J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta Juli 2008 ISSN X
|
|
- Sri Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta Juli 2008 ISSN X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN BIOREAKTOR ANAEROBIK BIAKAN MELEKAT DALAM SKALA LABORATORIUM PENGAMATAN PENGURANGAN BOD, COD DAN TSS DENGAN VARIABEL WAKTU TINGGAL Petrus Nugro Rahardjo Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Nowadays as CPO producer Indonesia has become the secondly biggest country in the world. Enormous CPO factories are spread out in Sumatra, Java, Kalimantan and Sulawesi, but the amount of the wastewater produced become a very difficult problem. In coping with this case, a research on anaerobic treatment process by using biofilter attached culture was done in laboratorium scale. Acidity of the process was maintained on ph 6.8 to 7.4. The detention time was varried from 4 to 6 days. The results show that BOD can be reduced until 83.5%, COD 86.83% and TSS 9.35% for 6 day-detention time. Many experiments have been done by the more institutions in Indonesia, but the conclusion says that the complete treatment system suitable for handling the wastewater produced by CPO factories should use a combination of anaerobic and aerobic process. Key Words: Anaerobic wastewater treatment, Crude Palm Oil Factory 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir ini di Indonesia telah terjadi perkembangan jumlah industri kelapa sawit yang cukup besar. Saat ini komoditi minyak mentah kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) merupakan hasil industri andalan Pemerintah Indonesia. Sekarang Indonesia sudah menjadi penghasil CPO terbesar kedua setelah negara tetangga, Malaysia. Namun sejalan dengan bertumbuh-kembangnya Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sudah tentu jumlah limbah yang dihasilkannya juga meningkat tajam. Diketahui bahwa secara kualitas karakteristik limbah cair PKS memiliki kandungan beban bahan-bahan pencemar yang sangat tinggi. Hal itu ditunjukkan dari beban BOD (Biochemical Oxygen Demand) yang rata-rata berkisar antara mg/l sampai mg/l, sementara beban COD (Chemical Oxygen Demand) rata-rata antara mg/l sampai dengan mg/l. Kandungan TSS (Total Suspended Solid) berkisar antara mg/l sampai mg/ l. Secara kuantitas jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh satu PKS rata-rata sebesar 60% dari kapasitas pengolahannya. Sebagai contoh ialah PKS PT. Kertajaya di PT Perkebunan Nasional VIII, Pandeglang, yang mempunyai kapasitas pengolahan sebesar 30 ton TBS (Tandan Buah Segar) per jamnya, ternyata memproduksi limbah cair sebesar 18 m 3 /jam. Pada 48 Rahardjo, P. N. 2008
2 pengoperasian puncak, yaitu PKS beroperasi selama 24 jam penuh, maka jumlah limbah cair yang dihasilkan sebesar 432 m 3 /jam. Jumlah limbah tersebut sudah tergolong cukup besar. Dalam mengelola limbah cair, umumnya PKS yang berada di Indonesia menggunakan cara ekstensifikasi, yaitu setelah pemisahan lemak dalam unit Fatpit, kemudian air limbah dialirkan ke kolamkolam anaerobik dengan ukuran luas yang sangat besar. Dari kolam anaerobik lalu dilanjutkan dalam kolam-kolam aerobik. Ukuran luas kolam-kolam ini minimal sebesar 20 m x 40 m. Kolam-kolam Anaerobik (Anaerob ponds) biasanya mempunyai waktu tinggal sekitar 30 hari lebih, sementara untuk kolam Aerobik waktu tinggalnya bahkan ada yang sampai 60 hari. Alasan yang ada adalah karena areal perkebunan mempunyai lahan yang sangat luas, misalnya minimum Ha. Dengan demikian kebutuhan lahan yang luas untuk pengelolaan dan pengolahan limbah cair suatu PKS bukan menjadi masalah yang berarti. Namun masalah yang timbul adalah pada pengoperasian proses pengolahan limbah cair dan perawatan unit-unit prosesnya yang ternyata tidak dijalankan dengan benar, sehingga hasil pengolahannya pun menjadi tidak optimal. Karena masalah tersebut, maka banyak intitusi atau badan litbang melakukan risetnya masing-masing untuk mencari dan memperoleh suatu sistem pengolahan limbah cair PKS yang berdasarkan pada cara intensifikasi. Berbagai paduan jenis proses pengolahan, bahkan sampai ke perancangan unit-unit teknis perangkat pemrosesnya telah banyak dilakukan, namun baru pada skala-skala yang terbatas, misalnya skala laboratorium atau Bench Scale atau sampai Pilot Plant. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mencari suatu kondisi proses yang optimal dengan sistem anaerobikmenggunakan media biofilter biakan melekat parameter, yaitu BOD, COD dan TSS. 2. METODOLOGI 2.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah : Proses pengolahan anaerobik dengan menggunakan media biofilter biakan melekat dan dilaksanakan dalam unit berskala laboratorium. Pengamatan hanya ditujukan untuk memperoleh kondisi optimum untuk Td (Detention Time) dengan dasar presentasi penyisihan terhadap 3 parameter, yaitu BOD, COD dan TSS. Limbah cair PKS diambil dari PTP Nasional VIII, PKS PT. Kertajaya di Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Demikian pula untuk proses pembenihan mikrobanya yang menggunakan lumpur aktif dari PKS tersebut Tahap-tahap Pengolahan Tahap Persiapan Pada tahapan ini dilakukan perancangan sistem pemroses dengan dasar studi literatur. Setelah itu dilakukan pembuatan perangkat pemroses dengan dasar desain tersebut dan dilanjutkan dengan melakukan proses seeding dan aklimatisasi. Hasil pelaksanaan tahapan persiapan ini dapat dilihat pada tabel berikut Tahap Running Setelah tahapan aklimatisasi berjalan dengan baik yang ditandai oleh stabilnya proses pengolahan dengan prosentasi penyisihan BOD dan COD mencapai 80% lebih, maka tahap pengoperasian sistem perangkat pemroses secara kontinyu dapat dilaksanakan. Running atau pengoperasian seluruh proses anaerobik dilakukan selama dua bulan penuh dengan memvariasikan 3 waktu tinggal, yaitu 4, 5 dan 6 hari. Setiap dua hari sekali dilakukan pengambilan sampel dari 4 titik pengamatan, yaitu pada Pengolahan Limbah Cair... J. Tek. Ling. Edisi Khusus
3 umpan limbah cair awal (Bak Sedimentasi I), influent unit anaerobik, effluent unit anaerobik dan effluent bak sedimentasi II (lihat Gambar 1). Apabila dirasa perlu frekuensi pengambilan sampel dapat ditambah. Pelaksanaan ujicoba proses pengolahan dengan skala laboratorium ini dilakukan di laboratorium proses pada Balai Teknologi Lingkungan, Serpong. Tabel 1. Spesifikasi unit-unit sistem pemroses Tabel 2. Spesifikasi media biofilter Tabel 3. Perangkat pendukung. anaerobik. 50 Rahardjo, P. N. 2008
4 Gambar 1 : Sistem pengolahan dengan reaktor anaerobik media biofilter biakan melekat Gambar 2 : Photo sistem pengolahan anaerobik di laboratorium Analisa Laboratorium Sampel air limbah selama proses pengolahan langsung dianalisa untuk parameter COD dan TSS, sedangkan analisa contoh limbah cair untuk parameter BOD harus dilakukan pengeraman selama 5 hari Waktu dan tujuan Percobaan dilakukan pada tahun anggaran 2005/2006 di laboratorium proses Balai Teknologi Lingkungan Serpong. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Pengoprasian Proses Pengolahan Dalam pengoperasian seluruh proses pengolahan sistem anaerobik secara kontinyu, kondisi proses harus terus dijaga agar stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Limbah cair segar yang berasal dari PKS PT. Kertajaya rata-rata mengandung BOD maksimal mg/l, COD maksimal mg/l dan TSS maksimal mg/ Pengolahan Limbah Cair... J. Tek. Ling. Edisi Khusus
5 l, serta kondisi keasaman yang sangat rendah, yaitu ph 3,8. Limbah cair yang ditempatkan dalam drum-drum bervolume 20 liter disimpan dalam lemari pendingin, dengan maksud agar tidak terjadi proses pengolahan atau degradasi oleh mikroba. Temperatur lemari pendingin dikontrol di bawah 5 C 3). Dengan temperatur serendah itu dan kondisi keasaman yang sangat rendah, maka dianggap tidak terjadi proses degradasi oleh mikroba. Limbah cair segar dari tempat penyimpanan terlebih dahulu dinaikkan ke temperatur ruangan secara cepat, kemudian dialirkan secara gravitasi sedikit demi sedikit ke bak sedimentasi I. Dalam bak sedimentasi pertama ini diambil sampel pertama. Dari bak Sedimentasi kemudian dipompa ke bak Netralisasi dan dibubuhkan larutan NaOH 2M untuk menaikkan ph sampai sekitar 7. Pembubuhan NaOH berjalan secara automatis, yaitu dengan menggunakan ph kontrol. Diinginkan ph operasi berkisar dari 6,8 sampai 7,4. Jadi bila ph telah mencapai 7,4, maka pompa dosing NaOH akan berhenti dan sebaliknya bila ph turun sampai lebih rendah dari 6,8, maka pompa dosing NaOH akan automatis hidup bekerja kembali dan seterusnya. Laju alir pemompaan umpan ke dalam bak Netralisasi diatur agar mempunyai waktu tinggal selama 4 hari berada di dalam Reaktor Anaerobik. Dalam bak Netralisasi dilakukan pengadukan dengan menggunakan pengaduk magnet. Pengadukan dilakukan dengan maksud agar umpan yang masuk ke dalam reaktor anaerobik betul-betul homogen. Dari bak Netralisasi, limbah cair yang sudah netral tersebut mengalir secara gravitasi ke dalam Reaktor Anaerobik. Pengambilan sampel kedua dilakukan tepat pada saluran inlet Reaktor Anaerobik. Dalam Reaktor ini waktu tinggal limbah cair selama 4 hari. Effluent yang keluar dari unit Reaktor Anaerobik juga langsung diambil sampelnya sebagai sampel ketiga. Kemudian effluent dari Reaktor mengalir ke unit Sedimentasi II. Effluent dari bak Sedimentasi II ini juga diambil sedikit sebagai sampel terakhir (keempat), sementara lumpur yang mengendap pada bagian dasar bak Sedimentasi II disirkulasikan ke dalam Reaktor Anaerobik kembali. Pengoperasian ini terus dijalankan sampai diperoleh data yang cukup. Setelah pengoperasian dengan waktu tinggal 4 hari selesai, kemudian laju alir pompa diperlambat lagi hingga sesuai dengan waktu tinggal 5 hari untuk unit Reaktor Anaerobik. Demikian seterusnya pengoperasian proses pengolahan dilakukan secara kontinyu dan untuk rangkaian proses terakhir waktu tinggalnya adalah 6 hari Pengurangan parameter BOD Hasil analisa laboratorium untuk parameter BOD ditunjukkan pada Tabel berikut. Penghitungan efisiensi pengurangan beban BOD dilihat dari selisih nilai BOD pada sampel ke 2 dan sampel ke 3. Tabel 4 : Hasil analisa BOD untuk Waktu Tinggal 4 hari di Unit Anaerobik 52 Rahardjo, P. N. 2008
6 Tabel 5. Hasil analisa BOD untuk Waktu Tinggal 5 hari di Unit Anaerobik. Tabel 6. Hasil analisa BOD untuk Waktu Tinggal 6 hari di Unit Anaerobik Pengurangan Parameter COD Hasil analisa laboratorium untuk parameter COD ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 7. Hasil analisa COD untuk Waktu Tinggal 4 hari di Unit Anaerobik Tabel 8. Hasil analisa COD untuk Waktu Tinggal 5 hari di Unit Anaerobik Tabel 9. Hasil analisa COD untuk Waktu Tinggal 6 hari di Unit Anaerobik Pengolahan Limbah Cair... J. Tek. Ling. Edisi Khusus
7 3.1.4 Pengurangan TSS Hasil analisa laboratorium untuk parameter TSS ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 10. Hasil analisa TSS untuk Waktu Tinggal 4 hari di Unit Anaerobik Tabel 11. Hasil analisa TSS untuk Waktu Tinggal 5 hari di Unit Anaerobik. Tabel 12. Hasil analisa TSS untuk Waktu Tinggal 6 hari di Unit Anaerobik Gambar 3. Hubungan Efisiensi Pengurangan Beban Pencemar dengan Waktu Tinggal. 54 Rahardjo, P. N. 2008
8 3.2. Pembahasan Dari hasil analisa laboratorium untuk ketiga parameter (BOD, COD dan TSS) dapat dilihat korelasinya dengan perubahan Waktu Tinggal, yaitu bahwa hasil pengolahan limbah cair PKS dengan menggunakan sistem anaerobik dan dengan media biofilter biakan melekat menunjukkan efisiensi pengurangan terbaik untuk ketiga parameter tersebut diperoleh pada Waktu Tinggal 6 hari. Dengan menghubungkan nilai rata-rata efisiensi pengurangan beban bahan pencemar dengan Waktu Tinggal dapat diperoleh kurva seperti berikut ini Perubahan Kualitas Limbah Cair Baku Diketahui bahwa kualitas limbah cair PKS PT. Kertajaya mengandung BOD ratarata maksimum sebesar mg/l, COD mg/l dan TSS mg/l. Namun pada saat percobaan dimulai ternyata limbah cair baku segar yang berada di bak Sedimentasi pertama mempunyai kandungan BOD s/d mg/l, COD s/d mg/l dan TSS antara sampai mg/l. Terjadinya perubahan kualitas limbah cair segar tersebut diperkirakan karena adanya proses pengolahan biologis selama perjalanan pengangkutan dari lokasi PKS di Pandeglang sampai ke laboratorium Balai Teknologi Lingkungan di Serpong yang membutuhkan waktu tempuh selama 4 jam. Limbah cair segar yang baru diambil langsung dari pabrik tersebut dikemas dalam jerigen plastik yang bervolume 20 literan dan dalam kondisi tertutup rapat, sehingga proses pengolahan biologis yang terjadi berlangsung secara anaerobik. Hal ini ditandai pula oleh menggelembungnya jerigen-jerigen limbah cair PKS tersebut. Adanya proses pengolahan biologis itu, menyebabkan terjadi degradasi bahanbahan pencemar yang terkandung dalam limbah cair segar tersebut. Dengan demikian, maka kandungan bahan pencemar baik BOD maupun COD telah berkurang secara berarti (pengurangan >80%). Namun untuk parameter TSS nilai pengurangannya hanya 9,35% Waktu Tinggal Optimal Berdasarkan Tomo dkk. 1), proses pengolahan limbah cair PKS yang paling baik adalah proses yang berlangsung anaerobik dan dalam kondisi thermopilik, yaitu proses yang berlangsung pada temperatur tinggi C dan optimal pada temperatur C. Namun variabel Waktu Tinggal (Detention Time) masih dapat diteliti lebih lanjut, walaupun menurut Tomo dkk. Waktu Tinggal optimal adalah 4 hari. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan (lihat Gambar 3), memang dengan meningkatnya Waktu Tinggal, maka meningkat pula Efisiensi Pengurangan bahan pencemar (BOD, COD & TSS). Tentu saja bila Waktu Tinggal terus ditingkatkan, maka hasil pengolahannya pun pasti makin baik. Namun yang dicari adalah hasil pengolahan yang telah memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku (misalnya BOD < 100 mg/l) Kondisi Yang Tidak Ideal Dalam Penelitian Pada pelaksanaan operasi di Laboratorium banyak dijumpai kondisi sistem yang tidak ideal. Ketidak-idealan tersebut antara lain: Seperti yang telah diuraikan tentang adanya perubahan kualitas limbah cair segar yang digunakan, kandungan BOD dalam limbah cair baku yang masuk ke dalam unit Sedimentasi I ternyata jauh di bawah ppm. Dengan nilai BOD yang rata-rata di bawah ppm menyebabkan beban pengolahan menjadi lebih ringan dari yang sebenarnya di lapangan. Terbentuknya scum atau gumpalangumpalan kecil yang terflotasi pada permukaan unit anaerobik, menyebabkan saluran outlet sering tersumbat, sehingga alirannya Pengolahan Limbah Cair... J. Tek. Ling. Edisi Khusus
9 menjadi kecil dan terhambat. Untuk mengatasi masalah tersebut terpaksa dilakukan penghisapan scum pada bagian permukaan unit anaerobik. Dengan adanya penghilangan skum yang terflotasi, maka telah terjadi pengurangan bahan pencemar dalam limbah cair yang sedang diolah 2). Bila pembentukan biofilm pada permukaan biofilter anaerobik sudah mulai menyumbat saluran-saluran yang tersedia, maka akan terjadi chanelling sehingga jalannya air limbah yang sedang diolah kemungkinan tidak mengalir dalam perioda waktu yang cukup sesuai waktu tinggal yang diharapkan. Disamping itu dengan bertambahnya volume biofilm, maka volume air limbah yang mengalir di dalam unit anaerobik juga akan berkurang, sehingga perioda waktu tinggalnya juga relatif lebih singkat. Untuk mengantisipasi masalah ini perlu dilakukan modifikasi jalannya kondisi operasi, yaitu dengan memperlambat laju alir masuk umpan air limbah baku Produksi Gas Methan Dalam Proses Anaerobik Dalam pengoperasian proses anaerobik dipastikan akan terbentuk gas Methan sebagai hasil reaksi dari proses degradasi bahan-bahan pencemar tersebut. Berdasarkan pengamatan selama proses percobaan di laboratorium, ternyata laju alir produksi gas Methan cukup berarti, yaitu sekitar 0,1 sampai 0,3 ml per 24 menit. Jadi ternyata potensi gas Methan cukup besar bila akan dimanfaatkan untuk keperluan pembangkitan energi. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan a. Waktu tinggal optimum berdasarkan penelitian pengolahan limbah cair PKS melalui proses anaerobik dengan biofilter biakan melekat ini adalah 6 hari. Dengan waktu tinggal selama 6 hari tersebut BOD dapat diturunkan hingga rata-rata 83,50%, COD 86,83% dan TSS hanya 9,35%. b. Produk gas Methan dalam pengoperasian proses pengolahan limbah cair PKS secara anaerobik dengan biofilter biakan melekat merupakan potensi yang sangat baik untuk dimanfaatkan nilai kandungan energinya. c. Dalam pelaksanaan pengoperasian sistem pengolahan limbah cair PKS pada skala laboratorium ini masih banyak dijumpai ketidak-idealan yang terjadi, misalnya adanya penyumbatanpenyumbatan pada saluran atau selang aliran limbah cair. Karena itu untuk menjaga kontinuitas pengoperasian dibutuhkan modifikasi cara pelaksanaan penelitian ini, misalnya dengan mengurangi secara perlahan laju alir limbah cair baku. 4.2 Saran a. Untuk lebih meningkatkan efisiensi proses pengolahan limbah cair PKS dengan sistem anaerobik ini, patut dilakukan percobaan dengan kondisi thermopilik. b. Gas Methan sebagai hasil samping dalam pengoperasian proses pengolahan limbah cair PKS secara anaerobik sebaiknya dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk keperluan kebutuhan energi dalam pengoperasian jalannya proses pengolahan limbah itu sendiri. 56 Rahardjo, P. N. 2008
10 c. Untuk mengatasi permasalahan ketidakidealan sistem pemroses yang ada pada skala laboratorium hendaknya dilakukan scale up, yang berarti menambah besar ukuran unit-unit sistem pemroses, sampai pada besar ukuran perpipaan yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Metode Pengapungan (Flotasi), Fak. Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Wisnuprapto dan Nurwandi, Pengaruh Waktu Stabilisasi Terhadap Penyisihan COD Dengan Reaktor Kontak Stabilisasi Dalam Pengolahan Air Buangan Minyak Kelapa Sawit, ITB, Bandung, Tomo HS. dkk., Pengolahan Limbah Cair Minyak Kelapa Sawit Dengan Sistem Anaerobik Aerobik, BPPT, Jakarta, Zuhra Syaifulah, Pengolah Limbah Cair Minyak Kelapa Sawit Dengan Pengolahan Limbah Cair... J. Tek. Ling. Edisi Khusus
BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciSTUDI BANDING TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 09-18 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X STUDI BANDING TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT Pertus Nugro Rahardjo Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) adalah sumber minyak nabati terbesar di dunia. Menurut laporan oil world pada tahun 2011, minyak kelapa sawit memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR YANG IDEAL UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR YANG IDEAL UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT Oleh : P. Nugro Rahardjo Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA, BPPT Abstract The number of crude palm oil factory
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciMODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN
MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis
Lebih terperinciSISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan
Lebih terperinciSektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL
BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
Lebih terperinciPERMASALAHAN TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT
PERMASALAHAN TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT Studi Kasus IPAL Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. KERTAJAYA Oleh : P. Nugro Rahardjo Peneliti pada Kelompok Teknologi Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari air kondensat pada
Lebih terperinciBALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANJARBARU BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN REAKTOR HYBRID ANAEROBIK Djoko Purwanto Yanuarianto Farida Crisnaningtyas Andri Taruna Rachmadi Desi Mustika Amaliyah ] BALAI RISET DAN STANDARDISASI
Lebih terperinciPEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK
JRL Vol.6 No.2 Hal. 159-164 Jakarta, Juli 21 ISSN : 285-3866 PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK Indriyati Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta 134 Abstract Seeding
Lebih terperinciRobby Cahyanto/NPM
INDUSTRI KELAPA SAWIT, LIMBAH CAIR DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBANGKIT LISTRIK (Penilaian Manajemen Teknologi Pengolahan Limbah Cair (POME) Kelapa Sawit) Robby Cahyanto/NPM.140659554
Lebih terperinciPengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciJurnal Teknologi Kimia Unimal
Jurnal Teknologi Kimia Unimal 2:2 (November 2013) 31 41 Jurnal Teknologi Kimia Unimal homepage jurnal: http://ft.unimal.ac.id/jurnal_teknik_kimia Jurnal Teknologi Kimia Unimal PENGOLAHAN AWAL LIMBAH CAIR
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciJURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010
Lebih terperinciEFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN
EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya
Lebih terperinci4.1. Baku Mutu Limbah Domestik
Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari limbah cair
Lebih terperinciBAB V ANALISA AIR LIMBAH
BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik
Lebih terperinciPENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS
PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS 2 PENDAHULUAN Kebijakan Perusahaan Melalui pengelolaan air limbah PMKS akan dipenuhi syarat buangan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan terhindar dari dampak sosial
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2006, Indonesia telah menggeser Malaysia sebagai negara terbesar penghasil kelapa sawit dunia [1]. Menurut Gabungan Asosiasi Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS) (Naibaho, 1999) atau
Lebih terperinciLAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN
LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN A.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, (USU), Medan. A.2 BAHAN DAN PERALATAN A.2.1 Bahan-Bahan
Lebih terperinci1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Limbah cair dari sebuah perusahaan security printing 1 yang menjadi obyek penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Perusahaan Security Printing X - memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis energi menjadi topik utama dalam perbincangan dunia, sehingga pengembangan energi alternatif semakin pesat. Salah satunya adalah produksi bioetanol berbasis
Lebih terperinciEFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN
EFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN Yudi Saputra, Arnes, Reni Desmiarti dan Elmi Sundari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN
J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri kelapa sawit telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menyumbang persentase terbesar produksi minyak dan lemak di dunia pada tahun 2011 [1].
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan
Lebih terperinciBAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS
6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan
Lebih terperinciBAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK 52 3.1 Karakteristik Air Limbah Domestik Air limbah perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Umum Pada Bab IV ini akan dijabarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian yang didapatkan. Secara garis besar penjelasan hasil penelitian
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN
J. Tek. Ling. Vol. 9 No. 1 Hal. 25-30 Jakarta, Januari 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER)
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER) Processing Waste Water Palm Oil Using of Reactor UAF (Upflow Anaerobic Filter) Djoko Purwanto Balai Riset dan Standardisasi
Lebih terperinciBAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN
BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *) Abstrak : Industri tempe Bapak Karipan di Desa Sedenganmijen Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
Lebih terperinciBAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk
BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk 2.1. Sumber Limbah ini antara lain: Sumber air limbah yang ada di PT. United Tractors Tbk saat Dari proses produksi, (proses produksi/ bengkel, dan cuci unit),
Lebih terperinciTembalang, Semarang
PENCUCIAN PAKAIAN (LAUNDRY) DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA FILTER SERAT PLASTIK DAN TEMBIKAR DENGAN SUSUNAN RANDOM Satyanur Y Nugroho *), Sri Sumiyati *), Mochtar *) *) Program Studi Teknik
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER
PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciMukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang
OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagian terbesar dari kebutuhan energi di dunia selama ini telah ditutupi oleh bahan bakar fosil. Konsumsi sumber energi fosil seperti minyak dan batu bara dapat menimbulkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR MODIFIKASI DIGESTER UNTUK PRODUKSI BIOGAS DARI AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT SECARA BATCH
LAPORAN AKHIR MODIFIKASI DIGESTER UNTUK PRODUKSI BIOGAS DARI AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT SECARA BATCH Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit pertama dunia. Namun demikian, industri pengolahan kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat
Lebih terperinciII. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR/FOTO... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA
LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA L.A.1 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Tabel A.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina No. Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji 1. Ph -
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agroindustri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati di dunia
Lebih terperinciDesain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik
Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Oleh : Ananta Praditya 3309100042 Pembimbing: Ir. M Razif, MM. NIP.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DENGAN PROSES BIODEGESTER
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DENGAN PROSES BIODEGESTER Mukhlis, Aidil Onasis (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Industry know need water for processing,
Lebih terperinciPROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012
Efisiensi Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) Limbah Cair Pabrik Sagu dan Produksi Biogas Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start Up Azian Lestari, Adrianto Ahmad, Ida Zahrina Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak
Lebih terperinciStudi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung
Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 6() Januari 7: 7 ISSN 4-784 Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung Maya Sarah
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO
PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang
Lebih terperinciPENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan
Lebih terperincipenambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan menggunakan Fluidized Bed Reaktor secara aerobik dengan media styrofoam ini dimulai dengan melakukan strarter bakteri yaitu dengan penambahan
Lebih terperinciPengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)
Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN RINGAN
J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 85-89 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN RINGAN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Limbah Limbah adalah sampah dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% daripadanya berupa benda benda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang POME adalah suspensi koloid yang mengandung 95-96% air, 0,6-0,7% minyak dan 4-5% lemak dan padatan total. POME dikeluarkan dari industri berupa cairan coklat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperincikimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat
1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni
Lebih terperinciPetunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK
BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 BAHAN DAN ALAT 3.3 TAHAPAN PENELITIAN Pengambilan Bahan Baku Analisis Bahan Baku
3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian mengenai produksi gas dari limbah cair pabrik minyak kelapa sawit dengan menggunakan digester dua tahap dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2011.
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Pencemaran Air Oleh Limbah Domestik 4 1.2. Karakteristik Air Limbah Domestik 8 1.3. Potensi Limbah Cair di DKI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.
Lebih terperinciLilis Elizabet¹), Budijono²), M. Hasbi²) Abstrak
THEUSEOFPROCESSOR COMPLETED WITHZEOLIT ASBIOFILTER MEDIA TO IMPROVE THE QUALITY OF PALM OIL INDUSTRIAL LIQUID WASTE BASED AMMONIA AND TSS CONCENTRATION By Lilis Elizabet¹), Budijono²), M. Hasbi²) email:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu hasil perkebunan yang berkembang dengan sangat cepat di daerah-daerah tropis. Semenjak tahun awal tahun 1980 luas
Lebih terperinciPENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB
PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch
Lebih terperinciA. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi
Lebih terperinciIII.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.
39 III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Makna, Ciledug yang terletak di Jalan Ciledug Raya no. 4 A, Tangerang. Instalasi Pengolahan Air
Lebih terperinciEvaluasi dan Perencanaan Awal untuk Meningkatkan Efektifitas IPAL Sistem Anaerobik PKS PT. Deli Muda Perkasa
Evaluasi dan Perencanaan Awal untuk Meningkatkan Efektifitas IPAL Sistem Anaerobik PKS PT. Deli Muda Perkasa Evaluation and Initial Planning for Improved Effectiveness of Anaerob WWTP System in Crude Palm
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plan (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian
Lebih terperinciBab IV Data dan Hasil Pembahasan
Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme
Lebih terperinciPENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA
Surabaya, 18 Juni 28 ISSN 1978-427 PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA Tri Widjaja, Ali Altway Pritha Prameswarhi,
Lebih terperinciBab III Bahan, Alat dan Metode Kerja
Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja III.1. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan limbah pulp kakao yang berasal dari perkebunan coklat PT IGE di updelling Cipatat sebagai media atau substrat untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan IPAL Komunal menjadi salah satu pilihan untuk menangani limbah yang berasal dari aktivitas kegiatan permukiman agar tidak menjadi bahan pencemar mahluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara administratif berada di wilayah Kota Medan Kecamatan Medan Deli tepatnya Kelurahan Mabar Hilir. PD
Lebih terperinciPrestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN
STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciTUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Penelitian Disain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga buah unit aquaponic, yang digunakan untuk menanam tanaman Genjer (Limnocharis flava), dengan
Lebih terperinci