DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 101

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 101"

Transkripsi

1 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 101 PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA TENTANG KONSEP PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SAINS KELAS V DI SD NEGERI 3 KARAS KECAMATAN SEDAN Supriyono *) NIP SD Negeri 3 Karas UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang *) mus_mulyadi@yahoo.co.id Abstrak Pendidikan Sains sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Sains dan teknologi. Sementara pembelajaran di SD Negeri 3 Karas, masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Sehingga guru menjelaskan Sains masih sebatas produk dan sedikit proses. Guru tidak banyak memunculkan contohcontoh yang sederhana, yang bisa dijumpai siswa sehari-hari, dan bahkan guru belum mampu memberikan ilustrasi yang cukup baik tentang materi tersebut kepada siswa. Padahal, dalam membahas Sains tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Mencermati tuntutan ini maka untuk dapat menciptakan kreativitas dan pemahaman tentang konsep pesawat sederhana maka guru perlu memunculkan inovasi metode atau pendekatan pembelajaran. Terkait dengan materi pesawat sederhana maka pendekatan yang paling sesuai menurut penulis adalah dengan pendekatan berbasis kontekstual. Dengan pendekatan ini memungkinkan guru untuk dapat memberikan ilustrasi nyata kepada siswa. Ilustrasi ini digambarkan melalui contoh-contoh yang dapat diperoleh sehari-hari. Kata kunci: Kreativitas siswa, Pendekatan kontekstual 1. Pendahuluan Pendidikan Sains sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Sains dan teknologi. Agar mampu mewujudkan tujuan ideal ini maka tugas seorang guru untuk membuat pembelajaran dikelas yang nyaman bagi setiap siswanya. Pembelajaran yang ideal harus diakui adalah pembelajaran yang tidak hanya ditunjukkan oleh hasil prestasi yang tinggi, tetapi juga harus dapat memancing minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Namun apa yang terjadi di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan - Kabupaten Rembang justru sebaliknya, kelaskelas yang diajar oleh guru cenderung sepi, siswa hanya sebatas pendengar pasif, bahkan umpan balik dari siswa hanya terjadi pada saat mengucapkan selamat pagi, waktu sudah selesai, ada Pekerjaan Rumah (PR). Dalam pembelajaran siswa hanya mencatat apa yang disampaikan guru bulat-bulat. Persepsi yang terbangun bagi siswa mengenai pembelajaran adalah menhafal dan menghafal setiap materi yang disampaikan. Hampir tidak ada sikap yang bersifat aktif dari siswa khususnya untuk mencari makna dari apa yangtelah dia peroleh dari pembelajaran di kelas. Apabila dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, harus diakui bahwa pembelajaran di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan - Kabupaten Rembang masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Sehingga guru menjelaskan Sains masih sebatas produk dan sedikit proses. Guru tidak banyak memunculkan contoh-contoh yang sederhana, yang bisa dijumpai siswa sehari-hari, dan bahkan guru belum mampu memberikan ilustrasi yang cukup baik tentang materi tersebut kepada siswa. Padahal, dalam membahas Sains tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum.

2 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 102 Tujuan umum pendidikan Sains di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1). Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2). Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari 3). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4). Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5). Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6). Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7). Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.(Puskur,2003) Mencermati tuntutan ini maka untuk dapat menciptakan kreativitas dan pemahaman tentang konsep pesawat sederhana maka guru perlu memunculkan inovasi metode atau pendekatan pembelajaran. Terkait dengan materi pesawat sederhana maka pendekatan yang paling sesuai menurut penulis adalah dengan pendekatan berbasis kontekstual. Dengan pendekatan ini memungkinkan guru untuk dapat memberikan ilustrasi nyata kepada siswa. Ilustrasi ini digambarkan melalui contoh-contoh yang dapat diperoleh sehari-hari. Dengan contoh-contoh ini diharapkan kemudian siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menemukan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan dengan memulai pembelajaran dengan isu (tema) yang lazim ada disekitar siswa, motivasi siswa untuk terus mengembangkan pengetahuan yang telah dia peroleh. Selain daripada itu proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis kontekstual dipilih oleh penulis, karena penulis mengetahui bahwa ada pemahaman yang salah tentang konsep pesawat sederhana. Konsep pesawat sederhana lebih banyak diterjemahkan oleh siswa di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan - Kabupaten Rembang sebagai pesawat terbang. Berangkat dari sinilah peneliti kemudian melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tujuan melihat sejauhmana pendekatan kontekstual dapat memacu tumbuhnya kreativitas dan pemahaman siswa tentang konsep pesawat sederhana. 2. Materi dan Metode 2.1. Materi 1) Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pembelajaran berbasis kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan belajar sebagai berikut: 1) Proses Belajar a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa mengkonstruksikan atau menyusun pengetahuan di benaknya sendiri. b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan (subject matter) d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi suatu yang baru f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus-menerus dipajankan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku. 2) Transfer Belajar a) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikitdemi sedikit. c) Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. 3) Siswa Sebagai Pembelajar a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru. b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. d) Tugas guru memfasilitasi: agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka

3 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 103 sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. 4) Pentingnya Lingkungan Belajar a) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan. b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. c) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar. d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 5) Lima Elemen Penting Dalam Pembelajaran Kontekstual Ada lima elemen penting yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual. 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing (berbagi) dengan orang lain agar mendapat tanggapan/validasi dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan 4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut b. Pesawat Sederhana Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya membutuhkan satu gaya untuk bekerja. Kerja terjadi sewaktu gaya diberikan dan menyebabkan gerakan sepanjang suatu jarak tertentu. Kerja yang timbul adalah hasil gaya dan jarak. Jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu bersifat konstan, walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal ini dapat dikurangi dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit terhadap jarak yang lebih jauh. Dengan kata lain, peningkatan jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan. Rasio antara keduanya disebut keuntungan mekanik. Secara tradisional, pesawat sederhana terdiri dari: 1). Bidang miring, 2). Tuas, 3). Katrol, 4). Baji. 5). Sekrup. c. Kreativitas Kreativitas sebagai suatu proses memberikan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah, sebagai proses bermain dengan gagasangagasan atau unsur-unsur dalam pikiran merupakan keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi siswa kreatif. Kreativitas dalam hal ini merupakan proses berfikir di mana siswa berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru. Mendapatkan jawaban metode atau cara baru dalam memecahkan suatu masalah. Bagi pendidikan, yang terpenting bukanlah apa yang dihasilkan dari proses tersebut, tetapi keasyikan dan kesenangan siswa terlibat dalam proses tersebut. Proses bersibuk diri secara kreatif perlu juga mendapatkan penghargaan dari pendidik. Guru tidak perlu selalu mengharapkan produk-produk yang berguna dari kegiatan kreativitasnya, yang perlu dirangsang dan dipupuk adalah sikap dan minat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Gordon dan M. D. Dahlan (1990) dalam Prayekti (2001) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari dan berlangsung seumur hidup dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), Ekspresi kreatif (creative expression) empati, insight dalam hubungan sosial dan ide-ide yang bermakna dapat meningkatkan aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya. d. Pemahaman Siswa Pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001)Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya,

4 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 104 meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal. Selanjutnya Buxton (1978) dalam Wahyudi (2001) juga menanggapi pendapat Skemp tersebut dan mengembangkan dua pemahaman dari Skemp menjadi empat pemahaman. Pemahaman pertama disebut pemahaman meniru (rote learning). Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa. Pemahaman kedua disebut pemahaman observasi (observational understanding). Pada tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola (pattern) atau kecenderungan. Pemahaman ketiga yang disebutnya sebagai tingkatan pemahaman pencerahan (insightful understanding). Pemahaman keempat adalah tingkatan pemahaman relasional, pada tingkatan pemahaman ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks Metode Didalam pembelajaran pembelajaran pendidikan Sains seorang guru kebanyakan melakasanakan proses belajar mengajar dengan metode yang menuntun, sehingga anak didik kurang di ikutsertakan atau kurang aktif. Yang akhirnya hasil belajar siswa kurang memuaskan, atau prestasinya mutunya rendah. Dari kenyataan seperti diatas maka perlu adanya perubahan perubahan startegi pembelajaran, diantaranya perubahan penggunaan metode, pendekatan kontekstual serta mengikutsertakan agar siswa aktif. Dari keadaan yang demikian maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas demi terwujudnya prestasi belajar yang baik. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Penelitian Tindakan Kelas ditulis dalam penelitian ini sebab penulis ingin meningkatkan kwalitas pembelajaran secara khusus dalam penggunaan metode, pendekatan kontekstual terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V Semester II guna untuk meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan Sains tahun pelajaran 2013 / 2014 di Sekolah Dasar Negeri 3 Karas, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan. Empat tahapan tersebut adalah: (1) planning (perencanaan tindakan); (2) impelementing (pelaksanaan tindakan); (3) observing (pengamatan tindakan); (4) reflecting (refleksi terhadap tindakan). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra-ptk, yang meliputi : (1) identifikasi masalah; (2) analisis masalah; (3) rumusan masalah; (4) rumusan hipotesis tindakan. (Kristono, 2000). Waktu pelaksanaan penelitian pada Semester II tahun pelajaran 2013/2014, dengan lama penelitian diperkirakan 4 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2014 sampai bulan Juni Adapun uraian pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut sebagai berikut: (a) bulan Maret 2014 pembuatan proposal penelitian; (b) bulan April 2014 melaksanakan penyusunan instrumen; (c) bulan Mei 2014 melaksanakan penelitian tindakan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian, (d) setelah data penelitian terkumpul kemudian dilakukan analisis data yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014, (e) pada bulan Juni 2014 dilakukan penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian. Subjek pelaksanaan penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Karas dengan jumlah siswa 19 anak, terdiri dari 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Rencana prosedur kegiatan penelitian secara sistematis terurai sebagai berikut: a. Siklus I 1) Perencanaan Siklus I Guru bersama siswa mendiskusikan, tindakan apa yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan metode pembelajaran dikelas. Kemudian bersama mengamati kondisi siswa di kelas. Permasalahan permasalahan pada temuan awal tadi dirundingkan bersama sehingga meminilisir tingkat kesalahan dan menuju tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dengan metode tanya jawab. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa kelas V tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains. Didalam proses action research ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V, dan pada tahap ini peneliti mengadakan diskusi dengan kolaborator untuk melakukan tindakan. a) Menyusun perangkat dan model yang pembelajaran yang mendukung rencana penelitian ini. b) Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran. c) Menyusun skenario pembelajaran. d) Menyiapkan instrumen penelitian berupa format observasi, angket dan soal tes. e) Menyediakan media pembelajaran f) Penguasaan teknik-teknik pembelajaran berbasis kontekstual. 2) Tindakan/ Pelaksanaan Tindakan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran pendidikan Sains dengan

5 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 105 menggunakan konsep pesawat sederhana maka topik yang digunakan adalah: Dengan pendekatan kontekstual diduga dapat meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan Sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. 3) Refleksi Peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan ini meliputi : Analisa, observasi, penjelasan dan pengumpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Berdasarkan dan hasil yang diperoleh dari observasi dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dilakukan refleksi untuk menjawab pertanyaan. Untuk mengetahui dan menentukan derajat aktivitas belajar siswa pada setiap tahap penelitian, dilakukan dengan cara menjumlahkan skor indikator pada setiap tahap dibagi banyaknya indikator. Untuk mengetahui kualitas aktivitas belajar siswa digunakan kreteria penilaian kualitas aktivitas belajar. Sedangkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar digunakan kriteria pencapaian hasil belajar. Pada penelitian ini untuk menentukan keabsahan data, dengan membandingkankan data yang diperoleh dari pengamatan dan data yang diperoleh dari wawancara. b. Siklus II 1. Perencanaan Siklus II Guru bersama siswa mendiskusikan, tindakan apa yang dapat dilaksanakan pada sikus I untuk mengembangkan metode pembelajaran dikelas. Kemudian bersama mengamati kondisi siswa di kelas. Permasalahan pada temuan awal tadi dirundingkan bersama sehingga meminilisir tingkat kesalahan dan menuju tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dengan metode tanya jawab. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa kelas V tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains. Didalam proses action research ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V, dan pada tahap ini peneliti mengadakan diskusi dengan kolaborator untuk melakukan tindakan. a) Menyusun perangkat dan model yang pembelajaran yang mendukung rencana penelitian ini. b) Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran. c) Menyusun skenario pembelajaran. d) Menyiapkan instrumen penelitian berupa format observasi, angket dan soal tes. e) Menyediakan media pembelajaran f) Penguasaan teknik-teknik pembelajaran berbasis kontekstual. 2. Tindakan / Pelaksanaan Tindakan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran pendidikan Sains dengan menggunakan konsep pesawat sederhana maka topik yang digunakan adalah: Dengan pendekatan kontekstual diduga dapat meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan Sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan Standar Standar Kompetensi: Siswa mampu memahami berbagai gaya yang mempengaruhi bentuk dan gerak suatu benda, memahami fungsi pesawat sederhana dan mengenali sifat-sifat cahaya serta menerapkan kemampuan merancang dan membuat suatu karya/model Peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan ini meliputi: Analisa, observasi, penjelasan dan pengumpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Berdasarkan dan hasil yang diperoleh dari observasi dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dilakukan refleksi untuk menjawab pertanyaan. Untuk mengetahui dan menentukan derajat aktivitas belajar siswa pada setiap tahap penelitian, dilakukan dengan cara menjumlahkan skor indikator pada setiap tahap dibagi banyaknya indikator. Untuk mengetahui kualitas aktivitas belajar siswa digunakan kreteria penilaian kualitas aktivitas belajar. Sedangkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar digunakan kriteria pencapaian hasil belajar. Pada penelitian ini untuk menentukan keabsahan data, dengan membandingkankan data yang diperoleh dari pengamatan dan data yang diperoleh dari wawancara. Kreatifitas belajar dan Pencapaian hasil belajar siswa dapat di kemukakan dalam tabel dibawah ini. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan I tentang pesawat sederhana, Sesuai rencana tindakan I akan dilaksanakan dalam 4 x pertemuan.

6 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 106 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran tindakan I dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran sains dan disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa SD. Peneliti bertindak sebagai guru dan sebagai pengamat (kolaborator) dibantu guru kelas IV. 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 ini dijelaskan agar siswa membangun pengetahuan tentang konsep pesawat sederhana, yang diawali dengan menggunakan alat peraga penggaris kayu. Dengan terbangunnya konsep pesawat sederhana siswa dapat menerapkan konsep tersebut untuk memudahkan pekerjaan, selanjutnya setelah siswa benar-benar paham dengan alat peraga, kegiatan dilanjutkan pada papan triplek yang dimiringkan. 2) Pertemuan ke-2 Pada tindakan ini, melalui penggunaan alat peraga penggaris dan triplek, siswa diarahkan pada kegiatan untuk memahami setiap fungsi alat peraga, dan setiap siswa dpersilakan mencobacoba atau bereksperimen dengan alat peraga guna peningkatan pemahaman pesawat sederhana. c. Deskripsi Hasil Tindakan 1) Pengamatan terhadap siswa Pada awal pertemuan ke-1, siswa terlihat belum terbiasa. Alat peraga cenderung digunakan untuk bermain sehingga pembelajaran agak terganggu. Selain itu, kreativitas dari siswa belum nampak, bahkan siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru. Selanjutnya, pada pertemuan ke-2 siswa mulai terlihat lebih kreatif, pada pertemuan ke-3 adanya peningkatan dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya, dan pada pertemuan yang ke-4 siswa betul-betul terlibat secarah penuh mengikuti setiap proses pembelajaran dalam kelas. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa tampak dibawah ini: Tabel: 1 Hasil Pengamatan Terhadap Kreativitas Siswa Siklus I Hasil Observasi No Indikator Baik Cukup Kurang 1 Terlibat dalam pembelajaran Inisiatif bertanya - - Inisiatif melakukan eksperimen 4 Bekerja dalam kelompok Melakukan kerjasama Menyampaikan pendapat - - Menterjemahkan perintah guru Melakukan langkah-langkah ilmiah 9 Mencatat hasil eksperimen Membuat kesimpulan Hasil tes formatif Siklus I Sementara hasil tes formatif siklus I yang dicapai oleh siswa tingkat keberhasilan belum optimal rata-rata = d. Refleksi Pertemuan ke-1 dititik beratkan agar siswa memahami konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran Sains. Pada pertemuan ke-2 sampai dengan pertemuan ke-3 Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada tindakan I ini belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru (peneliti). Dilihat dari hasil Observasi tentang kreativitas siswa belum menampakkan kriteria baik, sedangkan bila dilihat dari hasi tes formatif 1 juga belum berhasil dengan baik pula rata-rata = 66.58, ketuntasan belajar belum mencapai 85 % sehingga perlu dilakukan tindakan ke-2 atau siklus ke Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rancangan Pembelajaran tindakan II dengan memperhatikan hasil tindakan ke-1 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran tindakan II dilaksanakan dengan tetap difokuskan pada pendekatan kontekstual tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran sains dan disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa SD. Peneliti bertindak sebagai guru dan sebagai pengamat (kolaborator) dibantu guru kelas IV. 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 ini guru melakukan pengulangan seperti siklus I, guru menjelaskan agar siswa membangun pengetahuan tentang konsep pesawat sederhana, yang diawali dengan menggunakan alat peraga penggaris kayu dilanjutkan pada papan triplek sebagai bidang miring 3. Pertemuan ke-2 Pada tindakan ini, melalui penggunaan alat peraga penggaris dan triplek, siswa diarahkan pada kegiatan untuk memahami setiap fungsi alat peraga, dan setiap siswa dpersilakan mencobacoba atau bereksperimen dengan alat peraga guna peningkatan pemahaman pesawat sederhana. c. Deskripsi Hasil Tindakan II 1) Pengamatan terhadap siswa Pada awal pertemuan ke-1, siswa terlihat sudah terbiasa. dengan alat peraga dan model pembelajaran yang dilaksanakan guru, kreativitas dari siswa sudah nampak, siswa terlihat mandiri. Selanjutnya, pada pertemuan ke-2 siswa terlihat lebih kreatif, pada pertemuan ke-3 terlihat ada kerjasama yang baik, dan pada pertemuan yang ke- 4 siswa terlibat secarah penuh mengikuti setiap proses pembelajaran dalam kelas tahap demi tahap

7 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 107 dilalui dengan kesadaran tinggi. Hasil pengamatan terhadap kreativitas, tes formatif serta pengalaman belajar siswa tampak dibawah ini Tabel: 2 Hasil Pengamatan Terhadap Kreativitas Siswa Siklus II No Indikator Hasil Observasi Baik Cukup Kurang 1 Terlibat dalam pembelajaran Inisiatif bertanya Inisiatif melakukan eksperimen Bekerja dalam kelompok Melakukan kerjasama Menyampaikan pendapat Menterjemahkan perintah guru Melakukan langkah-langkah ilmiah Mencatat hasil eksperimen Membuat kesimpulan - - 2) Hasil tes formatif Siklus II Hasil tes formatif 2 yang dicapai oleh siswa tingkat keberhasilan sudah optimal rata-rata= Tabel: 2 Hasil Pengamatan Pengalaman Belajar Siswa Pernyataan 1. Saya sudah mengembangkan pemahaman tentang konsep pesawat sederhana lebih baik 2. Saya merasa pembelajaran pesawat sederhana bermanfaat dalam kehidupan saya seharihari 3. Saya sebelumnya kurang faham tentang pesawat sederhana dan sekarang lebih faham 4. Saya sudah belajar bagaimana cara belajar berkelopok dalam belajar 5. Saya merasa diberi kebebasan dalam berfikir didalam kelas 6. Saya merasa lebih dihargai dalam proses belajar-mengajar didalam kelas 7. Saya senang dengan model pembelajaran yang dibawakan oleh guru 8. Saya berharap model pembelajaran seperti ini juga digunakan untuk mata pelajaran lain Sikap Ket (%) , , , , , , , ,8 Rata-rata 87,27 4 = Sangat setuju 3 = Setuju 2 = Tidak setuju 1 = Sangat tidak setuju 3.3 Pembahasan a. Hasil data pengamatan kreativitas siswa Berdasarkan data tabel kreativitas siswa siswa dengan 10 indikator keberhasilan menunjukkan peningkatan dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 pada siklus ke-1 kreativitas siswa hasil pengamatan 6 indikator menghasilkan kurang, 1 indikator dengan hasil baik dan 3 indikator menghasilkan cukup. Sedangkan pada siklus ke-2, hasil pengamatan kreativitas siswa didapatkan 8 indikator baik dan hanya 2 indikator cukup, maka hal ini dapat dikatakan pembelajaran konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dalam siklus 1 indikator yang belum dapat dicapai adalah bertanya, bekerja kelompok, melakukan kerjasama, menyampaikan perintah guru, melakukan langkah-langkah ilmiah. Hal ini disebabkan karena dalam pertemuan pertama siswa belum mampu dibangkitkan motivasinya secara sempurna oleh guru. Bahkan pada pertemuan keempat motivasi yang dimunculkan oleh pendekatan kontekstual melalui kebersamaan tidak dapat dimunculkan secara sempurna. Siswa masih amat tergantung terhadap instruksi guru dalam melaksanakan pembelajaran sekaligus dalam bekerjasama bersama rekan. Siswa belum berani melakukan kerjasama diantara siswa salah satu diantaranya disebabkan karena siswa belum menemukan makna kerjasama yang sebenarnya, kerjasama ataukah bermain bersama ini yang terjadi disaat itu. b. Data hasil tes formatif siswa per siklus Pada tes formatif I maupun tes formatif II yang tergambar pada distribisi frekuensi dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 terlihat baik dari siklus ke-1 maupun siklus ke-2 tampak N = 38 berarti jumlah sampel yang diteliti ada 38 responden. Pada siklus 1 (satu) Mean = atau rata-rata pemahaman siswa terhadap pokok bahasan pesawat sederhana = Pada siklus 2 (dua) Mean = atau rata-rata pemahaman peserta didik pokok bahasan pesawat sederhana = Bila kita bandingkan tabel hasil formatif siklus 1 (satu) dan siklus 2 (dua) tampak ada perbedaan, terjadi kenaikan hasil ulangan formatif rata-rata = 17,48 dimana rata-rata pada siklus 1 dan 2 = = c. Data hasil tes formatif siswa per siklus Sementara itu berdasarkan tabel pengalaman belajar siswa dari pernyataan no 1 s.d 8, sikap siswa rata-rata 87,27% berarti siswa merasa mendapatkan pengalaman belajar sangat berharga. Dalam pengalaman belajar siswa no. 5 dan 6 sebagian besar siswa merasakan keberadaan dia didalam kelas begitu berarti, hal ini akan membawa dampak yang baik terhadap diri siswa untuk selalu terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar. Pada

8 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 108 pertanyaan no 7 dan 8 siswa merasa senang dengan model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, bahkan sebagian besar diantara mereka berharap model pembelajaran yang dikembangakan oleh peneliti agar diperlakukan dalam mata pelajaran yang lain. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual yang dikembangkan oleh peneliti berhasil dengan baik. 4. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah terpaparkan pada Bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.. Hal ini ditunjukkan oleh ketercapaian 10 (sepuluh) indikator pengamatan kreatifitas siswa. b. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Tingkat peningkatan hasil belajar siswa tercatat sebesar 17, 8 % yang diukur dari selisih rata-rata dari siklus 1 hingga siklus ke-2. c. Respon sisiwa terhadap penerapan pendekatan kontekstual konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.terbilang cukup positif Referensi Dahar, Ratna Wilis,1988, Teori-Teori Belajar,Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta. Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel,IKIP Malang, Malang. Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Haryanto, 2003, Sains Untuk SD Kelas V, Erlangga, Jakarta Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung Munandar, Utami S.C, 1992, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, P.T. Gramedia Widya Sarana Indonesia, Jakarta Prayekti, 2001, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Di Sekolah Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta Putrayasa, Ida Bagus, 2001, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Inkuiri, IKIP Negeri Singaraja, Puskur, 2003, KD Sains SD, Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.Jakarta. Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Wahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran, Editorial Pendidikan Dan Kebudayaan Edisi 36, Depdiknas, Jakarta

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI. METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Yendina Saragih Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email: saragihyendina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Subyek Tindakan 3.1.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian dilakukan di kelas V SDN 1 Kedungrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora dengan jumlah peserta

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan 51 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1.1 Kondisi Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran yang terpusat pada guru terjadi pada pembelajaran matematika di

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh: MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KONSEP KLASIFIKASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI KELAS VII B MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN STRATEGI STAD DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Sebelum penelitian dilakukan perlu diketahui kondisi pembelajaran Matematika di kelas 3 dalam materi operasi hitung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL BAKORUSIRU SISWA KELAS X-TKR3 SMK NEGERI 1 SEMARANG. Sri Muntamah Amri

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL BAKORUSIRU SISWA KELAS X-TKR3 SMK NEGERI 1 SEMARANG. Sri Muntamah Amri PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL BAKORUSIRU SISWA KELAS X-TKR3 SMK NEGERI 1 SEMARANG Sri Muntamah Amri SMK Negeri 1 Semarang Email : muntamah_amri@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ALAT PERAGA KONGKRET DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA MENGENAL GERAK BENDAKELAS 3 SD

ALAT PERAGA KONGKRET DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA MENGENAL GERAK BENDAKELAS 3 SD DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 46 ALAT PERAGA KONGKRET DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA MENGENAL GERAK BENDAKELAS 3 SD Istiningsih SD Negeri

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN 04 PUNJUL TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN 04 PUNJUL TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 109 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN 04 PUNJUL TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Oleh Muslimin Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang E-mail: Muslimintendri@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER Nur Waqi ah Guru SDN Tampungrejo Kec. Puri Kab. Mojokerto Email: nurwaqiah1961@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang fokusnya pada kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Aqib,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 156 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH Umbar Rumanti *) NIP 19630407

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research). Model penelitian yang dipilih adalah model siklus yang dilakukan secara berulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Student Team Achievement Division (STAD), yang merupakan suatu variasi

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Student Team Achievement Division (STAD), yang merupakan suatu variasi BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tindakan berupa model pembelajaran Student

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah PTK. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

ZULFA SAFITRI A54F100040

ZULFA SAFITRI A54F100040 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL) PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2012 /2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Lulus Yuliastuti 23. Kata Kunci: Hasil Belajar, pembelajaran PKn, Inkuiri. Guru Kelas IV SDN Sidomekar 08 Semboro, Jember

Lulus Yuliastuti 23. Kata Kunci: Hasil Belajar, pembelajaran PKn, Inkuiri. Guru Kelas IV SDN Sidomekar 08 Semboro, Jember MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PADA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE BERBASIS INKUIRI Lulus Yuliastuti 23 Abstrak. Pembelajaran PKn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Krengseng 04 Kec Gringsing Kab Batang semester II

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya),

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu : a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen, mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

Oleh : Hamidah Guru pada SDN 1 Cakranegara

Oleh : Hamidah Guru pada SDN 1 Cakranegara ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah25 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ISOLATOR DAN KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE EXPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 1 CAKRANEGARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 BAB 1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Latar

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

JEMBER TAHUN PELAJARAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MATERI MENGIDENTIFIKASIKAN CIRI- CIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BAGI

Lebih terperinci

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek 218 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016 MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA SISWA

Lebih terperinci

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENERAPAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA BANGUN RUANG SISI DATAR (Penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK 312 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK Khairul Asri Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: khairul.asri@serambimekkah.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action research (CAR).

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KELAS XII PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN MEDAN MAGNET MELALUI METODE TANYA JAWAB

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KELAS XII PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN MEDAN MAGNET MELALUI METODE TANYA JAWAB PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KELAS XII PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN MEDAN MAGNET MELALUI METODE TANYA JAWAB Oleh Haniek Tri Widayanti, S.Pd. * Abstraksi Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal classroom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM ACTION RESEARCH ) Disusun oleh : BUDIYANTI ELIZABETH, S. Pd NIP :

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM ACTION RESEARCH ) Disusun oleh : BUDIYANTI ELIZABETH, S. Pd NIP : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM

Lebih terperinci

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

P N E D N A D H A U H L U U L A U N BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Baik perubahan dalam kurikulum, program pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Sri Isminah, Membantu Siswa Mengingat Kembali Pelajaran... 161 MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI PELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN LEWAT METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS I TAHUN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

Lebih terperinci

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32) 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara Bandar Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SDN 3 Tambun Tolitoli

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SDN 3 Tambun Tolitoli Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SDN 3 Tambun Tolitoli Ronawati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitan PTK kolaborasi, dimana peneliti melakukan penelitian melalui kerja sama antara peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

Lebih terperinci

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR Syahrun Kepala SD Kartika XX-1 Abstrak:. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA Debby May Puspita Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Corresponding

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode dan Tekhnik Penelitian Metode yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Suharsimi Arikunto (2002:58)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

III. METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (2006: 136) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya. Penelitian yang dilaksanakan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi dunia pendidikan yang terlihat dari fasilitas teknologi yang dapat memperluas pengetahuanpengetahuan siswa. Namun, penggunaan

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGAJAR ILMU SAINS MELALUI KONSEPSI MODEL PEMBELAJARAN BERFIKIR, MENULIS, DAN BERDISKUSI PADA GURU DI SD NEGERI SUMURBARANG KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG TAHUN

Lebih terperinci

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Suarni, Haeruddin, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS. peneliti adalah penelitian tindakan kelas, hal itu didasarkan karena masalahmasalah

BAB III METODE PENELITIAN DAN RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS. peneliti adalah penelitian tindakan kelas, hal itu didasarkan karena masalahmasalah BAB III METODE PENELITIAN DAN RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang ditetapkan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas, hal itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah satu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah satu penelitian 23 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A MELALUI METODE OBSERVASI MENGGUNAKAN MEDIA WORD SQUARE PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DI SMP NEGERI 1 PUNCU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Bawang Kabupaten Batang semester satu tahun pelajaran 2013 / 2014, dari kota kecamatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STRUCTURE EXERCISE METHODE (SEM) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN STRUCTURE EXERCISE METHODE (SEM) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN STRUCTURE EXERCISE METHODE (SEM) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR IRVIN NOVITA ARIFIN Dosen di Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Pengembangan

Lebih terperinci

Penerapan Pembelajaran Pakem pada Materi Pemanasan Global untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsS Darul Aman

Penerapan Pembelajaran Pakem pada Materi Pemanasan Global untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsS Darul Aman JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Penerapan Pembelajaran Pakem pada Materi Pemanasan Global untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsS Darul Aman Mariana* Madrasah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PPKn SISWA KELAS XI MIPA 1 SMAN 2 JEMBER.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PPKn SISWA KELAS XI MIPA 1 SMAN 2 JEMBER. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PPKn SISWA KELAS XI MIPA 1 SMAN 2 JEMBER Edy Purwanto 11 Abstract: Learning motivation can increase the students achievement;

Lebih terperinci

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual Model belajar kontekstual merupakan salah satu model belajar yang umum dipakai di Indonesia. model ini menekankan semua guru untuk mengsinkronkan seluruh materi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN 09 KEPAHIANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Dian Saputra Guru SD di Kepahiang Abstrak: Mata pelajaran IPA merupakan salah satu

Lebih terperinci