( Studi Kasus Polsek Bongomeme )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "( Studi Kasus Polsek Bongomeme )"

Transkripsi

1 0

2 PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PUNGUTAN LIAR YANG DISERTAI ANCAMAN ( Studi Kasus Polsek Bongomeme ) Suharto Luawo Pembimbing I : Dian Ekawaty Ismail Pembimbing II : Lisnawaty W.Badu Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mengetahui Bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman dan Apa kendalakendala kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman. Hal ini dilatarbelakangi adanya kenyataan makin maraknya pungutan liar yang terjadi di masyarakat dan sampai saat ini keberadaannya masih belum bisa diberantas sampai ke akar-akarnya. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah bersifat Normatif empiris dan objek penelitian di Polsek bongomeme dan pasar bongomeme. Metode pendekatan dalam penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden dan narasumber sebagai data utamanya, dengan didukung Sumber data lain diperoleh dengan cara studi kepustakaan. Data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan maupun penelitian dilapangan diolah menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar di sertai ancaman adalah dengan melakukan upaya preventif, refresif, dan preemtip dan kendala yang dihadapi oleh kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar di sertai ancaman adalah kurangnya personil polisi disetiap polsek, kurangnya kendaraan operasional, Sulitnya melacak premanisme disebabkan oleh minimnya jaringan informasi tentang aksi premanisme yang di backing oleh oknum-oknum tertentu yang notabene juga berprofesi sebagai aparat, Masyarakat juga merasa takut terhadap resiko yang mungkin dialaminya apabila melaporkan aksi premanisme yang dialaminya atau yang diketahuinya. dan kesadaran serta efek jera pelaku pungutan liar yang masih rendah sehingga akan cukup sulit untuk menghapus secara keseluruhan kegiatan pungutan liar di pasar bongomeme. Kata kunci: polisi, preman, menanggulangi, pungutan liar 1

3 Profesionalisme polisi amat diperlukan dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum, mengingat modus operandi dan teknik kejahatan semakin canggih, seiring perkembangan dan kemajuan zaman. Apabila polisi tidak profesional maka proses penegakan hukum akan timpang, akibatnya keamanan dan ketertiban masyarakat akan senantiasa terancam sebagai akibat tidak profesionalnya polisi dalam menjalankan tugas. Tugas polisi disamping sebagai agen penegak hukum dan juga sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Di tangan polisi lah terlebih dahulu mampu mengurai gelapnya kasus kejahatan. Polisi dituntut mampu menyibak belantara kejahatan di masyarakat dan menemukan pelakunya. polisi harus melakukan serangkaian tindakan untuk mencari dan menemukan bukti-bukti guna membuat terang suatu kejahatan dan menemukan pelakunya. polri akan terus melakukan perubahan dan penataan, baik di bidang pembinaan maupun operasional, serta pembangunan kekuatan yang sejalan dengan upaya reformasi. Salah satu perubahan itu adalah perumusan kembali perannya sesuai Undang-undang No 2 Tahun 2002 yang menetapkan polri berperan selaku pemelihara, kamtibmas, penegak hukum, pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat. Salah satu kejahatan yang paling buruk diantara beberapa kejahatan lainnya yang sering terjadi adalah pungli atau pungutan liar. Pungutan liar yang selanjutnya disingkat Pungli, sebagaimana kejahatan-kejahatan yang lain, pada umumnya merupakan kejahatan terhadap norma-norma hukum yang harus ditafsirkan atau patut diperhitungkan sebagai perbuatan yang sangat merugikan bagi pihak korban. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut tanpa adanya suatu penyelesaian hukum atas tindak pidana tersebut. Oleh karenanya, setiap tindak pidana yang dilakukan oleh siapapun harus ditindak secara tegas tanpa memandang status, walaupun pelakunya adalah aparat hukum sendiri. Beberapa contohnya aksi premanisme antara lain preman di terminal yang memungut pungutan liar dari pengendara bermotor dua, yang bila ditolak akan berpengaruh terhadap keselamatan pengedara dan kendaraannya yang melewati terminal dan preman di pasar yang memungut pungutan liar dari Lapak-lapak kaki 2

4 lima, yang bila ditolak akan berpengaruh terhadap dirusaknya lapak yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan preman di Indonesia makin lama makin sukar diberantas karena ekonomi yang semakin memburuk. Kasus-kasus premanisme yang akhir-akhir ini menyebabkan masyarakat resah yang terjadi di Indonesia berdampak pula sampai didaerah-daerah pelosok khususnya di daerah Gorontalo tepatnya dipasar Bongomeme. Pihak kepolisian yang begitu dekat dengan masyarakat diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi fenomena- fenomena preman di masyarakat. Operasi-operasi yang dilakukan pihak kepolisian terhadap para pelaku preman yang pada umumnya hanya menangkap kemudian melepaskannya lagi sama sekali tidak mendatangkan manfaat bagi pemberantasan preman. Pemikiran ini kiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Sehingga harapan kita tentang kondisi masyarakat yang nyaman, aman, dan tertib dapat tercapai. Semua ini tentu saja tidak terlepas dari partisipasi masyarakat untuk membantu pihak kepolisian dalam mengungkap aksi-aksi premanise yang terjadi di dalam masyarakat. Kita berharap kondisi masyarakat yang nyaman, aman, dan tertib dapat tercapai. Pungutan liar menjadi salah satu tindak pidana yang sudah akrab di telinga masyarakat. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat merumuskan rumusan masalah yakni (1) Bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman ( Studi Kasus Polsek Bongomeme ) Dan (2) Apa kendalakendala yang dihadapi kepolisian dalam menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman ( Studi Kasus Polsek Bongomeme ). 3

5 A. Metode Penulisan Penelitian mengenai Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Pungutan Liar Yang Disertai Ancaman ini merupakan penelitian normatif-empiris. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan kasus. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Polsek Bongomeme dan Pasar Bongomeme tepatnya di Gorontalo dikarenakan tempat tersebut berhubungan langsung dengan masalah yang akan dibahas, selain itu tempat tersebut juga mempunyai bahan atau informasi yang calon peneliti butuhkan. Sumber data berasal dari data Primer, data sekunder, dan data tersier. Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif-empiris ini peneliti melakukan wawancara dengan para pihak yang berkompeten dan Studi kepustakaan dilakukan untuk menunjang penelitiaan lapangan yaitu dengan cara membaca, mempelajari, memahami, peraturan perundang-undangan, naskahnaskah, buku-buku serta pendapat yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang diteliti. B. Pembahasan Dan Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah Polsek Bongomeme Polsek Bongomeme Kabupaten Gorontalo merupakan sektor pelayanan masyarakat wilayah hukum Kecamatan Bongomeme yang didirikan pada tanggal 03 November 1942, dibangun di atas tanah seluas 903m2 dengan luas banggunan 408 m2 beralamat di Jalan Raya Bongomeme Kecamatan Bongomeme. Di fungsikan pada tanggal 09 Januari 1944, Menurut Surat Keputusan Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor Gorontalo No B.79.RLT.X Tentang Sektor Kepolisian Bongomeme sebagai pelayan masyarakat wilayah hukum Kecamatan Bongomeme. Visi Terwujudnya Postur Polri Yang Professional, Bermoral Dan Modern Sebagai Pelindung Pengayom Dan Pelayan Masyarakat Yang Terpercaya Dalam Memelihara Kamtibmas Dan Menegakan Hukum 4

6 Misi Memberikan Perlindungan, Pengayoman Dan Pelayanan Secara Mudah, Tanggap / Responsif Dan Tidak Diskriminatif Agar Masyarakat Bebas Dari Segala Bentuk Gangguan Fisik Dan Psikis, serta Menegakan Hukum Secara Professional, Obyektif, Transparan Dan Akuntabel Untuk Menjamin Kepastian Hukum Dan Rasa Keadilan. 1 b. Sejarah Pasar Bongomeme Sejak dahulu hingga sekarang, Pasar Bongomeme bagaikan pasar legendaris dikecamatan Bongomeme. Pusat keramaian ini tak hanya menjadi lokasi favorit bagi para pedagang untuk melakukan kegiatan perdagangannya, melainkan juga sebagai tempat belanja yang banyak didatangi para pembeli. Selain karena barang-barangnya tersedia dalam banyak pilihan, Pasar Bongomeme pun terkenal dengan harga barangnya yang murah dengan kualitas yang tak kalah bagus dengan tempat lainnya. Pasar Bongomeme adalah nama yang mulai dikenal sejak tahun 1935-an. Ketika itu ko siong, seorang warga jepang pemilik tanah di Kecamatan Bongomeme, mendirikan pasar di atas tanah miliknya ini. Keramaian di Pasar Bongomeme tempo dulu, adalah berkat jalur Kali Bongomeme, yaitu sebuah Kali yang mengalir dekat Bongomeme yang ramai dikunjungi perahu para pedagang yang menjual maupun membeli barang di Pasar Bongomeme. Pasar ini dulunya dijadikan pusat perdagangan utama. Perkembangan pasar inilah yang tidak disia-siakan oleh pedagang dikecamatan Bongomeme. Dari waktu ke waktu, tempat ini berkembang menjadi sebuah tempat berkonsep layanan yang mempertahankan nilai-nilai tradisional dan diperkaya dengan pilihan lokasi yang telah modern. Transaksi jual beli, terjadi layaknya pasar-pasar tradisional lain. Tawar menawar harga, adalah peristiwa rutin yang terbiasa ada di tempat ini. Kelebihan yang ada di Pasar Bongomeme sekarang adalah, pengunjungnya tak perlu repot-repot membersihkan 1 Sumber Polsek Bongomeme 5

7 sandalnya dari tanah yang becek menempel di dasar sandal (seperti pada tahun yang lalu ketika Pasar Bongomeme baru dibuka). Visi Terwujudnya pasar sebagai pusat jual beli dan pelayanan menuju masyarakat yang berbudaya dan berwawasan lingkungan Misi 1. Menumbuh kembangkan kesempatan bekerja dan berusaha; 2. Meningkatkan kualitas SDM Aparatur, Pengelola dan pedagang; 3. Meningkatkan kebersihan, ketertiban dan keamanan pasar; 4. Meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pengunjung Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Pungutan Liar Yang Disertai Ancaman Keberadaan premanlah yang merupakan salah satu ciri kehidupan kelas bawah, bahkan menjadi suatu gaya hidup dan menjadi sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. para preman beralasan agar pedagang kaki lima dan pengendara motor tidak diganggu, pedagang-pedagang dan pengendara motor itu dipalak (diminta uang). Hal ini disatu sisi memperkuat betapa besar manfaat yang diperoleh oleh kalangan preman. kelompokkelompok preman semakin berkembang, bahkan kondisi di lapangan sudah tercipta hubungan atau terjalinnya hubungan antara preman dengan masyarakat, serta tidak dapat dipungkiri juga terjadi hubungan antara preman dengan aparat kepolisian. Terhadap permasalahan keberadaan preman ini pihak Polsek Bongomeme tidak tinggal diam, karena sudah cukup banyak langkah dan upaya yang dilakukan. 3 2 Sumber Kantor Desa Bongomeme 3 Wawancara Kepala Urusan Administrasi Umum Polsek Bongomeme, Muhlis Huntua pada 14 April

8 Buyung (50 tahun), seorang pengendara bentor dipasar Bongomeme menceritakan kepada peneliti bahwa tiap hari rabu dan sabtu apabila ramai pengunjung dirinya selalu dimintai uang oleh preman setiap dia melewati putaran di jalan dekat pasar, mau tidak mau kami harus memberinya pak, karena demi keamanan dan keselamatan kami yang memang mencari nafkah menjadi pengendara bentor yang rutenya melewati jalur sini, walaupun tiap hari rabu dan sabtu kami dimintai uang, kami tidak pernah melaporkan atau mengadukannya kepada aparat polisi karena kami cari aman ajalah pak. 4 Sedangkan Rita (35 tahun), salah seorang pedagang kaki lima yang berjualan berbagai macam tas menuturkan, bahwa aksi para preman dalam meminta uang tidak tahu diri dalam meminta jatahnya, dalam artian bahwa para preman akan meminta uang jatah ketika para pedagang tersebut ramai pembeli, begitupun jika sepi pembeli. mereka tidak tahu diri dengan keadaan kami, Yaa khan namanya juga dagang pak, tidak selalu ramai pembeli, biasanya kami ramai pembeli itu ketika musim menjelang masuk sekolah tahun ajaran baru. kami sebagai pedagang resah akan adanya preman dibongomeme. 5 Lain lagi dengan Ahmad (40 tahun) seorang Pedagang Kaki lima di Pasar Bongomeme yang menceritakan bahwasanya kenyamanan dan kesejahteraan para pedagang di Pasar Bongomeme tidak terjamin bahkan terbebani oleh adanya pungutan-pungutan liar dilakukan preman terhadap mereka. Di samping harus mengeluarkan pungutan-pungutan liar yang menjadi kewajiban mereka dalam berdagang di tempat itu, hasil dari jual beli pun tidak menjamin untuk selalu mendapatkan keuntungan dikarenakan kebijakan soal waktu berdagang yang belum seutuhnya berpihak kepada mereka, begitupun kepastian hukum yang belum juga terjamin untuk keberadaan mereka. kami Para pedagang kaki lima di Pasar Bongomeme memang selalu memberi sekedar uang jatah kepada preman-preman yang memang sudah ada sejak dulu di kawasan ini pak, bukan apa-apa, karena 4 Wawancara pengendara bentor dipasar bongomeme, Buyung pada 08 April Wawancara pedagang kaki lima dipasar bongomeme, Rita pada 11 April

9 kami juga butuh keamanan ekstra terhadap lapak kami, jadi walaupun tiap hari pasar kami ngasih uang jatah. 6 Dari beberapa hasil wawancara tersebut diatas, dapat disimpulkan para pedagang kaki lima dan pengendara motor memberikan uang jatah karena adanya jaminan tidak ada yang mengganggu. Dengan demikian Mereka merasa terbebani oleh banyaknya pungutan yang harus mereka keluarkan setiap hari pasar sedangkan penghasilan tidak seberapa. Perbuatan-perbuatan dari para preman tersebut apabila kita kaitkan dengan ketentuan hukum yang berlaku maka dapat dipidanakan, sebagai contoh adalah mereka yang melakukan pungutan liar, maka dapat dikenakan tindak pidana pemerasan yaitu Pasal 368, 369 dan 371 KUHPidana. 7 ada beberapa faktor yang menyebabkan preman melakukan tindak kejahatan dipasar bongomeme antara lain: 1. Faktor Lingkungan 2. Faktor Ekonomi 3. Faktor Pendidikan 4. Faktor Minuman Keras (miras) 8 Dalam melaksanakan upaya penanggulangan Pungutan Liar Yang Disertai Ancaman pihak kepolisian dalam hal ini khususnya Polsek Bongomeme menempuh dengan bebarapa cara yaitu : a. Upaya Penanggulangan Secara Preventif Tindakan preventif adalah suatu usaha pencegahan dan penanggulangan yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, mengarahkan dan menggerakkan masyarakat untuk mentaati peraturan perundang-undangan dan norma-norma sosial yang berlaku serta berperang aktif menciptakan, memelihara atau meningkatkan ketertiban dan keamanan bagi diri dan lingkungan dalam bentuk sistim keamanan swakarsa. 6 Wawancara pedagang kaki lima dipasar bongomeme, Ahmad pada 11 April Wawancara Kepala Urusan Administrasi Umum Polsek Bongomeme, Muhlis Huntua pada 14 April Ibid 8

10 Dalam penanggulangan pungutan liar yang disertai ancaman dilakukan premanisme secara preventif pihak kepolisian Polsek bongomeme telah mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat. Penyuluhan hukum tersebut dilaksanakan dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan bongomeme dan instansi terkait. 9 Konsep penyuluhan hukum saat sekarang ini harus lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat. Masyarakat, yang menjadi sasaran penyuluhan hukum, diharapkan tidak saja mengerti akan kewajiban-kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tetapi juga diharapkan mengerti hak-hak yang milikinya. Kesadaran akan hak-hak yang dimilikinya ini akan memberikan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan mereka. Masyarakat dibuat sadar bahwa mereka mempunyai hak tertentu yang apabila dilaksanakan akan membantu mensejahterakan hidupnya. Karena itu mereka perlu mendapat penyuluhan hukum agar tahu bahwa hukum menjanjikan perlindungan dan memajukan kesejahteraan yang selanjutnya mereka akan menikmati keuntungan berupa perlindungan dan kesejahteraan tersebut. Masyarakat juga dianggap mempunyai peran penting dalam pengungkapan terjadinya aksi premanisme yang terjadi di sekitar mereka. kebanyakan aksi premanisme yang ditangani oleh Polsek bongomeme dapat terungkap setelah ada laporan dari masyarakat. Perlu peran masyarakat bersama, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas mental masyarakat. Dengan mental individu-inividu masyarakat yang baik diharapkan akan membantu meningkatkan kualitas lingkungan sehingga dapat menekan angka kriminalitas termasuk pula menekan terjadinya aksi premanisme di masyarakat. b. Upaya Penanggulangan Secara Represif Tindakan represif adalah merupakan suatu upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan cara melakukan pola-pola penindakan atau 9 Ibid 9

11 penghukuman terhadap para pelaku yang melakukan pungutan liar dalam hal ini preman berdasarkan ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Pihak Polsek juga melakukan beberapa kegiatan operasi penanggulangan pungutan liar yang dilakukan preman guna menindaklanjuti penyakit masyarakat yang ada. Dengan adanya operasi seperti ini diharapkan apa yang menjadi tujuan dari operasi ini untuk membuat kehidupan masyarakat yang aman dan nyaman, karena selama ini banyak masyarakat atau warga yang tidak merasa aman dengan banyak terjadinya pemerasan, pengancaman, pungutan liar kepada masyarakat dan lain-lain. Pihak Polsek juga dalam menindak pelaku dalam hal ini preman harus memperhatikan unsur hak asasi manusia dimana pembatasan dalam bertindak harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 10 Ada dua konsepsi mengenai teknik rehabilitasi tersebut. Pertama, menciptakan sistem dan program-program yang bertujuan untuk menghukum orang-orang yang berperilaku preman. Sistem dan program tersebut bersifat reformatif, misalnya hukuman bersyarat, hukuman kurungan serta hukuman penjara. Teknik kedua lebih menekankan pada usaha agar dapat berubah menjadi orang biasa. Dalam hal ini pembinaan psikologis dan penyadaran disertai latihanlatihan keterampilan kerja dalam masa hukuman agar punya modal untuk mencari pekerjaan. c. Upaya penanggulangan secara Pre-emtif: Berupa rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menangkal dan menghilangkan faktor-faktor kejahatan pada tahap sedini mungkin. Di sini mencakup upaya untuk mengeliminir faktor kejahatan yang ada di dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya sangat bervariasi, mulai dari analisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya sampai dengan upaya koordinasi dengan segenap pihak dalam rangka mengantisipasi kemungkinan timbulnya kejahatan. penanggulangan aksi premanisme oleh Polsek Bongomeme lewat cara preemtif adalah sebagai berikut : 10 Ibid 10

12 - Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di masyarakat. - Mengoptimalkan peran forum komunikasi dengan masyarakat. - Melaksanakan kegiatan penggalangan terhadap masyarakat untuk senantiasa mentaati dan menghormati hukum. - Melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat mengenai dampak negatik dari aksi premanisme. - Melakukan deteksi dini terhadap potensi konflik yang dapat mengakibatkan factor -faktor skala gangguan kamtibmas semakin tinggi. - Melakukan pembinaan internal mengenai kode etik dan disiplin kepolisian. - Himbauan kepada anggota kepolisian mengenai sanksi hukum apabila melakukan kejahatan. - Arahan dari pimpinan berupa nasehat dan instruksi terhadap anggota kepolisian untuk melakukan kewajiban sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 11 Adapun Strategi yang dilakukan pada penanggulangan preman yang dilaksanakan oleh Polsek Bongomeme, pada saat para personil sedang melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan atau menjadi tanggung jawabnya sesuai bentuk penanganan preman yang dilakukan oleh Polsek Bongomeme dan sekitarnya. Bentuk penanganan terhadap preman yang lain yang dilakukan Polsek adalah, pola penanganan yang bersifat represif non yustisial. Untuk penanganan yang bersifat represif non yustisial, Polsek melakukannya dengan menggunakan azas preventif dan azas kewajiban umum. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan, melakukan bimbingan kemasyarakatan, dan memperbanyak melakukan sambang ke lokasi keramaian masyarakat, selain itu meningkatkan kegiatan patroli, khususnya dipasar dan terminal. 11 Ibid 11

13 3. Kendala-kendala Yang Dihadapi Kepolisian Dalam Menanggulangi Pungutan Liar Yang Disertai Ancaman Dalam pelaksanaan upaya penanggulangan pungutan liar yang disertai ancaman dalam hal ini dilakukan premanisme secara kenyataannya Polsek Bongomeme masih banyak kendala yang dihadapi, kendala-kendala dalam upaya penanggulangan pungutan liar tersebut antara lain : a. Kurangnya personil polisi dan kurangnya kendaraan operasional. b. Pembinaan tidak sepenuhnya efektif tergantung dari moral dari masingmasing personil kepolisian c. Pembinaan namun tidak disertai dengan pengawasan tidak akan berjalan dengan efektif. d. Apabila sudah menyangkut masalah kebutuhan ekonomi maka arahan dan nasehat sudah tidak dipedulikan. e. Masyarakat sebagai sumber keterangan terjadinya aksi premanisme takut skeptis masyarakat terhadap preman, meskipun sudah dilakukan penyuluhan-penyuluhan hukum. Masyarakat merasa takut terhadap resiko yang mungkin dialaminya apabila melaporkan aksi premanisme yang dialaminya atau yang diketahuinya. f. Sulitnya melacak premanisme aparat disebabkan oleh minimnya jaringan informasi tentang aksi premanisme yang di backing oleh oknum-oknum tertentu yang notabene juga berprofesi sebagai aparat. Informasi mengenai jaringan premanisme aparat sering kali terputus pada kalangan bawahan saja, sehingga sulit untuk dapat melacak lebih lanjut. g. Kesadaran dan efek jera pelaku yang rendah, kurangnya kesadaran dan efek jera dari pelaku pungutan liar dan masyarakat sekitar turut berpengaruh terhadap kinerja polisi dalam menanggulangi aksi pungutan liar di wilayah hukum Polsek Bongomeme. 12 Sulitnya lagi antara kelompok preman dengan oknum aparat keamanan ada hubungan hubungan kerja sama : 12 Ibid 12

14 1) Adanya Oknum polisi memberikan perlindungan kepada preman, dan atas jasanya oknum polisi menerima imbalan berupa sejumlah upeti tertentu dari Preman. Perlindungan yang diberikan oknum polisi adalah menutup mata atas tindakan preman yang dilakukan terhadap korbannya, dan melindungi preman tersebut terhadap gangguan dari kelompok preman lain. (2) Aparat keamanan bertindak selaku beking dari kelompok preman yang melakukan pemerasan, pengrusakan, terhadap para pedagang kaki lima. Apabila ada pedagang kaki lima yang melapor, maka oknum aparat keamanan berpura-pura segera menangkap anggota preman tersebut, namun keesokan harinya sudah dilepas lagi, kemudian anggota preman tersebut melakukan pembalasan dendam kepada pedagang kaki lima yang melapor. Hal ini terjadi, karena dua hal, yakni adanya kolusi antara kelompok preman dengan aparat keamanan, serta keengganan pihak pelapor untuk menjadi saksi dalam persidangan dengan alasan merepotkan, lebih baik menggunakan waktunya untuk berdagang. 3) Adanya Oknum aparat keamanan membiarkan terjadinya pungutan tak resmi oleh kelompok preman dipasar Bongomeme terhadap pengendara kendaraan bermotor yang parkir dipasar Bongomeme, sehingga pengendara kendaraan bermotor membayar uang parkir dua kali. Para pengendara kendaraan bermotor tersebut tidak berdaya, karena tidak tahu harus melapor kemana. Hal ini terjadi, karena adanya kolusi antara oknum aparat keamanan dengan Kelompok preman dipasar Bongomeme. C. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Peranan Polsek Bongomeme dalam menanggulangi pungutan liar yang disertai ancaman adalah sebagai pengemban fungsi preventif (pencegahan) yaitu mencegah agar peluang terjadinya tindak kejahatan semakin sempit, juga sebagai pengemban fungsi represif (penindakan) 13

15 yaitu mengungkap tindak kejahatan dan menindak pelaku kejahatan, dan sebagai pengemban fungsi pre-emtip (menangkal atau menghilangkan) yaitu menangkal atau menghilangkan tindak kejahatan pada tahap sedini mungkin, karena sampai saat ini belum ada pelaku pungutan liar yang tertangkap. bentuk-bentuk tersebut antara lain: mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat dan melakukan pola-pola penindakan atau penghukuman terhadap para pelaku yang melakukan pungutan liar dalam hal ini preman berdasarkan ketentuan hukum dan perundang-undangan, kesemuanya dilakukan oleh kepolisian guna memperkecil terjadinya pertemuan niat dan kesempatan. dan kendala yang dihadapi oleh Polsek Bongomeme yakni Masyarakat sebagai sumber keterangan terjadinya aksi premanisme takut skeptis masyarakat terhadap preman, meskipun sudah dilakukan penyuluhanpenyuluhan hukum. Masyarakat merasa takut terhadap resiko yang mungkin dialaminya apabila melaporkan aksi premanisme yang dialaminya atau yang diketahuinya. Dengan Sulitnya melacak premanisme aparat disebabkan oleh minimnya jaringan informasi tentang aksi premanisme yang di backing oleh oknum-oknum tertentu yang notabene juga berprofesi sebagai aparat. Informasi mengenai jaringan premanisme aparat sering kali terputus pada kalangan bawahan saja, sehingga sulit untuk dapat melacak lebih lanjut. serta kurangnya kesadaran dan efek jera dari pelaku pungutan liar dan masyarakat sekitar turut berpengaruh terhadap kinerja polisi dalam menanggulangi aksi pungutan liar di wilayah hukum Polsek Bongomeme. 2. Saran a. Pihak kepolisian perlu lebih meningkatkan kegiatan patroli,`khususnya di lokasi-lokasi yang selama ini sering dijadikan target oleh para preman seperti terminal, pasar, pemberhentian bus, dan lokasi lainnya 14

16 b. Pihak kepolisian perlu lebih mengintensifkan perannya dalam melindungi masyarakat dengan menindak para preman dengan pasalpasal pidana c. pihak kepolisian perlu untuk lebih mengintensifkan kegiatan penyuluhan dan pembinaan hukum kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar hukum. d. Perlu adanya kerjasama antara instansi polisi, pemerintah dan masyarakat dalam mengadakan penyuluhan tentang pentingnya ketertiban dan keamanan untuk menanggulangi kejahatan. DAFTAR PUSTAKA Buku Ahmad Ali, 2005 keterpurukan Hukum Di Indonesia Penyebab Dan Solusinya, Cetakan Kedua, ( Ciawi- Bogor : Ghalia Indonesia,) Azhari, 1995 Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-Unsurnya, UI Press, Jakarta Chainur Arrasjid, 2000 Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta H.Hadiman, 2009 Polri Siap Memberantas Aksi Premanisme dan Mengamankan Pemilu 2009, Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama Bersama, Jakarta H.Pudi Rahardi, 2007 Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), LaksBang Mediatama, Surabaya Momo Kelana, 1994 Hukum Kepolisian, PT Grasindo, Jakarta, Indonesia Utomo Hadi Warsito, 2005, Hukum Kepolisian Di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, Indonesia peter Mahmud, marzuki, penelitian hukum, kencana prenada media group: Jakarta R. Soesilo, 1982, Kriminologi ( Pengantar Tetang Sebab-sebab Kejahatan), Bogor: Politea 15

17 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2012, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta Soerjono Soekanto,1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers Sadjijono, 2010, Memahami Hukum Kepolisian, LaksBang Persindo, Yogyakarta Sudikno Mertokusumo, 1999 Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta W.J.S Poerwodarminto, 1952 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta Perundang- undangan Undang-Undang KepolisianRepublik Indonesia nomor 2 tahun 2002 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Sumber Internet Indriyanto Seno Adji, artikel dengan judul Polisi Profesional, Violence Culture dimuat dalam harian Kompas tanggal 4 mei Kepolisian Negara Rebulik Indonesia, Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia, tanggal diunduh 23 januari Kurnia Rahma Daniaty,PDF,Mengkaji Kembali Peran Dan Fungi Polri Dalam Era Reformasi, Diakses pada tanggal 23 januari

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat. 51 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini. Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini. Kemiskinan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa pengaruh besar pada negara Indonesia, hal ini berdampak pada perkembangan perilaku dalam masyarakat. Persoalan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat 64 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat disimpulkan sebagaimana menjadi jawaban dari rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Tindakan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di 69 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah saya analisa mengenai peran POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di wilayah hukum Polres Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis utarakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak bidang-bidang kehidupan yang di atur oleh hukum. Hal ini terutama disebabkan oleh karena suatu masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan, negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan 49 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak pidana Kesusilaan Berdasarkan wawancara dengan narasumber Bapak Kompol Zulham Efendi Lubis, S.iK dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat menyebabkan konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak jarang terjadi perkelahian antar kelompok

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak

Lebih terperinci

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar 59 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang penulis lakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran Polda DIY dalam menanggulangi tindak pidana perdagangan orang meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam upaya menciptakan kehidupan bangsa Indonesia yang aman, damai dan sejahtera. Tanpa adanya penegakan

Lebih terperinci

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut: Bab III Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik bebarapa kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum/skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perdagangan terhadap orang di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan sudah mencapai taraf memprihatinkan. Bertambah maraknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepolisian Polres Bantul terbukti kurang berhasil dalam menangani tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Hal

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PUNGUTAN LIAR TERHADAP SOPIR TRUK GALIAN C DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

NASKAH AKADEMIK UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PUNGUTAN LIAR TERHADAP SOPIR TRUK GALIAN C DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN NASKAH AKADEMIK UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PUNGUTAN LIAR TERHADAP SOPIR TRUK GALIAN C DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : KAREL HADMA RUSTIYANTO N P M : 080509879 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu kesatuan ibarat orang berjalan diikuti oleh bayangannya, begitu pula dengan hukum di negara kita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang

BAB I PENDAHULUAN. Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Premanisme di Indonesia sudah ada sejak jaman penjajahan kolonial Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang berarti orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang mempunyai tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan hukum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah A. Latar Belakang Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang memerlukan adanya suatu dorongan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: plat nomor kendaraan palsu, dilakukan dalam dua tahap yaitu

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: plat nomor kendaraan palsu, dilakukan dalam dua tahap yaitu 47 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pihak kepolisian lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang kejahatan seakan tidak ada habis-habisnya, setiap hari selalu saja terjadi dan setiap media massa di tanah air bahkan mempunyai ruang khusus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dewasa ini pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang, tidak terkecuali pembangunan dalam bidang hukum sebagai wujud reformasi di bidang hukum itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam tatanan kehidupan bernegara yang berlandaskan dengan ketentuan hukum, penguasa dalam hal ini pemerintah telah membentuk beberapa lembaga penegak hukum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada dasarnya bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Pada garis besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi hukum ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada pula perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana yang termuat dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). Dalam segala aspek

Lebih terperinci

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan V. PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan tentang upaya unit Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan sebagai berikut: 79 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan terhadap upaya kepolisian dalam menanggulangi kekerasan yang dilakukan oleh organisasi masyarakat, dapat disimpulkan sebagai berikut: Upaya kepolisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA

ANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA ANALISIS PERAN POLISI DALAM MEMBERANTAS PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA KOTA JAYAPURA, SH.,MH 1 Abstrak : Bahwa kendala yang dialami oleh Polres Kota Jayapura dalam memberantas tindak pidana

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 12 Sedangkan Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengambil bagian

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang 39 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang telah diuraikan di dalam Bab II, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: IMPLEMENTASI SISTEM KEAMANAN SWAKARSA (STUDI PATROLI KEAMANAN POLISI) DI KECAMANTAN KATINGAN HILIR, KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh Santi Bahar Ising dan Indra Chusin Program Studi Administrasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyalahgunaan senjata api oleh anggota Polri disebabkan oleh dua factor yaitu : a. Faktor internal pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab

Lebih terperinci

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017 HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017 Pelaksanaan Harkatpuan Patroli Terpadu jajaran Baharkam Polri dan kewilayahan dengan metode penyampaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita tentang peristiwa pidana, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu: BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan Uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu: 1. Upaya Penanggulangan tindak pidana di dunia maya yang di lakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa Indonesia itu sendiri. Tidak hanya pada saat ini tetapi berlangsung terus sampai akhir zaman. Yang menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi paradigma maupun dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan keamanan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib untuk ditaati karena berpengaruh pada keseimbangan dalam tiap-tiap hubungan antar anggota masyarakat. Kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi pemerintah yang bertugas sebagai ujung tombak penegakan hukum di Indonesia. Tugas yang diemban ini

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam 55 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum/skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di Kabupaten Sanggau merupakan tugas dan fungsi dari kepolisian lalu lintas Polres Sanggau. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya narkotika hanya digunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, untuk itu pembangunan memerlukan sarana dan prasarana pendukung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana investasi atau sarana pembiayaan bagi perusahaanperusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui proses penawaran umum (go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Dengan demikian arti polisi tetap ditonjolkan sebagai badan atau lembaga

Lebih terperinci

LEMBAR WAWANCARA. 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban

LEMBAR WAWANCARA. 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban 111 LEMBAR WAWANCARA 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban masyarakat yang sering terjadi dalam 3 (tiga) tahun terakhir di wilayah hukum Polres Sibolga? 2. Jenis perjudian apa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia selain mempunyai tugas pokok, fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki aturan tata tertib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Hal Itu berarti bahwa penegakan hukum menjadi yang utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu lembaga penegak hukum yang ada di Indonesia yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi dan lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penjabaran Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jembrana Tahun 2011-2016 untuk Tahun Anggaran 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum yang diterapkan di Indonesia saat ini kurang memperhatikan kepentingan korban yang sangat membutuhkan perlindungan hukum. Bisa dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses wawancara dengan beberapa narasumber terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada Kampanye Pencegahan Peredaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya 50 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1 Angkutan umum memang

Lebih terperinci