FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KADAR ASAM URAT (GOUT) PADA LAKI-LAKI DEWASA DI RT 04 RW 03 SIMOMULYO BARU SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KADAR ASAM URAT (GOUT) PADA LAKI-LAKI DEWASA DI RT 04 RW 03 SIMOMULYO BARU SURABAYA"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KADAR ASAM URAT (GOUT) PADA LAKI-LAKI DEWASA DI RT 04 RW 03 SIMOMULYO BARU SURABAYA ABSTRAK Setyo Tri Wardhani Astuti* ; Hendro Djoko Tjahjono** Jln. Cimanuk No. 20 Surabaya, Telp. (031) Asam urat merupakan hasil metabolisme purin. Kadar asam urat normal pria 3,0-7,0 mg/dl. Beberapa faktor yang memengaruhi adalah faktor genetik, diet tinggi purin, alkohol, obesitas, usia. Insiden gout sebesar 1-2% terutama pada pria. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru, Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga laki-laki dengan kadar asam urat > 7,0 mg/dl sejumlah 40 orang. Sampling dalam penelitian ini adalah Simple random sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner, kemudian dilakukan rekapitulasi data, setelah itu di konfirmasikan dalam bentuk tabel frekuensi dan uji bivariat menggunakan chi square dengan nilai p-value sebesar α >0,05. Hasil penelitian ini, faktor genetik dengan nilai p-value 0,018 < α = 0,05, faktor diet tinggi purin dengan nilai p-value 0,003 < α =0,05, faktor alkohol dengan nilai p-value 0,032 < α =0,05, faktor obesitas dengan nilai p-value 0,053 > α =0,05, faktor usia dengan nilai p-value 0,141 > α =0,05. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang dominan adalah faktor alkohol. Pengawasan dan pemberian informasi yang baik dapat meminimalkan warga untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Kata kunci:, Laki-Laki ABSTRACT Uric acid is the result of purine metabolism. Man normal uric acid levels ranges from 3.0 to 7.0 mg / dl. Some of the factors that influence are genetic factors, high-purine diet, alcohol, obesity, age. The incidence of gout is as much as 1-2%, especially in men. The purpose of this study was to identify factors that affect the levels of uric acid (gout) in adult males in RT 04 RW 03 Simomulyo Baru, Surabaya. The design of this research was "Correlation". The populations in this study were all male citizens with uric acid levels> 7.0 mg / dl total of 40 people. Samplings in this study were Simple random sampling. Data collection was done by using questionnaire, and then conducted a data summary, then confirmed in the form of frequency tables and bivariate tests using chi square with p- value of α> The results of this study, genetic factors with the p-value of <α = 0.05, highpurine diet factors with p-value of <α = 0.05, alcohol factor with the p-value of <α = 0.05, obesity factor with the p-value of 0.053> α = 0.05, the age factor with the p-value of 0.141> α = From the research it can be concluded that the dominant factor were the factor of alcohol. Monitoring and providing good information may minimize residents not to consume alcoholic beverages. Keywords: Uric Acid Levels, Men

2 Pendahuluan Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat (Andry, 2009). Penyakit gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi, insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita (Muttaqin, 2008). Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya artritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal. Insiden gout di Indonesia menduduki urutan kedua setelah osteoartritis (Dalimartha, 2008 dikutip dari penelitian Festy dkk). Prevalensi gout di Indonesia diperkirakan 1,6-13,6/ orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Tjokroprawiro, 2007). Prevalensi gout di Jawa Timur sebesar 17%, prevalensi gout di Surabaya sebesar 56,8% (Festy, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Simomuloyo Baru Surabaya, didapatkan laki-laki yang menderita gout di RT 04 sebanyak 4 orang. yang memengaruhi kadar asam urat digolongkan menjadi tiga: primer, faktor sekunder dan faktor predisposisi. Pada faktor primer dipengaruhi oleh faktor genetik. sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi asam urat. Pada faktor predisposisi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan iklim (Muttaqin, 2008). sekunder dapat berkembang dengan penyakit lain (obesitas, diabetes melitus, hipertensi, polisitemia, leukemia, mieloma, anemia sel sabit dan penyakit ginjal) (Kluwer, 2011). risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat, Vitahealth (2007) adalah genetik/riwayat keluarga, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan obatobatan tertentu (terutama diuretika). faktor tersebut di atas dapat meningkatkan kadar asam urat, jika terjadi peningkatan kadar asam urat serta di tandai linu pada sendi, terasa sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout termasuk penyakit yang dapat dikendalikan walaupun tidak dapat disembuhkan, namun kalau dibiarkan saja kondisi ini dapat berkembang menjadi artritis yang melumpuhkan (Charlish, 2009). Gout berpotensi menyebabkan infeksi ketika terjadi ruptur tofus, batu ginjal, hipertensi dan penyakit jantung lain (Kluwer, 2011). Penanganan pada penderita gout dibagi menjadi 2 yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk farmakologi menggunakan obat, seperti: NSAIDs, colchicine, corticosteroid, probenecid, allopurinol dan urocisuric (Helmi, 2012), sedangkan nonfarmakologi dengan membatasi asupan purin atau rendah purin, asupan energi sesuai dengan kebutuhan, mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, mengurangi konsumsi lemak, mengonsumsi banyak cairan, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi cukup vitamin dan mineral, mengonsumsi buah dan sayuran, dan olahraga ringan secara teratur (Ardhilla, 2013). Angka kejadian penyakit gout yang meningkat inilah yang menjadi alasan mengapa penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya, guna mencegah dan mengendalikan jumlah penderita gout serta meminimalkan komplikasi yang terjadi dari gout. Metode Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah korelasi. Variabel yang dihubungkan adalah variabel dependent dengan variabel independent, yaitu antara kadar asam urat (gout) dengan genetik, diit tinggi purin, obesitas, alkohol dan usia.

3 Berdasarkan waktu penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh warga laki-laki yang berusia tahun dengan kadar asam urat > 7,0 mg/dl di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru dengan jumlah 45 orang yang diambil secara probability sampling (simple random sampling). Penelitian dilakukan di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru bulan Maret tahun Instrument penelitian dengan kuesioner yang berisi 4 butir pertanyaan mengenai faktorfaktor yang memengaruhi kadar asam urat Tabe1 1. Distribusi responden berdasarkan usia di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Usia N % Tahun 10 25, Tahun 12 30, Tahun 18 45,0 Berdasarkan tabe1 diatas menunjukkan bahwa terbanyak 18 (45,0%) responden berusia tahun. Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan hasil kadar asam urat di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 N % Sedang 27 67,5 Tinggi 13 32,5 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 27 (67,5%) responden memiliki kadar asam urat sedang. Tabe1 5. Distribusi responden berdasarkan faktor alkohol di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Alkohol N % Tidak Minum 30 75,0 Minum 10 25,0 Berdasarakan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 30 (75,0%) responden tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. (gout) dan hasilnya akan di analisis univariat serta analisis bivariat. Hasil dan Pembahasan Penyajian hasil penelitian meliputi data umum dan data khusus. Data umum tentang karakteristik responden berdasarkan usia, dan kadar asam urat sedangkan data khusus yang disajikan tentang faktor genetik, diit tinggi purin, alkohol dan obesitas responden di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Tabe1 3. Distribusi responden berdasarkan faktor genetik di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Genetik N % Tidak Ada 23 57,5 Ada 17 42,5 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 23 (57,5%) responden tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita asam urat. Tabe1 4. Distribusi responden berdasarkan faktor diet tinggi purin di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Diet Tinggi Purin N % Tidak 12 30,0 Ya 28 70,0 Berdasarakan tabe1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 28 (70,0%) responden senang mengkonsumsi makanan yang mengandung purin. Tabe1 6 Distribusi responden berdasarkan faktor obesitas di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Obesitas N % < 30 Kg/m ,0 30 Kg/m2 6 15,0 Berdasarakan tabe1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas 34 (85,0%) responden mempunyai IMT < 30 Kg/m 2.

4 Tabel 7. Pengaruh faktor usia terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Sedang Tinggi Total X 2 p value Usia N % n % n % tahun 5 12,5 5 12, , tahun 7 17,5 5 12, , tahun 15 37,5 3 7, ,0 3,913 0,141 Berdasarkan diatas diketahui bahwa responden memiliki hasil kadar asam urat terbanyak responden berusia tahun sebesar 18 (45,0%) responden, 15 responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 3 tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X 2 sebesar 3,913 dengan nilai p-value sebesar 0,141 > α =0,05. Tabel 8. Pengaruh faktor genetik terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Sedang Tinggi Total X 2 p value Genetik n % n % N % Tidak Ada 19 47,5 4 10, ,5 Ada 8 20,0 9 22, ,5 Berdasarkan diatas diketahui bahwa sebagian besar 23 (57,5%) responden tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita asam urat, 19 (47,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 4 (10,0%) 5,631 0,018 responden diantaranya memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X 2 sebesar 5,631 dengan nilai p-value sebesar 0,018 < α =0,05. Tabel 9. Pengaruh faktor diet tinggi purin terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Diet Tinggi Sedang Tinggi Total X 2 p value Purin n % n % N % Tidak 4 10,0 8 20, ,0 Ya 23 57,5 5 12, ,0 Berdasarkan diatas diketahui bahwa sebagian besar 28 (70,0%) responden senang mengkonsumsi makanan mengandung purin, terdapat 23 (57,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 5 (12,5%) 9,122 0,003 responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X 2 sebesar 9,122 dengan nilai p-value sebesar 0,003 < α =0,05.

5 Tabel 10. Pengaruh faktor alkohol terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Sedang Tinggi Total X 2 p value Alkohol N % n % n % Tidak Minum 23 57,5 7 17, ,0 Minum 4 10,0 6 15, ,0 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar 30 (75,0%) responden tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, terdapat 23 (57,5%) responden yang memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 7 (17,5%) 4,596 0,032 responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X 2 sebesar 4,596 dengan nilai p-value sebesar 0,032 < α =0,05. Tabel 11. Pengaruh faktor obesitas terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya Maret 2014 Sedang Tinggi Total X 2 p value Obesitas N % n % n % < 30 Kg/m ,5 9 22, ,0 > 30 Kg/m2 2 5,0 4 10,0 6 15,0 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas 34 (85,0%) responden tidak obesitas, terdapat 25 (62,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 9 (22,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X 2 sebesar 3,756 dengan nilai p-value sebesar 0,053 > α =0,05. Berdasarkan uji bivariat pada table 7 didapatkan terbanyak 18 (45,0%) responden berusia tahun, 15 (37,5%) responden diantaranya memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 3 responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Diketahui enzim urikinase yang mengoksidasi asam urat menjadi alotonin yang mudah dibuang akan menurun seiring dengan bertambah tuanya umur seseorang. Jika pembentukan enzim ini terganggu maka kadar asam urat darah menjadi naik (Sustrani dkk, 1998 dalam penelitian Andry). Kuzuya dkk (2002) melakukan penelitian pada laki-laki dan wanita di Jepang nonhiperuricemia yang menerima pemeriksaan tahunan pada instansi kesehatan antara menemukan bahwa selang beberapa waktu serum asam urat mengalami kenaikan pada semua kelompok, tapi pada laki-laki yang 3,756 0,053 lahir belakangan (yang lebih muda) mempunyai kadar asam urat lebih tinggi dari pada laki-laki yang lebih tua. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa tidak selalu orang yang berusia lebih tua cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi. Kadar asam urat pada pria yang berusia 44 tahun asam urat serum rata-rata secara keseluruhan adalah sekitar 350 µmol/l, dan sedikit menurun antara usia 50 dan 70 tahun. Berdasarkan tabel 7 juga didapatkan hasil penelitian responden berusia tahun yang memiliki hasil kadar asam urat sedang berjumlah 15 orang, hal ini mungkin dikarenakan enzim urikinase masih berfungsi dengan baik, sehingga pembungan asam urat melalui ginjal tidak terganggu, selain itu responden di usia tahun telah mengetahui diet untuk penyakit asam urat dari berbagai media salah satunya dari media internet sehingga, responden dapat menjaga pola makan dengan baik dan kadar asam uratnya tidak meningkat. Berdasarkan hasil uji analisis bivariat menunjukan variabel usia terhadap kadar asam urat mempunyai nilai p- value = 0,141, maka tidak terdapat pengaruh faktor usia terhadap kadar asam urat (gout)

6 pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa terbanyak 17 (42,5%) responden yang memiliki riwayat keturunan, terdapat 8 (20,0%) responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 9 (22,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang dengan riwayat genetik/keturunan yang mempunyai hiperurisemia, mempunyai risiko 1-2 kali lipat di banding pada penderita yang tidak memiliki riwayat genetik/keturunan (Purwaningsih, 2009). Selain itu, Analisis The National Heart, Lung, and Blood Institute Family Studies menunjukkan hubungan antara faktor keturunan dengan asam urat sebanyak kirakira 40%. genetik dapat memengaruhi hasil kadar asam urat pada laki-laki, khususnya pada laki-laki yang hemizigot, bila laki-laki mempunyai hasil kadar asam urat yang tinggi sebelum usia 25 tahun maka perlu diperiksa enzim yang dapat menyebabkan peningkatan produksi asam urat tersebut, selain enzim yang perlu diperiksa terdapat juga adanya kelainan penurunan pengeluaran asam urat pada ginjal yang dapat diturunkan dalam suatu keluarga. Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai p-value sebesar 0,018 < α = 0,05, maka terdapat pengaruh faktor genetik terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar 28 (70,0%) responden yang senang mengkonsumsi makanan mengandung purin, terdapat 23 (57,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 5 (12,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Tjokroprawiro, (2007) Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat sangat erat kaitannya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi) (Utami, 2009). Ada beberapa jenis makanan yang diketahui kaya purin, antara lain baik daging sapi, babi, kambing, atau makanan dari laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur, dan kembang kol (Vitahealth, 2007). Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X 2 sebesar 9,122 dengan nilai p-value sebesar 0,003 < α = 0,05, maka terdapat pengaruh faktor diet tinggi purin terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Analisis bivariat menunjukan bahwa terbanyak 10 (25,0%) responden yang mengkonsumsi minuman beralkohol, terdapat 4 (10,0%) responden yang memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 6 (15,0%) responden memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Minuman yang mengandung alkohol seperti bir, tuak, tape dan lainnya dapat meningkatkan kadar asam urat khususnya pada laki-laki (Damayanti, 2013). Alkohol merupakan salah satu sumber purin, etanol dalam alkohol meningkatkan produksi asam urat dengan menyebabkan peningkatan omset nukleotida adenin. Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa sesudah injeksi etanol terjadi peningkatan produksi nukleotide dan asam urat melalui perubahan ATP dimana terjadi peningkatan degradasi adenosine triphospat menjadi adenosine monofosfat yang merupakan prekusor asam urat. Konversi alkohol menjadi asam laktat akan menurunkan ekskresi asam urat melalui mekanisme inhibisi kompetitif akskresi asam urat oleh tubulus proksimal karena penghambatan transportasi urat oleh laktat (Manampiring, 2011). Pada umumnya laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru senang mengkonsumsi minuman beralkohol, hal ini sering terlihat saat adanya sebuah acara seperti, acara nikahan dll, selain itu karena adanya kebiasaan senang mengkonsumsi minuman alkohol di masa lalunya. Hal ini yang menyebabkan kadar asam urat pada laki-laki di RT 04 RW 03 menjadi tinggi, meskipun responden hanya mengaku meminum alkohol sedikit, tetap saja dapat meningkatkan kadar asam urat, karena kandungan purin dan etanol dalam minuman alkohol yang tinggi Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X 2 sebesar 4,596 dengan nilai p-value sebesar 0,032 < α = 0,05, maka terdapat pengaruh faktor minuman alkohol terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa terbanyak 6 (15,0%) responden yang obesitas, terdapat 2 (5,0%) responden

7 memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 4 (10,0%) responden yang memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Kegemukan sering dihubungkan dengan kadar asam urat serum dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya pirai pada hiperurisemia asimtomatis. Hal ini dihubungkan dengan insiden hiperurisemia yang sesuai dengan beratnya kegemukan. Peningkatan massa tubuh dihubungkan dengan peningkatan produksi asam urat endogen (Manampiring, 2011). Obesitas tubuh bagian atas (obesitas abdominal) berhubungan lebih besar dengan intoleransi glukosa atau penyakit diabetes mellitus, hiperinsulinemia, hipertrigliseridemia, hipertensi, dan gout dibanding obesitas bawah. Tingginya kadar leptin pada orang yang mengalami obesitas dapat menyebabkan resistensi leptin. Leptin adalah asam amino yang disekresi oleh jaringan adiposa, yang berfungsi mengatur nafsu makan dan berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Jika resistensi leptin terjadi di ginjal, maka akan terjadi gangguan diuresis berupa retensi urin. Retensi urin inilah yang dapat menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat melalui urin, sehingga kadar asam urat dalam darah orang yang obesitas tinggi (Febby, 2013). Klasifikasi IMT (WHO, 2004), normal (18,50-24,99 kg/m²), pre obese (25,00-29,99 kg/m²), obese (> 30,00 kg/m²). Dalam penelitian yang dibuat oleh peneliti bahwa faktor obesitas tidak berpengaruh terhadap kadar asam urat pada laki-laki dewasa di Simomulyo Baru Surabaya, hal ini dikarenakan dari 40 responden yang diteliti hanya ada 6 responden yang obesitas, jumlah 6 tersebut tidak dapat diolah. Responden yang termasuk dalam pre obese berjumlah 11 orang, apabila jumlah tersebut di ujikan statistik mungkin faktor obesitas dalam penelitian ini dapat memengaruhi kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X 2 sebesar 3,756 dengan nilai p-value sebesar 0,053 > α =0,05, maka tidak terdapat pengaruh faktor obesitas terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya. Berdasarkan hasil uji bivariat tertinggi pada ketiga faktor yang memiliki nilai p-value < α =0,05 adalah faktor alkohol dengan nilai p- value sebesar 0,032 < α =0,05, maka dapat disimpulkan bahwa faktor dominan yang memengaruhi kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya adalah faktor alkohol. Peneliti mengetahui faktor dominan yang memengaruhi kadar asam urat dengan menggunakan uji bivariat, seharusnya untuk mengetahui faktor dominan harus menggunakan uji multivariat, tetapi peneliti tidak dapat menggunakan uji multivariat karena skala pada penelitian ini rata-rata adalah skala nominal. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Dari 5 faktor terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap kadar asam urat pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya yaitu faktor genetik, diit tinggi purin dan alkohol sedangkan 2 faktor yaitu usia dan obesitas tidak berpengaruh. Sedangkan dari 5 faktor, faktor alkohol merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap kadar asam urat. Saran bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih bermanfaat untuk mengetahui adanya hubungan antara tingginya hasil kadar asam urat dengan komplikasi yang dapat terjadi seperti, batu ginjal, hipertensi dan penyakit jantung lain, serta infeksi ketika terjadi ruptur tofus. Daftar Pustaka Muttaqin, Arif Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC. Kluwer, Wolters et al Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC. Tjokroprawiro, Askandar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press. Vitahealth Asam Urat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Damayanti, D Sembuh Total Diabetes Asam Urat Hipertensi Tanpa Obat. Yogyakarta: Pinang Merah Publisher.

8 Utami, Prapti dkk Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik. Jakarta: Agromedia Pustaka. Soegih, Rachmad et al Obesitas. Jakarta: Sagung Seto. Ellyza Nasrul, Sofitri Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas. 1 (2: 86-91) Andry, Saryono dan Arif Setyo Upoyo Analisis - Yang Mempengaruhi Pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nurshing). 4 (1: 26-31) Hidayat, Rudi Gout dan Hiperurisemia. Article Medicinus. 22 (2: 47-50) Diana et al Pengaruh Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap terhadap. CDK (6: ) Qazi,Yasir Hyperuricemia. Surabaya: overview#a0104. Diunduh tanggal 01 Oktober pukul Febby, Yuniko Hubungan Indeks Masa Tubuh dan Usia dengan Kadar Asam Urat pada Remaja Pra-Obese dan Obese di Purwokerto. Purwokerto: hubungan-indeks-masa-tubuh-dan-usiadengan-kadar-asam-urat-pada-remajapra-obese-dan-obese. Diunduh tanggal 01 Oktober pukul Manampiring dan Widdy Prevalensi Hiperurisemia pada Remaja Obese di Kota Tomohon. Manado: _Hiperurisemia_pada_Remaja_Obese_ Di_Kota_Tomohon.pdf. Diunduh tanggal 01 Oktober pukul Purwaningsih, Tinah Risiko Hiperurisemia. Semarang: H_PURWANINGSIH.pdf. Diunduh tanggal 01 Oktober pukul Lee YS et al Age-Dependent Change of Uric Acid Level in The Dermis Using Cutaneous Microdialysis. Korea: Diunduh tanggal 01 Oktober pukul Kuzuya Age and Uric Acid. Jepang:

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikebal sebagai gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI Sukarmin STIKES Muhammadiyah Kudus Email: maskarmin@yahoo.com Abstrak Di Indonesia, asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

Kata Kunci :Riwayat Keluarga, Konsumsi Alkohol, Kadar Asam Urat Darah

Kata Kunci :Riwayat Keluarga, Konsumsi Alkohol, Kadar Asam Urat Darah HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KELUARGA DAN KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA PASIEN YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Cindy Cicilia Bangunang*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan. Endapan kristal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme adenin dan guanin yang berasal dari pemecahan nukleotida purin. Asam urat ini dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proporsi dan jumlah lansia terus meningkat di semua negara. Saat ini, di seluruh dunia terdapat 380 juta orang yang berumur 65 tahun ke atas dan diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 5,7 mg/dl darah pada wanita (Soeroso dan Algristian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang PENDAHULUAN Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang menyerang penduduk indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Seseorang dapat di katakan hiperurisemia apabila kadar asam urat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Artritis gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendian yang dapat diakibatkan oleh gangguan metabolisme (peningkatan produksi) maupun gangguan ekskresi dari

Lebih terperinci

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI Manifestasi Asam Urat pada Lansia di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Jurnal Kota STIKES Kediri Selvia David Vol. Richard, 10, No.1, Karmiatun Juli 2017 MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu tatanan yang menghimpun upaya secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan

Lebih terperinci

PELATIHAN PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT DAN GULA DARAH PADA PENGURUS POKJA KESEHATAN GREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) JEMAAT JAMBANGAN SURABAYA

PELATIHAN PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT DAN GULA DARAH PADA PENGURUS POKJA KESEHATAN GREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) JEMAAT JAMBANGAN SURABAYA PELATIHAN PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT DAN GULA DARAH PADA PENGURUS POKJA KESEHATAN GREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) JEMAAT JAMBANGAN SURABAYA RINGKASAN Fitalia Dwi Christanty*, Muhammad Khusnaini**, Yeni

Lebih terperinci

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA TERHADAP PENCEGAHAN PENINGKATAN ASAM URAT DI POSKESDES DESA PARULOHAN KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 Adelima C R Simamora Jurusan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Serum asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin (Liu et al, 2014). Kadar serum asam urat dapat menjadi tinggi tergantung pada purin makanan, pemecahan purin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR Rizka Dwi Ariani 1), Sunardi 2), Rufaida Nur Fitriana 3) 1,2,3 Prodi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-30 November 2014 di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

PERUBAHAN KADAR ASAM URAT PADA PENGUNJUNG DI TAMAN WISATA, BLANG PADANG KOTA BANDA ACEH

PERUBAHAN KADAR ASAM URAT PADA PENGUNJUNG DI TAMAN WISATA, BLANG PADANG KOTA BANDA ACEH PERUBAHAN KADAR ASAM URAT PADA PENGUNJUNG DI TAMAN WISATA, BLANG PADANG KOTA BANDA ACEH Yudha Bintoro 1, Abdul Madjid 2 1,2) Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, email: yudhadokmol@gmail.com

Lebih terperinci

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Pipit Choirum Fitriyah, Farida Juanita, Arfian Mudayan.......ABSTRAK....... Artritis pirai merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI PURIN TERHADAP KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TASIK MEDIKA CITRATAMA TASIKMALAYA TAHUN 2014

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI PURIN TERHADAP KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TASIK MEDIKA CITRATAMA TASIKMALAYA TAHUN 2014 HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI PURIN TERHADAP KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TASIK MEDIKA CITRATAMA TASIKMALAYA TAHUN 2014 Oleh : Sonia Megawati Pamungkas, Siti Novianti, Lilik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

EDUKASI PENYAKIT HIPERTENSI, ASAM URAT DAN DIABETES PADA WARGA DUSUN NGEPUH LOR, DESA BANYUSIDI, PAKIS, MAGELANG, JAWA TENGAH

EDUKASI PENYAKIT HIPERTENSI, ASAM URAT DAN DIABETES PADA WARGA DUSUN NGEPUH LOR, DESA BANYUSIDI, PAKIS, MAGELANG, JAWA TENGAH Seri Pengabdian Masyarakat 2014 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 3 No. 3, September 2014 Halaman 146-150 EDUKASI PENYAKIT HIPERTENSI, ASAM URAT DAN DIABETES PADA WARGA DUSUN NGEPUH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.1 Obesitas Kadar lemak berlebih dalam tubuh akan disimpan pada jaringan ekstrahepatik atau jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida. Pada individu obesitas, kadar lemak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

KORELASI KADAR ASAM URAT DALAM DARAH DAN KRISTAL ASAM URAT DALAM URINE. Tadjuddin Naid, Ita Ayuningsih Mas ud, Kus Haryono

KORELASI KADAR ASAM URAT DALAM DARAH DAN KRISTAL ASAM URAT DALAM URINE. Tadjuddin Naid, Ita Ayuningsih Mas ud, Kus Haryono As-Syifaa Vol 06 (01) : Hal. 56-60, Juli 2014 ISSN : 2085-4714 KORELASI KADAR ASAM URAT DALAM DARAH DAN KRISTAL ASAM URAT DALAM URINE Tadjuddin Naid, Ita Ayuningsih Mas ud, Kus Haryono Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN LANSIA Apa Itu ASAM URAT...?? Nilai normal asam urat : Pria 3,4 7 mg/dl Wanita 2,4 5,7 mg/dl Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn : HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang dinyatakan oleh dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat didalam darah. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes Melitus, penyakit gula, atau kencing manis adalah suatu penyakit, di mana tubuh penderitanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, LEMAK DAN SERAT DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANJUT USIA WANITA (Studi di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Kota Semarang Tahun 07) Ria Yuniati, Siti Fatimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peradangan sendi pada artritis gout akan menimbulkan serangan nyeri

BAB I PENDAHULUAN. Peradangan sendi pada artritis gout akan menimbulkan serangan nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Artritis gout merupakan penyakit peradangan sendi yang disebabkan asam urat berlebih dalam darah (Price and Wilson, 2006). Peradangan sendi pada artritis gout akan menimbulkan

Lebih terperinci

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD; Dra Eti Yerizel, MS; dr Zulkarnain Edward,MS, PhD dan Intan Widuri, Sked Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Penyakit Asam Urat 1. Pengertian Penyakit Asam Urat Penyakit asam urat atau penyakit gout merupakan penyakit karena gangguan metabolik yang termasuk kelompok golongan heteregonous

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Urat 1. Definisi Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR ASAM URAT PADA PEKERJA KANTOR DI DESA KARANG TURI, KECAMATAN BUMIAYU, KABUPATEN BREBES

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR ASAM URAT PADA PEKERJA KANTOR DI DESA KARANG TURI, KECAMATAN BUMIAYU, KABUPATEN BREBES ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR ASAM URAT PADA PEKERJA KANTOR DI DESA KARANG TURI, KECAMATAN BUMIAYU, KABUPATEN BREBES Andry 1, Saryono 2, Arif Setyo Upoyo 3 1,2,3 Jurusan keperawatan FKIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat adalah produk akhir katabolisme purin atau degradasi asam nukleat dari sisa makanan yang kita konsumsi. 1 Kadar normal asam urat untuk wanita adalah 6,0 mg/dl

Lebih terperinci

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA Mitra Agus Telaumbanua, Adi Sucipto *), Siti Fadlilah Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa serum yang terjadi akibat adanya

Lebih terperinci

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERURISEMIA PADA USIA DEWASA DI DUSUN DALEMAN GADINGHARJO SANDEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERURISEMIA PADA USIA DEWASA DI DUSUN DALEMAN GADINGHARJO SANDEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERURISEMIA PADA USIA DEWASA DI DUSUN DALEMAN GADINGHARJO SANDEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : LISTRI LIZAWATI 201010201082 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak ada obat lain yang dipelajari sebanyak alkohol. Alkohol merupakan suatu senyawa kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Asam urat atau gout merupakan penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat (uric acid) dalam tubuh yang berlebihan (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2007). Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatancase control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatancase control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan analitik dengan pendekatancase control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya BAB 1 PENDAHULUAN Banyak penyakit yang terjadi pada tubuh manusia, selalu disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri terutama merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan terjadinya kerusakan

Lebih terperinci

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway). I. Memahami dan menjelaskan gout arthritis 1.1.Memahami dan menjelaskan definisi gout arthritis Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi Kristal asam urat pada jaringan

Lebih terperinci

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaanya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya berkembang lama (Riskesdas,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Analisis Faktor Risiko Kejadian di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Leny Sukmawati 1 M. Naharuddin Jenie 2 Hema Dewi Anggraheny 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu penyakit dalam. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian ini

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) sebagai penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci