PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DENGAN MENGGUNAKAN CAN-ORDERING POLICY STUDI KASUS : PT. PJB UPGRESIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DENGAN MENGGUNAKAN CAN-ORDERING POLICY STUDI KASUS : PT. PJB UPGRESIK"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DENGAN MENGGUNAKAN CAN-ORDERING POLICY STUDI KASUS : PT. PJB UPGRESIK Irfan Ardiana Putra, I Nyoman Pujawan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya irfanardiana@gmail.com ; pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK PT PJB UP Gresik adalah salah satu pembangkit listrik negara yang terhubung dengan interkoneksi Jawa-Bali. Pasokan listrik ke sistem ini akan tetap stabil apabila PLTU tetap beroperasi dan salah satu faktor penting agar tetap beroperasi adalah keandalan mesin produksi. Oleh karena itu perawatan mesin sangat penting guna tetap tersedianya pasokan listrik. Dalam melakukan perawatan diperlukan adanya spare part dimana spare part adalah komponen pendukung dari mesin utama. Setiap kali mesin tersebut mengalami kerusakan maka ketersediaan spare part adalah hal yang penting. Permasalahan yang terjadi di PJB yaitu pemesanan spare part dilakukan secara masing masing dimana pemesanan dilakukan setiap persediaan spare part untuk masingmasing item sudah melewati batas reorder point sehingga dalam melakukan pemesanan part dibutuhkan biaya yang besar. Simulasi Monte Carlo dilakukan untuk memberi gambaran kondisi persediaan suku cadang dan juga sebagai parameter untuk melakukan pemodelan dengan menggunakan Can-order, dimana dalam melakukan pemodelan dilihat dari ketersediaaan spare part dan biaya yang terkait dalam penelitian ini. Model yang dihasilkan oleh simulasi Monte Carlo ini diharapkan dapat merancang sistem persediaan Can-Ordering untuk dapat memberikan perbaikan terhadap permasalahan yang terjadi. Kata Kunci : spare part, Monte Carlo, Can-Order ABSTRACT PT PJB UP Gresik is one of the state power that is connected with the Java-Bali interconnection. The electricity supply to this system will remain stable if the steam power constantly operate and one of the important factors in order to remain in operation is the reliability of the production machine. Therefore, engine maintenance is very important to keep the availability of electricity supply. In doing maintenance of spare parts where necessary spare part is a supporting component of the main engine. Every time the machine is corrupt, the availability of spare parts is essential. The problems that occurred in the SPA that is done booking each spare part - where reservations were made every spare part inventories for each of the items had crossed the line so that the reorder point in making reservations entail large part. Monte Carlo simulation is performed to describe the condition of inventories of spare parts and also as a parameter to do the modeling using the Can-orders, where in doing modeling viewed from availability spare parts and associated costs in this study. Models generated by Monte Carlo simulation is expected to design systems Can-Ordering supplies to be able to provide improvements to the problems that occur. Keywords: spare part, Monte Carlo, Can-Order 1. Pendahuluan Inventory atau persediaan merupakan aset yang sangat penting, baik dilihat dari jumlahnya maupun dilihat dalam kegiatan perusahaan. Dalam pengelolaan persediaan barang, jika pengendaliannya kurang baik maka akan menimbulkan kondisi yang menyebabkan peningkatan biaya dalam organisasi perusahaan. Jika barang yang tersedia terlalu banyak maka perusahaan akan mengalami kerugian karena harus menanggung biaya kerusakan dan penyimpanan, biaya dari bunga yang tertanam dalam persediaan, biaya gudang, biaya perawatan, administrasi, asuransi, dan lainlain. Jika barang yang tersedia hanya sedikit 1

2 juga akan menimbulkan kerugian dikarenakan kehilangan kepercayaan pelanggan, proses produksi akan berhenti, dan mengakibatkan tidak mendapatkan keuntungan. PT PJB UP Gresik merupakan salah satu pembangkit listrik negara yang terhubung dengan interkoneksi Jawa-Bali. Pasokan listrik ke sistem ini akan tetap stabil apabila PLTU tetap beroperasi dan salah satu faktor penting agar tetap beroperasi adalah keandalan mesin produksi. Oleh karena itu perawatan mesin sangat penting guna tetap tersedianya pasokan listrik. Dalam melakukan perawatan diperlukan adanya spare part dimana spare part adalah komponen pendukung dari mesin utama. Setiap kali mesin tersebut mengalami kerusakan maka ketersediaan spare part adalah hal yang penting. Persediaan spare part biasanya terdiri dari banyak jenis, sama halnya Unit Pembangkit 1 dan 2 pada PLTU di PJB dimana jumlah spare part sendiri berjumlah ribuan spare part yang pengendaliannya dikelompokkan dalam dua kategori yaitu non stocked item dan stocked item. Spare part yang non stocked item yaitu spare part yang permintaannya rendah, sedangkan spare part stocked item yaitu spare part yang permintaannya tinggi sehingga diperlukan kebijakan untuk dilakukan stock. Permasalahan yang terjadi di PJB yaitu pemesanan spare part dilakukan secara masing masing dimana pemesanan dilakukan setiap persediaan spare part untuk masingmasing item sudah melewati batas reorder point sehingga dalam melakukan pemesanan part dibutuhkan biaya yang besar. PT.PJB dalam pembelian spare part tidak terlalu sering menggunakan sistem tender. Hal ini dikarenakan dalam sistem tender pembelian spare part lebih baik dalam jumlah besar sehingga biaya pemesananny menjadi lebih murah. Namun dikarenakan pembelian spare part di PT. PJB rentang waktunya tidak sama hal ini yang mengakibatkan pembelian spare part menjadi masing- masing. Hal ini berbanding terbalik dengan tujuan dari PJB sendiri, dimana dari pihak PJB ingin menurunkan biaya total persediaan. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian persediaan yang baik yang bertujuan menghemat biaya atau menyederhanakan pengendalian tersebut dengan bentuk pengendaliannya adalah koordinasi pemesanan berupa sistem Can-order. Hal ini lah yang mengakibatkan terjadinya keterkaitan antar item yang satu dengan yang lain. Sistem Canorder merupakan salah satu kebijakan dalam pengendalian pemesanan yang mengakomodasi keterkaitan antar item tersebut. Secara spesifik sistem Can-order bertujuan untuk menghasilkan penghematan biaya tetap dalam melakukan order yang cukup tinggi. Pengendalian yang dilakukan dalam sistem ini didasarkan pada suatu joint parameters yang dikenal dengan sistem (s,c,s). 2. Sistem Persediaan Dengan Kebijakan Koordinasi Pemesanan Kebijakan ini berkaitan dengan sistem perseidaan dimana terdapat beberapa macam item yang berbeda dan hanya terdapat satu supplier. Untuk persediaan yang demikian maka suatu koordinaasi perlu dilakukan agar lebih efisien dalam hal biaya. Biaya pemesanan nantinya terdiri dari suatu biaya pemesanan major dan biaya dependen minor masing-masing item yang disertakan dalam pemesanan. Dalam berbagai literatur inventory permasalahan ini dikenal dengan The Joint Replenishment Problem (JRP). 3. Keuntungan dan Kekurangan Koordinasi Pemesanan Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya dilakukan pemesanan dalam pengendalian sistem persediaan multi-item: Menghemat biaya pembelian per unit. Jika suatu kelompok item diorder dari supplier yang sama, maka dapat diperoleh suatu potongan harga (discount) apabila jumlah pemesanan mencapai sutau ukuran tertentu. Menghemat biaya transportasi. Konsepnya sama seperti sebelumnya, jika terdapat sekelompok item maka dapat diperoleh potongan (discount) biaya transportasi seperti misalnya suatu carload. Menghemat biaya pemesanan. Dalam kasus dimana suatu biaya tetap melakukan pemesanan relatif tinggi, maka cukup beralasan untuk mengelompokkan beberapa item ke dalam suatu pemesanan (single order) untuk mengurangi total biaya tetap pemesanan per tahun. Memudahkan penjadwalan. Pengelolaan pemesanan secara 2

3 terkoordinasi akan memberikan kemudahan penjadwalan waktu pemesanan, tugas penerimaan, inspeksi, dan sebagainya. Dalam kenyataannya, secara umum seorang manajer pembelian cenderung untuk berfikir secara vendor/ supplier daripada membeli dalam ukuran unitunit tersendiri. Sebaiknya beberapa kelemahan yang menjadi kekurangan dari kebijakan koordinasi pemesanan ini yaitu: Meningkatnya biaya rata-rata persediaan. Hal ini terjadi karena akan ada beberapa item yang dipesan lebih awal daripada jika dikendalikan secara tersendiri. Meningkatnya biaya pengendalian sistem. Secara konseptual masalah pengendalian yang dikoordinasikan lebih kompleks sifatnya. Oleh karena itu dengan pengendalian yang terkoordinasi biaya peminjaman, perhitungan dan sebagainya akan lebih tinggi Mengurangi fleksibilitas. Karena tidak dikendalikan secara tersendiri, maka akan mengurangi fleksibilitas perusahaan dalam menghadapi situasi yang tidak biasa. 4. Kebijakan Can-Order Kebijakan can-order merupakan salah satu kebijakan yang terdapat dalam sistem koordinasi pemesanan (joint replenishment problem). Kebijakan can-order adalah kebijakan untuk bisa melakukan pemesanan apabila suatu item i sudah berada atau dibawah tingkat c (tingkat untuk bisa melakukan pemesanan). Kebijakan can-order pertama kali diperkenalkan oleh Balintfy (1964), kebijakan tersebut bisa ditinjau dengan peninjauan persediaan kontinu atau dengan peninjauan persediaan periodik. Kebijakan can-order yang akan ditinjau disini adalah kebijakan can-order dengan peninjauan persediaan periodik dimana proses melakukan order ketika item i sudah mencapai atau dibawah titik s, dan item lain yang berada pada tingkat can-order(c) juga diikutsertakan dalam pemesanan dilakukan setiap periode peninjauan setiap periode peninjauan persediaan hingga persediaan mencapai titik S. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Kebijakan Can-Order Penyelesaian permasalahan persediaan dengan kebijakan can-order adalah dengan memformulasikan masalah sebagai n-dimensi rantai Markov, dan menggunakan iterasi algoritma untuk mendapatkan kebijakan joint replenishment (pemesanan bersama) yang optimal. Ohno et al (1984) memperkenalkan perhitungan untuk mendapatkann hasil optimal dengan menggunakan algoritma policyiteration, akan tetapi perhitungan ini hanya bisa digunakan untuk semua persediaan dengan 2-4 item saja. Silver (1974) memperkenalkan prinsip dekomposisi untuk memodelkan hubungan antar item. Dasar dari penelitian ini adalah untuk memecahkan permasalahan sistem persediaan menjadi n subpermasalahan, masing-masing n mewakili satu item. Item i memiliki kesempatan pemenuhan persediaan (replenishment) hingga mencapai titik S dengan biaya pemesanan major dan minor yaitu K + k i yang timbul ketika tingkat persediaan mencapai titik s, dan dengan adanya kesempatan diskon maka item lain yang sudah mencapai titik c ikut dalam pemesanan dan berbagi dalam biaya pemesanan yaitu biaya pemesanan minor k i, hal ini akan menyebabkan permasalahan kesempatan diskon menjadi kompleks, sehingga Silver menyarankan untuk memperkirakan proses kesempatan diskon ini sebagai proses Poisson dengan rata-rata µ i, dan diasumsikan bersifat independen. Nilai µ i didapatkan dengan melakukan perhitungan rata-rata jumlah item lain yang diikutkan dalam pemesanan (β j ). Pada pendekatan kontinu, memodelkan kesempatan diskon dengan n-1 proses poisson yang juga merupakan proses poisson dengan nilai Pada peninjauan kontinu Silver (1974) mengasumsikan permintaan juga dengan proses Poisson, sedangkan Federgiven, Groenevelt & Tijms (1984) mengasumsikan permintaan sebagai compound poisson dan menggunakan algoritma policy-iteration untuk 3

4 mendapatkan kebijakan can-order. Schultz & Johansen (1999) melakukan penelitian dan menunjukkan bahwa dekomposisi bisa dikembangkan dengan mengasumsi bahwa waktu antar kedatangan kesempatan diskon berdistribusi Erlang. Prinsip dekomposisi merupakan agloritma yang dikembangkan oleh Melchiors (2001). Pada model dengan peninjauan periodik beberapa item bisa menyebabkan terjadinya pemesanan pada satu waktu yang bersamaan, dan pendekatan yang digunakan untuk memodelkan kesempatan diskon adalah dengan proses Bernoulli, yaitu apabila keluaran bernilai 1 maka terdapat kesempatan diskon, sedangkan apabila keluaran bernilai 0 maka tidak dapat kesempatan diskon pada masa lalu, hal ini menunjukkan bahwa proses ini bisa dianggap sebagai versi diskrit dari proses poisson. Pada suatu sistem persediaan, memiliki sejumlah n item, dengan model periodik dimana setiap periode merepresentasikan fungsi waktu untuk melakukan peninjauan. Model persediaan disini merupakan model stokastik statis, dengan D i menotasikan permintaan dan LTD i adalah permintaan selama lead time. Permintaan yang tidak dapat dipenuhi adalah backorder, memiliki tingkat biaya penalti (p i ) yang selanjutnya akan mempunyai biaya tetap sebesar π i tiap unit backorder. Pada akhir setiap periode akan timbul biaya penyimpanan (holding cost / h i ) untuk tiap unit item yang disimpan dan biaya penalti (p i ) untuk setiap item yang melakukan backorder. Lead time (L i ) konstan untuk setiap item i. Biaya tetap pemesanan akan terdiri dari biaya major (K) ditambah dengan biaya minor (k i ) untuk setiap item i yang diikutkan dalam pemesanan item lain. β j merupakan fraksi waktu, dimana item j memiliki tingkat persediaan dibawah titik s j. Proses pemesanan item i independen dengan proses pemesanan item j, untuk semua j i. Dengan melakukan perhitungan rata-rata keuntungan untuk tiap kesempatan diskon (δ j ) untuk setiap item j, maka besar biaya pemesanan major yang harus dikeluarkan item i menjadi K - i, dimana :....Persamaan (1) Ψ i merupakan bilangan random yang menotasikan jumlah item (tidak termasuk item i) dengan tingkat persediaan dibawah titik s (titik must order), sehingga probabilitas paling sedikit ada satu item yang diikutkan dalam pemesanan selain item i adalah:...persamaan (2) 5. Model Single Item Pada awal periode sistem persediaan, akan datang pemesanan (order), dan permintaan yang tidak bisa dipenuhi dengan segera adalah backorder. Pada akhir periode, biaya-biaya akan ditimbulkan oleh jumlah persediaan secara fisik dan jumlah biaya karena backorder. Pada suatu keadaan x n yang merupakan keadaan persediaan pada akhir periode n. Dibawah kebijakan can-order{x n } n 0 merupakan sebuah rantai Markov dengan regenerasi poin S, dan siklus persediaan merupakan waktu diantara dua titik S (titik regenerasi). Pada suatu titik x dimana tidak dilakukan pemesanan, maka posisi persediaan akan menjadi x-j, dengan probabilitas Poisson untuk setiap j 0, akan tetapi bila dilakukan pemesanan maka posisi persediaan akan berada di titik S. C(x) merupakan biaya yang terjadi pada suatu periode, dan perhitungannya dipengaruhi oleh lead time permintaan dengan probabilitas ø(j) : Pada akhir periode, terdapat tiga pilihan tindakan yang dapat diambil yaitu: melakukan pemesanan, ikut dalam item lain (joint order) atau membiarkan posisi persediaan tetap tidak berubah. Dengan probabilitas µ, item yang lain telah melakukan pemesanan, dan mengikuti dalam pesanan (joint order) bisa dilakukan jika. Sebaliknya, jika dan tidak terdapat kesempatan potongan harga, maka pemesanan 4

5 dilakukan dan jika, serta tidak terdapat kesempatan potongan harga maka pemesanantidak dilakukan. Ketika mengikutkan dalam pemesanan maka biaya pemesanan adalah. Pada kedua pilihan ini posisi persediaan akan kembali berada pada titik S. Hal yang harus dispesifikasikan adalah hal yang terjadi ketika x s, dan item lain melakukan pemesanan. Apabila item lain melakukan pemesanan maka dapat diikutkan dalam pemesanan (joint order)dan beban biaya pemesanan yang dikeluarkan hanya biaya pemesanan minor k. Biaya minor (spesifik item) pemesanan tiodak dibagi, akan tetapi apabila terdapatr kesempatan diskon maka jumlah biaya pemesanan major menjadi K -. Jumlah item yanng akan membagi biaya pemesanan major (K) apabila dilakukan pemesanan adalah E(Ψ/Ψ 0) + 1, karena sedikitnya ada satu item yang melakukan pemesanan, dan dengan mengkondisikan Ψ bernilai nol atau positif, maka biaya pemesanan yang diharapkan ketika x < s adlaah : k+(k- )0 dimana : Untuk mendapatkan kebijakan canorder yang near-optimal maka digunakan algoritma tailor- made policy iteration yaitu : Kebijakan optimal adalah dengan biaya sistem yang paling minimal, dan bisa didapatkan dengan menyelesaikan persamaan optimalisasi biaya, yaitu :......persamaan (8) Dengan : = Biaya harapan hingga mencapai titik regenerasi berikut adalah z(x), yang bisa dicari secara rekursif dengan menggunakan formula :......persamaan (5) Waktu harapan untuk mencapai titik regenerasi adalah y(x). Nilai y(x) dicari secara rekursif denga n menggunakan formula :......persamaan (6) Inisialisasi nilai g bisa didapatkan dengan melakukan evaluasi pada kebijakan yang telah ada. Pada saaat iterasi, digunakan nilai g untuk mendapatkan pengembangan kebijakan dengan menyelesaikan persamaan v(x) dan S. Nilai g adalah biaya kebijakan yang baru setelah dilakukan tindakan minimalisasi. Apabila g = g... maka persamaan (7) telah terselesaikan dan kebijakan near optimal telah tercapai. Tindakan v(s) = 0 dan perhatikan must-order point s. Untuk nilai x yang sangat kecil maka akan selalu optimal apabila melakukan pemesanan, sehingga hal yang perlu dilakukan adalah mendapatkan nilai x yang sangat kecil dimana tidak dilakukan pemesanan (posisi x + 1), sehingga didapatkan must-order point s adalah : Sehingga biaya rata-rata untuk kebijakan can-order adalah : 5

6 Dengan menggunakan v(x) =v 1 untuk semua x s. Tetapkan x = s, hingga v(x) > v 3 (g,x). Nilai x ditambahkan dengan satu dan menghitung nilai v(x) = v 2 (g,x). Untuk mendapatkan nilai c maka dilakukan perhitungan posisi persediaan pada titik dimana tidak dilakukan ikut melakukan pemesanan apabila ada kesempatan diskon, dengan menggunakan : Untuk melakukan pemesanan optimal hingga mencapai titik S maka perlu dilakukan minimalisasi nilai relatif untuk tiap titik (state), sehingga dipilih S sedemikian hingga v(s) adalah minimal. Dengan enumerasi untuk mendapatkan nilai S dengan minimal v(s) yaitu : Kemudian hitung nilai y(x) dengan persamaan (5) untuk kebijakan yang diperoleh dan biaya g dapat diperoleh dengan : Dan untuk x s adalah : Jumlah harapan pemesanan untuk setiap periode adalah jumlah tingkat persediaan berada pad titik x pada suatu siklus persediaan dengan x s, dibagi dengan panjang siklus y(s) : Suatu item mendapatkan keuntungan dari kesempatan diskon, yang terjadi ketika posisi persediaan berada dibawah titik c. Nilai harapan untuk berada pada titik x adalah v(x). Apabila terdapat kesempatan diskon,dan sistem persediaan berada pada titik x dan x c, maka kesempatan tersebut akan diambil dan posisi persediaaan akan berada pada titik S. Nilai relatif untuk titik S adalah nol, dan keuntungan dari kesempatan diskon adalah v(x)-k, ilustrasi dapat dilihat dalam Gambar 2.3. Jika v (S) = 0, dan g =g, maka telah terselesaikan (7), dengan kebijakan optimal ditentukan dengan persamaan (8),(9), dan (10)..., sebaliknya bila g <g lakukan iterasi yang lain dengan nilai baru g=g Notasikan berapa banyak tingkat persediaan berada pada titik x pada suatu siklus persediaan dengan m(x). Persediaan bisa berada pada titk x setelah berada pada titik x+j setelah permintaan sebanyak j unit, untuk j>0 m(x) bisa didapatkan secara rekursif dengan persamaan : Untuk x=c,c-1,...,s+1 Gambar 2.3 Nilai Relatif V(x) Untuk Kebijakan Optimal Apabila x > c, maka tidak diikutkan dalam pemesanan, sehingga keuntungannya adalah nol, asumsi kesempatan diskon adalah independen, sehingga keuntungan harapan untuk tiap siklus persediaan bisa didapatkan dengan mengkondisikan persediaan berada pada titik x. Jumlah periode berada pada titik x adalah m(x), sehingga keuntungan yang diharapkan untuk tiap siklus adalah : 6

7 Keuntungan dari siklus, kesempatan diskonnannya didapatkan dari satu kesempatan diskon untuk tiap siklus, sehingga untuk mendapatkan keuntungan harapan (δ) dari kesempatan diskon untuk tiap kesempatan diskon, adalah dibagi dengan µy(s), sehingga jumlah kesempatan diskon harapan untuk tiap siklus adalah : dapat dilihat aspek biaya- biaya terkait seperti holding cost, order cost, dan stock out cost. Dengan menggunakan metode (s,c,s) dapat ditentukan kombinasi untuk parameter (S) dan (s) untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari segi biaya dan ketersediaan barang. Seperti terlihat pada gambar Studi Kasus : PJB Studi kasus pada penelitian ini adalah bagaimana merencanakan dan mengendalikan sistem persediaan untuk beberapa macam spare part dengan mengatur koordinasi antar item, dan dapat memberikan saran perbaikan terhadap penurunan biaya total persediaan di perusahaan. Batasan yang digunakan dalam Studi Kasus ini adalah penelitian hanya dilakukan terhadap spare part yang tergolong stocked item dalam Unit Pembangkit 1 dan 2. Asumsi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah lead time pengiriman part bersifat tetap. 7. Pengolahan Can-Order Pengolahan data dilakukan dengan pengembangan model dan penyelesaiannya. Model yang dibuat berdasarkan struktur distribusi yang terjadi di lapangan. Pada tahap ini terdapat langkah-langkah sistematis pengolahan data. Adapun langkah-langkah yang terdapat dalam tahap ini adalah : 1. Klasifikasi Spare part terpilih dengan menggunakan metode ABC Metode ABC analisis digunakan untuk memetakan part mana yang memerlukan perhatian lebih dengan kata lain part yang penting, disebut dengan kelompok A, dan untuk kelompok B tingkat kepentingan dibawah kelompok A, sedangkan untuk kelompok C dapat dikatakan tidak menjadi fokus perhatian utama. 2. Penentuan parameter dengan menggunakan Simulasi Monte Carlo Dengan konsep Monte Carlo dapat disimulasikan tingkat persedian di gudang berdasarkan parameter tertentu, dan Gambar 3.2 Flowchart Simulasi 1. Setting Input Simulasi Pada tahap setting parameter input ini parameter awal sebagai acuan, yakni dengan pendekatan EOQ. Parameter adalah Max Stock, Min Stock, Safety Stock dan probability stockout. 2. Generate Data Random Pada tahap ini membuat data random yang menyerupai data historis dengan menggunakan simulasi. Tahap pertama adalah denga probabilitas jumlah penggunaan data historis. Setelah itu mengetahui probabilitas jumlah penggunaan, maka nilai-nilai tersebut digunakan sebagai input-an dalam mengenerate bilangan acak. Langkah-langkahnya sebagai berikut: Menentukan distribusi jumlah dan waktu antar kedatangan Memodelkan perilaku acak dari jumlah maupun waktu antar kebutuhan Men-generate data-data jumlah dan waktu antar kebutuhan Menggunakan data tersebut untuk melakukan simulasi 7

8 8. Hasil Simulasi dan Pembahasan Dalam penelitian ini simulasi dilakukan dengan menggunakan data-data hasil pengolahan sebelumnya sebagai input. Simulasi ini memiliki tujuan untuk memperoleh output berupa parameter join ordering (s,c,s) dan biaya total pengendalian. Parameter-parameter join ordering (s,c,s) dicari dengan melakukan perhitungan mencari nilai s dan S, yang kemudian dilanjutkan mencari nilai c yang optimal dengan menggunakan kombinasi. Perhitungan dengan Spreedshet ini dilakukan untuk mencari biaya total per periode yang paling minimum. Pada penelitian ini tidak semua spare part dilakukan perhitungan, namun hanya akan dipilih beberapa spare part saja. Pemilihan spare part ini berdasarkan dengan kesamaan dalam tempat pembelian part tersebut sehingga dalam pemesanannya dapat dilakukan join order. Dari data-data yang didapat sebelumnya kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan software excel. Dengan mengunakan monte carlo, 8 part disimulasikan. Duapuluh empat data pertama untuk demand merupakan data asli yaitu penggunaan part selama dua tahun, selanjutnya 120 data demand di-generate berdasarkan distribusi poisson. 9. Hasil Simulasi Pembelian Part pada Supplier 1 Dalam simulasi pembelian part pada Supplier 1, disini menggunakan 5 part untuk dilakukan penghitungan. Setelah didapat nilai (s,s) dari masingmasing part kemudian dibuat kombinasi c yang sesuai dimana nilai c berada diantara s dan S. Berikut nilai s dan S dari masingmasing part seperti ditunjukkan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Nilai s dan S dari masingmasing part Part s S Kombinasi yang didapat dari nilai s dan S pada tabel 4.10 diatas berjumlah 2 kombinasi untuk nilai c, yaitu sebagai berikut: 12322, dan Dari kombinasi tersebut dihitung biaya total yang terjadi selama 10 tahun berikutnya, kemudian dibandingkan biaya total dengan perhitungan biasa tanpa menggunakan metode can order. Setelah dilakukan perhitungan can order diperoleh total biaya dari simulasi dengan kombinasi yaitu sebesar Rp1,221,003,084,-. Untuk mengetahui apakah metode can order diperoleh perbaikan terhadap sistem yang ada, maka perlu dibandingkan dengan total biaya dari sistem yang ada di perusahaan. Perhitungan total biaya dari sistem di perusahaan dapat dilihat pada lampiran C. Hasil dari perbandingan total biaya yang terjadai antara total biaya yang ada di perusahaan dan total biaya dengan menggunakan metode can order dengan kombinasi dapat dilihat pada tabel Tabel 4.12 Total biaya simulasi pada Supplier 1 Can Order Normal Total cost Rp1,215,983, Rp1,221,003, Rp1,221,294,084 Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa total biaya yang terjadi menggunakan sistem yang ada di perusahaan sebesar Rp1,215,983,084,-. Sedangkan dengan mengunakan metode can order dengan kombinasi yang ada dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode can order tidak lebih baik dengan yang terjadi pada perusahaan untuk pembelian part pada supplier 1 Pada simulasi ini dibandingkan penghematan antara kombinasi-kombinasi yang terjadi dengan perhitungan dengan sistem yang ada di perusahaan. Didapatkan bahwa dengan menggunakan kombinasi nilai c biaya penghematan yang didapatkan perusahaan sebesar (-) Rp ,- seperti terlihat pada gambar

9 Gambar 5.1 Penghematan pada supplier 1 Seperti terlihat pada gambar 5.1 diatas penggunaan metode can order untuk penghematan pada Supplier 1 tidak lebih baik dengan perhitungan dengan system di perusahaan. Hal ini dikarenakan barang yang terdapat pada Supplier 1 tingkat permintaanya rendah sehinga dalam pembelian tidak dilakukan terlalu banyak. 10. Hasil Simulasi Pembelian Part pada Supplier 2 Dalam simulasi pembelian part pada Supplier 2, disini menggunakan 3 part untuk dilakukan penghitungan. Setelah didapat nilai (s,s) dari masingmasing part kemudian dibuat kombinasi c yang sesuai dimana nilai c berada diantara s dan S. Berikut nilai s dan S dari masingmasing part seperti ditunjukkan pada tabel Tabel 4.16 Nilai s dan S dari masingmasing part Part s S Kombinasi yang didapat dari nilai s dan S pada tabel 4.16 diatas berjumlah 6 kombinasi untuk nilai c, yaitu sebagai berikut: 333, 343, 334, 344, 335, dan 345. Dari kombinasi tersebut dihitung biaya total yang terjadi selama 10 tahun berikutnya, kemudian dibandingkan biaya total dengan perhitungan biasa tanpa menggunakan metode can order. Setelah dilakukan perhitungan can order diperoleh total biaya dari simulasi dengan kombinasi 333 yaitu sebesar Rp ,-. Untuk mengetahui apakah metode can order diperoleh perbaikan terhadap sistem yang ada, maka perlu dibandingkan dengan total biaya dari sistem yang ada di perusahaan. Perhitungan total biaya dari sistem di perusahaan dapat dilihat pada lampiran D. Hasil dari perbandingan total biaya yang terjadai antara total biaya yang ada di perusahaan dan total biaya dengan menggunakan metode can order dengan kombinasi dapat dilihat pada tabel Tabel 4.18 Total biaya hasil simulasi Supplier 2 Normal Can Order Total cost Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp2,038,618,862 Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa total biaya yang terjadi menggunakan sistem yang ada di perusahaan sebesar Rp ,-. Sedangkan dengan mengunakan metode can order dengan kombinasi yang optimal dapat dilihat pada kombinasi 333 sebesar Rp ,-. Pada simulasi ini dibandingkan penghematan antara kombinasi-kombinasi yang terjadi dengan perhitungan dengan sistem yang ada di perusahaan. Didapatkan bahwa dengan menggunakan kombinasi nilai c 333 biaya penghematan yang didapatkan perusahaan sebesar Rp ,- seperti terlihat pada gambar 5.2. Gambar 5.2 Penghematan pada supplier 2 Seperti terlihat pada gambar 5.1 diatas dengan menggunakan metode can order perusahaan dapat menghemat hingga Rp ,-. Walaupun dengan nilai c yang berbeda-beda namun dengan nilai c 333 penghematan lebih optimal. 9

10 11. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik berkaitan dengan koordinasi pemesanan dengan menggunakan metode can order antara lain: 1. Spare part yang dapat dilakukan pemesanan dengan menggunakan metode can order ialah sapare part yang pemesanannya dalam satu tempat dapat memenuhi bermacammacam spare part. 2. Total biaya dengan menggunakan metode can order lebih efisien dibandingkan dengan total biaya pada sisitem yang dilakukan di PT. PJB. 3. Pada supplier 1 penggunaan metode can order untuk penghematan tidak lebih baik dengan perhitungan menggunakan sistem di perusahaan. 4. Penghematan yang paling besar diperoleh pada item yang dibeli pada supplier 2 yaitu dengan mengguanakan metode can order dengan kombinasi nilai c 333 yaitu sebesar Rp , Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian berdasarkan kesimpulan yang ada yaitu metode ini baik untuk digunakan dalam mengendalikan sistem persediaan yang ada di PT.PJB. Hal ini cukup beralasan dikarenakan metode ini mampu menghasilkan penghematan biaya persediaan yang cukup besar. Persediaan dengan menggunakan software dapat lebih memudahkan dalam melakukan pengerjaan menggunakan metode can order. Lukito, Hanny K. (2007). Penentuan Kebijakan Replenishment dengan Pendekatan (S,Q) dan Statistical Process Control (SPC) untuk Meminimalkan Biaya Persediaan. Surabaya. Tugas Akhir ITS Muga, Efraim Crhisacsensio. (2002). Koordinasi Pemesanan Pada Persediaan Spare part Dengan Menggunakan Can-Ordering Policy (Studi Kasus PT. United Tractors Tbk. Cabang Subaraya). Surabaya. Tugas Akhir ITS Penangsang, Wirawan Aditya S. (2010). Pengendalian Persediaan Spare Part dengan Pendekatan Periodic Review (R,s,S) Sistem. Surabaya. Tugas Akhir ITS Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain Management. Surabaya, Guna Widya Silver, E. A., Pyke; David F; Peterson, Rein (1998). Inventory Management and Production Planning and Scheduling. New York, John Wiley & Sons Tersine, R J (1994). Principles of Inventory and Material Management. New Jersey. Prentice Hall International Edition Waters, C D J (1992). Inventory Control and Management. John Wiley & Sons 13. Daftar Pustaka Enis Kayis, Taner Bilgic, dan Deniz Karabulut. (2002). A Note on The Can-orderPolicy for The Two-Item Stochastic Joint-Replenishment. IIE Transactions, 40: 1, Johansen, SG dan Melciors P. (2003). CanorderPolicy for The Periodic-review Joint Replenishment Problem. Journal of the Operational Research Society 54,

Penelitian TUGAS AKHIR

Penelitian TUGAS AKHIR LOGO Penelitian TUGAS AKHIR PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DENGAN MENGGUNAKAN CAN-ORDERING POLICY STUDI KASUS : PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK Irfan Ardiana Putra 2506100055 Dosen Pembimbing : Prof.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA) PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA) Linda Fransiska 2507.100.022 Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D Latar Belakang (1)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN-ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN-ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA) PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN-ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA) Linda Fransiska, I Nyoman Pujawan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY

MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY Disusun oleh : Ihwan Hamdala NRP : 2509203007 Dibimbing oleh: Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., PhD Nani

Lebih terperinci

JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA

JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI 2509100112 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA Gambaran PT. X 5% bentuk pakan 30% tepung/kon sentrat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah 30 31 3.1.Tahap Identifikasi dan Pendahuluan Tahap identifikasi dan pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan studi

Lebih terperinci

Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Spare Part Mesin Di Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik Menggunakan Kebijakan Can-Order

Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Spare Part Mesin Di Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik Menggunakan Kebijakan Can-Order Performa (2013) Vol. 12, No. 1: 57-68 Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Spare Part Mesin Di Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik Menggunakan Kebijakan Can-Order Alfan Zaldiansyah, Wakhid Ahmad Jauhari

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART MESIN DI UNIT PRODUKSI 1 PT. PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN KEBIJAKAN CAN-ORDER

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART MESIN DI UNIT PRODUKSI 1 PT. PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN KEBIJAKAN CAN-ORDER PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART MESIN DI UNIT PRODUKSI 1 PT. PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN KEBIJAKAN CAN-ORDER Alfan Zaldiansyah Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Tyas Dessandie, Sutanto, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tyas Dessandie, Sutanto, dan Pangadi Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG PESAWAT TERBANG DI PT. GARUDA MAINTENANCE FACILITY AERO ASIA (PT. GMF AA) DENGAN METODE ABC-FUZZY CLASSIFICATION DAN CONTINUOUS REVIEW MODEL Tyas Dessandie, Sutanto,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

Penjadwalan Pemesanan Bahan Baku untuk meminimasi Ruang Penyimpanan di Raw Material Warehouse Lamp Factory PT. Philips Indonesia

Penjadwalan Pemesanan Bahan Baku untuk meminimasi Ruang Penyimpanan di Raw Material Warehouse Lamp Factory PT. Philips Indonesia Penjadwalan Pemesanan Bahan Baku untuk meminimasi Ruang Penyimpanan di Raw Material Warehouse Lamp Factory PT. Philips Indonesia DISUSUN OLEH: NISMAH MAULIDA2506100178 PEMBIMBING: Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA *

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA * RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY CAN ORDER POLICY MODEL ON TWO ECHELON SUPPLY CHAIN WITH VENDOR MANAGED INVENTORY SYSTEM Ihwan Hamdala 1,*),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki oleh perusahaan dan dipergunakan dalam proses produksi atau dalam memberikan

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia)

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia) PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia) DETERMINATION ORDER POLICY SKINCARE AND PLASTER PRODUCT VENDOR MANAGED

Lebih terperinci

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product dan Multi Retailer di PT. Petrokimia Gresik Oleh : Novita Purna Fachristy 2507100123 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ)

Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ) Ayu Tri Septadianti, Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI 1209100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PERBAIKAN SETTING PARAMETER PERSEDIAAN SUKU CADANG DENGAN PENDEKATAN SIMULASI MONTE CARLO (Studi kasus di Chevron Indonesia Company)

PERBAIKAN SETTING PARAMETER PERSEDIAAN SUKU CADANG DENGAN PENDEKATAN SIMULASI MONTE CARLO (Studi kasus di Chevron Indonesia Company) Program tudi MMT-IT, urabaya 0 Juli 06 PERBAIKAN ETTING PARAMETER PEREDIAAN UKU CADANG DENGAN PENDEKATAN IMULAI MONTE CARLO (tudi kasus di Chevron Indonesia Company) Edi Triono ) dan I Nyoman Pujawan )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih banyak sekali perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun manufaktur yang menyebabkan persaingan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT Puji Lestari, Liong Irena, I Gede Agus Widyadana Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Siwalankerto, Surabaya, Indonesia (Received:

Lebih terperinci

Inventory Management : MODEL PERSEDIAAN. TUJUAN Mengetahui model-model pengelolaan persediaan

Inventory Management : MODEL PERSEDIAAN. TUJUAN Mengetahui model-model pengelolaan persediaan Inventory Management : MODE PERSEDIAAN TUJUAN Mengetahui model-model pengelolaan persediaan MODE PERSEDIAAN Tujuan menentukan ukuran persediaan Ukuran persediaan berhubungan dengan ukuran pesanan, frekuensi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW (s,s) (STUDI KASUS: PT PLN PERSERO APJ GRESIK)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW (s,s) (STUDI KASUS: PT PLN PERSERO APJ GRESIK) Full Paper PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW (s,s) (STUDI KASUS: PT PLN PERSERO APJ GRESIK) MATERIAL INVENTORY CONTROL APPROACH TO CONTINUOUS REVIEW (s,s) (CASE STUDY:

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS SENSTIVITAS MODEL P(R,T) MULTI ITEM DENGAN ADANYA KENAIKAN HARGA

ANALISIS SENSTIVITAS MODEL P(R,T) MULTI ITEM DENGAN ADANYA KENAIKAN HARGA ANALISIS SENSTIVITAS MODEL P(R,T) MULTI ITEM DENGAN ADANYA KENAIKAN HARGA Handi Koswara, Dharma Lesmono Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jurusan

Lebih terperinci

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Inventory Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Apa yang dimaksud inventory? Inventory adalah bahan baku. Suku cadang, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Proses Pengadaan Persediaan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Proses Pengadaan Persediaan BAB II DASAR TEORI Pada bab II ini akan dibahas mengenai teori yang akan digunakan dalam pengerjaan tugas akhir. Diawali dengan penjelasan mengenai proses pengadaan persediaan, fungsi biaya produksi cekung,

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya

Lebih terperinci

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT PENGENDALIAN PERSEDIAAN Oleh : 1 Introduction Definisi Persediaan Aliran dan Stock dari Persediaan 2 Proses Aliran Material Proses Produksi Work in process Work in process Work in process Work in process

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

Sriyanto, Heru Prastawa dan Prudensy F. Opit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Sriyanto, Heru Prastawa dan Prudensy F. Opit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro B-13-1 EVALUASI KEBIJAKAN PEMESANAN DAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF MODEL PEMESANAN SUKU CADANG BERDASARKAN KRITERIA BIAYA (Studi Kasus di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Sidoarjo) Sriyanto, Heru Prastawa

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

ANALISA INVENTORY TURNOVER PADA PRODUK EKSPOR PADA PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA

ANALISA INVENTORY TURNOVER PADA PRODUK EKSPOR PADA PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA ANALISA INVENTORY TURNOVER PADA PRODUK EKSPOR PADA PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA Prawasmita Sedyandini dan Moses L. Singgih Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL PERSEDIAAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO. Dian Ratu Pritama ABSTRACT

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL PERSEDIAAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO. Dian Ratu Pritama ABSTRACT PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL PERSEDIAAN PROBABILISTIK MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO Dian Ratu Pritama Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Universitas Komputer Indonesia MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU TALANG MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT SANLON

RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU TALANG MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT SANLON Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU TALANG MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET 1) Benny Santoso 2) Liliana 3) Imelda Yapitro Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Surabaya Raya Kalirungkut Surabaya 60293 (031) 298 1395 email

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PAKAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KLASIFIKASI PRODUK PADA PT. X

KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PAKAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KLASIFIKASI PRODUK PADA PT. X KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PAKAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KLASIFIKASI PRODUK PADA PT. X Jazilatur Rizqiyah Deviabahari, Suparno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

SOLUSI OPTIMAL MODEL STOKASTIK SISTEM PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN YANG BERGANTUNG PADA STOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI MONTE CARLO

SOLUSI OPTIMAL MODEL STOKASTIK SISTEM PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN YANG BERGANTUNG PADA STOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI MONTE CARLO SOLUSI OPTIMAL MODEL STOKASTIK SISTEM PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN YANG BERGANTUNG PADA STOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI MONTE CARLO Liem Chin; Agus Sukmana Jurusan Matematika Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 1 MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 2 PENDAHULUAN Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Bentuk

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) Diana Safitri Yulianti, I Nyoman Pudjawan Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

Hasil Simulasi Monte Carlo Material di Kuadran II

Hasil Simulasi Monte Carlo Material di Kuadran II Hasil Simulasi Monte Carlo di Kuadran II Hasil Simulasi Monte Carlo di Kuadran II a. Alternatif 1 : Dengan nilai s = 92, S= 154 dan Total cost = Rp 145.641.597 b. Alternatif 2 : Dengan nilai s = 99 dan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA

USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA Farah Azaria Kirana *), Muhammad Mujiya Ulkhaq Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied Reseach atau penelitian terapan yang mempunyai alasan praktis, keinginan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

Contoh MRP jenis kemasan:

Contoh MRP jenis kemasan: Langkah 17 : Shortage pembulatan untuk level n+1 dihitung. Diperoleh melalui pembulatan shortage produk (level 0) periode t dikalikan dengan quantity item level n. Langkah 18 : Diperiksa apakah shortage

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) Santoso 1*, David Try Liputra 2, Yoanes Elias 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT

USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERSEDIAAN PROBABILISTIK CONTINUOUS REVIEW (s,s) Amanda Inke Mahardika 1, Budi Sulistyo 2,

Lebih terperinci

Volume 2 No 1 Desember 216 ISSN:288-3943 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV DI PT. PDM INDONESIA Muslena Layla Program Studi Komputerisasi Akuntansi Politeknik Trijaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. Surya Wahana Fortuna.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. Surya Wahana Fortuna. 47 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. Surya Wahana Fortuna. Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research). Penelitian terapan adalah

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION Bagus Naufal Fauzi, Sutanto, dan Vika Yugi Kurniawan Program Studi Matematika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SEDIAAN DENGAN MODEL EOQ PADA TOKO NASIONAL MAKASSAR

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SEDIAAN DENGAN MODEL EOQ PADA TOKO NASIONAL MAKASSAR IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SEDIAAN DENGAN MODEL EOQ PADA TOKO NASIONAL MAKASSAR Arif Tanuwijoyo Manajemen/Fakultas Bisnis dan Ekonomika arif_tanuwijoyo@hotmail.co.id Siti Rahayu, S.E., M.M. Manajemen/Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK Robby Hidayat, Moses L.Singih, Mahasiswa MMT ITS Manajemen Industri Email : Robbie_First@Yahoo.Com ABSTRAK PT. Siantar Top Tbk adalah

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Ekpektasi Biaya Total Antara Kasus Bakcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik

Studi Perbandingan Ekpektasi Biaya Total Antara Kasus Bakcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-65X Vol. 3, No. 2, Nov 26, 19 117 Studi Perbandingan Ekpektasi iaya Total Antara Kasus akcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik Valeriana Lukitosari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL Nelita Putri Sejati, Wakhid Ahmad Jauhari, dan Cucuk Nur Rosyidi Jurusan Teknik Industri - Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Dari sudut pandang sebuah perusahaan

Lebih terperinci

Pengembangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Purchasing Consortium Untuk Sentra UMKM Seruni, Sidoarjo

Pengembangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Purchasing Consortium Untuk Sentra UMKM Seruni, Sidoarjo Pengembangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Purchasing Consortium Untuk Sentra UMKM Seruni, Sidoarjo Aisyah 2509100109 Penelitian Tugas Akhir Teknik Industri ITS Pengembangan yang dapat

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEBIJAKAN SISTEM PENGGANTIAN SPARE PART PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOOD DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI

PEMILIHAN KEBIJAKAN SISTEM PENGGANTIAN SPARE PART PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOOD DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PEMILIHAN KEBIJAKAN SISTEM PENGGANTIAN SPARE PART PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOOD DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI Asep dan Abdulah Shahab Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU FIBER UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN (STUDY KASUS PT. DJABES TUNAS UTAMA DI NGORO, MOJOKERTO)

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU FIBER UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN (STUDY KASUS PT. DJABES TUNAS UTAMA DI NGORO, MOJOKERTO) PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU FIBER UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN (STUDY KASUS PT. DJABES TUNAS UTAMA DI NGORO, MOJOKERTO) Denny Satrya Putra 1411406226 Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY UNTUK SINGLE SUPPLIER, MULTI PRODUCT DAN MULTI RETAILER DI PT. PETROKIMIA GRESIK (PERSERO) Novita Purna Fachristy, Prof. Ir. I Nyoman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan merupakan suatu hal yang cukup penting dari suatu organisasi perusahaan. Terlebih pada perusahaan manufaktur, persediaan ada dimana-mana dan memiliki bentuk,

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Helsinawati, SE, MM Bisnis

MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Helsinawati, SE, MM Bisnis MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Manajemen 84008 Helsinawati, SE, MM Bisnis S! 12 Abstract Berdasarkan Analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY I. Pendahuluan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. L JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan adalah merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar

Lebih terperinci

Kebijakan Persediaan Suku Cadang Pesawat Terbang untuk Mendukung Kegiatan Maintenance di PT GMF Aero Asia dengan Menggunakan Metode Continuous Review

Kebijakan Persediaan Suku Cadang Pesawat Terbang untuk Mendukung Kegiatan Maintenance di PT GMF Aero Asia dengan Menggunakan Metode Continuous Review Kebijakan Persediaan Suku Cadang Pesawat Terbang untuk Mendukung Kegiatan Maintenance di PT GMF Aero Asia dengan Menggunakan Metode Continuous Review Azizah Aisyati Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Rancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas Menggunakan Model Persediaan Stokastik Joint Replenishment di PT KARYA KITA *

Rancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas Menggunakan Model Persediaan Stokastik Joint Replenishment di PT KARYA KITA * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Rancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas Menggunakan Model Persediaan

Lebih terperinci

Penentuan Kebijakan Persediaan Spare Parts pada Perusahaan Migas dengan Pendekatan Simulasi Monte Carlo

Penentuan Kebijakan Persediaan Spare Parts pada Perusahaan Migas dengan Pendekatan Simulasi Monte Carlo Penentuan Kebijakan Persediaan Spare Parts pada Perusahaan Migas dengan Pendekatan Simulasi Monte Carlo Sayyidan Fatchur Rochman, Yadrifil Teknik Industri Fakultas Teknik Abstrak Material MRO merupakan

Lebih terperinci