REJUVENASI, KARAKTERISASI, EVALUASI 4 JENIS PLASMA NUTFAH TANAMAN OBAT DAN AROMATIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REJUVENASI, KARAKTERISASI, EVALUASI 4 JENIS PLASMA NUTFAH TANAMAN OBAT DAN AROMATIK"

Transkripsi

1 Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat REJUVENASI, KARAKTERISASI, EVALUASI 4 JENIS PLASMA NUTFAH TANAMAN OBAT DAN AROMATIK C. Syukur, D. Seswita, W. Haryudin ABSTRAK Kegiatan penelitian Rejuvenasi, karakterisasi, karakterisasi 4 Jenis Plasma Nutfah Tanaman Obat dan Aromatik dilakukan di kebun koleksi plasma nutfah, KP. Cimanggu/KP. Cibinong, KP. Manoko, Banten dan Bogor (Jawa Barat) dari Januari sampai dengan Desember 2011, pada tanaman Seraiwangi, Serehdapur, Nilam dan Jahe merah. Hasil evaluasi daya hasil dan mutu 20 aksesi Serai wangi, dari bobot kering panen umur 6 bulan dan 9 bulan yang di suling menghasilkan volume minyak dan kadar minyak yang berbeda-beda dari 20 aksesi yang evaluasi dengan hasil minyak rata-rata sebesar 29,45 ml. Aksesi dengan hasil minyak dan kadar minyak tertinggi di tampilkan oleh aksesi Andus 007 yaitu sebesar 35,88 ml dan 5,05%. Rata-rata kadar minyak dari 20 aksesi yang dipanen umur 9 bulan lebih rendah dibandingkan dengan hasil panen umur 6 bulan. Rata-rata kadar minyak yang dihasilkan dari umur panen 6 bulan sebesar 6,10% sedangkan rata-rata kadar minyak dari hasil panen umur 9 bulan sebesar 1,69%. Begitu pula dengan rata-rata hasil minyak umur panen 6 bulan lebih besar (31.02 ml) dibanding hasil minyak dari umur 9 bulan (27,88 ml). Karakterisasi 20 Aksesi plasma nutfah Sereh Dapur, pada pengamatan morfologi serai dapur 7 BST menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang daun, lebar daun, tebal daun dan diameter batang berbeda sangat nyata pada masing-masing aksesi, sedangkan pada parameter jumlah daun tidak berbeda nyata. Aksesi 20 memiliki tinggi tanaman ( cm), jumlah daun (9.33) dan panjang daun (84.60 cm) yang relatif tinggi dibandingkan dengan aksesi lainnya. Pada parameter lebar daun dan tebal daun pada aksesi 17 tertinggi yaitu 1.42 cm dan Jumlah anakan pada aksesi 12 memiliki jumlah anakan yang terbanyak yaitu Hasil panen bobot segar, bobot batang dan daun segar, bobot kering angin, bobot akar kering angin, bobot batang dan daun segar dan lebar kanopi menunjukkan hasil yang beberda nyata pada semua aksesi, sedangkan pada bobot akar segar hasil tidak berpengaruh nyata antar aksesi. Rejuvenasi dan karakterisasi 81 aksesi nilam, dari semua aksesi nilam yang rejuvenasi, setelah dikarakterisasi mempunyai sifat yang bervariasi pada tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Karakter tinggi tanaman berkisar antara 16,3 48,8 cm, karakter tertinggi terdapat pada aksesi Poca 60 terendah terdapat pada aksesi Poca 3. Jumlah cabang berkisar antara 3,5 16,2, tertinggi terdapat pada aksesi Poca 39, jumlah daun berkisar antara 4,6 14,4, jumlah terbanyak terdapat pada aksesi Poca 4, panjang daun berkisar antara cm, terpanjang terdapat pada aksesi Poca 13, lebar daun berkisar antara cm, tertinggi terdapat pada aksesi Poca 71. Evaluasi daya hasil 9 aksesi Jahe Merah di lahan Marjinal menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang cukup baik. Diharapkan akan diperoleh beberapa aksesi yang beradaptasi dan berdaya hasil tinggi yang akan di uji di beberapa lokasi lahan marjinal untuk mengetahui kestabilan pertumbuhan dan hasil untuk kemudian di kembangkan di lahan marjinal sebagai daerah pengembangan baru. Kata kunci : Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi, plasma nutfah, TOA ABSTRACT Research activities of rejuvenation, characterization and evaluation of four species of medicinal and aromatic crops germplasms were undertaken in the experimental gardens KP. Cimanggu, in KP. Cibinong, KP. Manoko and Bogor (West Java) from January to December 2011 on citronella, lemongrass, patchouli and red ginger. Evaluation of yield and quality of the 20 accessions of serai fragrance, showed that the 20 acceesions varies in oli volumes contents. Accessions with highest oil yield and content 25

2 Cheppy Syukur, dkk. was shown by Andus 007 with ml and 5.05%, respectively. The average oil content harvested 9 months was lower than those harvested at 6 months. The average oil content resulted from harvesting 6 months was 6.10% while the average oil content of the crop ages 9 months of 1.69%. Similarly, the yield of oil harvested 6 months (31.2 ml) was larger than those obtaned from 9 months (27.88 ml). Characterization of 20 Lemongrass accessions, 7 months after planting (MAP), showed that plant height, number of tillers, leaf length, leaf width, leaf thickness and stem diameter differ significantly among accessions. Accession 20 was the tallest ( cm), with the highest number of leaves (9:33) and leaf length (84.60 cm). Accession 12 had the highest number of tillers , Fresh weight, stem and leaf fresh weight, leaf dry weight, dried root weight, stem and leaf fresh weight and width of the canopy were diferent between all accessions, whereas the fresh root weight was not significantly diffrenet. Rejuvenation and characterization of 81 accessions of patchouli indicated that plant height ranged from 16.3 to 48.8 cm, the highest shown by Poca 60 (48.8 cm), number of branches ranged from 3.5 to 16.2, the highest found in accession Poca 39, number of leaves ranged from 4.6 to 14.4, the highest number found on the accession Poca 4, leaf length ranged from cm, the longest shownby accession Poca 13, leaf width ranges from cm, the highest found in Poca 71. Evaluation of Red Ginger in Marginal land, based on vegetative growth the 9 accessions displayed theirs adaptation marginal land. Accessions showing stability on growth and yield on marginal lands are expected to be developed as varieties adapted to marginal land Keyword : Rejuvinasi, characterization, evaluation, medicinal crops, germplasm, aromatic. PENDAHULUAN Dalam Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan Plasma Nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Dengan demikian menurut undang-undang tersebut Plasma Nutfah merupakan keseluruhan keanekaragaman genetik yang terdapat dalam mahkluk hidup (tumbuhan, satwa dan mikroorganisme). Diantara berbagai Keanekaragaman Hayati yang dipengaruhi oleh keragaman dalam lingkungan dan keragaman dalam jenis (plasma nutfah), Plasma Nutfah pertanian (agrobiodiversity) merupakan salah satu Plasma Nutfah yang sangat mendesak untuk diamankan dari kepunahan maupun terjadinya erosi potensi genetiknya. Sebab PN pertanian atau juga sering disebut dengan sumber daya genetik (SDG) pertanian secara riil telah dan terus akan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Jenis-jenis tanaman yang dikoleksi sebagai plasma nutfah Balittro merupakan semua jenis tanaman sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No.511/Kpts/PD.310/- 9/2006 tanggal 12 September 2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.390/10/2009 tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 19 Oktober 2009 tentang jenis komoditi binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura. Jahe merah, nilam, sereiwangi dan serehdapur merupakan tanaman obat dan aromatik yang bernilai ekonomi penting. Jahe merah banyak dimafaatkan sebagai sumber bahan baku obat tradisional disamping sebagai sumber minyak atsiri. Nilam, seriwangi dan sereh dapur juga merupakan sumber penghasil minyak atsiri yang penting. Kontrobusi Indonesia terhadap ekspoor minyak atsiri nilam cukup tinggi mencapai 60% dari kebutuhan dunia, sedangkan minyak sereh wangi dan sereh dapur, menempati urutan kedua dan ketiga setelah China dan Haiti. 26

3 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik Plama nutfah tanaman obat (jahe) dan aromatik (serei wani, sereh dapur) merupakan tanaman semusim sehingga untuk menjaga kelestariannya perlu dilakukan rejuvenasi setiap tahun. Agar dapat dimanfaatkan potensi sifat sifat plasma nutfah tersebut perlu diketahui melalui kegiatan evaluasi selama dua mausim Data data yang diperoleh didokumemntasikan baik secara manual maupun komputerisasi. Dokumentasi adalah kegiatan untuk merekam dan menyimpan berbagai data penting yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dokumentasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pengelolaan plasma nutfah secara keseluruhan, karena data merupakan aset berharga yang juga harus dikonservasi (dilestarikan) sebagaimana materi plasma nutfah yang bersangkutan. Perkembangan peningkatan kuantitas data yang dikelola dari waktu ke waktu menuntut tersedianya data dan informasi yang dapat diakses setiap saat secara cepat, mudah dan akurat, sehingga diperlukan adanya sistem dokumentasi data yang memadai (Kurniawan, 2005). Tujuan penelitian untuk mendapatkan 1 set data morfologi, produksi dan mutu 4 jenis (serai wangi, serai dapur, jahe merah dan nilam) plasma nutfah TOA. BAHAN DAN METODE a. Karakterisasi dan evaluasi 20 aksesi Serai wangi Penelitian dilakukan di lahan kebun percobaan Manoko, Lembang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat ±1.500 m dpl. Dari bulan Januari sampai Desember Bahan yang digunakan berupa 20 aksesi serai wangi yang berasal dari hasil eksplorasi tahun-tahun sebelumnya dan dari para donor yang memberikan aksesi tersebut. Bahan lainnya yang digunakan dalam menunjang kegiatan penelitian antara lain, pupuk kandang (sapi/kambing), pupuk buatan (Urea, SP-36 dan KCl), pestisida (bakterisida, insektisida, fungisida, furadan), dan bahan kimia untuk analisis mutu minyak. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan dilapangan antara lain, bambu, seng, cat, kayu, karung plastik, cangkul, garpu, skop, meteran, tali, sprayer, sabit, kored, pisau,selang, ember, bak plastik, timbangan, sigmat, dll. Pengolahan lahan dan Penanaman Tanah untuk pertanaman sebelumnya dicangkul/digarpu sampai gembur dan di bersihkan dari gulma. Kemudian dibuat bedengan bedengan dan lubang tanaman dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Jarak tanam yang digunakan 1 x 1 m. Jumlah tanaman per perpetak 30 tanaman, luas petak/plot per aksesi 10 x 3 m = 30 m². Luas keseluruhan penelitian sekitar 20 aksesi x 30 m² x 3 ulangan sekitar m² ditambah saluran pembatas antar petak dan antar ulangan maka luas yang diperlukan seluruhnya sekitar m². Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi atau kambing dengan ukuran 1kg, dimasukan dalam lubang tanam ±1 bulan sebelum tanam. Kemudian dicampur dengan tanah sampai merata. Pemupukan dengan 20kg urea + 100kg SP kg KCl/ha/tahun diberikan 2 kali yaitu pada umur 3 dan 6 bulan masing masing ½ dosis. Penanaman dilakukan pada bulan Februari tahun Benih yang siap ditanam dibenamkan kedalam lubang tanam sebanyak 3 tunas per lubangnya. Pemeliharaan Pemeliharaan dilapang meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Pemupukan selain pupuk dasar, diberikan pupuk Urea, SP-36 dan KCl dengan ukuran 200kg, 100kg, 150kg/ha. Pengendalian OPT dilakukan sesuai keperluan apabila terdapat hama dan penyakit yang mengganggu terutama pada jamur akar. 27

4 Cheppy Syukur, dkk. Pengamatan Pengamatan dilakukan dalam 2 tipe pertumbuhan yaitu pada masa pertumbuhan vegetatif dengan parameter yang diamatinya yaitu karakter morfologi termasuk tinggi dan lebar rumpun, tinggi batang semu, panjang pelepah, panjang daun dan lebar daun dan masa pertumbuhan generatif yaitu produksi (berat/rumpun) dan mutu (kadar minyak, mutu minyak kandungan fisika kimia). Panen dan Pasca panen Panen pertama dilakukan pada umur 6 bulan dan panen ke kedua dan ke tiga setiap 3 bulan setelah pemangkasan. Panen dilakukan dengan menggunakan sabit, arit atau cutter dengan memotong ujung batang dekat pangkal daun. Daun-daun yang sudah dipangkas ditimbang bobotnya dan setelah itu di bawa ke laboratorium mutu untuk dianalisis kandungan bahan aktifnya. b. Karakterisasi dan evaluasi 20 aksesi serai dapur Persiapan pelaksanaan kegiatan Penelitian dilakukan di lahan kebun percobaan Cibinong/Cileungsi, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian tempat ±250 m dpl. Dari bulan Januari sampai Desember Bahan yang digunakan berupa 20 aksesi serai dapur yang berasal dari hasil eksplorasi tahun-tahun sebelumnya dan dari para donor yang memberikan aksesi tersebut. Bahan lainnya yang digunakan dalam menunjang kegiatan penelitian antara lain, pupuk kandang (sapi/ kambing), pupuk buatan (Urea, SP-36 dan KCl), pestisida (bakterisida, insektisida, fungisida, furadan), dan bahan kimia untuk analisis mutu minyak. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan dilapangan antara lain, bambu, seng, cat, kayu, karung plastik, cangkul, garpu, skop, meteran, tali, sprayer, sabit, kored, pisau,selang, ember, bak plastik, timbangan, sigmat, dll. Pengolahan lahan dan Penanaman Tanah untuk pertanaman sebelumnya dicangkul/digarpu sampai gembur dan di bersihkan dari gulma. Kemudian dibuat bedengan bedengan dan lubang tanaman dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Jarak tanam yang digunakan 75 x 100 cm. Jumlah tanaman per perpetak 10 tanaman, luas petak/plot per aksesi 1,75 m x 5 m = 8,75 m2 Luas keseluruhan penelitian sekitar 20 aksesi x 8,75 m2 x 3 ulangan sekitar 600 m² ditambah saluran pembatas antar petak dan antar ulangan maka luas yang diperlukan seluruhnya sekitar 750 m2. Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi atau kambing dengan ukuran 2kg, dimasukan dalam lubang tanam ±1 bulan sebelum tanam. Kemudian dicampur dengan tanah sampai merata. Pemupukan dengan 200kg urea + 100kg SP kg KCl /ha/tahun diberikan 2 kali yaitu pada umur 3 dan 9 bulan masing masing ½ dosis. Penanaman dilakukan pada bulan Januari tahun 2011 pada umur benih 6 bulan setelah petak/plot percobaan disiapkan pada bulan bulan sebelumnya. Benih yang siap ditanam dibenamkan kedalam lubang tanam sebanyak 1 tunas per lubangnya. Pemeliharaan Pemeliharaan dilapang meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Pemupukan selain pupuk dasar, diberikan pupuk Urea, SP-36 dan KCl dengan ukuran 200kg, 100kg, 150kg/ha. Pengendalian OPT dilakukan sesuai keperluan apabila terdapat hama dan penyakit yang mengganggu terutama pada jamur akar. Pengamatan Pengamatan dilakukan dalam 2 tipe pertumbuhan yaitu pada masa pertumbuhan vegetatif dengan parameter yang diamatinya yaitu karakter morfologi termasuk tinggi dan 28

5 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik lebar rumpun, tinggi batang semu, panjang pelepah, panjang daun dan lebar daun dan masa pertumbuhan generatif yaitu produksi (berat/rumpun) dan mutu (kadar minyak, mutu minyak kandungan fisika kimia) sesuai dengan deskriptor terlampir. Panen dan Pasca panen Panen pertama dilakukan pada umur 6 bulan dan panen ke kedua dan ke tiga setiap 3 bulan setelah pemangkasan. Panen dilakukan dengan menggunakan sabit, arit atau cutter dengan memotong batang semu 2 3 cm dari pangkal batang. batang yang sudah dipangkas ditimbang bobotnya dan setelah itu di bawa ke laboratorium mutu untuk dianalisis kandungan bahan aktifnya. c. Rejuvenasi dan karakterisasi 81 aksesi nilam Penelitian lilaksanakan di Kebun Percobaan Manoko, mulai bulan Januari Desember Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organic, pupuk anorganik, 81 aksesi plasma nutfah nilam. Alat yang digunakan terdiri dari color chard, garpu, cangkul, meteran, selang, cangkul sprayer dan lain-lain. Lahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini m. Perbanyakan bahan tanaman Perbanyakan bahan tanaman meliputi pembuatan persemian, perbanyakan dilakukan secara vegetatif dengan setek 2-3 ruas ditanaman pada polybag yang berukuran 10 x 15 cm. Kemudian disungkup dengan menggunakan plastik hitam. Perbanyakan tanaman dilakukan pada 81 aksesi plasma nutfah nilam. Masingmasing nomor akan diperbanyak 40 setek (20 tanaman x 2 ulangan x 81 nomor). Sehingga total setek yang diperlakukan adalah 3240 setek. Penanaman Penanaman dilakukan pada 81 aksesi plasma nutfah. Benih nilam umur 1,5 bulan ditanaman dilapang dengan jarak tanam 100 cm x 50 cm. Pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 1 kg/lubang tanam (1 minggu sebelum tanam). Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pemupukan menggunakan dosis sesuai SOP (standar operasional prosedur) tanaman nilam. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam (BST) menggunakan pupuk urea 3,5gr, SP-36 5gr, KCL 7,5gr per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 3 bulan menggunakan pupuk urea dengan dosis 6,5gr, pemupukan ke tiga dilakukan pada umur 5 bulan menggunakan pupuk urea 5gr, SP-36 2,5gr dan KCL 7,5gr. Total pupuk yang dibutuhkan 15gr urea, 12,5gr SP-36 dan 15gr. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada saat tanaman sudah mencapai fase vegetataif maksimal yaitu umur 3 bulan setalah tanam. Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, diameter tajuk, panjang dan lebar daun, jumlah daun percabang primer, jumlah cabang primer, bentuk daun, tepi daun, pangkan daun, ujung daun, tulang daun, permukaan daun bagian atas dan bawah, warna daun tua dan daun muda, warna batang tua dan batang muda, warna cabang tua dan cabang muda, berat basah dan berat kering. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan 2 ulangan. Panen dilakukan pada umur 6 bulan setelah tanam. Data dianalisa dengan menggunakan Anova. Jika terdapat beda nyata pada setiap perlakukan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. 29

6 Cheppy Syukur, dkk. d. Evaluasi daya hasil 9 aksesi Jahe Merah di lahan marjinal Persiapan pelaksanaan kegiatan Penanaman dilakukan pada bulan Mei 2011 di Banten. Bahan tanaman yang digunakan adalah 9 aksesi Jahe Merah. Bahan pembantu yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik, pestisida dan bahan pembantu lainnya. Persiapan benih Benih-benih yang digunakan berasal dari hasil pengumpulan beberapa daerah marjinal. Benih benih tersebut telah diperbanyak di KP. Cicurug dan akan di panen untuk disiapkan sebagai bahan tanaman pada bulan April Benih tersebut disemai terlebih dahulu selama 1 bulan untuk kemudian dipindah atau ditanam pada petak-petak pengujian yang sudah disiapkan. Pengolahan lahan dan Penanaman Lahan untuk pertanaman disiapkan dengan melakukan pengolahan tanah pada kedalaman 30 cm. Setelah tanah diolah dan digemburkan kemudian dibuat petakanpetakan. Petak-petak yang disiapkan untuk 14 aksesi jahe merah, masing-masing aksesi dibuatkan petakan berukuran 2,4 m x 3 m dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm memuat 30 tanaman. Petakan tersebut dibuat 3 ulangan untuk masing-masing aksesi dengan jarak antar ulangan 1 m dan jarak antar petak 0,5 m. Untuk melindungi seluruh petakan agar tidak banjir saat hujan lebat turun, dibuatkan saluran keliling sebagai saluran pembuangan yang kedalamannya lebih dalam dari saluran antar petak atau saluran antar ulangan.pupuk kandang dan pupuk an organik sebagai pupuk dasar diberikan kedalam lubang-lubang tanam yang sudah disiapkan. Ke dalam lubang diberikan pupuk kandang 0,25 kg/lubang (10 ton/ha) 2-4 minggu sebelum dilakukan penanaman. Pupuk kandang yang digunakan harus pupuk yang telah masak, jenisnya dapat berupa pupuk kandang dari kotoran sapi atau domba. Drainase pada lahan pertanaman harus diperhatikan, karena genangan akan menghambat pertumbuhan tanaman. Penanaman dilakukan dengan menanam satu potong benih rimpang yang telah muncul tunas. Benih ditanam pada kedalaman 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas. Satu bulan setelah tanam (BST) dilakukan penyulaman pada benih yang tidak tumbuh atau mati. Umur 4 BST diberikan pupuk kandang lagi (pemupukan kedua sebanyak 0,25 kg/lubang tanam (10 ton/ha). Pemeliharaan Selain pupuk kandang yang diberikan dua tahap, agar tanaman tumbuh lebih baik diberikan pula pupuk buatan yaitu SP-36 dengan dosis 150 kg/ha (sebanyak 5 gram/tanaman atau setara dengan 1 sendok makan), demikian pula dengan pupuk KCl (dosis 150 kg/ha). Kedua pupuk tersebut diberikan pada 1 BST. Pupuk Urea diberikan pada 1, 2, 3 BST, masing masing 100 kg/ha. Pupuk diberikan secara tugal atau dalam larikan dengan jarak 5 cm dari pangkal tanaman. Penyiangan tanaman dapat dilakukan setiap dua minggu sekali atau tergantung kondisi lahan. Penyiangan harus dilakukan hati-hati agar tidak mengganggu perakaran tanaman. Pada waktu penyiangan dilakukan pembumbunan. Hal ini dimaksudkan agar rimpang yang terbentuk tertutup tanah, karena rimpang yang terbuka kualitas, penampakan dan ukurannya kurang baik. Pengendalian HPT disesuikan dengan serangan hama, penyakit yang ada di lapangan. 30

7 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan) dilakukan setiap bulan mulai umur 1 BST. Pengamatan karakter morfologi dilakukan pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman optimal, biasanya umur 5-6 BST. Jumlah tanaman sampel yang diamati adalah 10 rumpun per ulangan. Bila memungkinkan, karakterisasi dilakukan lebih dari satu musim tanam agar deviasi data dapat diketahui. Pengamatan dilakukan terhadap habitus tanaman (tegak, menyebar), Tinggi tanaman, jumlah tunas, Arah tumbuh daun ujung (tegak, agak tegak, mendatar), jumlah daun pada batang utama, panjang daun yang terletak pada 1/3 bagian batang, lebar daun, warna daun, Panjang batang, Diameter batang (5 cm diatas tanah), Warna hijau batang (terang, sedang, gelap), Warna antosianin kemerahan pada batang (lemah, sedang, kuat), bobot rimpang per rumpun, warna kulit rimpang, warna daging rimpang, permukaan rimpang (licin, sedang, kasar), warna antosianin pada tunas (lemah, sedang, kuat), jumlah anak rimpang, ukuran anak rimpang, waktu bertunas (awal, sedang, lambat), umur panen (BST). Karakter mutu mengacu ke standar MMI (Materia Medika Indonesia) ditambah kadar bahan aktif. Panen dan Pasca panen Panen dilakukan setela tanaman berumur 10 bulan, dengan membongkar tanaman dan mengambil rimpangnya. Rimpang hasil panen dibersihkan dari tanah dan akar. Untuk keperluan analisis, rimpang segar dibersihkan dalam air mengalir hingga bersih, kemudian diiris tipis menggunakan pisau dan hasil irisannya dikeringkan pada wadah tampah dibawah sinar matahari sampai kering. Irisan rimpang yang telah kering disimpan dalam wadah plastik kedap dan diikat rapat, sebelum dilakukan analisa mutu di laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Evaluasi daya hasil dan mutu 20 aksesi seraiwangi Semakin tinggi keragaman genetik dari koleksi plasma nutfah, akan semakin diharapkan karena materi genetik untuk digunakan dalam proses pemuliaan semakin luas dan bervariasi. Hasil evaluasi terhadap 20 aksesi seraiwangi menampilkan ragam yang cukup tinggi dari beberapa parameter pertumbuhan yang diamati, yang berkisar antara 25,32%-68,17% (Tabel 1). Tingginya ragam genetik yang ditampilkan disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan dari 20 aksesi seraiwangi yang ditanam seperti aksesi yang memiliki kanopi atau lebar rumpun terlebar sebesar 159,87 cm ditampilkan oleh aksesi Andus 020 dan kanopi terpendek sebesar 65,18 cm ditampilkan oleh aksesi Andus 005, sedangkan rata-rata dari 20 aksesi seraiwangi yang ditanam menampilkan ukuran kanopi atau lebar rumpun sebesar 102,71 cm dengan koefisien keragaman sebesar 31,44% (Tabel 1). Parameter tinggi tanaman untuk 20 aksesi seraiwangi yang di tanam, menampilkan keragaman genetik sebesar 26,02% dengan minimal tinggi tanaman sebesar 47,44 cm di tampilkan oleh aksesi Andus 003 dan nilai tertinggi untuk pertumbuhan tinggi tanaman di tampilkan oleh aksesi Andus 015 sebesar 179,15 cm, sedangkan rata-rata tinggi tanaman dari 20 aksesi seraiwangi yang di tanam sebesar 84,79 cm. Tingginya rumpun seraiwangi sangat didukung dengan adanya pelepah batang yang saling setangkup membentuk batang untuk tegaknya tanaman. Rata-rata panjang pelepah dari 20 aksesi yang di tanam sebesar 32,8 cm dengan pelepah terpanjang ditampilkan oleh aksesi Andus 015 sebesar 110,16 cm dan pelepah batang terpendek di tampilkan oleh aksesi Andus 003 sebesar 12,98 cm. Tingginya jarak antara aksesi untuk ukuran panjang pelepah didukung juga dengan hasil analisa koefisien keragaman yang tinggi yaitu sebesar 61,04%. 31

8 Cheppy Syukur, dkk. Tabel 1. Karakter pertumbuhan 20 aksesi serai wangi umur 6 bulan di KP. Manoko 2011 Aksesi Jumlah anakan Tinggi rumpun [cm] Lebar rumpun [cm] Panjang pelepah [cm] Panjang daun [cm] Lebar daun [cm] Andus abcdef de ab c ab 1.90 c Andus abc de ab c ab 2.23 c Andus abcd e abc c ab 1.84 c Andus ab de ab c ab 1.86 c Andus ab cde c c ab 3.25 c Andus ab de ab c ab 1.75 c Andus a de ab c ab 1.75 c Andus bcdef bc abc bc bc 5.07 a Andus defgh cde ab c ab 2.14 b Andus abcde cde ab c ab 3.08 b Andus cdefgh cd abc c ab 5.43 a Andus abcdef ab c ab c 1.20 a Andus abcde ab c ab c 1.50 a Andus efg de a c a 2.19 b Andus cdefgh a c a 158 a 1.50 a Andus efgh cde ab c ab 2.14 b Andus cdefgh cde a c ab 2.19 b Andus h cde abc bc bc 1.05 ab Andus h cde a c ab 2.13 b Andus gh cde a c ab 2.11 b Rata-rata CV % Lebatnya pertumbuhan tanaman seraiwangi sangat didukung dengan ukuran helaian daun, sehingga dengan koefisien keragaman yang tinggi untuk ukuran panjang sebesar 61,04% dan lebar helaian daun sebesar 68,17% menampilkan perbedaan jarak ukuran yang cukup ting dari 20 aksesi seraiwangi yang diuji. Aksesi yang memiliki helaian daun terpanjang ditampilkan oleh aksesi Andus 015 sebesar 158 cm dan helaian daun terpendek ditampilkan oleh aksesi Andus 012 (20,15 cm) dan Andus 013 (20,18 cm). Aksesi yang menampilkan ukuran helaian daun terlebar ialah aksesi Andus 008 dan Andus 011 masing-masing berukuran 5 cm, dan ukuran helaian daun yang sempit ialah aksesi Andus 018. Rata-rata jumlah anakan dari 20 aksesi seraiwangi sebesar 61 anakan dalam satu rumpun. Aksesi yang memiliki anakan terbanyak ialah aksesi Andus 007 sebanyak 96 anakan perumpun dan aksesi yang memiliki jumlah anakan sedikit ialah aksesi Andus 018 sebesar 23 anakan perumpun. Berdasarkan parameter pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah anakan dan daun, maka rata-rata berat basah dan berat kering dari 20 aksesi seraiwangi pada hasil panen umur 6 bulan dan 9 bulan menunjukkan adanya perbedaan hasil yang meningkat dari hasil panen berat basah umur 6 bulan (8.540 g) ke 9 bulan ( g) dan hasil panen berat kering meningkat dari g dari hasil umur 6 bulan menjadi g umur panen 9 bulan. Berdasarkan keragaman aksesi dari 20 aksesi yang dipanen beberapa aksesi ada yang meningkatdan ada yang menurun dari hasil panen baik berat basah maupun berat kering umur 6 bulan ke 9 bulan (Tabel 2). Aksesi yang memiliki bobot kering tertinggi baik umur 6 bulan maupun 9 bulan adalah aksesi Andus 015 (9.080 g) dan Andus 020 (5.573 g), aksesi lain yang memiliki berat kering cukup tinggi adalah aksesi Andus 016, Andus 017, Andus 018 dan Andus 019 (Tabel 2). 32

9 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik Tabel 2. Karakter produksi dan mutu 20 aksesi serai wangi umur 6 dan 9 bulan di KP. Manoko 2011 Aksesi Berat basah (g) Berat kering (g) Panen I Panen II Panen I Panen II Andus fg r cd c Andus defg qr bcd c Andus g pqr d c Andus efg opq d bc Andus g nop d bc Andus bcdefg mno bcd bc Andus bcdefg lmn bcd bc Andus bc klm bc bc Andus cdefg jkl bcd ab Andus cdefg ijk bcd bc Andus cdefg hij bcd bc Andus b hgi b bc Andus cdefg fgh bcd bc Andus bcde efg bcd bc Andus a def a a Andus bcdefg cde bcd bc Andus bcd bcd bcd bc Andus bcde abc bcd c Andus bcdef ab bcd bc Andus bcdef a bcd bc Rata-rata CV % Dari bobot kering panen umur 6 bulan dan 9 bulan yang di suling menghasilkan volume minyak dan kadar minyak yang berbeda-beda dari 20 aksesi yang evaluasi. Aksesi yang mengeluarkan hasil minyak tertinggi di tampilkan oleh aksesi Andus 007 sebesar 35,88 ml dan terrendah ditampilkan oleh aksesi Andus 005 sebesar 24,50 ml (Tabel 3), sedangkan hasil minyak rata-rata sebesar 29,45 ml. Dari hasil minyak tersebut aksesi yang memiliki kadar minyak tertinggi adalah aksesi Andus 007 sebesar 5,05% di ikuti aksesi Andus 004 (4,12%), Andus 008 (4,61%), Andus 010 (4,18%), Andus 011 (4,26%), Andus 012 (4,09%), Andus 014 (4,03%), Andus 018 (4,14%), Andus 019 (4,30%), Andus 020 (4,21%) (Tabel 3). Berdasarkan rata-rata kadar minyak dari 20 aksesi yang dipanen umur 9 bulan mengalami penurunan hasil dibanding kadar minyak dari panen umur 6 bulan. Rata-rata kadar minyak yang dihasilkan dari umur panen 6 bulan sebesar 6,10% sedangkan ratarata kadarminyak dari hasil panen umur 9 bulan sebesar 1,69%. Begitu pula dengan ratarata hasil minyak umur panen 6 bulan lebih besar (31.02 ml) dibanding hasil minyak dari umur 9 bulan (27,88 ml). Pada pengamatan morfologi serai dapur 7 BST menghasilkan pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang daun, lebar daun, tebal daun dan diameter ba,ang berbeda sangat nyata pada masing-masing aksesi, sedangkan pada parameter jumlah daun tidak berbeda nyata. Aksesi 20 memiliki tinggi tanaman ( cm), jumlah daun (9,33) dan panjang daun (84,60 cm) yang relatif tinggi dibandingkan dengan aksesi lainnya. Pada parameter lebar daun dan tebal daun pada aksesi 17 tertinggi yaitu 1.42 cm dan 0,77. Jumlah anakan pada aksesi 12 memiliki jumlah anakan yang terbanyak yaitu

10 Cheppy Syukur, dkk. Tabel 3. Data analisis mutu 20 aksesi serai wangi umur 6 dan 9 bulan di KP. Manoko 2011 Aksesi Kadar Hasil minyak Rendemen Kadar air % Ratarata rata -rata panen (%) panen (ml) Rata - panen (%) Rata minyak Panen I Panen II Ke-1 Ke-2 Ke-1 Ke-2I Ke-1 Ke-2 Andus , Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus Andus rata-rata STDEV Rata -rata b. Karakterisasi dan evaluasi 20 aksesi Serai dapur Tabel 4. Data karakter pertumbuhan 20 aksesi Serai Dapur 7 BST di KP. Cimanggu 2011 Aksesi Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Jumlah Daun Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Tebal Daun Diameter Batang cdefg 76.20bcde 9.93a 72.87bcd 1.13cde 0.74ab 7.15abc cdefg 89.40bcd 9.83a 69.58cde 1.20bcd 0.63abcde 6.79abcd ab 94.40bcd 9.60a 75.53abcd 0.97e 0.56bcde 5.71d g 83.87bcde 9.53a 54.67fg 0.97e 0.45e 5.65d abcde 85.53bcde 9.80a 77.73abc 1.31abc 0.68abcd 7.64ab abcde 98.00abcd 8.93a 73.47bcd 1.13cde 0.60abcde 5.86cd abcde ab 9.33a 73.02bcd 1.05de 0.55bcde 5.61d abcde 56.10de 9.67a 72.78bcd 1.08de 0.52cde 6.02cd abc abc 9.87a 81.60ab 1.19bcd 0.74abc 7.75ab h 40.80e 9.57a 46.20g 1.09de 0.48de 6.57bcd abcd abc 9.47a 76.92abcd 1.07de 0.53bcde 5.60d defg a 9.47a 62.00ef 0.98e 0.54bcde 6.05cd abcde abc 9.47a 68.47cde 1.03de 0.48de 5.74d efg ab 9.87a 62.33ef 1.06de 0.57abcde 5.92cd 34

11 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik defg 75.23bcde 9.93a 71.90bcd 1.34ab 0.62abcde 7.67ab efg 71.33bcde 9.33a 68.33cde 1.13cde 0.71abc 7.78ab cdefg 60.40cde 10.07a 72.33bcd 1.34ab 0.68abcd 7.96a fg 63.97cde 9.40a 66.57de 1.20bcd 0.54bcde 6.80abcd cdefg ab 10.00a 73.22bcd 1.42a 0.77a 7.53ab a abcd 9.33a 84.60a 1.36ab 0.68abcd 7.86ab Ket. ** * tn ** ** * ** Tabel 5. Data produksi 20 aksesi Serai Dapur 7 BST di KP. Cimanggu 2011 Aksesi Bobot Segar (kg) Bobot akar segar (kg) Bobot Batang + Daun segar (kg) Bobot Kering angin (gr) Bobot Akar Kering Angin (gr) Bobot Batang + Daun segar (gr) Lebar Kanopi (cm) ab 0.30ab 3.47abc 2.06abcd abc ab abcd abc 0.29ab 2.79abcd 1.58bcdefg a bcd abcd ab 0.19ab 3.71ab 1.85abcdef bcde abc abcd abc 0.18ab 2.81abcd 1.43defgh bcde bcd cde abc 0.25ab 3.34abcd 1.95abcde ab abc abc ab 0.21ab 3.69ab 1.97abcde bcde abc abcd ab 0.18ab 3.91ab 2.06abcd cde ab abcd dc 0.23ab 1.74de 1.03fghi bcde 899.8de cde abc 0.24ab 2.68bcd 1.40defgh 95.59cde bcd a d 0.12b 0.78e 0.48i 59.64e 417.0e 90.50e ab 0.16ab 4.07ab 2.38abc bcde a abc ab 0.21ab 4.01ab 2.43ab abcde a abcd ab 0.25ab 3.70ab 2.04abcde 93.21cde ab abcd abc 0.34a 3.02abcd 0.56hi bcde 443.1e abcd abc 0.33a 2.76bcd 1.61bcdefg abc bcd abcd bc 0.35a 2.45bcd 1.15efghi bcde cde ab abc 0.27ab 2.71bcd 1.52cdefg abcde bcd bcd dc 0.22ab 1.74de 0.87ghi 61.42e 808.6de de dc 0.22ab 1.85cde 0.97fghi 65.06de 908.3de cde a 0.24ab 4.45a 2.59a abcd a ab Ket ** tn ** ** * ** * Pada panen pertama tanaman contoh parameter bobot segar, bobot batang dan daun segar, bobot kering angin, bobot akar kering angin, bobot batang dan daun segar dan lebar kanopi menunjukkan hasil yang beberda nyata pada semua aksesi, sedangkan pada bobot akar segar hasil tidak berpengaruh nyata antar aksesi. Hasil pengamatan panen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Pada aksesi 20 memiliki bobot segar, bobot batang dan daun segar, bobot kering angin dan bobot batang dan daun segar setelah dikeringkan tertinggi yaitu 4,69kg, 4.45 kg, 2.59gr dan 2443,6 gr. Sedangkan pada aksesi 9 memiliki lebar kanopi terlebar yaitu 154 cm. 35

12 Cheppy Syukur, dkk. c. Rejuvenasi dan karakterisasi 81 aksesi nilam Telah dilakukan perbanyakan (Rejuvinasi) pada 81 aksesi nilam yang ada di Kebun Percobaan Manoko. Perbanyakan dengan menggunakan stek pucuk dan setek ruas 3-4 ruas yang di semai di plolybag yang berukuran 10 x 15 cm. Setelah persemain berumur 1,5 bulan tanaman di pindahkan kelapangan. Perbanyakan di lapang, pada masingmasing plot di tanam 10 tanaman kemudian akan diamati terhadap karakter pertumbuhannya. Pada saat ini kondisi tanaman sedang masa pertumbuhan dan berumur 5 bulan setelah tanam. Daun Karakteristik daun nilam yang diamati yaitu bentuk permukaan daun, bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, warna daun dan warna batang. Bentuk permukaan daun umumnya hampir mempunyai karakter bergelombang sedangkan yang mempunyai karakter halus terdiri dari 7 aksesi diantranya Poca 04, Poca 05, Poca 6, Poca 13, Poca 14, Poca 15 dan Poca 16. Sedangkan karakter bentuk daun variasinya sangat sempit, hampir semua aksesi mempunyai karakter bentuk daun oval atau lonjong. Bentuk tepi daun bergerigi dalam dan bergerigi pendek, bentuk ujung daun dan pangkal daun terdiri dari runcing dan rata. Karakter warna daun terdiri dari hijau gelap sampai hijau terang. Sedangkan batang berwarna batang hijau dan ungu, bentuk batang bulat (Tabel 6). Tabel 6. Karakter kualitatif 81 aksesi nilam di KP. Manoko Nomor Aksesi Bentuk permukaan daun Bentuk Daun Tepi daun Bentuk Ujung daun Pangkal daun Daun (No) Warna Batang Poca 01 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 196 A Poca 02 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG187 C Poca 03 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 195 A Halus Poca 04 bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG187A Poca 05 Halus bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 06 Halus bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 195A Poca 07 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 198A Poca 08 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 09 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 10 Bergelombang Oval bergerigi dalam Rata Rata GG 137 c Greyed PG 186C Poca 11 Bergelombang Oval bergerigi dalam Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 12 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Halus Poca 13 bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 14 Halus bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 186C Halus Poca 15 bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 195A Poca 16 Halus bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 195A Poca 17 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 195A Poca 18 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 195A Poca 19 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 20 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 21 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 194A Poca 22 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 195A Poca 23 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 24 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 194A 36

13 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik Poca 25 Bergelombang Oval bergerigi dalam Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 26 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 27 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 28 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 29 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 30 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 196A Poca 31 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 196A Poca 32 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Rata GG 137 c Greyed GG 194A Poca 33 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 34 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Runcing GG 137 c Greyed GG 194B Poca 35 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 36 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 37 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Rata Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 38 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Tumpul Runcing GG 137 c Greyed GG 194A Poca 39 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 40 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 41 Bergelombang Oval bergerigi dalam Tumpul Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 42 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed PG 187A Poca 43 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Rata GG 137 c Greyed PG 187B Poca 44 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Rata GG 137 c Greyed PG 187B Poca 45 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Tumpul Rata GG 137 c Greyed GG 194B Poca 46 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Tumpul Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 47 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Rata GG 137 c Greyed PG 187A Poca 48 Bergelombang Oval bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137 c Greyed GG 189B Poca 49 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG n 137c Greyed GG 194A Poca 50 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG n 137B Greyed GG 195A Poca 51 Bergelombang Oval Begerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed GG 194 A Poca 52 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed GG 191 A Poca 53 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG N137b Greyed GG 195A Poca 54 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Rata GG 137c Greyed GG 196A Poca 55 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG N137 C Greyed GG 191A Poca 56 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137C Greyed GG 194A Poca 57 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Rata GG 137C Greyed GG 195A Poca 58 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG N137b Greyed PG 187A Poca 59 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG N 137C Greyed PG 187A Poca 60 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG N 137B Greyed PG 187A Poca 61 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137B Greyed PG 187A Poca 62 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137C Greyed PG 187A Poca 63 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG N 137B Greyed PG 187A Poca 64 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing Runcing GG N137B Greyed PG 187A Bergerigi dalam Poca 65 Bergelombang Oval Runcing Runcing Rata GG N137B Greyed PG N186C Poca 66 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed GG 189A Poca 67 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed PG N186C Poca 68 Bergelombang Oval Bergerigidalam Runcing Runcing GG N137B Greyed PG 187A Poca 69 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed PG N186C Poca 70 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed PG N186C Poca 71 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137C Greyed PG 187A Poca 72 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed PG 187A Poca 73 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG N137b Greyed PG N186C Poca 74 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Rata GG N137b Greyed GG 189A Poca 75 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG N137b Greyed GG 189A Poca 76 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137c Greyed PG N186C Poca 77 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137c Greyed PG 187A 37

14 Cheppy Syukur, dkk. Poca 78 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Runcing Runcing GG 137b Greyed PG N186C Poca 79 Bergelombang Oval Bergerigipendek Runcing Runcing GG 137c Greyed PG N186C Poca 80 Bergelombang Oval Bergerigi pendek Tumpul Rata GG 137c Greyed PG 187C Poca 81 Bergelombang Oval Bergerigi dalam Runcing Runcing GG 137c Greyed PG 187C Karakter Kuantitatif Dari semua aksesi nilam yang dikarakterisasi mempunyai sifat yang bervariasi berdasarkan karakter tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Karakter tinggi tanaman berkisar antara 16,3 48,8 cm, karakter tertinggi terdapat pada aksesi Poca 60 (48,8 cm), terendah terdapat pada aksesi Poca 3 (16,3 cm). Karakter jumlah cabang berkisar antara 3,5 16,2, tertinggi terdapat pada aksesi Poca 39 (16,2) sedangkan terkecil perdapat pada aksesi Poca 18 (3,5). Karakter jumlah daun berkisar antara 4,6 14,4, jumlah terbanyak terdapat pada aksesi Poca 4 (14,4) dan terendah terdapat pada aksesi Poca 20 (4,6). Karakter panjang daun berkisar antara 3,8 10,3 cm, karakter terpanjang terdapat pada aksesi Poca 13 (7,1cm) terpendek terdapat pada aksesi Poca 19 (19 cm). Sedangkan karakter lebar daun berkisar antara 2,7 7,2 cm, tertinggi terdapat pada aksesi Poca 71 (7,2 cm) terendah pada aksesi Poca 19 (2,5 cm) (Tabel 7). Tabel 7. Karakter kuantitatif 81 aksesi nilam di KP. Manoko Aksesi Tinggi Jumlah Jumlah Panjang tanaman cabang daun daun Lebar daun Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca

15 Rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi 4 jenis plasma nutfah tanaman obat dan aromatik Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Poca Min Max , Hasil analisis kluster aksesi nilam di KP. Manoko berdasarkan karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, panjang dan lebar daun ke 81 aksesi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok I dan kelompok II. Kelompok I terbagi menjadi dua sub kelompok yaitu sub kelopok 1 dan sub kelompok 2. Tiap sub kelompok terbagi lagi menjadi dua sub-sub yang lebih kercil yang terdiri dari 28 aksesi, sedangkan sub kelompok 2 terdiri dari 49 aksesi. Sedangkan kelompok II terdiri dari 3 aksesi yaitu Poca 39, Poca 60 dan Poca 70. Yang membedakan kedua kelompok tersebut adalah karakter tinggi tanaman, pada aksesi Poca 39 tinggi tanaman 45,8 cm, Poca 60 tinggi tanaman 48,8 cm dan Poca 70 tinggi tanaman 42,5 cm 39

16 Similarity Cheppy Syukur, dkk. Dendrogram with McQuitty Linkage and Euclidean Distance Observations Gambar 1. Dendrogram 81 aksesi plasma nutfah nilam di KP. Manoko berdasarkan hasil analisis kluster d. Evaluasi daya hasil 9 aksesi Jahe Merah di lahan Marjinal Dari hasil pertumbuhan 9 aksesi jahe merah di lahan marjinal Banten, secara umum menunjukkan pertumbuhan yang bertahap sesuai dengan daya adaptasi dari aksesiaksesi yang ditanam. Pada awal pertumbuhan sebagian besar pertumbuhan warna daun bergerak dari warna daun hijau kekuningan dan mulai umur antara 6 7 bulan warna daun mulai seragam menjadi hijau tua, menandakan suburnya pertumbuhan walaupun di lahan marjinal (gambar 24). Berdasarkan hasil pengamatan umur 7 bulan dari 9 aksesi jahe merah yang ditanam, menunjukkan adanya keragaman dalam beberapa parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun tinggi batang dan diameter batang, sedangkan untuk parameter jumlah anakan dan jumlah daun dari 9 aksesi yang di evaluasi, berdasarkan analisa statistik tidak menunjukkan adanya keragaman (Tabel 8), tapi berdasarkan data pengamatan aksesi yang memiliki jumlah anakan tertinggi di tampilkan olek aksesi Jamer 007 sebanyak 18 anakan dan aksesi yang memiliki jumlah daun terbanyak di tampilkan oleh aksesi Jamer 005 sebanyak 21 helai daun per batang. Tabel 8. Data pertumbuhan 9 aksesi jahe merah umur 7 bulan di lahan marjinal Banten, Aksesi Tinggi Jumlah Jumlah Panjang Lebar Tinggi Diameter tanaman anakan daun daun daun batang batang Jamer a a a ab 2.43 a a a Jamer a a a a 2.36 a a a Jamer ab a a bc 2.20 ab ab 8.11 a Jamer b a a c 1.96 b b 7.49 a Jamer a a a ab 2.36 a a 9.01 a Jamer a a a abc 2.17 ab a 9.10 a Jamer a a a ab 2.19 ab a a Jamer a a a ab 2.36 a a 9.25 a Jamer a a a ab 2.36 a a 9.18 a Rata-rata CV (%) Dari keragaman yang ditampilkan oleh 9 aksesi jahe merah pada parameter tinggi tanaman yang diukur dari batang bawah di atas permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi, menunjukkan aksesi Jamer 002 lebih tinggi dibandingkan aksesi lainnya, dan parameter tinggi batang yang diukur dari batang bawah diatas permukaan tanah sampai titik tumbuh (ujung batang), juga menunjukkan aksesi Jamer 002 lebih tinggi dibanding aksesi lainnya (Tabel 8). Parameter helaian daun yang di ukur dari helaian daun sempurna atau sudah tidak mengalami penambahan ukuran, menunjukkan aksesi Jamer 002 lebih panjang dan aksesi Jamer 001 lebih lebar disbanding aksesi lainnya. Untuk diameter batang yang lebih 40

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dipanen pada Umur yang Berbeda

Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dipanen pada Umur yang Berbeda Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dipanen pada Umur yang Berbeda Growth, Yield and Quality of Essential Oils 16 Accession Patchouli (Pogostemon cablin

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK Sunyoto *, R. Murtopo, dan M. Kamal Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli September 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23 VI. UBIKAYU 6.1. Perbaikan Genetik Kebutuhan ubikayu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri berbahan baku ubikayu, sehingga diperlukan teknologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang 17 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu Tanaman, dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun Desa Pujon (1200 meter di atas permukaan laut) Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 di kebun Parungaleng, Cijayanti, Bogor dan Laboratorium Fisika, Laboratorium

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL MENTHA MEARSIA 1

VARIETAS UNGGUL MENTHA MEARSIA 1 VARIETAS UNGGUL MENTHA MEARSIA 1 Mentha (Mentha spp), tanaman aromatik penghasil minyak atsiri yang bernilai tinggi yang bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah sub tropik. Minyaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci