II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Radiasi Radiasi dapat didefinisikan sebagai energi yang diberikan dari sebuah inti atom dalam bentuk partikel atau sinar. Atom adalah bagian terkecil dari suatu zat yang menunjukkan karakteristik dari suatu elemen. Pada pusat masing-masing atom terdapat sebuah inti atom yang terdiri dari proton dan neutron. Proton adalah partikel bermuatan positif, sedang neutron tidak bermuatan. Proton dan neutron terikat secara kuat sebagai ikatan atom. Inti atom dikelilingi oleh partikel bermuatan negatif pada suatu orbit, partikel ini disebut elektron. Struktur atom dapat dilihat pada Gambar II.1 Inti atom yang mengandung proton (+) dan neutron Elektron (-) Gambar II.1 Struktur atom Sumber: (7 Juni 2007). Dalam teori Rutherford-Bohr tentang struktur atom dinyatakan bahwa jika dibandingkan antara atom dengan sistem tata surya kita, inti atom yang bermuatan positif dapat dibandingkan dengan matahari dalam tata surya kita. Elektron bergerak mengelilingi inti atom pada orbitnya sebagaimana bumi mengelilingi matahari. Gaya tolak yang ada di antara partikel atom menyebabkan terdapat beberapa perubahan jumlah, posisi, atau energi dari nukleon yang dapat mengganggu keseimbangan inti atom. Jika hal ini terjadi, inti atom menjadi tidak stabil, sehingga untuk mencapai II-1

2 kestabilannya, inti atom akan memancarkan partikel atau gelombang elektromagnetik. Terdapat beberapa tipe radiasi, beberapa memiliki energi yang lebih besar dari pada yang lain. Misalnya: radiasi non ionisasi mempunyai cukup energi untuk membuat atom tetap bergerak pada orbitnya, tetapi tidak cukup kuat untuk merubah atom secara kimia. Radiasi yang mempunyai energi paling besar adalah radiasi ionisasi yaitu sebuah semburan partikel (seperti photon) dengan energi yang berkecukupan untuk menyebabkan ionisasi atom atau molekul. Radiasi ionisasi memiliki empat tipe utama, antara lain radiasi alpha, beta, gamma dan sinar x. II.1.1 Radiasi alpha Radiasi alpha ( ) pertama kali dikenali oleh Rutherford dan Royds, yang kemudian menyatakan bahwa radiasi tersebut terdiri dari inti helium yang mengandung dua proton dan dua neutron. Radiasi alpha termasuk radiasi yang berat, jarak tempuh partikel yang sangat pendek. Bentuk partikel alpha identik dengan inti helium. Beberapa karakteristik radiasi alpha antara lain: Pada umumnya, radiasi alpha tidak mampu mempenetrasi kulit manusia Material pemancar alpha dapat berbahaya bagi manusia jika material tersebut terinhalasi, tertelan atau terabsorb melalui luka. Beberapa jenis peralatan telah dirancang untuk mengukur radiasi alpha. Latihan khusus untuk menggunakan peralatan tersebut sangat penting supaya didapat pengukuran yang akurat. Jendela tipis Geiger-Mueller (GM) dapat mendeteksi keberadaan radiasi alpha. Peralatan tidak dapat mendeteksi radisai alpha yang melalui lapisan tipis dari air, debu, kertas atau material lain karena radiasi alpha tidak dapat melakukan penetrasi. Jarak tempuh radiasi alpha sangat pendek (beberapa inchi) di udara Radiasi alpha tidak dapat menembus pakaian/ kain. Contoh pemancar alpha antara lain : radium, radon, uranium dan thorium. II-2

3 II.1.2 Radiasi Beta Elektron inti mempunyai sifat sama dengan elektron atom, yang mempunyai massa 1/1840 u dan membawa satu unit muatan negatif. Jenis lain dari radiasi beta ditemukan oleh C.D. Anderson pada tahun Radiasi ini merupakan partikel yang massanya sama dengan elektron tetapi mempunyai satu unit muatan positif dan dikenal sebagai radiasi positron ( + ). Radiasi beta berupa cahaya, jarak tempuh partikel pendek dan dihasilkan dari semburan elektron. Beberapa karakter radiasi beta antara lain: Jarak tempuh radiasi beta kurang lebih beberapa kaki di udara dan cukup mudah terpenetrasi. Radiasi beta dapat menembus kulit manusia sampai pada bagian lapisan germinal, dimana sel kulit baru dihasilkan. Jika tingkat emisi beta yang tinggi mengkontaminasi kulit dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dapat menyebabkan luka pada kulit. Pancaran beta dapat dideteksi dengan sebuah peralatan survey dan jendela tipis Geiger-Mueller (GM). Tetapi, terdapat beberapa pemancar beta yang menghasilkan energi yang sangat rendah dan sedikit penetrasi sehingga tidak terdeteksi oleh peralatan, misalnya: hydrogen-3 (tritium), carbon-14, dan sulfur- 35. Emisi beta dapat menjadi berbahaya bila terdeposisi dalam tubuh. Contoh pemancar beta : stronsium-90, carbon-14, tritium, dan sulfur-35. II.1.3 Radiasi gamma dan sinar x Seorang ahli fisika Perancis, Henri Becquerel menemukan sinar gamma pada tahun Dia menemukan bahwa batuan uranium dapat mengeluarkan lapisan fotografik melalui lapisan kertas hitam. Roentgen juga telah menemukan sinar x. Becquerel menemukan bahwa uranium memancarkan beberapa cahaya tak tampak seperti halnya sinar x. Becquerel menyebutnya metallic phosphorescence. Dalam II-3

4 kenyataannya, Becquerel menemukan radiasi yang dipancarkan oleh radium-226 yang merupakan bagian dari rantai peluruhan uranium. Photon gamma memiliki sekitar kali lipat besar energi photon-photon dalam kisaran spektrum elektromagnetik yang dapat dilihat. Photon gamma murni merupakan energi elektromagnetik dan tidak memiliki massa maupun muatan listrik. Panjang gelombangnya sangat kecil, dan diukur dalam satuan nanometer (10-9 m). Panjang gelombangnya berkisar antara 3 / / 1000 nanometer. Radiasi gamma dan sinar x merupakan radiasi elektromagnet yang memiliki tingkat penetrasi tinggi. Beberapa karakter radiasi gamma dan sinar x, antara lain: Sinar gamma atau sinar x dapat menempuh kisaran panjang (beberapa kaki di udara dan beberapa inchi dalam jaringan tubuh manusia). Keduanya menembus hampir semua material, sehingga disebut penetrating radiation. Radiasi gamma dan sinar x, merupakan radiasi elektromagnet yang mirip cahaya tampak, gelombang radio dan cahaya ultraviolet. Beberapa radiasi elektromagnet tersebut hanya berbeda pada jumlah energi yang dimiliki. Sinar x dan radiasi gamma memiliki jumlah energi paling besar diantara beberapa radiasi elektromagnet tersebut. Material padat dibutuhkan untuk perisai dari radiasi gamma. Sementara kain/ pakaian sedikit menahan penetrasi radiasi gamma, tetapi dapat mencegah kontaminasi pada kulit. Radiasi gamma mudah dideteksi dengan survey meter yang dilengkapi dengan detektor sodium iodida. Radiasi gamma dan atau sinar x sering terpancar bersama emisi alpha dan beta selama peluruhan radioaktif. Contoh beberapa pemancar gamma : iodine-131, cesium-137, cobalt-60, radium-226, dan technetium-99m. II-4

5 Gambar II.2 Daya tembus alpha, beta, dan gamma pada material Sumber: (7 Juni 2007) Tabel II.1. Sifat radiasi nuklir Radiasi Massa (u) Muatan Interval di udara Interval dalam jaringan Alpha ,03 m 0,04 mm Beta 1/ (+1 positron) 3 m 5 mm Radiasi sinar X 0 0 Sangat besar Seluruh tubuh dan gamma Neutron cepat 1 0 Sangat besar Seluruh tubuh Neutron panas 1 0 Sangat besar 0,15 m Sumber : Martin (2002) II.2 Radioaktivitas Tingkat terjadinya transformasi spontan untuk sejumlah materi radioaktif disebut sebagai aktivitas. Satuan aktivitas menurut SI adalah becquerel (Bq) yang didefinisikan sebagai satu pembelahan inti per detik (disintegration per second = dps). Peluruhan sampel radioaktif terjadi secara statistik di alam dan tidak mungkin untuk meramalkan kapan suatu atom akan meluruh. Hasil perilaku yang acak dari atom ini adalah bahwa hukum peluruhan radioaktif bersifat eksponensial di alam, dan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : N t N 0 e.... (II. 1. ) II-5

6 Keterangan : N = Jumlah inti atom pada waktu t N 0 = Jumlah awal inti atom = Konstanta peluruhan radioaktif Waktu paruh (half life atau T 1/2 ) dari suatu unsur adalah waktu yang diperlukan inti atom unsur untuk meluruh menjadi setengah dari jumlah awal. Secara matematis, waktu paruh dapat dirumuskan sebagai berikut (Martin, 2002) : 0,693 T 1/2.... ( II. 2. ) Keterangan : T 1/2 = Waktu paruh = Konstanta peluruhan radioaktif Laju pembelahan atau aktivitas sampel sebanding dengan jumlah inti tidak stabil, dan ini bervariasi secara eksponensial dengan waktu, menjadi (Martin, 2002) : A Keterangan : A = Aktivitas pada waktu t A 0 = Aktivitas awal = Konstanta peluruhan radioaktif t A 0 e.... ( II. 3. ) II. 2.1 Dosis Serapan Dosis serapan adalah ukuran deposisi energi dalam setiap medium oleh setiap jenis radiasi pengion. Satuan dari dosis serapan adalah rad, dan didefinisikan sebagai deposisi energi sebesar 0,01 J/kg (Martin, 2002). Dalam sistem SI satuan dosis serapan disebut dengan gray (Gy) yang didefinisikan sebagai deposisi energi sebesar 1 J/kg. II-6

7 Pada umumnya dua materi yang berbeda akan mempunyai dosis serap yang berbeda terhadap radiasi yang sama. Hal ini disebabkan setiap materi mempunyai daya serap energi radiasi yang spesifik. II Dosis Ekuivalen Besarnya dosis serapan merupakan konsep fisika yang sangat berguna, tetapi dalam sistem biologi tidak dapat diterapkan karena dalam sistem biologi derajat kerusakan yang sama tidak selalu disebabkan oleh dosis serapan yang sama dari jenis radiasi yang berbeda. Perbedaan efek radiobiologik ini harus diperhitungkan untuk memperoleh dosis efektif biologik total. Untuk ini diperlukan pengalian dosis serapan dari setiap jenis radiasi dengan faktor kualitas atau Q yang mencerminkan kemampuan setiap jenis radiasi dalam menyebabkan kerusakan. Satuan dari dosis ekuivalen adalan sievert (Sv). Persamaan dari dosis ekuivalen dari sumber eksternal adalah sebagai berikut: H D Q N (II. 4.) Keterangan : H = Dosis Ekuivalen (Sv) D = Dosis Serapan (Gy) Q = Faktor Kualitas N = Faktor Modifikasi N adalah faktor modifikasi yang harus diperhitungkan seperti laju dosis serapan dan fraksinasi. Nilai Q untuk radiasi yang umum dapat dilihat pada Tabel II.2. Tabel II. 2. Nilai Q untuk beberapa jenis radiasi. Jenis Radiasi Q Sinar X, sinar, dan elektron 1 Neutron termal 5 Neutron cepat dan proton 20 Partikel 20 Sumber : Martin (2002) II-7

8 II Laju Dosis Gray dan Sievert merupakan suatu satuan yang menggambarkan jumlah radiasi yang diterima selama periode waktu tertentu. Dalam mengawasi bahaya radiasi selalu penting untuk diketahui laju dosis radiasi pada saat radiasi diterima. Laju dosis dari sumber gamma dapat dihitung dengan persamaan berikut : ME D.....(II. 5.) 2 6r Keterangan: D = Laju dosis (µsv/jam) M = Aktivitas sumber (MBq) E = Energi gamma per peluruhan (MeV) r = Jarak sumber (m) Dosis yang terakumulasi pada orang yang bekerja di suatu area radiasi dengan laju dosis tertentu secara langsung berbanding lurus dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tersebut. Hubungan antara dosis, laju dosis dan waktu adalah sebagai berikut : H D t..... (II. 6.) Keterangan: D = Laju dosis (µsv/jam). H = Dosis yang terakumulasi pada manusia (µsv). t = Waktu pemaparan (jam) II.2.4. Batas Masukan tahunan Batas masukan tahunan atau ALI (Annual Limit of Intake) adalah jumlah radionuklida (dalam Bq) yang akan memberikan bahaya pada organ yang terkena radiasinya sebanding dengan yang dihasilkan dari irradiasi seluruh tubuh yaitu 50 msv. II-8

9 Tabel II.3 memperlihatkan nilai ALI untuk beberapa radionuklida penting, untuk jalur masuk melalui pernafasan dan pencernaan. Perpindahan bahan dari paruparu atau dari lambung dipengaruhi oleh bentuk kimia. Oleh karena itu, ada beberapa nilai ALI yang berbeda untuk suatu radionuklida tertentu. Tabel II.3 Nilai ALI (Annual Limit of Intake) beberapa radionuklida Radionuklida Senyawa ALI untuk inhalasi (Bq) ALI untuk pencernaan (Bq) Na-22 Semua senyawa 2x10 7 1x10 7 I-131 Semua senyawa 2x10 6 (tiroid) 1x10 6 (tiroid) Cs-137 Semua senyawa 6x10 6 4x10 6 Pu-239 PuO 2 5x10 2 (tulang) - Senyawa lain 2x10 2 (tulang) - Oksida dan hidroksida - 2x10 6 (permukaan tulang) Senyawa lain - 2x10 4 (permukaan tulang) Sumber: Martin (2002) Dalam mengawasi dan mengkaji dosis total yang diterima seseorang dalam satu tahun, diperhitungkan baik dosis eksterna maupun interna. Sesuai dengan publikasi ICRP no.26, kombinasi efek paparan eksterna dan interna yang diterima secara bersamaan agar tidak melebihi batas dosis yang direkomendasikan untuk efek stokastik. II.3 Radiasi Interna Radisi internal dapat didefinisikan sebagai masuknya radiasi ke dalam tubuh sehingga memapari jaringan tubuh yang dilaluinya. Material radioaktif dapat berupa padat, serbuk, debu, cairan, gas, uap atau larutan. Kontaminasi internal dapat disebabkan oleh ketidakwaspadaan dalam penanganan material-material tersebut. Terdapat tiga jalur masuknya material radioaktif masuk ke dalam tubuh, antara lain: 1. Inhalasi/pernapasan 2. Ingesti/Pencernaan II-9

10 3. Absorpsi melalui kulit yang terluka. Inhalasi merupakan rute paling umum radionuklida masuk ke dalam tubuh. Influen dapat dikurangi dengan menggunakan respirator yang tepat. Apabila terjadi kontaminasi di udara, bahan radioaktif dapat terhirup masuk ke paru-paru dan sebagian akan masuk ke dalam aliran darah. Sebagian lainnya akan dikeluarkan dari paru-paru dan ditelan sedang sisanya akan dikeluarkan melalui hidung. Masuknya bahan radioaktif ke dalam aliran darah, atau dikeluarkan melalui hidung bergantung pada beberapa faktor seperti bentuk kimia dan sifat bahan tersebut serta fisiologis dari orang yang terkontaminasi. Demikian pula halnya dengan bahan radioaktif yang masuk melalui saluran pencernaan, dapat tidaknya menembus dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh bergantung pada sifat kontaminan dan kondisi fisiologis. Sementara, untuk absorbsi pada kulit yang terluka, radionuklida akan terserap masuk ke cairan tubuh dan aliran darah sehingga tersebar ke seluruh jaringan tubuh. Namun, hal ini bergantung pada sifat kimia dan fisika radionuklida tersebut dan kondisi fisiologis orang yang terkontaminasi. Perilaku nuklida radioaktif dalam tubuh bergantung pada bentuk kimia dan fisika. Sebagai contoh, beberapa unsur tersebar merata ke seluruh tubuh sehingga dapat meradiasi seluruh tubuh dengan laju dosis yang sama. Contoh dari unsur tersebut adalah radiocesium. Kebanyakan unsur cenderung untuk terakumulasi pada organ tertentu, sehingga akan menghasilkan laju dosis yang berbeda ke berbagai organ dalam tubuh. Contoh unsur tersebut adalah plutonium yang terakumulasi pada tulang dan paru-paru, dan iodium yang terakumulasi dalam kelenjar tiroid. II.4 Reaktor Nuklir Reaktor nuklir adalah perangkat dimana reaksi nuklir berantai dibuat, diatur dan dijaga kesinambungannya pada laju yang tetap. Di dalam reaktor nuklir terjadi reaksi nuklir dengan menggunakan bahan bakar uranium. Umumnya uranium yang digunakan adalah uranium-235 ( U ) yang merupakan isotop dari uranium-238 II-10

11 238 ( U ). Ada dua macam reaksi nuklir yaitu reaksi fisi (pembelahan inti) dan reaksi 92 fusi (penggabungan inti). Pada reaksi fisi, inti atom akan pecah menjadi inti-inti yang lebih kecil. Secara eksperimen hal ini dapat dijelaskan melalui penembakan unsur 235 U dengan partikel neutron termik (partikel neutron yang bergerak sangat lambat). Saat partikel neutron ini menembus inti uranium, maka inti menjadi tidak stabil dan akan kehilangan bentuk asalnya. Inti akan membelah menjadi unsur-unsur yang lebih kecil dengan melepaskan energi dalam bentuk panas, sekaligus melepas 2-3 neutron. Reaksi fisi termasuk reaksi eksotermik yaitu bereaksi dengan melepas energi. Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi sangatlah luar biasa besar. Sebagai ilustrasi dalam 1 gram U terdapat 25,6x atom U. Atom ini bereaksi dengan melepaskan energi sebesar 200 MeV, sehingga 1 gram U dapat melepas energi sebesar 51,2x MeV atau sebesar 81,92x10 9 Joule. Energi ini biasanya dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik (PLTN), penggerak kapal selam atau kapal induk sehingga bisa bertahan di lautan bertahun-tahun tanpa perlu suplai energi dari luar dan senjata nuklir. Pada reaksi fisi, inti memancarkan radiasi-radiasi alfa, beta, dan gamma. Berikut adalah reaksi fisi dalam reaktor nuklir: U n --> Produk fisi + (2,5) 1 0 n MeV Energi U n --> 92 U U ---> Np Np ---> Np 93 ß -1 t 1/2 =23,5 menit. 94 +ß -1 t 1/2=2,33 hari Reaksi lain yang terjadi pada nuklir adalah reaksi fusi. Pada reaksi jenis, ini inti-inti atom bergabung membentuk inti atom yang lebih besar. Reaksi ini biasanya terjadi pada matahari atau bintang-bintang dan ledakan bom hidrogen. Reaksi fusi ini digolongkan dalam reaksi endotermik (bereaksi dengan memerlukan energi). Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fusi nuklir adalah lithium dan hidrogen (terutama lithium-6, deuterium, tritium). Reaksi fusi menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan II-11

12 gamma yang sangat berbahaya bagi manusia. Gambar II.3 adalah contoh reaksi fusi antara lithium-6 dan deuterium. Gambar II.3 Reaksi fisi dalam reaktor nuklir Sumber: (10 Juni 2007) 6 Li + D --> 2 4 He Gambar II.4 Reaksi fusi antara lithium-6 dan deuterium (7 Juni 2007) Sumber: II.4.1 Komponen Reaktor Nuklir Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir) atau dikenal dengan reaksi fisi berantai yang terkendali. Bagian utama dari reaktor nuklir yaitu: elemen bakar, perisai, moderator dan elemen kendali. II-12

13 II Sistem Kendali Teras reaktor merupakan tempat dari bahan bakar, batang kendali dan moderator. Bahan bakar terdapat dalam kelongsong bahan bakar untuk mencegah lepasan hasil belah. Moderator berfungsi untuk memperlambat neutron cepat yang dihasilkan pada reaksi fisi menjadi energi termal. Batang kendali dibuat dari bahan yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap neutron, misalnya boron dan cadmium. Apabila batang kendali ditarik ke atas maka akan dicapai kondisi kritis. Penarikan lebih tinggi lagi menyebabkan kondisi menjadi superkritis dan laju pembelahan akan meningkat. Gambar II.5. Elemen kendali Sumber: (25 Juni 2007) II Sistem Pendingin Pembelahan menyebabkan lepasan energi dalam bahan bakar dan menyebabkan meningkatnya suhu bahan bakar dan suhu bahan kelongsong. Panas dipindahkan ke pendingin sehingga timbul uap yang secara langsung atau tidak langsung akan menggerakkan turbin. Sistem pendingin dilengkapi pompa untuk mensirkulasi air pendingin. II-13

14 Gambar II.6. Sistem pendingin Sumber: Juni 2007) II Perisai/Penahan Tujuan pemakaian perisai adalah untuk mengurangi radiasi neutron dan gamma dari teras rektor dan sistem pendingin sehingga operator dan pekerja tidak memperoleh dosis paparan radiasi yang besar. Reaktor nuklir mempunyai sistem pengamanan yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar (> 99%) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama, selama beroperasi ataupun jika terjadi kecelakaan, kelongsong bahan bakar akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsong. Dalam hal zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam kelongsong, masih ada penghalang ketiga yaitu sstem pendingin. Lepas dari sistem pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja dengan tebal ± 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5-2 meter. Bila zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistem pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal ± 7 cm dan beton setebal 1,5-2 meter yang kedap udara. Jadi selama operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif benar-benar tersimpan dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Kalaupun masih ada zat radioaktif yang terlepas jumlahnya II-14

15 sudah sangat diperkecil sehingga dampaknya terhadap lingkungan tidak berarti. Skematik dari suatu reaktor nuklir dapat dilihat pada Gambar II. 7. Gambar II.7. Sistem perisai pada reaktor nuklir Sumber: (25 Juni 2007). II.4.2 Jenis-Jenis Reaktor II Reaktor nuklir berdasarkan fungsi Reaktor nuklir berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1.Reaktor Penelitian/Riset Pada reaktor penelitian, yang diutamakan adalah pemanfaatan radiasi neutron yang dihasilkan dari reaksi nuklir untuk keperluan berbagai penelitian dan produksi radioisotop. Sedangkan panas yang dihasilkan dirancang sekecil mungkin, sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Pengambilan panas pada reaktor dilakukan dengan sistem pendingin yang terdiri dari sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder. Panas yang berasal dari teras reaktor dibawa ke sistem pendingin primer kemudian dilewatkan melalui alat penukar panas dan selanjutnya panas dibuang ke lingkungan melalui sistem pendingin sekunder. Perlu diketahui bahwa pada alat penukar panas sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder tidak terjadi kontak langsung antara uap/air yang mengandung radiasi dengan air pendingin yang dibuang ke lingkungan. II-15

16 2.Reaktor Daya (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/ PLTN). Pada raktor daya yang dimanfaatkan adalah uap panas bersuhu dan bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh reaksi fisi untuk memutar turbin, sedangkan neutron yang dihasilkan sebagian diserap dengan elemen kendali dan sebagian lagi diubah menjadi neutron lambat untuk berlangsungnya reaksi berantai (Gambar II.8). Reaksi fisi berantai hanya terjadi apabila neutron termal/lambat mampu menumbuk uranium-235 yang lainnya hingga terjadilah reaksi berantai secara terus menerus. Cara mengubah neutron yang berkecepatan tinggi menjadi neutron berkecepatan rendah (neutron lambat) adalah dengan menumbukkannya pada inti atom hidrogen dalam air. Jadi air di dalam kolam reaktor ini berfungsi sebagai pemerlambat (moderator), sebagai pendingin dan juga sebagai perisai radiasi. Beberapa bahan yang pada umumnya dipergunakan sebagai bahan pendingin reaktor nuklir adalah air (H 2 O), air berat (D 2 O) dan grafit (Gambar II.8). II Reaktor nuklir komersial Terdapat beberapa jenis reaktor nuklir dalam skala komersial. Reaktor tersebut dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu reaktor nuklir dengan proses reaksi fisi yang diakibatkan oleh neutron thermal yang kemudian disebut dengan thermal reactor, dan reaktor nuklir dengan proses fisi yang terjadi pada energi neutron yang tinggi (fast neutron) disebut reaktor cepat (fast reactor). Reaktor cepat tidak memerlukan moderator, sementara reaktor termal membutuhkan moderator untuk mengurangi energi neutron cepat menjadi neutron thermal. Tipe reaktor thermal yang ada banyak sekali, seperti reaktor berpendingin air ringan (Light Water moderated Reactor atau LWR), reaktor berpendingin air berat (Heavy Water moderated Reactor atau HWR), reaktor berpendingin gas (gas-cooled reactor), dan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas (High Temperature Gas- Cooled reactor atau HTGR). 1.Light Water Reactor (LWR). II-16

17 Reaktor tenaga nuklir komersial kebanyakan merupakan Light Water Reactor (LWR) atau reaktor air ringan, yang menggunakan air sebagai pendingin dan moderator. Pendingin berfungsi untuk memindahkan panas yang dihasilkan selama reaksi fisi nuklir dari inti reaktor. Moderator berfungsi untuk mengurangi kecepatan neutron yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir untuk memfasilitasi reaksi fisi berikutnya dan menahan sebuah reaksi berantai. Gambar II.8. Diagram alir reaktor daya Sumber: (25 Juni 2007) Keterangan gambar: 1. Reaktor 2. Bahan bakar 3. Batang kendali 4. Motor batang kendali 5. Pompa sirkulasi 6. Uap air 7. Air penguapan 8. Turbin tekanan tinggi 9. Turbin tekanan rendah 10. Generator 11. Motor magnet 12. Kondensator 13. Air sungai 14. Pompa kondensasi 15. Pemanas awal 16. Pompa penguapan 17. Perisai beton LWR memiliki dua tipe, yaitu Pressurized Water Reactor (PWR) atau reaktor air tekan dan Boiling Water Reactor (BWR) atau reaktor air didih. a. Pressurized Water Reactor (PWR) Putaran air pertama mentransmisikan panas melalui dinding tabung ke sekitar air II-17

18 dari sistem pendingin kedua untuk menghasilkan uap untuk memutar turbin. Sebuah penekan (Pressurizer) menjaga tekanan dalam sistem pendingin pertama untuk mencegah terjadinya temperatur air yang tinggi akibat dari pendidihan air. Generator uap (Steam generator): air bertemperatur tinggi dari sistem pendingin pertama mengalir melalui bagian sisi sebelah dalam dari tabung penukar panas (heat exchanger tubes), mentransmisikan panas melalui dinding tabung ke sekitar air dari sistem pendingin kedua untuk menghasilkan uap. Gambar II.9. Mekanisme kerja Pressurized Water Reactor (PWR) Sumber: (28 Juni 2007) b. Boiling Water Reactor (BWR) Putaran air yang sama disiapkan sebagai sumber uap air untuk memutar turbin. Reactor pressure vessel dibuat dari besi baja dan pemasangan bahan bakar di sisi bagian dalam. Control rod mengontrol power dari reaktor nuklir. Dengan menyisipkan control rod, reaksi fisi yang berlebih dapat dicegah. II-18

19 Reactor containment vessel, dibuat dari besi baja, untuk mengakomodasi sebuah reactor pressure vessel. Gambar II.10. Mekanisme kerja Boiling Water Reactor (BWR) Sumber: (28 Juni 2007) 2. Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor) Reaktor air berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D 2 O (air berat) sebagai moderator sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil. PLTN dengan Reaktor Air berat yang paling terkenal adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang pertama kali dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor Air tekan, reaktor CANDU juga mempunyai sistem pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistim pendingin primer. D 2 O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistem pendingin primer, sedang sistem pendingin sekundernya menggunakan H 2 O. II-19

20 Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D 2 O harus dijaga pada tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan H 2 O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D 2 O baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran D 2 O dapat diketahui secara dini. 3. Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor) Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau paduannya yang dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg). Reaktor ini dikembangkan dan banyak dioperasikan oleh Inggris. Termasuk dalam reaktor jenis ini adalah reaktor penelitian pertama di dunia yang dibangun oleh tim pimpinan Enrico Fermi di Chicago, Amerika Serikat. Reaktor Magnox menggunakan CO 2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, dan uranium alam sebagai bahan bakar. Panas hasil fisi diambil dengan mengalirkan gas CO 2 melalui elemen bakar menuju ke sistim pembangkit uap. Dari pertukaran panas ini akan dihasilkan uap air yang selanjutnya dapat dipakai untuk memutar turbin. Hasil dari usaha dalam penyempurnaan unjuk kerja Reaktor Magnox adalah diperkenalkannya Reaktor Maju Berpendingin Gas atau AGR (Advanced Gas-cooled Reactor). Dalam reaktor ini juga menggunakan CO 2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, namun bahan bakarnya berupa uranium sedikit diperkaya yang dibungkus dengan kelongsong dari baja tahan karat. Pengayaan bahan bakar ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi termal dan fraksi bakar bahan bakarnya. 4. Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor) Reaktor Temperatur Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas helium (He) dan moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi termalnya sekitar 40%. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan pendingin He (sistem primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini panas akan diserap oleh sistem uap air umpan (sistem sekunder) dan uap yang dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada II-20

21 sistem pemisah antara sistem pendingin primer yang radioaktif dan sistem pendingin sekunder yang tidak radioaktif. Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Temperatur Tinggi berbentuk bola, tiap elemen mengandung 192 gram carbon; 0,96 gram 235 U dan 10,2 gram 232 Th yang dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru 235 U. Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai suhu 750 ºC. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistem sekunder, suhu gas He akan turun menjadi 250 ºC. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak ± butir yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh. II.4.3 Sumber Kontaminasi Radioaktif dari Reaktor Nuklir II Kebocoran Sistem Pendingin Kontaminasi dapat terjadi karena adanya kebocoran pada sistem pendingin. Pada sistem air bertekanan kebocoran dapat terjadi langsung ke atmosfir atau melalui penukar panas ke sistem sekunder. Kontaminasi gas terutama 88 Kr, 138 Xe, dan 41 Ar akan terbawa oleh uap ke turbin dan kemudian ke atmosfer. Produk fisi gas 88 Kr dan 138 Xe meluruh menjadi turunannya yang berbentuk partikulat 88 Rb dan 137 Cs (Martin, 2002). II Kolam Penyimpanan Bahan Bakar Bahan bakar yang sudah tidak dapat dipakai lagi biasanya akan dikeluarkan dari reaktor dan akan dibiarkan untuk meluruh selama beberapa bulan dalam tempat penyimpanan bahan bakar atau kolam pendingin (cooling pond) yang berlokasi di II-21

22 dekat reaktor. Kolam ini mempunyai potensi bahaya, yaitu kekritisan dan kecelakaan hilangnya perisai (loss of shielding) ( Martin, 2002). Kolam selalu mengandung bahan fisil yang bersifat kritis yaitu dapat mengawali terjadinya suatu reaksi fisi. Secara umum, apabila di dalam kolam terdapat bahan bakar yang hanya mengandung uranium alam, kondisi kritis tidak mungkin terjadi walaupun dalam keadaan terburuk. Akan tetapi apabila dalam bahan bakar terkandung uranium yang diperkaya atau bahan fisil lainnya, misalnya plutonium, kondisi kritis dapat terjadi. Bahaya dapat dikendalikan dengan menyimpan bahan bakar dengan konfigurasi yang aman, yaitu dengan memberi ruang antara elemen bahan bakar ( Martin, 2002). Dalam satu kolam penyimpanan bisa mengandung radioaktivitas sebesar ribuan TBq produk fisi dan satu elemen bahan bakar dapat mengandung radioaktivitas sebesar ratusan TBq. Elemen tersebut apabila tidak diberi perisai akan memberikan dosis radiasi gamma sebesar 1 Sv/jam (100 rem/jam) pada jarak 3m. Kehilangan perisai ini terjadi apabila kolam tempat penyimpanan tidak berisi air atau pada saat mengangkat bahan bakar ke dekat permukaan air kolam. Kosongnya air kolam dapat terjadi apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan air kolam keluar, misalnya kerusakan struktur kolam (Martin, 2002). II.5 Radiocesium Pada tahun 1860, Gustav Kirchoff dan Robert Bunsen menemukan cesium nonradioaktif dalam mineral perairan di Jerman. Cesium adalah logam perak keabuan dan mudah ditempa yang ditemukan di alam sebagai cesium-133. Cesium adalah logam terberat dari semua logam alkali. Saat ini, cesium terutama dihasilkan dari pollucite mineral (CsAlSi 2 O 6 ). Cesium murni sulit diperoleh karena biji cesium seringkali terkontaminasi dengan rubidium, sebuah unsur yang secara kimia mirip dengan cesium. Untuk memperoleh cesium murni, biji-biji cesium dan rubidium dipecahkan dan dipanaskan dengan metal natrium sampai C, membentuk logam campuran yang bisa dipisahkan II-22

23 melalui proses yang dikenal sebagai destilasi fraksional. Cesium metal terlalu reaktif untuk ditangani dan biasanya dijual dalam bentuk cesium azide (CsN 3 ). Cesium diperoleh dari cesium azide dengan cara memanaskannya. Akhir-akhir ini, Cesium137 banyak digunakan dalam industri, antara lain: Mengukur kepadatan kelembapan, secara luas digunakan dalam industri konstruksi Mengukur leveling, digunakan dalam industri untuk mendeteksi aliran cairan dalam pipa dan tangki. Mungukur ketipisan, untuk mengukur ketipisan dari lapisan logam, kertas, film dan produk lainnya. Peralatan untuk logging sumur minyak dalam industri pengeboran untuk mengetahui karakteristik jenis batuan. Terdapat 11 isotop radioaktif utama dari cesium. Tetapi, hanya 3 isotop yang memiliki umur paruh panjang, sehingga perlu mendapat perhatian lebih dalam penanganannya. Tiga isotop tersebut adalah cesium-134, cesium-135, dan cesium Masing-masing radiocesium tersebut meluruh dengan memancarkan partikel beta, dan umur paruh berkisar antara 2 sampai 2 juta tahun. Umur paruh dari ketiga radiocesium tersebut dapat dilihat pada Tabel II.4. Isotop Tabel II.4 Isotop radiocesium dan umur paruh Umur paruh Aktivitas Spesifik Model Energi radiasi (MeV) (Ci/g) Peluruhan Alpha ( ) Beta ( ) Gamma ( ) Cs-134 2,1 tahun 1300, Cs-135 2,3 juta tahun Cs tahun 88, Sumber: ICRP (Agustus 2005) Pada reaktor nuklir dengan bahan bakar uranium ( 235 ) terjadi reaksi fisi 92 U yang menghasilkan beberapa unsur radioaktif. 137 Cs adalah salah satu hasil dari reaksi fisi ini. Berikut adalah reaksi fisi dari (Setiawati, 2003): 92 U II-23

24 1 n U 92 U Ba Kr n + 56 Ba 56 Ba 55 Cs + H n Selain Cs-137, Cs-134 juga ditemukan pada reaksi berantai tersebut, tetapi keberadaan Cs-134 tidak sesignifikan Cs-137. Cs-137 adalah pemancar dan dengan energi 0,662 MeV. Cs-137 digunakan sebagai sumber pada lembaga penelitian dan industri (Haryanto, 2004). Energi yang utama dari Cs-134 adalah : 563,2 KeV dengan intensitas 8% 569,3 KeV dengan intensitas 35% 604,3 KeV dengan intensitas 100% 795,8 KeV dengan intensitas 90% 802,0 KeV dengan intensitas 9% 1364,8 KeV dengan intensitas 4%. II.5.1 Sifat Fisik Sifat-sifat fisik dari cesium antara lain berwarna putih keperakan, lunak, dan segera meleleh pada suhu kamar, titik didih 685 C, titik leleh 529 C, berat jenis pada suhu 17 C sebesar 1892 kg/m 3, dan berat jenis cair pada suhu 40 C sebesar 1827 kg/m 3 (Muharini, 1998). II.5.2 Sifat kimia Sifat kimia cesium mirip dengan kalium dan rubidium. Cesium lebih reaktif daripada logam alkali yang lebih rendah. Cesium lebih reaktif terhadap oksigen dan halogen, dan kurang reaktif terhadap N, C dan H. Garam cesium dengan anion sederhana sangat mudah larut dan higroskopis tetapi garam cesium dengan anion kompleks kurang larut dalam air (Muharini, 1998). II-24

25 II.5.3 Radiotoksisitas Cesium Cesium-134 dan cesium-137 memiliki sifat yang sama secara kimia apabila masuk ke dalam tubuh. Keduanya dapat masuk ke dalam tubuh dengan melalui makanan, air minum dan menghirup udara. Setelah masuk ke dalam tubuh, cesium berperilaku sama seperti kalium dan terdistribusi merata ke seluruh tubuh. Pada kebanyakan populasi, makanan atau minuman yang diserap usus adalah sumber utama dari deposisi cesium secara internal. Cesium yang terabsorpsi akan masuk dalam jaringan pembuluh darah melalaui penyerapan pada usus halus. Cesium cenderung terakumulasi pada otot karena massa realatifnya yang besar. Seperti kalium, cesium diekskresikan dari tubuh secara cepat. Pada dewasa, 10% cesium diekskresikan dengan waktu paruh biologi dua hari dan sisanya tertinggal dalam tubuh dengan waktu paruh biologi 110 hari. Penyisihan cesium dari tubuh sangat cepat pada anak-anak dan remaja. Paparan radiasi dari radiocesium menghasilkan peningkatan risiko kanker. Cesium yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi dan pencernaan akan diserap oleh jaringan darah. Jaringan darah kemudian mendistribusikan cesium ke seluruh tubuh dengan persentase persebaran ditampilkan pada Gambar II.11. II-25

26 4% 2,5% 0,002% 4,998 5% 15% 17% 6,5% 19% 1% 3% 2% 3% Kulit 5% 19% 5% Keringat (0,02) Urine(0,85) Feces(0,13) Keterangan: : aliran cesium melalui plasma : aliran cesium selain melalui plasma Gambar II.11 Arah aliran cesium dan prosentase persebarannya dalam tubuh manusia Sumber: U.S Departement of Health and Human Services (2004). II.6 Spektrometer Gamma Interaksi antara dengan detektor akan menghasilkan signal pulsa. Tinggi pulsa yang dihasilkan detektor bersesuaian dengan tenaga foton yang mengenai detektor. Selanjutnya pulsa-pulsa tersebut diproses secara elektronik dalam II-26

27 serangkaian paralatan yang membentuk perangkat spektrometer gamma. Blok diagram spektrometer gamma dapat dilihat pada Gambar II.12 HV Detektor HPGe Pre Amplifier AMP Monitor PC MCA Nitrogen Cair Printer Gambar II.12 Blok diagram spektrometer gamma Sumber: Labolatorium cacah bidang keselamatan dan kesehatan, PTNBR-BATAN II.6.1 Detektor HPGe Detektor radiasi adalah suatu transduser atau alat yang bisa mengubah besaran radiasi ke suatu besaran yang lain sehingga bisa dianalisis dan diketahui energinya. Detektor HPGe (High Purity Germanium) merupakan salah satu jenis detektor semikonduktor yang prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas, tetapi pada detektor ini bahan gas diganti dengan zat padat yang bersifat semikonduktor (seperti Si atau Ge). Di dalam zat padat elektron menempati tingkat (pita) tenaga yang sudah tertentu yaitu pita valensi dan pita konduksi dan daerah diantara keduanya disebut daerah terlarang yang meliputi suatu kesenjangan energi dan besarnya tertentu. Prinsip kerja detektor HPGe berdasar pada kemampuan elektron mengalami ionisasi dan tereksitasi bila dikenai radiasi sehingga elektron dapat berpindah dari pita valensi ke pita konduksi yang akan menghasilkan pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang selanjutnya diolah dan diperkuat. Tinggi pulsa sebanding dengan tenaga foton gamma yang berinteraksi dengan detektor. Detektor HPGe dari germanium kemurnian tinggi (dengan konsentrasi ketidakmurnian ± 1010 atom/cm atau kurang). Resolusi terbaik dari detektor jenis ini pada rentang energi 3 KeV E 1 MeV. II-27

28 Detektor HPGe didinginkan ketika digunakan dan dapat dioperasikan pada suhu kamar tanpa merusak hasilnya. Efisiensi detektor ini sangat tinggi untuk energi 3 KeV sampai 100 KeV. II.6.2 Pre Amplifier Terletak antara penguat dan detektor. Fungsi alat tersebut antara lain untuk amplifikasi awal terhadap pulsa keluaran detektor, melakukan pembentukan pulsa pendahuluan, mencocokkan impedansi keluaran detektor dengan kabel signal masuk ke penguat serta untuk mengadakan perubahan muatan menjadi tegangan pada pulsa keluaran detektor. a. Analisa tinggi pulsa Pulsa yang dihasilkan detektor akan diperkuat dalam penguat awal dan kemudian dalam penguat (amplifier). Selanjutnya, pulsa yang telah dibentuk dan diperkuat itu dikirim menuju suatu alat yang dapat memilah-milahkan pulsa tersebut menurut tingginya. Alat tersebut mempunyai banyak memori yang dinyatakan dalam cacah salur (chanel) yang dimilikinya. Alat semacam ini disebut dengan penganalisis saluran ganda (MCA). Pulsa dengan tinggi tertentu akan dicatat cacahnya dalam salur dengan nomor salur tertentu. Data numerik hasil pencacahan tersebut setiap saat diakumulasikan dalam salur salur itu, sampai waktu pencacahan selesai. Sebagai hasilnya, secara analog dapat dilihat spektrum gamma pada layar MCA atau melalui plotter. Data numerik dapat juga dikeluarkan melalui printer, teletype, writer dan lai-lain. b.pembentukan pulsa Pulsa keluaran dari sebuah detektor adalah pulsa yang mempunyai waktu timbul (rise time) yang sangat singkat sekitar 10-6 detik dan akan turun dengan lebih perlahan-lahan dalam waktu sekitar Apabila aktivitas sinar gamma yang dideteksi cukup besar, maka akan terjadi tumpang tindih pulsa yang satu dengan pulsa yang lain. Untuk mengatasi hal tersebut, II-28

29 maka pulsa-pulsa tersebut dipendekkan dengan jalan mendeferensialkan pulsa tersebut dengan suatu rangkaian pendefferensial RC dan rangkaian pengintregal. II.6.3 Penguat Pulsa keluaran dari penguat awal sudah berupa pulsa tegangan. Oleh karena itu, penguat yang dipakai adalah jenis penguat peka tegangan yang biasa disebut juga dengan penguat linier. Di sini pulsa diperkuat lagi sampai mencapai amplitudo yang dapat dianalisis dengan penganalisis tinggi pulsa. Selain untuk mempertinggi pulsa, penguat juga mempunyai fungsi lain yaitu memberi bentuk pulsa. Biasanya penguat mempunyai dua macam keluaran yaitu keluaran bipolar dan unipolar, pemilihannya bergantung pada jenis detektor yang dipakai. II.6.4 Penganalisis Pulsa dengan Acquspec Acquspec merupakan MCA generasi ketiga yang dikemas dalam suatu board yang dapat dipasang dalam komputer. Seluruh pengoperasian dan setting MCA menggunakan keyboard komputer. Keuntungan yang didapat dengan menggunakan komputer ini selain faktor ekonomis juga dalam penanganan data hasil pengukuran dapat disimpan dalam disket maupun hardisk dan dapat diolah dengan komputer lain. Prinsip kerja Acquspec sama dengan prinsip kerja MCA. Pada Acquspec, seluruh pulsa yang terjadi dapat dianalisis. Bagian yang terpenting dari Acquspec ini adalah sistem ADC (Analog to Digital Converter) yang berfungsi sebagai pengubah amplitudo pulsa ke dalam nomor kanal. Jumlah pulsa yang terjadi direkam tempat terjadinya dan diidentifikasikan sebagai jumlah cacah pada kanal. Pada prinsipnya, MCA ataupun Acquspec merupakan SCA (Single Channel Analyzer) yang dipasang secara pararel dengan masing-masing lebar window yang sama. Untuk mewujudkan SCA yang pararel tersebut digunakan ADC. II-29

30 Seandainya V 1 adalah amplitudo masukan, di mana V 1 tersebut adalah sinyal analog yang mempunyai batas bawah V min dan batas atas V max yang merupakan jangkau dari ADC tersebut. Konversi tegangan masukan sebesar V max- V min dibagi dalam N bagian yang sama yang disebut kanal, yang akan memisahkan amplitudo masukan yang sesuai dan dapat dinyatakan dalam persamaan: keterangan : E = Lebar window N = kapasitas MCA = 2 k K = jumlah bit ADC. E = (V max-v min)/ N... (II.7) II.7 Radiocesium di Lingkungan Cesium 133 terdapat secara alami sebagai isotop stabil. Konsentrasi cesium di kerak bumi ± 1,9 miligram perkilogram (mg/kg) dan konsentrasinya di air laut ± 0,5 mikrogram/kg. Cesium dapat terakumulasi dalam rantai makanan di perairan. Cesium137 di lingkungan berasal dari berbagai sumber. Sumber terbesar adalah jatuhan debu radioaktif dari uji coba senjata nuklir di atmosfir pada tahun 1950-an dan 1960-an yang menyebabkan cesium terdispersi dan terdeposisi di bumi. Namun, cesium yang berasal dari uji coba senjata nuklir tersebut sekarang telah mengalami peluruhan. Cesium yang berada di lapisan tanah akibat uji coba senjata nuklir tersebut ditemukan ± 0,1 sampai 1 picocurie (pci)/g, rata-rata kurang dari 0,4 pci/g (atau 0,3 juta mg/kg tanah). Cesium juga ditemukan sebagai kontaminan pada lokasi tertentu, misalnya reaktor nuklir dan fasilitas pada proses yang menggunakan bahan bakar nuklir. Limbah reaktor nuklir dan kecelakaan lepasan radioaktif seperti kecelakaan Chernobyl di Ukraina melepaskan sejumlah Cs-137 ke lingkungan. Tetapi, limbah pabrik pemrosesan kembali bahan bakar nuklir sedikit mengeluarkan emisi radioaktif ke lingkungan. II-30

31 Pada umumnya, cesium merupakan salah satu logam radioaktif yang sedikit ditemukan di lingkungan. Cesium melekat cukup kuat pada tanah dan konsentrasinya pada saat berikatan dengan partikel tanah berpasir diesetimasikan sampai 280 kali lebih tinggi daripada konsentrasi air yang berada di antara pori-pori tanah. Rasio konsentrasi cesium lebih tinggi (kira-kira 2000 sampai lebih dari 4000) di tanah lempung. Oleh karena itu, cesium pada umumnya bukan kontaminan utama dalam air tanah yang tercemar cesium. II.8 Radiocesium di Perairan Terdapat 2 klasifikasi perairan yaitu air laut dan air tawar. Air laut dapat dibagi menjadi estuari, daerah pantai, dan laut terbuka. Untuk tujuan radiological assesment, sistem air laut kurang signifikan dibandingkan dengan sistem air tawar karena beberapa alasan. Pertama, air laut tidak dapat digunakan sebagai air minum, sanitasi atau air irigasi. Kedua, banyak terjadi pengenceran unsur dan dispersi daripada di air tawar. Hal ini disebabkan karena adanya aliran tidal pada daerah estuari dan pencampuran antara air berkadar garam tinggi dan rendah. Ketiga, konsentrasi garam yang tinggi cenderung mengurangi bioakumulasi zat radioaktif dalam tubuh makhluk hidup yang terpapar (contoh: konsentrasi K dan Ca yang tinggi mengurangi bioakumulasi Cs dan Sr). Selebihnya, beberapa radionuklida akan berpindah ke lapisan sedimen yang memberikan kontribusi tidak signifikan pada dosis manusia (IAEA, 1997). Perairan tawar dapat dibagi menjadi sungai dan danau. Sebagai tambahan, sedimen pada air tawar dapat menjadi deposit pada dataran aluvial dan dengan adanya aliran irigasi memberikan kontribusi terjadinya kontaminasi radionuklida di daratan yaitu melalui transfer radionuklida dari tanah ke tanaman yang dikonsumsi manusia. Danau yang terletak dekat pemukiman penduduk menjadi hal yang harus diperhatikan karena radioaktivitas tidak mngalami pengenceran sepanjang waktu. Pada kondisi tersebut, level radionuklida terutama Cs dapat dibioakumulasi oleh II-31

32 predator melalui rantai makanan. Dalam hal ini nelayan dan keluarganya pada kondisi resiko tinggi terpapar radiasi. Mekanisme pemaparan dosis radiologi di perairan tawar dapat dilihat pada Gambar II.13. Distribusi radionuklida Cs-134 di perairan air tawar pernah diteliti dengan skala laboratorium. Dari penelitain tersebut diketahui bahwa Cs-134 tertinggi terdapat pada sedimen (85%) dan sisanya pada tumbuhan air, ikan dan air. Hal ini karena massa pasir sangat besar dibandingkan komponen lain seperti tumbuhan air dan hewan air. Selain itu, radionuklida Cs-134 dapat terikat pada tanah/sedimen karena tanah mengandung mineral tanah seperti mineral mika (muskovit (KAlSiO 2 O 6 ) dan leusit (KAl 2 (Si 3 AlO 10 )(OH) 2 )) (Setiawati, 2003). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa 85% Cs-134 yang mengkontaminasi ekosistem perairan tawar akan terdeposisi pada sedimen dan sisanya terakumulasi pada biota air tawar. Sumber Proses Kontaminasi Media kontaminasi Model Paparan Data perilaku Dosis Lepasan Deposisi Plankto Konsumen & omnivora Predato limbah Run off Sungai/Danau Ganggan Minum Konsums Efflua Benthos Di luar Keterangan : Sedimen Banjir Irigasi : Transfer radionuklida : Radiasi external,, Tanah & tanaman Fauna Pemukiman Manusia Gambar II. 13 Skematik mekanisme pemaparan dosis radiologi di perairan tawar Sumber: IAEA (1997) II-32

33 II.9 Ikan Lele Lele merupakan jenis ikan air tawar yang banyak dikonsumsi dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan, antara lain (Prihatman, 2000): 1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). 2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat), kalang putih (Padang). 3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur). 6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo (lele domba), king catfish, berasal dari Afrika. Dalam bahasa Inggris ikan lele disebut juga catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. II.9.1 Morfologi Ikan lele memiliki sungut di dekat mulutnya. Ikan lele memiliki tubuh yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki 4 pasang sungut di sekitar mulutnya dengan panjang dapat mencapai ± 10 cm dan memiliki fungsi sebagai alat pendeteksi kondisi lingkungan sekitarnya termasuk menemukan makanan. Oleh karena itu, II-33

34 kumis-kumis tersebut tidaklah tersusun dari jaringan berupa rambut seperti kumiskumis pada hewan lainnya, melainkan tersusun dari jaringan syaraf yang saling berhubungan untuk menghantarkan rangsangan yang diterima menuju ke otak. Panjang ikan lele dapat mencapai cm dan berat ± 100 gram untuk ikan lele dewasa setelah berumur 130 hari. Pada ikan lele (Clarias batrachus) terdapat 3 variasi warna tubuh, antara lain: hitam agak kelabu (paling umum dijumpai), bulai (putih) dan merah. Morfologi ikan lele ditampilkan pada Gambar II.14. II.9.2 Klasifikasi Gambar II.14 Morfologi ikan lele Sumber : (25 juni 2007). Klasifikasi ikan lele berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaufort (1965) digolongkan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Sub-kingdom : Metazoa Phyllum : Chordata (Binatang bertulang belakang) Sub-phyllum : Vertebrata Kelas : Pisces (Bangsa ikan yang bernapas dengan insang) Sub-kelas : Teleostei ( Ikan yang bertulang keras) Ordo : Ostariophysi (Ikan yang di dalam rongga perutnya sebelah atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang disebut tulang weber). II-34

35 Sub-ordo : Siluroidea (Ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin/ tidak bersisik) Familia : Clariidae ( suatu kelompok ikan dari beberapa genus yang selain mempunyai ciri-ciri tersebut juga mempunyai ciri yang lebih khusus yaitu : bentuk kepala pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok kepala, bersungut (kumis) 4 pasang, sirip dada ada patil, mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga insang, yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara). Genus : Clarias Spesies : Clarias sp. II.9.3. Kondisi Habitat Syarat hidup yang utama berhubungan dengan lingkungan seperti kondisi habitat/ lokasi, makanan, pemberian vaksin secara teratur dan pemeliharaan kolam. Ikan lele tidak menuntut persyaratan hidup yang sulit, ikan ini tergolong omnivora dan dapat hidup pada air tercemar bahan-bahan organik. Persyaratan lokasi, antara lain (Prihatman, 2000): 1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang. 2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m di atas permukaan laut. 3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5%-10%. 4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya. 5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok. II-35

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi inti yang terjadi pada proses peluruhan radio

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam. BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan

Lebih terperinci

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id PELURUHAN RADIOAKTIF NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id 081556431053 Istilah dalam radioaktivitas Perubahan dari inti atom tak stabil menjadi inti atom yg stabil: disintegrasi/peluruhan

Lebih terperinci

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI RADIOAKTIF Oleh : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF PANCARAN SINAR RADIOAKTIF SINAR,, HVL BAHAN STRUKTUR INTI ATOM ENERGI IKAT INTI KESTABILAN INTI ATOM HUKUM PERGESERAN WAKTU PARUH

Lebih terperinci

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n 1 A. Definisi dan Sejarah Reaktor Nuklir Reaktor nuklir adalah alat yang didesain untuk mempertahankan reaksi berantai, di mana aliran neutron yang stabil dan terkontrol dihasilkan dari reaksi fisi suatu

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar daripada massa proton -ukuran inti atom berkisar

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x. 1 5. KIMIA INTI A. Unsur Radioaktif Unsur radioaktif secara sepontan memancarkan radiasi, yang berupa partikel atau gelombang elektromagnetik (nonpartikel). Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. BAB.19 ATOM ATOM Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. MODEL ATOM J.JTHOMSON ( 1910 ) ERNEST RUTHERFORD ( 1911 )

Lebih terperinci

Definisi PLTN. Komponen PLTN

Definisi PLTN. Komponen PLTN Definisi PLTN PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. AFRI YAHDI : 2013110067 2. M.RAZIF : 2013110071 3. SYAFA RIDHO ILHAM : 2013110073 4. IKMARIO : 2013110079 5. CAKSONO WIDOYONO : 2014110003

Lebih terperinci

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI RADIOAKTIF Oleh : I WAYAN SUPARDI PENDAHULUAN Fluoresensi yakni perpendaran suatu bahan selagi disinari cahaya. Fosforecensi yaitu berpendarnya suatu bahan setelah disinari cahaya, jadi berpendar setelah

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional PDL.PR.TY.PPR.00.D03.BP 1 BAB I : Pendahuluan BAB II : Prinsip dasar deteksi dan pengukuran radiasi A. Besaran Ukur Radiasi B. Penggunaan C.

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Oleh : ADI WIJAYANTO 1 Adi Wijayanto Badan Tenaga Nuklir Nasional www.batan.go.id CAKUPAN

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin bertambah dari tahun ke tahun, sementara sumber yang ada masih berbanding terbalik dengan kebutuhan. Walaupun energi radiasi matahari (energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd Inti atom Radioaktivitas Purwanti Widhy H, M.Pd bagian terkecil suatu unsur yg mrpkn suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. Bagian Atom : Elektron Proton Netron Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd REAKSI INTI HAMDANI, S.Pd Reaktor atom Matahari REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom akibat tumbukan dengan partikel lain atau berlangsung dengan sendirinya. isalkan

Lebih terperinci

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R4 EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M2954, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK Aras-aras inti dipelajari

Lebih terperinci

Makalah Fisika Modern. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si

Makalah Fisika Modern. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si Makalah Fisika Modern Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Modern Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si Disusun Oleh : Iif Latifah

Lebih terperinci

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI REAKSI NUKLIR FUSI DISUSUN OLEH : Mohamad Yusup ( 10211077) Muhammad Ilham ( 10211078) Praba Fitra P ( 10211108) PROGAM STUDI FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ada beberapa kategori power/daya yang digunakan, antara lain backbone power, green power dan mobile power. Backbone power adalah sumber energi primer yang selalu tersedia

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

U Th He 2

U Th He 2 MODUL UNSUR RADIOAKTIF dan RADIOISOTOP Radiasi secara spontan yang di hasilkan oleh unsure di sebut keradioaktifan, sedangkan unsure yang bersifat radioaktif disebut unsure radioaktif.unsur radioaktif

Lebih terperinci

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi Fisika Radiasi Materi Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi PENDAHULUAN kecil dan berbeda, sama atom- Perkembanagn Model Atom : * Model Atom Dalton: - Semua materi tersusun dari partikel- partikel yang sangat

Lebih terperinci

Kimia Inti dan Radiokimia

Kimia Inti dan Radiokimia Kimia Inti dan Radiokimia Keradioaktifan Keradioaktifan: proses atomatom secara spontan memancarkan partikel atau sinar berenergi tinggi dari inti atom. Keradioaktifan pertama kali diamati oleh Henry Becquerel

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M. Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (891325), Mirza Andiana D.P.*

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009 Hasbullah, M.T Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009 Konversi Energi (Energy Conversion) : Perubahan bentuk energi dari yang satu menjadi bentuk energi lain. Hukum konservasi

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir Rida SNM rida@uny.ac.id Outline Sesi 1 Radioaktivitas Sesi 2 Peluruhan Inti 1 Radioaktivitas Tujuan Perkuliahan: Partikel pembentuk atom dan inti atom Bagaimana inti terikat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

Bab 1 STRUKTUR ATOM. Pada pelajaran bab pertama ini akan dipelajari tentang perkembangan teori atom, notasi unsur, Isotop, isobar, dan isoton.

Bab 1 STRUKTUR ATOM. Pada pelajaran bab pertama ini akan dipelajari tentang perkembangan teori atom, notasi unsur, Isotop, isobar, dan isoton. Bab STRUKTUR ATOM Gambar. Teori Atom Rutherford. Sumber: Ensiklopedia Iptek Pada pelajaran bab pertama ini akan dipelajari tentang perkembangan teori atom, notasi unsur, Isotop, isobar, dan isoton. Struktur

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TEORI ATOM. Ramadoni Syahputra

TEORI ATOM. Ramadoni Syahputra TEORI ATOM Ramadoni Syahputra STRUKTUR ATOM Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh filsafat Yunani yaitu Leoclipus dan Democritus, pada abad ke-5 sebelum Masehi. Atom berasal dari kata Yunani:

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI BAB III BESARAN DOSIS RADIASI Yang dimaksud dengan dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya.

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 1 : KARAKTERISTIK INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

KEGIATAN BELAJAR 1 : KARAKTERISTIK INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS MODUL MATERI SULIT UN MODUL 1 : KARAKTERISASI INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS Oleh: Yusman Wiyatmo, M.Si Pengantar: Dalam modul 1 ini, Anda akan mempelajari karakterisiasi inti atom mencakup tentang struktur

Lebih terperinci

OXEA - Alat Analisis Unsur Online

OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA ( Online X-ray Elemental Analyzer) didasarkan pada teknologi fluoresens sinar X (XRF) yang terkenal di bidang laboratorium. Dengan bantuan dari sebuah prosedur yang

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Senin, 30 Nopember 2009

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Senin, 30 Nopember 2009 J A Y A R A Y A PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan Telp. 527115/5482914 JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh NAUSA NUGRAHA SP. 04 02 02 0471 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

INTI DAN RADIOAKTIVITAS KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Disusun oleh Kelompok A 1: Siti Lailatul Arifah 12030234021/ KB 2012 Nuril Khoiriyah 12030234022/ KB 2012 Nurma Erlita Damayanti 12030234204/ KB 2012 Amardi

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN IKATAN KIMIA DALAM BAHAN Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron, dimana diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia yang akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci