BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab V ini akan dibahas hasil dan pembahasan berdasarkan tahapan analisis risiko yaitu: Identifikasi bahaya. Evaluasi paparan. Evaluasi dosis respon. Karakterisasi risiko. V.1. Identifikasi Bahaya Untuk menentukan apakah ada tidaknya faktor kebisingan di lingkungan kerja PT X, dilakukan dengan survei awal. Ditemani oleh seorang KaBid Keselamatan Kerja, dilakukan survei di beberapa divisi yang ada di PT X, sehingga dipilih divisi Tempa dan Cor sebagai tempat penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan menyebar kuesioner mengenai faktor-faktor pribadi pekerja yang berisikan: lama kerja, usia, kondisi kesehatan, dan sumber kebisingan yang dirasakan oleh pekerja, pengetahuan akan APD, serta lama pemaparan kebisingan yang diperoleh dari jam kerja dan diuji kesepadanannya, yang dilakukan terhadap pekerja yang terpapar dan tidak terpapar bising di PT X. Dari penyebaran kuesioner, terkumpul jumlah kelompok sampel sebanyak 47 orang dan kelompok kontrol sebanyak 33 orang. Tapi setelah dilakukan perhitungan secara statistik, dijumpai dengan jumlah kelompok sampel dan kelompok kontrol sebanyak 47 dan 33 orang tersebut, berbeda secara signifikan untuk parameter usia dan tidak berbeda secara signifikan terhadap kelompok lama kerja. Keadaan ini memang sudah terlihat di lapangan di mana kelompok kontrol memiliki usia yang jauh lebih tua dibandingkan kelompok sampel seperti terlihat pada Tabel V.1. Kelompok sampel yang diambil adalah pekerja di bengkel Divisi Tempa dan Cor PT X, sedangkan kelompok kontrol adalah pekerja yang bekerja di bagian administrasi (kantor) Divisi 46

2 Tempa dan Cor yaitu berasal dari bagian Personalia, Keuangan, Penjualan, Planning and Production Control (PPC), dan Pengembangan Produk. Perhitungan secara ANOVA untuk kelompok sampel 47 dan kelompok kontrol 33 ini terlihat pada Tabel V.2. Tabel V.1. Responden Berdasarkan Kelompok Usia Umur (tahun) Kelompok Sampel Kelompok Kontrol (orang) (orang) 20 - < < < < < < < Parameter Kelompok Sampel n=47 Tabel V.2. Perhitungan ANOVA Nilai Rata-rata Kelompok Kontrol n=33 F hitung F Tabel Keterangan Usia (thn) (thn) 31, , ,9434 3,9651 Signifikan Lama kerja (thn) 7,8830 8,4848 0,1991 3,9638 Non Signifikan Dilihat dari Tabel V.2 mengenai perhitungan ANOVA di atas, usia antara kelompok sampel dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan dengan nilai F hitung yang lebih besar daripada F Tabel. Sedangkan untuk lama kerja F hitung lebih kecil dibandingkan F Tabel, sehingga kelompok kontrol dan kelompok sampel tidak berbeda secara signifikan. Hal ini berarti bahwa kesepadanan antara kelompok kontrol dengan kelompok sampel terdapat pada parameter lama kerja, tapi tidak untuk parameter usia. Sehingga pemilihan responden yang akan diteliti lebih diperhatikan berdasarkan lama kerjanya. Hanya saja, karena penelitian ini bertujuan meneliti kebisingan yang dapat memberikan dampak berupa ketulian, dan ketulian berhubungan dengan usia 47

3 seseorang, maka untuk pengukuran dampak berupa pengukuran ketajaman pendengaran, parameter usia akan dimasukkan dalam pertimbangan analisis. Kesepadanan pada akhirnya dilihat dari segi lama kerja, lokasi kerja, dan lama kerja/hari dari kelompok sampel dan kelompok kontrol. Selain itu juga diperhatikan jarak dengan sumber bising, riwayat kesehatan telinga keluarga, dan riwayat kesehatan telinga pekerja. Pengurangan jumlah kelompok sampel hingga 30 orang dan kelompok kontrol hingga 25 orang yang akhirnya dijadikan sebagai responden pada penelitian ini disebabkan karena keterbatasan responden dalam hal kesediaan/ kemauan untuk diteliti. Karakteristik dari responden ini dapat dilihat pada Tabel V.3. Tabel V.3. Karakteristik Kelompok Sampel dan Kontrol PT X Atribut Jawaban Kelompok Sampel Kelompok Kontrol (Terpapar) n= 30 (Tidak terpapar) n= 25 I. UMUM Jenis kelamin Laki-laki 100% 100% Pendidikan terakhir SLTA/sederajat 100% 56% D3 0% 20% S1 0% 24% Status Pekerjaan Pegawai tetap 13,33% 100% Pegawai kontrak 86,67% 0% Lokasi kerja/hari Tetap 100% 100% Lama kerja/hari 8 jam 100% 100% II. Riwayat kesehatan Sejarah penyakit telinga Ada 0% 8% Tidak Ada 100% 92% Penyakit telinga saat ini Ada 0% 0% Tidak Ada 100% 100% III. Sumber bising Di tempat kerja Ada 100% 12% Tidak Ada 0% 88% Di sekitar tempat tinggal Ada 26,67% 0% Tidak Ada 73,33% 100% Kelompok sampel dan kontrol yang dijadikan responden semua berjenis kelamin lakilaki, mempunyai tingkat pendidikan mulai dari SLTA/sederajat hingga sarjana. Pada kelompok sampel tidak ditemukan responden yang memiliki riwayat penyakit telinga dan sedang tidak menderita penyakit telinga saat dilakukan penelitian. Sedangkan 48

4 pada kelompok kontrol terdapat responden yang memiliki sejarah penyakit telinga sebanyak 2 orang, tetapi tidak sedang menderita penyakit telinga saat dilakukan penelitian. Untuk kelompok sampel, sebagian besar merupakan pegawai kontrak sedangkan kelompok kontrol semuanya sudah merupakan pegawai tetap. Hal ini yang nantinya akan membedakan ada tidaknya pemeriksaan kesehatan maupun pemeriksaan telinga, karena hanya pegawai tetap yang diperiksa kesehatan dan telinganya secara berkala. Dari kuesioner yang disebarkan, 100 % responden pada kelompok sampel menyatakan ada sumber bising di tempat kerjanya, begitu juga beberapa responden pada kelompok kontrol menyatakan ada sumber bising di sekitar tempat kerjanya berupa gangguan dari mesin printer. Sedangkan sumber bising di sekitar tempat tinggal responden yang dinyatakan ada oleh kelompok sampel, tidak dijelaskan sumbernya. Untuk pengetahuan mengenai APD, dari hasil kuesioner diperoleh 100 % kelompok sampel mengerti akan pentingnya pemberitahuan, penggunaan, pemeliharaan, dan pengawasan APD. Hanya saja dalam praktek di lapangan, kelompok sampel yang diteliti 100 % tidak menggunakan APD. Hal ini disebabkan karena alasan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pekerja. Hanya 6,67 % (sebanyak 2 responden) dari hasil kuesioner yang menyatakan tetap memakai APD walaupun merasa tidak nyaman. Selebihnya sebesar 93,3 % (28 responden) menyatakan baru akan memakai APD pada saat tertentu saja. Dari tahap identifikasi bahaya ini, terdapat dua kelompok yang akan diteliti yaitu kelompok sampel yang berasal dari bengkel Departemen Tempa dan Cor dan kelompok kontrol yang berasal dari bagian administrasi Departemen Tempa dan Cor PT X. Lokasi Departemen Tempa dan Cor ini dapat dilihat pada Gambar V.1 dan Gambar V.2. 49

5 Untuk denah ruangan Tempa dapat dilihat pada Gambar V.1. Sumber bising yang ada pada lokasi Tempa ini ada beberapa mesin, hanya saja ketika dilakukan pengukuran mesin yang sedang memproduksi hanya Roll Forging (ket: garis putus-putus hijau) dan Mechanical Press 315 T (ket: garis putus-putus merah). Sedangkan pada lokasi Cor pengambilan sampel dilakukan pada bagian Finishing, Disamatic, Furan Line dan Melting. Sumber bising yang terdapat pada bagian-bagian tersebut adalah diantaranya Shot Blasting Machine(ket: garis putus-putus biru), Stationary Cut Off Machine (ket: garis putus-putus hijau) dan Grinding Machine (ket: garis putus-putus abu-abu) di bagian Finishing. Untuk bagian Disamatic, sumber bising berupa mesin Disamatic itu sendiri yang terdiri dari bagian-bagian seperti Hopper/Day Bin (ket: garis putus-putus merah muda) dan Casting Sorting (ket: garis putus-putus merah). Pada bagian Melting sumber bising berasal dari mesin pembangkit listrik yang digunakan (ket: garis putus-putus coklat). Sedangkan untuk bagian Furan Line sumber bising berasal dari Turn Over Machine (ket: garis putusputus orange). Sampel yang diambil bekerja pada mesin-mesin yang disebut di atas dengan jarak maksimum 1 meter. Denah ruangan Cor ini dapat dilihat pada Gambar V.2 50

6 LAY OUT TEMPA I Keterangan : 1. Hydraulic Press 60 T 2. Hydraulic Press 60 T 3. Hydraulic Press Hydraulic Press Hydraulic Press Hydraulic Press Hydraulic Press 630 T 8. Hydraulic Press 315 T 9. Hydraulic Press 1600 T 10. Mechanical Press 11. Screw Press RSPP 255/ R oll Forging 13. Bor 4 Spindle 14. U p Setter 15. Aluunium Fumace 16. R otary Fum ace 17. Slot Fum ace 18. Slot Fum ace 19. Induction Fum ace 20. Press Tangan 21. Press Tangan 22. Gerinda Resharpening 23. Bubut V ertikal 152. Crane 5 T Gambar V.1. Lokasi Sampel di Ruangan Tempa 51

7 Finishing Disamatic Melting Furan line Gambar V.2. Lokasi Sampel di Ruangan Cor 52

8 V.2. Evaluasi Paparan Evaluasi paparan dilakukan dengan melakukan pengukuran paparan bising yang diterima pekerja serta pengukuran dampak paparan bising yang dirasakan oleh pekerja. V.2.1. Hasil Pengukuran Paparan Bising Pengukuran paparan bising yang diterima pekerja dilakukan dengan menggunakan Noise Dosimeter yang dipasang pada pekerja selama jam kerjanya (8 jam). Dari alat yang dipasang ini akan diperoleh data berupa dosis (%) dan tingkat kebisingan ratarata selama dalam 8 jam kerja dalam bentuk TWA (db(a)). Perlakuan ini dilakukan baik kepada kelompok sampel maupun kelompok kontrol. Hasil pengukuran paparan bising yang diperoleh kelompok kontrol ditunjukkan pada Tabel V.4. Dari Tabel V.4, rentang dosis yang diterima kelompok kontrol dari 0,16 % - 19,24 % yang sebanding dengan nilai TWA sebesar 57,04 db(a) 77,84 db(a). Sesuai dengan Surat Keputusan Menaker No: KEP-51/MEN/1999 dan Surat Keputusan Mentri Kesehatan No: 261/MENKES/SK/II/1998 bahwa untuk 8 jam kerja, intensitas kebisingan yang diperbolehkan adalah sebesar 85 db(a). Sehingga untuk kelompok kontrol masih memenuhi persyaratan Nilai Ambang Batas kebisingan dengan jam kerja 8 jam. Untuk dosis yang diterima oleh kelompok sampel yang berada di Departemen Tempa berkisar antara 56,04 % - 508,8 % yang sebanding dengan 82,48 db(a) 92,06 db(a) dan Departemen Cor berkisar antara 34,4 % ,4 % sebanding dengan TWA sebesar 80,4 db(a) 114,4 db(a). Hasil pengukuran paparan bising untuk kelompok sampel dapat dilihat pada Tabel V.5. Nilai TWA terendah kelompok sampel Departemen Tempa sebesar 82,48 db(a) dan kelompok sampel Departemen Cor yaitu 80,4 db(a) masih memenuhi persyaratan baku mutu yang ada, sedangkan 53

9 untuk nilai tertinggi Departemen Tempa sebesar 92,06 db(a) dan Departemen Cor sebesar 114,4 db(a) sudah melewati dari Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan. Bila seseorang bekerja pada suatu tempat dengan tingkat kebisingan sebesar 85 db(a) selama 8 jam kerja, maka dosis yang diterimanya adalah 100 % (Tambunan, 2005). Dilihat dari hasil pengukuran paparan bising untuk kelompok sampel, dosis yang diterima bervariasi, hingga mencapai puluhan ribu. Dosis yang bernilai lebih dari 100 % ini memperlihatkan bahwa dosis kebisingan yang diterima oleh kelompok sampel sudah melebihi tingkat kebisingan yang diperbolehkan. Tabel V.4. Hasil Pengukuran Paparan Bising Kelompok Kontrol No Kode Dosis 8 TWA (%) (db(a)) 1 K1 2,5 68,97 2 K2 7,44 73,71 3 K3 5,58 72,46 4 K4 3,01 69,78 5 K5 0,32 60,05 6 K6 4,17 71,2 7 K7 19,24 77,84 8 K8 2,97 69,72 9 K9 2,15 68,32 10 K10 2,06 68,14 11 K11 3,92 70,93 12 K12 6,92 73,4 13 K13 5,90 72,71 14 K14 0,16 57,04 15 K15 3,60 70,56 16 K16 1,34 66,27 17 K17 1,77 67,48 18 K18 5,08 72,06 19 K19 6,89 73,38 20 K20 3,93 70,94 21 K21 4,57 71,6 22 K22 0,16 57,04 23 K23 3,83 70,83 24 K24 1,86 67,69 25 K25 12,11 75,83 54

10 Tabel V.5. Hasil Pengukuran Paparan Bising Kelompok Sampel No Kode Bagian Dosis 8 TWA (%) (db(a)) 1 S1 Cor Finishing 2.673,4 99,3 2 S2 Cor Finishing 3.223,5 100,08 3 S3 Cor Finishing 588,1 92,69 4 S4 Cor Finishing 334,2 90,2 5 S5 Cor Finishing 2.732,3 99,4 6 S6 Cor Finishing 5.260,3 102,2 7 S7 Cor Disamatic 7.820,0 103,9 8 S8 Cor Disamatic 269,6 89,3 9 S9 Cor Disamatic ,4 114,4 10 S10 Cor Disamatic 3.935,0 100,9 11 S11 Cor Furan 34,4 80,4 12 S12 Cor Furan 40,7 81,09 13 S13 Cor Furan 300,4 89,8 14 S14 Cor Furan 173,2 87,4 15 S15 Cor Finishing 51,5 82,1 16 S16 Cor Finishing 84,5 84,3 17 S17 Cor Finishing 1.549,7 96,9 18 S18 Cor Melting 648,9 93,12 19 S19 Cor Melting 1.181,7 95,7 20 S20 Cor Finishing 119,9 85,78 21 S21 Cor Finishing 89,91 84,53 22 S22 Cor Finishing 169,8 87,29 23 S23 Cor Finishing 48,24 81,83 24 S24 Cor Finishing 55,28 82,42 25 S25 Cor Finishing ,2 26 S26 Tempa 56,04 82,48 27 S27 Tempa 508,8 92,06 28 S28 Tempa 124,5 85,95 29 S29 Tempa 461,3 91,6 30 S30 Tempa 94,82 84,76 V.2.2. Hasil Pengukuran Dampak Kebisingan V Hasil Pengukuran Dampak Fisiologis Tingkat Ketajaman Pendengaran Pengukuran tingkat ketajaman pendengaran pekerja dilakukan dengan menggunakan alat Audiometer yang dioperasikan oleh teknisi dari Balai Hiperkes. Sebelum dilakukan pengukuran telah diperoleh informasi mengenai riwayat kesehatan telinga pekerja. Untuk kelompok sampel, tidak memiliki riwayat penyakit telinga dan sedang tidak menderita penyakit telinga saat dilakukan penelitian, sedangkan pada kelompok 55

11 kontrol memiliki sejarah penyakit telinga sebanyak dua orang, tetapi tidak sedang menderita penyakit telinga saat dilakukan penelitian. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya dampak ketulian sementara (Temporary Threshold Shift) akibat adanya kebisingan, di mana untuk pekerja yang bila ditemukan menderita TTS, kemudian diberi cukup istirahat, daya dengarnya akan pulih sempurna (Chen et al, 2007). Untuk bising yang lebih besar dari 85 db(a) dibutuhkan waktu bebas paparan atau istirahat 3-7 hari. Bila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali terpapar bising semula, dan keadaan ini berlangsung terus menerus maka ketulian sementara akan bertambah setiap hari, kemudian menjadi ketulian menetap. Dalam OSHA dikenal istilah STS (Standard Threshold Shift), yaitu berkurangnya kemampuan mendengar sebesar 10 db(a) atau lebih (pada masing-masing telinga) dibandingkan dengan rata-rata threshold dasar (hasil audiometer tes) pada frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz (Tambunan, 2005). Untuk tes audiometri ini digunakan Limited range audiometer yang terbatas dalam hal frekuensi yang menghasilkan nada murni pada 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000, dan 8000 Hz. Yang ditujukan memang untuk tingkat ambang pendengaran orang dewasa yang bekerja dalam industri. Hasil pengukuran Audiometri kelompok kontrol terlihat pada Tabel V.6. Sedangkan hasil pengukuran Audiometri kelompok sampel dapat dilihat pada Tabel V.7. 56

12 No Kode Usia (thn) Tabel V.6. Hasil Pengukuran Audiometri Kelompok Kontrol Telinga Kanan (db(a)) 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 3000 Hz 4000 Hz 6000 Hz 8000 Hz 500 Hz Telinga Kiri (db(a)) 1000 Hz 2000 Hz 3000 Hz 4000 Hz 6000 Hz 8000 Hz 1 K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K K

13 No Kode Usia (thn) Tabel V.7. Hasil Pengukuran Audiometri Kelompok Sampel Telinga Kanan (db) 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 3000 Hz 4000 Hz 6000 Hz Telinga Kiri (db) 8000 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 3000 Hz 4000 Hz 6000 Hz 1 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S Hz 58

14 Dari hasil pengukuran Audiometri yang telah dilakukan terhadap kelompok kontrol dan kelompok sampel di atas, selanjutnya akan dilakukan koreksi terhadap usia. Untuk melakukan koreksi terhadap usia ini mengacu pada tahapan yang terdapat dalam Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA pada tahun 1983 (Tabel II.7), di mana perubahan ambang dengar didefinisikan sebagai perubahan batas pendengaran relatif terhadap baseline audiogram sebesar 10 db(a) atau lebih pada frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz, pada salah satu maupun kedua telinga (www-nehc.med.navy.mil). Berdasarkan tahapan pada bab III.4.2, yang dijadikan baseline audiogram adalah sampel dengan kode S10, untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran D. Dari tahapan-tahapan yang dilakukan akan dilihat pergeseran batas pendengaran dan penurunan batas pendengaran yang terjadi untuk pekerja Departemen Tempa dan Cor PT X. Untuk perhitungan pergeseran batas pendengaran diperoleh hasil untuk kelompok kontrol pada Tabel V.8. Bila dikelompokkan berdasarkan usia akan terlihat seperti pada Tabel V.9 hingga Tabel V

15 Tabel V.8. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Kontrol No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K , K2 53-9, K , K4 43-1,6667-3, K K , K7 39 8,3333-1, K8 40-3,3333 1, K , K ,3333 5, K ,3333 3, K , K ,6667-3, K ,3333 8, K ,6667-5, K ,3333-3, K , K K K , K K K , K , K Tabel V.9. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 20 - < 30 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K ,6667-5, K Mengacu pada tahapan perhitungan Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA pada tahun 1983, di mana pergeseran batas dengar didefinisikan sebagai pergeseran batas pendengaran relatif terhadap baseline audiogram sebesar 10 db(a) atau lebih pada frekuensi 2000, 3000, dan 4000 Hz, pada salah satu maupun kedua telinga (www-nehc.med.navy.mil), sehingga untuk kelompok kontrol usia 20 - < 30 tahun masih berada pada rentang normal. 60

16 Selanjutnya akan dilihat untuk kelompok kontrol usia 30 - < 40 tahun pada Tabel V.10. Tabel V.10. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 30 - < 40 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K7 39 8,3333-1, K ,3333 3, K ,6667-3, K ,3333 8, K ,3333-3, K , Seperti halnya kelompok usia 20 - < 30 tahun, bila dilihat berdasarkan Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA pada tahun 1983, pergeseran batas pendengaran pada kontrol dengan kelompok usia 30 - < 40 tahun ini masih berada pada rentang normal. Untuk kelompok kontrol dengan kelompok usia 40 - < 50 tahun dapat dilihat pada Tabel V.11. Bila dilihat berdasarkan Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA, ditemukan dua orang responden kelompok kontrol telah mengalami pergeseran batas pendengaran. Hal ini sudah terlihat dari hasil Audiometer tes yang dilakukan. Sedangkan untuk kelompok kontrol usia 50 - < 60 tahun dapat dilihat pada Tabel V. 12. Berdasarkan Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA, ada satu orang responden yang mengalami pergeseran batas pendengaran lebih dari 10 db(a). Dapat disimpulkan untuk kelompok kontrol pergeseran batas pendengaran masih pada rentang normal dari yang disyaratkan oleh OSHA, adanya beberapa responden 61

17 yang mengalami pergeseran melebihi nilai normal yang disyaratkan oleh OSHA, akan dilihat hubungannya dengan normal kelompok usianya apakah dengan pergeseran batas pendengarannya tersebut telah menyebabkan terjadinya penurunan batas pendengaran terhadap normal kelompok usianya. Tabel V.11. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 40 - < 50 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K , K , K4 43-1,6667-3, K K , K8 40-3,3333 1, K , K ,3333 5, K , K , K , K , Tabel V.12. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 50 - < 60 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K2 53-9, K K K K Untuk hasil pengukuran pergeseran batas pendengaran pada kelompok sampel dapat dilihat pada Tabel V.13. Hasil pengukuran pada kelompok sampel ini juga dikelompokkan kembali berdasarkan usianya, dan dapat dilihat pada Tabel V.14 hingga V.16. Hasil pengukuran untuk kelompok usia 20 - < 30 tahun pada Tabel V.14 memperlihatkan adanya sampel yang sudah mengalami pergeseran batas pendengaran melebihi nilai normal yang dilihat berdasarkan Calculations and application of age 62

18 corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA, hal ini menunjukkan adanya pengaruh kebisingan terhadap batas dengar pekerja yang berada di Departemen Tempa dan Cor pada kelompok usia 20 - < 30 tahun. Karena tidak adanya pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala terhadap pekerja dengan kelompok usia 20 - < 30 tahun yang rata-rata adalah pegawai kontrak, hasil ini tidak bisa terus dipantau untuk mengetahui kesehatan telinga pekerja. Untuk kelompok usia sampel 30 - < 40 tahun, dapat dilihat pada Tabel V.15. Seperti halnya pada kelompok umur 20 - < 30 tahun, ada beberapa sampel yang telah mengalami pergeseran batas dengar yang melebihi batas yang dinyatakan dalam batasan OSHA. Kelompok usia terakhir pada sampel, terlihat pada Tabel V.16, yaitu kelompok usia 40 - < 50 tahun, yang memperlihatkan kenormalan, bila ditinjau dari hasil Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA kelompok usia 40 - < 50 tahun ini tidak bisa memperlihatkan adanya pengaruh kebisingan terhadap perubahan batas dengar pekerjanya disebabkan karena jumlah data yang terbatas. Terjadinya pergeseran batas pendengaran pada kelompok sampel memperlihatkan adanya kebisingan pada lingkungan kerja kelompok sampel. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala untuk mengetahui perkembangan kesehatan telinga pekerja ini. 63

19 Tabel V.13. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Sampel No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S S2 25 1,6667 6, S , S , S , S6 33 4,3333 9, S7 40-3, S S9 29 5,6667 0, S S , S , S S , S ,6667-5, S , S S S , , S , S , S , S , S , S ,6667 9, S ,6667 3, S ,3333 0, S ,6667 0, S ,6667 2, S ,6667 4,

20 Tabel V.14. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Sampel Berdasarkan Kelompok Usia 20 - < 30 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S S2 25 1,6667 6, S , S , S S9 29 5,6667 0, S S , S , S S , S , S S S , S , S ,6667 9, S ,6667 3, S ,6667 0, S ,6667 2, S ,6667 4,3333 Tabel V.15. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Sampel Berdasarkan Kelompok Usia 30 - < 40 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S , S6 33 4,3333 9, S , , S , S , S , S ,3333 0,3333 Tabel V.16. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Sampel Berdasarkan Kelompok Usia 40 - < 50 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S7 40-3, S ,6667-5,6667 Penggabungan pergeseran batas pendengaran antara kelompok sampel dan kontrol dapat dilihat pada Tabel V

21 Tabel V.17. Perbandingan Rata-rata Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Kontrol dan Kelompok Sampel Nilai Kelompok Kontrol Kelompok Sampel Kelompok Normal Usia (thn) T. Kanan T. Kiri T.Kanan T.Kiri (db(a)) (db(a)) (db(a)) (db(a)) OSHA 20 - '<30-0,8333-3,3333 8,2857 6, '< 40 4,6667 1,3888 1,1904 3, '< 50 0, , ,3335 Dari Tabel V.17, terlihat perbandingan rata-rata pergeseran batas pendengaran antara kelompok kontrol dan kelompok sampel pada usia 20 - < 30 tahun lebih tinggi pada kelompok sampel, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh kebisingan pada lingkungan kerja kelompok sampel. Tapi bila dilihat berdasarkan nilai normal OSHA keaadaan kelompok kontrol dan dan kelompok sampel masih berada pada rentang normal. Untuk kelompok usia 30 - < 40 tahun, berdasarkan nilai normal OSHA, baik kelompok kontrol maupun kelompok sampel masih berada pada rentang normal. Hanya saja bila dilihat dari rata-rata pergeseran batas pendengaran telinga kanan kelompok kontrol lebih besar daripada telinga kanan kelompok sampel. Hal ini disebabkan karena memang pada kelompok kontrol tersebut ada dua responden yang mengalami pergeseran batas pendengaran cenderung tinggi tapi masih dalam normal. Sedangkan untuk telinga kiri, kelompok sampel memiliki pergeseran batas dengar yang lebih besar daripada kelompok kontrol karena adanya paparan bising pada lingkungan kerja kelompok sampel. Hasil perhitungan rata-rata pergeseran batas pendengaran untuk kelompok usia 40 - < 50 tahun pada kelompok kontrol dan kelompok sampel masih berada dalam rentang normal berdasarkan nilai normal yang ditetapkan OSHA. Hasil ini bahkan cenderung 66

22 sangat baik, hal ini disebabkan karena jumlah data yang kurang banyak pada kelompok sampel usia ini. Untuk besarnya perubahan batas pendengaran yang dijadikan acuan adalah Gambar II.3 yang merupakan kurva penurunan batas pendengaran berdasarkan kelompok usia. Sedangkan hasil pengukuran penurunan batas pendengaran kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel V.18, nilai ini diperoleh dari tahapan ke tiga dari Calculations and application of age corrections to audiograms yang dikeluarkan oleh OSHA pada tahun Tabel V.18. Hasil Pengukuran Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Kontrol No Kode T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K1 5 3, K2-4, K K4 3,3333 1, K K , K7 11, K8 1,6667 6, K9 3,3333 1, K10-2, K11 11,3333 8, K K13 6,6667 1, K14 8, , K15-0,6667-0, K16 4,6667 1, K17 11, K K K20 10, K , K K23 8 4, K24 1, K Bila dikelompokkan berdasarkan kelompok usianya akan terlihat seperti pada Tabel V.19 hingga V.22 67

23 Tabel V.19. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 20 - < 30 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K ,6667-0, K Dilihat pada Tabel II.9, normalnya penurunan batas pendengaran pada kelompok usia 20 - < 30 tahun adalah sebesar 5 db(a), sehingga bila dilihat dari kelompok kontrol pada kelompok usia yang sama ini masih berada pada nilai rentang normal. Tabel V.20. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 30 - < 40 tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K , K ,3333 8, K ,6667 1, K , , K ,6667 1, K , Normal penurunan batas pendengaran kelompok usia 30 - < 40 tahun berdasarkan Tabel II.9 adalah 0 12 db(a). Sehingga bila dilihat pada Tabel V.20 kelompok kontrol usia 30 - < 40 tahun masih berada dalam rentang normal penurunan batas pendengaran kelompok usianya. Untuk penurunan batas pendengaran kelompok usia 40 - < 50 tahun dapat dilihat pada Tabel V.21. Normal penurunan batas pendengaran untuk kelompok usia 40 - < 50 tahun ini adalah sebesar 5 20 db(a). Sehingga hasil perhitungan penurunan batas pendengaran kelompok kontrol untuk kelompok usia 40 - < 50 tahun masih berada pada rentang normal, walaupun dari hasil perhitungan pergeseran batas pendengaran telah terjadi pergeseran pada dua orang respondennya. 68

24 Tabel V.21. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 40 - < 50 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K , K K4 43 3,3333 1, K K , K8 40 1,6667 6, K9 40 3,3333 1, K , K K , K , K , Untuk kelompok usia 50 - < 60 tahun kelompok kontrol memiliki nilai normal penurunan batas pendengaran sebesar db(a). Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel V.22. Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap kelompok usia ini masih berada pada rentang normal kelompok usianya. Tabel V.22. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia 50 - < 60 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 K2 53-4, K K , K K Dari hasil perhitungan penurunan batas pendengaran kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa penurunan batas pendengaran kelompok kontrol masih berada pada nilai normal terhadap usia kelompoknya. Penurunan batas pendengaran kelompok sampel dapat dilihat pada Tabel V.23. Seperti halnya kelompok kontrol, kelompok sampel juga akan dibandingkan dengan kelompok usianya. Pengelompokkan berdasarkan kelompok usianya ini dapat dilihat pada Tabel V.24 hingga Tabel V

25 Untuk kelompok usia 20 - < 30 tahun, terlihat pada Tabel V.24. Dengan normal penurunan batas pendengaran 5 db(a), memperlihatkan untuk kelompok sampel telah terjadi penurunan batas pendengaran yang sangat banyak. Adanya penurunan batas pendengaran di usia muda pada kelompok sampel dapat memperlihatkan adanya pengaruh kebisingan di lingkungan tempat kerjanya. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan telinga berkala untuk terus memantau penurunan batas pendengaran ini. Untuk kelompok usia 30 - < 40 tahun, nilai normal terjadinya penurunan batas pendengaran adalah 0 12 db(a), sehingga untuk kelompol sampel yang diteliti dijumpai ada tiga orang responden telah mengalami penurunan batas pendengaran berdasarkan kelompok usianya. Hal ini disebabkan karena adanya kebisingan di tempat kerja. Seperti halnya kelompok usia 20 - < 30 tahun, perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan telinga berkala untuk terus pemantauan kesehatan telinga kelompok sampel ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel V.25 Kelompok usia 40 - < 50 tahun memiliki nilai normal penurunan batas pendengaran sebesar 5 20 db(a). Untuk perhitungan yang dilakukan seperti terlihat pada Tabel V.26, penurunan batas pendengaran kelompok sampelnya masih berada dalam rentang normal. Bahkan cenderung dikatakan baik, hal ini disebabkan oleh kurang banyaknya data yang dapat memperlihatkan penurunan yang terjadi pada kelompok usia ini. 70

26 Tabel V.23. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Sampel No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S S2 25 6, , S , S , S , S6 33 9, , S7 40 1, S S ,6667 5, S S , S , S S , S ,6667-0, S , S S S , , S , S , S , S ,3333 5, S , S , , S ,6667 8, S ,3333 5, S ,6667 5, S ,6667 7, S ,6667 9,

27 Tabel V.24. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Sampel Berdasarkan Kelompok Usia 20 - < 30 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S S2 25 6, , S , S , S S ,6667 5, S S , S , S S , S , S S S , S , S , , S ,6667 8, S ,6667 5, S ,6667 7, S ,6667 9,3333 Tabel V.25. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Sampel Berdasarkan Kelompok Usia 30 - < 40 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S , S6 33 9, , S , , S , S ,3333 5, S , S ,3333 5,3333 Tabel V.26. Penurunan Batas Pendengaran Kelompok Sampel Berdasarkan Kelompok Usia 40 - < 50 Tahun No Kode Usia (thn) T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S7 40 1, S ,6667-0,

28 Dari perhitungan penurunan batas pendengaran kelompok sampel ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi penurunan batas pendengaran pada kelompok usia muda yaitu 20 - < 30 tahun dan usia menengah yaitu kelompok usia 30 - < 40 tahun. Diperlukan pemeriksaan kesehatan telinga dan tindakan pengendalian yang lebih baik lagi untuk mencegah penurunan batas pendengaran lebih lanjut. V Pengaruh Waktu Uji Terhadap Ketajaman Pendengaran Keterbatasan waktu dan untuk menjaga supaya kegiatan produksi di PT X tidak terganggu, uji ketajaman pendengaran untuk melihat ada tidaknya gangguan TTS (Temporary Threshold Shift) yang seharusnya dilakukan ± jam sebelum terpapar bising, dilakukan pada waktu istirahat dan ketika pulang. Dari waktu dilakukannya pengujian ini akan dilihat dampaknya terhadap pendengaran. Waktu pengujian yang dilakukan ketika jam istirahat mengindikasikan kelompok sampel telah terpapar bising selama 4 jam, sedangkan pengujian yang dilakukan pada saat pulang, mengindikasikan bahwa kelompok sampel telah terpapar bising selama 8 jam. Karena itu akan dilihat pengaruh waktu uji terhadap ketajaman pendengaran pekerja. Kelompok sampel yang dilakukan pengujian ketika istirahat dapat dilihat pada Tabel V.27. Hasil ini akan dibandingkan dengan kelompok sampel yang diuji ketika pulang, seperti yang terlihat pada Tabel V.28. Tabel V.27. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Sampel dengan Waktu Uji Istirahat No Kode Usia (thn) Waktu T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S11 22 istirahat 1 4, S12 28 istirahat 2, S13 22 istirahat S18 28 istirahat S19 30 istirahat -3, , S23 35 istirahat -3 0,

29 Tabel V.28. Pergeseran Batas Pendengaran Kelompok Sampel dengan Waktu Uji Pulang No Kode Usia (thn) Waktu T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) 1 S1 28 pulang S2 25 pulang 1,6667 6, S3 30 pulang 2-1, S4 28 pulang 4 12, S5 27 pulang 1 13, S6 33 pulang 4,3333 9, S7 40 pulang -3, S8 29 pulang S9 29 pulang 5,6667 0, S10 25 pulang S14 27 pulang 6 2, S15 43 pulang -6,6667-5, S16 34 pulang 17 28, S17 25 pulang S20 31 pulang 0-1, S21 27 pulang 1-0, S22 27 pulang 39, S24 30 pulang -1, S25 27 pulang -0,6667 9, S26 24 pulang 1,6667 3, S27 35 pulang 10,3333 0, S28 23 pulang 0,6667 0, S29 27 pulang 7,6667 2, S30 27 pulang 2,6667 4,3333 Bila dibandingkan antara waktu uji istirahat dan pulang, terlihat untuk waktu uji istirahat ada satu orang responden yang mengalami penurunan batas dengar yang melebihi dari ketetapan nilai OSHA, sedangkan pada waktu uji ketika pulang ada tujuh orang responden yang mengalami pergeseran batas dengar melebihi ketetapan nilai OSHA, hal ini terjadi disebabkan oleh waktu paparan 4 jam sebelum istirahat yang lebih kecil dibandingkan dengan waktu paparan ketika pulang yaitu 8 jam, sehingga untuk uji 8 jam lebih berpotensi mengalami pergeseran batas dengar dibandingkan dengan waktu uji 4 jam. Perbedaan ini akan lebih jelas lagi dilihat dari rata-rata pergeseran batas dengar pada Tabel V

30 Tabel V.29. Rata-rata Pergeseran Batas Dengar Berdasarkan Waktu Uji Waktu uji Penurunan batas dengar T. Kanan (db(a)) T. Kiri (db(a)) istirahat 1,1111 5,6666 pulang 6,9027 5,1666 V Hasil Pengukuran Dampak Fisiologis Tekanan Darah dan Denyut Jantung Dampak fisiologis yang dirasakan diukur dengan mengukur tekanan darah dan denyut jantung kelompok kontrol dan kelompok sampel sebelum dan sesudah terpapar bising. Hasil pengukuran tekanan darah dan denyut jantung ini dapat dilihat pada Tabel V.30 dan V.31. Tekanan darah dipengaruhi oleh banyak hal. Aktivitas fisik, stress, adanya penyakit, temperatur sekitar, adanya stimulan seperti kopi dan tembakau, dan posisi badan ketika pengukuran dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi yang luas dari pengukuran tekanan darah tersebut. Tekanan darah juga berfluktuasi dalam 24 jam, mencapai puncak tertingginya pada pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Usia juga akan mempengaruhi tekanan darah. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Dari bayi menuju anak-anak hingga remaja tekanan darah akan terus meningkat hingga dewasa. Pada orang yang lebih tua, turunnya elastisitas pembuluh akan menyebabkan naiknya tekanan sistolik. Normalnya tekanan darah bervariasi untuk setiap orang. Pada orang dewasa, tekanan sistolik memiliki range mmhg, tekanan darah diastolik normal dari mmhg. 75

31 Beberapa orang ada yang memiliki tekanan darah rendah. Pembacaan yang konsisten di bawah 95 mmhg sistolik atau 60 mmhg diastolik mengindikasikasikan adanya tekanan darah rendah (hypotensi). Begitu pula sebaliknya, adanya pembacaan yang konsisten di atas 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik mengindikasikan adanya tekanan darah tinggi (hypertensi) (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2006). Sebuah komite nasional The Joint National Committee On Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure merekomendasikan bahwa diagnosa hypertensi dapat dilakukan terhadap orang dewasa (usia > 18 thn) melalui minimal dua kali pengukuran terhadap tekanan darah. Rata-rata pengukuran tekanan darah ini dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan hypertensi atau tidak, seperti yang terlihat pada Tabel V.32. Sehingga bila dilihat tekanan darah rata-rata kelompok kontrol dan kelompok sampel pada Tabel V.33, masih dalam rentang normal/tidak ada potensi hipertensi. Bila dilihat dari hasil pengukuran per satuan berdasarkan Tabel V.31, untuk kelompok sampel 100 % memiliki tekanan darah normal, baik itu tekanan sistolik maupun tekanan diastoliknya. Sedangkan untuk kelompok kontrol pada Tabel V.30, satu orang responden (4 %) diklasifikasikan dalam Borderline high pressure bila dilihat dari tekanan sistoliknya, hal ini karena dipengaruhi oleh faktor usia, di mana ketika usia semakin tua, penurunan elastisitas pembuluh akan menyebabkan naiknya tekanan sistolik. Untuk tekanan diastolik kelompok kontrol, dua orang responden (8 %) dalam Borderline high pressure. Bila dilihat dari usianya, tekanan diastolik ini memang sedikit tinggi, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan rutin, maksimal ada pengulangan pemeriksaan rutin setiap tahunnya. 76

32 Tabel V.30. Hasil Pengukuran Tekanan Darah dan Denyut Jantung Kelompok Kontrol Tekanan darah (mmhg) Denyut jantung (/menit) Usia No Kode sistolik diastolik (thn) ratarata rataratrata rata- sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah 1 K , , K ,5 3 K , , ,5 4 K , ,5 5 K K , ,5 7 K , ,5 8 K , K , ,5 10 K , ,5 11 K ,5 12 K K , ,5 14 K , , K , ,5 16 K ,5 17 K , ,5 18 K ,5 19 K , , ,5 20 K , ,5 21 K , ,5 22 K , K , , K ,5 25 K ,

33 Tabel V.31. Hasil Pengukuran Tekanan Darah dan Denyut Jantung Kelompok Sampel Tekanan darah (mmhg) Denyut jantung (/menit) Usia No Kode sistolik diastolik (thn) ratarata rataratrata rata- sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah 1 S , ,5 2 S , , ,5 3 S , ,5 4 S , ,5 5 S , , ,5 6 S , ,5 7 S ,5 8 S , S , S , S , S , , ,5 13 S S S , , S , ,5 17 S , S , ,5 19 S S S , S S , , S ,5 25 S ,5 26 S , , S , ,5 28 S , ,5 29 S S , , ,5 78

34 Tabel V.32. Tekanan Darah Rata-rata (mmhg) Sistolik Diastolik Follow up tindakan Klasifikasi > 240 >115 Segera diperiksa atau dirujuk untuk perawatan Hypertensi serius Diperiksa setiap 2 minggu Hypertensi sedang Diperiksa minimal setiap 2 bulan Hypertensi ringan Diperiksa ulang setiap 1 tahun Borderline high pressure < 140 < 85 Diperiksa ulang setiap 2 tahun Tekanan normal Catatan: Berdasarkan rata-rata dari dua kali atau lebih pengukuran. (Sumber: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2006). Kelompok Usia (thn) Tabel V.33. Tekanan Darah Rata-Rata Kelompok Sampel dan Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia Rata-rata tekanan darah sampel Rata-rata tekanan darah kontrol (mmhg) (mmhg) sistolik diastolik sistolik diastolik sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah 20 - < < < Dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik kelompok kontrol diperoleh sebanyak 12 orang (48 %) mengalami kenaikan, satu orang (4 %) tekanan darahnya tetap, dan sisanya sebanyak 12 orang (48 %) mengalami penurunan tekanan darah sistolik. Untuk tekanan darah diastolik, sebanyak 10 orang ( 40 %) mengalami kenaikan, 1 orang (4 %) tetap, dan 14 orang (56 %) mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar V.3. Sedangkan untuk kelompok sampel, yang mengalami kenaikan tekanan darah sesudah adanya kebisingan pada sampel hanya sebanyak 12 orang (40 %), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 18 orang (60 %) mengalami penurunan tekanan darah. Untuk tekanan darah diastolik, 15 orang (50 %) mengalami kenaikan, tiga orang (10 % ) 79

35 tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik, dan 12 orang (40 %) mengalami penurunan. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar V.4. Perubahan tekanan darah sistolik Perubahan tekanan darah diastolik naik turun 48% naik 48% turun 56% 40% tetap 4% tetap 4% Gambar V.3. Diagram Perubahan Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol Perubahan tekanan darah sistolik tetap 0% naik 40% turun 40% Perubahan tekanan diastolik naik 50% turun 60% tetap 10% Gambar V.4. Diagram Perubahan Tekanan Darah pada Kelompok Sampel Bila dihitung secara statistik, menggunakan uji Paired Sample T Test dua sisi untuk tekanan darah dan denyut jantung pada kelompok kontrol dan kelompok sampel berdasarkan nilai probabilitasnya, memperlihatkan tekanan darah dan denyut jantung kelompok kontrol dan sampel sebelum dan sesudah pengukuran relatif sama, atau adanya kebisingan tidak menyebabkan perubahan tekanan darah dan denyut jantung secara nyata. Perhitungan secara statistik ini terlihat pada Tabel V.34. Angka yang diperoleh pada Tabel V.34 tersebut kemudian dibandingkan dengan 0,025. Bila nilai uji dua sisi > 0,025 maka tekanan darah dan denyut jantung sebelum dan sesudah relatif sama. Hal ini disebabkan karena waktu pengukuran yang dilakukan sebelum 80

36 dan sesudah jam kerjanya, bukan sebelum dan sesaat sesudah terpapar bising sehingga besar kemungkinan responden yang diteliti telah beristirahat terlebih dahulu sehingga tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengukuran. Tabel V.34. Hasil Perhitungan Statistik Uji Dua Sisi untuk Tekanan Darah Nilai p (α = 0,05) Tekanan darah kontrol Tekanan darah sampel Denyut jantung sistolik diastolik sistolik diastolik kontrol sampel 0,4715 0,0647 0,0701 0,2582 0,0768 0,1304 Biasanya, untuk denyut jantung di bawah 60 BPM atau di atas 100 BPM dapat dikatakan tidak normal. Hanya saja, banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya denyut jantung seseorang, bahkan pada orang yang sehat sekalipun. Naiknya denyut jantung dapat disebabkan oleh akibat sympathetic nervous system stimulation seperti karena adanya rasa takut, rasa marah, dan rasa sakit. Sedangkan turunnya denyut jantung seseorang dapat disebabkan karena seseorang itu selesai beristirahat, baru bangun tidur, atau vagus nerve stimulation seperti setelah muntah (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2006). Hasil pengukuran denyut jantung pada kelompok kontrol dan kelompok sampel diperoleh seperti pada Tabel V.35. Normalnya detak jantung ini juga bervariasi bila dilihat dari usia dan kondisi fisik seseorang. Normalnya untuk orang dewasa adalah 60 BPM 100 BPM. Dilihat dari hasil pengukuran yang dilakukan yang terlihat pada Tabel V.35, dapat disimpulkan denyut jantung kelompok sampel dan kelompok terpapar masih dalam rentang normal. 81

37 Tabel V.35. Rata-rata Denyut Jantung Kelompok Sampel dan Kontrol Berdasarkan Kelompok Usia Rata-rata denyut jantung Rata-rata denyut jantung sampel (BPM) kontrol (BPM) Kelompok Usia (thn) sebelum sesudah sebelum sesudah 20 - < < < V Hasil Pengukuran Dampak Fisiologis dan Psikologis Dampak fisiologis disini adalah ada tidaknya responden merasakan gangguan pada telinga seperti adanya dengingan pada telinga, bagaimana berkomunikasi dalam keadaan ramai, bagaimana berkomunikasi dengan orang lain dalam jarak 1,5 meter, apakah pekerja harus berbicara keras dengan lawan bicaranya, begitu pula sebaliknya, bagaimana dalam menonton TV/mendengarkan radio, dan dampak psikologis apa yang dirasakan akibat adanya kebisingan tersebut seperti emosi meningkat dan konsentrasi terganggu. Hasil yang diukur melalui penyebaran kuesioner ditunjukkan pada Tabel V.36 berikut: Tabel V.36. Hasil Pengukuran Dampak Psikologis dan Fisiologis Karena Kebisingan NO Dampak yang dirasakan Sampel Kontrol I Telinga pernah berdenging 9 5 II Telinga sering berdenging 2 0 III Kadang tertinggal pembicaraan 6 3 IV Seringkali tertinggal pembicaraan 1 1 V Sering harus berteriak dalam berkomunikasi 1 0 VI Pernah harus berteriak dalam berkomunikasi 6 3 VII Harus dengan keras bila berbicara dengan orang lain 2 0 VIII Orang lain harus dengan keras berbicara dengan responden 1 0 IX Harus dengan keras menyetel radio/tv 1 0 X Sedikit keras menyetel radio/tv 18 9 XI Konsentrasi terganggu XII Emosi meningkat 3 3 XIII Sakit kepala 12 2 XIV Keluhan lainnya

38 Dampak psikologis yang paling besar yang dirasakan oleh kelompok sampel akibat adanya kebisingan adalah harus menyetel radio/tv dengan keras sedangkan dampak fisiologis terbesar adalah merasakan sakit kepala, untuk kelompok kontrol adanya kebisingan menyebabkan terganggunya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith (1986), mengatakan bahwasanya kebisingan dapat menyebabkan terjadinya gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, maupun kelelahan. Juga dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual. Dari hasil kuesioner yang disebarkan terlihat dampak yang dirasakan akibat adanya bising untuk kelompok sampel bernilai lebih besar daripada kelompok kontrol. Hanya saja pada beberapa pernyataan tertentu seperti dampak berupa konsentrasi terganggu, jumlah keluhan lebih tinggi pada kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan kerja kontrol yang berada di bagian administrasi yang melakukan pekerjaan bidang perkantoran menyebabkan terkadang kelompok kontrol harus saling berkomunikasi satu dengan lainnya yang apabila dalam keadaan ramai dan banyak orang juga dapat menimbulkan kebisingan, sehingga menganggu konsentrasi. Pengaruh lainnya juga bisa berasal dari adanya keluhan sumber bising di lingkungan kerja kelompok kontrol yang berasal dari mesin printer yang dapat menganggu konsentrasi. Untuk dampak emosi meningkat yang memiliki nilai yang sama antara kelompok sampel dan kelompok kontrol dapat dilihat pada kelompok sampel memang terdapat sumber bising yang tinggi yang dapat meningkatkan adrenalin dan menyebabkan emosi akan lebih cepat meningkat. Sedangkan untuk kelompok kontrol emosi meningkat kemungkinan disebabkan karena pekerjaan bagian kantor yang juga menuntut konsentrasi tinggi ditambah dengan adanya penyebab-penyebab lainnya 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menilai risiko kesehatan paparan bising pada pekerja di PT X yang terpapar dan tidak terpapar kebisingan. III.1. Kerangka Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan industrilisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisme dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah upaya kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN III.

METODE PENELITIAN III. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Kota Tangerang, khususnya di Kecamatan Jatiuwung (Gambar 4) dan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Mei

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1] BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI 63 TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI Nyoman Surayasa 1), I Made Tapayasa 2), I Wayan Putrayadnya 3) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan laporan proyeksi kebutuhan listrik PLN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara industri di kota-kota besar seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Sudah sejak dulu diketahui bahwa bising industri dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. NIDCD (2010) menyatakan bahwa kejadian gangguan pendengaran akibat bising

BAB I PENDAHULUAN. NIDCD (2010) menyatakan bahwa kejadian gangguan pendengaran akibat bising BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktutertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi yang tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun demikian, penerapan

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari tahapan analisis risiko yaitu identifikasi bahaya yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu studi kondisi lapangan, pengumpulan data

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan Bab V Hasil dan Pembahasan Studi lapangan mengenai analisis risiko kesehatan terhadap pajanan debu telah dilakukan mulai Januari sampai dengan Februari 2008 di PT. X. Penelitian ini dilakukan di PT. X,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat dan lain sebagainya (Arifiani, 2004). Akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemar fisik yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagian besar waktu usia produktif akan dilewatkan di tempat kerja. Hal ini

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Artawan et al. Hipertensi Pada Penabuh Gamelan di Kecamatan Batubulan, Gianyar, Bali, In Occupational Health, 2007.

DAFTAR PUSTAKA. Artawan et al. Hipertensi Pada Penabuh Gamelan di Kecamatan Batubulan, Gianyar, Bali, In Occupational Health, 2007. DAFTAR PUSTAKA Artawan et al. Hipertensi Pada Penabuh Gamelan di Kecamatan Batubulan, Gianyar, Bali, In Occupational Health, 2007. Bucchari. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, USU Repository,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Salafi Nugrahani, pembangunan Nasional kini sudah memasuki era Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik pekerja

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Kebisingan Terhadap Kesehatan Kerja Karyawan Divisi Tempa & Cor Pada PT. Pindad (Persero) Bandung

Pengaruh Tingkat Kebisingan Terhadap Kesehatan Kerja Karyawan Divisi Tempa & Cor Pada PT. Pindad (Persero) Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Management http://repository.ekuitas.ac.id Human Resources Management 2016-07-14 Pengaruh Tingkat Kebisingan Terhadap Kesehatan Kerja Karyawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis Penelitian ini adalah explanatory research, yaitu menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang telah ditetapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat

Lebih terperinci

asuhan keperawatan Tinnitus

asuhan keperawatan Tinnitus asuhan keperawatan Tinnitus TINNITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator LAMPIRAN Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator Ulangan Data getaran pada stang kendali sumbu x sumbu y sumbu z a hav 1 1,6 1,3 2 4,13 2 1,5 1,3 2 3,97 3 1,5 1,4 2 4,11 4 1,6 1,4 1,9 4,07

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan Banyakprodo Tirtomoyo. Jumlah remaja laki- laki yang dilakukan pengukuran berjumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendengaran berperan penting dalam komunikasi, perkembangan bahasa dan belajar. Penurunan pendengaran dalam derajat yang ringanpun dapat mempunyai efek negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan

Lebih terperinci

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **)

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **) PENGARUH KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI AREA RING FRAME UNIT SPINNING 5 PT. APAC INTI CORPORA BAWEN KABUPATEN SEMARANG Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu 5 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan daya regang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS () DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU 1 2 3 Nisa Amalia, Idjeriah Rossa, Rochmawati CORRELATION OF NOISE EXPOSURE AND NOISE INDUCED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kondisi ini dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan masalah utama pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang terpapar bising, misalnya pekerja di kawasan industri antara lain pertambangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditemukannya mesin uap, mesin listrik, mesin diesel, dan sebagainya, sebagai proses percepatan industri untuk mendapatkan produksi yang optimal, tentu akan berdampak

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menciptakan persaingan dan kompetisi dalam sebuah pekerjaan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam menghadapi globalisasi telah meningkatkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia musik dan industri hiburan berjalan dengan sangat pesat. Tempat-tempat hiburan semakin bertambah dan sudah menjadi kebutuhan warga kota

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri khususnya industri tekstil semakin meningkat dan akan memberikan dampak positif maupun negatif kepada manusia, terutama para pekerja. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil devisa tertinggi di antara komoditas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko

BAB 6 PEMBAHASAN. disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko BAB 6 PEMBAHASAN Presbikusis merupakan penyakit kurang pendengaran sensorineral yang disebabkan proses degenerasi akibat bertambahnya usia. Faktor-faktor risiko selain usia diduga dapat mempengaruhi terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pabrik speaker (pengeras suara) menggunakan mesin yang menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat membuat pekerja disekitar mesin produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA PAPARAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA TERPAPAR KEBISINGAN IMPULSIF BERULANG DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESI DESA PADAS KARANGANOM KABUPATEN KLATEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri ABSTRAK Gangguan pendengaran merupakan ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Deteksi dini berupa pemeriksaan audiometri banyak digunakan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado GAMBARAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA RUANG SENTRAL PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO SEKTOR MINAHASA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL BITUNG Sheeren G. Ratunuman*, Paul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Suara dan Kebisingan II.1.1. Suara Suara adalah sesuatu yang kita dengar. Suara dihasilkan oleh objek yang bergetar dan mencapai telinga pendengarnya sebagai gelombang di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vertigo merupakan adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA GROUND HANDLING BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI MANADO. Jootje. M. L. Umboh *, Hengky. Loho *,

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci