HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PEKERJA DENGAN GEJALA ISPA DI PABRIK ASAM FOSFAT DEPT. PRODUKSI III PT. PETROKIMIA GRESIK
|
|
- Widya Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PEKERJA DENGAN GEJALA ISPA DI PABRIK ASAM FOSFAT DEPT. PRODUKSI III PT. PETROKIMIA GRESIK Rizka Hikmawati Noer, Tri Martiana Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat`Universitas Airlangga com ABSTRACT Pollution of phospat acid production activity in PT. Petrokimia Gresik are phospat rocks particles and sulphat acid aerosol in the macufacturing area which makes mucose dryness in respiratory tract so workers was experiencing the symptoms of Upper Tract Respiratory Infection. This study was held to know about some factors which was related with the symptoms Upper Respiratory Tract Infection to workers in Phospat Manufacturing, Manufacture Department III PT. Petrokimia Gresik. This study used observation method with cross sectional assessment. Interview was held to all 45 worker. Found that workers who have Upper Respiratory Tract Infection symptoms are 22 workers. Some factors which was related with Upper Respiratory Tract Infection to workers in Phospat Manufacturing, Manufacture Department III PT. Petrokimia, that are worker characteristic- age (p = 0.017) and working period (p = 0.017), worker behavior (smoking behavior) with p value= Conclusion could be found working period and smoking behavior as some factors which was related with symptoms of Upper Respiratory Tract Infection to workers in Phospat Manufacturing, Manufacture Department III PT. Petrokimia Gresik. Keywords: Symptoms of Upper Respiratory Tract Infection, worker characteristic, worker behaviors ABSTRAK Polusi dari kegiatan produksi asam fosfat di PT. Petrokimia Gresik adalah debu atau partikel dari phospat rocks dan aerosol asam sulfat di area pabrik tersebut dapat mengakibatkan keringnya mukosa di saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan pekerja dapat menderita atau merasakan gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III, PT. Petrokimia Gresik Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan pendekatan cross sectional. Wawancara dilakukan kepada 45 orang pekerja. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan jumlah pekerja yang mengalami gejala ISPA sebanyak 22 orang pekerja. Beberapa faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik yaitu karakteristik pekerja usia (p = 0,017), masa kerja (0,017), dan perilaku pekerja kebiasaan merokok (0,025). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa faktor karakteristik pekerja yaitu masa kerja dan faktor perilaku pekerja kebiasaan merokok merupakan faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Kata kunci: gejala ISPA, karakteristik pekerja, perilaku pekerja PENDAHULUAN Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik menghasilkan produk asam phosphat (H 3 PO 4 ) berbentuk cair dan berbahan baku phospat rocks dan Asam Sulfat (H 2 SO 4 ). Bahaya dari kegiatan produksi asam fosfat yaitu debu atau partikel dari phospat rocks dan aerosol asam sulfat di area pabrik dapat mengakibatkan keringnya mukosa di saluran pernapasan sehingga pekerja dapat menderita atau merasakan gejala ISPA. Fosfin (PH 3 ) yang terbentuk dari fosfor merupakan persenyawaan fosfor dengan zat air, yang terjadi, apabila fosfor bersentuhan dengan logam dan air serta asam, jika terhirup dalam paru, fosfin menyebabkan hiperemi dan edema paru (Suma mur, 2009). Sedangkan bahaya aerosol sulfat terhadap kesehatan saluran pernapasan yaitu paparan dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran pernapasan, dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, symtomp sakibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umum dilaporkan adalah pengikisan gigi. Sedangkan indikasi kerusakan kronis saluran pernapasan masih 130
2 Rizka dan Tri, Hubungan Karakteristik dan Perilaku 131 belum jelas (Soeripto, 2008). Maka tujuan umum dari penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor karakteristik dan perilaku pekerja apa saja yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III (Asam Phospat) PT. Petrokimia Gresik. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik pekerja (usia, masa kerja, lama kerja, dan riwayat alergi), mengidentifikasi perilaku pekerja (kebiasaan memakai APD masker, kebiasaan merokok, dan kebiasaan berolahraga), mengidentifikasi gejala ISPA pada pekerja, menganalisis hubungan antara tiap karakteristik pekerja dengan gejala ISPA, serta menganalisis hubungan antara tiap perilaku pekerja di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Perusahaan PT. Petrokimia merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang pertanian dan bertugas untuk tetap membantu menstabilkan ketahanan pangan di berbagai wilayah Indonesia, di mana produk yang dihasilkan yaitu berbagai macam pupuk organik, nonorganik dan memproduksi beberapa zat kimia seperti amoniak, asam sulfat, dan lain-lain. Dalam proses produksinya baik secara mekanik atau alamiah sangat memungkinkan terbentuknya berbagai macam polutan yang dapat membahayakan para pekerja. Di Pabrik Asam Fosfat Departmen Produksi III tersebar debu atau partikel dari phospat rocks dan aerosol asam sulfat mengingat bahan baku batuan fosfat tersebut diletakkan terbuka (menggunung) di area Pabrik Asam Fosfat Departmen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Data kesehatan karyawan PT. Petrokimia Gresik menunjukkan bahwa persebaran pekerja yang menderita ISPA di PT. Petrokimia Gresik pada tahun 2012 cukup merata di semua site kerja atau pabrik. Rinciannya yaitu Departemen Produksi III (Asam Phospat) sebanyak 10,91%, HAR III 9,39%, HAR III 8,79%, Departemen PPK 8,48%, Departemen Proses dan lab 6,36%, dan departemen lainnya di bawah 6% Persebaran kejadian gejala ISPA pada pekerja yang hampir merata di semua site PT. Petrokimia Gresik menjadi suatu permasalahan tersendiri. Maka dari itu perlu diketahui faktor-faktor apa yang menyebabkan maupun gejala ISPA pada seorang pekerja. Bagi Peneliti diharapkan dapat Mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian dan penyusunan karya tulis serta meningkatkan intuisi peneliti dalam mengidentifikasi adanya permasalahan yang dapat diteliti. Bagi Perusahaan diharapkan dapat Sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan sistem K3 yang lebih baik khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Bagi Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan derajat pengetahuan masyarakat dan meningkatkan aplikasinya dalam mencegah gejalagejala ISPA agar tidak sampai terjadi infeksi (ISPA) di tempat kerja. Variabel independen sebagai faktor yang mempengaruhi outcome, maka peneliti menggunakan variabel karakteristik tenaga kerja yaitu usia, riwayat alergi, lama kerja, dan masa kerja. Selain itu diteliti pula mengenai perilaku tenaga kerja dalam hal pemakaian alat pelindung diri pernapasan (masker), kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga. Hal tersebut diteliti untuk mengetahui faktor-faktor mana saja yang berhubungan dengan gejala ISPA yang terjadi pada tenaga kerja di Pabrik Asam Fosfat Di mana gejala ISPA yang diteliti yaitu meliputi nyeri tenggorokan, batuk, pilek, hidung tersumbat, sakit saat menelan, suara serak, nyeri pada wajah, dan nyeri di bagian bawah telinga. Namun pada penelitian ini tidak membahas debu, bahan kimia, suhu lingkungan, ventilasi dan asap kendaraan sebagai faktor yang memungkinkan terjadinya ISPA. METODE Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode observasi serta metode pendekatannya adalah cross sectional. Sampel diambil dari seluruh pekerja di Pabrik Asam Fosfat Dept. Produksi III PT. Petrokimia Gresik sebanyak 45 orang pekerja dengan metode interview kepada pekerja. Lokasi penelitian berada di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Variabel independen yang diteliti yaitu karakteristik pekerja (usia, masa kerja, lama kerja, riwayat alergi) dan perilaku pekerja (pemakaian APD masker, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga). Variabel independen diukur dengan metode wawancara dari pertanyaan yang telah tertera pada kuesioner. Sedangkan variabel dependennya yaitu gejala ispa yang diukur dengan metode anamnesa di mana hanya sebatas menanyakan
3 132 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: keluhan saluran pernapasan atas dan bukan untuk menegakkan suatu diagnosa ISPA. Analisis variable menggunakan tabulasi silang dan uji Chi square sehingga dapat diketahui korelasi antara variabel bebas dan terikat dengan kemaknaan α 0,05 (ada hubungan) sedangkan α > 0,05 tidak bermakna (tidak berhubungan) HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pekerja yaitu usia, mayoritas pekerja berusia 40 tahun sebanyak 29 orang pekerja (64,4%), memiliki masa kerja 10 tahun sebanyak 29 orang (64,4%), memiliki lama kerja 8 jam sebanyak 29 orang (64,4%), dan tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 34 orang (75,6%) dari total populasi. Sedangkan hasil penelitian terhadap perilaku pekerja menunjukkan mayoritas pekerja selalu memakai APD masker sebanyak 34 orang pekerja (75,6%), memiliki kebiasaan merokok sebanyak 23 orang (51,1%), dan memiliki kebiasaan berolahraga 3 kali seminggu sebanyak 28 orang (62,2%). Ditemukan sebanyak 22 orang mengalami gejala ISPA (48,9%) dari total populasi. Setelah dilakukan uji chi square, maka diketahui 3 variabel yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III PT. Petro kimia Gresik yaitu usia pekerja, masa kerja, dan kebiasaan merokok. Lebih jelasnya seperti tampak pada tabel crosstab berikut ini: Hasil penelitian menunjukkan nilai Chi square sebesar 0,017 (0,017 < 0,05). Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 45 orang pekerja yang berusia 40 tahun yaitu 29 orang, 62,1% pekerja diantaranya diketahui memiliki gejala ISPA (tidak normal). Jumlah ini merupakan jumlah Tabel 1 Hubungan Gejala ISPA dengan Usia Pekerja Usia (th) Ada Gejala (Tidak Normal) Gejala ISPA Tidak ada Gejala (Normal) Total n % n % n % < , , , , Total 22 48, , terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok usia < 40 tahun. Setelah dianalisa menggunakan Chi Square dapat diketahui nilai Chi Square sebesar 0,017, artinya ada hubungan antara gejala ISPA dengan usia pekerja di Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Nilai Chi Square sebesar 0,017 (0,017 < 0,05). Berdasarkan tabel 5.10 di atas maka dapat disimpulkan bahwa dari 45 orang tenaga kerja yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 29 orang di mana 18 diantaranya memiliki gejala ISPA (tidak normal). Setelah dianalisa menggunakan uji Chi Square dapat diketahui nilai Chi Square sebesar 0,017, sehingga artinya ada hubungan antara Gejala ISPA dengan masa kerja pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Tabel 4 menunjukkan nilai Chi Square sebesar 0,025 (0,025 < 0,05). Berdasarkan dari tabel 3 maka dapat diketahui bahwa 23 orang pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik memiliki kebiasaan merokok di mana 15 orang diantaranya memiliki gejala ISPA (tidak normal). Setelah dilakukan analisa menggunakan uji Chi Square maka didapat nilai Chi Square sebesar Tabel 2. Hubungan Gejala ISPA dengan Masa Kerja Pekerja Masa Kerja (th) Ada Gejala (Tidak Normal) Gejala ISPA n % n % Total Tidak ada Gejala (Normal) n % < , , , , Total 22 48, , Tabel 3 Hubungan Gejala ISPA dengan Kebiasaan Merokok Pekerja Merokok Gejala ISPA Total Ada Gejala (Tidak Normal) Tidak ada Gejala (Normal) n % n % n % Ya 15 65,2 8 34, Tidak 7 31, , Total 22 48, ,
4 Rizka dan Tri, Hubungan Karakteristik dan Perilaku 133 0,025, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara gejala ISPA dengan kebiasaan merokok pada pekerja Pabrik Asam Phospat PEMBAHASAN Setelah dilakukan uji Chi Square antara Gejala ISPA dan setiap variabel baik karakteristik pekerja maupun perilaku pekerja, maka dapat diketahui ada hubungan antara gejala ISPA dengan usia pekerja, masa kerja, dan kebiasaan merokok. Semakin meningkatnya usia seseorang maka kerentanan efek pemajanan semakin meningkat sehingga akan mengalami gangguan saluran pernapasan. Faktor usia mempengaruhi kekenyalan paru sebagaimana jaringan lain dalam tubuh (Siswanto, 1991). Dari hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik termasuk dalam rentang usia 40 tahun, yaitu sebanyak 29 orang (64,4%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pekerja telah mengalami masa produktif di mana semakin tua usia seorang pekerja maka risiko untuk mengalami gejala ISPA akan semakin besar. Variabel usia berhubungan dengan gejala ISPA kemungkinan disebabkan oleh faktor tentang kadar uap atau aerosol asam sulfat dan debu fosfat, yang mana walaupun masih di bawah nilai ambang batas (0,4 mg/m 3 ) namun jika seorang pekerja mengalami frekuensi paparan yang tinggi, gejala ISPA masih mungkin terjadi. Terlebih dengan usia yang tidak muda lagi, hal tersebut akan lebih memicu terjadinya ISPA dan gejalanya. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma mur, 2009). Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat bekerja sebanyak 8 jam yaitu sebanyak 29 orang pekerja (64,4%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menggambarkan risiko yang relative kecil untuk mengalami gejala ISPA. Lamanya masa kerja seseorang mempengaruhi jumlah terpaparnya lingkungan kerja baik debu, aerosol asam, uap, asap, dan lain-lain yang terhirup oleh pekerja. Semakin lama pekerja bekerja di suatu area kerja berdebu, beraerosol asam, uas, asap, dan lain-lain maka semakin sering terpajan dan semakin banyak yang terhirup (Siswanto, 1991). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma mur, 2009). Dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik memiliki masa kerja lebih dari sama dengan 10 tahun ( 10 tahun) yaitu sebanyak 29 orang (64,4%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menggambarkan sebagian besar pekerja di Pabrik Asam Phospat departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik mengalami pemaparan aerosol asam sulfat dan debu partikel fosfor pada saat bekerja dalam jangka waktu yang lama. Di mana variabel masa kerja berhubungan dengan gejala ISPA dimungkinkan karena asa kerja yang tinggi di suatu tempat kerja yang memiliki potensial bahaya terhadap pernapasan tak terasa dan akan terakumulasi menjadi suatu penyakit. Jika hal ini terus terjadi maka gejala ISPA akan berubah menjadi penyakit ISPA sehingga akan mengurangi produktivitas kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Yusnabekti, Ririn Arminsih, dan Ruth Luciana pada tahun 2011 di mana masa kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada pekerja industri mebel. Sedangkan variabel lama kerja tidak merupakan suatu faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat dimungkinkan karena disebabkan karena sebagian besar pekerja bekerja 8 jam dalam sehari yaitu sebanyak 29 orang pekerja dari 45 orang pekerja (64,4%) sehingga kemungkinan pekerja mengalami gejala ISPA menurun. Penggunaan masker di tempat kerja dan mengurangi kebiasaan merokok akan mampu lebih mengurangi angka gejala ISPA pada pekerja di Pabrik Asam Fosfat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Hal ini sejalan dengan penelitian Kety Rohani di tahun 2012 di mana lama kerja tidak berhubungan dengan kejadian gejala ISPA pada pekerja yang terpajan debu kapas di PT. Unitex di tahun Namun hal ini bertolak belakang dengan teori di mana lama bekerja selama bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pernapasan pekerja karena frekuensi terpajan debu setiap harinya (Suma mur, 2009). Alergi di tempat kerja biasanya mengenai kulit atau alat pernapasan ataupun keduanya
5 134 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: (Suma mur, 2009). Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat tidak memiliki riwayat alergi yaitu sebanyak 34 orang pekerja (75,6%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menggambarkan pekerja mengalami reaksi hipersensitivitas yang cukup rendah di mana diharapkan risiko terhadap gejala ISPA semakin menurun. Setelah dilakukan Chi Square test maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara gejala ISPA dengan riwayat alergi pada pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik. Riwayat alergi pada pekerja Asam Phospat bukan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA, hal ini dapat disebabkan karena distribusi sebagian besar pekerja tidak memiliki riwayat alergi yaitu 34 orang pekerja dari 45 orang pekerja (75,6%) sehingga kemungkinan mengalami gejala ISPA kecil. Sehingga apabila dihubungkan dengan gejala ISPA angka hubungan cenderung kecil pula. Sebaiknya alergi yang diderita oleh tiap pekerja diteliti dan disadari oleh orang itu sendiri, sehingga tiap orang akan lebih memperhatikan alergen yang mungkin bereaksi dengan dirinya (makanan, obat, debu, asap, dll). Jadi pekerja yang menderita atau memiliki riwayat alergi dapat terhindar dari gejala ISPA dan penyakit ISPA. Alat pelindung pernapasan dalam hal ini masker, berfungsi untuk menyaring udara (aerosol, asam, atau partikel debu). Jika membiasakan dengan menggunakan masker, maka dapat mengurangi pemajanan debu dan aerosol dalam saluran pernapasan dan paru (Siswanto, 1991). Berdasarkan dari hasil penelitian pada bab sebelumnya maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik memiliki kebiasaan selalu memakai APD masker di tempat kerja yaitu sebanyak 34 orang pekerja (75,6%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik mayoritas telah memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik mengenai pentingnya pemakaian AD di tempat kerja, khususnya APD pernapasan masker. Kebiasaan memakai APD masker pada pekerja merupakan salah satu faktor yang tidak berhubungan dengan gejala ISPA dikarenakan frekuensi kebiasaan merokok yang tinggi yang masih melekat pada diri pekerja sehingga hal tersebut akan sama saja karena tetap mengganggu saluran pernapasan atas. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada hubungan dengan kebiasaan memakai APD masker pada pekerja industri mebel dengan kejadian gejala ISPA (Yusnabeti, 2011). Hal ini bertolak belakang pula dengan Baratawidjaja di tahun 1989 di mana penggunaan APD masker berhubungan secara signifikan dengan penyakit pernapasan. Merokok dapat menyebabkan struktur, fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru. Pada jaringan paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran pernapasan, maka pada perokok akan timbul perubahan klinisnya (Depkes RI, 2003). Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 23 orang pekerja (51,1%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik kurang menyadari akan hal kesehatan saluran pernapasan dan paru di mana secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya. Setelah dilakukan analisa menggunakan Chi Square test, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara gejala ISPA dengan kebiasaan merokok pada pekerja Pabrik Asam Phospat Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yusnabeti pada tahun 2011 di mana dalam penelitian tersebut menyatakan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan gejala infeksi pernapasan akut pada pekerja industri mebel. Hal ini sejalan pula dengan teori di mana asap rokok menimbulkan efek iritasi pada saluran pernapasan. Kemampuan bulu getar yang berguna untuk menangkap benda asing telah berkurang sehingga debu lebih mudah masuk ke dalam paru-paru. Interaksi antara perokok dengan debu merupakan faktor risiko yang bersinergi sehingga perokok lebih mudah menderita ISPA dan gejalanya (Coleyy at al, 1794). Variabel kebiasaan merokok berhubungan dengan gejala ISPA dimungkinkan karena secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan merokok yang masih melekat pada pekerja akan berdampak pada kesehatan saluran pernapasan dan paru pekerja. Yang mana hal ini secara tidak langsung akan
6 Rizka dan Tri, Hubungan Karakteristik dan Perilaku 135 berdampak pula pada produktivitas kerja pekerja. Hal ini sejalan pula dengan teori di aman asap rokok menimbulkan efek iritasi pada saluran pernapasan. Kemampuan bulu getar yang berguna untuk menangkap benda asing telah berkurang sehingga debu lebih mudah masuk ke dalam paru-paru. Interaksi antara perokok dengan debu merupakan faktor risiko yang bersinergi sehingga perokok lebih mudah menderita ISPA dan gejalanya (Coleyy at al, 1794). Kebiasaan olahraga bukan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada pekerja dikarenakan disebabkan karena terpapar debu partikel fosfat di mana batuan fosfat diletakkan menggunung di dekat area Pabrik Asam Phospat di mana walaupun aerosol asam sulfat masih di bawah NAB namun hal tersebut tetap menjadi bahaya potensial terhadap kesehatan saluran pernapasan atas serta polusi yang disebabkan karena kendaraan bermotor seperti truk dan pick up yang hilir mudik di sekitar pabrik. Sebagian besar pekerja yang memiliki kebiasaan merokok mengalami gejala ISPA yaitu nyeri tenggorokan, batuk, pilek, hidung tersumbat, sakit saat menelan, suara serak, nyeri pada wajah, dan nyeri pada bagian bawah telinga. Secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan merokok yang masih melekat pada pekerja akan berdampak pada kesehatan saluran pernapasan dan paru pekerja. Yang mana hal ini secara tidak langsung akan berdampak pula pada produktivitas kerja pekerja. Berdasarkan dari hasil penelitian pada bab sebelumnya maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik memiliki kebiasaan olahraga 3 (tiga) kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 28 orang pekerja (62,2%) dari 45 orang pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik cukup ideal dalam berolahraga yaitu 3 kali dalam seminggu. Setelah dilakukan Chi Square test, maka dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara gejala ISPA dengan Kebiasaan olahraga. Oleh karena itu kebiasaan olahraga pada pekerja Pabrik Asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik bukan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya di mana menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan gangguan fungsi saluran pernapasan dan paru pada pekerja mebel di PT. Kota Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara (Khumaidiah, 2009). Hal ini kemungkinan bisa disebabkan karena terpapar debu partikel fosfat di mana batuan fosfat diletakkan menggunung di dekat area Pabrik Asam Phospat serta polusi yang disebabkan karena kendaraan bermotor seperti truk dan pick up yang hilir mudik di sekitar pabrik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja di Pabrik asam Phospat Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik, maka dapat disimpulkan sebagai bahwa tidak ada hubungan antara gejala ISPA dengan karakteristik pekerja, lama kerja, dan riwayat alergi. Selain itu tidak ada hubungan antara gejala ISPA dengan perilaku pekerja kebiasaan memakai APD masker, dan kebiasaan berolahraga. DAFTAR PUSTAKA Baratawidjaja, K.G Bissinosis dan Hubungannya dengan Obstruksi Akut (Penelitian pada Karyawan Perusahaan Tekstil di Jakarta dan sekitarnya). Depok: Disertasi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Coleyy, J. RT et al Influence of Passive Smoking and Parental Phlegm on Pneumonia and Bronchis Childhood. Jurnal Lancet Depkes RI Modul Pelatihan Fasilitator Kesehatan Kerja: Jakarta Khumaidiah Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonngo Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro Rohani, K Hubungan Karakteristik dan Perilaku Pekerja yang Terpajan Debu Kapas dengan Kejadian ISPA di PT. Unitex Tahun Jakarta: Universitas Indonesia Rahmawati, W Profi l Riwayat Alergi. Jakarta: Universitas Indonesia Soeripto, M Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Suma mur, PK Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto
7 136 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: Siswanto A Penyakit Paru Kerja. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur Yusnabeti, Ririn, Ruth PM 10 dan Infeksi Saluran pernapasan Akut pada Pekerja Industri Mebel. Jakarta: Universitas Indonesia
BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING DI PT. BINTANG MAKMUR SENTOSA TEKSTIL INDUSTRI SRAGEN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap
Lebih terperinciRimba Putra Bintara Kandung E2A307058
Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang paling umum diderita pada setiap individu. Frekuensi ISPA secara umum terjadi dua kali lebih sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dengan pesat di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam perkembangan industrialisasi dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015
HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 ABSTRAK Reza Eka Putra, Dwita Anastasia Deo, Dyah Gita Rambu Kareri Bekerja di industry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor industri informal dan formal. Banyak industri kecil dan menengah harus bersaing dengan industri besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan teknologi berbagai bidang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan sektor industri,pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, PENGETAHUAN PENGGUNAAN APD, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENURUNAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA LEILEM KECAMATAN SONDER KABUPATEN MINAHASA Jennifer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. Industri menimbulkan polusi udara baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Menurut International Labor Organisasion (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Ada
Lebih terperinciKHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S
Lebih terperinciPENGARUH KADAR DEBU BATU BARA TERHADAP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA TENAGA KERJA DI UNT BOILER
PENGARUH KADAR DEBU BATU BARA TERHADAP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA TENAGA KERJA DI UNT BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap dan gas dapat mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Residu klorin/chlorine residual adalah jumlah klorin yang tersedia sebagai disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau natrium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya dapat ditimbulkan dari aktivitas kegiatan di tempat kerja setiap
Lebih terperinciKadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen
Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen Reni Wijayanti D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, FK UNS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena pada dasarnya saluran pernafasan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari
Lebih terperinciKiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara
Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Bencana kabut asap yang menimpa saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sungguh mengkhawatirkan. Selain merusak kualitas udara, juga membahayakan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dengan kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konjungtivitis adalah inflamasi pada konjungtiva yang ditandai dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013). Penyakit ini dapat dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Namun pembangunan industri dengan berbagai macam jenisnya tentunya memiliki dampak positif
Lebih terperinciRelation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan
Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KADAR DEBU DI LINGKUNGAN KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF PERNAFASAN TENAGA KERJA BAGIAN FINISH MILL
Aditya S.A., dan Denny A., Identifikasi Kadar Debu di Lingkungan Kerja IDENTIFIKASI KADAR DEBU DI LINGKUNGAN KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF PERNAFASAN TENAGA KERJA BAGIAN FINISH MILL Identification of Dust
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional baik di sektor tradisional maupun modern, khususnya pada masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan dan penggunaan teknologi di sektor industri berdampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup dan pendapatan namun juga berdampak negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan alat ventilasi dalam sistem respirasi bagi tubuh, fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan kapasitas teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan sektor industri di Indonesia semakin meningkat dan berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini sejalan dengan peningkatan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keperawatan komunitas merupakan bagian dari pelayanan terhadap masyarakat yang sasaran dan tujuan perawatannya bukan hanya individu melainkan juga masyarakat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO
HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO Reydel N. Gaspersz*, Paul. A. T. Kawatu*, A. J. M. Rattu* * Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA MEBEL DI PT. X JEPARA
HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA MEBEL DI PT. X JEPARA Ibnu Sri Fuqoha, Ari Suwondo, Siswi Jayanti Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, pembangunan, industri, dan transportasi. Pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring tetapi kebanyakan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG
HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG Zamahsyari Sahli 1) Raisa Lia Pratiwi 1) 1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Lebih terperinciNo. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :
No. kuesioner KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KARYAWAN PABRIK KARET TENTANG POLUSI UDARA DI DALAM RUANGAN PABRIK DAN KELUHAN KESEHATAN DI PABRIK KARET KEBUN LIMAU MUNGKUR PTPN II TANJUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan (inhalasi). Pneumokoniosis membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran terhadap nilai kapasitas vital
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan design study potong lintang (crossectional study). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri mengubah pola penyakit yang ada di masyarakat khususnya bagi pekerja. Pekerja menghabiskan sepertiga waktunya tiap hari di tempat kerja dimana
Lebih terperinci* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Hubungan Lama Paparan Debu Kayu Dan Kebiasaan Merokok Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Mebel di CV. Mariska Dan CV. Mercusuar Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa Fernando Rantung
Lebih terperinciKAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1
KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1 Olvina Lusianty Dagong. 811410088. Kapasitas Faal Paru Pada Pedagang Kaki Lima. Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkontaminasinya udara, baik dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja pengecatan pada bidang manufaktur adalah salah satu bidang pekerjaan yang perlu mendapat perhatian karena jumlahnya yang terus berkembang, sementara itu risiko
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN Militia K. Wala*, Angela F. C. Kalesaran*, Nova H. Kapantow* *Fakultas
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )
DAMPAK PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PEKERJA MEBEL SEKTOR INFORMAL DI SINDANG GALIH KELURAHAN KAHURIPAN KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 Satria Dimas Aji 1) Sri Maywati dan Yuldan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara. Pencemaran udara terjadi karena meningkatnya industri, perubahan perilaku dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, Seluruh Negara dituntut untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Yang Terpapar Potassium Permanganate Dan Phosphoric Acid Di Industri Garmen
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pada Pekerja Yang Terpapar Potassium Permanganate Dan Phosphoric Acid Di Industri Garmen *) **) Cecep Fathurrahman *), Siswi Jayanti **), Ekawati **) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda
Lebih terperinci* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung Donald J.W.M Kumendong*, Joy A.M Rattu*, Paul A.T Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015 Yuanika Permata Dewi *), Eni Mahawati **) *) Alumni
Lebih terperinciPREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI
ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI Pekerja Batu padas adalah pekerjaan yang beresiko terkena polusi udara akibat paparan debu hasil olahan batu padas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan berbagai kesempatan yang penting
Lebih terperinciUnnes Journal of Public Health
Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph PENGGUNAAN APD MASKER, KEBIASAAN MEROKOK DAN VOLUME KERTAS BEKAS DENGAN ISPA Tri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada masukan,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas pada bab. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor jenis kelamin tidak mempengaruhi kapasitas
Lebih terperinciAnalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal Amilatun Nazikhah 1*, Binti Mualifatul R. 2, Am Maisarah Disrinama 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Lebih terperinciKata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.
1 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia novaliaabdullah@gmail.com Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek kehidupan yang bisa memberikan pengaruh dan dampak penting terhadap kehidupan manusia. Perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG
http://ejournal-sundip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG Ellita Ersa Afiani*), dr. Siswi Jayanti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok
Lebih terperinciLAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA Suhardi ¹, M Mudatsyir S ², Setiawan ³ Kementerian Kesehatan Politeknik
Lebih terperinciUnnes Journal of Public Health
Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2012) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN DENGAN TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU
Lebih terperinci