STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEBERLANJUTAN LANSKAP KAMPUNG SINDANG BARANG, DESA PASIREURIH, KECAMATAN TAMANSARI, KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEBERLANJUTAN LANSKAP KAMPUNG SINDANG BARANG, DESA PASIREURIH, KECAMATAN TAMANSARI, KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEBERLANJUTAN LANSKAP KAMPUNG SINDANG BARANG, DESA PASIREURIH, KECAMATAN TAMANSARI, KABUPATEN BOGOR DANAND PRABASASENA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN DANAND PRABASASENA. Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat Keberlanjutan Lanskap Kampung Sindang Barang, Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Nurhayati H.S. Arifin. Kampung Budaya Sindang Barang (KBSB) yang berada di Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor merupakan suatu lanskap perkampungan Sunda yang masih mempunyai nilai-nilai budaya warisan masyarakat Sunda Bogor. Persepsi seseorang terhadap suatu lingkungan akan mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap lingkungan tersebut. Untuk itu, perlu diketahui persepsi dan sikap masyarakat terhadap kondisi KBSB, khususnya pada aspek ekologis, sosial dan spiritual. Studi ini bertujuan untuk mempelajari persepsi masyarakat dan menganalisis tingkat keberlanjutan lanskap berdasarkan pendekatan konsep ecovillage (desa berkelanjutan) yang meliputi aspek ekologis, sosial dan spiritual sebagai masukan dalam upaya pelestarian KBSB sebagai desa berkelanjutan. Penelitian dilakukan di Desa Pasireurih, dipilih dua kampung yaitu Kampung Sindang Barang dan Dukuh Menteng (termasuk KBSB) yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan upacara/ritual yang diselenggarakan di KBSB. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi karakter lanskap melalui wawancara (indeep interview) yang menggunakan kuesioner Community Sustainability Assesment (CSA) yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network (GEN, 2005), dengan responden berupa kelompok masyarakat. Selain itu dilakukan pengamatan kondisi lapang (biofisik, sosial-ekonomi, spiritual dan budaya). Pertanyaan dalam kuesioner CSA meliputi tiga aspek, yaitu ekologi, sosial dan spiritual. Analisis data CSA dan dengan kondisi lanskap yang sesungguhnya dilakukan untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat terhadap tingkat keberlanjutan lingkungan/lanskap perkampungan dengan kondisi lanskap yang sesungguhnya, serta faktor-faktor yang menyebabkan persepsi tersebut. Sintesis berupa usulan perbaikan terhadap lanskap KBSB untuk menuju keberlanjutan dalam kerangka konsep ecovillage. Karakter perkampungan pada lokasi penelitian memperlihatkan karakter perdesaan di tengah lanskap pertanian yang berada di ketinggian mdpl dan luas wilayah 316 Ha. Suhu rata-rata 20º-30ºC dengan rata-rata tahunan 29ºC dan memiliki curah hujan rata-rata mm/tahun. Curah hujan yang relatif tinggi pada lokasi penelitian cukup menjamin ketersediaan air sepanjang tahun sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah pertanian. Tanah di kawasan Desa Pasireurih tergolong ke dalam jenis regosol (80%), latosol (15%), dan lainnya (5%). Berdasarkan kelas kesesuaian lahan, tergolong ke dalam kelas I dan II. Tanah yang tergolong kelas I berdrainase baik, dan permukaannya hampir datar (0%-3%). Lahan yang tergolong kelas II menjadi lahan yang mendominasi kawasan Desa Pasireurih dengan tingkat kemiringan 0%-8%. Berbagai bentuk badan air baik yang alami seperti sungai dan mata air maupun yang buatan seperti kolam terlihat di lokasi penelitian. Beberapa bentuk badan air alami berupa sungai yang ada yaitu sungai Ciapus, sungai Cipamali, dan sungai Cinadita. Bentuk

3 badan air alami ada juga yang berupa sumber mata air, antara lain : mata air Cimajakin, Cieja, Jalatunda, Cinyusu, dan Cimalipah. Vegetasi memiliki peran yang penting dalam menunjang kehidupan. Penyebaran vegetasi antara lain berupa pekarangan, sawah, tegalan, kebun campuran, serta talun. Pada umumnya penyebaran vegetasi tidak terlalu berbeda, karena tingkat kemiringan lahan yang tergolong seragam. Satwa liar di lokasi studi sudah jarang ditemukan, yang dominan adalah hewan ternak. Menurut sejarah yang termaktub di dalam pantun Bogor, terdapat beberapa satwa khas yang dipercaya pernah hidup di kawasan Sindang Barang, antara lain Harimau Jawa, Heulang (Elang), Peucang (Kancil), dan Burung Engrang. Masyarakat Sunda yang mendiami wilayah Jawa Barat, mempunyai pola pemukiman dimana penduduk bertempat tinggal di suatu kampung sedang tanah pertanian atau tanah perkebunan ada di luar batas kampung mereka (Muanas et al.,1998). Desa Pasireurih berpenduduk jiwa atau KK pada tahun 2009, terbagi ke dalam 14 RW, 54 RT yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,4% atau rata-rata 313 jiwa per tahun. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Pasireurih adalah petani dan pengrajin sendal-sepatu (industri rumahan), dengan tingkat pendidikan sebagian besar hanya menempuh sekolah dasar. Beberapa budaya lokal yang menjadi ciri khas, terutama di KBSB yaitu Upacara Seren Taun yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal 1 Muharram. Upacara ini merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Selain itu, beberapa ritual yang direvitalisasi diantaranya Runjakeun, Majikeun Pare, Serbet Kasep, Rengkong dan Angklung Gubrak. Pada saat di selenggarakan upacara budaya di KBSB, masyarakat di kampung-kampung lainnya di sekitarnya juga turut berpartisipasi. Penilaian tingkat keberlanjutan masyarakat dalam kerangka ecovillage berdasarkan tingkat aspek ekologis, sosial dan spiritual pada lokasi penelitian menunjukkan awal yang baik menuju keberlanjutan. Berdasarkan aspek ekologis, lokasi penelitian menunjukkan awal yang baik menuju keberlanjutan. Sedangkan dalam aspek sosial dan spiritual, lokasi penelitian menunjukkan kemajuan sempurna menuju keberlanjutan. Rendahnya aspek ekologis disebabkan karena belum ada pengelolaan kawasan secara terencana, khususnya terkait dengan limbah buangan dan sampah di masyarakat yang dapat mereduksi kualitas lingkungan di dalam kawasan. Rekomendasi diberikan untuk memperbaiki kualitas pada parameter yang memiliki nilai rendah dan parameter yang memiliki nilai tinggi harus ditingkatkan agar menuju kesempurnaan suatu keberlanjutan. Rekomendasi pengelolaan untuk meningkatkan kualitas aspek ekologis dilakukan dengan beberapa bentuk. Untuk menjaga stabilitas tanah kelas II yang mendominasi wilayah Desa Pasireurih maka diperlukan beberapa upaya pengelolaan meliputi pembuatan teras (terracing), pola tanam secara strip (striping), pengelolaan tanah secara berkontur, rotasi tanaman yang meliputi rumput dan legume, dan sistem drainase yang ditumbuhi rumput. Perbaikan parameter perasaan terhadap tempat dapat dilakukan dengan mengaktifkan kembali konservasi DAS Ciapus dan sumber-sumber mata air, sehingga dapat mengembalikan habitat aslinya. Rekomendasi untuk pengelolaan limbah padat yaitu dengan pengolahan sampah langsung di sumber sampah. Bentuk pengelolaan limbah padat dapat dilakukan dengan pemilahan antara sampah

4 organik dan anorganik. Untuk memenuhi ketersediaan air bersih dapat dilakukan dengan pembuatan jaringan pipa air. Pengelolaan polusi air dapat dilakukan dengan sistem pengelolaan pembangunan setempat (on site sistem) maupun sistem pembuangan terpusat (off site sistem). Peningkatan sumber energi yang dapat diperbaharui diperoleh dengan mengintegrasikan Mandi Cuci Kakus (MCK) plus yaitu lumpur tinja diolah menjadi biogas atau pembuatan biogas dari kotoran ternak. Kualitas sosial dan spiritual pada lokasi penilitian menunjukkan kemajuan sempurna menuju keberlanjutan. Pada aspek sosial, parameter pelayanan kesehatan dan keberlanjutan ekonomi memiliki nilai yang rendah pada lokasi penelitian. Peningkatan nilai dalam parameter pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan dasar, sedangkan pada parameter keberlanjutan ekonomi dapat memberikan suatu penyuluhan dan pembinaan sehingga meningkatkan keterampilan masyarakat terutama bidang pertanian, industri ramah lingkungan dan pariwisata. Rekomendasi terkait seni dan budaya, yaitu dengan menghidupkan kembali, mengaktualisaikan seni dan budaya yang terdapat di masyarakat serta memperbaiki seni dan budaya agar lebih menarik minat generasi muda.

5 Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

6 STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEBERLANJUTAN LANSKAP KAMPUNG SINDANG BARANG, DESA PASIREURIH, KECAMATAN TAMANSARI, KABUPATEN BOGOR DANAND PRABASASENA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Mayor Arsitektur Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

7 Judul Nama NIM : Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat Keberlanjutan Lanskap Kampung Sindang Barang, Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor : Danand Prabasasena : A Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc. NIP Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal disetujui :

8 PRAKATA Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penelitian yang berjudul Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Keberlanjutan Kampung Sindang Barang, Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor dapat terwujud. Penelitian ini dilakukan dalam rangka skripsi dengan topik penelitian mengenai identifikasi karakter lanskap dan persepsi masyarakat terhadap kondisi lanskap yang ada, serta memberikan rekomendasi agar menuju suatu lanskap desa yang berkelanjutan. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan kemudahan selama penulisan hasil penelitian ini. 2. Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI), atas bantuan dana penelitian ini yang terkait dengan Hibah Kompetensi Tahun 2010 atas nama Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS., yang berjudul Manajemen Lanskap Perdesaan Bagi Kelestarian dan Kesejahteraan Lingkungan (Kasus Eco-village dan Eco-city pada Kajian Ekologi Lanskap). 3. Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama penulisan menempuh pendidikan di Departemen Arsitektur Lanskap. 4. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang diberikan. 5. Ayah dan Ibu tercinta, adik tersayang serta keluarga Pade Tyo atas doa, kasih sayang, motivasi, dan perhatian yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. 6. Dinas-dinas terkait seperti BAPPEDA, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor. 7. Kepala Desa Pasireurih beserta pamong desa atas data dan informasi yang telah diberikan selama melakukan penelitian.

9 8. Bapak Achmad Mikami Sumawijaya dan para kokolot serta keluarga besar KBSB atas informasi, pengalaman selama penulis melakukan penelitian. 9. Teman-teman satu bimbingan M. Zaini Dahlan, Mega Wurianingsih dan Endah Wulandari atas data, informasi, semangat dan dorongan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 10. Teman-teman ARL 42 atas semangat, dorongan dan kerjasama yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan. 11. Teman-teman BDP 42 atas semangat dan dorongan yang diberikan selama penulis menempuh minor di Departemen Budidaya Perairan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan arsitektur lanskap, pengembangan ecovillage dan bidang-bidang ilmu sejenis. Bogor, Agustus 2010 Penulis,

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 2 Februari Penulis merupakan anak pertama dari ayah Ringgit Suwahyo dan ibu Yuli Wahyuti. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA N 1 Purwokerto dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006 penulis diterima di Program Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, dengan minor Budidaya Ikan Hias, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya pada tahun ajaran 2009/2010. Penulis juga pernah menjadi anggota Koperasi Mahasiswa pada tahun 2005 dan berpartisipasi dalam kepanitiaan Ice Cream Day. Penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) pada masa periode 2007/2008 dalam divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM).

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1. PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan Manfaat.. 2 II.TINJAUAN PUSTAKA Persepsi Desa, Kampung Lanskap Budaya Keberlanjutan Lanskap Desa Berkelanjutan (Ecovillage).. 8 III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Metode Karakter Lanskap Perkampungan Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) atau Community Sustainability Assesment (CSA) IV. HASIL Karakter Lanskap Perkampungan Karakter Lanskap Karakter Sosial Karakter Spiritual Penilaian Keberlanjutan Lanskap Aspek Ekologis Aspek Sosial Aspek Spiritual.. 43 IV. PEMBAHASAN Keberlanjutan Lanskap dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Ekologis Aspek Sosial Aspek Spiritual Usulan Perbaikan Aspek Ekologis Aspek Sosial-Ekonomi Aspek Budaya/Spiritual SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA. 72 LAMPIRAN... 75

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kriteria Penilaian dalam PKM/CSA Konsep Dasar Tata Ruang Sunda Tingkat Pendidikan Tahun Penilaian Keberlanjutan Masyarakat Penilaian Aspek Ekologis Penilaian Aspek Sosial Penilaian Aspek Spiritual... 44

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta Administratif Desa Pasireurih Peta lokasi Desa Pasireurih Badan air alami berupa sungai Badan air alami berupa mata air Badan air alami berupa mata air Vegetasi yang dikeramatkan Pemandangan pada Kampung Sindang Barang Pemandangan pada Kampung Budaya Sindang Barang Pemandangan tumpukan sampah Peta penggunaan lahan Desa Pasireurih Pola permukiman Kampung Sindang Barang Pola permukiman Dukuh Menteng Rekomendasi ketersediaan pangan Rekomendasi pengelolaan limbah padat Rekomendasi pengelolaan limbah cair Pengolahan biogas dengan MCK plus

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM)/ Community Sustainability Assesment (CSA). 76

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam budaya karena terdapat beratus-ratus suku yang tinggal. Kebudayaan suatu daerah memiliki keunikan yang khas dan telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Suatu kebudayaan akan berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakatnya baik dari segi religi, sosial, budaya, politik, ekonomi maupun ekologi. Apresiasi masyarakat yang kurang terhadap nilai-nilai warisan budaya dapat mengancam kelestariannya dan bila keadaan terus berlanjut warisan budaya akan menghilang dan tak dapat diwariskan kepada generasi yang berikutnya. Pembangunan dan globalisasi di berbagai wilayah di Indonesia saat ini, menyebabkan kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan. Proses urbanisasi mempengaruhi pola kehidupan masyarakat dalam aspek lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Kurangnya antisipasi masyarakat dari pengaruh urbanisasi akan menyebabkan timbulnya permasalahan diberbagai aspek. Desa Pasireurih merupakan suatu lanskap perkampungan Sunda yang masih mempunyai nilai-nilai budaya warisan masyarakat Sunda Bogor. Penduduk kampung ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai pengrajin sepatu-sendal dan petani. Desa Pasireurih memiliki kampung budaya yang bernama Kampung Budaya Sindang Barang (KBSB). KBSB merupakan suatu merupakan suatu kawasan yang dibentuk sebagai upaya pengembangan dan pelestarian kebudayaan etnis Sunda yang hampir punah. Warisan budaya yang terdapat di KBSB berupa kesenian, adat-istiadat, arsitektur bangunan dan lanskapnya dilestarikan dan dikembangkan kembali secara utuh dan menyeluruh. Selain itu keberadaan Kampung Budaya Sindang Barang merupakan media untuk berbagai acara kebudayaan etnis sunda, seperti acara Upacara Seren Taun. Saat ini KBSB sedang dikembangkan sebagai objek wisata budaya, hal ini akan memberikan dampak terhadap kondisi Desa Pasireurih dan KBSB.

16 2 Persepsi seseorang terhadap suatu lingkungan akan mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap lingkungan tersebut. Untuk itu, perlu diketahui persepsi dan sikap masyarakat terhadap kondisi KBSB, khususnya pada aspek ekologis, sosial dan spiritual. Persepsi/pendapat masyarakat tentang kondisi KBSB menunjukkan kondisi lingkungan dan tingkat keberlanjutannya. Hal ini dapat menjadi masukan untuk pengelola atau kokolot untuk meningkatkan apresiasi KBSB sebagai kampung budaya agar tetap baik secara berkelanjutan. 1.2 Tujuan Tujuan dari studi ini adalah mempelajari persepsi masyarakat dan menganalisis tingkat keberlanjutan lanskap berdasarkan pendekatan konsep ecovillage (desa berkelanjutan) yang meliputi aspek ekologis, sosial dan spiritual sebagai masukan dalam upaya pelestarian KBSB sebagai desa berkelanjutan. 1.3 Manfaat Dengan studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : - Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat dalam merencanakan dan mengembangkan potensi wilayah khususnya KBSB. - Bahan referensi bagi pemanfaatan dan pengembangan kawasan KBSB. - Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berbagai alternatif sumber ekonomi dari pemanfaatan lahan perkampungan dan sumberdaya lokal. - Mengurangi dan mencegah dampak negatif dari pemanfaatan sumberdaya alam dalam bentuk pertanian dalam kawasan KBSB.

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi Menurut Sadli (1976) persepsi adalah suatu proses yang aktif dan memegang peranan bukan hanya stimulus/perangsang yang mengenainya, tetapi sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalaman, motivasinya dan sikap terhadap stimulus tersebut. Persepsi merupakan proses yang terjadi akibat rangsangan terhadap panca indera, terutama yaitu indera penglihatan. Porteous (1977) berpendapat bahwa persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri setiap individu dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indera. Faktor-faktor internal tersebut antara lain: 1. umur dan jenis kelamin, 2. latar belakng, 3. pendidikan, 4. pekerjaan dan pendapatan, 5. asal dan status penduduk, 6. tempat tinggal, 7. status ekonomi, 8. waktu luang, 9. fisik dan intelektual. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial. Faktor internal akan dikombinasikan dengan faktor eksternal yang kemudian menjadi respon dalam bentuk tindakan. Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley dalam Sadli (1976) adalah : 1. faktor dari objek stimulus yang terdiri dari nilai, arti, familaritas dan intensitas; 2. faktor pribadi, termasuk didalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, latar belakang cultural, minat, dan emosionalitasnya; 3. faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain dapat memberi arah ke suatu tingkah laku yang sesuai.

18 Desa, Kampung Menurut Harsojo dalam Koentjoroningrat (1979), Desa merupakan suatu kesatuan administratif terkecil yang menempati tingkat paling bawah dalam susunan pemerintah nasional. Disamping itu desa juga dapat dipandang sebagai kesatuan hidup yang kecil sifatnya di suatu wilayah tertentu. Sifat kecilnya itu menyebabkan adanya suatu rangkaian sifat-sifat yang khas. Menurut Kamardi (2003), desa adalah satu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki tatanan hukum dan asal-usul yang jelas tidak dapat diatur terlalu jauh oleh pemerintah kabupaten dan pusat, tetapi cukup dengan pengakuan keberadaannya yang berasaskan pada demokrasi, partisipasi, transportasi, akuntabilitas dan menghargai keberagaman. Yudohusodo S, et al. (1991) menjelaskan pengertian desa atau perdesaan pada hakekatnya dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Dari sudut pandang pengalaman praktis, pengertian desa menggambarkan suatu kesatuan komunitas atau masyarakat yang tertentu dalam suatu lokasi pemukiman yang nyata dengan batasan administratif yang jelas. Sedangkan pengertian perdesaan (rural) menggambarkan suatu kesatuan komunitas atau masyarakat, yang bermukim dalam suatu kawasan ruang geografis yang tidak harus mengikuti batasan administratif dan yang pada umumnya menonjol dalam ciri-ciri kehidupan untuk bertani serta berkebun, yang bersifat agraris. Keadaan desa dan perdesaan mempunyai ciri yang beraneka ragam, baik ditinjau dari sudut lokasi geografisnya maupun dari segi etnologis dan sosial budayanya, ataupun jenis mata pencaharian dan lain sebagainya. Disamping itu, di beberapa daerah yang sudah berkembang keadaan sosial budayanya, tata nilai kehidupan desa yang sudah dinamis dan kreatif, ada desa-desa yang penduduknya di samping bertani dan berladang, mengusahakan peternakan, perikanan, industri kerajinan untuk cinderamata, industri bahan bangunan, industri logam atau perabot kayu dan sebagainya sehingga keadaan sosial ekonomi di desa bersangkutan telah dapat meningkat. Karena pengaruh dinamika kota, ada pula desa-desa yang transformasinya menuju modernisasi lebih cepat dibanding dengan desa-desa lainnya.

19 5 Kampung adalah suatu kesatuan lingkungan tempat tinggal, biasanya dihuni oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari kesatuan keluarga-keluarga. Kesatuan sejumlah kampung disebut desa (Suhandi, 1994 dalam Ningrat, 2004). Menurut Marbun (1994) dalam Adriana (1999), model perkampungan dari desadesa yang masih asli, desa memiliki fungsi yang lengkap sebagai satu unit permukiman juga telah ditata dengan sarana fungsional dalam skala yang sederhana. Ada barisan perumahan, rumah upacara, lumbung, permodelan pemuda, tapian (tempat mengambil air minum dan mandi), tempat berternak, peladangan, tempat berburu, kuburan dan jalan setapak, pada desa terdapat bentuk kebudayaan yang khas, diantaranya mencakup tradisi, keyakinan, kebiasaan cara hidup, seni kerajinan tangan dan lembaga sosial Lanskap Budaya Menurut Koentjoroningrat (1990) dalam Iskandar (2001), culture (kebudayaan) diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Unsur atau muatan-muatan yang dapat dipelajari dalam kebudayaan itu terdapat tujuh unsur universal atau biasa didapatkan dalam semua kebudayaan dari semua bangsa dimanapun di dunia ini, ketujuh unsur tersebut adalah (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi dan (7) kesenian. Lanskap budaya (cultural landscape) merupakan segala sesuatu yang berada di ruangan luar yang dekat dapat dilihat. Berdasarkan definisi ini, lingkungan lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau diubah oleh manusia (Lewis dalam Melnick, 1983). Lanskap budaya menurut Sauers dalam Tishler (1982) adalah suatu kawasan geografis yang menampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, budaya berperan sebagai agen, kawasan alami sebagai medium dari lanskap budaya sebagai hasilnya. Jika kita kehilangan lanskap yang menggambarkan tentang budaya dan tradisi kita, maka kita akan kehilangan bagian penting dari diri kita sendiri sendiri dan akar kita pada masa lalu. Sebagai

20 6 arsitek lanskap merupakan tanggung jawab professional untuk menentukan lingkungan khusus ini; setelah diidentifikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu lambang atau simbol warisan sejarah manusia di dunia. Lanskap budaya merupakan suatu area geografis yang terdapat budaya dan sumber daya alami yang berhubungan dengan peristiwa sejarah, aktivitas, seseorang atau kelompok orang. Lanskap budaya dapat terdiri dari ribuan acre tanah perdesaan hingga pekarangan dengan luasan yang kecil. Ekspresi buatan manusia dari visual dan hubungan spasial meliputi tanah yang luas, tanah perkebunan, taman dan taman umum, perguruan tinggi, pemakaman, jalan raya yang indah, dan tapak industri. Lanskap budaya bekerja dengan seni, teks dan cerita tentang budaya, serta ekspresi dari identitas regional. Mereka juga bertahan dalam hubungan dengan konteks lingkungannya (The Cultural Landscape Foundation, 2008). Lanskap budaya merupakan harta pusaka bagi semua orang, manfaat dari kegiatan preservasi lanskap budaya sangat besar, seperti bangunan sejarah, tempat spesial ini menunjukkan keaslian suatu bangsa dan pengembangannya. Melalui bentuknya, fitur, dan bagaimana bangunan tersebut digunakan, lanskap budaya menunjukkan banyak tentang susunan hubungan kita dengan kealamian dunia. Lanskap budaya memberikan suatu yang indah, ekonomi, lingkungan, sosial, rekreasi, dan kesempatan belajar yang membantu perseorangan, komuniti, dan bangsa untuk lebih memahami kebudayaannya (The Cultural Landscape Foundation, 2008) Keberlanjutan Lanskap Keberlanjutan (sustainability) lanskap merupakan lanskap yang mendukung kualitas lingkungan dan konservasi sumberdaya alam (Rodie dan Strich, 2000). Menanggapi hal tersebut tidak sedikit pihak yang pesimis untuk memahami dan memvisualisasikan lanskap berkelanjutan tersebut. Salah satu bentuk lanskap yang berkelanjutan yang sering digunakan untuk digambarkan antara lain lanskap kering, lanskap asli dan lanskap ramah lingkungan.

21 7 Secara umum pengelolaan lanskap yang berkelanjutam bertujuan untuk mengurangi input dan output yang tidak dibutuhkan dalam melindungi sumber daya alam (Kendle et al, 2000). Spesifikasi tujuan yang dimaksud adalah (i) penghematan penggunaan energi dan penyediaan sumber energi yang dapat diperbaharui, (ii) penurunan limbah cair, pemilihan tanaman yang sesuai dengan kondisi hidrologis setempat, serta pengumpulan dan penggunaan kembali air limbah, (iii) meminimalisasi penggunaan pestisida dan pupuk buatan, (iv) menghindari pemadatan tanah dan mendaur ulang limbah organik dalam tanah. Keberlanjutan suatu lanskap dapat didukung dengan adanya keberlanjutan sosial. Struktur sosial yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi bentukan lanskap melalui perencanaan, perancangan dan pengelolaan, baik saat ini maupun masa mendatang. Kondisi dan susunan masyarakat sangat mempengaruhi karakter lanskap terutama dalam perubahannya. Cara pengambilan keputusan dalam perubahan tersebut menjadi penting, karena terdapat perbedaan cara pandang mengenai lanskap antara individu, institusi dan masyarakat lokal. Kehidupan sosial, kepercayaan masyarakat dan nilai-nilai dasar yang dimiliki masyarakat juga memiliki pengaruh besar dalam membentuk kembali suatu lanskap (Roe, 2000). Saat ini perhatian mengenai nilai norma-norma susila dan spiritual menjadi pertimbangan dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan. Ukuran nyata dalam memanfaatkan seluruh kegiatan perekonomian agar menjadi berarti di dalam informasi teknologi, biologi, dan bioteknologi, dapat terlihat dari implikasi sosial, spiritual serta norma-norma. Kepedulian terhadap norma dan nilai spiritual dapat terlihat dari budaya, hak asasi manusia, dan perlindungan pengetahuan lokal (International Environment Forum, 2001). Norma mengenai lingkungan dapat diartikan sebagai bagaimana manusia seharusnya bersikap terhadap sumberdaya alam. Krisis lingkungan yang dihadapi manusia sangatlah kompleks terkait dengan ekonomi, faktor sosial budaya, serta persepsi. Akar dari meluasnya kemiskinan dan degradasi lingkungan berhubungan dengan perwujudan kepercayaan dan pola produksi dan konsumsi yang tidak berlanjut (International Environment Forum, 2001).

22 Desa Berkelanjutan (Ecovillage) Ecovillage mengandung pengertian sebagai ekosistem dimana masyarakat perdesaan atau kota yang ada dapat mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan cara hidup berdampak rendah. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, mereka mengintegrasikan berbagai aspek desain ekologis, permakultur, bangunan ekologis, produksi hijau, energi alternatif, bangunan masyarakat, dan sebagainya (GEN, 2009). Prinsip ecovillage tersebut dapat diaplikasikan di perkotaan maupun perdesaan untuk pengembangan dan pengelolaan serta solusi kebutuhan manusia, dan pada saat yang sama dapat memberikan perlindungan kepada lingkungan dan peningkatan kualitas hidup untuk semua pihak (Capra, 2003). Konsep ecovillage mengarah pada keberlanjutan dengan memprioritaskan pada produksi makanan organik lokal, pembangunan ekologis, sistem energi yang dapat diperbaharui, koperasi, ekonomi sosial, proses pengambilan keputusan, keanekaragaman spriritual dan budaya, pelayanan kesehatan holistik yang terintegrasi, jaringan global, dan pendidikan yang berlaku untuk semua warga. Ecovillage diwujudkan dalam berbagai bentuk cara hidup yang dirasakan pada pemahaman bahwa makhluk hidup dan segala sesuatu disekitarnya adalah saling berhubungan. Ecovillage dibangun oleh tiga prinsip dasar, yaitu ekologi, sosial dan spiritual (Svensson, 2000). Ketiga aspek ecovillage dijelaskan GEN 92005) sebagai berikut : Aspek ekologi mengandung pengertian: 1. Menumbuhkan makanan sebanyak mungkin dalam wilayah sendiri 2. Mendukung produksi makanan organik 3. Menciptakan rumah dengan materi adaptif dengan kondisi lokal 4. Menggunakan sistem integrasi energi yang dapat diperbaharui. 5. Melindungi keragaman hayati 6. Mengembangkan prinisp bisnis ekologis 7. Menilai siklus semua produk yang digunakan dalam ecovillage dari sudut pandang sosial maupun spiritual sebaik sudut pandang ekologis 8. Memelihara kebersihan tanah, air dan udara melalui pengolahan limbah dan penggunaan energi yang sesuai 9. Melindungi alam dan daerah hutan belantara yang dilindungi

23 9 Aspek sosial mengandung pengertian: 1. Saling mengenali dan berhubungan satu sama lain 2. Berbagi sumberdaya bersama dan saling membantu 3. Menekankan pada kegiatan pencegahan kesehatan secara menyeluruh 4. Menyediakan makanan dan minuman bergizi dan pekerjaan bermanfaat bagi semua anggota masyarakat 5. Menyatukan kelompok marginal 6. Promosi pendidikan tanpa henti menganjurkan persatuan dan menghargai perbedaan 7. Menganjurkan persatuan dan menghargai perbedaan 8. Mengembangkan ekspresi budaya Aspek spiritual mengandung pengertian: 1. Kreativitas, ungkapan artistik, aktivitas budaya, upacara agama dan perayaan bersama 2. Perasaan bersatu dan saling mendukung 3. Rasa hormat dan dukungan untuk kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara 4. Persetujuan dan visi bersama yang menyatakan komitmen, warisan/pusaka budaya dan keunikan dari tiap masyarakat 5. Fleksibilitas dan kemampuan bereaksi dalam mengahadapi berbagai kesulitan yang muncul 6. Pemahaman terhadap hubungan dan saling ketergantungan dari semua unsur-unsur hidup di atas bumi 7. Terciptanya dunia yang damai, saling mencintai dan lestari.

24 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di dua kampung, yaitu Kampung Sindang Barang (meliputi RW 03, RW 04, RW 05) dan Dukuh Menteng (termasuk Kampung Budaya Sindang Barang), Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (Gambar 1). Studi berlangsung selama enam bulan, dimulai pada bulan Mei 2009 sampai dengan Oktober 2009, meliputi survei lapang untuk pengamatan kondisi tapak dan penyebaran kuesioner pada bulan Mei sampai dengan Juli kemudian dilanjutkan dengan analisis, pengolahan data, dan penyusunan laporan hingga bulan Oktober. Gambar 1. Peta Administratif Desa Pasireurih 3.2 Metode Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Penentuan lokasi dan responden berdasarkan keterkaitan dengan lanskap KBSB. Dipilih dua kampung yaitu Kampung Sindang Barang dan Dukuh

25 11 Menteng (termasuk KBSB) yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan upacara/ritual yang diselenggarakan di KBSB. 2. Pengumpulan data, berupa penilaian masyarakat terhadap lingkungannya melalui wawancara (indeep interview) dengan responden kelompok masyarakat dan menggunakan kuesioner metode Community Sustainability Assesment (CSA) yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Nurlaelih (2005). Pertanyaan dalam kuesioner CSA meliputi tiga aspek, yaitu ekologi, sosial dan spiritual. Untuk dapat menganalisis hubungan data persepsi dengan kondisi lanskap yang sesungguhnya, maka dilakukan pengumpulan data mengenai kondisi lanskap (biofisik, sosial-ekonomi, spiritual dan budaya). 3. Analisis data CSA dan dengan kondisi lanskap yang sesungguhnya dilakukan untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat terhadap tingkat keberlanjutan lingkungan/lanskap perkampungan deengan kondisi lanskap yang sesungguhnya, serta faktor-faktor yang menyebabkan persepsi tersebut. 4. Sintesis berupa usulan perbaikan terhadap lanskap KBSB untuk menuju keberlanjutan dalam kerangka konsep ecovillage. 3.3 Karakter Lanskap Perkampungan Karakter lanskap perkampungan yang menjadi tujuan penelitian meliputi karakter lanskap, karakter sosial, dan karakter spiritual. Untuk mengetahui karakter lanskap dilakukan pengamatan lapang dan studi literatur mengenai kondisi biofisik, sedangkan karakter sosial dan spiritual dilakukan dengan pengamatan lapang dan wawancara. Melalui karakter lanskap, karakter sosial dan karakter spiritual pada lokasi penelitian dapat diketahui karakter lanskap perkampungan KBSB. 3.4 Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) atau Community Sustainability Assesment (CSA) Kajian mengenai ecovillage didekati dengan metode Community Sustainability Assesment (CSA) yang dapat dijadikan salah satu cara mengevaluasi tingkat keberlanjutan suatu masyarakat dalam kerangka pikir ecovillage. Acuan dalam metode Community Sustainability Assesment (CSA) adalah berdasarkan

26 12 metode yang diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek ekologis, sosial dan spiritual. Pada penelitian ini, digunakan kuisioner CSA hasil terjemahan yang sudah digunakan dalam penelitian Aplikasi Konsep Desa Berkelanjutan (Ecovillage) dalam pengelolaan lanskap perkampungan tradisional (Nurlaelih, 2005). Parameter keberlanjutan yang digunakan untuk setiap aspek yaitu: a. Aspek ekologis, lingkungan kehidupan masyarakat seimbang jika: 1. Orang-orang sangat terikat kepada tempat dimana mereka tinggal/hidup. Batasan-batasannya, kekuatan, kelemahan dan irama adalah jelas dan manusia tinggal dalam sinkronisasi dan keselarasan di dalam sistem yang ekologis dimana mereka merupakan satu bagian yang utuh. 2. Kehidupan alami, proses dan sistemnya dihormati; margasatwa dan habitat tumbuhan dipelihara. 3. Gaya hidup manusia bersifat memperbaharui, bukannya mengurangi integritas lingkungan 4. Makanan terutama berasal dari lokal atau sumber-sumber wilayah alami, organik, bebas dari zat pencemar dan menyediakan gizi seimbang. 5. Struktur dirancang untuk memadukan dan melengkapi lingkungan alami, penggunaan alami, material dan sistem pembangunan wilayah dan ekologis (dapat diperbaharui dan tidak beracun) 6. Konservasi dipraktekkan dalam sistem metode dan transportasi, sistem transportasi. 7. Konsumsi dan pembuangan limbah minimal 8. Tersedia air bersih yang dapat diperbaharui, masyarakat menyadari, menghormati, melindungi dan memelihara sumber airnya. 9. Limbah manusia dan limbah cair digunakan dan/atau dibuang untuk manfaat lingkungan dan masyarakat. 10. Sumber energi tidak beracun dan dapat diperbaharui digunakan untuk panas dan kegiatan masyarakat. Teknologi inovatif tidak dieksploitasi dan dibiarkan, tetapi digunakan untuk kepentingan bersama. b. Aspek sosial, kehidupan sosial masyarakat seimbang jika:

27 13 Ada suatu perasaan terhadap perubahan dan stabilitas sosial dalam kehiduapan masyarakat; suatu pondasi bagi keselamatan dan kepercayaan yang memungkinkan individu untuk secara bebas menyatakan diri mereka untuk kepentingan bersama 1. Tersedia ruang dan sistem untuk mendukung dan memaksimalkan komunikasi, hubungan dan produktivitas 2. Ada cukup kesempatan atau teknologi untuk komunikasi dalam masyarakat dan untuk menghubungkannya dengan masyarakat luas 3. Bakat, keterampilan dan sumberdaya lain diberikan secara bebas dalam masyarakat dan diberikan ke luar masyarakat untuk melayani sebaik mungkin 4. Keanekaragaman dihormati sebagai sumber kesehatan, vitalitas dan kreativitas dalam lingkungan alami dan dalam hubungn masyarakat 5. Penerimaan, ketertutupan dan keterbukaan membantu perkembangan pemahaman terhadap keuntungan keanekaragaman, memperkaya pengalaman sosial dan lingkungan serta mempromosikan keadilan 6. Pertumbuhan pribadi, pembelajaran dan kreativitas dihargai dan dipelihara; peluang untuk mengajar dan belajar tersedia utuk semua kelompok umur melalui format bidang pendidikan bervariasi. 7. Kebebasan untuk menyembuhkan, memelihara atau meningkatkan kesehatan (fisik, mental, spiritual, dan emosional) tersedia dan bisa usahakan, mencakup kesehatan alternatif dan praktik penyembuhan alami seperti meditasi dan gerak badan. 8. Aliran sumber daya, memberi dan menerima dana, barang-barang dan jasa adalah seimbang untuk berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat. c. Aspek spiritual, kondisi spiritual masyarakat seimbang jika: 1. Kekuatan budaya dilestarikan melalui aktivitas artistik dan budaya lain serta perayaan-perayaan, filosofi/adat 2. Kreativitas dan seni dilihat sebagai suatu ungkapan kesatuan dan hubungan timbal balik dengan semesta alam, dan dilestarikan melalui berbagai format artistik, kehidupan seni, dan melalui pemeliharaan dan pertukaran nilai-nilai keindahan.

28 14 3. Menghargai waktu bersenang-senang 4. Rasa hormat dan dukungan untuk manifestasi kespiritualan yang ditunjukkan oleh berbagai cara 5. Tersedia peluang untuk mengembangkan diri 6. Perasaan gembira dan memiliki dikembangkan melalui upacara agama dan perayaan 7. Kualitas dan kebersamaan dalam hati masyarakat membentuk persatuan dan kesatuan dalam kehidupan mereka. Hal ini mungkin merupakan suatu persetujuan dan visi bersama yang menyatakan komitmen; kepercayaan budaya, nilai-nilai dan praktek yang menggambarkan dan menyatakan keunikan dari tiap masyarakat 8. Mempunyai kapasitas untuk fleksibilitas dan kemampuan dalam menghadapi berbagai kesulitan yang muncul 9. Baik kota, pinggiran kota ataupun perdesaan, dikembangkan atau tidak, tumbuh pemahaman saling berhubungan dan saling ketergantungan dari semua unsur-unsur hidup di atas bumi 10. Masyarakat dengan sadar memilih dan berperan untuk menciptakan dunia yang penuh kasih. Kuesioner yang menjadi informasi penting diisi dengan cara wawancara kelompok masyarakat kampung yang dianggap mengetahui dan memahami kondisi masyarakatnya. Adapun proses wawancara dilakukan dengan mengundang kelompok masyarakat di rumah ketua RW atau di Balai Desa Pasireurih. Penentuan kelompok masyarakat dilakukan berdasarkan posisinya di dalam masyarakat, lama tinggal di daerah tersebut, maupun pengalamannya dalam bermasyarakat. Kuesioner CSA berisikan beragam pertanyaan, dimana setiap jawaban pertanyaan telah ditetapkan nilainya/score. Penilaian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1) penjumlahan score tingkat komponen aspek, 2) penjumlahan score tingkat aspek, dan 3) penjumlahan score total ketiga aspek. Pada setiap tingkat, nilai dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: Rendah : menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai kondisi yang mengarah kepada keberlanjutan

29 15 Sedang : menunjukkan suatu kondisi awal yang baik untuk mengarah kepada kondisi keberlanjutan Tinggi : menunjukkan tingkat kondisi yang baik/sempurna dalam sistem keberlanjutan. Kriteria penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Penilaian dalam PKM/CSA Parameter Bobot Aspek Ekologis * 1. Perasaan terhadap tempat * 2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan * 3. infrastruktur, bangunan dan transportasi * 4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat * 5. Air-sumber, mutu, dan pola penggunaan * 6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air * 7. Sumber dan penggunaan energi * Total nilai aspek ekologis ** Aspek Sosial 1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan; ruang bersama * 2. Komunikasi, aliran gagasan dan informasi * 3. Jaringan pencapaian dan jasa * 4. Keberlanjutan sosial * 5. Pendidikan * 6. Pelayanan kesehatan * 7. Keberlanjutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat * Total nilai aspek sosial ** Aspek Spiritual 1. Keberlanjutan budaya * 2. Seni dan kesenangan * 3. Keberlanjutan spiritual * 4. Keterikakatan masyarakat * 5. Gaya pegas masyarakat * 6. Holographic baru, pandangan dunia * 7. Perdamaian dan kesadaran global * Total nilai aspek spiritual ** Total nilai keseluruhan ***

30 16 Ket : 1). pembobotan variabel/parameter dalam satu aspek * 50+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-24 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 2). Pembobotan pada satu aspek ** 333+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 3). Pembobotan gabungan dari ketiga aspek *** 999+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan

31 IV. HASIL 4.1 Karakter Lanskap Perkampungan Identifikasi karakter tapak diperlukan dalam upaya untuk mengetahui kondisi fisik dan sosial budaya yang terjadi saat ini. Selain untuk informasi kondisi existing, identifikasi tapak juga diperlukan untuk menganalisis relevansi tingkat keberlanjutan masyarakat yang menempati tapak. Dalam penelitian ini, karakter lanskap perkampungan yang dikaji meliputi karakter lanskap, karakter sosial, dan karakter spiritual. Melalui karakter lanskap pada ketiga lokasi penelitian dapat diketahui karakter lanskap perkampungan Desa Pasireurih saat ini Karakter Lanskap 1. Letak Geografis Desa Pasireurih terletak pada lintang LS dan BT dengan ketinggian mdpl dan luas wilayah 316 Ha. Pada bagian utara Desa Pasireurih berbatasan dengan Desa Parakan, Desa Sirnagalih pada bagian timur, Desa Tamansari pada bagian selatan, dan berbatasan dengan Desa Sukaresmi pada bagian barat (Gambar 2). Berjarak lima km dari kota Bogor atau 60 km dari kota Jakarta. (sumber: Peta Rupa Bumi Digital, Bakosurtanal) Gambar 2. Peta lokasi Desa Pasireurih

32 18 2. Iklim Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai wilayah II stasiun Kelas I Darmaga Bogor ( ), kawasan studi termasuk beriklim tropik dengan jumlah curah hujan rata-rata tahunan mm/th atau 323 mm/bln dengan jumlah hari hujan 284 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 539 mm/bln dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 165 mm/bln. Kelembapan udara rata-rata 84%, intensitas penyinaran rata-rata sekitar 65,1% dan kecepatan angin rata-rata 2,3 km/jam. Suhu harian rata-rata 20º-30ºC dengan rata-rata tahunan 29ºC. Desa Pasireurih termasuk daerah yang beriklim tropis dengan ciri suhu relatif tinggi dan konstan. Lokasi penelitian berada di daerah dataran rendah dengan ketinggian mdpl. Lakitan (1994) berpendapat, kenaikan ketinggian 100 m suhu akan turun dengan kisaran 0,6 C. Di Desa Pasireurih masih memiliki daerah tegakan pohon, baik di kebun-kebun maupun di leuweung tutupan (hutan keramat) yang berada di kawasan lebih tinggi dapat memberikan kesejukan pada permukiman yang berada di bawahnya. Selain ketinggian, bentukan lahan dan vegetasi yang ada juga mempengaruhi iklim (Hill, 1995). Desa Pasireurih terletak pada ketinggian mdpl memiliki suhu ratarata 20º-30ºC dengan rata-rata tahunan 29ºC. Simonds (1983) menjelaskan bahwa selain letak geografis, ketinggian tempat, keterbukaan terhadap sinar matahari dan keberadaan air, vegetasi juga sangat berperan dalam mempengaruhi iklim kawasan. Berdasarkan data stasiun Klimatologi Klas I Darmaga 2008, desa Pasireurih memiliki curah hujan rata-rata mm/tahun. Curah hujan yang relatif tinggi pada lokasi penelitian cukup menjamin ketersediaan air sepanjang tahun sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah pertanian. Curah hujan yang tinggi juga dapat menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Pemanfaatan lahan pertanian berupa sawah di lokasi penelitian yang mengikuti pola kontur dapat menahan limpasan air yang berlebih, terutama saat musim hujan.

33 19 3. Tanah dan Topografi Kawasan Kampung Budaya Sindang Barang yang berada dalam wilayah Desa Pasireurih memiliki karakter tanah yang tergolong ke dalam jenis regosol (80%), latosol (15%), dan lainnya (5%). Menurut klasifikasi tanah Throp dan Smith, tanah regosol termasuk ke dalam golongan azonal dimana tanah azonal tidak ditentukan oleh faktor iklim atau salah satu proses pembentukan tanah, tetapi oleh sifat bahan induk (BI). Tanah regosol merupakan tanah sangat muda dan duduk di atas endapan material yang dalam, lunak, bercerai-berai dan tidak berbatu. Regosol biasa dijumpai di bukit pasir, lava dan daerah hasil letusan gunung berapi. Tanah regosol masih satu golongan dengan tanah aluvial yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi bila digunakan sebagai lahan pertanian. Jenis tanah regosol dengan bahan induk abu volkan dan bahan sedimen merupakan jenis tanah yang berada di daerah pegunungan. Regosol menempati horizon A hingga horizon C dengan warna tanah kelabu kekuningan. Tekstur dari regosol adalah pasir berdebu (>60%). Kandungan bahan organiknya rendah sehingga kemampuan tanah dalam menjerap air rendah dan peka terhadap erosi. Untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi demikian maka dibutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan erosi, yaitu dengan melakukan penanaman dengan tipe perakaran tanaman yang luas dan dalam. Jenis tanah latosol merupakan tanah yang banyak terdapat di daerah beriklim sedang-panas, curah hujan >2000 mm/th. Latosol banyak terdapat di daerah tropis dengan ketinggian mdpl. Dan vegetasi utama adalah hutan hujan tropis lebat. Dibandingkan dengan jenis tanah yang lain di Indonesia, tanah latosol tergolong ke dalam tanah yang subur. Tanah latosol menurut Kellog (1949) dalam Soepardi (1983) memiliki sifatsifat yang dapat dengan mudah ditemukan, diantaranya adalah warna dari tanah latosol yang dominan merah atau kuning dan terbentuknya keadaan granular. Keadaan tersebut merangsang drainase dalam tanah yang sangat baik. Selanjutnya liat-hidroksida yang dimiliki oleh latosol yang tidak mempunyai sifat plastisitas dan kohesi yang menjadi ciri liat silikat daerah sedang. Hal tersebut memungkinkan pengolahan tanah latosol segera setelah hujan lebat tanpa

34 20 menyebabkan keadaan fisik tanah yang tidak baik. Dalam kata lain latosol dapat digunakan untuk pertanian meskipun dibawah tekanan curah hujan yang tinggi yang justru berdampak buruk bagi tanah jenis lainnya. Keberadaan tanah latosol yang terdapat pada sebagian besar Desa Pasireurih menjadikan wilayah tersebut mempunyai produksi pertanian yang baik. Karena kesuburannya, banyak dari masyarakat yang memanfaatkan lahannya untuk bercocok tanam terutama padi dengan sistem sawah irigasi, palawija dan kebun campuran. Padi merupakan komoditi utama Desa Pasireurih dan digunakan dalam upacara Seren Taun (sedekah Bumi) yang biasa dilakukan pada 1 Muharram. Usaha tani yang terdapat di Desa Pasireurih pada umumnya merupakan usaha tani konvensional yang menggunakan input dari luar cukup besar (seperti penggunaan pupuk kimia, pestisida kimia dan mengeksploitasi penggunaan sumber daya lahan). Dengan menurunnya hasil panen dan harga input yang mahal, sebagian petani kemudian beralih ke dalam usaha pertanian organik. Dengan digalakkannya sistem pertanian organik menjadikan Desa Pasireurih sebagai daerah percontohan pertanian padi organik di Kabupaten Bogor dengan hasil produksi yang baik. Hal ini juga tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat setempat kepada Sanghyang Ambu Sri Rumbiyang Jati atau yang lebih dikenal dengan Dewi Sri sebagai pemberi kesuburan dan hasil yang baik, juga kepada Sanghyang Ayah Kuwera Guru Bumi atau Batara Patanjala sebagai pemberi kesuburan dan kesejahteraan mempengaruhi cara mereka bertani. Menurut klasifikasi kesesuaian lahan yang dibuat oleh Jawatan Pengawetan Tanah dan Air Amerika /(USDA) (Klingebiel dan Montgomery, 1961) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) tanah di kawasan Desa Pasireurih tergolong ke dalam kesesuaian lahan kelas I dan II. Tanah yang tergolong dalam kesesuaian kelas II mempunyai hambatan sedikit yang dapat membatasi pemanfaatannya. Tanah yang tergolong kelas I berdrainase baik, dan permukaannya hampir datar (0%-3%). Luas lahan yang termasuk ke dalam golongan kelas I di wilayah Desa Pasireurih kurang lebih 30% dari total keseluruhan lahan. Lahan tersebut banyak digunakan pertanian sawah dengan menggunakan sistem irigasi terbuka.

35 21 Lahan yang tergolong kelas II menjadi lahan yang mendominasi kawasan Desa Pasireurih, dengan karakter (a) lereng berombak, (b) bahaya erosi sedang, (c) kedalaman tanah kurang, (d) struktur dan daya olah tanah yang sedikit kurang sempurna, (e) keadaan sedikit alkalin atau salin dan (f) drainase sedikit terbatas. Menurut Arsyad (1979) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), dengan kondisi topografi yang sebagian besar datar sampai berombak dengan tingkat kemiringan 0%-8% sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Dalam hal ini terbukti dengan pemanfaatan lahan yang sebagian besar dijadikan lahan pertanian (sawah dan ladang) dengan komoditi yang diusahakan sama dengan komoditi lahan kelas I. Selain itu di beberapa titik terdapat lahan dengan tingkat kemiringan 8%- 15% yang dijadikan sebagai hutan keramat oleh masyarakat setempat. Pemanfaatan lahan tersebut sangat sesuai sebagai upaya konservasi lahan dimana lahan dengan kemiringan >8% tidak sesuai untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian maupun konstruksi dan harus tetap dipertahankan sebagai hutan atau secara hati-hati dapat digunakan untuk aktivitas yang terbatas. Topografi merupakan bentuk tiga dimensi dari permukaan bumi. Topografi dapat mempengaruhi penggunaan lahan. Selain itu topografi memiliki hubungan langsung dengan berbagai elemen yang ada di lingkungan sekitar dan menimbulkan berbagai efek, seperti karakter suatu kawasan, pemandangan, drainase, iklim mikro, serta penggunaan lahan (Booth, 1983). 4. Hidrologi Kawasan Desa Pasireurih merupakan daerah dengan sumber daya air yang melimpah. Hal ini dikarenakan posisi dari Desa Pasireurih yang berada di kaki Gunung Salak, sehingga memiliki beberapa bentuk badan air, baik alami maupun buatan. Badan air alami yang ditemukan pada Desa Pasireurih yaitu berupa sungai dan sumber mata air, sedangkan badan air buatan yaitu berupa kolam. Beberapa bentuk badan air alami berupa sungai yang ada yaitu sungai Ciapus, sungai Cipamali, dan sungai Cinadita. Bentuk badan air alami berupa sumber mata air ada banyak, yang sudah dipelihara yaitu mata air Cimajakin, Cieja, Jalatunda, Cinyusu, dan Cimalipah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi Menurut Sadli (1976) persepsi adalah suatu proses yang aktif dan memegang peranan bukan hanya stimulus/perangsang yang mengenainya, tetapi sebagai keseluruhan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administratif Desa Pasireurih

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administratif Desa Pasireurih III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di dua kampung, yaitu Kampung Sindang Barang (meliputi RW 03, RW 04, RW 05) dan Dukuh Menteng (termasuk Kampung Budaya Sindang Barang),

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR

EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, pengendalian iklim mikro, habitat kehidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN 5.1 Keberlanjutan Lanskap dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aspek Ekologis

V. PEMBAHASAN 5.1 Keberlanjutan Lanskap dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aspek Ekologis V. PEMBAHASAN 5.1 Keberlanjutan Lanskap dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian keberlanjutan masyarakat pada lokasi penelitian berdasarkan aspek ekologis, sosial dan spiritual menunjukkan suatu

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. HASIL. (sumber: Peta Rupa Bumi Digital, Bakosurtanal) Gambar 2. Peta lokasi Desa Pasireurih

IV. HASIL. (sumber: Peta Rupa Bumi Digital, Bakosurtanal) Gambar 2. Peta lokasi Desa Pasireurih IV. HASIL 4.1 Karakter Lanskap Perkampungan Identifikasi karakter tapak diperlukan dalam upaya untuk mengetahui kondisi fisik dan sosial budaya yang terjadi saat ini. Selain untuk informasi kondisi existing,

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menyusun sebuah strategimanajemen yang berkelanjutan di wilayah perkotaan mandiri harus mengerti unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya. Untuk lebih memahaminya, unsur-unsur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA. Lis Noer Aini

MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA. Lis Noer Aini MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA Lis Noer Aini Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Arsitektur

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F14101089 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FANNY

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci