Rokok: Antara Kemanfaatan dan Kemudharatan. oleh: Abu Samman Lubis*
|
|
- Inge Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rokok: Antara Kemanfaatan dan Kemudharatan oleh: Abu Samman Lubis* 1. Latar Belakang Masalah Telah lama perkebunan tembakau ada di Indonesia. Bangsa Belanda datang ke Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah hasil kekayaan alam Indonesia, termasuk di antarannya tembakau yang dibudidayakan di berbagai daerah khususnya Jawa dan Sumatera. Setelah Indonesia merdeka, untuk mengisi kemerdekaan guna mewujudkan cita-cita Negara (tujuan Negara) sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, tidak terlepas dari upaya pemerintah menghimpun dana dari masyarakat. Dalam melaksanakan tugas negara sebagai tindak lanjut dari tujuan negara, pemerintah memerlukan dana yang besar. Sumber-sumber dana dapat berasal dari dalam negeri atau dari luar negeri, yang dalam stuktur dan format APBN, disebut Pendapatan Negara dan Hibah. Secara garis besar terdiri dari penerimaan dalam negeri, yaitu: (1) penerimaan perpajakan, berupa pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), PBB, BPHTB, Cukai, pajak lainnya, bea masuk, serta pajak ekspor; dan (2) Penerimaan Negara Bukan Pajak berupa penerimaan sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN dan PNBP lainnya, sedangkan peneriman luar negeri dapat berupa hibah. Hibah dapat bersumber dari dalam maupun luar negeri. Dari berbagai penerimaan negara tersebut di atas, yang berkaitan dengan penulisan artikel ini adalah menguraikan dua sisi, yaitu penerimaan cukai khususnya rokok/tembakau, dijadikan sebagai penerimaan negara, sedangkan di sisi lain adalah dampak kesehatan masyaraklat, sehingga sering dikatakan bahwa rokok dan produk tembakau lainnya adalah komoditas kontroversial Namun terlepas dari komoditas controversial tersebut, penerimaan cukai (rokok) yang merupakan bagian dari penerimaan negara dari tahun ke tahun diusahakan selalu meningkat. Cukai merupakan salah satu andalan negara dalam upaya mengisi kas negara. Berdasarkan data tahun anggaran 2010 realisasi penerimaan cukai sebesar Rp ,95 miliar, bandingkan dengan tahun anggaran 2011 realisasi penerimaan cukai sebesar Rp ,46 miliar. Penerimaan ini sebagian besar diperoleh dari hasil penjualan rokok yang dikonsumsi masyarakat, sehingga dari konsumsi masyarakat tersebut, negara memperoleh uang berupa cukai atas rokok. 1
2 Selanjutnya tahukah berapa kerugian yang diderita oleh rakyat kecil atas rokok. Ongkos sosial memikul efek buruk tembakau, jauh lebih besar dibandingkan dengan cukai yang masuk ke kas negara. Sekadar contoh berdasarkan data Kementerian Kesehatan, konsumsi rokok tahun 2010 menyebabkan pengeluaran tak perlu sebesar Rp 231,27 triliun. Rinciannya, untuk membeli rokok Rp 138 triliun, biaya perawatan medis Rp 2,11 triliun, dan hilangnya produktivitas Rp 91,16 triliun. Pengeluaran ini lebih besar dibandingkan perolehan negara dan cukai dan rokok sebesar Rp ,95 miliar. Hal tersebut sejalan dengan penelitian bahwa dari sisi ekonomi pemasukan negara yang diperoleh dari cukai rokok tidak sebanding dengan beban biaya kesehatan yang dipikul seorang perokok. Artinya bahwa pungutan yang dikutip dari kantong perokok itu pasti tak cukup buat mengongkosi lebih dari sepuluh penyakit akibat rokok yang sudah menunggu di belakang. Belum di hitung harga sosial serta susutnya produktivitas nasional yang diakibatkan kuatnya mistik rokok merongrong rakyat. Dengan kata lain bagi Indonesia, rokok bagaikan buah simalakama/dua sisi mata pisau. Dari sisi penerimaan negara mendapatkan uang triliuanan rupiah yang digunakan untuk pembangunan, sedangkan sisi lainnya harus mengorbankan rakyatnya yang pada akhirnya juga menjadi beban negara. Bagaimana kita menyikapi ini? 2. Kebijakan Penerimaan Cukai 1. Pengertian Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditentukan yang disebut Barang Kena Cukai (BKC) merupakan penerimaan negara, digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.yang ditetapkan dalam undang-undang. Undang-undang tersebut adalah UU Nomor 39/2007 tentang Cukai, yang dimaksud dengan barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik tersebut, mengandung arti, (1) konsumsinya perlu dikendalikan, (2) peredarannya perlu diawasi, (3) pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau (4) pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan. Sedangkan yang dimaksud dengan BKC yaitu barang-barang yang dalam pemakaiannya perlu dibatasi dan diawasai. Jadi cukai dikenakan pada barang yang memiliki dampak negatif seperti alkohol, sehiungga konsumsinya dibatasi. 2
3 Subjek cukai adalah pengusaha pabrik atau pengusaha tempat menimbun dan importir BKC, sedangkan sebagai objek adalah BKC yang menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, dinyatakan bahwa yang termasuk Barang Kena Cukai adalah (1) etil alkohol atau etanol, (2) minuman yang mengandung etil alkohol, (3) konsentrat yang mengandung etil alkohol, (4) sigaret, (5) sigaret kretek, (6) sigaret putih, (7) sigaret kretek/putih yang dibuat dengan mesin, (8) sigaret kretek/putih yang dibuat dengan cara lain daripada mesin, (9) cerutu, (10) rokok daun, (11) tembakau iris, (12) hasil pengolahan tembakau lainnya. Untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menghimpun dana dari masyarakat melalui pemungutan cukai, sebagai telah disebutkan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 1) Pemungutan cukai dilaksanakan beradasarkan asas keadilan dan pemerataan dengan meningkatkan cukai sehingga mampu berfungsi sebagai alat untuk menunjang pembangunan dan meningkatkan serta memeratakan kesejahteraan rakyat. 2) Sistem dan prosedur cukai untuk meningkatkan pendapatan negara terus disempurnakan dengan memperhatikan keadilan, pemerataan, manfaat dan kemampuan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang tercermin dalam peningkatan kejujuran, tanggung jawab dan dedikasi serta melalui penyempurnaan sistem administrasi. 2. Dasar Hukum Upaya dan kebijakan pemerintah dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat melalui pemungutan cukai harus senantiasa berpijak pada asas legalitas, sebagai salah satu konsep negara hukum. Asas legalitas mengajarkan bahwa setiap perbuatan harus ditempatkan pada dasar (menurut undang-undang). Maksud dan tujuan penerapan asas legalitas di bidang cukai adalah agar tindakan atau perbuatan pemerintah untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui pemungutan cukai tidak dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum. Penerapan asas legalitas di bidang perpajakan (cukai) dalam sistem kenegaraan di Indonesia dapat dilihat pada Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pada Pasal 23A Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Dasar hukum pemungutan cukai adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai. Undang-undang ini merupakan dasar bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam pemungutan pajak negara dalam bentuk cukai. 3
4 3. Citra Positif Industri Rokok a. Industri rokok membangun citra positif produk melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate sosial responsibility/csr). Belakangan ini banyak kegiatan CSR yang didanai perusahaan rokok, seperti kegiatan yang terkait bidang pendidikan, misalnya pemberian bea siswa, bantuan bagi sekolah, dan pembangunan gedung. Kegiatan CSR berdasarkan peraturan yang ditentukan pemerintah dan harus dilaksanakan oleh perusahaan. b. Industri rokok menyerap tenaga kerja Buruh pabrik rokok dan petani tembakau, industri rokok rumahan, petani cengkeh, dan pekerja industri manufaktor rokok menyediakan lapangan pekerjaan dan memiliki efek berantai bagi daerah penghasil, hal ini dapat dijadikan sebagai tameng, apabila merugikan kepentingan mereka seperti dengan menggelar unjuk rasa yang dapat mengganggu ketertiban masyarakat. c. Penerimaan Negara dari Sektor Cukai Adanya pembagian hasil penerimaan negara dari sektor cukai hasil tembakau yang dibagikan melalui gubernur kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau. Gubernur mengatur pembagian dana bagi hasil cukai tembakau kepada bupati/walikota di daerahnya masing-masing berdasarkan besaran konstribusi penerimaan cukai hasil tembakaunya. 4. Merokok sebagai Perilaku dan Dampak Buruknya Ada bentuk kekuatan sosial selain kekuasaan dan instrik politik perusahaan rokok yang mendorong orang mulai merokok. Sejatinya, merokok merupakan masalah perilaku. Maka, tak cukup hanya menambah kesadaran agar takut merokok atau memboikot perusahaan rokok dan petani tembakau, tetapi juga bagaimana agar sejak awal orang tidak memilih merokok. Harus diakui, mengubah perilaku telanjur merokok lebih pelik ketimbang membentuk perilaku tidak merokok sejak awal, Berdasarkan penelitian RJ Reynolds, Perokok remaja adalah satu-satunya sumber perokok pengganti. Jika para remaja tidak merokok, industri rokok akan bangkrut sebagaimana sebuah mayarakat yang tidak melahirkan generasi penerus akan punah. Mengingat sasaran utama perokok adalah remaja, peran sekolah seharusnya tidak kecil. Perlu ada kehendak politik membentuk perilaku tidak merokok masuk kurikulum sekolah. Sebagaimana pola pembentukan perilaku sehat lain, tak cukup kognitif, tetapi juga afektif agar terbentuk sikap positif terhadap hidup sehat, sehingga terbentuk kesadaran bahwa merokok tidak menyehatkan. 4
5 Peneliti LD-FE UI, Abdillah Ahsan, menunjukkkan pengeluaran untuk rokok keluarga miskin tahun 2009 menempati urutan kedua setelah beras (Kompas, Selasa, 17 April 2012; halm 13). Pembelian rokok seringkali lebih diperioritaskan daripada pangan bergizi, seperti daging, telur, buah, serta biaya pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini ironis di tengah besarnya jumlah anak kurang gizi, tingginya angka putus sekolah, dan rendahnya biaya kesehatan. Kementerian Kesehatan menyatakan, konsumsi rokok tahun 2010 menyebabkan pengeluaran tak perlu sebesar Rp 231,27 triliun. Rinciannya, untuk membeli rokok Rp 138 triliun, biaya perawatan medis Rp 2,11 triliun, dan hilangnya produktivitas Rp 91,16 triliun (Kompas, Selasa, 17 April 2012; halm 13). Pengeluaran ini jauh lebih besar dibandingkan perolehan negara dari cukai dan rokok. 5. Upaya Penanggulangannya a. Naikkan Cukai Rokok Untuk mengendalikan konsumsi rokok adalah menaikkan tarif cukai rokok. Saat ini kenaikan cukai ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau pada 12 November Aturan berlaku 25 Desember 2012, dengan tarif rokok cukai 2013 rata-rata 8,5 parsen, dengan harga rokok Rp Rp per bungkus (12 batang). Harga rokok harus dinaikkan sampai Rp perbungkus (12 batang). b. Memberikan gambar mengerikan pada kemasan rokok Tingginya konsumsi rokok di Indonesia merugikan bagi kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok, pemerintah perlu menerbitkan aturan yang mewajibkan perusahaan rokok mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada kemasan rokok produksinya. Beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, Brunai, dan Thailand, telah menerapkan peraturan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada semua kemasan rokok. Gambar disertai pesan tunggal yang ditampilkan antara lain gambar mulut yang terserang kanker dan pendaharan otak penderita stroke. Namun, di Indonesia yang merupakan negara produsen rokok terbesar di Asia Tenggara justru belum ada aturan yang mewajibkan perusahaan rokok mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar pada bungkus rokok. Padahal bungkus peringatan kesehatan di bungkus rokok merupakan sarana pendidikan bagi masyarakat luas yang efektif dan murah karena biayanya tidak ditanggung pemerintah. 5
6 c. Batasi Iklan Iklan rokok kini semakin ekspansif, baik di jalan-jalan, media televisi, ataupun mensponsori di berbagai acara musik dan olahraga. Iklan yang kian gencar itu menimbulkan keinginan pada remaja untuk memulai merokok. Berdasarkan hasil penelitian Sekitar 29 persen responden menyatakan terdorong kembali untuk menyalakan rokok setelah melihat iklan rokok. Dari hasil survei yang pernah dilakukan oleh Komnas Perlindungan Anak ternyata 99,7 persen anak-anak terpapar iklan rokok ditelevisi, 87 persen terpajang iklan rokok di luar ruang, serta 76,2 persen remaja-remaja melihat iklan rokok di koran dan majalah. Sekitar 62,2 persen remaja memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, 51,6 persen remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga slogan iklan rokok, dan 50 persen remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang dicitrakan iklan rokok. Karakteristik iklan rokok sangat dekat dengan dunia anak-anak muda. Slogan-slogan rokok mewakili dunia anak muda seperti Gak Ada Loe Gak Rame, Enjoy Aja! Ekspresikan Aksimu, U are U! Selain itu, industri rokok juga menggunakan idola remaja sebagai ikon produksinya. Pesannya berubah-ubah dengan tema yang konsisten, berulang-ulang dan terus-menerus. d. Pendidikan tidak merokok Mengingat merokok merupakan urusan perilaku, peran sekolah seharusnya tidak kecil. Perlu ada kehendak politik membentuk perilaku tidak merokok masuk kurikulum sekolah. Sebagaimana pola pembentukan perilaku sehat lain, tak cukup kognitif, tetapi juga afektif agar terbentuk sikap positif terhadap hidup sehat. Menginsafi bahwa merokok tidak sehat. 6. Simpulan Dari uraian tersebut di atas di atas, dapat disimpulkan bahwa rokok ibarat buah simalakama, di satu sisi pemerintah menginginkan pendapatan dari cukai setiap tahunnya terus meningkat, tetapi di sisi lain menuai dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, bahkan dalam pengelolaan keuangan rumah tangga, rokok adalah perioritas kedua setelah beras dengan mengabaikan kecukupan gizi lainnya. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan generasi muda penerus bangsa dari bahaya rokok, perlu dilakukan upaya-upaya penanggulangannya melalui: kenaikan cukai rokok; memberikan gambar yang menakutkan pada kemasan rokok; pembatasan iklan baik di televisi, media massa, kegiatan konser, spanduk maupun pembatasan melalui peraturan daerah (perda); serta melalui pendidikan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas. 6
7 DAFTAR PUSTAKA Marsuni, Lauddin Hukum dan Kebijakan Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta:UII Press. Pusdiklat PSDM, Kemenkeu Pengelolaan Keuangan Negara. Jakarta. Kompas, Kenaikan Tarif Cukai: Produksi Tetap Naik. Kamis, tanggal , hlm, 13 Media Indonesia, Merokok dan Demokrasi. Rabu, tanggal , hlm, 21. Kompas, Ihwal Ayat Tembakau. Senin, 19 Oktober hlm, 7. Kompas, Pengendalian Tembakau: Mengatur Rokok, Mencegah Kemiskinan. Selasa, 17 April 2012, htm 13. Kompas, Bahaya Rokok Total Ban Sebuah Pilihan Tak Terelakkan. Rabu, 24 Juni 2009, hlm, didownload tanggal , pk *Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang. 7
Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP
Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sehubungan dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehubungan dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu wujudkan masyarakat adil dan makmur kita perlu melaksanakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan peranan
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pungutan cukai merupakan salah satu komponen penerimaan negara yang memiliki ciri khusus dan berbeda dengan pungutan pajak lainnya. Ciri khusus yang dimaksud
Lebih terperinci1 of 5 21/12/ :02
1 of 5 21/12/2015 14:02 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1121, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Cukai. Tembakau. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah tipe negara yang berbentuk welfare state modern (negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konstitusi Indonesia, UUD 1945, telah mengatur bahwa negara Indonesia adalah tipe negara yang berbentuk welfare state modern (negara kesejahteraan modern) yang mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tembakau merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciHukum Pajak. Ciri-Ciri Pajak (Pertemuan #3) Semester Genap
Hukum Pajak Ciri-Ciri Pajak (Pertemuan #3) Semester Genap 2015-2016 Tujuan Pembelajaran Fakultas Hukum Mahasiswa memahami ciri-ciri pajak dan mampu membedakanpajak dengan pungutan lainnya. Ruang Lingkup
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama, Indonesia selain menyelenggarakan pemerintahan juga melaksanakan pembangunan.dan untuk menjalankan pembangunan suatu Negara membutuhkan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH, UNTUK JENIS PUNGUTAN PAJAK ROKOK PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa Pajak Rokok merupakan sumber pendapatan
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN CUKAI ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TAHUN 2014
KAJIAN KEBIJAKAN CUKAI ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TAHUN 2014 I. Latar Belakang Pasal 2 UU Cukai Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai mengatur
Lebih terperinciPabrikan Rokok "A" dalam Masan Pajak November 2000 melakukan kegiatan sebagai berikut :
Lampiran 1 Contoh Pengisan SPT Masa PPN untuk Pabrikan Tembakau (Rokok) : Pabrikan Rokok "A" dalam Masan Pajak melakukan kegiatan sebagai berikut : - Tanggal 27 menebus pita cukai pada Direktorat Jenderal
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK ROKOK PROVINSI JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK ROKOK PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENGGUNAAN DAN PENGAWASAN PAJAK ROKOK
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENGGUNAAN DAN PENGAWASAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciTENTANG. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan. Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi
GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 15 TAHUN 2OI4 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2}rc TENTANG PAJAK ROKOK PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 100 jenis tembakau dihasilkan di Indonesia. Dari sekitar 200 juta kilogram
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi berbagai macam tembakau yang tersebar dari pulau Sumatera, Jawa, Bali sampai Nusa Tenggara. Lebih dari 100 jenis
Lebih terperinciROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng
ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng Data global mencatat bahwa 6 juta orang meninggal dunia tiap tahun akibat penyakit terkait
Lebih terperinci181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU
181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU Contributed by Administrator Monday, 16 November 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181/PMK.011/2009 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181/PMK.011/2009 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN
Lebih terperinci2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2017 KEMENKEU. Cukai Hasil Tembakau. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 52 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 52 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN
Lebih terperinciMenimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan pasal 26 sampai dengan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu membenfuk
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK PROVINSI SUMATERA U?ARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia yang memiliki sebuah kontribusi yang berpengaruh sangat besar dalam membiayai pertumbuhan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
Menimbang : a. Mengingat : 1. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI
Lebih terperinciKEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN KONSUMSI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN KEBIJAKAN FISKAL 1 KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN KONSUMSI Disampaikan Dalam Acara Kongres II InaHEA: Pengendalian Rokok Melalui
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU,
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan sumber
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK ROKOK KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN DAN PEMERINTAH KOTA DI WILAYAH PROVINSI
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciFASILITAS PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI PANARUKAN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
FASILITAS PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI PANARUKAN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajuakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.)
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi tembakau merupakan salah satu penyebab kerusakan kesehatan yang berkembang cukup pesat di dunia. Tingkat konsumsi Hasil Tembakau khususnya konsumsi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR /6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,
PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR /6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia ini senantiasa tidak terlepas dari sumber penerimaan pajak yang dapat diandalkan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai
Lebih terperinciAnalisis penerimaan dan potensi cukai pada. kantor pelayanan bea dan cukai tipe a. Surakarta periode Disusun oleh:
Analisis penerimaan dan potensi cukai pada kantor pelayanan bea dan cukai tipe a Surakarta periode 2003-2005 Disusun oleh: Astrid Primaristi Wahyu Putri F.3403014 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN
4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia
Lebih terperinciKebijakan Kementerian Keuangan dalam Cukai dan Pajak Rokok
Kebijakan Kementerian Keuangan dalam Cukai dan Pajak Rokok Disampaikan pada Indonesia Conference on Tobacco or Health Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan www.fiskal.depkeu.go.id
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 dan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 SEBAGAI PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK MENUJU MASYARAKAT YANG LEBIH SEHAT BIDANG KEGIATAN: PKM P DIUSULKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah perokok dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik laki-laki, perempuan. Usia perokok juga bervariasi dari yang dewasa sampai remaja bahkan anak dibawah umur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai penelitian telah menjelaskan dampak buruk akibat merokok terhadap kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara. Salah satu tujuan nasional negara Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
Lebih terperinci203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU
203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU Contributed by Administrator Tuesday, 09 December 2008 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.011/2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dimaksud adalah penciptaan akselerasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Salah satu tujuan Negara adalah untuk memberikan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-08/BC/2011 TENTANG DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian suatu negara tidak terlepas dari tingkat pendapatannya yang baik. Pendapatan negara bersumber dari danaeksternal maupun internal. Dana eksternal diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hakikat Pembangunan dan UUD 1945, Pembangunan adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan
Lebih terperinciSama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi
Apakah pajak itu? Kenapa pajak timbul dalam masyarakat? Apakah peranan pajak bagi negara? Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH Menimbang : a. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 : SINERGI DALAM ROADMAP INDUSTRI HASIL TEMBAKAU
KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 : SINERGI DALAM ROADMAP INDUSTRI HASIL TEMBAKAU Oleh: Surono Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstraksi: Kebijakan tarif cukai hasil tembakau tahun 2013 dilandasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, dalam. terhadap penerimaan negara. (Bapeda Bandung, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu industri hasil tembakau yang mempunyai peran penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, karena mempunyai dampak yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN DAN TANTANGAN KEDEPAN JAKARTA, 30 NOVEMBER 2017 Landasan Filosofis Pengelolaan Tujuan negara dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara mengkonsumsinya), karena produk ini memberikan kepuasan kepada konsumen melalui asap (hasil pembakaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.011/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.011/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciBAB III PAKAIAN BEKAS MENURUT UU NO. 42 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
BAB III PAKAIAN BEKAS MENURUT UU NO. 42 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 3.1. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Sistem Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Penerimaan Pemerintah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang- Undang Dasar 1945, Pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Untuk meningkatkan pertumbuhannya, pemerintah Indonesia terus melaksanakan pembangunan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 64/PUU-XI/2013 Pajak Rokok
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 64/PUU-XI/2013 Pajak Rokok I. PEMOHON 1. Mulyana Wirakusumah, sebagai Pemohon I; 2. Hendardi, sebagai Pemohon II; 3. Aizzudin, sebagai Pemohon III; 4. Neta S. Pane, sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama
Lebih terperinciDisampaikan pada Forum Nasional Kebijakan Kesehatan Indonesia IV, 04 sampai dengan 07 September 2013 di Kupang yang diselenggarakan oleh P2K3
Disampaikan pada Forum Nasional Kebijakan Kesehatan Indonesia IV, 04 sampai dengan 07 September 2013 di Kupang yang diselenggarakan oleh P2K3 Universitas Nusa Cendana dan KONAS IAKMI. (Yusuf Arifin, BBC
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan terjadinya 25 penyakit di tubuh manusia. Analisa mendalam tentang aspek sosio ekonomi dari bahaya merokok
Lebih terperinciBMN YANG SELAIN DARI APBN
BMN YANG SELAIN DARI APBN Oleh: Rahmad Guntoro,S.E,M.M *) Abstrak: Dua sumber perolehan Barang Milik Negara (BMN) adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan perolehan lainnya yang sah. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam proses pembangunan suatu negara, terlebih bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tembakau dengan budidayanya merupakan
Lebih terperinciKeterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Keterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Pada hari ini tanggal 18 Agustus 2009, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyetujui dan mengesahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pajak merupakan pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara tidak langsung menghantam perekonomian hampir seluruh negara di dunia bahkan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan pada bidang teknologi informasi, membuat arus informasi semakin mudah diakses oleh setiap individu dan kelompok yang membutuhkannya. Dengan demikian, informasi
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis dan Sintesis Dampak Positif dan Dampak Negatif Penerapan Ketentuan-Ketentuan Pokok FCTC bagi Pemerintah Indonesia
IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis dan Sintesis Dampak Positif dan Dampak Negatif Penerapan Ketentuan-Ketentuan Pokok FCTC bagi Pemerintah Indonesia Merujuk pada Bab Pendahuluan dapat diketahui bahwa Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan kunci utama bagi pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan kunci utama bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Perdagangan internasional dapat meningkatkan standar kehidupan di
Lebih terperinciJenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP
Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pengelolaan APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1921, 2014. KEMENKEU. Barang. Cukai. Pengangkutan. Pengeluaran. Pemasukan. Penimbunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG PENIMBUNAN,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah
Lebih terperinciWALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAGIAN BESARAN ALOKASI UNTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinci