PERJANJIAN NIAT BAIK (GOODWILL AGREEMENT ) MENGENAI GAGASAN-GAGASAN PEMANTAUAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PASCA-TAMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERJANJIAN NIAT BAIK (GOODWILL AGREEMENT ) MENGENAI GAGASAN-GAGASAN PEMANTAUAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PASCA-TAMBANG"

Transkripsi

1 PERJANJIAN NIAT BAIK (GOODWILL AGREEMENT ) MENGENAI GAGASAN-GAGASAN PEMANTAUAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PASCA-TAMBANG Perjanjian Niat Baik (Goodwill Agreement) Mengenai Gagasan-gagasan Pemantauan dan Pembangunan Berkelanjutan Pasca-Tambang di Sulawesi Utara ( Perjanjian ), tertanggal 16 Februari 2006, dibuat oleh pihak pertama, Pemerintah Republik Indonesia ( Pemerintah ) dalam hal ini diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie, dan pihak kedua, PT. Newmont Minahasa Raya ( PTNMR ), suatu perseroan terbatas Indonesia, beralamat di Menara Rajawali, Lantai 26, Jalan Mega Kuningan Lot #5.1, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta diwakili oleh Robert J. Gallagher, selaku Komisaris, yang telah diberi kewenangan oleh Direksi PTNMR berdasarkan keputusan Direksi tertanggal 13 Februari PEMBUKAAN BAHWA, sebagai tanggapan atas tuduhan-tuduhan dilancarkan pada bulan Juli 2004 oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat bahwa PTNMR telah menyebabkan dampak buruk pada lingkungan dan masalah kesehatan yang disebabkan oleh penempatan tailing di bawah laut pada Tambang Mesel di Kabupaten Minahasa Selatan; BAHWA, Pemerintah telah mengajukan Gugatan Perdata terhadap PTNMR dan Presiden Direkturnya pada atau sekitar 9 Maret 2005 sehubungan dengan pengoperasian Tambang Mesel di dekat Teluk Buyat di Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara; BAHWA, PTNMR berketetapan bahwa pengoperasian Tambang Mesel hingga saat ini tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan yang buruk dan di masa yang akan datang pun tidak akan mengakibatkan adanya pencemaran lingkungan atau masalah kesehatan yang buruk. BAHWA, Kedua pihak menyadari bahwa ada pihak-pihak lain yang mengutarakan pandangan yang berbeda mengenai dampak yang sekarang ada terhadap lingkungan dan adanya potensi dampak negatif di masa depan. Karenanya kedua pihak sepakat bahwa diperlukan penelitian, pemantauan dan analisa secara ilmiah lebih lanjut guna memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat final. BAHWA, prioritas pertama kedua pihak adalah kesejahteraan masyarakat di sekitar Tambang Mesel, dan lingkungan hidup yang sehat dan aman dalam jangka panjang, dan, karenanya, kedua pihak sepakat bahwa kerjasama merupakan pendekatan yang lebih produktif untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

2 PERJANJIAN KARENANYA, Pemerintah dan PTNMR sepakat sebagai berikut: 1. Definisi Arti dari istilah-istilah yang diawali dengan huruf besar adalah sebagai berikut: Dampak Buruk terhadap Lingkungan (Adverse Environmental Impact) berarti bahwa, berdasarkan data ilmiah yang diperoleh secara objektif, yang telah terjadi Pencemaran sebagai akibat dari pengoperasian Tambang Mesel dan, sehubungan dengan hal ini, tindakan-tindakan pemulihan yang spesifik harus diambil untuk mengatasi Pencemaran. Dampak buruk terhadap lingkungan yang terjadi di wilayah Tambang Mesel sebagai akibat dari kegiatan tidak sah yang dilakukan oleh pihak ketiga dikecualikan dari definisi ini dan dampak lingkungan yang telah diprediksi atau yang teridentifikasi dalam Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) (1994) yaitu analisis dampak lingkungan atas Tambang Mesel yang telah mendapatkan persetujuan dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, melalui Menteri Pertambangan dan Energi pada tanggal 17 Nopember 1994 (no. 4791/01115/SJ.T/1994) atau yang secara lain telah diperbolehkan oleh Pemerintah tidak merupakan suatu Dampak Buruk terhadap Lingkungan. Gugatan Perdata berarti gugatan yang diajukan pada atau sekitar tanggal 9 Maret 2005 oleh Pemerintah, diwakili oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, terhadap PTNMR (sebagai Tergugat I) dan Richard Bruce Ness (sebagai Tergugat II) pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (Perkara nomor 94/Pdt.G/2005/PN.Jkt.Sel). Escrow Account berarti suatu rekening bank yang dikelola oleh Escrow Agent (agen pemegang amanah) sesuai dengan ketentuan-ketentuan mengenai escrow (amanah) yang disepakati oleh para pihak, yang memasukkan seluruh ketentuan yang relevan dari Perjanjian ini. Escrow Agent berarti Citibank Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia atau Pemerintah mempunyai arti sebagaimana disebutkan dalam Kontrak Karya (Desember 1986) antara PTNMR dan Pemerintah Republik Indonesia yaitu: Pemerintah berarti Pemerintah Republik Indonesia, Menteri, Departemen, Badan, Lembaga, Pemerintah Daerah, Kepala Daerah tingkat I atau tingkat II nya. Tambang Mesel berarti kegiatan penambangan emas yang dilakukan PTNMR selama periode 1996 sampai 2004, yang berlokasi di dekat Ratatotok, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Pencemaran berarti masuknya zat-zat ke dalam lingkungan hidup sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukan normalnya. Jika kualitas dari lingkungan hidup berada dalam peraturan baku mutu yang berlaku (misalnya baku mutu air, baku mutu udara, batasan dalam izin, dan lain-lain)

3 maka keadaan lingkungan hidup tersebut tidak dapat dikatakan sebagai terjadi Pencemaran. Definisi ini diambil dari Undang-undang No.23 Tahun Panel Ilmiah didefinisikan dalam Pasal 2.2(b). Limbah Tailing berarti limbah penggilingan hasil tambang yang dihasilkan PTNMR selama pengoperasian Tambang Mesel dan telah ditempatkan di dasar laut di Teluk Buyat sebelum tanggal 31 Agustus 2004, yaitu tanggal berhentinya pengoperasian penggilingan hasil tambang. 2. Program-program Pemantuan Lingkungan 2.1 Rencana Penutupan Tambang. Pemerintah menyetujui rencana penutupan tambang atas Tambang Mesel PTNMR pada tanggal 31 Desember Rencana penutupan tambang tersebut mencakup syarat-syarat tertentu mengenai pemantauan pasca-tambang, dan Perjanjian ini sama sekali tidak mengubah atau memodifikasi syarat-syarat tersebut Perpanjangan Program Pemantauan (a) Umum. PTNMR akan menyediakan pendanaan bagi: (i) perancangan dan pelaksanaan program pemantauan lingkungan selama sepuluh tahun ( Program Pemantauan ) sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syaratsyarat dalam Perjanjian ini; (ii) kajian yang dilakukan oleh Panel Ilmiah atas hasil Program Pemantauan untuk menentukan apakah telah terjadi Dampak Buruk terhadap Lingkungan. (b) Panel Ilmiah Independen. Dalam waktu paling lama 60 hari sejak tanggal berlakunya Perjanjian ini, PTNMR dan Pemerintah masing-masing akan menunjuk tiga ilmuwan untuk menjadi anggota dari panel ilmiah independen yang berjumlah enam orang ( Panel Ilmiah ). Kedua pihak tidak akan menunjuk karyawannya sendiri untuk menjadi anggota Panel Ilmiah ini kecuali bila secara tertulis disetujui oleh pihak lainnya dalam Perjanjian ini. Para calon anggota panel ini haruslah mereka yang diakui sebagai pakar dalam bidangnya. Jika salah satu pihak berkeberatan atas calon yang diajukan pihak lainnya dengan alasan bahwa calon yang diajukan tidak independen, atau karena ia merupakan karyawan dari pihak yang mencalonkannya, atau tidak diakui sebagai pakar dalam bidangnya, maka kedua pihak harus terlebih dulu berusaha menyelesaikan masalah keberatan tersebut secara musyawarah. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak menuntaskan masalah keberatan tersebut dalam waktu 90 hari sejak tanggal salah satu pihak memberikan pemberitahuan mengenai keberatannya atas calon yang diajukan, kepada pihak lainnya, perselisihan ini diselesaikan melalui proses sebagaimana ditentukan dalam Lampiran I. Seorang anggota Panel Ilmiah dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu, dalam hal mana pihak yang menunjuknya berhak mengangkat anggota baru. Panel Ilmiah ini hanya berwenang untuk mengambil tindakan atau membuat

4 keputusan-keputusan apabila keenam anggota Panel Ilmiah ini seluruhnya hadir dalam rapat, baik secara pribadi, melalui telepon atau berdasarkan surat kuasa kepada anggota lainnya. (c) Perselisihan diantara Anggota Panel Ilmiah. Semua perselisihan dan perbedaan pendapat yang timbul diantara para anggota Panel Ilmiah harus terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Jika kata mufakat bulat tidak tercapai mengenai suatu masalah (selain mengenai ada tidaknya Dampak Buruk terhadap Lingkungan, hal mana hanya dapat diselesaikan berdasarkan ketentuan Pasal 2.2 (f) di bawah ini), maka segala masalah yang biaya totalnya kurang dari dolar Amerika diputuskan dengan suara terbanyak dari anggota Panel Ilmiah. Jika (i) dengan cara pengambilan suara ini tidak tercapai suara terbanyak, atau (ii) jika hal yang dipermasalahkan biayanya adalah sebesar dolar Amerika atau lebih, maka Panel Ilmiah harus menyerahkan hal tersebut kepada kedua pihak. Jika kedua pihak mencapai kesepakatan mengenai penyelesaian atas masalah tersebut, maka kedua pihak wajib memberitahukan mengenai penyelesaian yang telah dicapai kepada Panel Ilmiah, dan Panel Ilmiah terikat untuk melaksanakan atau mematuhi hasil penyelesaian tersebut. Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai penyelesaian masalah tersebut dalam waktu 90 hari sejak tanggal salah satu pihak mengajukan masalah yang bersangkutan kepada Panel Ilmiah, maka masalah tersebut wajib diselesaikan dengan menggunakan metode penyelesaian perselisihan yang ditentukan dalam Lampiran I Perjanjian. Panel Ilmiah atau salah satu anggotanya tidak berhak untuk melakukan mediasi, arbitrase, gugatan atau mengajukan tuntutan lainnya yang melibatkan fasilitator pihak ketiga atau pihak ketiga yang bertindak sebagai pembuat keputusan, untuk menyelesaikan segala perselisihan, pertentangan, masalah atau perbedaan pendapat yang timbul diantara para anggota Panel Ilmiah. (d) Rancangan dan Pelaksanaan Program Pemantauan. Kementerian Negara Riset dan Teknologi ( Kementerian Ristek ) akan melakukan koordinasi mengenai pelaksanaan Program Pemantauan. Program Pemantauan dirancang oleh Panel Ilmiah, dan Panel Ilmiah berwenang untuk melakukan audit atas pengambilan contoh yang dikoordinasikan oleh Kementerian Ristek berdasarkan Program Pemantauan dan meminta dilakukannya perubahan atas tindakan dan prosedur jika diperlukan untuk menjaga integritas ilmiah Program Pemantauan tersebut. Kedua pihak sepakat bahwa adalah berguna bagi Pemerintah dan PTNMR untuk menyaksikan, jika hal ini memang dikehendaki oleh salah satu di antara kedua pihak, segala kegiatan Kementerian Ristek dan setiap orang atau badan yang secara nyata melakukan pengambilan contoh dan analisis laboratorium yang diperlukan dalam Program Pemantauan. Kedua pihak berhak untuk mengambil duplikat atas contoh yang sama untuk melakukan analisis konfirmatif. Karenanya Kementerian Ristek akan memberitahukan sebelumnya kepada kedua pihak dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya tujuh hari sebelum dilakukannya segala kegiatan pengambilan contoh berdasarkan Program Pemantauan.

5 (e) Program Pemantauan (i) (ii) (iii) (iv) (v) Dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dalam ayat di bawah ini, Panel Ilmiah wajib menetapkan ruang lingkup Program Pemantauan yang tidak terbatas pada setiap kajian yang harus dilakukan, contoh-contoh di lapangan yang diambil dan dievaluasi, dan frekuensi pengumpulan contoh tersebut. Panel Ilmiah wajib berkonsultasi dengan Pemerintah, Kementerian Ristek dan PTNMR selama penyiapan dan penyusunan Program Pemantauan, serta bila melakukan modifikasi terhadap Program Pemantauan. Pemerintah, PTNMR dan Kementerian Ristek masing-masing akan menunjuk satu orang sebagai kontak utama bagi Panel Ilmiah. Panel Ilmiah wajib mempersiapkan laporan tahunan yang berisi rangkuman hasil kajian yang dilakukan selama tahun tersebut dan hasil kajian dari contoh dan data lainnya yang dikumpulkan selama tahun yang bersangkutan. Laporan tahunan ini wajib disediakan untuk umum, dan atas permintaan PTNMR atau Pemerintah, Panel Ilmiah atau para anggotanya yang ditunjuk harus mempresentasikan laporan tahunan tersebut dalam forum terbuka untuk memastikan transparansi atas informasi dan data yang ada. Disadari bahwa hasil Program Pemantauan tersebut dapat mengindikasikan perlunya perubahan-perubahan dalam Program Pemantauan atau lingkup dan frekuensi pemantauan atau pengambilan contoh dapat dikurangi. Dengan tunduk pada keharusan untuk melakukan konsultasi sebagai ditentukan Pasal 2.2(e)(ii), Panel Ilmiah dari waktu ke waktu dapat melakukan modifikasi atas Program Pemantauan, termasuk komponen pemantauan dan pengambilan contoh. Dalam waktu 90 hari terhitung tanggal efektifnya Perjanjian ini, kedua pihak bekerjasama menyusun prinsip-prinsip yang akan merinci aturan dan ketentuan yang menjadi dasar bagi Panel Ilmiah dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya ( Pedoman Prinsip ). Aturan dan ketentuan ini antara lain menetapkan frekuensi rapat, bentuk dari rapat tersebut, fasilitas pendukung bagi Panel Ilmiah, dan lain-lain. Kegiatan Panel Ilmiah dimulai segera setelah diselesaikannya penyusunan Pedoman Prinsip ini. Pedoman Prinsip dari waktu ke waktu dapat diubah dengan kesepakatan diantara kedua belah pihak. (f) Dampak Buruk terhadap Lingkungan. Jika 50% atau lebih dari anggota Panel Ilmiah menetapkan, setiap saat dalam kurun waktu sepuluh tahun pelaksanaan Program Pemantauan, bahwa suatu potensi Dampak Buruk terhadap Lingkungan mungkin telah terjadi, maka Panel Ilmiah wajib memberitahukan hal ini kepada kedua pihak. Panel Ilmiah segera mengadakan pertemuan dengan kedua pihak untuk menentukan apakah telah benar-benar terjadi Dampak Buruk terhadap Lingkungan dan menentukan tindakan

6 pemulihan apa yang diperlukan. Jika kedua pihak sepakat mengenai penyelesaian atas masalah tersebut, maka kedua pihak harus menginformasikan kesepakatan mereka kepada Panel Ilmiah. Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai penyelesaian masalah ini, baik mengenai adanya Dampak Buruk terhadap Lingkungan atau bentuk dari tindakan pemulihan yang diperlukan, maka metode penyelesaian perselisihan yang ditentukan dalam Lampiran I Perjanjian ini harus digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika tercapai kesepakatan diantara kedua pihak atau jika ada keputusan arbitrase bahwa tindakan pemulihan diperlukan untuk melindungi lingkungan hidup Teluk Buyat, maka PTNMR terikat untuk melaksanakan tindakan pemulihan yang diperlukan tersebut. 3. Peningkatan Program-program Pemberdayaan Masyarakat Guna Pembangunan Yang Berkelanjutan 3.1. Program-program yang telah ada. Menyadari pentingnya masyarakat dimana PTNMR melakukan kegiatannya, PTNMR telah melakukan program-program pemberdayaan masyarakat yang substantif selama jangka waktu beroperasinya Tambang Mesel, dalam bidang-bidang pendidikan, proyek-proyek prasarana, gagasan kegiatan kesehatan, programprogram lingkungan hidup, dukungan bagi usaha kecil, pelatihan kerja, dan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya. PTNMR telah mendirikan dan menyediakan dana bagi Yayasan Minahasa pada tahun 2000 serta menyiapkan pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka pemberdayaan masyarakat pasca-tambang di dalam rencana penutupan tambangnya Program Pemberdayaan Masyarakat. Pemerintah dan PTNMR berketetapan untuk meninggalkan warisan pasca penutupan tambang berupa kehidupan sosial yang lebih baik bagi masyarakat disekitar Tambang Mesel dengan menyelenggarakan program-program pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuantujuan ini, seluruh dana yang dikeluarkan PTNMR sesuai dengan Pasal 4.3 dibawah ini yang tidak digunakan dalam Program Pemantauan wajib digunakan untuk program-program bagi tersedianya keadaan kesehatan, pendidikan dan prasarana yang lebih baik di wilayah itu; memperbaiki keadaan ekonomi setempat dengan menyediakan kesempatan kerja yang lebih baik bagi penduduk; dan menyediakan dana abadi bagi kesejahteraan masyarakat tersebut. 4. Ketentuan Lain-lain 4.1. Penggunaan Perjanjian Secara Tidak Semestinya. Pemerintah menyadari adanya kekhawatiran yang mendalam dari PTNMR, mengingat adanya tuntutan pidana terhadap PTNMR dan Presiden Direkturnya mengenai pengoperasian Tambang Mesel, yang sekarang ini sedang berlangsung di Pengadilan Negeri Manado, dan bahwa Perjanjian ini dapat disalahtafsirkan sebagai sebuah pengakuan implisit bahwa kegiatan operasi PTNMR telah menyebabkan pencemaran lingkungan Teluk Buyat atau menyebabkan dampak kesehatan yang buruk terhadap penduduk setempat. Pemerintah mengakui bahwa Perjanjian ini tidak

7 merupakan pengakuan oleh PTNMR atas adanya pencemaran lingkungan atau atas tanggungjawab lainnya yang berhubungan dengan Tambang Mesel dan Limbah Tailing; dan bahwa kedua pihak sepakat membuat Perjanjian sebagai bukti iktikad baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat-masyarakat di Tambang Mesel. Pemerintah berjanji tidak akan mengajukan tuntutan apa pun dan dengan cara apa pun, untuk tafsiran Perjanjian ini sebagai pengakuan oleh PTNMR bahwa PTNMR telah menyebabkan dampak buruk pada lingkungan Teluk Buyat atau telah menyebabkan dampak kesehatan yang buruk terhadap penduduk setempat Pengelolaan Program. Dalam waktu 90 hari setelah tanggal Perjanjian ini (atau perpanjangannya, jika para pihak sepakat mengenai perlunya hal ini), kedua pihak akan mendirikan suatu Yayasan atau badan hukum lainnya yang bertujuan untuk mengkoordinasikan pembangunan dan pelaksanaan, serta untuk membiayai programprogram pemberdayaan masyarakat yang dimaksud dalam Pasal 3.2 di atas dan untuk membiayai perancangan, pemantauan dan pelaksanaan Program Pemantauan. Badan Hukum tersebut akan mengendalikan dana yang dibayar PTNMR berdasarkan Pasal 4.3 dibawah ini dan berdasarkan Anggaran Dasarnya atau prinsip-prinsip yang mengatur lainnya, akan berisikan kewajiban bahwa dana tersebut hanya akan digunakan untuk program-program pemberdayaan masyarakat dan Program Pemantauan. Kedua pihak sepakat untuk membuat peraturan sesuai dengan hukum yang berlaku untuk mengatur pengangkatan pengurus Badan Hukum tersebut yang berisikan wakil-wakil dari, tetapi tidak terbatas pada, pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten serta dari PTNMR Pembiayaan. Dalam waktu sepuluh hari sejak penandatanganan Perjanjian ini, PTNMR akan mentransfer ke Escrow Account sejumlah Dollar Amerika Serikat ( Dana Awal ). Jika permohonan banding terhadap Putusan Pengadilan Negeri tidak dicabut dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Pasal 4.5, Escrow Agent wajib serta merta mengembalikan Dana Awal kepada PTNMR dan Perjanjian ini berakhir dan dianggap batal demi hukum sejak dari awalnya (ab initio). Pencabutan permohonan banding terhadap putusan sela atas Gugatan Perdata tersebut dilakukan setelah ada bukti sah dari bank yang bersangkutan bahwa Dana Awal tersebut telah ditransfer atau diterima. Apabila kedua pihak setuju bahwa permohonan banding tersebut telah dicabut, maka dengan diterimanya instruksi tertulis dari Pemerintah dan PTNMR, dan setelah didirikannya Badan Hukum dan dibukanya rekening bank atas nama Badan Hukum tersebut, Escrow Agent harus mentransfer Dana Awal dari Escrow Account ke rekening bank Badan Hukum tersebut. Bunga yang diperoleh atas Dana Awal selama ditempatkan di Escrow Account juga akan ditransfer ke rekening bank dari Badan Hukum tersebut. Selanjutnya pada tahun kelima hingga tahun kesepuluh terhitung tanggal penandatanganan Perjanjian ini, PTNMR akan mentransfer sejumlah Dollar Amerika Serikat ke rekening bank dari Badan Hukum tersebut. Badan Hukum ini wajib menggunakan Dana Awal dan dana-dana yang dikirim berikutnya, berikut bunga yang terkumpul atas dana-dana ini atas penempatannya di rekening bank Badan Hukum tersebut, untuk membiayai program-program pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan Program Pemantauan.

8 4.4. Wewenang Untuk Menandatangani Perjanjian Ini. Masing-masing pihak menyatakan serta menjamin bahwa setiap individu yang menandatangani Perjanjian ini atas nama pihaknya berwenang penuh untuk melakukan penandatanganan tersebut dan untuk mengikat pihak tersebut kedalam Perjanjian ini. Pemerintah lebih lanjut menyatakan serta menjamin bahwa Perjanjian ini mengikat semua instansi Pemerintah, termasuk tetapi tidak terbatas pada instansi pemerintah daerah provinsi dan instansi pemerintah daerah kabupaten Pencabutan Permohonan Banding terhadap Putusan Sela atas Gugatan Perdata. (a) Pemerintah akan mengajukan permohonan tertulis kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Tinggi Jakarta bahwa Pemerintah mencabut permohonan bandingnya atas putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tertanggal 15 November Pemerintah setuju untuk tidak melanjutkan lagi Gugatan Perdata tersebut. (b) Permohonan banding terhadap putusan sela atas Gugatan Perdata akan dicabut oleh Pemerintah dalam waktu 10 hari setelah penandatanganan Perjanjian ini. Apabila permohonan banding terhadap putusan sela atas Gugatan Perdata tersebut tidak dicabut dalam waktu 10 hari setelah penandatanganan Perjanjian ini (atau jangka waktu yang lebih panjang bila diperlukan untuk mengatasi masalah teknis berkenaan dengan prosedur pengadilan yang berada diluar kendali salah satu pihak, perpanjangan mana memerlukan persetujuan kedua pihak), maka kedua pihak berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini. 4.6 Pembebasan dan Janji-janji. Sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang yang berlaku di Indonesia pada saat dibuatnya Perjanjian ini, Pemerintah, atas nama dirinya sendiri dan atas nama seluruh instansi dan aparatnya (baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten atau kota, desa setempat) dengan ini untuk selamanya membebaskan dan melepaskan PTNMR dan para wakilnya, kuasanya, afiliasinya, pemegang sahamnya, direkturnya, komisarisnya, karyawannya, dan penasehat hukumnya, baik yang sekarang mau pun yang sebelumnya ( Pihak-Pihak Yang Dibebaskan ) dari segala kewajiban, tuntutan dan ganti rugi dalam bentuk apa pun, baik yang diketahui mau pun yang tidak diketahui, yang didasarkan pada teori tanggung jawab apapun, termasuk teori tanggung jawab berdasarkan perikatan, perbuatan melawan hukum dan Undang-undang, yang secara bagaimanapun berhubungan dengan hal-hal yang disebutkan dalam Gugatan Perdata (sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1). Pemerintah, atas nama dirinya sendiri dan atas nama seluruh instansi dan aparatnya (baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten atau kota, desa setempat), berjanji untuk tidak mengajukan tuntutan hukum lainnya dalam bentuk apa pun, baik gugatan Tata Usaha Negara, Perdata atau lainnya, terhadap Pihak-Pihak Yang Dibebaskan, yang secara bagaimanapun berhubungan dengan hal-hal yang disebutkan dalam Gugatan Perdata. Kementerian dan Departemen-departemen Pemerintah yang menjadi pihak dalam Perjanjian ini akan memberi indemnitas dan membebaskan Pihak-Pihak Yang Dibebaskan dari segala kewajiban, tuntutan dan ganti rugi, biaya dan pengeluaran lainnya yang berhubungan dengan atau sebagai akibat dari setiap gugatan yang diajukan yang dilarang oleh ketentuan kesepakatan dalam kalimat sebelumnya. Meskipun telah diatur secara khusus dalam Perjanjian ini, (i) Pemerintah dapat

9 mengajukan gugatan sesuai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan yang ditetapkan dalam Perjanjian ini untuk menegakkan hak-haknya dan kewajiban-kewajiban PTNMR sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian ini, dan (ii) klausula ini tidak menimbulkan kewajiban bagi Pemerintah untuk menghentikan perkara pidana yang tengah berlangsung di Pengadilan Negeri Manado ( Perkara Pidana ). 4.7 Pengakhiran. Kecuali untuk Pasal 4.6 dan Pasal 4.13 yang akan tetap berlaku meskipun Perjanjian ini batal atau diakhiri, Perjanjian ini akan berakhir pada kesempatan pertama yang terjadi atas salah satu yang disebutkan di bawah ini: (a) tanggal saat PTNMR memberi pemberitahuan untuk mengakhiri Perjanjian ini berdasarkan Pasal 4.5(b); (b) tanggal saat kedua pihak sepakat untuk mengakhiri Perjanjian ini; (c) tanggal yang jatuh tepat pada 10 tahun setelah tanggal penandatanganan Perjanjian ini sebagaimana disebutkan pertama di atas; atau (d) satu hari sebelum berakhirnya tahun pertama Perjanjian ini, jika salah satu pihak melanggar ketentuan yang bersifat material atau penting dalam Perjanjian ini dan pihak yang satunya (yaitu pihak yang tidak melanggar) mengirimkan pemberitahuan pengakhiran dalam waktu 30 hari sebelum berakhirnya tahun pertama Perjanjian ini. Dengan terjadinya pengakhiran terhadap Perjanjian ini, Panel Ilmiah dibubarkan dan tidak lagi melakukan segala kegiatan dan Badan Hukum yang dibentuk berdasarkan Perjanjian ini dapat melanjutkan kegiatannya sampai pada saat seluruh dana yang diberikan kepada Badan Hukum oleh PTNMR, termasuk bunga yang diperoleh atas dana tersebut, telah digunakan untuk program-program pemberdayaan masyarakat yang ditetapkan dalam Pasal 3.2. Dalam hal Perjanjian ini diakhiri berdasarkan Pasal 4.5(b), PTNMR tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran apapun berdasarkan Perjanjian ini. Apabila Perjanjian ini diakhiri sewaktu-waktu selama jangka waktu sepuluh tahun yang disebutkan dalam Perjanjian ini, PTNMR tidak diwajibkan untuk menyediakan dana yang seharusnya dibayarkan pada tahun kelima hingga tahun kesepuluh setelah penandatanganan Perjanjian ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.3 Perjanjian ini. 4.8 Pemberitahuan-pemberitahuan. Segala pemberitahuan dan komunikasi lainnya yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini wajib dilakukan secara tertulis dan disampaikan secara langsung ke pihak yang bersangkutan, atau melalui jasa kurir sehari-semalam (overnight, courier services), melalui pos tercatat atau melalui faksimili, sebagai berikut: a. jika kepada Pemerintah, kepada: Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jl. Medan Merdeka Barat No.3 Jakarta Pusat Indonesia

10 Telepon: (021) Faksimili: (021) b. jika kepada PTNMR PT Newmont Minahasa Raya Menara Rajawali, Lantai 26 Jl. Mega Kuningan Lot #5.1 Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan Indonesia U.p.: Presiden Direktur Telepon: (021) Faksimili: (021) Setiap pihak dapat mengubah alamatnya atau nomor faksimilinya dan alat telekomunikasi lainnya, dengan memberitahukan kepada pihak lainnya dalam Perjanjian ini. Segala pemberitahuan dan komunikasi lainnya yang diberikan kepada salah satu pihak dalam Perjanjian ini dianggap telah disampaikan pada tanggal penerimaannya. 4.9 Hukum yang Berlaku. Perjanjian ini ditafsirkan sesuai dengan dan diatur menurut hukum Indonesia. Para pihak mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang disyaratkannya persetujuan pengadilan terlebih dahulu untuk membatalkan atau mengakhiri Perjanjian ini lebih awal dan sepanjang Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia dapat ditafsirkan sebagai tidak memungkinkan adanya keputusan-keputusan pengadilan untuk diperolehnya pelaksanaan Perjanjian ini dan ganti rugi, para pihak setuju mengesampingkan hak-hak untuk mengajukan penafsiran demikian Perjanjian Yang Lengkap. Perjanjian ini berisikan keseluruhan Perjanjian di antara kedua pihak dan menggantikan setiap dan semua persetujuan atau kesepahaman sebelumnya diantara para pihak berkenaan dengan hal-hal pokok Perjanjian ini. Dokumen ini merupakan suatu kesatuan dan tidak akan diubah kecuali berdasarkan suatu dokumen tertulis yang ditandatangani oleh masing-masing pihak Bahasa Yang Berlaku. Perjanjian ini dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh masing-masing pihak, tetapi yang berlaku dan sah dalam Perjanjian ini sebagaimana ditulis dalam Bahasa Indonesia Pengungkapan kepada Publik. Keadaan-keadaan untuk dan isi dari publikasi pertama dan pengumuman pertama dari Perjanjian ini dan isinya merupakan hal yang wajib terlebih

11 dulu disepakati kedua pihak. Setelah publikasi pertama dan pengumuman pertama, Perjanjian ini dan isinya dapat diungkapkan kepada siapa pun oleh masing-masing pihak Penyelesaian Perselisihan. Segala perselisihan, kontroversi, dan tuntutan yang timbul dari atau sehubungan dengan Perjanjian ini, termasuk mengenai keabsahan, wanprestasi atau pengakhiran atas Perjanjian ini, akan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam Lampiran I Perjanjian ini. Mengenai perselisihan yang timbul dari pembahasan oleh Panel Ilmiah, mekanisme dalam Lampiran I wajib diawali dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 2.2(c) di atas. Untuk jelasnya, terdapat Bagan Alur Penyelesaian Perselisihan yang dilampirkan pada Perjanjian ini sebagai Lampiran III. Dipahami bahwa setelah Badan Hukum yang diuraikan dalam Pasal 4.2 telah didirikan dan berfungsi maka setiap perselisihan, kontroversi dan tuntutan yang timbul sehubungan dengan kelangsungan usaha Badan Hukum ini tidak tunduk pada mekanisme penyelesaian perselisihan yang diatur dalam Lampiran I Jaminan Newmont. Lampiran II berisi penanggungan (guarantee) dari Newmont Mining Corporation Transaksi Perdata. Kedua pihak sepakat dan menegaskan bahwa Perjanjian ini merupakan transaksi perdata yang dibuat diantara mereka, dengan tidak mengurangi kewenangan atau kekuasaan Pemerintah sebagai lembaga hukum publik, namun demikian dalam Perjanjian ini Pemerintah melaksanakan tugasnya yang bergerak dalam hubungan hukum perdata Lampiran-lampiran. Lampiran-lampiran dari Perjanjian ini dimasukkan menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. SEBAGAI KESAKSIAN DARI HAL-HAL DI ATAS, para pihak telah menandatangani Perjanjian ini melalui wakilnya yang sah pada tanggal yang pertama disebut di atas. PEMERINTAH PT. NEWMONT MINAHASA RAYA ttd ttd Oleh: Aburizal Bakrie Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Oleh: Robert J. Gallagher Komisaris (berdasarkan Keputusan Direksi)

12 Lampiran I Mekanisme Penyelesaian Perselisihan 1. Dalam hal terjadi perselisihan, kontroversi, atau gugatan yang timbul dari atau sehubungan dengan Perjanjian ini, atau wanprestasi, pengakhiran atau ketidakabsahan Perjanjian ini ( Perselisihan ), para pihak akan mempertimbangkan untuk menyelesaikan Perselisihan itu dengan menggunakan konsiliasi sesuai dengan UNCITRAL Conciliation Rules yang berlaku saat ini ( UNCITRAL Conciliation Rules ). Konsiliasi diawali dengan undangan tertulis dari pihak yang satu kepada pihak lainnya. 2. Jika salah satu pihak tidak ingin menggunakan atau melanjutkan penggunaan konsiliasi, dan memberitahukan hal ini secara tertulis kepada pihak lainnya, atau konsiliasi tidak menyelesaikan Perselisihan dalam waktu 60 hari setelah diterimanya surat undangan untuk melakukan konsiliasi, atau jangka waktu tambahan sebagaimana disepakati oleh para pihak secara tertulis, maka Perselisihan harus diajukan kepada dan diselesaikan pada tingkat final oleh arbitrase sesuai dengan UNCITRAL Arbitration Rules yang berlaku saat ini ( UNCITRAL Arbitration Rules ). 3. Jumlah arbiter adalah tiga (3) yang akan diangkat sesuai ketentuan UNCITRAL Arbitration Rules. 4. Pihak yang berwenang untuk melakukan pengangkatan (appointing authority) berdasarkan ketentuan UNCITRAL Arbitration Rules adalah Ketua (Chairman) dari Singapore International Arbitration Centre ( SIAC ). 5. Bahasa yang digunakan dalam konsiliasi dan arbitrase adalah Bahasa Inggris. 6. Tempat arbitrase adalah di Singapura. 7. Diajukannya Perselisihan kepada arbitrase tidak merupakan alasan bagi para pihak untuk tidak melanjutkan pelaksanaan kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini, kecuali dalam hal suatu pengakhiran Perjanjian ini secara sah berdasarkan ketentuan-ketentuan Perjanjian ini.

13 LAMPIRAN III BAGAN ALUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN Masalahmasalah Masalahmasalah Panel Ilmiah? Bukan Tidak Apakah kedua pihak menunggu untuk melakukan konsiliasi? Apakah masalah Dampak Buruk terhadap Lingkungan? Ya Ya Apakah konsiliasi berhasil? Tidak Selesai Apakah ada Ya keputusan suara Ya mayoritas? Apakah masalah ini kurang dari $50.000? Tidak Ya Ya Selesai Arbitrase Selesai Tidak Tidak Apakah para pihak setuju? Tidak Ya Apakah para pihak setuju? Selesai Ya Tidak Selesai

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE KLRCA (Direvisi pada tahun 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada tahun 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PENANAMAN MODAL ANTARA PEMERINTAH DAN PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI PT DUTA INTIDAYA, TBK.

PIAGAM DIREKSI PT DUTA INTIDAYA, TBK. PIAGAM DIREKSI PT DUTA INTIDAYA, TBK. 1. PENDAHULUAN DAN DASAR HUKUM PIAGAM DIREKSI 1.1 PT Duta Intidaya, Tbk (Perseroan) sebagai suatu perseroan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Islam KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011) DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur SUSUNAN BAGIAN Bagian I Pendahuluan 1. Judul singkat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) 1. Landasan Hukum a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN 218 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang

Lebih terperinci

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BANK DANAMON INDONESIA, TBK. DENGAN PERATURAN POJK NOMOR 32/ POJK.04/2014 DAN NOMOR 33/ POJK.

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BANK DANAMON INDONESIA, TBK. DENGAN PERATURAN POJK NOMOR 32/ POJK.04/2014 DAN NOMOR 33/ POJK. RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BANK DANAMON INDONESIA, TBK. DENGAN PERATURAN POJK NOMOR 32/ POJK.04/2014 DAN NOMOR 33/ POJK.04/2014 Sebelum/ Before Pasal 11 Ayat 5 Pasal 11 Ayat 5 5. (a) Seorang

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI Secara umum tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi adalah sebagaimana yang ditetapkan Anggaran Dasar Perseroan. Dewan Direksi mewakili Lembaga Kliring

Lebih terperinci

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM Untuk IKUT SERTA DALAM LELANG DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN. Perjanjian Konsorsium untuk Pelaksanaan Pekerjaan 18 ( PERJANJIAN KONSORSIUM ) ini dibuat dan ditandatangani pada

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Dewan Komisaris 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi

DAFTAR ISI. Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi DAFTAR ISI Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi Peraturan 1 Penerapan 2 Peraturan 2 Dimulainya Mediasi 3 Peraturan 3 Perjanjian Mediasi 3 Peraturan 4 Penunjukan Mediator 4

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Definisi

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Definisi PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) adalah organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN. PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT mandiri PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT NOMOR : PJ. 02 TAHUN 2017 NOMOR : DIR.PKS/021/2016 Pada

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang No.361, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Transaksi. Bursa. Penjamin. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5635) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Mandom Indonesia Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan ANGGARAN DASAR SAAT INI ANGGARAN DASAR PERUBAHAN PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan PASAL 3 MAKSUD DAN

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN PERMOHONAN TRANSAKSI REKSA DANA

SYARAT DAN KETENTUAN PERMOHONAN TRANSAKSI REKSA DANA SYARAT DAN KETENTUAN PERMOHONAN TRANSAKSI REKSA DANA Di bawah ini merupakan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan (selanjutnya disebut "Syarat dan Ketentuan") yang berlaku untuk melakukan pembelian (subscription),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Berikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: Syarat dan Ketentuan Pendana Terima kasih telah mengunjungi platform kami di www.danain.co.id, kami sebagai penyedia jasa layanan investasi berbasis digital akan selalu berupaya sebaik mungkin dalam memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Draft 10042014 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Mandom Indonesia TBK 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-54/BL/2012 TENTANG DIREKTUR BURSA

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI 1. LATAR BELAKANG Direksi PT. Sat Nusapersada Tbk ( Perseroan ) diangkat oleh Pemegang Saham untuk menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan

Lebih terperinci

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2015 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Infrastruktur. Pinjaman Langsung. Lembaga Keuangan Internasional. BUMN. Pelaksanaan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada saat ini perkumpulan di Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Standar Penjualan

Syarat dan Ketentuan Standar Penjualan Syarat dan Ketentuan Standar Penjualan 1. Penerimaan Syarat-Syarat: Istilah-istilah yang dimulai dengan huruf besar didefinisikan di bawah ini. Kecuali istilah-istilah lain diatur secara berbeda dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: SYARAT DAN KETENTUAN Selamat datang di www.koinworks.com. Sebelum menggunakan, mengakses atau memanfaatkan Platform ini, pastikan Anda sudah membaca dengan baik seluruh Syarat dan Ketentuan n ini. Syarat

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Direksi 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham Bogor, 11 Maret 2017 Oleh : Genio Atyanto Partner Adhi Wardhana - Associate Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav.

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. ***

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. *** PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH No. *** Perjanjian Sewa Menyewa Rumah ini ( Perjanjian ) dibuat pada tanggal [*] oleh dan antara: I. PT XYZ, suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendorong terciptanya sistem perbankan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong terciptanya

Lebih terperinci

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DEWAN KOMISARIS

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DEWAN KOMISARIS Piagam Dewan Komisaris 1 I. Dasar Pembentukan 1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci