techno park di seluruh kabupaten/kota. Disebutkan juga bahwa perkembangan teknologi pada setiap techno park akan diarahkan ke sektor yang menjadi andalan daerah terkait. Techno park yang bergerak di bidang teknologi dan inovasi sangat erat kaitannya dengan youth center yang bergerak di bidang pendidikan, sehingga dapat saling menunjang dan menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi. Hingga saat ini keberadaan youth center masih sulit dijumpai. Adapun jumlah youth center tidak cukup untuk memfasilitasi usia remaja Indonesia yang berjumlah lebih dari 60 juta jiwa (BKKBN, 2013). Sebagai perbandingan, Korea Selatan pada tahun 2010, memiliki 700 youth center yang saling terkoneksi, dengan jumlah pemuda hanya 10% dari pemuda yang ada di Indonesia (Baban Sarbana, 2010). Oleh karena itu, ada urgensi 6
7 pembangunan youth center yang terkoneksi pada setiap daerah dalam rangka meningkatkan kualitas dan pemerataan usia produktif Pentingnya Penekanan Multifungsionalitas Arsitektur Dalam Perancangan Youth Center Dalam konteks youth center kali ini, ada tuntutan untuk menyelesaikan suatu kompleksitas permasalahan yang terkait banyak bidang, seperti pendidikan, ekonomi kultur, lingkungan, dsb. Untuk menanggapi isu ekonomi, kecenderungannya menggunakan ilmu ekonomi saja, untuk menanggapi isu lingkungan, kecenderungannya menggunakan ilmu lingkungan saja, dst. Namun ternyata, tidak banyak yang menyoroti bahwa ilmu arsitektur pun sebenarnya memiliki kemampuan untuk berkontribusi dalam penyelesaian masalah bidang lain. Di Indonesia, kemampuan arsitektur masih dianaktirikan kontribusinya. Di sisi lain, ironisnya, sang perancang pun tidak menyadari bahwa karya yang dihasilkannya seharusnya dapat menjalankan banyak fungsi, di luar fungsi perwadahan kegiatan. Pola pikir sang perancang terkadang hanya berkutat pada bentuk bangunan yang mengesankan saja tanpa memikirkan faktor lingkungan, memikirkan fungsi spasial interior saja tanpa memikirkan bentuk bangunan, atau hanya memikirkan bentuk bangunan yang indah saja tanpa memikirkan budaya masyarakat setempat. Pemikiran yang sempit dari sang desainer berujung pada karya arsitektur yang tidak utuh dan tidak berkualitas. Maka tidak heran persepsi masyarakat terhadap arsitektur pun menurun, sehingga tidak heran pula masyarakat meragukan kemampuan ilmu arsitektur sebagai solusi. Oleh karena itu, pada perancangan youth center kali ini, pencapaian multifungsionalitas arsitektur dirasa sangat penting sebagai pedoman perancangan karya arsitektur yang utuh dan berkualitas Rumusan Masalah Permasalahan Umum 1. Tingginya jumlah remaja yang akan dan sudah memasuki usia produktif, namun masih dengan kualitas manusia yang rendah disertai ketidakmerataan persebaran penduduk, dapat menjadi ancaman bagi Indonesia dalam menjalani era bonus demografi
8 2. Minimnya keberadaan fasilitas pendidikan nonformal berupa youth center yang dapat meningkatkan kualitas dan mendorong pemerataan remaja di Indonesia Permasalahan Khusus 1. Merancang youth center yang aman dan nyaman dalam mewadahi aktivitas pendidikan nonformal remaja. 2. Menciptakan youth center yang menyenangkan dan mengundang daya tarik remaja setempat. 3. Merancang youth center yang dapat meningkatkan kreativitas dan kecintaan remaja terhadap potensi daerah setempat. 4. Merancang youth center yang dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar melalui penerapan multifungsionalitas arsitektur Tujuan Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan youth center yang mampu meningkatkan kualitas remaja dan kecintaan remaja terhadap daerahnya dalam rangka mensukseskan bonus demografi Indonesia, serta berkontribusi positif secara fisik dan nonfisik terhadap lingkungan setempat melalui penekanan multifungsionalitas arsitektur Sasaran Mendesain youth center dengan: 1. Pemahaman mengenai prinsip perencanaan dan perancangan youth center 2. Pemahaman mengenai potensi dan kondisi site 3. Perumusan youth center dengan penekanan multifungsionalitas arsitektur 1.5. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan berada dalam disiplin ilmu arsitektur berupa perancangan fasilitas youth center berdasarkan prinsip, acuan, dan standar perancangan terkait, sesuai tujuan dan sasaran pembahasan. 8
9 1.6. Metodologi Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Studi Literatur Studi Literatur dilakukan dengan mencari data, teori, preseden, dan standar yang terkait dengan perancangan youth center dan lokasi site, melalui buku, jurnal, artikel, dsb. b. Observasi Lapangan Observasi langsung dilakukan ke bangunan dengan tipologi youth center serta observasi ke lokasi site. c. Analisa Menganalisa studi dan observasi yang telah dilakukan untuk memperoleh solusi pada proses perancangan. d. Sintesis Sintesis didasarkan pada hasil analisa dengan maksud untuk menemukan solusi desain perancangan dengan pendekatan multifungsionalitas arsitektur Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, lingkup pembahasan, metodologi, sistematika penulisan, keaslian penulisan, dan kerangka berpikir yang menguraikan garis besar substansi pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi tentang tinjauan mengenai pengertian dan prinsip multifungsionalitas arsitektur, pengertian youth, dan tipologi youth center. BAB III STUDI KASUS Studi kasus tipologi bangunan youth center yang ada di dalam dan luar negeri, serta analisisnya terhadap pencapaian multifungsionalitas arsitektur. BAB IV TINJAUAN DAN ANALISIS PENENTUAN TAPAK Penentuan tapak yang dianalisis mulai dari skala provinsi, kabupaten, dan kecamatan, serta analisis tapak terpilih. 9
10 BAB V PENDEKATAN KONSEP Pendekatan konsep berisi tentang proses pembentukan konsep melalui analisis makro, messo, dan mikro terhadap tapak, ruang dalam, dan ruang luar melalui berbagai alternatif yang dipertimbangkan. BAB VI KONSEP PERANCANGAN Pembahasan mengenai penerapan konsep perancangan arsitektur untuk youth center dengan penekanan pada multifungsionalitas arsitektur Keaslian Penulisan Selama penulisan Tugas Akhir yang ada di JurusanTeknik Arsitektur UGM, tidak ditemukan adanya penulisan yang secara spesifik mengenai youth center di Bantul dengan pendekatan multifungsionalisme arsitektur. Adapun beberapa referensi Pra Tugas Akhir Teknik Arsitektur UGM terkait dengan tipologi youth center yang berlokasi di Provinsi D.I.Y. adalah: 1. Judul : Gelanggang Remaja di Depok Sleman Penulis : Yarika Sekarningrum (1998) Latar belakang : Kebutuhan akan wadah kegiatan nonformal bagi remaja Penekanan : Tinjauan khusus pada karakteristik remaja 2. Judul : Gelanggang Remaja di Yogyakarta Penulis : Setiawan Ardyanto (2000) Latar belakang : Pengisian waktu luang remaja dengan kegiatan positif Penekanan : Hubungan antara aspek fisik, fungsi, dan perilaku 3. Judul : Gelanggang Remaja : Wadah Kegiatan Rekreatif dan Edukatif di Yogyakarta Penulis : Eksi Prasetyaningrum (2010) Latar belakang : Kurangnya tempat berkegiatan bagi remaja di Yogyakarta Penekanan : Gelanggang remaja sebagai wadah kegiatan rekreatif dan edukatif 10
11 4. Judul : Gelanggang Remaja di Yogyakarta dengan Pendekatan Versabilitas Ruang untuk Menciptakan Interaksi Pengguna Ruang Penulis : Mutiara Cininta (2012) Latar belakang : Pemanfaatan waktu luang di kalangan remaja Penekanan : Versabilitas ruang 5. Judul : Gelanggang Remaja di Kawasan Embung Tambakboyo dengan Pendekatan Desain Bangunan Ekologis Penulis : Arista Nur Andhikawati (2013) Latar belakang : Meningkatnya kasus kenakalan remaja di Kabupaten Sleman Tapak berada di kawasan embung sebagai konservasi air Penekanan : Prinsip desain ekologis 6. Judul : Youth Development Center di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Metode Cross-Programming Penulis : Hendro Prasetyo (2013) Latar belakang : Youth center sebagai solusi permasalahan pemuda Youth center sebagai sarana pengembangan pemuda Penekanan : Metode Cross-Programming 7. Judul : Youth Community Center di Yogyakarta dengan Penekanan Ruang Pemicu Interaksi Sosial Penulis : Herdito Prasetyaji (2013) Latar belakang : : Kebutuhan akan fasilitas kepemudaan di Yogyakarta Menurunnya interaksi sosial pada kalangan remaja Penekanan : Ruang pemicu interaksi sosial 11
12 1.9. Kerangka Berpikir Diagram 1.4. Kerangka Berpikir (Sumber : Analisis Penulis, 2014) 12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Kota Yogyakarta dikenal dengan berbagai julukan. Salah satu julukan yang terkenal mengenai kota tersebut, yaitu kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1. Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Degradasi Kualitas para Pemuda Kota Yogyakarta dikenal luas dengan julukan sebagai Kota Pelajar 1 dan telah menjadi
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Gambar Grafik Bonus Demografi dan Jendela Peluang Sumber : diakses 22/09/2016, 15.
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Bonus Demografi dan Dampaknya Bagi Indonesia Demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Di Indonesia badan Negara yang bertanggung
Lebih terperinciKOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA
KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi penduduk menurut umur sebagai akibat dari penurunan angka fertilitas dan peningkatan angka harapan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan reputasinya sebagai Kota Pelajar di Indonesia 1. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciEVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk
EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk Afid Nurkholis Email: afidnurkholis@gmail.com ABSTRAK Pengukuran terhadap karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk
Lebih terperinciBONUS DEMOGRAFI INDONESIA
BONUS DEMOGRAFI INDONESIA Definisi Menurut Wongboonsin dkk (2003), bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan oleh menurunnya rasio ketergantungan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan
Lebih terperinciSIAPA MAU BONUS? Sonny Harry Budiutomo Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEUI Ketua Umum Koalisi Kependudukan
SIAPA MAU BONUS? Sonny Harry Budiutomo Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEUI Ketua Umum Koalisi Kependudukan Bonus Demografi terjadi ke4ka penurunan 4ngkat fer4litas mengubah struktur penduduk menurut usia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Program Komputer Acuan Bahasa c 2010 Ferli Deni Iskandar
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Judul Pengertian Judul Pusat Wisata Kuliner Danau Toba dengan Pendekatan Eko Wisata menurut kamus 1 adalah : Pusat : tempat yang letaknya di bagian tengah ; titik yang di
Lebih terperinciPerkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan proses tawar-menawar. Dalam suatu daerah atau wilayah pasar menjadi pusat dari kegiatan perekonomian
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah
Lebih terperinciMasalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur
Di Indonesia proses transisi demografi dapat dikatakan berhasil yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kematian bayi dan kematian maternal secara konsisten. Di sisi yang lain, terjadi peningkatan angka
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun
1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing
Lebih terperinciADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciSumber: data pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kerajinan Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Indonesia sangat kaya jika dibandingkan dengan negara lain
Lebih terperinciBonus Demografi, Puncak Keemasan Pembangunan Bangsa
Bonus Demografi, Puncak Keemasan Pembangunan Bangsa Menurut Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 karya Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah di-launching tanggal 29 Januari 2014 era Presiden Republik
Lebih terperinciPeran Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Cinta Produk Indonesia. Dipresentasikan Oleh : Suryani SF Motik, PhD 27 November 2012
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Cinta Produk Indonesia Dipresentasikan Oleh : Suryani SF Motik, PhD 27 November 2012 adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( Tugas Akhir Periode 96)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi yang ada di Indonesia.. Sebutan Yogyakarta sebagai daerah pariwisata menggambarkan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara BAB 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pemuda sebagai salah satu faktor pendukung untuk keberhasilan suatu konsep perancangan kawasan kurang mendapatkan tempat untuk mengekspresikan diri dalam hal-hal positif.
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014
PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BIDANG SARANA DAN PRASARANA ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR
Lebih terperinciMERUBAH PETAKA MENJADI BERKAH: Optimalisasi Bonus Demografi bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
MERUBAH PETAKA MENJADI BERKAH: Optimalisasi Bonus Demografi bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Oleh: Eko Marhaendy Indonesia menyumbang sekira 3,53 persen populasi dunia yang telah mencapai 7,3 Milyar.
Lebih terperinciTabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013
Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Kepadatan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk ( Km 2 ) Penduduk (Jiwa) ( Jiwa/Km 2 ) 010. Margasari 86,83 95.150
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai
Lebih terperinciPusat Peragaan IPTEK Biologi Medan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara tertulis dalam sebuah artikel Dra. Ani M. Hasan menyebutkan bahwa abad ke-21 merupakan abad bagi Ilmu Pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini yang begitu pesat membuat penduduk bumi seolah tak berjarak lagi. Melalui berbagai platform sosial media, seseorang dapat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Cincin Api Pasifik/ Ring of Fire. Sumber: https://media.nationalgeographic.org/assets/photos/000/284/28481.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Tingginya Potensi Bencana Alam di Indonesia, Khususnya D.I. Yogyakarta Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dilanda bencana alam, dikarenakan letaknya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Youth Center di Kudus Muhammad Budi Utomo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kenakalan remaja kerap kali menjadi masalah yang sangat serius,di Indonesia sering kita jumpai masalah-masalah kenakalan remaja yang cukup serius bahkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2020 mendatang, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi (BKKBN, 2010). Bonus demografi adalah masa di mana penduduk usia produktif ( 15 60 ) tahun lebih
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran budaya, semua serba canggih, praktis, tersaji dengan cepat mungkin, seiring itu juga timbul masalahmasalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
i 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tahun 2045 diprediksi akan menjadi tahun emas bagi Indonesia, berdasarkan prediksi bank dunia bahwa mulai tahun 2025 Indonesia bakal memasuki golden era. Dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciSEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL PERMATA BANGSA DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL PERMATA BANGSA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang tidak dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
73 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 yang telah memberikan bukti bagaimana Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lebih tahan terhadap perubahan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum Yogyakarta: Studi Perpustakaan di Masa Depan. dengan Penekanan pada Fleksibilitas Ruang
BAB I PENDAHULUAN A. Definisi dan pengertian judul 1. Judul Perpustakaan Umum Yogyakarta: Studi Perpustakaan di Masa Depan dengan Penekanan pada Fleksibilitas Ruang 2. Definisi Perpustakaan Umum : Dalam
Lebih terperinciGedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang sangat memperihatinkan, bahkan menjadi permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinding Gumbeng adalah salah satu kesenian musik tradisional tertua yang masih bertahan di masyarakat Dusun Duren, Desa Beji, Ngawen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2010/ / / /2014. Jenjang Pendidikan (Negeri dan Swasta) No. 1. SMP
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ditengah maraknya persaingan global, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting. Dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN
REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini dan beberapa tahun kedepan. Tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Usia dini pada anak atau usia di bawah lima tahun adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP
PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing ekonomi menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin cepat setiap waktu dan akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,begitu pula dengan pola pikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciYOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR YOUTH CENTER DI KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar belakang Pengadaan Proyek Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Perkembangan sebuah negara dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Kampung Vertikal Kalianyar dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku 1.2 Pengertian Judul Kampung vertikal merupakan konsep hunian yang bertransformasi dari menjadi kampung yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciSonny Harry B Harmadi Staf Ahli Bidang Kependudukan Kemenko PMK/ Ketua Umum Koalisi Kependudukan/Staf Pengajar Tetap FEUI
Sonny Harry B Harmadi Staf Ahli Bidang Kependudukan Kemenko PMK/ Ketua Umum Koalisi Kependudukan/Staf Pengajar Tetap FEUI Disampaikan dalam Demography Forum, Fisipol UGM 29 Agustus 2017 Memahami Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN
PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi
Lebih terperinci12 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT DAN MEA
12 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT DAN MEA Oleh: Nunung Nurwati ABSTRAK Tulisan ini menyajikan kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat tahun 2013-2015, dengan menggunakan data utama hasil Sakernas
Lebih terperinciPEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH
PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN ADVOKASI PENYUSUNAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN
Lebih terperinciYouth Center Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN. Dengan Pendekatan Ekspresi Kontemporer Jessica Octaviani Utomo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Indonesia memiliki banyak potensi, baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Sumber daya alam yang kaya dapat dilihat dari keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuda sebagai generasi penerus bangsa, kurang memiliki sarana untuk mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan mencapai 40% dari jumlah keseluruhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai
Lebih terperinciLP3A Tugas Akhir 135: Apartemen Tanjung Barat BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingginya investasi di DKI Jakarta, serta pertumbuhan perekonomian yang baik memicu semakin banyaknya tenaga kerja yang terserap dan menetap di DKI Jakarta. Sehingga
Lebih terperinci