PEMBERANTASAN ARTHOPODA YANG PENTING DALAM HUBUNGAN DENGAN KESEHATAN MASAYRAKAT. Dr. DEVI NURAINI SANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERANTASAN ARTHOPODA YANG PENTING DALAM HUBUNGAN DENGAN KESEHATAN MASAYRAKAT. Dr. DEVI NURAINI SANTI"

Transkripsi

1 PEMBERANTASAN ARTHOPODA YANG PENTING DALAM HUBUNGAN DENGAN KESEHATAN MASAYRAKAT Dr. DEVI NURAINI SANTI Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara I. ISI Pemberantasan kecoa = coro Kecoa biasa hidup dalam retak-retak atau lubang-lubang pada dinding atau lantai rumah, dalam got-got dan riool-riool. Kecoa bisa menjadi vehikel mekanis dari penyakit- penyakit typhus abdominalis, disenteri dan food poisoning dengan jalan mengkontaminasi makanan manusia dengan kotoran dari riool. Kecoa membuat makanan menjadi bau dan berasa tidak enak kalau mereka mengkontaminasinya dengan faeces dan muntah mereka Kecoa lebih suka makan makanan yang terbuat dari tepung seperti roti, biskuit, kue-kue, lem yang dipakai untuk menjilid buku, tetapi mereka juga makan kulit, kertas dinding dan bangkai binatang. Ada berbagai species kecoa misalnya kecoa Amerika, kecoa Jerman, kecoa Oriental dan kecoa bergaris-garis coklat. Kecoa dewasa dari beberapa species bisa terbang. Kecoa aktif terutama pada malam hari. Siklus bidup kecoa Siklus hidup kecoa melalui stadium telur nimf kecoa dewasa. Telur - kecoa mempunyai sebuah kapsel coklat, dan diletakkan pada tempat-tempat tersembunyi. Tetapi kecoa Jerman membawa-bawa kapsel telur yang melekat pada tubuhnya. Kecoa Jerman merupakan jenis yang paling aktif diantara jenis-jenis kecoa. Kecoa Jerman Blatella Germanica juga dinamakan "Crotonbug' dan merupakan jenis yang paling banyak terdapat dalam restoran-restoran. Kecoa Jerman berukuran kecil, yaitu / 2 cm panjangnya. Kecoa bergaris paling sukar dibasmi, mereka hidup tidak hanya didapur dan kamar mandi tetapi mereka berkeliaran diseluruh rumah sambil melekatkan kapsel telur mereka pada perabot - perabot rumah. Warnanya coklat kuning sampai coklat merah. Kecoa Amerika Periplaneta Americana berwarna coklat mahogany. Meraka seringkali merusak ikatan buku, pakaian, kertas dinding yang ditempel dengan lem sagu, etiket botol dan sebagainya. Kecoa Oriental Blatta Orientalis berwama coklat tua dan hitam. Mereka suka hidup di tempat-tempat yang lembab. Mereka kurang banyak hidup didalam rumah. Koloni-koloni kecoa "liar" banyak ditemukan di taman dan bangunan-bangunan di luar rumah. Telur kecoa menetas menjadi nimfa kecil yang menyerupai kecoa dewasa, tetapi tidak bersayap. Nimfa tumbuh menjadi besar dan selama pertumbuhannya beberapa kali bertukar kulit (molt). Setelah pertukaran kulit terachis muncul kecoa dewasa bersayap. Seluruh siklus hidup kecoa berlangsung dalam jangka waktu yang berbeda-beda menurut jenis kecoa, yaitu antara hari pada suhu kamar. Kecoa dewasa bisa hidup selama 3 bulan - 1 tahun. Pemberantasan kecoa dilakukan dengan carr-carr sevagai berikut : 1. Semua makanan dan sisa makanan disimpan sehingga kecoa tidak bisa memakan dan mengkontaminasinya. 2. Kecoa dimatikan dengan insektisida 2004 Digitized by USU digital library 1

2 2,5 chloradane dipakai sebagai emulsion alan larutan 1% lindane dan disemprotkan kedajam retak-retak, 2 % malathion lubang-lubang dan tempat sembunyi 0,5 % diazinon kecoa lainnya Tetapi ada jenis-jenis kecoa yang sudah menjadi kebal terhadap chlorinated hydro carbons. Dalam hal ini dipakai insektisida dari jenis organo phosphorus. Pemberantasan kutu busuk = bangsat = kepinding Sampai sekarang tidak ada bukti-bukti bahwa kutu busuk berfungsi sebagai vektor transmisi penyakit-penyakit manusia. Kutu busuk mengganggu kesenangan manusia karena menggigit dan menghisap darah manusia. Kutu busuk paling suka darah manusia, tetapi kadang-kadang juga menghisap darah ayam, unggas lainnya, tikus, binatang-binatang lain. Mereka hisap darah untuk makanan mereka. Ada orang yang sangat sensitif terhadap gigitan kutu busuk, tempat yang digigit menjadi merah, bengkak dun gatal. Tetapi ada juga orang-orang yang seolah-olah tidak merasa apa apa kalau digigit oleh kutu busuk. Kutu busuk mempunyai kebiasaan untuk degaekasi segara sehabis menghisap darah. Tempat gigitan yang menjadi gatal digaruk-garuk dan faeces kutu busuk terdorong masuk kedalam luka bekas gigitan, tetapi dengan cara ini tidak ada penularan penyakit. Kutu busuk bertelur 1-5 butir sehari selama 2-10 bulan sampai seluruhnya diletakkan +200 telur. Telur-telur ini diletakkan pada kasur retak-retak pada tempat tidur, perabot, dinding dan langit langit rumah lalu diletakkan dengan semacam semen. Dari telur menetas kutu busuk kecil yang kemudian tumbuh menjadi kutu busuk dewasa, sambil mengalami beberapa kali penukaran kulit. Seluruh siklus hidup kutu busuk berlangsung selama hari. Setiap kali akan mengalami penukaran kulit kutu busuk itu harus menghisap darah dulu. Kutu busuk dewasa bisa hidup selama 6 bulan- 1 tahun. Kutu busuk betina tahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun dan juga terhadap suhu rendah (O o C) untuk waktu yang lama. Kutu busuk biasanya hidup di tempat tidur, perabot, dinding-dinding dan langit-langit rumah dan kadang-kadang juga pada ternak \unggas. Pemberantasan kutu busuk bisa dilakukan dengan menyemprotkan 5% emulsi DDT kedalaman sela-sela ranjang, perabot, dinding, langit-langit yaitu tempat- tempat dimana kutu busuk itu bersarang. Kutu busuk juga bisa menjadi kebal terhadap DDT, dalam hal ini bisa dipakai 5% emulsi lindane. Pemberantasan kutu (louso) Kutu bisa menjadi vektor tranmisi dari penyakit-penyakit louse-borne epidemic typhus, relapsing fever, dan trench fever. Louse born epidemica typhus dan relapsing fever termasuk dalam kategori penyakit-penyakit karantina. Penyakit-penyakit ini biasanya terdapat di mana banyak manusia hidup padat bersama tanpa banyak memperhatikan kebersihan perorangan, misalnya : tidak atau jarang mandi, pakaian lama tidak dicuci, terutama pakaian-pakaian tebal. Penyakit-penyakit ini banyak terdapat dalam kazorne tentra, penjara, kamp konsentrasi dan sebagainya. Louse borne epidemic typhus dul pernah dikenal sebagai "demam penjara" ( "jail fever " ). Dimasa perang penyakit ini banyak terdapat diantara prajurit-prajurit di front depan. Ada tiga jenis kutu pada manusia, yaitu kutu kepala, kutu badan dan kutu kepiting (= crab louse). Ketiga jenis bisa menyebabkan dematitis. Tetapi vektor louse borne epidemic typhus terutama kutu badan. Kutu badan hidup dipakaian kecuali waktu menggigit dan menghisap darah manusia. Telurnya diletakkan pada pakaian dalam. Kutu betina meletakkan 9-10 telur sehari dan total telur selama hidupnya. Telur-telur tidak bisa menetas pada suhu dibawah 24 o C dan diatas 37.5 o C. Pada suliu diantara 24 o C-37.5 o C telur-telur kutu menetas dalam waktu kurang dari 2 minggu. Telur-telur menetas menjadi nimfa 2004 Digitized by USU digital library 2

3 yang tumbuh dan bertukar kulit 3 x dalam wlaktu 3-9 hari menjadi kutu dewasa kalan pakaian dipakai terus dalam waktu 2-4 minggu kalau pakaian dibuka pada malam hari. Kalau pakaian tidak dipakai selama beberapa hari kutu-kutu akan mati karena tidak dapat makan darah. Kutu badan mempunyai kebiasaan untuk degaekasi selama menghisap darah. Faeces kutu badan ini mengandung agent dari louse borne epidemic typhus (Rickettsia pronzeki). Karena rasa gatal maka tempat bekas gigitan kutu digaruk dan dengan ini faeces kutu bersama agent penyakit digaruk masuk kedalam bekas gigitan dan terjadi infeksi. Kutu badan bisa berpindah dari satu manusia ke manusia lain melalui kontak badan langsung atau dengan memakai pakaian yang ada kutunya. Pemberantasan kutu badan bisa dilakukan dengan mencuci pakaian dengan sabun biasa. Ini akan mematikan semua stadium dari kutu badan. Pada pakaian dari wol kutu-kutu bisa dimatikan dengan proses dry-cleaning. Cara lain ialah, dengan mentaburi pakaian dengan 10% DDT dalam pyrophylite atau 1% lindane dalam pyrophyllite. Bubuk DDT atau lindane ini harus ditaburi rata pada pakaian dalam, terutama pada tempat sambungan dan lipatan-lipatan. Juga baju luar dan celana luar harus ditaburi dengan bubuk ini. DDT bekerja lebih lambat dan tidak mematikan telur-telur kutu. Tetapi DDT tahan lebih lama, karena itu nimfa yang menetas dari telur dimatikan oleh DDT. Biasanya DDT cukup ditaburi hanya 1 x. Lindane tidak lama daya kerjanya, karena itu harus ditaburi lagi setelah 7-10 hari. Pemberantasan vinjal (= Flea) Pinjal bisa menjadi vektor penyekit-penyakit manusia yang penting misalnya : penyakit pest (= sampar = plague) dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia. Pinjal bisa juga menjadi vektor untuk penyakit pest (kira-kira 60 species). Beberapa species pinjal menggigit dan menghisap darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pest dan murine typhus ialah pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pest, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam tubuh penyakit tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokkan pinjal itu. Kalau pinjal mau mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan kuman-kuman pest yang menyumbat tenggorokkannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan Pasteurella Pestis. Pinjal- pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati. Pada murine typhus bakteri penyebabnya, Salmonella typhiruium, berada dalam faeces pinjal yang diletakkan dekat luka gigitan. Dengan garakan faeces dan bakteri masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi. Pinjal tikus itu sendiri tidak diganggu oleh bakteri murine typhus itu yang tetap hidup dalam tubuh pinjal. Murine typhus juga dinamakan " endemic typhus ". Pinjal betina meletakkan telurnya diantara rambut atau bulu dari burung mau tikus mau disarang mereka. Telur-telur ini menetas dalam waktu 2 hari sampai beberapa minggu, tergantung dari suhu dan kelembaban. Telur-telur pinjal menjadi larva-larva kecil, berwarna muda dan seperti cacing. Larva-larva ini terdapat dilantai, retak-retak pada dinding, permadani, sarang tikus, kandang ayam, kandang anjing, sarang burung clan sebagainya. Larva-larva hidup dari segala macam sisa-sisa organic. Larva-larva mengalami 3 x tukar kulit selama 1 minggu sampai beberapa bulan. Larva kemudian berubah menjadi pupa yang dibungkus dengan kokon yang dikotori oleh pasir dan sisa-sisa kotoran lain. Stadium pupa berlangsung selama 1 minggu sampai 1 tahun. Dari pupa akhimya pinjal dewasa. Dalam waktu 24 jam pinjal ini sudah bisa mulai menggigit dan mengisap darah. Mengenai lama hidupnya pinjal dan beberapa kali mereka bertelur tidak banyak diketahui Digitized by USU digital library 3

4 Pemberantasan pinjal Alas kandang anjing yang mengandung banyak pinjal bisa dibakar atau dicuci dengan sabun dan air panas. Permadani dan lantai bisa dibersihkan dengan vacuum cleaner, dan setelah itu disemprot dengan residual insekticide. Bisa dipakai emulsi atau larutan 0,5-1 % lindane, 0,5 % diazinon. Kadang-kadang dipakai bubuk 5-10 % DDT atau 2-5 % malathion. Selanjutnya bisa dilakukan pemberantasan tikus. Pemberantasan ticks (sengkenit) Ticks bisa menjadi vektor dari beberapa penyakit manusia misalnya Rocky Mountain Spotted Fever, Q-Fever, Tularemia, Coloradi Tick Fever. Beberapa jenis ticks bisa menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak yang disebabkan oleh zat racun dari tick betina yang dimasukkan dengan gigitannya ke dalam tubuh manusia terutama kalau tick yang bersangkutan dibiarkan lama melekat pada tubuh. Yang terkena terutama anak- anak, khususnya anak-anak perempuan yang kadang-kadang ada ticks melekat dirambutnya yang panjang. Diperlukan waktu 1 : 6 hari untuk bisa timbul kelumpuhan, bahkan kadang-kadang sampai menyebabkan kematian. Ticks keras (hard ticks) yang betina setelah berpasangan melepaskan diri dari hostnya jatuh ditanah dan meletakkan satu seri telurnya (bisa sampai atau lebih) diatas tanah, lalu mati. Kebanyakan tick lunak (soft tick) meletakkan telur setiap kali sehabis hisap darah. Dalam waktu 2 minggu sampai beberapa bulan telur-telur menetas menjadi larva atan "sed" ticks. "Sed" ticks ini mempunyai hanya 6 kaki. Mereka menunggu ditanah sampai host baru lewat atau mereka secara aktif mencari host baru. Setelah mendapatkan host baru mereka menghisap darahnya dan melepaskan dirinya jatuh lagi ketanah, bertukar kulit dan berubah menjadi nimfa Nimfa menjadi 8 kaki. Nimfa ini kemudian harus mendapatkan host baru yang cocok, menghisap darahnya dan kembali melepaskan diri jadi ke tanah, bertukar kulit dan akhirnya enjadi tick dewasa Tick dewasa ini pun mencari host baru yang cocok untuknya Siklus hidup dari keras bisa berlangsung kurang dari 1 tahun sampai 2-3 tahun atau lebih lama lagi. Multiple-host tick dapat bertahan hidup karena daya reproduksinya yang sangat besar dan daya tahan hidupnya yang kuat untuk hidup lama tanpa makanan. Tetapi ada species-species ticks yang memerlukan hanya satu host. Pemberantasan ticks: Orang-orang yang berada di daerah dimana banyak ticks harus memeriksa baju dan tubuhnya untuk menghilangkan semua ticks yang ada sebelum mereka bisa meletakkan diri mereka. Tanaman-tanaman rendah dan rumput di tempat-tempat rekreasi harus dibersihkan atau dibakar. Tick yang sudah melekatkan dirinya harus ditarik dengan perlahan-lahan supaya kepala dan bagian-bagian mulutnya yang menggigit tidak sampai terputus dan tertinggal dalam luka gigitan. Kadang-kadang ini dipermudah dengan mendekatkan rokok yang dibakar pada tubuh tick itu atau dengan meneteskan chloroform, ether, karbon tetra chlorida. vaseline atau cat kuku pada tubuh tick itu. Setelah beberapa menit sampai 1 / 2 jam tick itu akan melepaskan gigitannya dan dengan mudah dapat dilepaskan dari kulit bekas gigitan tick harus diberi dibexlsajf antibiotika. Pemberantasan tick bisa juga dilakukan dengan insektisida, dengan menyemprotan residual misalnya : untuk menyemprotkan dalam rumah: Emulsi atau larutan 5% DDT; 3% chlordane; 0.5% dieldrin; 0.5% lindane; 0,5% diazinon; 1% malathion. Kadangkadang baik ditambahkan 0,2-0.5% DDVP karena fumigant effentnya. DDT dipakai untuk penyemprotan daerah yang luas. Untuk penyemprotan daerah-daerah kecil bisa dipakai insektisida lain. Untuk penyemprotan diluar rumah yaitu : daerahdaerah dengan banyak tmnbuh-tmnbuhan bisa dipakai DDT, chlordane, dieldrin, toxhapeno (1/2-1 kg insektisida untuk setiap aere). Juga bisa dipakai BHC ( gamma 2004 Digitized by USU digital library 4

5 isomer) sebanyak 1 / 4 kg/aere sebagai debu suspensi atau emulsi. BHC lebih aman untuk ikan. ll.kesimpulan Pemberantasan arthropoda merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh arthropoda tersebut. Gangguan yang dapat ditimbulkan oleh arthropoda tersebut dapat berupa penyakit, dan gangguan sosioekonomi.arthropoda menularkan penyakit kepada manusia oleh berbagai cara, baik arthropoda sebagai vehikel mekanis, ataupun sebagai pejamu perantara. Sedangkan gangguan sosioekonomi, arthropoda dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada berbagai peralatan yang digunakan oleh manusia" serta sangat mengganggu pemandangan apabila arthropoda tersebut hidup disekitar manusia. Saat ini metode pengendalian yang banyak digunakan untuk memberantas arthropoda adalah dengan menggunakan insectisida. Disamping itu kebersihan lingkungan yang terjaga akan turut mempengaruhi tingkat populasi dari arthropoda tersebut. III. DAFTAR PUSTAKA Azrul Azwar, Pengantar Ilmu kesehatan Lingkungan,,Takarta, Mutiara Sumber Widya, Adong Iskandar, Pemberantasan Serangga dan Binatang Penganggu, Jakarta, DepKes RI,1989. Soedarto, Entomologi Kedokteran,Jakarta, EGC, Digitized by USU digital library 5

MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT. Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT. Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PENGENDALIAN LALAT Dr. Devi Nuraini Santi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang

Lebih terperinci

KUTU DAN RELAPSING FEVER

KUTU DAN RELAPSING FEVER KUTU DAN RELAPSING FEVER Oleh Martinus Supriyadi Krisantoro / 078114065 ABSTRAK Relapsing Fever (demam berulang) bersifat endemik di sebagian besar Negara di dunia. Sumber utama dari penyakit ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan. Lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam hal peranannya sebagai salah satu

Lebih terperinci

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap PEDIKULOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS infeksi pedikulosis pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis, Gejala utamanya gatal pada kepala, bisa disertai dengan papul eritema

Lebih terperinci

MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS Pengertian Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh

Lebih terperinci

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI Judul Penelitian: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Gambaran Singkat Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parasit Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergangung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit sperti

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN VEKTOR KUTU (LICE)

PENGENDALIAN VEKTOR KUTU (LICE) DAUR HIDUP: PENGENDALIAN VEKTOR KUTU (LICE) Ektopararsit permanen binatang berdarah panas Tidak dapat bertahan berjauhan dengan host lebih dari 2 hari Klasifikasi berdasarkan kebiasaan makan: - Mallophaga:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT ULAT SUTERA I. PENDAHULUAN

PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT ULAT SUTERA I. PENDAHULUAN PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT ULAT SUTERA I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi kokon. Kerusakan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

PEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT)

PEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT) LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR PEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT) OLEH AGUS SAMSUDRAJAT S J 410040028 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Rita Shintawati Pendahuluan Relapsing fever (RF) demam berulang infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Gejala klinis yg khas timbulnya demam berulang diselingi periode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut: PENDAHULUAN Alternatif pengobatan tradisional pada ternak merupakan suatu solusi yang tentunya sangat bermanfaat bagi peternak kecil.disamping mudah didapatkan disekitar kita serta biayanya relatif murah,

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN 1 PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN I. RUMAH Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi,

I. PENDAHULUAN. manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi, 1 ` I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecoa merupakan serangga yang seringkali mengganggu kenyamanan hidup manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi, mengotori dinding, buku, dan perkakas

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR 62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB. Daur Hidup Makhluk Hidup

BAB. Daur Hidup Makhluk Hidup BAB 4 Daur Hidup Makhluk Hidup Suatu sore, Nina dan Siti sedang berjalan-jalan di taman sambil melihat-lihat bunga yang berwarna-warni. Tiba-tiba Siti tertarik pada satu dahan tanaman. Siti pun memanggil

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

Lebih terperinci

Langkah-langkah Anti Nyamuk

Langkah-langkah Anti Nyamuk Nasehat untuk rumah tangga Langkah-langkah Anti Nyamuk Arahan 1. Informasi di bawah ini adalah untuk membantu masyarakat mencegah dan mengendalikan pembiakan nyamuk Aedes albopictus, di rumah dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. vektor di pelabuhan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). KKP merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. vektor di pelabuhan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). KKP merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Vektor Penular Penyakit 2.1.1 Pengawasan Institusi yang berwenang dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian vektor di pelabuhan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, sangat cocok untuk berkembangnya berbagai flora dan fauna, termasuk vector yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa

Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa Oleh : Rudy Trisnadi,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2

PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2 PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2 Arnadi 1411216012 Nurvita Sari 1411216029 Tika Sari 1411216043 Notaris Karo Karo 1411216064 El Vinta Rahmi 1411216095 Andri Kurnia 1411216099 PENDAHULUAN LATAR

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga HANDOUT PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga MATERI PERKULIAHAN Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga 1. Dapur Usaha Boga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah, Higiene Perorangan dan Karakteristik Orangtua dengan Kejadian

Lebih terperinci

Setiap hewan pasti mengalami tahap pertumbuhanan dan perkembangan. Daur

Setiap hewan pasti mengalami tahap pertumbuhanan dan perkembangan. Daur A. Macam-Macam Daur Hidup pada Makhluk Hidup Setiap hewan pasti mengalami tahap pertumbuhanan dan perkembangan. Daur hidup dimulai saat keluar dari perut induknya hingga dewasa. Setelah dewasa hewan dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan BAB V PEMBAHASAN A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang pemantauan vektor penyakit

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. darah, namun hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk bereproduksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara tropis. Negara ini memiliki wilayah perairan yang luas dan beranekaragam spesies terutama filum Arthropoda. Beberapa diantaranya seperti

Lebih terperinci

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 1 P a g e Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Lengkap : Kelas:

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci