Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
|
|
- Benny Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Umum Pada Bab IV ini akan dijabarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian yang didapatkan. Secara garis besar penjelasan hasil penelitian meliputi: 1. Karakteristik limbah yang digunakan 2. Kondisi saat pembibitan dan aklimatisasi 3. Percobaan batch 4. Percobaan kontinyu 5. Kinetika Reaktor 6. Hidrodinamika 7. Mikroorganisme di dalam reaktor IV.2 Karakteristik air limbah yang digunakan Limbah yang digunakan di dalam penelitian adalah limbah buatan dengan karakteristik air limbah greywater. Alasan utama penggunaan limbah buatan dan bukan limbah asli adalah: 1. Adanya fluktuasi yang tinggi untuk kualitas organik limbah greywater, sehingga untuk memudahkan analisa dibuat kualitas bahan organik yang serupa untuk tiap percobaan 2. Tinjauan di dalam Penelitian ini meliputi konsentrasi DO, TSS, amonium dan COD, sedangkan di dalam limbah greywater asli kemungkinan terkandung pula bahan-bahan lain seperti minyak dan lemak, deterjen dll, yang kemungkinan dapat menghambat proses yang berlangsung, padahal bahanbahan ini tidak diteliti kualitasnya. 3. Kepraktisan. Mengingat penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang agak lama, maka dibutuhkan pula volume air limbah yang cukup besar. Oleh 63
2 karena itu dengan alasan kemudahan pembuatan sediaan limbah dan juga kualitas limbah yang dapat lebih dikontrol, digunakan air limbah buatan. Karakteristik air limbah yang digunakan ditunjukkan pada Tabel IV.1 Tabel IV.1 Kondisi air limbah yang digunakan No. Parameter Satuan Kontinyu 1 COD 1 mg/l NH 4 -N mg/l 2,5 3 Alkalinitas mg/l CaCO COD/NH 4 -N Temperatur o C 22-23,8 6 ph Berubah sesuai dengan kondisi percobaan Konsentrasi amonium 2,5 mg/l diambil berdasarkan nilai minimum konsentrasi amonium pada greywater. Sedangkan temperatur yang ada mengikuti kondisi lingkungan sekitar (tidak dikontrol). IV.3 Kondisi Saat Start-up Keseluruhan hasil percobaan kontinyu yang dilakukan didalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar IV.1. Sedangkan detail hasil dari percobaan batch dan tiap beban kontinyu dapat dilihat sub-bab Percobaan Batch dan Percobaan Kontinyu. Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab III.4 start-up dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penumbuhan biofilm dan tahap aklimatisasi reaktor sampai kondisi tunak. Tahap penumbuhan dilakukan selama 10 hari dengan mode operasi batch. Sebagai sumber karbon digunakan glukosa dengan konsentrasi setara 300 mg/l. Sumber nutrien digunakan amonium klorida dan kalium fosfat. Inokulum yang digunakan berasal dari biakan mikroorganisme reaktor lumpur aktif dan mikroorganisme dari saluran drainase. Sedangkan sumber mikronutrien berasal dari penambahan feri sulfat. Air di dalam reaktor diganti tiap dua hari sekali, dan 64
3 pengudaraan untuk ketiga reaktor dilakukan secara kontinyu. Pemeriksaan untuk periode ini hanya dilakukan secara visual yaitu pada pertumbuhan biofilm. Gambar IV.1 Penyisihan kadar S COD pada R1, R2 dan R3 saat aklimatisasi dan percobaan kontinyu Setelah periode penumbuhan biofilm 10 hari, maka mode operasi diganti secara kontinyu dengan mengalirkan air limbah buatan sukrosa pada debit 30 ml/menit. Sebagai sumber nutrien digunakan pupuk NPK buatan. Konsentrasi bahan organik yang digunakan adalah 650 mg/l. Penggunaan konsentrasi bahan organik yang tinggi melebihi beban rencana untuk running bertujuan untuk menyiapkan reaktor agar mempunyai kemampuan pengolahan untuk beban besar. Pengkondisian reaktor dengan pengudaraan tidak menerus mulai dilakukan pada tahap ini. Kondisi tunak didapatkan setelah 9 hari mulai aklimatisasi (Gambar IV.1). Waktu 9 hari adalah waktu yang normal untuk aklimatisasi reaktor biofilm mengacu pada Gray (2004), dimanaa diperlukan 3-8 hari aklimatisasi untuk penyisihan bahan organik (BOD). Setelah akhir masa aklimatisasi reaktor dilakukan penimbangan massa (kering) biofilm. 65
4 Dapat dilihat antara reaktor 1, 2, 3 mencapai waktu kondisi tunak yang tidak berbeda. Pada kondisi tunak ini dapat dilihat pertumbuhan biofilm yang cukup tebal. Tabel IV.2 Kondisi ketiga saat reaktor masa tunak tercapai No. Reaktor R1 R2 R3 1 Pengudaraan kontinyu 2 Waktu pencapaian 9 hari 9 hari 9 hari kondisi tunak 3 Efisiensi pada akhir 88% 88% 86% kondisi tunak 4 Berat biofilm kering/vol.reaktor (mg biomassa.(l Reaktor) -1 ) Dari hasil observasi ini menunjukkan kemampuan melekat yang cukup baik untuk mikroorganisme yang berasal dari reaktor lumpur aktif, karena secara teori bakteri lumpur aktif yang didominasi bakteri aerobik heterotrof mampu memproduksi biopolimer ekstraselular yang membentuk flok biologi atau biofilm untuk proses pertumbuhan melekat (Metcalf & Eddy, 2003). Gambar IV.2 Pertumbuhan biofilm pada media (a) saat awal (b) akhir periode start up 66
5 Massa biofilm kering diperhitungkan dengan menghitung selisih berat media yang masih mengandung biofilm dengan berat media kering. Sampel media diambil sebanyak 10 sampel tiap reaktor yang dikeringkan pada temperatur 105 o C selama dua jam dan ditimbang massanya. Waktu kondisi tunak dicapai setelah 17 hari dari awal pembibitan yang ditandai dengan stabilnya konsentrasi S COD pada effluen tiap reaktor. Temperatur harian rata-rata Tidak ada perbedaan untuk waktu pencapaian kondisi tunak untuk R1, R2 dan R3. Penurunan konsentrasi S COD rata-rata pada ketiga reaktor tidak jauh berbeda yaitu adalah 86%+2%. Proses aklimatisasi menunjukkan pencapaian masa tunak yang hampir sama untuk R1, R2 dan R3. Hanya saja laju penyisihan S COD pada masa aklimatisasi pada R2 lebih besar dari pada R1 dan R3. Hal ini berdasarkan pada laju penyisihan pada yaitu dengan massa biofilm yang lebih kecil tetapi menghasilkan penyisihan yang lebih besar. Akhir masa tunak menunjukkan kesamaan karakteristik R1 dan R3 Setelah mencapai kondisi tunak, maka percobaan dilakukan untuk kondisi aliran batch diikuti dengan kondisi aliran kontinyu. IV.4 Percobaan Batch Setelah melewati masa aklimatisasi, ketiga reaktor dioperasikan secara batch. Pengoperasian secara batch dilakukan dengan tidak mengalirkan air limbah pada influen maupun effluen. Konsentrasi air limbah yang digunakan adalah 300 mg/l. Sampel diambil tiap tiga jam pada titik pengambilan sampling kedua. Pengudaraan pada R1 dilakukan secara intermttent 2 jam hidup-2 jam mati, R2 4 jam hidup-4 jam mati, dan R3 diberikan pengudaraan menerus. Hasil pengambilan sampling berupa nilai konsentrasi S COD pada ketiga reaktor ditunjukkan pada Gambar IV.3. 67
6 350 Konsentrasi S COD (mg/l) Jam Reaktor R1 R2 R3 Gambar IV.3 Penyisihan kadar S COD pada R1, R2 dan R3 dalam kondisi Batch Gambar IV.3 di atas menunjukkan penurunan materi organik tercepat terutama di dalam 6 jam pertama, setelah itu laju penurunan bahan organik berangsur-angsur menurun sampai akhir masa pengambilan sampel pada jam ke-18. Percobaan secara batch menunjukkan profil penurunan S COD mengikuti reaksi orde ke-1. Ketiga reaktor menunjukkan profil yang sama. Hal ini adalah sesuai dengan teori umum bahwa laju reaksi keseluruhan untuk reaktor biofilter mengikuti orde ke-1 (Mann & Stephenson, 1997). Perhitungan laju penyisihan S COD pada percobaan batch dengan pendekatan persamaan III.8 untuk masing-masing R1, R2 dan R3 adalah 0.013, 0.014, dan mg S COD.(jam.mg biomassa) -1. Di sini terlihat bahwa perbandingan laju penyisihan S COD dalam percobaan batch menunjukkan laju penyisihan S COD yang tidak jauh berbeda, artinya penambahan oksigen secara intermittent tidak berpengaruh secara signifikan, tetapi berat biofilm yang terbentuk berpengaruh seperti yang terlihat pada Tabel IV.2. IV.5 Percobaan Kontinyu Percobaan kontinyu dilakukan setelah dilakukan percobaan batch. Percobaan kontinyu bertujuan untuk mengamati kinerja reaktor pada kondisi pengudaraan 68
7 yang diberikan. Sebagai parameter pembanding adalah bahan organik (S COD ), amonium, DO, TSS, ph dan temperatur. Tabel IV.3 Kondisi Beban Organik selama percobaan Run Laju HRT HLR Inlet COD OLR (l.hari -1 ) (jam) (m.hari -1 ) (mg.l -1 ) (kgcod.m -3.hari -1 ) 1 43, , ,2 4 2, , ,2 4 2, ,510 Parameter-parameter selain bahan organik diamati pada kondisi inlet COD 300 mg.l -1. Pengambilan sampel dan pemeriksaan dilakukan 6 kali tiap 3 jam Konsentrasi S COD (mg/l) Inlet R1 R2 R Waktu (jam) Gambar IV.4 Penyisihan kadar S COD pada variasi konsentrasi influen dengan Q= 43,2 l.hari-1 dan HRT = 4 jam Pengaruh kondisi pengudaraan terhadap kondisi reaktor dilihat berdasarkan dampaknya secara umum pada reaktor dengan mengamati kondisi efluen Amonium, S COD, DO dan TSS. 69
8 Pengamatan dilakukan pada konsentrasi influen COD teoritis 300 mg/l. Limbah yang digunakan adalah limbah buatan sukrosa dengan konsentrasi Amonium di influen 5 mg/l, ph rata-rata di influen 7,4, dan temperatur rata-rata 23,22 o C, maksimum 23,8 o C dan minimum 22 o C. Alkalinitas diberikan berupa CaCO 3 dengan konsentrasi 60 mg/l. Pengamatan dilakukan pada tiga reaktor masing-masing R1 untuk pengudaraan 2 jam hidup 2 jam mati (2-2), R2 dengan pengudaraan 4 jam hidup 4 jam mati (4-4), dan R3 dengan pengudaraan menerus. Pengudaraan diberikan dengan menggunakan aeratorr akuarium tipe coarse bubble. Debit udaraa yang diberikan sebesar 3,5 l/menit. Sampel diambil tiap tiga jam dengan 6 kali pengambilan sampel. Pengambilann sampel yang dilakukukan tiap tiga jam dengan kombinasi pengudaraan 2-2, 4-4, dan menerus akan memberikan waktu-waktu yang berbeda-beda (Gambar IV.1). Dengan metode ini, sampling dengan kondisi udara maka tidak diperlukan pengukuran parameter seperti laju pemakaian oksigen dan koefisien transfer massa seperti yang dilakukan Harris et al (1996). Gambar IV.5 Hubungan antara pengambilan sampel dan kondisi pengudaraan IV.5.1 Oksigen terlarut Pemeriksaan konsentrasi oksigen terlarut dilakukan secara langsung (in situ) pada sampel yang diambil menggunakan metode elektrometrik. Sampel diambil pada 70
9 tiap titik ketinggian untuk tiap reaktor. Pengukuran konsentrasi DO dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan temperatur air dan ph. Pengambilan sampel dilakukan tiap rentang waktu tiga jam. Hasil pengambilan sampel untuk tiap reaktor dapat dilihat pada Gambar IV.6, IV.7, dan IV.8. Sedangkan rata-rata konsentrasinya dapat dilihat pada Gambar IV.9. Gambar IV.10 menunjukkan hubungan antara waktu pengambilan sampel dengan kondisi pengudaraan pada tiap reaktor saat itu. 8 Konsentrasi DO (mg/l) R1 30 cm 60 cm Outlet Inlet Sampling ke- Gambar IV.6 Profil konsentrasi DO pada pengudaraan 2 jam-2 jam 7 Konsentrasi DO (mg/l) Sampling ke- R2 30 cm 60 cm Outlet Inlet Gambar IV.7 Profil konsentrasi DO pada pengudaraan 4 jam-4 jam 71
10 8 Konsentrasi DO (mg/l) R3 30 cm 60 cm outlet Inlet Sampling ke- Gambar IV.8 Profil konsentrasi DO pada pengudaraan menerus Gambar IV.9 Rata-rata DO untuk tiap titik sampling Gambar IV.10 Hubungan kondisi pengudaraan dan DO untuk ketiga reaktor 72
Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr
Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr Gambar IV.17-IV.19 menunjukkan pola yang sama untuk ketiga reaktor, dimana konsumsi bahan organik terutama terjadi pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciA. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang
Lebih terperinciBab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian III.1 Umum Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan didalam penelitian ini. Selain itu akan dijelaskan pula susunan reaktor, variabel yang digunakan, dan metode
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada pengelolaan air limbah secara individu, air limbah greywater belum menjadi perhatian utama. Air limbah greywater secara konvensional masuk ke dalam saluran drainase
Lebih terperinciPENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB
PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
85 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Karakteristik Limbah Pemeriksaan karakteristik limbah cair dilakukan untuk mengetahui parameter apa saja yang terdapat dalam sampel dan menentukan pengaruhnya
Lebih terperinciDISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.
UJIAN LISAN TUGAS AKHIR STUDI EFISIENSI PAKET PENGOLAHAN GREY WATER MODEL KOMBINASI ABR-ANAEROBIC FILTER Efficiency Study of ABR-Anaerobic Filter Combine Model As Grey Water Treatment Package DISUSUN OLEH
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH SALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA BENOWO
STUDI PENGARUH SALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA BENOWO Oleh: Lailatul Azizah 3306 100 090 Dosen Pembimbing: IDAA. Warmadewanthi, ST, MT, PhD. Latar Belakang Tumpukan sampah ditpa proses
Lebih terperinciBAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)
BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM) 90 5.1 Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis (Biofilm) Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis
Lebih terperinci1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Limbah cair dari sebuah perusahaan security printing 1 yang menjadi obyek penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Perusahaan Security Printing X - memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN
J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Lebih terperinciPengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER
PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012
Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012
Lebih terperinciPEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK
JRL Vol.6 No.2 Hal. 159-164 Jakarta, Juli 21 ISSN : 285-3866 PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK Indriyati Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta 134 Abstract Seeding
Lebih terperinciBAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN
BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis energi menjadi topik utama dalam perbincangan dunia, sehingga pengembangan energi alternatif semakin pesat. Salah satunya adalah produksi bioetanol berbasis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, aktivitas pengurangan amonium oleh bakteri nitrifikasi dan anamox diamati pada dua jenis sampel, yaitu air limbah industri dan lindi. A. Pengurangan amonium
Lebih terperinciPendahuluan. Prinsip Dasar. RBC (Rotating Biological Contractor) Marisa Handajani. Ukuran standar: Putaran 1,0-1,6 rpm
Pendahuluan RBC (Rotating Biological Contractor) Marisa Handajani Dibangun pertama kali di Jerman (Barat) pada tahun 1960 diperkenalkan di Amerika Serikat Di AS dan Kanada, 70% menyisihkan karbon organik
Lebih terperinciRBC (Rotating Biological Contractor) Marisa Handajani. Pendahuluan
RBC (Rotating Biological Contractor) Marisa Handajani Pendahuluan Dibangun pertama kali di Jerman (Barat) pada tahun 1960 diperkenalkan di Amerika Serikat Di AS dan Kanada, 70% menyisihkan karbon organik
Lebih terperinciPROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED
PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED Indriyati Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkaijan dan Penrapan Teknologi, Jakarta Abstrak
Lebih terperinciINTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)
PRESENTASI THESIS : INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Oleh: DYAH SETYORINI 3307 201 002 JURUSAN
Lebih terperinciPENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT
PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan kebutuhan energi semakin meningkat menyebabkan adanya pertumbuhan minat terhadap sumber energi alternatif.
Lebih terperinciMukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang
OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit
Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan
Lebih terperincipenambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan menggunakan Fluidized Bed Reaktor secara aerobik dengan media styrofoam ini dimulai dengan melakukan strarter bakteri yaitu dengan penambahan
Lebih terperinciOLEH : WARSIDI SUDARMA ( ) PASCA SARJANA TEKNIK LINGKUNGAN ITS
TESIS : Pengolahan Ammonium Nitrogen (NH 4+ - N) Pada Lindi TPA Benowo dengan Presipitasi Struvite (Magnesium Ammonium Phosphat) Menggunakan Continuous Flow Stirred Tank Reactor OLEH : WARSIDI SUDARMA
Lebih terperinciPENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan
Lebih terperinciDEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL
DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL Oleh : Indriyati Abstrak Limbah cair yang dihasilkan PT. Van Melle Indonesia (PTVMI), mengundang bahan organik tinggi dengan
Lebih terperinciLAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER
LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai
Lebih terperinciBab IV Data dan Pembahasan 4.2. Karakteristik Limbah Cair
Bab IV Data dan Pembahasan 4.1. Umum Bab ini menampilkan data-data yang diperoleh selama penelitian disertai pembahasan mengenai hasil yang didapat. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Penyajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat esensial untuk kehidupan, ini disebabkan tubuh mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun tubuh, air esensial
Lebih terperinciKINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA
Program Magister Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN,
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IV.1 Karakteristik Air Limbah
49 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Karakteristik Air Limbah Air limbah dalam penelitian ini adalah air limbah Rumah Sakit Makna yang berlokasi di Jalan Ciledug Raya, Tangerang dan tergolong rumah
Lebih terperinciPengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif
D18 Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan, Pengendapan, dan Zeolit-Arang Afiya Asadiya dan Nieke Karnaningroem Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari air kondensat pada
Lebih terperinciSistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)
Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc
TugasAkhir RE 091324 Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. 19550128 198503 2001 Oleh : Andrew indrawanto 3309100011 Tiap tahun bertambahnya jumlah penduduk Terjadinya banyaknya air
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-233
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-233 Fitoremediasi Air yang Tercemar Limbah Laundry dengan Menggunakan Kayu apu (Pistia stratiotes) Dea Ghiovani Raissa dan Bieby
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL
BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium
Lebih terperinciIMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER BERMEDIA BOTOL BEKAS MINUMAN PROBIOTIK STUDI KASUS AIR KALI SURABAYA (SETREN KALI JAGIR) IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING
Lebih terperinciUJI PERFORMANCE BIOFILTER ANAEROBIK UNGGUN TETAP MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER SARANG TAWON UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG AYAM
UJI PERFORMANCE BIOFILTER ANAEROBIK UNGGUN TETAP MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER SARANG TAWON UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG AYAM Oleh : Nusa Idaman Said *) dan Firly **) *) Kelompok Teknologi Pengelolaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika analisa dan pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terdiri dari karakteristik air limbah, pola penyisihan pencemar organik
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Air Baku Aliran Sungai Cihideung Sumber air baku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Institut Pertanian Bogor diambil dari dua aliran sungai yaitu sungai Cihideung
Lebih terperinciEffect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate Algae Reactor (HRAR) for Organic Matter Removal of Domestic Urban Wastewater
PENGARUH AERASI DAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA KEMAMPUAN HIGH RATE ALGAE REACTOR (HRAR) DALAM PENURUNAN BAHAN ORGANIK LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN Effect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciBab III Bahan, Alat dan Metode Kerja
Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja III.1. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan limbah pulp kakao yang berasal dari perkebunan coklat PT IGE di updelling Cipatat sebagai media atau substrat untuk
Lebih terperinciBab IV Data dan Hasil Pembahasan
Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme
Lebih terperinciINSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik
Lebih terperinciUnit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water)
1 Unit Aerasi, Sedimentasi, dan Biosand Filter Sebagai Pereduksi COD, TSS, Nitrat, dan Fosfat Air Limbah Artificial (Campuran Grey dan Black Water) Bahari Purnama Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK
31 PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK THE EFFECT OF MEDIA RATIO, RECIRCULATION AND SLUDGE AGE AT AEROBIC HYBRID REACTOR IN ORGANIC
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN KOEFISIEN BIODEGRADASI AIR LIMBAH DOMESTIK INFLUEN BOEZEM MOROKREMBANGAN DETERMINATION OF BIODEGRADATION COEFFICIENT OF INFLUENT
STUDI PENENTUAN KOEFISIEN BIODEGRADASI AIR LIMBAH DOMESTIK INFLUEN BOEZEM MOROKREMBANGAN DETERMINATION OF BIODEGRADATION COEFFICIENT OF DOMESTIC WASTEWATER IN MOROKREMBANGAN BOEZEM INFLUENT RATNA GUMILANG
Lebih terperinciBAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS
6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
66 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyebab Penyimpangan Baku Mutu Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Parkmenggunakan sistem pengolahan air limbah Enviro RBC.RBC didesain untuk
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB UJI COBA SKALA LABORATORIUM
BAB III PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB UJI COBA SKALA LABORATORIUM 37 III.1 Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Pengolahan air buangan secara
Lebih terperinciadanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan
Lebih terperinciJURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010
Lebih terperinciTembalang, Semarang
PENCUCIAN PAKAIAN (LAUNDRY) DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA FILTER SERAT PLASTIK DAN TEMBIKAR DENGAN SUSUNAN RANDOM Satyanur Y Nugroho *), Sri Sumiyati *), Mochtar *) *) Program Studi Teknik
Lebih terperinci: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1
Lebih terperinciDesain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik
Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Oleh : Ananta Praditya 3309100042 Pembimbing: Ir. M Razif, MM. NIP.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari
Lebih terperinciPengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-339 (2301-9271 Print) F-361 Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen
Lebih terperinciBAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON
BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON 177 Di dalam proses pengolahan air limbah secara biologis, selain proses dengan biakan tersuspensi (suspended culture) dan proses dengan biakan melekat (attached culture),
Lebih terperinciSTUDI KEMAMPUAN SPIRULINA SP. UNTUK MENURUNKAN KADAR NITROGEN DAN FOSFAT DALAM AIR BOEZEM PADA SISTEM HIGH RATE ALGAL REACTOR (HRAR)
STUDI KEMAMPUAN SPIRULINA SP. UNTUK MENURUNKAN KADAR NITROGEN DAN FOSFAT DALAM AIR BOEZEM PADA SISTEM HIGH RATE ALGAL REACTOR (HRAR) Zhahrina Ratih Zumarah 3308100062 Dosen Pembimbing: Ir. Mas Agus Mardyanto,
Lebih terperinciPROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012
PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 Efisiensi Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) Limbah Cair Pabrik Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Tunak Dengan Variabel Laju Pembebanan Organik
Lebih terperinciUJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)
UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR ANAEROB-AEROB BERMEDIA KARBON AKTIF DENGAN VARIASI WAKTU TUNGGAL
VOLUME 4 NO. 2, DESEMBER 27 PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR ANAEROBAEROB BERMEDIA KARBON AKTIF DENGAN VARIASI WAKTU TUNGGAL Ariani Dwi Astuti, Wahyudi Wisaksono, Anggreini Ratri Nurwini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciPengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen
F361 Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen Ana Anisa dan Welly Herumurti Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari limbah cair
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK...
Lebih terperinciPEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution
PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER Oleh : Satria Pratama Putra Nasution 3308100040 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan
Lebih terperinciPERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF
PERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF Oleh: Annisa Ramdhaniati 3307 100 083 1 Dosen Pembimbing: Ir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan air sisa dari suatu kegiatan dan biasanya air limbah dibuang ke sungai, sedangkan air sungai menjadi salah satu sumber air bagi kehidupan mahluk
Lebih terperinciIII.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.
39 III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Makna, Ciledug yang terletak di Jalan Ciledug Raya no. 4 A, Tangerang. Instalasi Pengolahan Air
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES BIOLOGIS BIAKAN MELEKAT MENGGUNAKAN MEDIA PALSTIK SARANG TAWON
PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES BIOLOGIS BIAKAN MELEKAT MENGGUNAKAN MEDIA PALSTIK SARANG TAWON Oleh : Nusa Idaman Said *) Abstrak Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah
Lebih terperinciGambar 2 Aklimatisasi Eceng Gondok. Tabel.3 Pertambahan Berat Basah Eceng Gondok Saat Aklimatisasi. Berat Tanaman (gram) HARI
Gambar 2 Aklimatisasi Eceng Gondok Kondisi eceng gondok pada tahap aklimatisasi ini dapat hidup dengan baik. Hasil pengamatan fisik pada tahap aklimatisasi ini eceng gondok memiliki daun berwarna hijau
Lebih terperinciPerencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya
D199 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya Daneswari Mahayu Wisesa dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciEFEK AERASI DAN KONSENTRASI SUBSTRAT PADA LAJU PERTUMBUHAN ALGA MENGGUNAKAN SISTEM BIOREAKTOR PROSES BATCH
TUGAS AKHIR RE091324 EFEK AERASI DAN KONSENTRASI SUBSTRAT PADA LAJU PERTUMBUHAN ALGA MENGGUNAKAN SISTEM BIOREAKTOR PROSES BATCH ANSHAH SILMI AFIFAH NRP. 3309100075 DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Joni Hermana,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERNYATAAN KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL... DAFTAR ARTI LAMBANG.. ABSTRAK ABSTRACT.. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Keaslian Penelitian. 1.3. Manfaat
Lebih terperinciStudi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung
Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 6() Januari 7: 7 ISSN 4-784 Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung Maya Sarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 1.1. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan dua jenis air limbah greywater. Penelitian pertama menggunakan air limbah greywater yang diambil dari
Lebih terperinciEFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN
EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya
Lebih terperinciOleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D
Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati 3307 100 026 Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Latar Belakang Intrusi Air Laut pada Lokasi TPA Benowo Lindi TPA Benowo memiliki salinitas tinggi 6552
Lebih terperinci