BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor
|
|
- Devi Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana pidato pengunduran diri merupakan wacana yang bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor yang menyertainya. Pidato secara umum bersifat informatif dan bertujuan untuk menanamkan pengertian. Khalayak diharapkan mengetahui, mengerti, dan menerima informasi tersebut. Pengunduran diri dalam bidang politik banyak diekspos karena bersifat nasional. Jabatan seseorang dalam bidang politik memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak secara nasional. Hal ini berbeda dengan pengunduran diri dari jabatan dalam ranah tertentu yang hanya diketahui oleh khalayak ranah tertentu pula dan tidak diketahui khalayak secara nasional. Misalnya dalam bidang pendidikan, informasi pengunduran diri seseorang dari jabatannya sebagai kepala sekolah secara khusus disampaikan di lingkungan sekolah bersangkutan. Bertolak dari model pidato, yang menarik dari wacana pidato pengunduran diri pertama adalah tema pidato dan bagaimana pidato disampaikan. Kedua adalah penggunaan bahasa dalam pidato. Seni penggunaan bahasa dalam pidato dikenal sebagai retorika. Penggunaan bahasa berkaitan dengan pemilihan kosa kata dan kontruksi kalimat. Selain itu, penggunaan bahasa yang menarik adalah gaya bahasa yang digunakan dalam pidato pengunduran diri. Gaya bahasa yang banyak digunakan adalah gaya bahasa yang bertujuan untuk selain menyampaikan 1
2 2 informasi juga untuk meyakinkan dan mempengaruhi. Hal tersebut menjadi hal menarik ketiga dari pidato pengunduran diri, yaitu maksud tuturan (pragmatik) pidato pengunduran diri. Hal keempat yang menarik adalah konteks yang melatarbelakangi terwujudnya teks pidato pengunduran diri. Konteks pidato pengunduran diri di bidang politik yang paling menonjol ialah keadaan politik pada saat itu yang memiliki permasalahan sangat kompleks. Dari pemaparan di atas, pidato pengunduran diri yang berfungsi untuk menyampaikan informasi pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor yang menyertainya akan tepat bila dianalisis dengan pendekatan analisis wacana pragmatik. Analisis wacana berbicara tentang keutuhan wacana dengan melihat strukturnya, sementara pragmatik merupakan kajian mengenai maksud tuturan dengan melihat konteksnya. Penggunaan dua pendekatan ini melihat hal yang menarik dari pidato pengunduran diri, yaitu topik dan bagaimana pidato disampaikan, pemilihan kosakata, kontruksi kalimat, dan gaya bahasa, maksud implisit, dan konteks yang terkandung dalam wacana Ruang Lingkup Penelitian ini berada pada tataran pragmatik tentang analisis wacana. Analisis dalam penelitian ini dibatasi pada struktur wacana. Di dalam struktur wacana terdapat tiga tingkatan, yaitu makro struktur, superstruktur, dan mikro struktur. Mikro struktur merupakan makna lokal dalam wacana yang sangat bergantung pada latar/konteks. Bagian mikro struktur akan dibatasi pada konteks dan fungsi wacana yang berkaitan dengan pragmatik. Objek kajian dalam
3 3 penelitian ini ialah wacana pengunduruan diri tiga tokoh politik, yaitu pidato pengunduran diri Anas Urbaningrum, pidato pengunduran diri Andi Mallarangeng, dan pidato pengunduran diri Soeharto Dengan demikian, penelitian ini membatasi kajiannya pada (a.) struktur wacana pidato pengunduran diri, (b.) konteks yang terkadung dalam wacana pidato dan (c.) fungsi pidato tersebut disampaikan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Seperti apakah struktur wacana pidato pengunduran diri tersebut? 2. Konteks apa saja yang terkandung dalam wacana pidato pengunduran diri tersebut? 3. Bagaimana fungsi pidato diaplikasikan dalam pengunduran diri tersebut? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.Mendeskripsikan struktur wacana yang ditunjukkan dalam pidato pengunduran diri. 2.Menguraikan konteks yang terkandung dalam wacana pidato pengunduran diri.
4 4 3. Menjelaskan fungsi tuturan pidato pengunduran diri Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini mencakup dua hal, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini dapat mengaplikasikan teori pragmatik Yule dan Van Djik tentang analisis wacana untuk menganalisis objek penelitian. Secara praktis, penelitian dapat menguraikan struktur wacana, konteks, dan fungsi pidato pengunduran diri tiga tokoh politik tersebut Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian tentang analisis wacana pidato atau di bidang politik sudah banyak ditemukan, baik dengan kajian pragmatik maupun lainnya. Nurhidayati (2002) dalam skripsinya berjudul Pidato Alua Pasambahan, Ritual Antar Jemput dalam Perkawinan Masyarakat Minangkabau: Analisis Wacana menyimpulkan bahwa wacana Pidato Alua Pasambahan merupakan wacana yang sistematis atau teratur. Keteraturan ini bisa dilihat dari hubungan yang kohesif dan hubungan paralelisme yang saling berurutan, sambung menyambung, sahut bersahutan, yang disampaikan dalam tatanan kata-kata kalimat yang tersusun dengan baik sehingga membentuk sebuah wacana yang baik dan utuh. Sedangkan hubungan paralelisme dilihat dari paralelisme leksikal berdasarkan hubungan sinonimi, hiponimi, dan antonimi, paralelisme frase dan paralelisme klausa, dalam suatu wacana atau antar wacana. Saddhono (2011) dalam disertasinya yang berjudul Wacana Khotbah Jumat di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Sosiopragmatik) memaparkan bahwa
5 5 kekhasan khotbah Jumat dapat dilihat dari struktur wacana, bentuk beserta fungsi kode dan alih kode, tindak tutur, dan karakteristik bahasa dan diksi. Pengolahan topik dalam khotbah jumat dapat berupa 1) pengutipan yang terdiri dari firman Allah, sabda nabi, kisah dialog, perkataan seseorang, 2) penceritaan yang terdiri dari kisah nabi, kisah sahabat nabi, kisah sejarah lain, kisah masa kini, dan 3) pemanfaatan ungkapan populer yang terdiri dari Bahasa Arab Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris. Adapun pemilihan topik berdasarkan lingkungan masjid. Ekawati (2002) dalam skripsi berjudul Wacana Humor Politik menyimpulkan bahwa Wacana humor politik mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai sarana protes sosial atau sindiran terhadap subjek-subjek politik maupun kebijakan-kebijakan politik, sebagai peredam konflik antar elite politik atau antara elite politik dengan rakyat yang mempunyai aspirasi berbeda, sebagai alat propaganda politik dan sebagai wahana katarsis atau pencucian jiwa bagi elite politik dan rakyat. Munazharoh (2011) dalam skripsinya berjudul Humor Politik: Kajian Wacana Pragmatik pada Tayangan Sentilan Sentilun memaparkan bahwa berdasarkan aspek wacana, struktur wacana humor politik Sentilan Sentilun tidak berbeda dengan wacana pada umumnya. Adapun perbedaan struktur bagianbagian wacana disebabkan oleh pengembangan alur permasalahan yang dikemukakan pada bagian pengantar, sentilan politik, maupun isi wacana. Pengembangan ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan politik yang marak diberitakan media, baik berkaitan dengan subjek politik, kebijakan politik,
6 6 maupun sasaran kebijakan politik. Aspek politik sebagai latar belakang humor dan latar belakang penutur sebagai pelaku seni dan budaya menjadi kekhasan dalam wacana ini. Pemanfaatan nama-nama seniman, budayawan, dan paranormal lebih dekat dengan latar belakang penutur Sentilan Sentilun sebagai pelaku seni dan budaya. Kusumawati (2012) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Wacana Naskah Pidato Internasional SBY: Tinjauan Linguistik Kritis menyimpulkan bahwa penelitian ini telah membahas struktur naskah pidato internasional SBY, yang secara umum dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, pembukaan pidato, terdiri dari salam, penghormatan kepada yang hadir, dan pengantar pidato. Bagian kedua, isi pidato, terdiri dari tahapan argumentasi, yang panjang dan detail, yang terdiri dari argumentasi, deskripsi, narasi, dan persuasi. Bagian ketiga, penutup pidato, terdiri dari kesimpulan, penegasan kembali isi pidato, ucapan salam dan terima kasih, ditambah dengan persuasi, argumentasi, dan harapan sebagai pelengkap. Dalam penelitian ini, struktur, tata naskah, dan tata bahasa menjadi fokus dalam mengungkapkan usaha pencitraan diri yang memiliki kemahiran berbahasa. Penelitian-penelitian di atas kurang dilakukan secara mendalam. Hal itu ditunjukkan dengan penelitian yang lebih fokus pada struktur wacana, bukan maksud dari wacana tersebut dibuat. Penelitian pidato pengunduran diri ini diharapkan dapat menyeimbangkan antara struktur wacana dan maksud wacana itu dibuat. Selain itu, penelitian tentang wacana pidato dalam bidang politik, penulis hanya menemukan penelitian Kusumawati (2002). Penelitian Nurhidayati
7 7 (2002) dan Suddhono (2011) tentang wacana pidato/khotbah sementara penelitian Ekawati(2002) dan Munazharoh (2011) tentang wacana humor di bidang politik. Pidato yang diteliti Kusumawati merupakan pidato internasional SBY. Dengan demikian, wacana pidato tersebut digunakan dalam ranah internasional. Sementara itu, penulis belum menemukan penelitian mengenai wacana pengunduran diri dalam ranah nasional. Padahal, pengunduran diri seseorang dalam bidang politik secara nasional banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia secara luas Landasan Teori Penelitian ini akan menggunakan teori analisis wacana dan memanfaatkan kajian pragmatik sebagai tuntunan kerja. Pragmatik (Yule, 2006: 3) adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Mengenai sebab dan akibat pragmatik, studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam pengertian yang lebih luas) yang disampaikan melalui bahasa yang dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada
8 8 makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut (Cruise dalam Ibrahim, 2007:2). Menurut Cummings (dalam Ibrahim, 2007:3), dalam enkoding linguistik, yaitu bagaimana bahasa diproduksi, pikiran diubah menjadi bentuk linguistik yang kemudian dapat menjalankan komunikasi. Proses enkoding ini hanya dapat dipahami bila ada konteks komunikasi yang lebih luas, ada seorang penerima yang dapat mendekodekan bentuk linguistik yang dikomunikasikan tersebut. Enkoding berkaitan dengan dekoding. Dekoding adalah proses bagaimana bahasa dipahami. Dekoding merupakan aktivitas psikolinguistik yang kompleks dan melibatkan sejumlah proses yang saling berhubungan. Selain itu, sebagian proses ini memanfaatkan pengetahuan tentang makna kata-kata agar dapat memperoleh makna semantik bentuk linguistik. Gagasan tentang konteks dalam pragmatik berada di luar pengejawantahannya, seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik dan sosial. Menurut Keraf (1980:32) bahasa dipengaruhi oleh konteks linguistis dan nonlinguistis. Konteks nonlinguis mencakup dua hal, yaitu hubungan antara kata dan barang atau hal dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau disebut konteks sosial. Sementara konteks dalam pragmatik menurut Wijana dan Muhammad (2011: 15) pada hakikatnya ialah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur sehingga maksud dan tujuan tuturan tercapai.
9 9 Menurut Tarigan (1987: 25), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selain itu, masih menurut Tarigan, wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. Van Dijk (dalam Eriyanto, 20012: 227) melihat suatu teks atau wacana terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama ialah struktur makro, yaitu makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu wacana. Kedua adalah superstruktur, yaitu struktur yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam wacana secara utuh. Ketiga adalah struktur mikro, yaitu makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks, yaitu kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, dan parafrase. Ketiga tingkatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut (Eriyanto, 2012: ): Tabel 1. Struktur Wacana STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN Struktur Makro Tematik Topik Tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu wacana. Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dan urutan wacana diskemakan dalam wacana utuh. Skema
10 10 Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam wacana. Misal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat ekplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi lain Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam wacana. Retoris Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan Latar, Detail, Maksud, Praanggapan, Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti Leksikon Gaya bahasa, Ekspresi Selain itu, dalam analisis wacana juga menggunkan ilmu sintaksis sebagai tuntunan kerja. Satuan wacana terdiri dari unsur-unsur yang berupa kalimat; satuan kalimat terdiri dari unsur atau unsur-unsur yang berupa klausa; satuan klausa terdiri dari unsur-unsur yang berupa frasa; dan frasa terdiri dari unsurunsur yang berupa kata. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan antara unsur-unsur itu dalam suatu satuan, baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi (Ramlan, 1986:22). Dengan demikian, penelitian ini menggunakan teori analisis wacana yang nantinya berkaitan dengan struktur wacana dan kajian pragmatik yang nantinya berkaitan dengan konteks dan maksud tuturan pidato pengunduran diri Data dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian data (Sudaryanto, 1993:5). Pada tahap penentuan objek
11 11 penelitian, karena keterbatasan penulis, pencarian data hanya dilakukan dengan media internet, yaitu browsing dengan kata kunci pidato pengunduran diri. Pencarian data dilakukan di perpustakaan FIB UGM pada bulan September Oktober Dari hasil browsing tersebut ditemukan dua belas pidato pengunduran diri. Akan tetapi, penulis hanya mengambil lima pidato pengunduran diri dalam bidang politik. Pidato-pidato pengunduran diri tersebut meliputi: (1) Pidato pengunduran diri Andi Malarangeng sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). (2) Pidato pengunduran diri Soeharto sebagai presiden Rebublik Indonesia. (3) Pidato pengunduran diri Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat. (4) Pidato pengunduran diri Lutfi Hasan Ishaq sebagai ketua umum Partai Keadilan Sejahtera. (5) Pidato pengunduran diri Hari Tanoesudibyo sebagai dewan pakar partai Nasional Demokrat. Dari kelima pidato pengunduran diri tersebut, pidato tiga pidato pengunduran diri dijadikan objek penelitian berdasarkan kelengkapan struktur, yaitu pidato (1), pidato (2), dan pidato (3). Dalam penyediaan data teknik penjaringan dilakukan dengan teknik simak bebas libat cakap, yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Data yang diambil adalah data lisan yang telah diunduh dari internet tadi (dalam bentuk video). Dalam video tersebut, panjang pidato (1) ialah 31 menit 2 detik, pidato (2) ialah 6 menit 30 detik, dan pidato (3) ialah 4 menit 53 detik. Data lisan kemudian ditranskipsi dalam bentuk tulisan. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi menurut kebutuhan, seperti fungsi tindak tutur, konteks bersangkutan, dan bagian lain dalam pidato.
12 12 Pengklasifikasian ini dilakukan per pidato pengunduran diri. Pengelompokan klasifikasi per pidato pengunduran diri diperlukan untuk menjaga keutuhan wacana dalam tahap analisis. Dari hasil klasifikasi ditemukan populasi berjumlah 110 dan yang digunakan sampel berjumlah 80. Pada tahap analisis metode yang digunakan ialah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya merupakan lawan atau mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara. Teknik yang digunakan kebanyakan ialah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik analasis data dengan cara membaca pemarkah dalam suatu konstruksi. Pemarkah/penanda itu adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan, fungsi kata, atau konstruksi. Pada tahap penyajian data, hasil analisis yang telah diperoleh kemudian disajikan dengan metode penyajian formal (perumusan dengan tabel, dan bagan) dan informal (perumusan dengan kata-kata biasa) Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, cara penelitian, jadwal penelitian, dan sitematika penyajian.
13 13 Bab kedua berisi tentang struktur wacana dalam pidato pengunduran diri. Bab ketiga berisi konteks yang terkandung dalam pidato pengunduran diri tersebut. Bab keempat berisi pembahasan mengenai fungsi pidato pengunduran diri. Bab kelima adalah penutup yang berisi simpulan dan saran. Sementara itu, penomoran data, tabel, dan bagan disajikan berulang setiap pergantian subbab.
METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian
Lebih terperinciBagan 3.1 Desain Penelitian
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu kajian dalam mempelajari peraturanperaturan yang terdapatdalam penelitian (Usman&Akbar,2008:41). Metode dalam penelitian juga diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diteliti karena berbeda dengan acara komedi lainnya. WILK merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana Indonesia Lawak Klub (selanjutnya disebut WILK) menarik untuk diteliti karena berbeda dengan acara komedi lainnya. WILK merupakan bentuk parodi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Bahasa adalah sistem yang rumit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai wacana Plesetan Pantun yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. Penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan sistematis. Metodologis berarti menggunakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian atau metodologi riset berasal dari Bahasa Inggris. Metodologi berasal dari kata methology, yang berarti ilmu yang menerangkan metode-metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat
36 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciB AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan
Lebih terperinciKOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI
KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI
PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap komunitas masyarakat selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
18 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis, yaitu analisis sosiokognitif. Berangkat dari pendapat van Dijk yang merupakan pendapat
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA
ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif
32 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Sebagaimana dikemukakan Mahsun (2007:257) penelitian kualitatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini membahas aspek-aspek humor yang digunakan pada tayangan Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi berbentuk sinetron
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan item terbaru rancangan dari desainer kawakan di seluruh belahan dunia. Baik dari pakaian serta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada tanggal 06 November 2011 merupakan serangkaian kata maupun kalimat yang dirangkai oleh
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1. Pendekatan dan Sifat Penelitian Mulyana (2001:33), mengemukakan pendekatan subjektif sering disebut studi humanistis, dan karena itu sering disebut humaniora (humanistis).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Kata metode memiliki arti suatu cara yang di tempuh dan digunakan secara jelas untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian merupakan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang
Lebih terperinciPRATIWI AMALLIYAH A
KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciGambar 3.3 Desain Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada bab ini, peneliti menggunakan desain penelitian dalam bentuk diagram oleh Milles dan Huberman (Moleong, 2002). Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,
43 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian atau Metodologi Riset bahasa Inggrisnya adalah disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy, maknanya ilmu yang menerangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu ntuk diolah, diamati,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Sebagaimana dikemukakan Mahsun (2007:257) penelitian kualitatif berfokus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa
Lebih terperinciBAB III ANALISIS WACANA. analisis teks media diantaranya analisis wacana (discourse analysis), analisis
BAB III ANALISIS WACANA A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian non kancah atau studi literature dengan metode analisis teks media. Analisis
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana
BAB V PENUTUP Bab V ini memuat dua aspek, yakni (1) simpulan dan (2) saran. Kedua aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 5.1 Simpulan Sesuai dengan jumlah masalah yang telah dirumuskan, simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010
ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan ini merupakan studi penelitian komunikasi, sehingga mengacu pada landasan dan teori komunikasi yang mendukung. Berikut ini, penulis akan memaparkan konsep-konsep
Lebih terperinci2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab I berisi alasan atau latar belakang penelitian. Selain itu, akan dipaparkan juga mengenai fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian akan menggunakan metode penelitian kualitatif non kancah. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungannya hanya memaparkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan
Lebih terperinciANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013
ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.
233 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyajikan beberapa simpulan dari hasil analisis atau hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga menyampaikan beberapa saran berkaitan dengan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dijadikan sebagai perantara dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukannya yaitu pada situasi resmi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Rakyat (Kota Bandung) telah menetapkan nama Gelora Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage, Bandung bulan Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia di setiap detik
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia di setiap detik kehidupannya, karena dengan berbahasa itulah yang membedakan manusia dengan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran itu (Wijana, 2011:1).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah teks terdiri dari unit-unit bahasa. Unit-unit bahasa tersebut merupakan unit gramatikal seperti klausa atau kalimat. Teks terkadang digambarkan sebagai sejenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. latar dan individu secara holistic yang disebut dengan kualitatif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Untuk mengungkap realita sosial yang ada, maka seseorang harus menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian, dengan melalui sebuah prosedur
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Sebagai perbandingan dan pertimbangan, ada beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang teori analisis wacana model Teun A. van Dijk.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raydinda Nacita Ramadhani, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia politik senantiasa menjadi sorotan publik. Hal-hal yang terjadi di dunia politik kerap menimbulkan pro dan kontra. Pro dan kontra yang timbul tertuang baik dalam
Lebih terperinci