Cipta Karya? Quo Vadis. Mengedepankan Sanitasi di Hari Air Dunia 12. Kunker Komisi V DPR : Hutang Lima PDAM Akan Dihapus 18

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Cipta Karya? Quo Vadis. Mengedepankan Sanitasi di Hari Air Dunia 12. Kunker Komisi V DPR : Hutang Lima PDAM Akan Dihapus 18"

Transkripsi

1 Mengedepankan Sanitasi di Hari Air Dunia 12 Kunker Komisi V DPR : Hutang Lima PDAM Akan Dihapus 18 Saatnya Memberikan Reward and Punishment 28 kementerian pekerjaan umum Edisi 02/Tahun XI/Februari 2013 Karya Cipta Infrastruktur Permukiman Quo Vadis Cipta Karya? RESENSI Kota Berkelanjutan (Sustainable City) lensa ck Suksesi Dharma Wanita Persatuan (DWP)

2 daftar isi Edisi 024Tahun XI4Februari 2013 Berita Utama Quo Vadis 4 Cipta Karya? 10 liputan khusus 8 info baru 12 Mendorong Perda Air Minum Sesuai NSPK Mengedepankan Sanitasi di Hari Air Dunia Tahun Otonomi Daerah dan Paradigma Pembangunan Cipta Karya Kunker Komisi V DPR : Hutang Lima PDAM Akan Dihapus Sunk Cost SPAM Umbulan inovasi Modul SIKIPAS 21 Inovasi Baru dalam Teknologi Pengolahan Sampah Pahlawan Sampah dari Wiyung Saatnya Memberikan Reward and Punishment 21 PLUS! Galeri Kota Berkelanjutan (Sustainable City) lensa ck Suksesi Dharma Wanita Persatuan (DWP) 25 2

3 editorial Pelindung Pelindung Budi Yuwono P Imam S. Ernawi Penanggung Jawab Penanggung Jawab Antonius Budiono Antonius Budiono Dewan Redaksi Dewan Redaksi Susmono, Danny Sutjiono, Dadan Krisnandar, Danny Sutjiono, M. Sjukrul Amin, Amwazi Idrus, Djoko Mursito, Amwazi Idrus, Guratno Hartono Tamin Guratno MZ. Hartono, Amin, Nugroho Tamin MZ. Tri Amin, Utomo Nugroho Tri Utomo Pemimpin Redaksi Sri Pemimpin Murni Edi Redaksi K, Sudarwanto Dian Irawati, Sudarwanto Penyunting dan Penyelaras Naskah T.M. Penyunting Hasan, Bukhori dan Penyelaras Naskah T.M. Hasan, Bukhori Bagian Produksi Erwin Bagian A. Produksi Setyadhi, Yuke Ratnawulan, Bernardi Erwin A. Setyadhi, Heryawan, Djoko Prasetyo, Karsono, Chandra Diana Kusumastuti, RP Situmorang, Bernardi Fajar Heryawan, Santoso H Desrah, M. Sundoro, Wardhiana Chandra Suryaningrum RP. Situmorang, Bhima Fajar Santoso, Dhanajaya, Ilham Djati Muhargiady, Waluyo Widodo Indah Sri Murni Raftiarty, Edi K, Desrah, Danang Pidekso Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto, Bagian Administrasi & Distribusi Luargo, Bhima Dhananjaya, Joni Santoso, Djati Nurfathiah Waluyo Widodo, Indah Raftiarty, Danang Pidekso Kontributor Dwityo Bagian Administrasi A. Soeranto, M. & Distribusi Sundoro, Hadi Luargo, Sucahyono, Joni Santoso, R. Mulana Nurfathiah MP. Sibuea, Adjar Kontributor Prajudi, Dian Irawati, Didiet A. Akhdiat, Wahyu Dwityo K. A. Susanto, Soeranto, Dedy Hadi Permadi, Sucahyono, Nieke Nindyaputri, R. Joerni Mulana Makmoerniati, MP. Sibuea, Hendarko Adjar Prajudi, Rudi Rina S, Chris Farida, Robert Didiet Marbun, A. Akhdiat, Rina Farida, Rina Agustin I, Handy B. Legowo, RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini Dodi Krispatmadi, Rudi A. Arifin, Respati, Joerni Makmoerniati, Syamsul Hadi, Emah Sudjimah, Oloan M.Simatupang, Mieke Hendarko Kencanawulan Rudi S, Iwan M, Dharma Somba S, Tambing, Rina Agustin, Agus Handy Achyar, B. Legowo, Hilwan, Dodi Dwi Krispatmadi, Hidayat Jati, Deddy Rudi A. Sumantri, Arifin, Endang Retno Setyaningrum, T. Handayani, Diana Alex A. Kusumastuti, Chalik, Djoko M. Mursito, Aulawi N. Dzin Sardjiono, Nun, Ade Oloan Syaiful M. Simatupang, Rahman, Aryananda Hilwan, Kun Sihombing, Hidayat S, Ratria Deddy Anggraini Sumantri, S, Halasan Dian Suci Sitompul, Hastuti, Susi Sitti Bellafolijani, MDS Simanjuntak, M. Aulawi Didik Dzin Saukat Nun, Fuadi, Kusumawardhani, Ade Syaiful Rahman, Airyn Aryananda Saputri, Sihombing, Budi Prastowo, Aswin Agus Achyar, G. Sukahar, Ratria Putri Anggraini, Intan Suri, Dian Suci Hastuti, Siti Emah Aliyah Sudjimah, Junaedi Susi MDS Simanjuntak, Alamat Didik S. Fuadi, Redaksi Kusumawardhani, Airyn Saputri, Jl. Budi Patimura Prastowo, No. Aswin 20, Kebayoran G. Sukahar, Baru Telp/Fax. Wahyu K Susanto, Putri Intan Suri, Siti Aliyah Junaedi publikasi_djck@yahoo.com Alamat Redaksi Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru website Telp/Fax publikasi_djck@yahoo.com Saatnya RTRW Menjadi Panglima Pembangunan Baru-baru ini kota-kota besar di Indonesia, dipicu oleh Jakarta, menuai tuntutan dari masyarakatnya sendiri untuk menjadi kota yang pro kesehatan jiwa. Penyebabnya tidak lain oleh maraknya aksi-aksi tidak manusiawi dan tidak beradab oleh individu-individu yang sakit melalui aksi mutilasi, tawuran, dan seterusnya. Berangkat dari itu, Gubernur Jokowi menggenjot pembangunan Ruang Terbuka Hijau sebanyak-banyaknya untuk menyehatkan jiwa masyarakat dengan cara interaksi sosial yang positif. Pembangunan RTH bisa saja menjadi irisan dari dilema pembangunan infrastruktur yang lupa mengindahkan kesehatan jiwa masyarakatnya. Tapi pilihan Jokowi mungkin saja berbeda dengan prioritas kepala daerah lain. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Jika meniliki definisi tersebut, semestinya ruang sosial dan ruang fisik pembangunan berjalan beriringan di tengah permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dalam pola ruang nasional Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, disebutkan salah satunya adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN). KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Jika dianalogikan sebuah rumah besar bernama Indonesia, atau rumah bernama Jakarta, Surabaya, Sibolga, dan seterusnya, maka tidak tepat jika menginstall air, listrik, telekomunikasi, dan lainnya tanpa tahu bentuk bangunannya seperti apa, di mana letak rumah tersebut. Begitu juga dengan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum termasuk di dalamnya permukiman, harus mengacu pada struktur dan pola ruang yang ditentukan. Sudah saatnya Rencana Tata Ruang Wilayah masing-masing menjadi panglima bagi pemerintah di semua level untuk membangun infrastruktur di tingkat apapun, baik nasional, regional, kabupaten/kota, kawasan, hingga yang paling kecil, lingkungan. Sudah saatnya pembangunan infrastruktur permukiman kembali menengok pendekatan berbasis kawasan dan entitas. (Teks : Buchori) Selamat membaca dan berkarya! Cover : Dirjen Cipta Karya, Imam Santoso Ernawi (Foto : Buchori) Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan pengaduan di Edisi 02 4Tahun XI4Februari

4 berita utama Quo Vadis Cipta Karya? Foto : Buchori Dirjen Cipta Karya Imam S. Ernawai Ruang Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum, Senin (4/2), penuh sesak dengan para pejabat Direktortat Jenderal Cipta Karya beserta jajaran stafnya. Mereka menunggu orang nomor satu Ditjen Cipta Karya, Ir. Imam Santoso Ernawi, MSc, MCM yang baru saja dilantik menggantikan Ir. Budi Yuwono, Dipl. SE. Bagi sebagian pejabat bisa saja sudah sedikit mendapatkan sepoi-sepoi angin perubahan yang bakal terjadi. Tapi bagi jajaran staf, arah anginnya saja masih mereka tunggu. Dimulai dengan paparan masing-masing unit kerja eselon 2, plus Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), Rapat Teknis dadakan ini berjalan cukup serius. Imam Ernawi menyimak setiap program dan kebijakan setiap unit kerja di bawah komandonya. Setelah tiba saatnya, ia menanggapi paparan para direktur dan Kepala BPPSPAM. Secara umum ia mengharapkan pembangunan bidang Cipta Karya dapat mengisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota dalam pola ruang dan struktur ruang. Pola ruang ini dapat diisi oleh sektor Pengembangan Permukiman (Bangkim) dan Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)/BG). Sementara struktur ruang diisi dengan air minum dan sanitasi. Muara yang dituju adalah terwujudnya permukiman yang layak huni dan berkelanjutan dan dipandang sebagai entitas, bukan hanya sebagai kawasan permukiman yang digambarkan dengan simbol warna kuning dalam RTRW kabupaten/kota. Dalam sejarah, pemimpin biasanya membawa perubahan positif terhadap arus perjuangannya. Imam Ernawi adalah sosok lama yang menggawangi RTRW di Kementerian PU karena sebelum ini sebagai Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian PU. Kendati pembangunan Cipta Karya berbasis entitas atau kawasan ini bukan hal yang baru karena di masa lalu pernah juga diwacanakan dan diimplementasikan, namun bagi Imam Ernawi, inilah saatnya ia membawa RTRW sebagai panglima dalam pembangunan bidang Cipta Karya di Indonesia. Tim Redaksi menyajikan hasil wawancara bersama Dirjen Cipta Karya, Imam Ernawi, yang kami rangkum berikut ini:

5 berita utama Apa yang mendasari Bapak menghidupkan lagi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya Bicara Cipta Karya, mestinya dalam kerangka permukiman atau tepatnya human settlements. Pengertian permukiman harus dalam pengertian luas, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Jika bicara human settlement di perkotaan dan perdesaan, maka mestinya sebagai wujud kewilayahan sehingga memungkinkan masyarakat berkehidupan yang lebih baik dalam permukiman layak huni, produktif, bahkan memiliki kearifan lokal yang baik untuk menuju lingkungan permukiman berkelanjutan. Jika melihat itu, seharusnya program pokok Cipta Karya harus mulai dari kewilayahan, jangan langsung membicarakan kontribusi sekotralnya (air minum, sanitasi, persampahan, bangunan gedung, red), tapi pentingkan dulu tujuan-tujuan kewilayahan, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan. Dengan kepentingan itu, maka seharusnya pendekatan pokoknya adalah kewilayahan atau kawasan. Stop di situ dulu, kita pahami, baru bicara kontribusi sub bidang atau sektor yang ada. Dengan era otonomi daerah, sebagian tugas bidang Cipta Karya menjadi kewajiban pemerintah daerah, bagaimana peran masing-masing dalam pendekatan kawasan ini? Di era otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat yang diatur dalam UU 32/2004 tentang pemerintahan daerah adalah 6 bidang, yaitu politik luar negeri, agama, moneter dan fiscal nasional, pertahanan, keamanan, dan yustisi. Selebihnya dikerjakan bersama (konkuren). UU tersebut didukung dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian kewenangan, terutama kewenangan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Dalam PP tersebut, bidang Pekerjaan Umum dijabarkan lagi, salah satunya bidang Cipta Karya yang harus dikerjakan bersama. Tiga tingkatan pemerintahan tersebut harus mewujudkan permukiman layak huni. Pada praktiknya harus dibedakan mana tugas masing-masing. Maka Pemerintah Pusat juga harus mengkonkritkan kewenangan-kewenangannya. Kata kuncinya, dalam PP tersebut urusan-urusan dalam lingkup kepentingan strategis nasional adalah tugas pusat, di luar itu adalah tugas Pemda. Pemda juga harus memiliki dan memenuhi Standar Pelayanan Minum (SPM), pemerintah pusat tugasnya mewujudkan bidang Cipta Karya dalam lingkup strategis nasional. Kita bekerja dalam rambu-rambu itu. Otomatis nanti sektor-sektor di Cipta Karya juga begitu, harus prioritaskan bidang Cipta Karya untuk kepentingan strategis nasional. Apakah tugas Pusat (DJCK) hanya di lingkup kepentingan nasional itu? Tidak. Tugas kita juga melakukan pembinaan kepada daerah agar mereka semakin berdaya memenuhi SPMnya. Pengembangan bidang Cipta Karya di tingkat strategis nasional, dan pembinaan kepada Pemda untuk memenuhi SPMnya. Kita harus konsisten, Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan di Gorontalo Foto : Moch. Indra Edisi 02 4Tahun XI4Februari

6 berita utama Foto : dok. PPLP Perumahan di Banjarsari Solo yang asri dan dilengkapi dengan tempat sampah. dengan dua pendekatan besar ini efektif mendesain program pengembangan dan pembinaan agar lebih cepat mewujudkan permukiman layak huni, baik tugas pusat maupun daerah. Apakah dengan demikian pembangunan Cipta Karya harus semua diprioritaskan untuk kepentingan strategis nasional dan berbasis kawasan? Pembangunan itu memang seharusnya melihat keduanya. Antara sektoral dan kewilayahn dilakukan simultan. Karena ada kegiatan-kegiatan yang lebih dominan sektoralnya, tanpa menunggu bagaimana arahan kewilayahannya yang detail, program sektoral itu bisa dijalankan. Tapi ada juga yang harus menunggu dulu arahan kewilayahanya. Dalam arahnya nanti, ada empat aras dalam pendekatan kewilayahan. Pertama, berbasis entitas regional (metropolitan/ksn dan mengacu pada RTR Pulau), aras kabupaten/kota, aras kawasan (mengacu kepada KSK yang ditetapkan RTRW Kab/Kota dan atau RPKPP), dan lingkungan/ komunitas/pemberdayaan masyarakat; Bisa dijelaskan maksud Bapak? Kita lihat dari nasionalnya dulu. Kita bicara NKRI sudah memiliki arahan spasial nasional dengan adanya PP Nomor 26/2008 tentang RTRW yang sudah ditetapkan struktur ruang nasionalnya. Ketika masuk skala regional, bidang Cipta Karya masih bisa masuk langsung ke sektoral. Contohnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional. Ini karena arahannya sudah ada. Kita bisa melakukan prioritas sektoral karena sudah diarahkan, misalnya TPA dan SPAM di Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar). Tak perlu menunggu RDTR (Rencana Detail Tata Ruang, red) kabupaten/kota karena sudah ada dalam RTRW nasional. Semakin luas spasialnya, Cipta Karya makin mudah melakukan kegiatan sektoralnya karena sudah tertuang dan dipandu dalam RTRW. Kita tidak perlu capek-capek berfikir bagaimana sektoral di sana, karena sudah dipersiapkan. Tapi ketika sudah masuk kabupaten/kota dimana merupakan interface Cipta Karya, harus lebih hati-hati karena di sana sudah seimbang antara sektoral dan kewilayahan. Kita harus pandai melihat prioritas. Akan lebih sulit lagi menempatkan program sektoral dalam skala kawasan maupun lingkungan. Saya analogikan sebuah rumah. Tidak mungkin bicara rumah langsung bicara airnya. Harus didesain dulu rumahnya mau kemana. Jadi, semakin kecil entitas, semakin susah sektoralnya. Kalo di entitas tidak ada desain, kita tidak usah mengada-ada. Bagaimana implementasinya? Di tingkat kabupaten/kota, pendekatan sektoral dan kawasan harus dilakukan sama-sama. Bagaimana kita sikapi ini? Kita harus 6

7 berita utama pandai mengalokasikan anggaran, dimana melakukan kegiatan entitas, dimana lakukan kegiatan sektoral city wide. Caranya? Kalau sudah bicara sudah ada perintah strategis nasional harus dijabarkan. Maunya Pusat mewujudkan prioritas nasional untuk wilayah itu apa? Dimana? Ini harus digarap beramairamai. Jangan setengah hati, misalnya air minumnya saja, atau sanitasinya saja. Cipta Karya harus bersama, integrated. Tapi kalau bicara pemenuhan SPM, harus dilihat apa yang harus dibina. Harus ada interaksi. Kalau daerah tidak punya komitmen, harus didorong dulu, jangan langsung dikasih program. Lihat dulu, kabupaten/ kota sendiri program pemenuhan SPMnya bagaimana? Jangan Pusat ingin percepat penuhi SPM, tapi kabupaten/kotanya sendiri tidak mengarah ke sana. Itu tidak mendidik. Apa tools pemrograman yang diperlukan? Peraturan Menteri yang sedang disusun saat ini mengamanatkan Pemda harus menyusun Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah bidang pekerjaan umum dan permukiman (RPI2JM). Itu menjabarkan RTR dan RPJMD, khusus pengembangan infrastrukturnya. Direktorat Jenderal Cipta Karya sudah jauh lebih maju karena sudah membuat RPIJM (Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM, red). Tapi sayang baru sebatas long list, belum menurunkan rencana tata ruang yang memerintahkan kabupaten/kota sudah menetapkan kawasan a,b, dan c sebagai kawasan strategis kabupaten/kotanya. Harusnya, tugas Pemda memprioritaskan untuk mewujudkan itu. Biasanya terbagi lima, yaitu: pertumbuhan ekonomi, perlindungan sumber daya alam dan pengembangan teknologi, pertahanan keamanan, pelestarian lingkungan, dan sosial budaya. Selain dalam RTRW menetapkan kawasan, juga harusnya sudah dilakukan penyusunan indikasi program utama jangka menengah yang harusnya menjadi payung (bersama kawasan Foto : dok. PPLP Penggunaan alat berat di TPA strategis) menjabarkan RPI2JM. Dengan RPI2JM, bisa ketahuan siapa menangani apa, dimana, dan kapan, sehingga tidak ada tumpang tindih. Seharusnya ke depan harus ada dua desain progam besar. Pertama, program itegrated mendukung pengembangan kabupaten/kota yang masuk dalam staragis nasional dimana Cipta Karya mendukung. Kedua, pemenuhan SPM kabupaten/kota yang responsif. Jadi nanti program akan kelihatan. Ada kabupaten/kota yang digarap ramai-ramai, ada juga yang hanya dibantu untuk pemenuhan SPMnya. Setelah dua desain di atas, layer berikutnya adalah pemberdayaan masyarakat. Layer ini disebut layer khusus karena untuk pemenuhan kebutuhan pada tingkat paling mikro dengan bantuan langsung. Mereka tetap punya kontribusi terhadap SPM kabupaten/kota. Apakah dengan pendanaan TA 2014 bisa tertampung semua pemenuhan SPM? Meskipun dengan anggaran terbatas, prioritaskan dulu untuk kabupaten/kota yang ada di Kawasan Strategis Nasional (KSN) tadi. Setelah itu baru menyasar kabupaten/kota yang memiliki Standar Pelayanan Minimum (SPM). Jika kabupaten/kota yang dimaksud belum memiliki SPM, maka Cipta Karya perlu melakukan pembinaan. Untuk daerah yang tidak responsif, maka Cipta Karya tidak perlu masuk ke daerah tersebut. Kalau responnya bagus,kita bisa memberikan insentif berupa penambahan program. Jika kabupaten/kota hanya memberi janji-janji saja maka usulan programnya perlu dipertimbangkan untuk tahun berikutnya. Percuma bertepuk sebelah tangan, kemanfaatannya juga tidak bisa dinikmati. Jika suatu kabupaten/kota masuk dalam KSN tapi daerahnya tidak respon, maka kita dekati dulu. Jika tidak respon juga, maka kita kurangi jatahnya, yang mestinya kita kasih 10 maka cukup kita kasih 6 saja. Bagaimana meningkatkan kualitas output dengan sektorsektor yang ada sekarang? Ketika kita masuk sektor-sektor yang ada di Ditjen Cipta Karya, empat sub bidang itu harus memenuhi indikator-indikator yang sifatnya lebih jauh dari output. Misalnya Bangkim, dalam rangka mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan mau apa? Harus ada thresholdnya. Misalnya, pekerjaan rumah utamanya mengurangi permukiman kumuh. Cukup itu saja atau ikut mengembangkan permukiman strategis, perbatasan, pulau terpencil, dan terluar. Peningkatan permukiman kumuh harus dirumuskan dulu. Bagaimana dengan air minum? Harus cari rumusannya apa. Oke, SPAM perkotaan dengan perpipaan, tapi targetnya bagaimana? Atau non perpipaan yang aman apa targetnya? Sanitasi juga demikian. Misalnya kita harusnya ikut pikirkan mengurangi genangan karena SPM milik kabupaten/kota yang masuk dalam KSN mentargetkan untuk mengurangi genangan. Harus ada kuantitatfinya untuk pengurangan genangan. PBL juga sama, harus punya threshold. Selain threshold, harus juga mengacu pada payung masing-masing. Misalnya Bangkim mengacu pada UU Perumahan dan Kawasan Permukiman, air minum mengacu UU tentang Sumber Daya Air dan PP Nomor 16 tentang SPAM, dan sanitasi dengan UU 18/2008 tentang pengelolaan sampah. PBL dengan UU Bangunan Gedung. Jika tidak menjadi acuan, siapa yang bakal mengawal UU tersebut. (Teks : Buchori) Edisi 02 4Tahun XI4Februari

8 liputan khusus Mendorong Perda Air Minum Sesuai NSPK Budiman Arif *), S. Bellafolijani Adimihardja **) & Salman Budiman ***) Kota Banjarmasin sejak Januari 2013 telah memiliki Raperda tentang pengembangan SPAM yang merupakan realisasi dari amanah peraturan yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air maupun Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM. Aspek pengaturan menjadi salah satu isu strategis nasional dalam pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Isu strategis lainnya meliputi aspek-aspek teknis seperti kelembagaan, pendanaan, peran serta masyarakat atau swasta, dan air baku. Dalam lingkup nasional, pengaturan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Kriteria) telah cukup lengkap dan memadai. Namun dalam lingkup daerah masih sangat kurang (baca: terbatas), baik Perda maupun peraturan atau keputusan bupati atau walikota. Untuk kota Banjarmasin, seperti halnya kota/kabupaten lainnya, pengaturan yang terkait dengan pengembangan SPAM IPA Pramuka PDAM Banjarmasin Foto : Buchori 8

9 liputan khusus Foto : Istimewa Suasana Workshop Penyusunan Raperda SPAM Kota Banjarmasin pada umumnya hanya terbatas pada pembentukan PDAM. Sedangkan pengaturan yang bersifat teknis pelayanan air minum oleh PDAM dan pengaturan yang menyangkut SPAM bukan jaringan perpipaan, peran serta masyarakat/swasta, penyelenggara air minum non- PDAM, keterpaduan dengan sanitasi serta pemisahan fungsi regulator belum ada (jelas) dalam peraturan daerah. Secara fisik (teknis), Kota Banjarmasin telah melayani air minum untuk masyarakatnya dengan baik. Namun untuk melaksanakan pengembangan SPAM di masa mendatang dan melindungi masyarakatnya diperlukan pengaturan yang lebih lengkap untuk memberikan pelayanan air minum yang sesuai dengan NSPK yang berlaku. Disamping itu, kesulitan PDAM dalam mengembangkan air baku air minum merupakan hal yang mendesak bagi Kota Banjarmasin untuk menyusun satu Perda terkait pengembangan SPAM. Pengaturan yang lengkap dan jelas terkait pengembangan SPAM juga akan memberikan landasan kebijakan dan program yang Secara fisik (teknis), Kota Banjarmasin telah melayani air minum untuk masyarakatnya dengan baik. Namun untuk melaksanakan pengembangan SPAM di masa mendatang dan melindungi masyarakatnya diperlukan pengaturan yang lebih lengkap untuk memberikan pelayanan air minum yang sesuai dengan NSPK yang berlaku. lebih kuat guna melaksanakan pengembangan SPAM yang sesuai dengan tujuan dan mengacu pada kepentingan standar yang berlaku serta untuk kepentingan masyarakatnya. Karena itu, pada tahun 2012 Pemerintah Kota Banjarmasin bersama DPRD Kota Banjarmasin telah memprioritaskan penyusunan Perda tentang pengembangan SPAM. Hal ini dimulai dengan adanya hak inisiatif DPRD untuk menyusun Raperda SPAM. Naskah akademis telah disusun bersama Universitas Lambung Mangkurat yang kemudian dilakukan uji publik di hadapan berbagai LSM, tokoh masyarakat dan budayawan. Pihak sekretariat DPRD kota Banjarmasin, Monty, menjelaskan DPRD telah mendapat masukan-masukan dari uji publik. Selanjutnya konsep dibahas pada sidang paripurna pada tingkat propinsi untuk kembali mendapatan tanggapan dari pemerintah daerah. Hasil itulah yang kemudian dijadikan sebagai bahan studi banding ke Kota Bogor dan diajukan kepada BPPSPAM untuk mendapat Edisi 02 4Tahun XI4Februari

10 liputan khusus fasilitasi penyempurnaan. Pada saat bersamaan, salah satu kegiatan BPPSPAM pada tahun 2012 adalah melakukan kegiatan Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah Air Minum untuk Pemkot/kabupaten dan DPRD yang berminat melengkapi peraturan di daerahnya yang terkait dengan pengembangan SPAM. Bersama beberapa kabupaten dan kota lainnya, Kota Banjarmasin mendapat pendampingan penyusunan rancangan peraturan daerah terkait pengembangan SPAM. BPPSPAM yang juga didampingi beberapa tenaga ahli serta narasumber terkait bidang air minum telah melakukan diskusi dan workshop bersama Pansus DPRD Kota Banjarmasin, PDAM serta SKPD-SKPD yang terkait dengan pengembangan SPAM dimana telah menghasilkan Rancangan Peraturan Daerah pengembangan SPAM. Adapun muatan dari Raperda Pengembangan SPAM tersebut meliputi isu Pengaturan yang menyangkut SPAM jaringan perpipaan mulai dari unit air baku, unit unit produksi, BPPSPAM yang juga didampingi beberapa tenaga ahli serta narasumber terkait bidang air minum telah melakukan diskusi dan workshop bersama Pansus DPRD Kota Banjarmasin, PDAM serta SKPD-SKPD yang terkait dengan pengembangan SPAM dimana telah menghasilkan Rancangan Peraturan Daerah pengembangan SPAM. unit distribusi, dan unit pelayanan. Pengaturan juga memuat standar teknis yang diperlukan agar pelayanan PDAM Bandarmasih kepada masyarakat semakin meningkat. Hal ini terutama bahwa PDAM Bandarmasih sudah melayani lebih dari 95% penduduk Kota Banjarmasin sehingga sudah saatnya bagi PDAM meningkatkan pelayanan melalui peningkatan kualitas pelayanan air minum. Rancangan Peraturan Daerah ini juga mengatur tugas dan tanggung jawab dari Pemerintah pusat, provinsi, kota/ kabupaten untuk menjamin ketersediaan air baku sesuai dengan kewenangannya. Adapun standar penyelenggaraan yang diatur dalam Raperda ini tentunya menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM sebagai referensi, dan peraturan menteri lainnya. Selain hal tersebut di atas, Pemerintah Kota Banjarmasin menghadapi kesulitan dalam mengatur atau mengendalikan Sungai Barito dan masyarakatnya Foto : Buchori 10

11 liputan khusus Foto : Istimewa Penulis bersama aparatur pemerintah Kota Banjarmasin kualitas air dari depot-depot air minum. Depot-depot tersebut sampai saat ini masih belum dilengkapi dengan peraturan yang memadai. Dalam kasus ini, Raperda Air Minum Kota Banjarmasin memuat klausul, baik penyelenggaraan maupun pembinaan dan pengawasannya. Dengan diaturnya hal ini diharapkan Pemerintah Kota Banjarmasin dapat mengalokasikan dana kepada SKPD terkait yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan kualitas air terutama yang diselenggarakan oleh penyedia jasa depot air minum. Dengan demikian semakin jelas, bahwa selain masyarakat dijamin mendapatkan akses air minum yang aman, salah satu tujuan lainnya dari Raperda ini nantinya diharapkan baik penyelenggara maupun SKPD-SKPD yang terkait lainnya di kota Banjarmasin mengetahui tugas, tanggung jawab, peran dan kewenanangannya masing-masing. Dengan demikian Pemerintah Kota Banjarmasin mengetahui anggaran yang harus disiapkan sehubungan dengan tugas-tugas dari penyelenggara dan SKPD- SKPD terkait. Raperda ini juga bisa melindungi masyarakat akan kebutuhan air minum dalam jangka pendek, menengah, dan panjang melalui jaminan keteserdiaan air baku, kualitas, serta pengawasan air minum. Hal ini dapat dipastikan sejalan dengan dengan salah satu tujuan pengembangan SPAM itu sendiri, yaitu tercapainya kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dan pelanggan. Informasi sekretariat DPRD Kota Banjarmasin disampaikan bahwa telah dilakukan sidang paripurna untuk mengesahkan Raperda pengembangan SPAM Kota Banjarmasin pada 8 Januari 2013 dan akan mulai diberlakukan pada bulan Maret Selamat! Diharapkan dalam masa mendatang program pendampingan penyusunan Perda pengembangan SPAM dari BPPSPAM akan menambah lebih banyak lagi kota/kabupaten yang memiliki Peraturan Daerah Pengembangan SPAM yang lebih lengkap sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan SPAM. Mengingat air minum dan sanitasi merupakan satu tarikan nafas, maka kami mendorong Pemerintah Kota untuk segera melengkapi peraturan daerahnya melalui penyiapan Raperda tentang sanitasi. Kelihatannya, DPRD Kota Banjarmasin maupun Pemerintah Kota Banjarmasin memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap infrastruktur bidang Cipta Karya. Ini terbukti dengan akan dimulainya pembahasan Raperda tentang penyelenggaraan sanitasi pada tahun 2013 ini. Semoga hal ini segera terwujud dengan pendampingan yang akan dilakukan oleh BPPSPAM dan tentunya dengan berkoordinasi dengan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya. Amien. *) Tim Pendampingan Penyusuna Raperda SPAM Edisi 02 4Tahun XI4Februari

12 info baru Foto : Arif Nugroho Mengedepankan Sanitasi di Hari Air Dunia Ade Syaiful Rachman*) Foto : Herka Yanis Pangaribowo Peringatan Hari Air Dunia (HAD) kembali mengingatkan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Sejak tahun 1993, HAD yang telah kita peringati ke-18 kalinya setiap tanggal 22 Maret, mengajak semua pihak peduli terhadap penanganan masalah pencemaran dan pelestarian sumber daya air. Puluhan kali HAD ini kita peringati. Namun demikian, potret kondisi air kita bukan semakin membaik, sebaliknya semakin hari semakin suram saja. Hal ini seiring dengan masih buruknya kondisi sanitasi kita. Air yang semestinya diperlakukan dan dimanfaatkan secara bijak dan dijaga supaya tidak tercemar, pada kenyataannya, masih dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Padahal, ketersediaan air bersih ini cenderung berkurang dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi manusia, semakin besar pula kebutuhan akan air minum. Sehingga secara relatif, ketersediaan air bersih tersebut berkurang. Tak dapat dielakkan kelak terjadi perebutan untuk mendapatkan air bersih ini. Air dan sanitasi merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling bergantung satu dengan lainnya. Secara umum, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan, sanitasi adalah tersedianya fasilitas yang baik dan aman bagi kotoran manusia, urine dan feses. Di Indonesia, ketersediaan fasilitas dan pelayanan sanitasi masih merupakan sebuah masalah besar. Kurangnya fasilitas ini berimplikasi besar terhadap kesehatan masyarakat. Fasilitas yang buruk dan kurangnya pengetahuan akan sanitasi yang baik menjadikan penyakit seperti diare berdampak serius, bahkan kematian. Hasil survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare, Kementerian Kesehatan selama terlihat kecenderungan insidens naik. Pada 2000, rasio insiden penyakit diare hanya

13 info baru per penduduk, kemudian meningkat menjadi 374 per penduduk pada 2003 dan menjadi 411 per penduduk pada Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi. Pada 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus orang, kematian 239 orang, sedangkan 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dan kematian 73 orang. Sanitasi buruk pun bisa berdampak pada sektor ekonomi. World Bank, Water and Sanitation Program melaporkan setiap tahun India mengalami kerugian sekitar 53,8 miliar dollar AS. Begitu pula Kenya yang rugi 324 juta dollar AS. Jumlah yang mengejutkan itu terjadi karena meningkatnya biaya berobat dan perawatan air minum, baik untuk rumah maupun keperluan pertanian. World Toilet Organization (WTO) menemukan bahwa 1 dollar AS investasi untuk pengembangan sanitasi akan meningkatkan pendapatan ekonomi menjadi 3 4 dollar. Secara otomatis hal itu akan meningkatkan pendapatan negara dan rakyat. Terkait dengan itu, WTO mendorong semua negara memperhatikan sanitasi di negaranya masing-masing. Terutama negara berkembang yang masih membutuhkan perhatian khusus untuk mengembangkan sanitasi yang baik. Tak hanya pemerintah, masalah sanitasi dan toilet juga merupakan tanggung jawab masyarakat, LSM, media massa, swasta, dan lembaga lainnya. Garda Terdepan Sanitasi Air dan sanitasi merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling bergantung satu dengan lainnya. Masyarakat perkotaan umumnya sudah terbiasa melihat, bahkan menikmati berbagai fasilitas penunjang sanitasi, mulai dari sarana cuci tangan hingga buang air besar. Sanitasi sangat terkait erat dengan kesehatan. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, misalnya, sangat berperan penting dalam upaya menjaga kesehatan. Namun, banyak orang sering tidak peka terhadap kondisi sarana sanitasi seperti aspek ventilasi dan pencahayaan toilet, tempat cuci tangan, bak air pada toilet dan kamar mandi, peralatan pengambil air serta fasilitas kebersihan toilet. Toilet dan kamar mandi merupakan sarana dan prasarana yang wajib keberadaannya dalam rumah begitupun juga di ruang publik. Setiap bangunan baik itu rumah tinggal, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar maupun jenis bangunan lainnya tentu dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet. Namun secara umum keberadaanya terpencil di belakang, dan sering diabaikan. Tak seperti area lobi, ruang kerja ataupun ruang tamu, toilet kerap masih sering diabaikan kebersihannya. Kadang orang sering merasa tidak sadar jika toilet dan kamar mandi yang berfungsi untuk membersihkan badan, justru tidak bersih tempatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya Toilet dan kamar mandi yang sering ditemui dalam keadaan kotor, bau, gelap, dan pengap. Lebih menyedihkan, kamar mandi dan toilet dalam keadaan seperti itu banyak dijumpai pada Toilet dan kamar mandi umum terutama di terminal, pasar, pom bensin, pabrik dan lain sebagainya. Tahukah anda? Air di dalam toilet dan kamar mandi yang kotor dapat menimbulkan penyakit E-coli. Bakteri itu masuk ke dalam pembuluh, kemudian menjadi penyakit berat yang bisa menyebabkan infeksi secara menyeluruh ke seluruh tubuh. Maka dari itu toilet dan kamar mandi haruslah terawat dan terjaga. Dari kondisi tersebut, jelas tergambar bahwa ternyata toilet dan kamar mandi merupakan garda terdepan sanitasi. Dari toilet dan kamar mandi, semua awal dari kebersihan diri kita. Mulai dari mencuci muka, tangan, hingga mandi kita lakukan di tempat tersebut. Jika kondisi toilet dan kamar mandi kita tidak sehat maka akan berpengaruh pula pada tingkat kesehatan penggunanya. Di Indonesia, kesadaran untuk menjaga kebersihan toilet dan kamar mandi masih sangat rendah. Apalagi toilet umum. Mungkin karena dianggap kebersihan toilet umum menjadi tanggung jawab pengelola, plus masih ada penarikan iuran kebersihan di pintu masuk toilet. Ketika toilet tak lagi bersih dan nyaman digunakan, pastilah orang akan malas menggunakannya. Kondisi toilet kita ini ternyata sedikit banyak menggambarkan kondisi sanitasi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa jumlah rumah tangga di Indonesia baik di perkotaan maupun perdesaan pada tahun 2010 baru mencapai angka 55,53 persen yang telah memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Artinya masih ada sekitar 45 persen penduduk yang belum memiliki akses sanitasi yang baik. Di perkotaan besar di Indonesia, masih banyak kita jumpai kelompok masyarakat yang sanitasinya sangat buruk. Di Jakarta misalnya, dan banyak juga di perkotaan besar lainnya, kualitas sanitasi masih minim khususnya untuk masyarakat miskin. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai misalnya, banyak di antara mereka yang menjadikan sungai sekaligus sebagai toilet sekaligus tempat buangan sampah mereka. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah juga bukannya tidak peduli. Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, beserta kementerian terkait Foto : Andi Terisau Foto : Jurnasyanto. S Edisi 02 4Tahun XI4Februari

14 info baru lainnya dan pemerintah daerah sebenarnya telah gencar mengkampanyekan pola-pola hidup bersih dan sehat ke pelosok negeri ini. Upaya besar dan gencar sudah dilakukan dengan membangun prasarana sarana air minum dan sanitasi di seluruh pelosok negeri. Program-program seperti penyediaan air baku, penyediaan air minum, sanitasi berbasis masyarakat, pengolahan sampah 3R (reduce, reuse dan recycle), dan drainase berwawasan lingkungan telah lama dilakukan. Namun apa daya, kemampuan pendanaan pemerintah yang terbatas tanpa dukungan dari seluruh lapisan masyarakat akan mustahil tercapai. Padahal, sampah dan limbah yang dibuang adalah hasil produksi kita sendiri. Saatnya Mengedepankan Sanitasi Sebuah upaya mendorong kesadaran kolektif perlu dilakukan bersama. Karena pada akhirnya dampak buruk dari minimnya fasilitas sanitasi yang berkualitas dan lemahnya kesadaran kita akan menghadirkan dampak yang buruk bagi kualitas kehidupan kita. Minimnya akses sanitasi yang layak dan rendahnya kualitas air bersih akan semakin menyebabkan tingginya penyakit infeksi, terutama yang menyerang anak-anak, termasuk di dalamnya diare dan disentri. Perbaikan kualitas sanitasi dipercaya dapat mencegah semakin meningkatkan kematian anak terutama pada usia 1-3 tahun. Perbaikan kualitas sanitasi dan akses terhadap air bersih merupakan salah kunci memperbaiki kualitas hidup manusia. Hal ini dapat kita mulai dari kebersihan toilet dan kamar mandi kita. Mari kita bercermin, seberapa bersih dan sehatkah kondisi toilet dan kamar mandi kita? Jika kondisinya baik, bersih dan sehat maka akan sehatlah kita sebagai penggunanya. Jika kualitas kehidupan keseharian kita rendah lantas akan bermuara pada rendahnya produktifitas. Seiring itu semakin rendahlah daya saing bangsa kita. Padahal jika kondisi sanitasi kita baik, maka akan aman pula sumber air kita. Jika sumber air kita aman, tingkat kesehatan masyarakat juga akan meningkat. Jika sumber air kita aman, maka akan tersedia pula air yang cukup bagi semua orang, saat ini dan untuk masa depan anak dan cucu kita. Isu sanitasi di negeri kita bisa disebut sebagai isu minor. Momentum Hari Air Dunia 2013 kali ini, semestinya dapat dijadikan titik tolak untuk mengingatkan kita sekaligus membangun kesadaran publik akan arti pentingnya sanitasi yang berkualitas dan bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat. Bertepatan dengan Hari Air Dunia 2013, mari jadikan peringatan ini momentum terbaik untuk mengedepankan sanitasi. *) Kepala Seksi Perencanaan, Subdit Perencanaan Teknis, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Foto : Ade Bayu Indra 14

15 info baru Foto : Sentot Harsono 13 Tahun Otonomi Daerah dan Paradigma Pembangunan Cipta Karya Nurdien Aji*) Reformasi membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan Indonesia, salah satunya adalah bergantinya sistem sentralisasi pemerintahan menjadi desentralisasi melalui otonomi daerah. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang menjadi tonggak otonomi daerah kemudian digantikan oleh Undang-undang nomor 32 tahun tahun otonomi daerah dan 8 tahun revisi UU Pemerintahan Daerah menjadi penting karena kebetulan mendekati akhir periode 5 tahunan Renstra. Waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi keselarasan paradigma pembangunan Cipta Karya dengan amanat desentraliasasi dalam UU Pemerintahan Daerah. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pada pasal 10 (3) menyebutkan bahwa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat hanya ada di 6 sektor, yaitu: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Sementara pada pasal 14 (1), disebutkan bahwa terdapat 16 urusan wajib pemerintah kabupaten/kota, di mana salah satunya Foto : Afriadi Hikmal adalah: penyediaan sarana dan prasarana umum (butir d). Termasuk di dalamnya adalah prasarana dan sarana permukiman (keciptakaryaan). Hal ini menegaskan bahwa pembangunan prasarana dan sarana keciptakaryaan adalah tugas dan kewajiban pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian paradigma pembangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) harus bergeser dari masa sebelumnya. Dalam renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun Edisi 02 4Tahun XI4Februari

16 info baru 2014 disebutkan misi pembangunan bidang cipta karya - yang sebenarnya sudah sejalan dengan UU Pemerintahan Daerah, sebagai berikut: Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur) permukiman di perkotaan dan perdesaan dalam rangka mengembangkan permukiman yang layak huni, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, aman, tentram, dan berkelanjutan untuk memperkuat pengembangan wilayah. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman, termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya. Melaksanakan pembinaan penataan kawasan perkotaan dan perdesaan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/ nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal, serta air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air. Memperbaiki kerusakan infrastruktur permukiman dan penanggulangan darurat akibat bencana alam dan kerusuhan sosial. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional, serta pengembangan NSPM, dengan menerapkan prinsip good governance. Pada poin pertama: meningkatkan pembangunan prasarana dana sarana permukiman tidak harus ditafsirkan sebagai kewajiban untuk melaksanakan pembangunan fisik secara langsung oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Hal ini ditegaskan dalam poin kedua dan ketiga, yang mengamanatkan DJCK untuk meningkatkan kemandirian daerah dan melaksanakan pembinaan dalam pembangunan infrastruktur keciptakaryaan. Poin ke-4 dan ke-5 menunjukkan perkecualian, pembangunan fisik yang masih perlu dilaksanakan secara langsung oleh DJCK, yaitu: kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau terkecil terluar dan daerah tertinggal, serta air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air serta kondisi darurat. Dari misi-misi tersebut dapat disimpulkan, bahwa fokus utama dari DJCK adalah mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur cipta karya, dan melaksanakan pembinaan agar infrastruktur yang terbangun tersebut memenuhi norma-norma yang diwajibkan, dengan perkecualian untuk kondisi-kondisi khusus (poin 4 dan 5) DJCK dapat turun secara langsung melaksanakna pembangunan fisik. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, maka item-item perkecualian ini perlu didefinisikan dengan lebih jelas, sehingga ruang lingkup pembangunan DJCK lebih tegas batasnya, dan DJCK dapat lebih fokus kepada tanggung jawab utamanya. Untuk periode renstra berikutnya, juga perlu dipikirkan untuk lebih menyempitkan kriteria perkecualian tersebut, mengingat bagaimanapun peran pembangunan prasarana bidang cipta karya - berdasarkan UU Pemerintahan Daerah, merupakan kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Hal ini dapat dilaksanakan, salah satunya dengan berfokus kepada pemerintah kabupaten/kota dengan beban yang paling Foto : Ferbian Pradolo 16

17 info baru berat dan dengan sumber daya paling terbatas. Kabupaten/ Kota dengan karakter seperti inilah yang menjadi target utama turunnya DJCK secara langsung. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur beban pemerintah kabupaten/kota adalah Kapasitas Fiskal yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan. Penggunaan Kapasitas Fiskal dalam perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya sebenarnya sudah dilakukan dalam lingkungan DJCK. Namun untuk memberikan penguatan dan sekaligus landasan hukum, perlu untuk diformalkan dalam bentuk kebijakan yang pasti. Selain itu, perlu dipikirkan pembangunan infrastrukturinfrastruktur skala besar untuk disebutkan secara formal sebagai perkecualian di dalam misi DJCK tersebut. Apalagi infrastruktur yang bersifat lintas regional, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masing-masing kabupaten/kota. Di sini, peran pemerintah pusat juga tidak harus menjadi pelaksana, namun bisa saja hanya sebagai koordinator yang menjaga keseimbangan di antara pemerintah daerah yang terlibat. Fungsi koordinasi pemerintah pusat ini semakin dibutuhkan, mengingat berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat mencari dana pembangunan dari pinjaman, sehingga sumber pendanaan Kabupaten/Kota semakin beragam dan tidak terbatas dari pemerintah pusat saja. Pada prakteknya selama ini, DJCK memang sudah membangun infrastruktur skala besar. Namun perlu penguatan secara legal dan pendefinisian target yang lebih jelas, terutama berkaitan dengan target outcome yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan karenanya pengukuran indikator sebelum pembangunan (baseline) dan pasca pembangunan menjadi mutlak diperlukan untuk mengukur tingkat kinerja infrastruktur tersebut. Di samping itu, pemerintah kabupaten/kota harus disiapkan untuk pengoperasian dan perawatan paska konstruksi, baik berupa sumber daya manusia, kelembagaan, maupun sumbersumber dana, sehingga infrastruktur yang terbangun dapat beroperasi dengan baik secara berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang. Hambatan dari konsep ini adalah adanya anggapan umum bahwa pemerintah kabupaten/kota belum siap untuk melaksanakan otonomi daerah secara penuh dan melakukan pembangunan sendiri. Namun perlu disadari, bahwa cara tercepat untuk belajar adalah dengan mempraktikkannya secara langsung. Maka, pemerintah pusat harus percaya bahwa pemerintah kota/kabupaten mampu melaksanakan pembangunan prasarana keciptakaryaan sendiri. Yang diperlukan adalah desain pentahapan pola hubungan pusat-daerah, yang secara bertahap meningkatkan kemandirian pemerintah kabupaten/kota dalam membangun infrastruktur permukiman. Untuk memastikan pemerintah kabupaten/kota melaksanakan kewajibannya untuk pembangunan infrastruktur permukiman. Salah satu cara misalnya dengan membuat peraturan yang mewajibkan sejumlah prosentase dari APBD merupakan alokasi untuk pembangunan infrastruktur permukiman. Dengan konsep pembangunan fisik infrastruktur cipta karya yang mengutamakan peran pemerintah kabupaten/kota, maka DJCK juga harus menguatkan peran-peran utamanya sesuai amanat otonomi daerah, yaitu: pengaturan, pembinaan dan pengawasan. Foto : Ade Bayu Indra Dalam perannya sebagai regulator, DJCK perlu melengkapi regulasi tentang infrastruktur cipta karya, sehingga memberikan pegangan kepada pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, perlu dibuat skema yang efektif untuk mendorong pemerintah kabupaten/kota menyusun dan mengesahkan regulasi-regulasi turunan yang menjadi kewajiban pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan untuk aspek pembinaan, fokus harus diarahkan kepada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di pemerintah kabupaten/kota, sehingga institusi keciptakaryaan pemerintah kabupaten/kota dapat mengejar dan mengikuti ritme DJCK. Hal ini makin penting untuk kabupaten/kota yang masih memperoleh bantuan pembangunan fisik secara langsung oleh DJCK, sebagai bagian dari rencana keberlanjutan infrastruktur yang dibangun DJCK. Terakhir, aspek pengawasan. Sudah tersedia alat untuk mengukur tingkat pembangunan infrastruktur pemerintah kabupaten/kota, yaitu: Standar Pelayanan Minimum (SPM). Dengan mengacu kepada SPM, maka tugas DJCK adalah mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memenuhi SPM bidang Cipta Karya. Untuk dapat mengukur SPM dan kinerja pemerintah daerah dalam usaha memenuhi SPM, maka diperlukan sistem data base infrastruktur bidang Cipta Karya yang berisi data infrastruktur cipta karya sesuai struktur data SPM yang sudah terbangun di seluruh kabupaten/kota di Indonesia sebagai baseline pengukuran. Dengan berdasarkan pada baseline itulah dan parameter lain seperti kapasitas fiskal, PAD dan lain-lain, maka DJCK dapat melakukan perencanaan pembangunan dengan merumuskan pendekatan-pendekatan yang spesifik sesuai dengan karakteristik masing-masing kabupaten/kota dan kemudian mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah kabupaten/kota tersebut dalam pembangunan infrastruktur bidang cipta karya. Dengan mengoptimalkan peran DJCK pada tiga aspek tersebut, maka dapat mendorong terciptanya kemandirian pemerintah kabupaten/kota dalam membangun infrastruktur keciptakaryaan dengan mekanisme yang terdesentralisasi, sehingga diharapkan lebih sesuai dengan konteks lokal dan lebih menjamin keberlanjutan infrastruktur yang terbangun, dan pada akhirnya lebih menjawab kebutuhan infrastruktur masyarakat. *) Staf Subdit Evaluasi Kinerja, Direktorat Bina Program, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Edisi 02 4Tahun XI4Februari

18 info baru Kunker Komisi V DPR : Hutang Lima PDAM Akan Dihapus Kabar gembira bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), khususnya PDAM Palembang, Makassar, Semarang, Tangerang dan Banten. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendukung penghapusan utang kelima PDAM ini. Komponen yang akan dihapus adalah tunggakan bunga dan denda, sedangkan hutang pokoknya tetap. Hal ini dikemukakan para anggota Komisi V DPR dalam kunjungan kerjanya ke berbagai PDAM tersebut beberapa waktu lalu. Kantor PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin Bagi PDAM seperti Tirta Musi Palembang sulit rasanya jika Komisi V tidak mendukung penghapusan hutangnya. Syarat sudah terpenuhi. Ditambah lagi dengan kinerja dan masterplan yang dipaparkan untuk dijalankan ke depan sangat bagus, ujar Yoseph Umar Hadi (F-PDIP) di sela-sela kunker-nya di Palembang. Hal senada juga diungkapkan Nusyirwan (F-Demokrat), menurutnya, melalui penghapusan bunga dan denda pinjaman maka beban PDAM bisa sedikit berkurang dalam rangka perbaikan manajemnya ke depan. Dari paparan tadi kami melihat kinerja Tirta Musi sangat bagus sehingga layak hutangnya dihapus. Saya kira kerja kerasnya bisa dicontoh PDAM lainnya, tegas Nusyirwan usai kunjungan ke PDAM Palembang. Komisi V DPR RI saat ini tengah berupaya agar 5 PDAM yang jelas-jelas telah memenuhi syarat untuk dihapuskan hutangnya bisa terelalisasi. Penghapusan sangat erat kaitannya dengan semangat memajukan PDAM termasuk dalam hal pemberian layanan kepada pelanggan. Foto : Buchori 18

19 info baru Foto : Danang Pidekso Kunjungan kerja komisi V DPR ini merupakan tindak lanjut terhadap Surat Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai penghapusan hutang lima PDAM yang memiliki hutang senilai diatas Rp100 miliar. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 120 tahun 2008 penghapusan hutang PDAM diatas Rp100 miliar dilakukan Presiden dengan persetujuan DPR. Ketua Rombongan Kunker Komisi V DPR-RI ke Makassar Roem Kono mengatakan, hasil Kunker ini, sebut Roem Kono nantinya akan dibahas oleh Komisi V DPR untuk kemudian dibawa ke Rapat Paripurna DPR-RI. Ada tiga tempat yang kita kunjungi, PDAM Makassar, PDAM Kota Semarang dan PDAM Palembang, ujar Roem Kono. Menanggapi hal tersebut, Dirut PDAM Tirta Musi Syaiful menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.120/ PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara, pihaknya berhak mengajukan pemutihan hutang karena dinilai sudah memenuhi persyaratan. Dan penghapusan tunggakan non pokok dilakukan secara bersyarat melalui kegiatan investasi. Kegiatan yang dimaksud yakni menjalankan proyek investasi dengan biaya sendiri atau mendapat bantuan APBD. PDAM Tirta Musi Palembang merupakan salah satu dari lima PDAM (Tangerang, Bandung, Makassar, Semarang) yang mendapatkan lampu hijau dari Kementerian Keuangan untuk dihapuskan hutangnya. PDAM ini mengusulkan hutang bunga dan denda senilai Rp159 miliar kepada Pemerintah Pusat dapat segera dihapus. Usulan diajukan sejak 2008 lalu menyusul kinerja perusahaan ini yang kian membaik. Saiful sangat berharap hutangnya segera dihapus. Pasalnya besaran dana hutang (159 M) dapat dipakai untuk menambah modal investasi ke depan. Dan arah menuju kesana sudah dituangkan dalam Business Plan dimana Tirta Musi membutuhkan dana sebesar Rp 905 Miliar untuk memastikan cakupan layanan 100 persen kepada pelanggannya. Ia memohon dukungan agar tunggakan berupa bunga dan denda pinjaman kami dapat diputihkan. Selain membantu dalam hal pembiayaan investasi juga berguna untuk mengurangi beban keuangan PDAM sekaligus memperbaiki manajemen perusahaan. Pengapusan berlaku bagi seluruh tunggakan Non Pokok Sasaran kami pada 2017 kapasitas produksi mencapai liter/detik. Dan menekan tingkat kebocoran dari kondisi sekarang 28 persen menjadi 20 persen, harap Saiful yang juga menjabat Ketua Umum Perpamsi. Hal senada juga diungkapkan oleh Dirut PDAM Makassar Hamzah Ahmad, menurutnya, dengan keterbatasan pembiayaan PDAM Makassar saat ini, PDAM baru mampu menurunkan kebocoran 0,5 persen setiap bulannya dari tingkat kebocoran air yang mencapai 48,6 persen. Selain tuanya pipa, penyebab kebocoran lainnya ialah sudah tuanya meteran air dan tidak seragamnya ukuran dan jenis pipa yang mereka gunakan. Hamzah mengharapkan, hutang PDAM yang jatuh tempo segera dihapuskan, sehingga beban mereka berkurang dan dana yang mereka miliki dapat dipergunakan untuk pengembangan pelayanan dan perbaikan perusahaan. Hamzah menuturkan, pihaknya pada 2012 mendapatkan keuntungan Rp 30 miliar, namun kewajiban pembayaran hutang pada tahun tersebut sebesar Rp 32 miliar. Selain meminta penghapusan hutang jatuh tempo senilai Rp121,3 miliar, PDAM Makassar juga mengajukan penjadwalan ulang pembayaran hutang lainnya senilai Rp 110 miliar selama 10 tahun kepada Menteri Keuangan. Bila penghapusan dan penjadwalan hutang dapat segera dilakukan, Hamzah optimis kemampuan PDAM Makassar dapat meningkat untuk mengejar target cakupan layanan 80 persen pada PDAM Makassar saat ini sedang berupaya menaikkan kapasitas produksi air sebesar 500 liter per detik. Kapasitas produksi air kita saat ini ialah liter per detik. Penambahan produksi air ini sangat mendesak karena tingginya daftar tunggu calon pelanggan air PDAM Makassar yang sebanyak 62 ribu sambungan. Kita targetkan 80 persen pelanggan sesuai ketetapan target MDGs, kata Hamzah. Kondisi PDAM Semarang juga hampir sama. Pejabat Sementara Direktur Utama PDAM Semarang Agus Sutiyoso menjelaskan, pemerintah Kota Semarang memang kesulitan untuk membayar hutang karena tingginya bunga. Pinjaman PDAM sebesar Rp dengan jatuh tempo pinjaman dari 15 Maret 2000 sampai 15 September 2014, oleh karena itu pada 2008 diadakan restrukturisasi utang. Utang ini dibayar melalui dua tahap. Tahap pertama total yang harus dibayarkan pada 2008 dengan utang pokok Rp Apabila angka tersebut ditambah dengan utang non pokok termasuk didalamnya bunga, jasa bank, denda pokok dan denda bunga dan utang pokok jumlah yang harus dibayarkan adalah , jumlah ini dirasa sangat berat dan jumlah utang pokok yang belum jatuh tempo sebesar Rp Untuk mengejar ketertinggalan ini dalam business plan tahun ada delapan kriteria yang dinilai, yaitu : proyeksi kenaikan tarif yang terdiri dari tarif rata-rata dan biaya dasar, mengurangi tingkat kehilangan air, peningkatan pelayanan, rasio pegawai per 1000 pelanggan, jangka waktu penagihan piuang, laba/rugi, investasi, dan saldo kas. Dari pemantauan kinerja dari 2008 sampai 2012 terdapat kenaikan yang signifikan sehingga hutang PDAM Tirta Moelya optimis bisa dilunasi, akan tetapi keadaan keuangan akan sulit ketika dibebankan bunga. Oleh karena itu penghapusan bunga dan hutang ini sangat kami harapkan, ujar Agus.(Teks: Danang/ berbagai sumber). Edisi 02 4Tahun XI4Februari

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: April 2014

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: April 2014 - Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya Edisi: April 2014 Isu Berita Media Cetak Pada bulan April 2014, berita media cetak yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK)

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

RPIJM BUKU PANDUAN RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) PROGRAM INVESTASI 17/09/2007 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG PU/CIPTA KARYA

RPIJM BUKU PANDUAN RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) PROGRAM INVESTASI 17/09/2007 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG PU/CIPTA KARYA BUKU PANDUAN RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) PROGRAM INVESTASI 17/09/2007 RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH Contact Person: Subdit Kebijakan dan Strategi DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT

Lebih terperinci

Panduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman / 2015

Panduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman / 2015 Executive Summary Panduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman / 2015 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kata Pengantar Pembangunan permukiman yang layak

Lebih terperinci

kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM2011 PROGRAM KERJA

kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM2011 PROGRAM KERJA kementerian pekerjaan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM PROGRAM KERJA 1 2 PROGRAM KERJA PROGRAM KERJA DIREKTORAT BINA PROGRAM PROGRAM KERJA 3 Kata Pengantar Keterpaduan

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: Oktober 2013

Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: Oktober 2013 Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya Edisi: Oktober 2013 Executive Summary Pada bulan Oktober 2013, berita yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) berjumlah 30 berita,

Lebih terperinci

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Arahan Direktur Jenderal Cipta Karya Kebijakan Program Bidang Cipta Karya Penajaman Program Palembang 03 Maret 2014 OUTLINE A. Konsep Perencanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM disampaikan oleh Direktur Pengembangan SPAM pada: Sosialisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Air Minum TA 2019 Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: Desember 2013

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: Desember 2013 - Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya Edisi: Desember 2013 Executive Summary Pada bulan Desember 2013, berita yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) berjumlah 32 berita,

Lebih terperinci

3R dan Perilaku Masyarakat Indonesia 20. UU Rusun Atur Hunian Layak. Bagi MBR

3R dan Perilaku Masyarakat Indonesia 20. UU Rusun Atur Hunian Layak. Bagi MBR Optimisme Baru itu Bernama Kemitraan 14 3R dan Perilaku Masyarakat Indonesia 20 Kemen PU dan USAID Kerjasama Peningkatan Efisiensi Energi PDAM 25 kementerian pekerjaan umum Edisi 4/Tahun X/April 2012 Karya

Lebih terperinci

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: Januari 2014

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: Januari 2014 - Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya Edisi: Januari 2014 Executive Summary Pada bulan Januari 2014, berita yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) berjumlah 19 berita,

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Temu Ilmiah Lingkungan, HCD 35 TH PSIL Universitas Indonesia INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Disampaikan oleh: Ir. Rina Agustin Indriani, MURP Sekretaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

UU Rusun dari Kontroversi ke Aksi

UU Rusun dari Kontroversi ke Aksi Buletin Rusun Dalam Kaca Mata Bangunan Gedung 8 CSR Kawinkan Perusahaan dan Masyarakatnya 17 Bangun 45 TPS Kemen PU Dukung Gerakan Ciliwung Bersih 26 kementerian pekerjaan umum Edisi 2/Tahun X/Februari

Lebih terperinci

Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum

Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum Rilis PUPR #1 23 Oktober 2017 SP.BIRKOM/X/2017/518 Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum Jakarta - Tidak hanya membangun konektivitas dan bendungan, Kementerian

Lebih terperinci

Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: Mei 2014

Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya. Edisi: Mei 2014 Laporan dan Analisa Berita Media Cetak dan Online Bidang Cipta Karya Edisi: Mei 0 Isu Berita Media Cetak Pada bulan Mei 0, berita media cetak yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya berjumlah 7 berita,

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

dalam Satu Dasawarsa UUBG

dalam Satu Dasawarsa UUBG Kampanye Mitigasi Bencana Sasar Pelajar 10 Menuju Sanitasi Aman di Yogya Nyaman 15 Quick Wins Indonesia untuk Lingkungan 22 kementerian pekerjaan umum Edisi 11/Tahun X/November 2012 Karya Cipta Infrastruktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I SUMBER DAYA AIR. Air Minum. Penyediaan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 345 Tahun 2015) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto. EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

CIPTA KARYA A - Z KELEMBAGAAN CIPTA KARYA DAERAH DALAM PENCAPAIAN Diana Kusumastuti - BPPSPAM

CIPTA KARYA A - Z KELEMBAGAAN CIPTA KARYA DAERAH DALAM PENCAPAIAN Diana Kusumastuti - BPPSPAM CIPTA KARYA A - Z KELEMBAGAAN CIPTA KARYA DAERAH DALAM PENCAPAIAN 100 0 100 Diana Kusumastuti - BPPSPAM PEMBAGIAN URUSAN UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah ABSOLUT (6) URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

36 Juta Jiwa. Beri Manfaat. Program Kompensasi BBM Kemen PU. Meniti Upaya Terwujudnya NSPK Bidang Permukiman 15

36 Juta Jiwa. Beri Manfaat. Program Kompensasi BBM Kemen PU. Meniti Upaya Terwujudnya NSPK Bidang Permukiman 15 Tiga Dasawarsa Hunian Vertikal di Indonesia 11 Meniti Upaya Terwujudnya NSPK Bidang Permukiman 15 2014 PU Sebar SPAM di 392 Kabupaten/Kota 26 kementerian pekerjaan umum Edisi 06/Tahun XI/Juni 2013 Karya

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

IV.B.5.Urusan Wajib Penataan Ruang

IV.B.5.Urusan Wajib Penataan Ruang 5. URUSAN PENATAAN RUANG Tujuan dari perencanaan tata ruang adalah mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA. Latar Belakang a. Dasar Hukum Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

Air Bersih Tak Kunjung Tiba, Pelanggan Menangis, PDAM Angkat Tangan

Air Bersih Tak Kunjung Tiba, Pelanggan Menangis, PDAM Angkat Tangan OMBUDSMAN BRIEF No. 3 / Tahun 2016 Air Bersih Tak Kunjung Tiba, Pelanggan Menangis, PDAM Angkat Tangan REKOMENDASI Pemerintah Daerah harus memperhatikan kebutuhan anggaran utk PDAM dalam APBD. Pemerintah

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM HIBAH AIR MINUM TA 2016

MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM HIBAH AIR MINUM TA 2016 MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM HIBAH AIR MINUM TA 2016 Ir. Mochammad Natsir, MSc. Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Lokakarya Penyiapan Pelaksanaan Program Hibah Air Minum APBN 2016 Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang sebagai pelaksanaan Bidang Pekerjaan Umum Khususnya Bidang Keciptakaryaan merupakan Bidang yang mempunyai peran

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PRT/M/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Pengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015

Pengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015 VOLUME 4 Pengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya DAFTAR ISI 6 / Latar Belakang 12 / Kebutuhan Pendanaan 2015-2019 17

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

Hapus Dahaga Desa Nelayan

Hapus Dahaga Desa Nelayan Menelisik Sistem Air Limbah Pondok Pesantren 12 Bang Unan, Ikon Kampanye Sosialisasi UUBG Lima Kabupaten/Kota Terima Hibah 100 Juta USD Bangun TPA Terpadu kementerian pekerjaan umum Edisi 8/Tahun X/Agustus

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM

DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM detik.com Setelah melalui tiga kali persidangan paripurna, akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui penghapusan piutang terhadap lima Perusahaan Daerah Air

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa dalam rangka perbaikan kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu meningkatkan e

2016, No c. bahwa dalam rangka perbaikan kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu meningkatkan e BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 280, 2016 KEMENKEU. PDAM. Piutang Negara. Penyelesaian. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

MEKANISME DESK PROVINSI KONSULTASI REGIONAL TAHUN Wilayah Barat : Maret 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

MEKANISME DESK PROVINSI KONSULTASI REGIONAL TAHUN Wilayah Barat : Maret 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MEKANISME DESK PROVINSI KONSULTASI REGIONAL TAHUN 2012 Wilayah Barat : 07-08 Maret 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM AGENDA ACARA No Waktu Agenda Pembicara/Pengarah Hari Pertama 1 19.00 19.15 15 Penjelasan

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

Pedoman Pemantauan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Bidang Keciptakaryaan

Pedoman Pemantauan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Bidang Keciptakaryaan 1 2 4 Jakarta, Desember 2016 Kepada yang terhormat, 1. Pimpinan Tinggi Pratama di Direktorat Jenderal Cipta Karya; 2. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SPAM PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SPAM PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I A A N AIR M I N U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: November 2013

- Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya. Edisi: November 2013 - Laporan dan Analisa Berita Media Cetak Bidang Cipta Karya Edisi: November 2013 Pada bulan November 2013, berita yang terkait Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) berjumlah 13 berita, yang dimuat oleh

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

Sigap Banjir Jakarta

Sigap Banjir Jakarta IWWEF 2013: Tanggung Jawab Besar ada Pada Pemkab/ Pemkot 9 Profil Pemenang PKPD-PU 2012 Bidang Cipta Karya 16 Bingkisan dari Sarasehan Hari Habitat Dunia 2012 Surabaya 24 kementerian pekerjaan umum Edisi

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci