BAB II KAJIAN TEORI. dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Kehidupan manusia dipengaruhi oleh motivasi yang erat kaitannya dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang dapat mencapai tujuan belajar. Dalam belajar, motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang dan dapat dirangsang dari luar. Motivasi belajar bukanlah sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan. Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 61) menjelasakan motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakan dalam individu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Seperti halnya motivasi belajar, dorongan yang ada dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Siswa akan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan apabila mempunyai motivasi yang tinggi. Hal ini sependapat dengan Sumadi Suryabrata (2002: 70) yang menjelaskan motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong untuk orang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. 8

2 9 Motivasi belajar dibentuk dan salah satu landasan yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju mencapai sesuatu. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat timbul pada proses belajar dan menjamin kelangsungan dalam pembelajarannya. Sependapat dengan Ngalim Purwanto (2002: 71) yang mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Sardiman (2007: 75) menjelaskan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual dan peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi menunjukkan kepada faktor-faktor yang memperkuat perilaku. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) diri seseorang. Dari proses terjadinya, motivasi yang timbul pada diri seseorang dapat dilihat dari dua macam motivasi belajar yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi Ekstrinsik.

3 10 Motivasi belajar itu, muncul dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sardiman (2007: 89) berpendapat, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi dalam aktivitas belajar dimulai dan diharuskan berdasarkan suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajarnya. Sardiman (2007: 90) menjelaskan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan itu dapat muncul berupa benda atau dukungan dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dalam belajar apabila mendapat fasilitas, pehatian orang tua dan kondisi lingkungan yang ada disekitarnya maka akan muncul motivasi untuk belajar. Dari beberapa teori tentang pengertian motivasi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorong siswa untuk belajar dan melakukan ativitas-aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil belajar dan tujuan secara maksimal.

4 11 b. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki siswa akan ditunjukan pada hasil belajar. Hasil belajar yang optimal apabila ada motivasi yang tinggi dalam belajar. Semakin tepat motivasi yang dimiliki semakin berhasil pula peserta didik tersebut dalam meraih hasil belajar yang diinginkan. Sependapat dengan Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 163) yang mengatakan bahwa, Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan akan menyababkan kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Ngalim Purwanto (2002: 70) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1) mendorong siswa untuk berbuat; 2) menentukan arah perbuatan; 3) menyeleksi perbuatan. Siswa mempunyai energi belajar yang tinggi dalam meraih keberhasilan dalam belajarnya. Siswa dapat menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi mencapi tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Fungsi motivasi belajar dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya gerak dalam diri siswa yang menggerakan atau menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kegiatan belajar tetap berjalan dan mendengarkan kegiatan pada tujuan yang ingin dicapai.

5 12 Ngalim Purwanto (2002: 71) berpendapat mengenai motivasi seseorang dinyatakan dengan berbagai kata, seperti: hasrat, kehendak, maksud, minat, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, dan kehausan. Jadi fungsi motivasi dalam belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang dapat timbul pada proses belajar dan menjamin kelangsungan dalam pembelajarannya. Maka motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini akan diukur melalui beberapa indikator. Adapun beberapa indikator tersebut adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adannya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif. c. Ciri Ciri Motivasi Belajar Untuk mengetahui dan melengkapi mengenai makna motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Menurut Sardiman (2003: 83) motivasi yang ada pada diri peserta didik memiliki ciri-ciri, yaitu tekun mengadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memajukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif), dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah sosial. Siswa yang mempunyai hasrat yang tinggi untuk belajar untuk mengadakan

6 13 perubahan tingkah laku mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan dalam belajar. Djaali (2007: 109) mengemukakkan siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya; 2) memilih tujuan yang realitas tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya; 3) mencari situasi dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera; 4) senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengingguli orang lain; 5) tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan imbalan melainkan mencari lambang prestasi, suatu ukuran keberhasialan. Siswa yang mempunyai karakteristik seperti diatas, maka sudah mempunyai potensi untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Ciri-ciri motivasi di atas dapat mengetahui atau dijadikan indikator siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. 2. Lingkungan keluarga a. Pengertian lingkungan keluarga Anak mengenal pendidikan yang pertama kali dari lingkungan keluarga. Semua sikap dan tingkah laku dilingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan anak. Hasbullah (2009: 38) menjelaskan mengenai lingkungan keluarga yaitu, Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan anak yang pertama, karena dalam keluarga anak mendapatkan bimbingan. Lingkungan keluarga juga mempunyai peran paling utama kerena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam

7 14 keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Seseorang mendapat pendidikan dan pengetahuan dari lingkungan yang akhirnya akan membentuk kepribadian untuk menentukan tujuan hidupnya. Slameto (2010: 61) menjelaskan, yaitu keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, peranan keluarga didalam pendidikan anaknya sangat penting karena cara mendidik orang tua pada anaknya-anaknya sangat berpengaruh terhadap belajarnya. Seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuan, pembinaan dan latihan dari keluarga. Segala sesuatu yang didapatkan dalam kehidupan keluarganya akan terlihat dalam kehidaapan sehari-harinya. Bentuk dan cara-cara pendidikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian pada diri seseorang. Tingkat kemampuan orang tua dalam merawat juga berpengaruh besar pada pertumbuhan jasmani dan rohani anak. M.Dalyono (2009: 130) mengemukakan pendidikan orang tua juga berpengaruh besar pada petumbuhan dan perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Lingkungan keluarga juga akan berpengaruh pada motivasi belajar anak untuk mendapatkan pendidikan yang nantinya akan berguna dalam menentukan tujuan hidupnya.

8 15 Dapat disimpulkan bahwa, lingkungan keluarga adalah lingkungan yang ada didalam keluarga dimana seseorang dilahirkan dan mendapat pendidikan, bimbingan dan pengetahuan yang pertama dan utama. Dilingkungan keluarga anak akan mendapat bimbingan, arahan dan motivasi dalam belajar untuk menentukan jalan hidupnya. b. Fungsi lingkungan keluarga Kepribadian seseorang akan terbentuk melalui lingkungan keluarga. Suasana yang ada didalam lingkungan keluarga akan mempengaruhi sikap kepribadian dan juga mempengaruhi motivasi belajar anak. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 164) menjelaskan iklim psikologis yang sehat diwarnai oleh rasa sayang, percaya mempercayai, keterbukaan, keakraban, rasa saling memiliki antar keluarga dan mendukung kelancaran dalam keberhasilan belajar. Suasana rumah seperti itu maka akan memberikan ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri, mendorong siswa untuk berprestasi. Suasana itu menciptakan motivasi belajar anak akan lebih tinggi, sehingga menghasilkan hasil belajar sesuai tujuannya. Fuad Ihsan (2001: 18) berpendapat fungsi lingkungan keluarga yaitu: 1) merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak; 2) menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang; 3) keluarga akan membentuk moral pada anak; 4) keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong; 5) Keluarga berperan dalam meletakan dasardasar pendidikan agama; 6) menumbuh kembangkan inisiatif,

9 16 kreatifitaas, kehendak, emosi, tanggung jawab, ketrampilan dan kegiatan lainnya yang sesuai dalam lingkungan keluarga. Fungsi keluarga sangat berperan penting terhadap keberhasilan, keluarga yang mendukung membuat siswa bersemangat dalam belajar. Slameto (2010: 60) mempunyai pendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar yang dilakukan dilingkungan keluarga. Hasil belajar yang didapat oleh siswa dapat dipengaruhi dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, latar belakang keluarga. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Cara mendidik yang salah akan berdampak pada kepribadian anak. Anak yang terdidik baik dan benar maka anak akan mempunyai kepribadian yang baik pula dan sebaliknya. Begitu juga halnya, orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan, khususnya dalam meraih hasil belajar yang maksimal. Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu adanya relasi yang baik dalam keluarga pada anak tersebut. Hubungan yang baik itu misalnya, hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan. Antar anggota yang mempunyai

10 17 hubungan yang baik, tentu mempengaruhi suana rumah lebih tenang, gembira dan saling terbuka satu sama lain. Suasana rumah sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam keluarga, dimana anak itu berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai, sering terjadi kericuhan, pertengkaran antar anggota keluarga akan mengakibatkan anak menjadi bosan dirumah. Hal itu juga tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar, akibatnya belajar anak menjadi kacau. Keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan kebutuhan pokok dan fasilitas belajar agar terpenuhi. Apabila anak hidup dalam keluarga miskin kebutuhan pokok dan fasilitas belajarnya kurang mencukupi akan menghambat dalam proses belajarnya. Sebaliknya apabila dalam keluarga mempunyai keadaan ekonomi yang berlebihan yang keluarganya sering berfoya-foya dan jalan jalan akan mengganggu anak dalam melakukan belajar. Anak belajar perlu sekali dorongan dan pengertian orang tua. Orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sebisa mungkin kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada anak. Orang tua perlu tahu perkembangan anaknya dan jangan memberikan sepenuhnya kepada pihak sekolah dalam perkembangan anak.

11 18 Latar belakang kebudayaan keluarga juga akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga akan mempengaruhi sikap dalam melakukan proses belajar. Orang tua perlu menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat untuk belajar. Dari pernyataan diatas, lingkungan keluarga dalam menentukan keberhasilan anak ada beberapa hal, dengan cara orang tua mendidik anak akan membentuk kepribadian dan intelegensi anak. Selain itu lingkungan keluarga sangat berfungsi untuk memberi motivasi anak dalam melakuan belajar. Apabila motivasi belajar anak tinggi tentu akan mempengaruhi hasil belajar dan mepengaruhi tercapainya tujuan pendidikan. Berdasarkan pendapat mengenai Lingkungan keluarga diatas maka lingkungan keluarga seperti yang dimaksud dalam penelitian ini akan diukur melalui beberapa indikator. Adapun beberapa indikator tersebut adalah cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaannya.

12 19 3. Belajar a. Pengertian Belajar Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok untuk mencapai tujuan pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak bergantung pada proses belajar yang dilakukan oleh siswa atau peserta didik. Slameto (2010: 2) berpendapat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah lakusecara keseluruhan dari pengalamannya sendiri, dalam melakukan interaksi keseharian dengan lingkungannya. Hamalik dalam Jihad (2008:2) menyajikan dua pengertian belajar, yaitu 1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman, 2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aktivitas atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang akan mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam dirinya untuk hal positif. Senada dengan Sardiman (2007: 39) yang menjelaskan bahwa belajar sebagai proses perilaku atau kegiatan untuk mengubah tingkah laku pada seseorang atau pada siswa.

13 20 Ngalim Purwanto (2002: 85) mengemukakan bahwa: 1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku; 2) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melaluo latihan atau pengalaman; 3) untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu relatif mantab;4) tingkah laku yang mengalami perubahan. Belajar sebagai kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk mendapat dan memperoleh sesuatu. Siswa mendapat materi dan pengetahuan dari guru dikelas yang mengakibatkan siswa itu sadar kalau harus menghormati orang yang lebih tua, hal itu merupakan perubahan dalam arti belajar. Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas, belajar adalah seseorang yang mengalami perubahan tingkah laku secara sadar untuk menjadi terarah, bersifat kontinu (tidak bersifat sementara) dan bersifat positif. b. Pengertian Hasil Belajar Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat dan dapat dipercaya, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data obyektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi peserta didik. Hal tersebut dapat dirumuskan dalam hasil belajar siswa. Dimyati dan moedjiono (2002: 3) berpendapat, hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Hasil

14 21 belajar adalah kebulatan pola tingkah laku. Tingkah laku itu mengandung pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan sebagainya. Tabrani Rusyan (1994: 78) menjelaskan pola tingkah laku dapat diukur dari penampilan (behavioral performance), penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan dan melakukan sesuatu kegiatan atau perbuatan. Hal ini, siswa yang merubah pola tingkah laku dan mampu menjelaskan, menyebutkan dan melakuan dalam mengadapi permasalahan, siswa ini sudah mendapat hasil belajarnya yang dilakukan selama kegiatan disekolah maupun dimasyarakat. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 102) menyatakan, prestasi atau hasil belajar (achievement) diartikan sebagai realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2005: 297) menjelaskan, hasil belajar yaitu nilai yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Keberhasilan hasil belajar oleh seseorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari penguasaaan materi selama interaksi belajar mengajar yang dilakukan siswa. Hasil belajar dapat dikatakan hasil yang diperoleh siswa, dari interaksi belajar mengajar yang akan mengakibatkan perubahan pola tingkah laku peserta didik, yang diukur dari bentuk perubahan

15 22 pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Siswa yang mampu menjelaskan, menyebutkan dan melakukan sesuatu yang dihadapinya merupakan hasil belajar siswa yang melalui pengalaman belajarnya. Siswa mempunyai intelegensi untuk bediskusi, perpendapat, bertanya, mengerjakan pada saat pembelajaran, hal ini merupakan hasil selama pengalaman belajar. Sugihartono dkk (2007: 130) menjelaskan bahwa pengukuran yang dilakukan oleh guru dapat berupa tes sebagai alat ukur dan hasil pengukuran tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa. Tolak ukur hasil belajar siswa mengacu pada daya serap siswa terhadap bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru, dalam tinggi rendahnya nilai angka yang dihasilkan siswa tertuang pada hasil ulangan dan nilai rapor tiap semester. Nilai rapor dan hasil ulangan mempunyai acuan untuk mengubah perilaku siswa dalam hal yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan dari beberapa teori, hasil belajar merupakan sebagai hasil dari pencapaian usaha seseorang dalam melakukan perubahan pola tingkah laku seseorang lebih kearah yang positif yang didapat dari pengalamanya sedangkan hasil belajar siswa dapat ditunjukan dengan angka-angka.

16 23 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang berasal dari dalam diri orang dan dari luar dirinya. Nana Syaodih (2005: 162) mengemukakan dua faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar, yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam individu ini sebagai berikut: 1) aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu; 2) aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuankemampuan intelektual (menyangkut tingkat kecerdasan dan bakatbakat), sosial (Menyangkut hubungan individu dengan orang lain, baik guru, temanya, orang tuanya maupun orang-orang yang lainya), psikomotor (motivasi siswa), serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Faktor dari luar individu yaitu keluarga: 1) faktor fisik, mencakup keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasaran yang ada, suasana dalam rumah, juga suasana lingkungan sekitar rumah 2) kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga. Kartini Kartono (1985: 1) menyatakan, faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu: 1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan

17 24 jasmani dan cara belajar; 2) Faktor yang berasal dari luar siswa adalah: lingkungan belajar, sekolah dan peralatan sekolah. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) faktor dari dalam diri peserta didik, yang meliputi: faktor psikologis, fisiologis, kondisi sosial, motivasi, mint, ketrampilan; 2) faktor dari luar peserta didik, yang meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 4. Hakikat IPS a. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan SMP/MTs/SMPLB yang mempelajari dari berbagai cabang displin ilmu. Trianto (2010: 17) menjelaskan IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial Ilmu sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Ilmu Pengetahuan Sosial terpadu dapat dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

18 25 Supardi (2011: 21) menjelaskan, Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari bagaimana hubungan manusia dengan manusia dan bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan, yang mempelajari multidisplin ilmu yang mengkaji tentang kehidupan manusia dalam melakukan prosos sosial. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Siswa diharapkan akan mendapat solusi yang akan membuat siswa menjadi warga negara yang baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, IPS adalah gabungan atau integrasi dari berbagai ilmu sosial yang disederhanakan dengan tujuan untuk membentuk warga negara yang baik dan dapat memecahkan masalah-masalah sosial. Masalah sosial sering terjadi di Bangsa Indonesia, sebagai contoh fenomena yang sering terjadi seperti bencana banjir, tsunami, korupsi dan berbagai masalah sosial lainya. Dari fenomena tersebut tentu dapat dikaji melalui pendekatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bencana banjir, banjir terjadi karena tanah tidak lagi mampu meresap air hujan. Tanah yang tidak mampu lagi menahan karena hutan gundul dan tidak ada lagi tumbuh-tumbuhan yang membantu peresapan air hujan. Hal itu karena orang yang tidak bertanggung jawab telah menebangi pohon secara liar. Pernyataan sebagai berikut maka timbulah pertanyaan, mengapa orang tersebut menebagai pohon? Jawabnya, karena terjadi degradasi moral dan tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan. Bencana banjir bukan

19 26 sekedar bencana fenomena alam tetapi antara alam dan manusia mempunyai hubungan erat dalam kehidupan di muka bumi. b. Tujuan IPS Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Depdiknas (2006: 113) menulis dibuku kurikulum 2006 mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran IPS yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi siswa dalam menghadapi kehidupan sosialnya. Supardi (2011: 186) menjelaskan, tujuan IPS adalah memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, melatif belajar mandiri,

20 27 melatih siswa menghayati nilai-nilai masyarakat, mengembangkan kesadaran, mengembangkan kepedulian terhadap masyarakat mengembangkan kepedulian lingkungan, mengembangkan kecerdasan, dan mengembangkan ketrampilan sosial. Dengan tujuan IPS yang terapkan di SMP maka pembelajarannya dirancang untuk melatih perubahan siswa kearah yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa, IPS mempunyai tujuan untuk melatih siswa untuk memecahkan masalah sosial secara kritis dan membentuk warga negara yang baik. B. Kajian hasil penelitian yang relevan Penelitian ini juga melihat hasil penelitian yang relevan sebagai acuan, diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tyas Arya Kusuma (2011) yang berjudul Pengaruh kemandirian belajar dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntasi siswa XI kompetensi ahli akuntasi SMK Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2010/2011 yang menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntasi siswa XI kompetensi keahlian akutansi SMK Negeri 1 wonosari tahun ajaran 2010/2011, hal tersebut ditunjukan dengan r x2y sebesar (0,458), koefisien determinasi (r 2 x2y) sebesar 0,210 dan t hitung lebih besar dari tabel t abel (5,285>1,985) sehingga hipotesis kedua diterima. Persamaan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Tyas Arya Kusuma adalah sama-sama meneliti tentang lingkungan keluarga terhadap presitasi belajar. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyas Arya

21 28 Kusuma adalah peneliti mengganti satu variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variabel motivasi belajar. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti Lestari (2011) yang berjudul Pengaruh lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Program Keahlian administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul menyimpulkan sebagai berikut:1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar Siswa Program Keahlian administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul, hal tersebut ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 57,423=0,183X 1 dengan koefisien korelasi (r x1y )= 0,301; koefisin determinan (r 2 )= 0,091 dan t hitung = 2,301 serta p value = 0,025. 2) Terdapat Pengaruh Positif Dan Signifikan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul, hal tersebut ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 52,932=0,301X 2 dengan koefisien korelasi (r x1y )= 0,555; koefisin determinan (r 2 )= 0,307 dan t hitung = 4,851 serta p value = 0,000. 3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan lingkungan keluarga dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK 17 Bantul, hal tersebut ditunjukan dengan persamaan regresi Y = 0,124X 1 + 0,280 X ,432 dengan R y(1,2) = 0,590; R 2 y(1,2) = 0,348 dan t hitung = 13,961 serta p value = 0,000. Nilai tersebut berarti 3,4% perubahan hasil belajar siwa (Y) dapat diterangkan oleh lingkungan keluarga(x1) dan motivasi belajar (X2) sedangkan 65,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak deteliti dalam penelitian.

22 29 Persamaan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Afriyanti Lestari adalah sama-sama meneliti tentang lingkungan keluarga dan motivasi siswa terhadap hasil belajar. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti Lestari adalah, peneliti mengganti tempat penelitian dalam penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Srandakan. C. Kerangka Pikir Salah satu bentuk keseriusan dalam belajar adalah adanya motivasi siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi siswa agar siswa, dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru didepan kelas. Motivasi itu dapat tumbuh akibat adanya dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk belajar bersungguhsungguh. Disamping itu, motivasi siswa juga berasal dari luar diri siswa, seperti halnya motivasi dari guru, keluarga atau temannya. Oleh karena itu, diduga tumbuhnya motivasi siswa yang besar akan mempengaruhi pada hasil belajar IPS. Lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi dalam proses belajar pada siswa. Kebanyakan orang tua membimbing anaknya selepas sekolah dasar, dalam proses belajar diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah. Orang tua beranggapan bahwa, masalah pendidikan anak adalah tanggung jawab sekolah. Orang tua yang lupa akan pentingnya lingkungan keluarga terhadap perkembangan anaknya, seperti kurang memfasilitasi dalam belajar, relasi antar keluarga kurang harmonis dan perhatian orang tua kurang akan mempengaruhi dalam belajar. Dari lingkungan keluarga, keluarga akan

23 30 berdampak terhadap kegiatan belajar dan tentunya pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diduga lingkungan keluarga akan berpengaruh pada hasil belajar IPS pada siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi dan keadaan lingkungan keluarga peserta didik memiliki pengaruh pada tingkat keberhasilan siswa. Jika peserta didik sudah memiliki motivasi untuk belajar, maka siswa akan tetap belajar tanpa dipaksa, diberi imbalan hadiah, ataupun hukuman. Jadi, apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, akan memberikan dampak positif dalam motivasi belajar siswa. Lingkungan keluarga yang kondisif sangat diperlukan oleh anak dalam mengarahkan, membimbing dan mengatur proses belajarnya dirumah, karena faktor tersebut memiliki peran yang sangat penting dalah membina suksesnya belajar siswa. Lingkungan yang mendukung proses belajar anak, akan menumbuhkan motivasi anak untuk belajar dalam meraih hasil belajar yang maksimal. Siswa yang sudah memahami motivasi belajar yang tinggi dan lingkungan keluarga yang mendukung, kemungkinan akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

24 31 berikut: Uraian tersebut dapat yang digambarkan pada diagram alur sebagai LINGKUNGAN KELUARGA MOTIVASI SISWA Cara mendidik. Relasi antar keluarga. Ekonomi. Suasana rumah. Pengertian orang tua (lingkungan keluarga). PROSES BELAJAR SISWA Hasrat dan keinginan berhasil. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Adanya penghargaan dalam belajar. Adannya kegiatan yang menarik dalam belajar. HASIL BELAJAR IPS Keterangan : : garis yang mempengaruhi Gambar 1. Skema Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar IPS

25 32 Semakin tinggi motivasi belajar siswa dan lingkungan keluarga yang mendukung, maka hasil belajar IPS akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat pengaruh positif motivasi belajar siswa dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS baik sendiri-sendiri maupun bersamasama. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis Pertama H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013. H a : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/ Hipotesis Kedua H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013. H a : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

26 33 3. Hipotesis Ketiga H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013. H a : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 2 Srandakan tahun ajaran 2012/2013.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Srandakan. Sekolah ini berlokasi di Godegan, Poncosari,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri 2 Srandakan. Sekolah ini berlokasi di Godegan, Poncosari, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil 1. Deskripsi Data Profil Sekolah Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian ini yaitu SMP Negeri 2 Srandakan. Sekolah ini berlokasi di Godegan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BA B II KAJIAN PUSTAKA

BA B II KAJIAN PUSTAKA BA B II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SMP Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan. pengalaman dalam melakukan studi di Universitas Negeri Yogyakarta, serta

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan. pengalaman dalam melakukan studi di Universitas Negeri Yogyakarta, serta Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melakukan studi di Universitas Negeri Yogyakarta, serta berguna untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih lanjut, Siddiq, dkk. (2008: 1-7) menyatakan aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengubah dan membina Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun kebudayaan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih 1 I. PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slameto (2010:2) dengan bukunya yang berjudul: Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi Menurutnya, pengertian belajar adalah: Suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:11) Pengertian Geografi adalah : Ilmu yang memperlajari persamaan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI FAKTOR PENDAPATAN DAN PERHATIAN ORANG TUA SERTA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Pengertian prestasi belajar menurut Sumadi Suryabrata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah, I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang menuntut perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dilaksanakan di penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang 6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Disiplin Belajar Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah keilmuan yang sangat dekat dengan mereka karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA A. Kajian teori 1. Konsep Belajar a. Pengertian Belajar BERFIKIR Belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (UU Sisdiknas Pasal 37 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting. Matematika berbeda dengan ilmu lain. Meteri matematika bersifat kreatif, menarik

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi. Pendidikan tersebut juga diharapkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Sejalan dengan itu, R. Gagne dalam Susanto (2013:1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum SMP/ MTs. Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. belajar yang dilakukan oleh para peserta didik. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. belajar yang dilakukan oleh para peserta didik. Belajar merupakan aktivitas 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Belajar dalam proses pendidikan adalah kegiatan yang paling pokok,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo Motivasi orang tua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo dikategorikan tinggi, berdasarkan angket maka diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di tengahtengah kompleksitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II. Kajian Pustaka 5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Anitah, W, dkk. (2.3-2.4) menyatakan bahwa menurut definisi lama belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Hal utama dalam definisi ini adalah penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci