BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Hal tersebut turut menghadirkan perjalanan komedi di Indonesia yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Hal tersebut turut menghadirkan perjalanan komedi di Indonesia yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komedi masih menjadi program televisi yang diminati oleh penonton televisi Indonesia. Itulah sebabnya, acara komedi masih menghiasi stasiun televisi sampai saat ini. Hal tersebut turut menghadirkan perjalanan komedi di Indonesia yang mengalami perkembangan dari masa ke masa. Dahulu, acara komedi ditampilkan dalam bentuk sandiwara, seperti acara Srimulat. Lalu, muncul Ketoprak Humor, sandiwara berbudaya Jawa. Selanjutnya, pertunjukan komedi bernuansa modern, seperti Extravaganza, Opera Van Java, dan yang terbaru adalah program televisi Yuk Keep Smile. Program komedi tersebut memiliki fokus yang sama yaitu mengandalkan adegan pemain, setting, dan bahasa. Di sisi yang lain terdapat jenis komedi situasi. Komedi ini ditampilkan dalam bentuk sandiwara. Komedi ini mengandalkan latar situasi untuk membangkitkan kelucuan sebagai unsur utama. Contoh komedi situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI (2006) dan yang terbaru adalah Tetangga Masa Gitu? yang tayang di Net TV (2014). Komedi jenis ini tidak begitu mengandalkan adegan pemain yang dilucu-lucukan, tetapi pada situasi dan kondisi yang diciptakan sudah menimbulkan kelucuan. Selain komedi yang bernuansa drama atau sandiwara yang berbentuk dialog, sekarang ini sedang berkembang komedi monolog. Komedi ini berjenis stand up 1

2 2 comedy. Aliran komedi ini sebenarnya telah berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Komedi ini baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 1992, ketika Ramon Papana dan Harry de Fretes menggelar acara Lomba Lawak Tunggal di kafe milik mereka (Papana, 2012:9). Saat itu, Papana mensyaratkan bahan lawakan yang menceritakan pengalaman atau kehidupan pribadi dan sudut pandang pelawak. Sejak saat itu Papana menggelar open-mic (acara yang menampilkan para komika untuk mencoba materi barunya) secara rutin di kafenya. Komedi ini baru dikenal luas setelah dua stasiun TV menayangkan acara SUCI (stand up comedy Indonesia), yaitu Metro TV dan Kompas TV. Stand up comedy memiliki beberapa perbedaan dengan aliran komedi terdahulu. Berdasarkan pendapat Papana (2012:4 5) dan Pragiwaksono (2012:xxi), penulis menemukan sekurang-kurangnya lima perbedaan stand up comedy dengan komedi lain. Pertama, komedi ini disampaikan secara langsung di depan penonton. Kedua, penyampaiannya dengan cara bermonolog di atas panggung. Ketiga, lokasi stand up comedy biasanya diadakan di gedung pertunjukan, kafe, atau comedy club. Keempat, bahan lawakan berupa pengamatan, pendapat, dan pengalaman pribadi, bukan joke telling (cerita lucu). Bukan pula mengambil materi dari buku, internet, atau komik lain. Kelima, pelaku stand up comedy mempunyai istilah khusus yaitu komika atau komik. Maka, dalam SUCI materi yang dibawakan sesuai dengan pengalaman komika. Atas dasar hal tersebut, Papana (2012:43) dan Pragiwaksono (2012:6) menyebut SUCI ini sebagai komedi pintar. Pintar yang dimaksud di sini adalah komik harus membuat materi sendiri dan penonton dapat menikmati komedi

3 3 tersebut jika memiliki pengetahuan latar belakang komedi yang sesuai dengan materi yang disampaikan komika. Pada setiap penampilan SUCI, para komika tampil di atas panggung dengan membawakan satu topik yang akan dibahas sesuai dengan ciri khas para komika. Sebagai contoh dalam acara Stand Up Comedy Show dan Battle of Comic Metro TV berformat berikut ini. Para komika diundang naik ke atas panggung dengan membawakan satu topik, lalu komika terbaik diputuskan berdasarkan tepuk tangan terbanyak dari penonton. Biasanya, para pengisi acara adalah seorang komika dengan berbagai latar belakang profesi, seperti mahasiswa, dosen, dokter, karyawan, wirausaha, selebriti, dan lain-lain. Tema-tema yang dibawaka pada stand up ini biasanya seputar isu-isu sosial. Selain itu, terdapat acara SUCI yang tayang di Kompas TV yang berjudul SUCI Kompas TV dengan format kompetisi untuk mendapatkan satu juara dengan hadiah total 50 juta rupiah. Para komika yang tampil di atas pentas adalah hasil audisi dari beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Yogyakarta. Mereka tampil setiap minggu dengan tema yang berbeda. Penampilan mereka dinilai oleh dewan juri. Karena kompetisi profesional, komika yang tampil pada acara tersebut menulis materi dengan sungguh-sungguh. Dengan alasan tersebut, penulis bermaksud meneliti acara SUCI yang tayang di Kompas TV karena komika yang tampil lebih terjaga role stand up-nya dengan adanya juri, mengingat genre stand up comedy ini masih baru di Indonesia. Alasan lainnya adalah materi yang disampaikan komika lebih terstruktur dengan adanya tema setiap minggu.

4 4 Kompas TV telah menyeleggarakan SUCI sebanyak empat sesi sampai dengan tahun Penulis akan menganalisis wacana stand up comedy yang diselenggarakan pada sesi keempat karena sebagian besar komika telah sukses tampil dengan nyawa stand up comedy. Berbeda dengan sesi sebelumnya, para komika dalam sesi keempat ini konsisten membawakan topik-topik yang terjadi dalam keseharian mereka sesuai dengan tema yang diberikan. SUCI 4 ini diikuti oleh komika-komika dari berbagai latar belakang budaya, sehingga didapatkan bahanbahan lawakan yang lebih beragam. Berikut ini contoh wacana SUCI 4 Kompas TV untuk memahami hal tersebut. (1) Assalamu alaikum. Ni, gimana kabarnya, pada sehat, Alhamdulillah ya. Lu tahu eenggak, orang itu sering mengidentikkan band dengan sekadar gitar listrik, drum, bas. Padahal secara definitif band itu kumpulan dari beberapa instrument musik. Itu artinya, pesantren juga punya band, marawis! Sekarang kita banding-bandingin deh, drumer main itu pakai stick, marawis.. tangan kosong! Band pulang, bawa duit, marawis tangan kosong! Dan band juga ngajarin kita jadi pribadi yang boros, Man. Lihat, gitaris Gun and Roses, habis manggung gitar dibanting-banting. Marawis Astagfirulahhal adzim dana umat. Band Indonesia yang paling gue suka itu adalah itu yang keren itu namanya. Kangen Band, itu iya bener! Tapi gue malu mengakuinya, katanya kalau yang suka Kangen Band itu karena selera musik kita rendah. Makanya, kalau gue nyimpan Kangen Band itu gue ganti foldernya ganti tugas kampus. Tapi beneran, gue suka sama Kangen Band. Gue pengin fanbase-nya, namanya Kangen Ranger. Jadi ke mana-mana kita pakai topeng Power Ranger. Bukan apa-apa, malu saja kalau ketahuan kita fans-nya. Lu tahu eenggak sih, kalau kita disuruh nyebutin ciri-ciri orang, kita cenderung sebutin ciri negatifnya. Contohnya, eh Andika yang mana ya? Itu tu yang rambutnya kayak gorden. Bener enggak? Kenapa kita enggak ambil sisi positifnya. Eh, Andika yang mana si? Itu tu yang anjir.. enggak ada positifnya lagi. Terima kasih. Gua Dzawin. (Wacana 3) (Dzawin, pertunjukan ke-2)

5 5 Data di atas bertema musik. Komika mengembangkan tema tersebut menjadi topik-topik yang berkaitan dengan musik dalam latar belakang budaya mereka. Misalnya Komika Dzawin pada data (3) di atas menceritakan marawis yang merupakan musik khas pesantren. Biasanya, komika menceritakan musik dari sudut pandang umum yang diketahui banyak orang, tapi pada sesi keempat ini beberapa komika mengembangkan stand up comedy pada materi-materi yang kontekstual. Apalagi jika dikaitkan dengan komedi masa lalu yang mengandalkan plesetan sebagai sumber kelucuan. Berbeda dengan hal tersebut, SUCI 4 menghadirkan kelucuan melalui kejutan-kejutan yang dibangun dari cerita yang biasa. Kejutan-kejutan yang dihadirkan komika SUCI 4 sebagai sumber kelucuan juga berupa penyimpangan praanggapan dari komika dengan memanfaatkan background knowledge pembaca. Kutipan wacana (3) SUCI 4 berikut ini adalah contohnya. (2) Band Indonesia yang paling gue suka itu adalah itu yang keren itu namanya Kangen Band, itu iya bener! (Wacana 3.5) (Dzahwin, petunjukan ke-2) Pada data di atas, Komika Dzawin menghadirkan sisi lucu komedi berupa kejutan yang berasal dari pranggapan penutur. Bagian yang dicetak tebal adalah bagian punchline atau kejutan. Komika menyebutkan grup band keren. Ternyata, komika mengejutkan penonton bahwa yang dimaksud adalah Kangen Band. Telah diketahui bersama oleh komika dan penonton, grup Kangen Band sering dikabarkan negatif di masyarakat. Cara tersebut adalah strategi komika membuat kelucuan.

6 6 Dengan mencermati data di atas, wacana SUCI 4 Kompas TV memiliki beberapa hal yang menarik untuk diteliti. Pertama, struktur wacana. Setiap wacana memiliki pola keteraturan yang dapat dirumuskan. Oleh karena itu, wacana SUCI 4 Kompas TV ini akan dicari strukturnya. Selain terdiri atas isi yang berupa lawakanlawakan, SUCI 4 Kompas TV ini memiliki unsur opsional. Dengan mencermati kembali data (3) di atas wacana SUCI 4 terdiri atas lima bagian, yaitu (1) salam pembuka (paragraf 1), (2) pertanyaan tentang kabar (paragraf 2), (3) isi (paragraf 3 4), (4) kalimat penutup (paragraf 5), dan (5) penyebutan nama komika (paragraf 6). Kelima bagian tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu unsur wajib dan opsional. Unsur wajib adalah isi yang terletak pada paragraf 3 dan 4. Semua wacana SUCI selalu memiliki bagian isi tersebut yang dirinci lagi menjadi dua bagian, yaitu pengantar dan punchline. Pengantar atau set up adalah bagian awal dari joke yang mempersiapkan tawa (Papana, 2012:83). Pengantar ini berisi harapan-harapan yang ditawarkan komika tentang suatu hal. Punchline atau pokok adalah joke yang membuat tertawa. Punchline ini berisi kejutan yang dihadirkan komik atas harapan yang sebelumnya telah ditawarkan. Berikut ini kutipan wacana (3) di atas. (3) Lu tahu nggak sih, kalau kita disuruh nyebutin ciri-ciri orang, kita cenderung sebutin ciri negatifnya. Contohnya, Eh Andika yang mana ya? Itu, tu, yang rambutnya kayak gorden. (Wacana 3.8.) (Dzahwin, petunjukan ke-2) Pada data di atas, selain tulisan yang dicetak biasa adalah bagian pengantar. Bagian tersebut berupa cerita para komika tentang suatu topik, sedangkan bagian

7 7 yang dicetak tebal adalah punchline yang merupakan kejutan yang diberikan untuk memancing tawa dari penonton. Selanjutnya, penulis akan mengamati asal cerita sehari-hari yang manjadi bahan lawakan, serta karakterisik punchline. Karakteristik punchline meliputi letak dan jumlah punchline karena ternyata ditemukan bagian wacana yang memiliki lebih dari satu punchline. Data-data berikut ini adalah contohnya. (4) Gue pernah pergi ke restoran Chinese Food yang hobi ngasih nama makanannya lebay. Jadi waktu itu gue pesen menu yang dikasih nama Kaki Naga. Begitu makanannya dateng, gue sumpit, gue angkat, ternyata apa, Ceker ayam. (Wacana 5.1) (Liant, pertunjukan ke-3) (5) Desa saya itu gersang, Teman-teman tidak ada susu sapi. Jangankan susu sapi, sapinya saja tidak ada. Bahkan saking gersangnya, kalau Teman-teman bawa susu sapi ke sana. Itu sapi berdoa biar jadi batu karang saja. (Wacana 6.2) (Abdur, pertunjukan ke-3) Pada data (4) di atas, ditemukan satu buah punchline di akhir bit. Akan tetapi, pada data (5), satu bagian wacana memiliki dua punchline, sehingga letak punchline menjadi di tengah dan di akhir. Punchline pertama adalah sapinya saja tidak ada. Lalu, komika melanjutkan cerita dengan memberi kalimat penjelas tentang tanah di Indonesia Timur yang gersang. Ternyata, di bagian akhir penjelasan diikuti dengan punchline lagi, sehingga terwujud punchline ganda. Semantara itu, kembali pada data (3) paragraf ke-3 dan 4 yang merupakan bagian isi. Bagian tersebut merupakan bagian isi atau lawakan yang disusun atas dua premis. Premis merupakan ide pokok suatu stand up comedy. Penentuan premis ini diputuskan karena dua bagian tersebut telah membicarakan hal yang berbeda. Oleh

8 8 karena itu, pada bagian selanjutnya akan diteliti kepaduan antarpremis dalam wacana SUCI 4. Pada paragraf ke-3 komika membicarakan tentang marawis sebagai salah satu grup band, sedangkan pada paragraf ke-4 komika membicarakan grup Kangen Band. Maka, secara bentuk kedua topik tersebut padu karena mengandung hubungan hiponimi antara grup band dan Kangen Band. Akan tetapi, secara makna, kedua topik tersebut kurang padu. Wacana tersebut dinamakan kohesif. Permasalahan lain pada wacana SUCI 4 Kompas TV adalah penggunaan permainan bahasa. Bagian punchline pada data (4) berikut ini menunjukkan penggunaan bahasa yang disimpangkan. Pada data (4), terdapat permainan kohiponim, yaitu antara kaki naga dan ceker ayam. Keduanya sama-sama membicarakan alat gerak bagian bawah pada hewan. Akan tetapi, kaki naga dan ceker ayam ini dibicarakan pada konteks nama makanan, bukan alat gerak sehingga dinamakan permainan bahasa. Permainan bahasa ini akan diteliti lagi dengan mempertimbangkan jenis-jenis tataran kebahasaan yang dipermainkan. Bahasa yang dipakai oleh para komika tersebut selain sengaja dilakukan untuk menciptakan materi humor yang menarik, juga memiliki tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat ditelusuri dari pemilihan topik dan permainan bahasa. Para komika menyampaikan komedi dengan tujuan untuk menertawakan diri sendiri dengan pemilihan topik wacana berupa pengalaman pribadi mereka. Data berikut ini adalah contohnya. (6) Gue mau cerita ya, gue ini jomblo, gue selalu sedih karena jomblo ini sering dihina ya. Tapi Lu tahu enggak sih kenapa jomblo itu selalu dihina karena jomblo itu adalah status yang minoritas. Ras gue Cina,

9 9 minoritas. Agama gue Budha, minoritas. Gue adalah minoritas di dalam minoritas di dalam minoritas. (Wacana 21.1) (Liant, pertunjukan ke-7) Pada data di atas, komika menceritakan pengalaman pribadi mereka dengan tujuan untuk menertawakan diri sendiri. Kejadian malang yang mereka alami ditertawakan bersama untuk mendapatkan simpati dan menjadi pelajaran. Selain itu, fungsi komunikatif wacana SUCI 4 Kompas TV juga bisa ditemukan dari permainan bahasa. Data berikut ini adalah contohnya. (7) Di sini ada yang tahu Tanjidor? Tanjidor itu musik asli Betawi, sejak tahun Enggak cuma musiknya yang tua, pemainnya juga. (Wacana 4.6) (David, pertunjukan ke-2) Pada data di atas, fungsi komunikatif untuk mengkritik dihadirkan komika melalui permainan bahasa. Permainan polisemi pada kata tua dijadikan sindiran untuk anak muda Betawi yang enggan mempelajari musik-musik tradisional. Melalui, permainan bahasa, komika menghadirkan kritik-kritik sosial untuk menanggapi permasalahan dalam masyarakat. SUCI 4 ini bukan sekadar komedi yang memberikan hiburan semata. Fungsi bahasa yang lain sebagai alat komunikasi untuk memperbaiki nilai-nilai masyarakat dihadirkan dalam komedi ini. Wacana ini memiliki struktur yang khas sebagai wacana komedi yang baru di Indonesia. Kelucuan dalam wacana ini disampaikan dengan permainan bahasa untuk menyimpangkan konteks agar menimbulkan kelucuan. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti wacana Stand Up

10 10 Comedy Session 4 Kompas TV untuk menemukan struktur, permainan bahasa, dan fungsi bahasa di dalamnya. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada tesis ini adalah berikut ini. 1. Bagaimanakah struktur wacana SUCI 4 Kompas TV? 2. Bagaimanakah permainan bahasa pada wacana SUCI 4 Kompas TV? 3. Bagaimanakah fungsi komunikatif pada wacana SUCI 4 Kompas TV? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan: 1. struktur wacana SUCI 4 Kompas TV, 2. permainan bahasa pada wacana SUCI 4 Kompas TV, dan 3. fungsi komunikatif pada wacana SUCI 4 Kompas TV. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis untuk melengkapi dan mengembangkan penelitian wacana tentang komedi. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat merumuskan struktur SUCI sehingga memberikan pengetahuan pembaca tentang genre komedi ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan menambah khasanah cara berhumor di Indonesia melalui strategi pemanfaatan aspekaspek kebahasaan dalam bentuk permainan bahasa. Selanjutnya, penelitian ini

11 11 diharapkan dapat menemukan bahwa komedi itu bisa dimanfaatkan untuk mengubah tatanan sosial melalui kritik sosial yang kontekstual dari topik yang dibawakan dalam SUCI. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang analisis wacana komedi atau humor sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, tidak banyak yang menganalisis stand up comedy. Berikut ini adalah penelitian dari Wijana (1995), Rohmadi (2002), Suwanto (2012), Maryam (2012), dan Triandana (2014) yang menginspirasi penulis untuk menulis tesis tentang wacana SUCI 4 ini. Wacana humor diteliti oleh Wijana (1995) dalam disertasinya yang berjudul Wacana Kartun dalam Bahasa Indonesia. Disertasi tersebut meneliti humor yang disajikan dalam bentuk kartun. Kartun yang diteliti memiliki dua bentuk, yaitu kartun nonverbal dan verbal. Humor dalam Wacana kartun terjadi karena penyimpanganpenyimpangan pragmatik, seperti prinsip kerja sama, kesopanan, dan parameter pragmatik. Selain itu, wacana kartun ini memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan seperti ortografis, fonologis, ketaksaan, metonimi, hiponimi, sinonimi, antonimi, eufemisme, nama, deiksis, kata ulang, pertalian kata dalam frase, pertalian elemen intraklausa, konstruksi aktif-pasif, pertalian antarklausa, dan pertalian antarproposisi untuk menciptakan kelucuan. Lebih lanjut, disebutkan bahwa wacana kartun memiliki tipe non-monolog (non-dialog) dan dialog. Berbeda dengan penelitian tersebut, penulis akan meneliti salah satu jenis humor yang hanya mengandalkan aspek verbal

12 12 dalam bentuk monolog sebagai objek penelitian, yaitu stand up comedy Indonesia. Akan tetapi, penulis akan meneliti aspek kebahasaan dalam bentuk permainan bahasa. Perbedaannya, penelitian Wijana juga menjelaskan penyimpangan pragmatik dan tipe wacana humor, sedangkan penulis akan fokus pada struktur dan fungsi wacana. Selain itu, penelitian tentang humor juga dilakukan oleh Suwanto (2012) berjudul Analisis Wacana Humor Verbal Bahasa Inggris (Studi Kasus pada Serial Komedi Situasi How I Met Your Mother) dan Maryam (2014) berjudul Analisis Wacana Humor dalam Kumpulan Komik Serial Mice Cartoon. Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dengan yang akan penulis lakukan yaitu meneliti aspekaspek kebahasaan dalam wacana humor. Perbedaanya, kedua penelitian juga melihat humor dari sudut pandang aspek sosiolinguistik pada penelitian Suwanto (2012) dan pragmatik pada penelitian Maryam (2014). Dari segi pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan, kedua penelitian tersebut menguraikan dari tataran kebahasaan terendah sampai tertinggi, mulai dari aspek fonologis, morfologis, ketaksaan, metonimi, hominimi, eufemisme, hiperbola, metafora, pertaian antarklausa, dan pertalian antarproposisi. Sementara itu, penelitian Rohmadi (2002) yang berjudul Asosiasi Pornografis Judul-judul Berita Artis dalam Media Massa Cetak (Kajian Sosiolinguistik) dan Maryam (2014) juga membahasa tentang fungsi kebahasaan dalam suatu wacana. Rohmadi (2002) menyebutkan fungsi asosiasi pornografis seperti mengecoh pikiran penonton, menarik dan membuat penasaran pembaca, serta mengkritik pembaca dan masyarakat terdapat dalam bahasa yang digunakan untuk mengasosiasikan tersebut.

13 13 Maryam (2014) menyebutkan fungsi kritik sosial, politik, menyindir, membingungkan pembaca, mengacaukan pemahaman pembaca, memberi hiburan, dan mengejek sebagai fungsi wacana humor tersebut. Penulis juga akan menemukan fungsi wacana SUCI 4 Kompas TV seperti kedua peneliti tersebut. Penelitian tentang stand up comedy telah dilakukan oleh Triandana (2014). Dengan objek seorang komika asal Amerika bernama Chris Rock, Triandana meneliti struktur dan tipe wacana stand up comedy; pemanfaatan aspek pragmatik; aspekaspek kebahasaan; dan fungsi humor. Data tersebut berupa Film berdurasi 80 menit berjudul Kill The Messenger dan berisi stand up comedy yang dilakukan oleh Chris Rock di London, New York, dan Johannesberg. Kajian ini fokus pada satu komika saja. Penulis akan meneliti beberapa orang komika. Selain itu, stand up comedy yang akan diteliti oleh penulis adalad stand up comedy Indonesia, sama dengan negara asal dan tempat tinggal penulis. Harapan penulis, permainan bahasa dan fungsinya dapat ditemukan lebih cermat. 1.6 Landasan Teori Kerangka berpikir yang penulis pakai untuk menjelaskan permasalahan dalam tesis ini adalah teori tentang analisis wacana, Stand-Up Comedy Indonesia Session 4 Kompas TV, kepaduan wacana, permainan bahasa, dan fungsi bahasa Analisis Wacana Analisis wacana dalam bidang linguistik adalah analisis atas bahasa yang digunakan (Brown dan Yule, 1996:1). Penganalisis wacana meneliti sampai pada

14 14 untuk apa bahasa tersebut dipakai, selain meneliti sifat-sifat formal suatu bahasa. Hal yang dianalisis pada wacana, meliputi topik, struktur, referensi, dan pertalian dalam wacana. Rani, dkk (2004:9) mengatakan analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Analisis wacana SUCI 4 ini termasuk menganalisis bahasa yang digunakan secara lisan. Hal yang dianalisis dalam wacana SUCI 4 ini adalah struktur yang dibentuk dari wacana tersebut, seperti yang dikatakan oleh Rani, dkk (2004:10) analisis wacana pada umumnya bertujuan mencari keteraturan, bukan kaidah. Keteraturan tersebut berkaitan dengan keberterimaan di masyarakat. Analisis wacana cenderung tidak merumuskan kaidah secara ketat seperti dalam tata bahasa. Oleh karena itu, struktur suatu wacana SUCI 4 Kompas TV dapat dirumuskan berdasarkan keteraturan yang diamati dari data penelitian Stand Up Comedy Indonesia Session 4 di Kompas TV Segala hal tentang stand up comedy Indonesia telah ditulis dalam bentuk buku oleh dua orang komika Papana (2012) dan Pragiwaksono (2010). Pragiwaksono (2012:xxi) mendefinisikan stand up comedy sebagai sebuah genre di dalam komedi, biasanya satu orang di atas panggung melakukan monolog yang lucu dan memberikan pengamatan, pendapat, dan pengalaman pribadinya. Para komika mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan sosial masyarakat, dan menyuguhkan kembali kepada masyarakat dengan jenaka. SUCI adalah berkomedi secara monolog dengan cerita sehari-hari. Jadi, lawakan dalam

15 15 stand up comedy tidak menitikberatkan pada properti yang digunakan, menyakiti lawan main, dan protes sosial. Stand-Up Comedy Indonesis Session 4 merupakan acara kompetisi stand up comedy. Tujuannya adalah untuk mencari satu orang komik pemenang atau disebut dengan istilah jawara. Acara ini diselenggarakan oleh Kompas TV yang tayang setiap hari Kamis, pukul sampai WIB. Para komika diseleksi melalui audisi yang diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia. Pada musim keempat audisi digelar di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang, dan Denpasar. Dari hasil audisi tersebut, terpilih 13 orang komika yang dinilai oleh para juri. Juri pada musim keempat ini adalah Indro Warkop (komedian Warkop DKI yang merupakan cikal bakal stand up comedy Indonesia), Raditya Dika (komika profesional dan penulis buku komedi), dan Feni Rose (pewara dan selebriti). Satu orang komika yang penampilannya dinilai oleh juri kurang baik akan dipulangkan setiap minggu. Setiap komik diberi waktu sekitar 5 menit sekali tampil untuk membawakan tema yang diberikan oleh penyelenggara acara. Para komika menyuguhkan tematema tersebut menjadi beberapa premis. Pertunjukan pertama tidak ditentukan temanya, pertunjukan ke-2: musik, pertunjukan ke-3: makanan, pertunjukan ke-4: teknologi, pertunjukan ke-5: film, pertunjukan ke-6: politik, pertunjukan ke-7: sekolah, pertunjukan ke-8: perempuan, pertunjukan ke-9: olah raga, pertunjukan ke- 10: transportasi.

16 16 Dalam penampilan stand up comedy dikenal istilah premis, bit, pengantar, punchline, 1 st story, dan 2 nd story. Penjelasan istilah-istilah tersebut menurut Papana (2012) adalah sebagai berikut. Premis adalah konsep utama dari serangkaian jokes yang ditulis. Jadi, premis ini adalah konsep abstrak yang diinginkan komika dari komedi mereka. Bit adalah sebuah bagian dari pertunjukan stand up comedy. Dalam wacana SUCI 4 ini, penulis menyebut bit adalah satuan-satuan komedi yang ada di dalam topik. Di dalam satu bit terdapat dua unsur wajib komedi, yaitu pengantar dan punchline. Pengantar atau set up merupakan bagian depan dari sebuah cerita. Bagian tersebut adalah cerita yang bukan untuk ditertawakan, sedangkan punchline adalah bagian lucu dari sebuah lelucon. Pada bagian ini, penonton diharapkan tertawa. Bagian pengantar (set up) mengandung 1 st story yaitu suatu keadaan atau bayangan (skenario) dalam pikiran penonton berdasarkan set up dari sebuah joke, sedangkan dalam punchline mengandung 2 nd story yaitu suatu keadaan atau bayangan dari penonton berdasarkan punchline dari joke. Dengan demikian, cara kerja sebuah lawakan dalam SUCI adalah komika menceritakan hal yang biasa atau tidak lucu kemudian dikejutkan dengan hal di luar dugaan penonton sehingga menjadi lucu Teori Humor Suatu bentuk kebahasan dapat menimbulkan kelucuan jika telah disimpangkan menggunakan teori humor. Wilson dalam Wijana (2004, 20 28) memaparkan tiga teori utama humor, yaitu teori ketidaksejajaran, pertentangan, dan pembebasan. Teori ketidaksejajaran mengemukakan bahwa humor secara tidak kongruen menyatukan dua makna atau penafsiran ke dalam suatu objek yang kompleks. Penciptaan humor

17 17 diharapkan dapat membawa pembaca dari keadaaan penuh tekanan menuju keadaan lepas dari tekanan. Pada wacana SUCI 4 ini, penciptaan humor dilakukan dengan mempertentangkan hal yang baik dengan buruk atau sebaliknya sehingga menimbulkan kelucuan. Pada akhirnya, dipilihnya pertentangan tersebut sebagai bentuk pembebasan dari tekanan yang dialami oleh komika mewakili masyarakat lainnya Kepaduan Wacana Salah satu bagian yang penting dalam analisis wacana adalah menemukan kepaduan. Senada dengan Sunaryati dalam Rohmadi (2010:19) yang mengatakan salah satu kaidah wacana adalah memiliki koherensi atau pertalian makna antarunsurunsurnya dan kohesi atau pertalian bentuk antarunsur-unsurnya. Oleh karena itu, kepaduan wacana menyangkut kepaduan bentuk dan makna. Kepaduan wacana SUCI 4 Kompas TV akan dilihat dari hubungan antarpremis karena setiap wacana terdiri atas premis-premis. Kepaduan bentuk dalam wacana dapat diteliti dari sarana-sarana kepaduan yang tampak antarbagian wacana. Wacana yang padu secara bentuk dinamakan kohesif. Sarana kohesi wacana menurut Halliday dan Hasan (1976) terdiri atas dua macam: kohesi gramatikal, yitu referensi, substitusi, dan elipsis, sedangkan kohesi leksikal seperti reiterasi dan kolokasi (Tarigan, 1993:97; Rani, dkk, 2004:94; Mulyana, 2005:26). Kepaduan bentuk wacana SUCI 4 akan dilihat dari sarana kepaduan wacana yang ditunjukkan pada data.

18 18 Kepaduan makna suatu wacana dapat dilihat dengan menemukan sarana keutuhannya. Kridalaksana (1978) menyebutkan lima belas jenis kepaduan makna yaitu, hubungan (1) sebab-akibat, (2) alasan-akibat, (3) sarana-hasil, (4) saranatujuan, (5) latar-kesimpulan, (6) hasil-kegagalan, (7) syarat-hasil, (8) perbandingan, (9) parafrastis, (10) amplikatif, (11) aditif temporal, (12) aditif nontemporal, (13) identifikasi, (14) generik-spesifik, (15) ibarat (Tarigan, 1993:110; Mulyana, 2005:32 35). Hubungan-hubungan tersebut menyiratkan hubungan yang logis dalam suatu wacana. Akan tetapi, tidak semua wacana memiliki kepaduan bentuk dan makna. Tarigan (1993:114) mengatakan suatu wacana kadang dari segi bentuk terlihat kerapian hubungan, tetapi dari segi makna terasa janggal. Wacana SUCI 4 Kompas TV akan dilihat kepaduan bentuk dan maknanya Permainan Bahasa Konsep permainan bahasa adalah penggunaan bahasa yang disimpangkan. Crystal (1998:1) mengatakan permainan bahasa tersebut dapat dilihat dari pemanfaatan fitr-fitur linguistik, seperti: kata, frasa, kalimat, bagian dari kata, gabungan bunyi, dan huruf. Fitur linguistik tersebut berkerja dengan normal sehingga dapat diteliti dengan konsep berbahasa yang wajar. Akan tetapi, penggunaannya yang disimpangkan, sehingga dikatakan permainan bahasa. Wijana (2003:12) menjelaskan aspek-aspek kebahasaan yang dimainkan dapat berwujud aspek ortografis, fonologis, ketaksaan, hiponimi, sinonimi, antonimi, deiksis, perulangan, kostruksi subklausal, kontruksi klausal, konstruksi antarklausal, dan konstuksi proposisional.

19 Fungsi Bahasa Bahasa merupakan ciri pembeda antara manusia dan akhlukk hidup lainnya di dunia ini. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup. Tarigan (1993:6) menyatakan bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia, terutama fungsi komunikatif. Chaer dan Agustina (2004) membedakan fungsi bahasa menurut Halliday (1973) dan Jacobson (1960) berdasarkan komponen dasar komunikasi. Dengan demikian, fungsi-fungsi ujaran dapat difokuskan pada salah satu dari enam komponen dasar komunikasi (Tarigan, 1993:11). Fungsi bahasa ini akan dikaji dari teori Halliday (1973) dan Jacobson (1960). Dilihat dari sudut pandang penutur, bahasa memiliki fungsi personal atau pibadi (emotif). Fungsi ini memberikan kesempatan pada seseorang pribadi untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa berfungsi instrumental (retorikal). Dengan fungsi ini, bahasa menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar, bahasa memiliki fungsi interaksi (interpersonal). Fungsi interaksi bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan serta kelangsungan komunikasi. Dilihat dari topik ujaran, bahasa berfungsi pemerian (kognitif). Penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan faktafakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang. Dilihat dari kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalinguistik (Jacobson, 1960), yaitu bahasa digunakan untuk

20 20 membicarakan bahasa itu sendiri. Dilihat dari amanat yang akan disampaikan, bahasa berfungsi imajinatif (poetic speech). Fungsi ini memuat penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif (Tarigan, 1993:6 8); Chaer dan Agustina, 2004:17 19). Pada wacana SUCI 4 Kompas TV akan melihat fungsi-fungsi tersebut dari salah satu sudut pandang untuk menemukan fungsi komunikatif yang paling menentukan. Fungsi-fungsi tersebut kemudian dinyatakan secara nyata dalam bentukbentuk yang komunikatif, seperti yang dikatakan Wijana (2014:64 75) humor pada teka-teki memiliki fungsi untuk bercanda, mengejek lawan bicara, mengkritik, menyombongkan diri, bergaya, mempelajari ilmu pengetahuan, serta menguji kecerdasan dan ketelitian. Penulis akan mengamati wacana SUCI 4 Kompas TV sehingga diperoleh fungsi-fungsi tersebut. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Objek penelitian ini adalah wacana stand up comedy Indonesia. Data penelitian ini berupa pertunjukan SUCI Session 4 yang tayang di Kompas TV. Sumber data berasal dari data lisan. Dari data lisan berupa wacana SUCI Session 4 di Kompas TV yang diunggah di laman Penulis memilih beberapa komik yang stand up-nya diterbitkan di laman youtube. Beberapa komika yang penulis pilih untuk dijadikan sumber data adalah komik-komik yang membawakan materi stand up-nya sesuai pengalaman dan

21 21 pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya. Komika-komika yang dipilih adalah mereka yang membawakan topik sesuai dengan ciri khas budaya yang mereka bawakan. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil sampel 4 komik yaitu Liant, Abdur, Dzawin, dan David. Penampilan komika yang dijadikan data adalah penampilan ke-2 sampai ke-10 karena Kompas TV mulai menentukan adanya tema dari penampilan tersebut. Setelah dikumpulkan terdapat 36 wacana dari keempat komika. Pelaksanaan penelitian bahasa terdiri dari tiga tahap (Sudaryanto, 1993: 5-8). Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data. Tahap kedua adalah tahap analisis data. Tahap ketiga adalah tahap penyajian hasil penelitian. Masing-masing tahap mempunyai metode yang berbeda yang akan dijelaskan berikut ini Tahap Pengumpulan Data Data akan dikumpulkan dengan metode simak bebas libat cakap (Mastoyo, 2007:44), yaitu peneliti menyimak data tanpa terlibat dalam proses pengambilan data. Penulis menyimak data dengan cara mengunduh dari laman Selanjutnya, penulis mentranskripsi data tersebut. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat. Maksudnya adalah mencatat hasil penjaringan data yang telah diamati. Dari penjabaran tersebut, langkah pengumpulan data yang didapat adalah: a. menemukan rekaman video SUCI, lalu memilih penampilan komika Liant, Abdur, Dzawin, dan David dari pertunjukan ke-2 sampai ke-10; b. setelah video tersebut didapatkan, penulis mentranskrip video tersebut. Pada bagian ini penulis menggunakan teknik simak bebas libat cakap;

22 22 c. data hasil pengamatan yang telah dipilih kemudian dicatat pada kartu data. Tahap ini menerapkan teknik lanjutan berupa teknik catat. Tahap pengumpulan data telah dilakukan sehingga didapatkan data penelitian. Data tersebut akan dianalisis dalam tahap selanjutnya, yaitu tahap analisis data penelitian Tahap Analisis Data Analisis data menggunakan metode kontekstual. Metode kontekstual, padan, dan agih. Metode kontekstual adalah menghubungkan fenomena kebahasaan dengan konteks pertuturan (situasi tutur) yang terdiri atas penutur, lawan tutur, tempat, dan waktu tuturan dan sebagainya yang pada hakikatnya adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur (Sperber dan Wilson dalam Wijana, 2014:6). Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:13), sedangkan metode agih analisis penentunya di dalam dan merupakan bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut. a. Membagi setiap wacana pada kartu data menjadi beberapa struktur. Kartu data tersebut diubah menjadi tabel-tabel yang telah diisi fitur-fitur struktur wacana. Penetuan stuktur wacana dengan metode kontekstual. Nama-nama bagian ditentukan berdasarkan tujuannya dari sudu pandang penutur, mitra tutur, dan topik.

23 23 b. Mengamati kemunculan bagian-bagian yang selalu ada dalam wacana dan bagian yang tidak selalu ada. Selain itu, penulis mengamati cara komika menyampaikan bagian-bagian tersebut. Penulis menentukan topik-topik wacana dengan cara menemukan inti-inti premis setiap bagian. Bagian ini menggunakan metode kontekstual. c. Setiap wacana akan diamati kepaduan antarpremisnya dengan menemukan sarana kohesif antarpremis, lalu menemukan hubungan makna dengan kelogisan wacana dengan metode agih. Penulis memutuskan wacana kohesif atau koheren berdasarkan penanda yang ada di dalam data. d. Setiap wacana kemudian dipecah menjadi beberapa bit atau satuan-satuan lawakan. Setiap bit tersebut ditentukan bagian pengantar dan punchline-nya dengan metode kontekstual. Dengan metode kontekstual, penulis menentukan suatu bagian dibatasi menjadi pengantar atau punchline berdasarkan konteks ujaran. e. Selanjutnya, penulis mengamati tiap bagian pengantar untuk menemukan sumber materi. Pada bagian punchline, penulis menemukan letak dan jumlah punchline. Pada bagian ini digunakan metode kontekstual dengan mempertimbangkan penutur dan konteks. f. Selanjutnya, penulis menemukan jenis-jenis permainan bahasa dari hubungan antara bagian pengantar dan punchline dengan metode padan. Penulis memanfaatkan teknik pilah unsur penentu untuk menemukan satuan kebahasaan

24 24 yang dimainkan, lalu teknik hubung banding untuk membandingkan dengan fenomena linguistik yang nomal. g. Selanjutnya, dengan melihat bit wacana, yaitu bagian dan punchline akan ditemukan fungsi komunikatif dengan cara melihat fungsi wacana dari salah satu sudut pandang menurut Halliday (1973) atau Jacobson (1960). Dengan metode kontekstual, penulis akan menentukan sudut pandang penentu fungsi komunikatif Tahap Penyajian Hasil Penelitian Tahap berikutnya adalah penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian akan ditulis dengan metode formal dan informal (Sudaryanto, 1993:145). Dengan metode formal akan ditulis berdasarkan tabel dan bagan, sedangkan metode informal akan ditulis dengan penjelasan-penjelasan. 1.8 Sistematika Penyajian Pembahasan pada penelitian ini dibagi ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan tentang struktur wacana SUCI 4 Kompas TV yang terdiri atas bagian-bagian dan kepaduan wacana. Bab III mendeskripsikan permainan bahasa yang akan memuat tataran linguistik terendah sampai tertinggi. Bab IV menjelaskan fungsi komunikatif wacana SUCI 4. Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB V PENUTUP. Bab terakhir dalam tesis ini adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

BAB V PENUTUP. Bab terakhir dalam tesis ini adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan BAB V PENUTUP Bab terakhir dalam tesis ini adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Simpulan berisi hasil akhir dari penelitian ini. Sementara saran berisi anjuran penulis terhadap penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI dan Tetangga Masa

BAB I PENDAHULUAN. situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI dan Tetangga Masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media untuk menyampaikan informasi berupa berita, pesan, atau hiburan dalam bentuk lisan maupun tulis. Di dalam menggunakan bahasa, setiap

Lebih terperinci

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013 DISCOURSE ANALYSIS OF VERBAL HUMOR BY INDONESIAN MALE STAND-UP COMEDIANS Semilia Kumbini 1301037215

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berinteraksi, maksudnya alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Seseorang dapat menyampaikan ide, gagasan, pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.

BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai wacana Plesetan Pantun yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. Penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana BAB V PENUTUP Bab V ini memuat dua aspek, yakni (1) simpulan dan (2) saran. Kedua aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 5.1 Simpulan Sesuai dengan jumlah masalah yang telah dirumuskan, simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan solusinya yang dikemas dengan nuansa humor yang segar. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan solusinya yang dikemas dengan nuansa humor yang segar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena program-program komedi politik diawali munculnya sebuah tayangan di stasiun televisi indosiar yang berjudul Republik BBM (Republik Benar-Benar Mabuk). Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi

BAB I PENDAHULUAN. Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini membahas aspek-aspek humor yang digunakan pada tayangan Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi berbentuk sinetron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Stand up comedy adalah komedi berbasis cerita yang mengangkat tematema umum yang dihumorkan berdasarkan cara pandang seseorang. Saat seorang geli, risih, aneh dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raydinda Nacita Ramadhani, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raydinda Nacita Ramadhani, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia politik senantiasa menjadi sorotan publik. Hal-hal yang terjadi di dunia politik kerap menimbulkan pro dan kontra. Pro dan kontra yang timbul tertuang baik dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir penelitian tesis ini, peneliti membaginya menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi simpulan dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan dan bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalir dari berbagai media, diantaranya: media televisi, radio, media

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalir dari berbagai media, diantaranya: media televisi, radio, media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini masyarakat banyak dibanjiri dengan berbagai informasi yang mengalir dari berbagai media, diantaranya: media televisi, radio, media social atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dideskripsikan tentang A) latar belakang masalah, B) rumusan masalah, C) tujuan, dan D) manfaat, yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dideskripsikan tentang A) latar belakang masalah, B) rumusan masalah, C) tujuan, dan D) manfaat, yang terdiri BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dideskripsikan tentang A) latar belakang masalah, B) rumusan masalah, C) tujuan, dan D) manfaat, yang terdiri dari: 1) manfaat teoritis dan 2) manfaat praktis. A.

Lebih terperinci

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lawakan tunggal atau yang lebih sering dikenal dengan stand up comedy,

BAB I PENDAHULUAN. Lawakan tunggal atau yang lebih sering dikenal dengan stand up comedy, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lawakan tunggal atau yang lebih sering dikenal dengan stand up comedy, dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran bahasa sebagai media komunikasi merasuk di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran bahasa sebagai media komunikasi merasuk di berbagai bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran bahasa dalam kehidupan manusia tidak dapat tergantikan. Peran bahasa sebagai media komunikasi telah masuk ke seluruh sendi kehidupan manusia. Peran bahasa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam bertindak tutur manusia mempunyai banyak cara untuk menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon orang lain selaku mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program talk show merupakan suatu format acara yang dikemas dengan adanya suatu perbincangan maupun diskusi dengan mengundang narasumber maupun bintang tamu. Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneliti memilih program lenong rempong trans 7 karena program yang menarik dan banyak sekali keunikan di program tersebut. Banyak sekali kejadian yang menghibur pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi menghadirkan berbagai macam tayangan untuk menghibur masyarakat di Indonesia. Tayangan hiburan di Indonesia ini dilakukan dengan berbagai macam cara, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteliti karena berbeda dengan acara komedi lainnya. WILK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteliti karena berbeda dengan acara komedi lainnya. WILK merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana Indonesia Lawak Klub (selanjutnya disebut WILK) menarik untuk diteliti karena berbeda dengan acara komedi lainnya. WILK merupakan bentuk parodi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk saling berkomunikasi. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Manusia mengungkapkan pikirannya melalui bahasa sehingga mitra tuturnya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana pidato pengunduran diri merupakan wacana yang bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor yang menyertainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori Teori yang mendasari penelitian ini adalah konsep ungkapan fatis (phatic communion) Malinowski (1923), fungsi fatis menurut Jakobson

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO Titi Puji Lestari Universitas Negeri Semarang titipujilestari29@gmail.com Abstrak Humor dapat disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyebabkan tawa bagi pendengar ataupun pemirsa. Danandjaja (1989:498)

BAB I PENDAHULUAN. dan menyebabkan tawa bagi pendengar ataupun pemirsa. Danandjaja (1989:498) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Humor merupakan sebuah sarana hiburan yang menimbulkan kelucuan dan menyebabkan tawa bagi pendengar ataupun pemirsa. Danandjaja (1989:498) mengungkapkan bahwa di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 224 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berlandaskan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh simpulan yang berkaitan dengan struktur, fungsi, dan makna teks anekdot siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan pendekatan morfologi dan semantik. Sehingga penelitian ini menggunakan payung penelitian morfosemantik. Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan atau menerima informasi tentang apapun yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan atau menerima informasi tentang apapun yang seharusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sebagai aktivitas keseharian setiap orang merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya, karena melalui komunikasi setiap orang dapat menyampaikan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri sebagai alat untuk berinteraksi dari individu ke individu yang lain. Disadari atau tidak bahwa manusia selalu melakukan

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain

BAB I PENDAHULUAN. 2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humor merupakan rangsangan verbal dan atau visual yang secara spontan memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya (Wijana, 2003:xx). Humor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa percakapan (perkataan) yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, mengidentifikasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini yang membawa masyarakat pada kemudahan dalam berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. ini yang membawa masyarakat pada kemudahan dalam berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Memasuki abad ke-21 industri media mengalami perubahan yang sangat cepat. Lahirnya media massa merupakan salah satu perkembangan dari dunia informasi dan komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangkauan komunikasi yang lebih luas (Bungin, 2009:108).

BAB I PENDAHULUAN. jangkauan komunikasi yang lebih luas (Bungin, 2009:108). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat, manusia telah melakukan komunikasi sejak zaman prasejarah, dimana manusia berkomunikasi dengan manusia lain bertujuan untuk menyampaikan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akronim dan singkatan menjamur dalam bahasa Indonesia saat ini serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Akronim dan singkatan menjamur dalam bahasa Indonesia saat ini serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akronim dan singkatan menjamur dalam bahasa Indonesia saat ini serta penggunaannya pun tidak dapat dimungkiri lagi dalam masyarakat kita. Akronim merupakan proses pembentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari kalimat yang disebut wacana. Wacana merupakan satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk

Lebih terperinci