BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis. Gambar 2.1. Conceptual Framework PT Agricinal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis. Gambar 2.1. Conceptual Framework PT Agricinal"

Transkripsi

1 BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. Peta Pemikiran Konseptual Gambar 2.1. Conceptual Framework PT Agricinal Untuk melakukan pengembangan bisnis di PT Agricinal digunakan conceptual framework diatas, dan akan dijabarkan faktor faktor yang dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan bisnis terutama dalam kaitannya dengan divisi trading. Faktor faktor tersebut adalah Pengidentifikasian pada divisi trading PT Agricinal untuk mengetahui keadaan dan apakah terjadi permasalahan pada divisi ini, Menganalisa situasi industri, dan Menganalisa laporan keuangan untuk mengetahui performa PT Agricinal. Beberapa data untuk menunjang analisa yang terdapat dalam conseptual framework didapatkan dari hasilwawancara dengan nara sumber yang berasal dari pihak manajemen PT Agricinal, pengamatan langsung ke perkebunan dan pabrik PT Agricinal di Bengkulu, dan pada in-depth interview yang dilakukan pada saat riset di pelabuhan khusus yang dimiliki oleh 13

2 PT Agricinal di Bengkulu pada beberapa nahkoda kapal dan awak kapal dari beberapa kapal tangker lokal maupun asing telah ditemukan data data yang yang berhubungan dengan produktifitas kapal dan sisi operasional dari kapal. Juga studi literatureyang berhubungan dengan pelaksanaan proyek akhir ini. Kemajuan dalam bisnis kelapa sawit Indonesia ditandai dengan semakin terintegrasinya spesialisasi fungsi dan pembagian kerja berdasarkan fungsi fungsi sistem agribisnis. Dari Pengadaan dan Penyaluran sarana produksi, sampai dengan Produksi Primer ( Budi Daya Pertanian ), dan Pengolahan Agroindustri Hilir sampai pada proses akhir yaitu pemasaran. Gambar 2.2. Spesialisasi fungsi dan pembagian kerja berdasarkan fungsi fungsi sistem agribisnis Evaluasi pada divisi trading PT Agricinal Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu pada pemasaran produk CPO. Faktor- faktor utama yang mempengaruhi pemasaran produk CPO ditentukan dan kemudian akan dijelaskan satu per satu seperti gambar di bawah ini. 14

3 Gambar 2.3. Faktor- faktor utama yang mempengaruhi pemasaran produk CPO Distribusi produk Perusahaan membutuhkan proses distribusi dan pelaksanaan logistical management yang baik dan efisien. Namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat berbagai kendala dalam mewujudkan logistical management sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan hal ini menganggu kelancaran penjualan. Pada bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengamatan secara langsung pada perusahaan, yaitu berupa data penjualan selama tiga tahun Dalam penelitian ini penulis mendeteksi beberapa masalah yang akan diulas di bawah ini dan akan juga penulis sampaikan pemikiran penyelesaiannya agar sales selalu lancar, yang menyangkut outbound logistic yaitu masalah pada kegiatan transportation Permintaan dan konsumsi domestik dan dunia Pada tahun 2007 pemerintah telah menerbitkan aturan yang mewajibkan produsen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mendahulukan pasokan untuk 15

4 dalam negeri.kewajiban atau domestic market obligation (DMO) itu diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian.Penerapan DMO adalah sebagai antisipasi jangka panjang untuk mengamankan kebutuhan kelapa sawit dalam negeri termasuk mengantisipasi kecenderungan peningkatan permintaan biofuel. Konsumsi minyak & lemak dunia sudah bertambah besar dengan stabil selama 25 tahun terakhir.dua faktor yang mengemudikan ini adalah pertumbuhan penduduk dunia & pertambahan per capita konsumsi.hal diperlihatkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Populasi dan Konsumsi Dunia Terhadap Minyak Nabati Dunia terus mempunyai kebutuhan dan tidak puas-puasnya terhadap minyak dengan konsumsi di sekitar 82,5 juta barrels per hari dan terus bertumbuh. Amerika Serikat mempunyai kebutuhan tertinggi sekitar 20 juta barrels setiap 16

5 harinya. Negara China dan India juga mengikuti Amerika sebagai akibat dari proses industrialisasi di kedua negara ini Mutu dan kualitas CPO Masalah utama pada pabrik pengolahan kelapa sawit di Indonesia adalah tingkat efisiensi pengolahan yang masih rendah.penyebabnya, masih menggunakan cara manual dan sangat tergantung pada si operator.dampaknya, terjadi kelambatan (delay time) yang sangat besar sehingga kuantitas dan kualitas produksi crude palm oil (CPO) menurun. Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi mengakibatkan peningkatan konsumsi pangan, termasuk konsumsi minyak nabati.kebutuhan minyak nabati dunia ini terutama dipenuhi dari minyak kelapa sawit. Peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia telah mendorong devisa sehingga menempatkan Indonesia sebagai penghasil minyak kelapa sawit dunia terbesar. Persaingan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dengan Malaysia mengakibatkan produk CPO Indonesia harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyratan internasional. Untuk itu maka kegiatan produksi terutama kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintregrasi (Junaran,1995) Harga pasaran Ketidakstabilan harga pertanian secara umum dihubungkan dengan ketidakstabilan produksi pertanian yang sebagian besar karena faktor seperti cuaca.pada pasar terbuka sampai perdagangan internasional, pergerakan harga ini juga adalah atribut penentu harga lokal. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan harga rata rata, harga teringgi, dan persentase perubahan harga komoditi minyak nabati internasional dari tahun 2005 sampai tahun oilworld.com 17

6 Sumber dari Gambar 2.5. Harga Komoditi Internasional Sejak tahun 2004 harga minyak sawit dunia sudah naik, ada beberapa diskusi yang membahas tentang harga minyak sawit dunia yang tinggi ini dan trend harga kedepan. Salah satu berpendapat bahwa harga minyak sawit yang tinggi ini adalah berbentuk siklus dan muncul karena ledakan permintaan pasar dan masalah di Iraq serta kombinasi bull run di pasar modal. Pendapat lain mengatakan bahwa saat ini terjadi perubahan struktur standar pada pasar minyak yang mencerminkan ketidakefisienan investasi selama 10 tahun terakhir ini. Perbedaan pendapat ini sangat besar, bila harga saat ini adalah suatu siklus maka suatu saat akan turun, sedangkan bila karena masalah struktur pasar maka harga ini akan tetap naik. Sumber dari BP Statistical Overview, 2005, Energy Information Agency Gambar 2.6. Harga Crude oil 18

7 Persaingan Dari sisi persaingan usaha, struktur industri CPO dan minyak goreng di Indonesia relatif terintegrasi dan cenderung oligopolistik.produsen CPO (hulu) memiliki keterkaitan usaha (kepemilikan) dengan produsen minyak goreng (hilir). Kondisi yang sama juga terjadi di jalur distribusi, dimana distributor-pengecer diduga memiliki market power yang signifikan. Berbagai kondisi tersebut diduga mengarah kepada terjadinya oligopoli pricing, dimana baik produsen-distributor memiliki market power sehingga harga minyak goreng menjadi tidak kompetitif Pertambahan dan berkurangnya pasokan minyak nabati lainnya Prospek industri sawit di negeri sudah berkembang sangat pesat, hal ini terbukti dengan semakin berkembangnya industri ini dari hulu ke hilir dan menjadi primadona ekspor dari sektor non migas. Di samping memberikan profitabilitas yang tinggi dan berkesinambungan bagi para pelaku bisnis, industri ini secara nyata juga ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia bahkan dunia. Saat ini dengan total produksi mencapai sekitar 16 juta ton pertahun di 2006, minyak sawit mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari 14,7 juta ton pada 2005 dan 13,6 juta ton di Peningkatan produksi minyak sawit ini di masa mendatang akan terus berlanjut, sejalan dengan dukungan teknologi dan implementasinya, yang didorong oleh kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat. Gejala tersebut membuat masa depan industri kelapa sawit secara umum akan semakin cerah. Ini dapat ditunjukan dengan beberapa indikator utama yang menunjukkan kenaikan, seperti luas lahan, angka produksi, ekspor serta penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut membuat minyak sawit akan men-substitusi jenis minyak nabati lain, terutama edible oil seperti minyak kedelai, bunga matahari dan biji lobak. Peningkatan peluang minyak sawit juga di dukung oleh harga minyak sawit yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan jenis minyak nabati lainnya. Pertumbuhan yang besar ini tidak hanya terjadi di Indonesia semata, melainkan juga terjadi di negara lainnya yang memproduksi minyak sawit. Berdasarkan data oil world Annual 2006, produksi minyak sawit dunia mengalami kenaikan sebesar 19

8 7,7% menjadi 37,6 juta ton di bandingkan 35,2 juta ton pada Ini merupakan kenaikan terbesar dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai yang mengalami kenaikan sebesar 5,7% menjadi 36,6 juta ton di 2006 dari 34,8 di tahun sebelumnya. Tabel2.1 di bawah, berisi detail produksi oils & fats sejak 2003/04, serta prediksi untuk tahun berikutnya. Peningkatan yang terjadi beberapa tahun ini, diatas ratarata peningkatan selama kurun waktu 20 tahun kebelakang.dapat dilihat pada tabel, terjadi kenaikan sebesar 17% (22.6 MT) dalam kurun waktu 3 tahun (termasuk prediksi tahun 2006/07). Hampir seluruh kenaikan ini akibat dari bertambahnya suplai soybean, palm (termasuk palm kernel), serta rapeseed oil, yang jumlah total kenaikan dari tiga oil ini mencapai 18.6 MT. Kenaikan sebagian produk lain cukup menarik untuk dicatat bahwa butter, lard, dan tallow turut menyumbang kenaikan sebanyak 1.6 MT. Peningkatan ini semakin memperkuat minyak sawit sebagai primadona minyak nabati di dunia mengalahkan minyak nabati lainnya. Dengan pasar utama CPO Indonesia masih di dominasi China dan India yang mengkonsumsi lebih dari 60% dari total ekspor setiap tahun. Kini Indonesia bersama negara tetangga Malaysia, telah menguasai lebih dari 85% produksi CPO dunia, dan bukan suatu hal yang mustahil apabila Indonesia akan berhasil mengungguli Malaysia menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. 20

9 Tabel 2.1. Produksi Minyak Nabati sejak 2003/2004 dengan prediksi 2006/2007 Million Metric Tons (MMT) Komoditi lain seperti : Fish oil (~1.0 MMT), Sesame (~0.8 MMT), linseed (~0.7 MMT) dan Castor (~0.5 MMT) Source : Oil World Annual Analisa Situasi Industri Kondisi makroekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2007 menunjukkan banyak perbaikan. Target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen tercapai. Inflasi dan nilai tukar rupiah cenderung stabil, suku bunga acuan ( BIrate ) bisa terus diturunkan dan ini mendorong perbankan menurunkan tingkat bunganya. Investasi meningkat. Kinerja ekspor nasional yang bagus mendorong cadangan devisa Indonesia relatif kuat. Situasi politik juga cukup stabil dan gangguan keamanan nasional tidak banyak terjadi.gangguan ternyata justru banyak datang dari luar, terutama dengan harga minyak mentah dunia terus menanjak, terutama ketika mulai memasuki triwulan keempat. Ekspor masih akan terus meningkat, terutama dari nonmigas, sebagian besar karena kenaikan harga pasar internasional. Contohnya adalah ekspor minyak sawit mentah CPO, sampai september 2007 sudah mencapai US$5,6 miliar. Kenaikan ini paling banyak disumbang oleh harga CPO yang mencapai US$900 per ton. Sampai akhir tahun 2008 ekspor CPO diperkirakan masih tinggi karena 21

10 minyak sawit kini tidak hanya diolah untuk minyak goreng, tapi juga untuk biodiesel Kondisi Internal Perusahaan Luas perkebunan dan produksi kelapa sawit di PT Agricinal Didirikan tahun Berlokasi di Bengkulu Kebun inti : ha di Ds. Pasar Seblat (TM 15-20) ha di Desa Tunggang (TBM 2-3) Pabrik CPO kapasitas 60 ton TBS/jam Pabrik PKO kapasitas 100 ton inti/hari PT Agricinal juga melakukan pembinaan kebun plasma : Kab. Bengkulu Utara : ha Kab. Mukomuko : ha Kab. Bengkulu Selatan : ha Kab. Seluma : 340 ha Saat ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTAgricinal beroperasi dengan kapasitas olah 45 ton TBS/jam dan Pabrik inti mengolah 50 ton inti/hari, yang kemudian akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 60 ton TBS/jam(PKS) dan 100 ton/hari (pabrik inti). Pelabuhan khusus dan perdagangan dibangun untuk memenuhi kebutuhan perdagangan dan pengangkutan PT Agricinal, Pelabuhan Khusus memulai operasinya sejak akhir tahun 2005.Hingga akhir tahun 2006, Pelsus telah digunakan untuk mengangkut ton CPO 3. Pengembangan Usaha : Berperan sebagai Mitra Usaha dalam Program Nasional Pemerintah : 2 Tempo, 23 Desember Liputan khusus prospek ekonomi Data laporan tahunan PT Agricinal 22

11 Revitalisasi Perkebunan (Revbun), yaitu pembangunan kebun rakyat. Dalam 5 tahun akan dibangun seluas Ha di Bengkulu dan Ha di Kaltim. Program Kerja : Bengkulu : telah memperoleh penyediaan lahan seluas Ha, dan akan segera dibuat ijin lokasi. Kaltim : Penyediaan lahan telah dicanangkan oleh tiap kabupaten baik untuk inti maupun plasma. Volume penjualan dan Laporan penjualan Laporan penjualan bersih selama periode 1 Januari 2006 s/d 31 Desember 2006 sebesar Rp dengan perincian sebagai berikut : Tabel 2.2. Tabel Laporan Penjualan Bersih PT Agricinal2007 Transaksi Jumlah ( kg ) Nilai (Rp) Penjualan CPO 40,534, Pejualan Inti sawit 5,859, Palm Kernel Oil 400, Penjualan Bibit Sawit 304, Pendapatan Jasa Pelabuhan Trading CPO Total Isu utama dalam industri minyak sawit Kenaikan harga minyak sawit sampai pada US$ 900 per ton yang dipercaya disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk biofuels. Hal ini mengarahkan pada perubahan besar pada strategi bisnis industri minyak sawit. Alokasi tentang foods vs fuels menjadi lebih jelas dari pada era sekitar 10 tahun yang lalu. 23

12 Industri ini harus memperkuat research dan development ( R&D ) untuk mendukung strategi bisnis pada masa yang akan datang Kondisi Persaingan Fakta di lapangan menunjukan bahwa minyak goreng di Indonesia menunjukkan trend kenaikan harga.hal tersebut memicu keresahan di kalangan masyarakat, belum lagi dapat berdampak kepada kenaikan bahan-bahan makanan pokok lainnya.untuk mencegah kenaikan harga ini, pemerintah menerapkan instrumen pajak ekspor (PE) terhadap CPO yang diharapkan dapat menjadi disinsentif bagi produsen CPO untuk mengekspor produk mereka. Selain PE, pemerintah juga menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) yang memprioritaskan kestabilan pasokan CPO dalam negeri. Dari sisi persaingan usaha, struktur industri CPO dan minyak goreng di Indonesia relatif terintegrasi dan cenderung oligopolistik.produsen CPO (hulu) memiliki keterkaitan usaha (kepemilikan) dengan produsen minyak goreng (hilir). Kondisi yang sama juga terjadi di jalur distribusi, dimana distributor-pengecer diduga memiliki market power yang signifikan. Berbagai kondisi tersebut diduga mengarah kepada terjadinya oligopoli pricing, dimana baik produsen-distributor memiliki market power sehingga harga minyak goreng menjadi tidak kompetitif.dalam konteks DMO, kebijakan pemerintah untuk membatasi ekspor CPO dapat dianalisis melalui UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, khususnya bagian pengecualian seperti pasal 50.g. Pasal ini mengecualikan perjanjian/kegiatan berorientasi ekspor dari UU No. 5/1999, sepanjang tidak mengganggu pasokan dalam negeri.apabila diketahui bahwa peningkatan ekspor tersebut dilatarbelakangi oleh kesepakatan para produsen (direct maupun indirect), maka hal tersebut tidak dapat dikecualikan dari UU No. 5/1999. Sangat jelas kesepakatan tersebut telah mengakibatkan ketidakstabilan dalam pasokan.dalam hal ini, analisis persaingan usaha menjadi sangat penting mengingat struktur pasar yang terkonsentrasi dan terintegrasi. 24

13 Penawaran dan Permintaan Produk Kelapa Sawit Berbagai jenis minyak nabati dan lemak yang ada di pasaran dunia memepunyai sifat yang dapat saling menggantikan (barang subtitusi), dan oleh karena itu penawaran dan permintaan produk kelapa sawit harus dibicarakan dalam konteks ekonomi minyak nabati dan lemak dunia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volume permintaan minyak kelapa sawit di pasar domestik dan pasar dunia adalah sebagai berikut. 1. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan gross domestic product (GDP). 2. Kepentingan politik di masing-masing negara. 3. Letak geografis suatu negara dan biaya transportasi minyak kelap sawit ke negara tersebut. 4. Akses informasi. 5. Tingkat subtitusi produk Penawaran dan Produksi Kelapa sawit Konsumsi minyak kelapa sawit domestik yang tinggi merupakan salah satu faktor yang mendukung peningkatan produktifitas. Indonesia merupakan negara produsen terbesar kedua di dunia dan negara konsumen terbesar di dunia dalam hubungannya dengan kelapa sawit. Keseimbangan penawaran dan permintaan akan minyak kelapa sawit ini mengakibatkan peran Indonesia menjadi semakin dominan sebagai negara yang mempengaruhi pola penawaran dan permintaan minyak kelapa sawit dunia. Pada tahun 2008 ini, negara Indonesia di proyeksikan akan menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit yang terbesar di dunia melebihi negara Malaysia. Hal ini terutama karena adanya banyak dukungan dari pemerintah Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan produksi minyak kelapa sawit dalam memenuhi permintaan konsumsidunia adalah sebagai berikut, 1. Iklim 2. Luas lahan yang tersedia 3. Ketersediaan akan tenaga kerja 25

14 4. Dukungan masing-masing negara 5. Gerakan masyarakat pemerhati lingkungan 6. Pendanaan investasi Ketersediaan Produk Pengganti Ditengah ramainya persaingan beberapa merek minyak goreng berbahan baku CPO, kini juga hadir di pasaran pesaing-pesaing baru: minyak kanola, minyak kedelai, dan minyak jagung. Jenis minyak yang sama-sama dipakai untuk menggoreng ini diyakini oleh para ahli gizi memberi manfaat lebih besar ketimbang minyak goreng biasa Kondisi Perekonomian Secara keseluruhan, tingkat investasi keuangan di Indonesia pada tahun 2007 meningkat pesat. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukan realisasi investasi asing selama sembilan bulan pertama 2007 meningkat 103% menjadi US$ 9 miliar dibandingkan pada periode yang sama tahun Investasi dalam negri juga meningkat lebih tinggi, 143%, menjadi Rp 33 triliun. Salah satu faktor yang menyerap investasi adalah perkebunan kelapa sawit 4. Pengaturan alokasi produksi minyak kelapa sawit dalam negeri diatur melalui surat keputusan bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pertanian, Mentri Perindustrian, dan Mentri Perdagangan nomor 275/KPB/XII/78 tanggal 16 Desember 1978 yang mengatur hal-hal sebagai berikut. Jumlah produksi dan rencana ekspor. Kapasitas dan kebutuhan masing-masing unit industri pengolahan lanjutan, seperti minyak goreng, sabun, dan lain-lain. Pengawasan penyaluran minyak kelapa sawit ke industri pengolahan lanjutan. Harga ditetapkan oleh pemerintah 4 Badan Koordinasi Penanaman Modal 26

15 Berdasarkan SKB 3 Mentri tersebut, pengaturan alokasi produksi minyak kelapa sawit berdasarkan penggunaan dan harganya ditentukan sebagai berikut. Harga minyak kelapa sawit untuk pembuatan minyak goreng ditetapkan di Belawan. Harga minyak kelapa sawit untuk operasi pasar berdasarkan minyak goreng dikurangi biaya operasional. Harga minyak kelapa sawit untuk industri hilir sama dengan harga ekspor Free On Board (FOB) Belawan. Prospek pemasaran minyak kelapa sawit sangat cerah karena tekanan permintaan minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa sawit terus meningkat karena meningkatnya jumlah pertambahan penduduk dan GDP dunia. Selain itu seperti di sebutkan di awal laporan penelitian ini bahwa prospek pemasaran minyak kelapa sawit juga dipengaruhi pesatnya perkembangan industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit seperti biofuel. Melihat kecenderungan pasar dan pertimbangan faktor penawaran dan permintaan maka prospek pemasaran minyak kelapa sawit dalam dua dasawarsa mendatang cenderung akan meningkat, sepanjang kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembentukan harga dipengaruhi oleh mekanisme pasar secara bebas Analisis Situasi Bisnis Potensi dan prospek Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat karya. Indonesia merupakan negara penghasil CPO kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Sebagian besar dari CPO itu diekspor ke India, Eropa dan Cina. Dengan kondisi ini prospek industri kelapa sawit nasional diperkirakan akan terus meningkat. Optimisme ini muncul karena harga minyak sawit mentah di pasar dunia terus membaik. Bahkan, harga tersebut dalam waktu dekat akan meningkat. Indikasi ke arah sana semakin menguat setelah melihat perkembangan harga pasar. 27

16 Manfaat dari buah kelapa sawit sendiri sangat bervariasi. Cukup banyak industri lain yang dapat menggunakan sebagai bahan baku produknya, seperti minyak goreng, makanan, kosmetik, bahan bakar dan lain-lain. Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramairamainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali. Pertumbuhan permintaan CPO tidak hanya disebabkan dengan adanya pengembangan energi alternatif tersebut, tetapi juga disebabkan kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri hilirnya. Indonesia sebagai produsen utama bersama Malaysia seharusnya dapat memperoleh keuntungan dari keadaan tersebut, dengan berkonsentrasi membangun industri kelapa sawit dan infrastruktur pendukungnya Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92% 5. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia. Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun terakhir juga menunjukkan trend meningkat, rata-rata peningkatannya adalah sebesar 11%. Eksportir terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup jauh yaitu hanya berkisar 1,3%. Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang

17 mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya. Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas. Gambar 2.7. Perkembangan ekspor dan Konsumsi CPO Dunia Perkembangan Harga CPO Dunia. Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia. Harga CPO dunia saat ini (Februari 2008) adalah USD900/ton, relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga selama tujuh tahun terakhir, walaupun pada 1984 harga CPO pernah mencapai USD729/ton. 29

18 Gambar 2.8. Perkembangan Harga CPO di Rotterdam Kondisi Dalam Negeri Industri/perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam enam tahun terakhir rata-rata share per tahun adalah 6,17% dan setiap tahun cenderung terus mengalami peningkatan. Ekspor CPO Indonesia setiap tahunnya juga menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan adalah 12,97%. Sampai dengan tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit yang ternanam di Indonesia adalah 5,6 juta ha, yang terdiri dari: perkebunan rakyat 1,9 juta ha, perkebunan pemerintah 0,7 juta ha, dan perkebunan swasta 3, 0 juta ha. Rata-rata pertumbuhan lahan per tahun sebesar 15% atau ha per tahun. Sementara itu, produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2005 telah mencapai 17 juta ton meningkat 63,7% dibandingkan tahun 2003 yang mencapai 10,4 juta ton. Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di Pulau Sumatera (69%) disusul Pulau Kalimantan (26%). Dengan adanya rencana pemerintah membangun 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan maka pada tahun 2020 diprediksikan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menjadi 9 juta ha sehingga share lahan kelapa sawit di Kalimantan naik menjadi 35% sebaliknya Sumatera turun menjadi 56% 6. 6 Data statistik Pemda Sumatra, 30

19 Produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia masih kalah dibandingkan Malaysia. Produktifitas Indonesia berkisar 3,04 ton/ha sedangkan Malaysia berkisar 3,83 ton/ha. Hal ini lebih disebabkan oleh pemilihan bibit yang kurang baik, sistem pemupukan yang kurang optimal dan kondisi perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang sudah banyak melewati usia produktif akibat keterterlambatan dalam melakukan regenerasi pohon kelapa sawit. Ke depan, pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan bio diesel yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Dengan demikian kapasitas penyerapan CPO akan jauh lebih besar lagi disamping nilai tambahnya juga akan semakin tinggi Kendala-Kendala Pengembangan Industri Kelapa Sawit Nasional Secara makro, prospek industri kelapa sawit di Indonesia cukup baik, tetapi dalam pelaksanaan pengembangannya cukup banyak kendala yang dihadapi diantaranya adalah: 1. Kebijakan yang saling tumpang tindih antara pusat dan daerah, seperti ijin pembukaan lahan yang kadang membuat para pelaku bisnis ragu-ragu dalam bertindak dan mengakibatkan biaya besar. 2. Infrastruktur yang belum memadai terutama pelabuhan ekspor. Saat ini kapasitas pelabuhan ekspor kelapa sawit baru mencapai 8 juta ton, sedangkan total ekspor telah mencapai 10 juta ton lebih, sehingga masih terdapat kekurangan 2 juta ton. Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan kelapa sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan kapasitas pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru) maka industri kelapa sawit dalam 10 tahun bisa terganggu karena akan banyak hasil produksi yang tidak dapat diekspor, sementara daya tampung dalam negeri akan semakin terbatas apalagi jika program bio diesel pemerintah tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. 3. Tumbuhnya industri hilir tidak secepat pertumbuhan industri kelapa sawit itu sendiri, mengakibatkan nilai jual hasil minyak kelapa sawit 31

20 Indonesia bernilai rendah. Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah berupa produk turunan kelapa sawit, sedangkan ekspor industri kelapa sawit Malaysia sudah 80% lebih berupa produk turunan. 4. Belum adanya grand strategy yang jelas dan terkoordinasi dari pemerintah untuk mengembangkan industri ini, padahal pemerintah telah mencanangkan bahwa sektor ini adalah sektor unggulan Indonesia untuk ekspor non migas dan penyerapan tenaga kerja. 2.4 Manajemen logistik memberikan kontribusi bagi perusahaan dengan menyediakan dengan tepat dan akurat produk yang diminta oleh pelanggan, Karena itu customer service atau pelayanan pelanggan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam proses pemasaran dewasa ini. Dengan pelayanan yang memuaskan pelanggan, akan tercipta suatu keunggulan bersaing yang tentunya memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sebelum membahas lebih lanjut, berikut ini pengertian dalam suatu sistem perusahaan, untuk dapat menyampaikan barang dari satu titik asal ke titik tujuan, baik di dalam perusahaan (inbound transportation) maupun di luar perusahaan (outbound transportation), dengan kondisi yang baik dan dalam jumlah serta waktu yang tepat, maka pihak perusahaan harus menentukan transportasi yang tepat. Hal mengenai transportasi akan dijelaskan di sub bab di bawah ini Transportation Adalah salah satu unsur dalam kegiatan manajemen logistik. Kegiatan ini mempunyai dua fungsi utama yaitu product movement dan product storage. Dalam product movement bagian tranportasi bertanggung jawab terhadap pergerakan produk, baik produk berupa bahan baku, komponen, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Fungsi berikutnya adalah product storage, transportasi dapat berperan sebagai tempat penyimpanan sementara, dengan pengertian bahwa selama pergerakan produk, transportasi dapat digunakan sementara sebagai salah satu alternatif pilihan untuk sebagai tempat penyimpanan produk, terutama apabila gudang yang tersedia sudah tidak memadai. 32

21 Terdapat beberapa jenis transportasi yang dapat dilakukan untuk memindahkan CPO, yaitu: 1. Kereta api (rail network) Keuntungan penggunaan kereta api adalah jadwal pengiriman yang relatif dapat dipastikan, karena bebas hambatan, ekonomis untuk pengiriman produk dalam jumlah besar dan jarak yang jauh, serta resiko kerusakan dan kehilangan yang lebih kecil. Namun kelemahannya adalah lokasi tujuan dan waktu pengiriman yang sangat terbatas. Hal ini dapat dilakukan apabila lokasi PMKS dekat dengan jalur kereta api. Pada kasus ini, karena di propinsi Bengkulu tidak ada jalur kereta api, maka jenis transportasi ini tidak dapat digunakan. 2. Angkutan darat Salah satu keunggulan yang menonjol dalam model transportasi ini adalah kemampuan untuk pengantaran barang secara door-to-door service, dan fleksibilitas yang tinggi dalam rute maupun jadwal pengiriman. Model transportasi ini sangat cocok untuk pengiriman jarak dekat dan sedang. Kelemahannya antara lain adalah terbatasnya kapasitas angkut yang relatif sedikit dibandingkan model transportasi lain, dan resiko kepadatan lalu lintas serta kemungkinan produk rusak maupun hilang yang tinggi. Pada kasus ini, CPO yang sudah dibeli dari perusahaan ini diangkut melalui jalan darat oleh pihak pembeli menggunakan truk tangki. 3. Angkutan air (water transport) Model transportasi ini adalah model yang paling tua, paling lambat, dan sangat terpengaruh oleh cuaca. Karena biaya yang diperlukan relatif sangat rendah, maka model trasportasi ini sangat cocok untuk mengangkut produk dalam jumlah yang sangat besar. Jenis transportasi ini biasa digunakan untuk pengiriman CPO dalam jumlah besar 3000 ton ke atas, menggunakan kapal tangker. 33

22 4. Saluran pipa (pipelines) Model transportasi ini banyak digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti minyak, gas, dan batu bara. Memerlukan biaya yang relatif rendah. Keunikan dibandingkan model transportasi lain adalah kemampuan untuk beroperasi selama 24 jam. 5. Angkutan udara (air transport) Keunggulan dari sarana ini adalah kecepatannya namun memiliki biaya yang paling mahal. Angkutan ini tidak digunakan dalam mengirim CPO karena walaupun cepat tetapi biaya kirimnya akan menjadi sangat mahal. Usaha-usaha logistical management perusahaan secara langsung maupun tidak bermuara pada customer satisfaction. Customer satisfaction ini sedikit banyak didukung oleh kegiatan customer service. Pada sub bab selanjutnya, akan dibahas mengenai customer service ini Customer Service Customer service menurut Bernard J. La Londe seperti dikutip oleh Donald J. Bowersox (Bowersox dan Closs, 1996:66): Customer service is a process for providing significant value added to the supply chain in a cost effective way. This definition illustrates the trend of think of customer service as a processfocused orientation that includes supply chain management concept. Jadi, melalui customer service perusahaan harus menciptakan value added atau nilai tambah bagi pelanggan. Namun yang menjadi masalah adalah bahwa setiap pelanggan memiliki ukuran tersendiri dalam menerima suatu nilai tambah, karena itu harus dibuat suatu standar yang menjadi patokan dalam memberikan suatu nilai tambah bagi kelompok pelanggan tertentu. Hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah faktor biaya dari customer service yang diberikan, apakah biaya tersebut sudah memberikan hasil yang sebanding bagi perusahaan atau 34

23 tidak. Secara umum penilaian pelanggan terhadap pelayanan meliputi: 1. Timeliness of delivery, terbagi atas: a. Consistency of delivery or punctuality, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi pesanan pada waktu yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini sangat penting bagi perusahaan dan juga pelanggan karena bila pengiriman tidak konsisten, akan mengakibatkan pelanggan kesulitan dalam menentukan waktu pemesanan dan mengakibatkan biaya safety stock meningkat, sementara bagi perusahaan akan mengakibatkan penilaian yang buruk oleh pelanggan. b. Speed of delivery, yaitu kecepatan perusahaan dalam mengantarkan barang ke tempat yang harus dituju. Makin cepat barang tiba di tempat pelangan, maka akan semakin baik, terutama bagi produk consumer goods, karena konsumen cenderung untuk memenuhi kebutuhan mereka secepat mungkin. Sedangkan untuk industrial goods, pelanggan membeli berdasarkan rencana tingkat persediaan dan produksi. Bagi mereka pengiriman tepat waktu lebih penting. 2. High levels of order fill Pemenuhan pesanan yang dimaksud adalah pemenuhan dalam keseluruhan item yang dipesan. Pelanggan akan berusaha mencari pemasok tetap yang dapat memenuhi pesanan mereka dengan tingkat pemenuhan pesanan yang tinggi. 3. Good Communication Komunikasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan, baik komunikasi yang bersifat internal, antar bagian dalam perusahaan, dan komunikasi eksternal antar perusahaan dengan pelanggan. 35

24 Tujuan komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan antara lain adalah: 1. Menginformasikan perubahan-perubahan, mendiskusikan masalah-masalah distribusi, memberikan perhatian pada nota kredit, dan lain-lain. 2. Menginformasikan pesanan dan memberikan informasi tentang order processing, yaitu tentang status pesanan saat ini, back order, kekurangan pesanan, dan memberikan informasi tentang produk yang dihasilkan. 3. Memelihara hubungan antara perusahaan dengan pelanggan secara pribadi. Untuk menunjang hal ini, perusahaan sebaiknya memiliki suatu customer database, agar dapat memperhatikan perkembangan dan keadaan pelanggan. Sehingga akhirnya akan tercipta suatu hubungan dengan dasar kepercayaan antara perusahaan dengan pelanggan. 4. Flexibility, Fleksibilitas dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan permintaan dan kebutuhan pelanggan, sebab tidak semua pelanggan memiliki kebutuhan yang sama terhadap layanan yang diberikan. Misalnya kesediaan untuk melakukan pengiriman kilat, mendahulukan pesanan, melakukan pengiriman di luar jam kerja, menyediakan kemasan tertentu, dan lain-lain. Fleksibilitas perusahaan dinilai sebagai kesediaan untuk memberikan respon terhadap kebutuhan pelanggan dan sebagai keinginan untuk kerjasama, walaupun pelanggan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk itu. Yang perlu diingat adalah fleksibilitas ini diberikan sejauh masih rasional dan berada dalam batas kemampuan perusahaan. 5. Availability, Ketersediaan barang berhubungan dengan pengelolaan persediaan yang baik, sehingga dapat memenuhi 36

25 semua pesanan yang diterima. Penilaiannya dapat dilakukan dengan membandingkan: 1. Jumlah item out of stock dengan keseluruhan item. 2. Jumlah item yang dikirim dengan item yang dipesan. 3. Nilai item yang dikirim dengan item yang dipesan. 4. Jumlah pesanan yang dikirim secara lengkap dengan jumlah keseluruhan pesanan yang diterima. Untuk mengukur semua unsur pelayanan diatas, perusahaan perlu memiliki customer service standard, yaitu standar untuk pelayanan yang diterima pelanggan Peranan manajemen logistik dalam menunjang kelancaran penjualan Manajemen logistik menjadi penting peranannya pada perusahaan, karena berdampak pada biaya dan kepuasan pelanggan. Manajemen logistik memberikan pengaruh yang positif terhadap efisiensi biaya, artinya semakin baik kegiatan manajemen logistik yang dijalankan perusahaan, akan semakin tinggi efisiensi dari biayanya. Biaya yang dimaksud meliputi visible cost dan hidden cost. Dimana visible cost terdiri dari biaya-biaya transportasi, pergudangan, dan manajemen persediaan. Sedangkan yang dimaksud dengan hidden cost adalah sales dan opportunity lost, yaitu hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan akibat tidak ditepatinya jadwal pengambilan barang, pesanan yang dibatalkan, bahkan pelanggan yang merasa tidak puas sehingga mereka pindah ke produsen lain. Dalam kaitannya dengan pemasaran dan kelancaran penjualan produk, maka hidden cost harus diperhatikan dan dikurangi menjadi seminimal mungkin, salah satu caranya adalah dengan memberikan customer service yang baik, sehingga pelanggan akan merasa puas dan mau melakukan pembelian ulang, atau bahkan dapat menarik pasar yang lebih besar lagi. Kelancaran penjualan ini dapat berarti kelancaran dalam arus fisik barang dari perusahaan ke pelanggan, maupun kelancaran dalam penjualan yang bersifat terus menerus. 37

26 Perusahaan tempat penulis melakukan penelitian juga melakukan aktivitas manajemen logistik untuk menunjang kelancaran penjualan produknya. Aktivitas manajemen logistik ini sangat berarti bagi perusahaan, karena perusahaan ini bergerak dalam bidang raw materials dari industrial goods, yang hasil produksinya digunakan oleh pelanggan untuk proses produksi lebih lanjut. Karena itu, ketepatan dalam jumlah, waktu, jenis, dan kualitas produk sangat diperlukan untuk menciptakan nilai kepuasan pelanggan. Karena hal tersebut sangat berpengaruh pada kelancaran proses produksi pada perusahaan pelanggan. Bila aktivitas-aktivitas dalam manajemen logistik ini telah dijalankan dengan baik oleh perusahaan, diharapkan hal ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi biaya perusahaan, dan akhirnya dapat membantu kelancaran penjualan perusahaan. Dengan demikian manajemen logitik berperan dalam menunjang kelancaran penjualan CPO pada perusahaan ini. 38

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Nama : Budiati Nur Prastiwi NIM : 11.11.4880 Jurusan Kelas : Teknik Informatika : 11-S1TI-04 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrack Kelapa Sawit

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Transportasi laut atau shipping adalah salah satu komponen pendukung utama perdagangan internasional. Salah satu keunggulan transportasi laut adalah economies of scale dimana transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing terhadap satu jenis minyak nabati ditransmisikan melalui konsumsi (ket: efek subsitusi) yang selanjutnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi intermediasi atau memperlancar lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal mengenai penelitian yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Nasional Bruto (PDNB) sektor Pertanian, salah satunya adalah kelapa sawit.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar) 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari minyak sawit (Crude Palm Oil) yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Tanaman sawit telah diperkenalkan sejak tahun 1848, baru diusahakan dalam skala ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja),

Lebih terperinci

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

Tinjauan Pasar Minyak Goreng (Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang cukup berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan sejak krisis ekonomi dan moneter melanda semua sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VIII. SIMPULAN DAN SARAN VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BISNIS OUTBOUND LOGISTIC PADA DIVISI PENJUALAN PT AGRICINAL PROYEK AKHIR. Oleh: INDRA SANTO NIM:

PENGEMBANGAN BISNIS OUTBOUND LOGISTIC PADA DIVISI PENJUALAN PT AGRICINAL PROYEK AKHIR. Oleh: INDRA SANTO NIM: PENGEMBANGAN BISNIS OUTBOUND LOGISTIC PADA DIVISI PENJUALAN PT AGRICINAL PROYEK AKHIR Oleh: INDRA SANTO NIM: 29106421 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Makalah Disusun Oleh : Imam Anggara 11.12.5617 11.S1SI.04 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012-03-16 KATA PENGANTAR Makalah ini mengangkat judul tentang Peluang

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan tanaman dengan banyak manfaat. Tanaman ini menjadi bahan baku dalam industri penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang menimpa Indonesia di tahun 1998 menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang dapat bertahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=73776&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak Goreng adalah salah satu komoditi dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil sebagai bahan dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang saat ini sedang marak dikembangkan di Indonesia. Pemerintah terus mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri minyak kelapa sawit (crude palm oil CPO) di Indonesia dan Malaysia telah mampu merubah peta perminyakan nabati dunia dalam waktu singkat. Pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi makanan maupun nonmakanan. Total produksi

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi makanan maupun nonmakanan. Total produksi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak sawit adalah minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, digunakan baik untuk konsumsi makanan maupun nonmakanan. Total produksi minyak sawit dunia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA The Business and Investment Forum for Downstream Palm Oil Industry Rotterdam, Belanda, 4 September 2015 Bismillahirrohmanirrahim 1. Yang Terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI Oleh : Sri Nuryanti Delima H. Azahari Erna M. Lokollo Andi Faisal

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci