BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak memperoleh kesehatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak memperoleh kesehatan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak memperoleh kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Dijelaskan lebih lanjut dalam UU No 36 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, terjangkau serta berhak untuk memilih pelayanan yang dikehendakinya. Sedangkan kewajiban Pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Adanya upaya perbaikan kualitas pelayanan kesehatan meningkatkan pula angka harapan hidup di Indonesia. Pada tahun terjadi peningkatan angka harapan hidup yang semula 68,6 tahun ( ) meningkat menjadi 69 tahun (Kemenkes, 2010). Proporsi penduduk lanjut usia (di atas 60 tahun) meningkat dari 16 juta jiwa (7,6%) pada tahun 2000 menjadi 18,4 juta jiwa (8,4%) pada tahun Umur Harapan Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun (Maharani, 2007). Peningkatan angka harapan hidup membuat penyakit-penyakit yang berhubungan dengan lanjut usia yang seringkali disebut penyakit degeneratif meningkat pula, salah satunya adalah osteoartritis. Osteoartritis adalah penyakit yang dicirikan dengan adanya kelainan fungsional sendi termasuk terjadinya degradasi kartilago, ligamen, inflamasi 1

2 2 sinovial serta perubahan struktur tulang yang bersifat progresif (Bijlsma et al., 2011). Osteoartritis merupakan penyakit arthritis yang paling umum terjadi dan salah satu penyebab utama terjadinya rasa nyeri dan kecacatan di dunia (NCGC, 2014). Pada tahun 2004 tercatat 8,5 juta orang di Amerika didiagnosis menderita osteoartritis dan pada tahun 2010 penderita sudah mencapai angka 27 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 lebih 67 juta orang Amerika menderita osteoartritis (Departement of Health and Human Services USA, 2010). Di tahun-tahun selanjutnya prevalensi osteoartritis akan meningkat seiring peningkatan orang lanjut usia, obesitas dan perubahan gaya hidup. Prevalensi osteoartritis meningkat seiring bertambahnya usia. Di Amerika terjadi peningkatan yang signifikan pada usia 50 tahun dan mencapai 50% pada usia di atas 65 tahun bahkan 85%-90% mengalami gejala primer osteoartritis (Carlos et al., 2013). Di Indonesia sendiri prevalensi kasus osteoartritis cukup tinggi yaitu 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia tahun dan 65% pada usia >61 tahun (Handayani, 2009). Pada lanjut usia, terjadi perubahan kolagen dan penurunan sintesis proteoglikan yang menyebabkan tulang dan sendi lebih rentan terhadap tekanan dan kurang elastis sehingga rawan sendi menjadi menipis, rusak, dan menimbulkan gejala osteoartritis seperti nyeri sendi, kaku dan deformitas (Aigner, 2010). Pada usia kurang dari 45 tahun, laki-laki akan lebih rentan terkena penyakit osteoartritis dibandingkan dengan wanita, tetapi wanita lebih rentan terkena osteoartritis pada usia lebih dari 55 tahun. Prevalensi osteoartritis pada wanita sebesar 13% lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang hanya 10% (Heidari, 2011).

3 3 Wanita akan lebih rentan terkena osteoartritis setelah mengalami menopause karena kurangnya hormon estrogen merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan osteoartritis walaupun mekanisme kerjanya belum jelas, namun estrogen dapat menurunkan endapan lemak dalam tubuh sehingga dapat memperingan tugas sendi (Foltz-Gray, 2014). Kualitas hidup secara luas menggambarkan kemampuan individu untuk berperan dalam lingkungannya dan memperoleh kepuasan dari yang dilakukannya. Dimensi yang diukur meliputi status fisik dan kemampuan fungsional, status psikologis, interaksi sosial, status ekonomi serta religi atau spiritual (Gutterling et al., 2007). Adanya penurunan kualitas hidup pada pasien osteoartritis dapat berhubungan dengan beberapa faktor antara lain karakteristik pasien, karakteristik penyakit, serta pola pengobatan. Penyakit osteoartritis dan kualitas hidup merupakan hal yang saling berkaitan. Keluhan utama pasien osteoartritis adalah rasa nyeri, kekakuan dan keterbatasan gerak yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari (NCGC, 2014). Secara tidak langsung hal tersebut akan menurunkan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Menurut data National Health Survey, 27% orang dengan osteoartritis akan mengalami penurunan kualitas hidup sebesar 13% dibandingkan dengan non osteoartritis (AIHW, 2013). Pada lanjut usia prevalensi terjadinya stress diperkirakan antara 7% sampai 17% dan meningkat menjadi 20% apabila disertai dengan osteoartritis (Rosemann et al., 2007). Begitu juga pada perempuan, tingkat stress dan intensitas nyeri osteoartritis yang dirasakan akan lebih tinggi dibandingkan pada pria meskipun mendapat

4 4 pengobatan dalam jumlah yang sama (Rakel, 2011). Keparahan stress dipengaruhi oleh tingkat nyeri dan ketidakmampuan fisik (Chou, 2007). Melihat besarnya dampak osteoartritis terhadap kualitas hidup maka diperlukan suatu pengobatan yang tepat. Selama ini pengobatan untuk osteoartritis meliputi analgetik, NSAID, kortikosteroid, suplemen dan injeksi hyaluronat (NICE, 2014). Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoartritis, yaitu untuk mengontrol nyeri dan gejala lainnya, mengatasi gangguan aktivitas sehari-hari, dan menghambat proses penyakit. Prinsip penggunaan analgetik dan NSAID pada osteoartritis adalah untuk menekan nyeri dan inflamasi, tetapi tidak dapat menghentikan perjalanan penyakit osteoartritis, jadi lebih bersifat simptomatik. Walaupun demikian obat ini masih diperlukan karena dapat mengurangi keluhan penderita sehingga tetap dapat melakukan aktifitas sehari-hari (Dipiro et al., 2008). Osteoartritis memang bukan penyakit yang bisa disembuhkan, namun dengan pemberian obat yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien osteoartritis. Selama ini pola pengobatan yang diberikan bermacam-macam namun untuk keefektifannya sendiri masih menjadi perdebatan contohnya saja pada pemakaian glukosamin kondroitin, beberapa pasien merasakan manfaatnya tetapi pada beberapa pasien merasa tidak ada manfaatnya (NICE, 2014). Begitu juga dengan pemakaian NSAIDs dan Inhibitor COX-2, kedua obat ini dianggap lebih efektif dibandingkan parasetamol. Namun risiko toksisitas obat NSAID lebih tinggi daripada parasetamol apabila dipakai dalam jangka panjang (Rahme et al., 2008). Padahal seperti yang kita ketahui bahwa osteoartritis

5 5 membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang sehingga pola pengobatan yang tepat dan terkontrol sangat dibutuhkan. Dengan pengukuran kualitas hidup ini dapat diketahui pola pengobatan yang efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien (Chen et al, 2005) Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian kualitas hidup pasien osteoartritis berdasarkan perbedaan karakteristik pasien dan pola pengobatan. Penelitian ini dilakukan terhadap pasien osteoartritis yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Rheumatologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogayakarta. Pemilihan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang memiliki klinik khusus rheumatologi sehingga menjadi rujukan pasien osteoartritis. Diharapkannya dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada khususnya serta rumah sakit lainnya dalam menetapkan kebijakan pelayanan kesehatan dalam menangani penyakit osteoartritis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum karakteristik pasien osteoartritis di Instalasi rawat jalan poliklinik rheumatologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 2. Bagaimana gambaran kualitas hidup pasien osteoartritis?

6 6 3. Apakah terdapat perbedaan kualitas hidup pasien osteoartritis berdasarkan perbedaan karakteristik pasien, seperti umur, jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), penyakit penyerta, riwayat trauma, riwayat keluarga, dan intensitas? 4. Apakah terdapat perbedaan kualitas hidup pasien osteoartritis berdasarkan perbedaan pola pengobatan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup pasien osteoartritis berdasarkan perbedaan karakteristik pasien dan pola pengobatan terhadap kualitas hidup. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran umum karakteristik pasien osteoartritis di Instalasi rawat jalan poliklinik rheumatologi rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. b. Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien osteoartritis. c. Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien osteoartritis berdasarkan perbedaan karakteristik pasien, seperti umur, jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), penyakit penyerta, riwayat trauma, riwayat keluarga, dan intensitas nyeri. d. Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien osteoartritis berdasarkan perbedaan pola pengobatan.

7 7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi tempat penelitian dapat memberikan informasi terkait karakteristik pasien yang membutuhkan perlakuan khusus guna meningkatkan kualitas hidup, sehingga didapatkan data pendukung untuk pemberian edukasi dan menentukan intervensi yang tepat. 2. Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien dan pengobatan yang mempengaruhi kualitas hidup pasien osteoartritis. Bagi farmasis sendiri dapat meningkatkan perannya sebagai konselor yang mendukung meningkatnya kualitas hidup pasien. 3. Bagi peneliti dapat memberikan pengetahuan baru mengenai osteoartritis serta dapat mengetahui pengaruh karakteristik pasien dan pengobatan sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pelengkap maupun pendukung penelitianpenelitian selanjutnya. E. Tinjuan Pustaka 1. Osteoartritis a. Definisi Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit akibat kelainan fungsional sendi termasuk terjadinya degradasi kartilago, ligamen, inflamasi sinovial serta perubahan struktur tulang yang bersifat progresif (Bijlsma et al., 2011). Sedangkan menurut National Clinical Guideline Centre, osteoartritis adalah penyakit yang menyerang sendi yang mengakibatkan

8 8 keterbatasan gerak dan akhirnya berdampak pada kualitas hidup pasien (NCGC, 2014). Rasa sakit yang dirasakan oleh pasien osteoartritis sangatlah khas, sakit akan lebih terasa ketika digunakan untuk beraktivitas dan membaik saat istirahat. Pada pagi hari, setelah bangun tidur, sendi akan mengalami kekakuan akibat tidak digerakkan. Sakit pada osteoartritis terlokalisir hanya di sekitar sendi tanpa merambat ke organ lain layaknya arthritis reumatoid (Dipiro et al., 2008). Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut juga idiopatik, disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya (Soeroso et al., 2006). b. Epidemiologi Osteoartritis merupakan salah satu penyebab terjadinya kondisi disabilitas pada usia lanjut. Pasien dengan osteoartritis memiliki risiko kematian lebih tinggi jika memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler, kanker dan diabetes melitus. Angka kejadiannya meningkat seiring meningkatnya angka harapan hidup, obesitas, serta kurangnya olahraga (Heidari, 2011). Prevalensi penyakit osteoartritis ini bervariasi. Pada usia di atas 50 tahun osteoartritis akan lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan laki-

9 9 laki, peningkatan ini seiring dengan usia. Di Amerika Serikat dan di Eropa hampir semua orang mengalami degenerasi sendi setelah usia 40 tahun. Gambaran radiologis osteoartritis di Amerika Serikat ditemui pada populasi dewasa sekitar 37% dan merupakan 80% dari populasi di atas 75 tahun. Jumlah penderita osteoartritis pertahun mencapai 16 juta orang. Data di Inggris menunjukkan 52% orang dewasa mempunyai gambaran radiologis osteoartritis dan meningkat menjadi 85% setelah 55 tahun. Wanita 2 kali lebih banyak menderita osteoartritis dibanding pria, terutama osteoartritis sendi lutut pada umur kurang dari 50 tahun (Askandar et al., 2007). c. Patogenesis Osteoartritis adalah penyakit sendi yang muncul akibat kegagalan kartilago untuk menyerap renjatan (shock) dari gerakan fisik sehingga akan mengalami penurunan fungsi lapisan permukaan kartilago. Mekanisme tersebut melibatkan interaksi antara degradasi dan perbaikan dari kartilago, tulang rawan, dan cairan sinovium (Kalunian et al., 2014). Untuk mengatasi kegagalan kartilago tersebut maka kartilago, tulang rawan dan cairan sinovium akan membentuk suatu pertahanan berupa pembentukan osteofit, subkhondral sklerosis, dan lesi sumsum tulang (Kranokutsky et al., 2008). Mekanisme pertahanan yang dibentuk akan memicu sekresi sitokin dan mediator inflamasi. Pada pasien osteoartritis ditemukan terjadi peningkatan kadar sitokin inflamasi seperti interleukin 1b (IL-1b) dan tumor nekrosis faktor-a (TNF-a) yang pada gilirannya akan menurunkan sintesis kolagen dan meningkatkan katabolik dan mediator inflamasi lainnya seperti IL-8, Il-

10 10 6, prostaglandin E2, dan nitrat oksida (NO). Peningkatan mediator inflamasi inilah yang berkaitan erat dengan munculnya osteoartritis (Kranokutsky et al., 2008). d. Faktor Risiko Osteoartritis tidak bisa kalau hanya dipandang sebagai suatu penyakit saja, tetapi harus dilihat dari berbagai sisi karena banyak faktor yang berhubungan terhadap munculnya penyakit ini. Secara garis besar faktorfaktor tersebut sebagai berikut (Dipiro et al, 2008): a). Faktor Genetik Faktor genetik dipercaya berperan dalam perkembangan osteoartritis meskipun sampai saat ini masih belum jelas gen apa yang terlibat. Angka kejadiannya pun cukup tinggi diperkirakan 40-60% terjadinya osteoartritis lutut, pinggul, dan tangan disebabkan karena genetik (NCGC, 2014). Wanita akan memiliki risiko 10 kali lipat dibanding pria, dan risikonya menjadi dua kali lipat apabila orang tuanya memiliki riwayat osteoartritis (Dipiro et al., 2008) b) Faktor Usia Dari semua faktor risiko timbulnya osteoartritis, umur menjadi faktor yang paling berperan. Prevalensi dan beratnya derajat penyakit semakin bertambah seiring dengan peningkatan usia. Pada usia anak-anak hampir tidak dijumpai kasus osteoartritis, jarang pada usia di bawah 40 tahun, dan sering pada umur di atas 60 tahun. Hal ini disebabkan karena ada

11 11 keterkaitan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi. c) Faktor Jenis Kelamin Pada usia kurang dari 45 tahun, laki-laki lebih rentan terkena penyakit osteoartritis dibandingkan dengan wanita, tetapi wanita lebih rentan terkena osteoartritis pada usia lebih dari 55 tahun. Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan. d) Faktor Obesitas Secara statistik perempuan memiliki body mass index (BMI) diatas ratarata dimana kategori BMI pada perempuan Asia menurut jurnal American Clinical Nutrition adalah antara 24 sampai dengan 26,9kg/m2. BMI di atas rata-rata mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak pada sendi sehingga meningkatkan tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh, khususnya lutut. e) Faktor biomekanik Faktor biomekanik berkaitan dengan terjadinya trauma, deformitas sendi dan penggunaan sendi yang berlebihan (Salter&Lee, 2012). Pekerjaan berat maupun pemakaian suatu sendi yang terus menerus akan meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis. Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan sendi yang cidera sehingga akan meningkatkan tekanan pada sendi.

12 12 e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien osteoartritis dimulai dengan dasar diagnosis dari anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yang terkena. Tujuan utama dalam penatalaksanaan osteoartritis adalah untuk mengurangi nyeri, memperbaiki mobilitas, dan meminimalkan disabilitas (Dipiro et al, 2008). Pada penderita osteoartritis ringan, proteksi sendi dan pengobatan menggunakan analgesik sudah cukup; tetapi untuk pasien dengan osteoartritis berat, gabungan terapi non-farmakologi dan suplemen analgesik dan/atau obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) akan lebih sesuai. Secara umum terapi yang diberikan dibedakan menjadi dua golongan yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi (Charlish, 2009). 1) Terapi Non Farmakologi a) Edukasi dan pemberian informasi Pertama-tama penderita osteoartritis harus mengerti dulu apa yang terjadi pada sendinya, mengapa timbul rasa sakit dan apa yang perlu dilakukan, sehingga pengobatan osteoartritis dapat berhasil. Pasien osteoartritis harus berusaha agar tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari, latihan dan tidak menjadi beban bagi orang di sekitarnya, karena itu edukasi sangatlah penting dalam penanganan penyakit osteoartritis ini. b) Olahraga Olahraga biasanya disarankan untuk menurunkan nyeri, meningkatkan fungsional sendi dan mengurangi keterbatasan fisik. Olahraga yang

13 13 dimaksud bukan berupa olahraga yang berat tetapi cukup aerobic walking, home quadriceps exercise, strengthening and home exercise, aerobic exercise, dan aerobik disertai diet (NICE, 2014). Berdasarkan penelitian Angela Acettura (2012) bahwa olahraga misalnya dengan cara naik turun tangga dapat meningkatkan performance fisik para penderita osteoartritis. c) Penurunan Berat Badan Kelebihan berat badan dapat meningkatkan beban biomekanik pada sendi penyangga berat. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan simptom dan kecacatan. Meskipun penurunan hanya 2,5 Kg sudah dapat menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga beban. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat membantu dalam pengendalian berat badan. (NCGC, 2014). d) Nutrasetikal Nutrasetikal adalah makanan atau suplemen makanan yang memiliki manfaat untuk kesehatan. Biasanya yang digunakan adalah glukosamamin (Sulfat dan hidroklorida) yang tersedia dalam berbagai kombinasi, kekuatan, dan variasi. Suplemen yang mengandung glukosamin dan kondroitin ini merangsang sintesis proteoglikan dari tulang rawan artikular dan memiliki profil keamanan yang sangat baik serta memiliki efek analgesik dibandingkan dengan plasebo (NICE, 2014).

14 14 2) Terapi Farmakologi a) Parasetamol Parasetamol merupakan pilihan utama untuk pengobatan osteoartritis, meskipun keefektifannya masih kurang dibandingkan dengan NSAID. Oleh karena itu, jika parasetamol tidak memberikan respon bisa diberikan NSAID. Parasetamol memiliki efek samping yang lebih ringan dibanding NSAID. Parasetamol merupakan obat yang tergolong murah harganya, serta aman dalam penggunaan. Parasetamol memiliki risiko kecil untuk perdarahan lambung dibanding NSAID. Dalam dosis besar (>4 gr) parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (Charlish, 2009). b) NSAID NSAID berperan untuk mengurangi peradangan pada pembungkus sendi, mengurangi pembengkakan, dan meredakan nyeri dan kekakuan. Prinsip mekanisme NSAID sebagai analgetik adalah blokade sintesa prostaglandin melalui hambatan cyclooxygenase (Enzim COX-1 dan COX-2) dengan mengganggu lingkaran cyclooxygenase. Blokade COX-1 (NSAID non spesifik) tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan meningkatnya risiko pendarahan karena adanya hambatan agregasi platelet. Oleh karena itu NSAID sebaiknya diminum bersama makanan atau susu untuk mengurangi efek samping terhadap lambung (Charlish, 2009).

15 15 c) Injeksi Kortikosteroid Obat ini dapat digunakan pada keadaan sendi yang meradang dan bengkak. Dokter akan menyuntikan obat ini setelah mengeluarkan terlebih dahulu cairan berlebihan dari sendi yang bengkak, fungsinya sebagai anti radang. Penggunaan obat ini juga harus hati-hati maksimal 3 kali dalam setahun, karena kalau terlalu sering malah berakibat kerusakan pada sendi itu sendiri (steroid artropati) (Charlish, 2009). d) Injeksi Asam Hyaluronat Asam hyaluronat sebenarnya ditemukan di dalam sendi. Di dalam sendi asam hyaluronat ini akan membantu pergerakan sendi sehingga sendi dapat bergerak dengan smooth. Namun pada osteoartritis, asam hyaluronat ini menjadi sedikit dan tidak mampu lagi melumasi sendi sehingga sendi tidak terproteksi. Oleh karena itu, perlu diberikan injeksi hyaluronat dari luar untuk meningkatkan proteksi (ARA, 2014). Injeksi asam hyaluronat diberikan pada pasien yang tidak lagi toleransi terhadap pemberian obat anti nyeri dan anti inflamasi yang lainnya (Dipiro et al., 2008). Obat ini diberikan dalam bentuk garamnya (sodium hyaluronat) melalui injeksi intra-artrikular pada sendi lutut jika osteoartritis tidak responsif dengan terapi yang lain (ARA, 2014). 2. Kualitas Hidup a. Definisi Tidak mudah untuk mendefinisikan kualitas hidup secara tepat meskipun sudah banyak ahli yang mengemukakan. Karena bagaimanapun kualitas hidup

16 16 itu menggambarkan bagaimana persepsi individu. Kualitas hidup dapat diartikan sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan dilihat dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal serta hubungannya dengan tujuan, harapan, dan hal-hal lain yang menjadi perhatian individu. Definisi kualitas hidup berdasarkan WHO menekankan adanya persepsi dari individu ini dapat dihubungani oleh budaya dan sistem nilai dimana invidu itu tinggal (Fallowfield, 2009) Menurut WHO Quality of Life-BREF (dalam Rapley, 2003) terdapat empat dimensi mengenai kualitas hidup yang meliputi: 1) Dimensi kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari; ketergantungan pada obat-obatan; energi dan kelelahan; mobilitas; sakit; dan ketidaknyamanan; tidur dan istirahat; kapasitas kerja. 2) Dimensi kesejahteraan psikologis, mencangkup bodily image dan appearance; perasaan negatif; perasaan positif; self esteem; spiritual/ agama/ keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi. 3) Dimensi hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial, aktivitas seksual. 4) Dimensi hubungan dengan lingkungan, mencakup sumber finansial, kebebasan, keamanan, dan keselamatan fisik; perawatan kesehatan dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan; partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan

17 17 kegiatan yang menyenangkan di waktu luang; lingkungan fisik terutama polusi/ kebisingan/ lalu lintas/ iklim; serta transportasi. b. Instrumen Pengukur Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific scale). a) Instrumen Umum (Generic Scale) Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekhawatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Contoh instrumen generik antara lain Medical Outcome Study (MOS) Short Form-36, Quality of Well-Being Scale, dan Sickness Impact Profile (SIP). Keuntungan dari instrumen generik adalah nilai pasien yang diperoleh nanti dapat dibandingkan dengan nilai populasi lain dan atau populasi kontrol manusia sehat, sedangkan kerugiannya adalah bahwa instrumen ini tidak dirancang untuk mengidentifikasi dimensi spesifik dari suatu penyakit yang mana penting dalam penegakan perubahan status klinis pasien (Gutterling et al., 2007). b) Instrumen Khusus (Specific Scale) Instrumen spesifik digunakan pada penyakit tertentu agar memberikan hasil yang lebih rinci berdasarkan luaran dari kondisi kesehatan atau

18 18 penyakit tertentu. Keuntungan dari instrumen ini adalah memberikan spesifitas dan sensivitas yang lebih besar dibandingkan instrumen generik (Gutterling et al., 2007) Secara umum ada empat manfaat utama dari penilaian kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Quality of Life) yaitu: 1. Penilaian pengobatan dalam uji klinis 2. Studi tentang populasi penderita dalam mengevaluasi kualitas hidup penderita sehubungan dengan beban penyakit yang diderita. 3. Evalusi biaya untuk menentukan sumber daya yang paling baik dalam perawatan kesehatan. 4. Memenuhi terapi yang paling tepat dalam perawatan penderita secara individual. Contoh Health Related of Quality of Life yang spesifik misalnya kuesionier Arthritis Impact Measurement Scales Short Form (AIMS2 SF) yang digunakan untuk menilai kualitas hidup penderita arthritis (Ali et al., 2000). 3. Arthritis Impact Measurement Scale 2 Short Form (AIMS2-SF) Kuesionier spesifik yang dapat menilai HRQoL dari pasien dengan osteoartritis telah berkembang dari waktu ke waktu. Kuisionier Arthritis Impact Measurement Scales Short Form (AIMS2-SF) merupakan kuesionier spesifik untuk menilai kualitas hidup penderita arthritis. Menurut Meenan et al (1997), kuesionier AIMS2 SF di desain untuk mengukur kualitas hidup dan outcome penderita osteoartritis dalam berbagai aspek kualitas hidup

19 19 dengan skala pengukuran yang spesifik dan mampu menggambarkan kualitas hidup penderita arthritis secara keseluruhan. Kuesionier Arthritis Impact Measurement Scales Short Form (AIMS2- SF) terdiri dari 24 pertanyaan yang mencerminkan 4 domain atau bidang, yaitu : 1. Skala fisik, meliputi kemampuan bergerak, berjalan, fungsi tangan dan jari, fungsi lutut serta kemampuan perawatan diri. 2. Skala gejala, meliputi intensitas nyeri. 3. Skala suasana hati, meliputi kemampuan menghadapi stress dan mood. 4. Skala sosial meliputi aktivitas sosial. Saat ini, AIMS2-SF dalam bahasa Indonesia sudah ada dan telah di validasi. Menurut Ismail (2010), kuesionier AIMS2-SF memiliki 24 pertanyaan yang valid dengan nilai r sebesar 0,914, reabilitas kuesionier dikatakan baik jika nilai r lebih dari 0,7 dan sangat baik jika di atas 0,8. Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada kuisionier AIMS2-SF tersebut reliabel dan dapat digunakan secara berulang (Dahlan, 2010). Ketersedian AIMS2-SF dalam berbagai bahasa akan memungkinkan dokter dan tenaga kesehatan yang lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi pasiennya. 4. Instrumen Penilaian Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

20 20 menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Menurut Smeltzer & Bare (2002), jenis pengukuran nyeri adalah sebagai berikut : a. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukkan pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang di rasakan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri (AHCPR, 1992). Gambar 1. Verbal Descriptor Scale (VDS) b. Skala Identitas Nyeri Numeriks Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala Skala 0 tidak ada nyeri yang

21 21 dirasakan, 1 sampai 3 nyeri ringan, 4 sampai 6 nyeri sedang, 7 sampai 10 nyeri berat. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Shakel et al., 2012) Gambar 2. Numerical Rating Scale (NRS) c. Visual Analogue Scale (VAS) Visual Analogue Scale (VAS) adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter & Perry, 2005). Gambar 3. Visual Analogue Scale (VAS) 5. Visual Analogue Scale (VAS) Visual Analog Scale (VAS) merupakan alat ukur sederhana untuk mengukur atau memperkirakan derajat (intensitas nyeri) secara subjektif. Alat ukur ini awalnya digunakan dalam pemeriksaan psikologi sejak abad ke-20.

22 22 Sekitar tahun 70-an Huskisson mempopulerkan alat ukur ini dalam aplikasi klinis. VAS berupa garis lurus sepanjang 10 cm. Garis ini mempresentasikan gambaran intensitas nyeri yang harus ditunjukan oleh pasien. Pasien diminta untuk memberi tanda di sepanjang garis tersebut sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya. Kemudian diukur jari dari batas kiri sampai pada tanda yang diberikan pasien dalam mm, dan itulah skor yang menunjukan level intensitas nyeri. Skor tersebut selanjutnya dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran lainnya seperti Face Pain Rating Scale karena responnya yang lebih terbatas. Keuntungan VAS (Visual Analogue Scale) VAS merupakan metode pengukuran intensitas nyeri yang sensitif, murah dan mudah dibuat. VAS memiliki keakuratan yang baik untuk mengukur rasa nyeri akibat osteoartritis yang kronik (Shakel et al., 2012). Menurut William dan Hoggart (2005) VAS sebagai alat ukur yang valid, dapat dipercaya, dan sesuai skala untuk digunakan dalam praktik klinis. Kekurangan VAS (Visual Analogue Scale) VAS memerlukan pengukuran yang teliti untuk memberikan penilaian. Pasien harus hadir saat dilakukan pengukuran, serta secara visual dan kognitif mampu melakukan pengukuran. VAS sangat tergantung pada pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut. Sehingga edukasi/ penjelasan terapis tentang VAS terhadap pasien sangat dibutuhkan (Iscan, 2010)

23 23 Validitas Sebuah penelitian menemukan bahwa Visual Analogue Scale (VAS) lebih baik untuk menilai fascial pain daripada penelitian numerik dan sensitivitas VAS setara dengan NRS-11 (Numeric Rating Scale). Sedangkan dalam penelitian lain terhadap 25 responden yang menderita Low Back Pain, disimpulkan bahwa VAS dan SDS (Sematic Differential Scale) memiliki korelasi yang kuat dan keduanya reliabel dan valid untuk mengukur Low Back Pain (Wibowo, 2008) F. Landasan Teori Osteoartritis merupakan penyakit arthritis yang paling umum terjadi dan salah satu penyebab utama terjadinya rasa nyeri dan kecacatan di dunia. Keluhan utama pasien osteoartritis adalah rasa nyeri, kekakuan dan keterbatasan gerak yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari (NCGC, 2014). Secara tidak langsung hal tersebut akan menurunkan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Menurut data National Health Survey, 27% orang dengan osteoartritis akan mengalami penurunan kualitas hidup sebesar 13% dibandingkan dengan non osteoartritis (AIHW, 2013). Kualitas hidup secara umum menggambarkan kemampuan individu untuk berperan dalam lingkungannya dan memperoleh kepuasan dari yang dilakukannya. Secara garis besar, kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor. antara lain karakteristik pasien, misalnya umur, jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), penyakit penyerta, riwayat trauma, riwayat keluarga osteoartritis, intensitas nyeri dan durasi osteoartritis. Pengukuran kualitas hidup pada penelitian

24 24 ini menggunakan instrument khusus yaitu kuesionier AIMS2-SF (Arthritis Impact Measurement Scale 2 Short Form). Kuesionier ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan tervalidasi. Kualitas hidup pasien osteoartritis juga dapat dipengaruhi oleh pola pengobatan yang digunakan. Pola pengobatan tersebut akan menimbulkan keuntungan klinik berupa berkurang atau hilangnya tanda dan gejala. Selama ini pengobatan untuk osteoartritis meliputi analgetik, NSAID, kortikosteroid, suplemen dan injeksi hyaluronat (NICE, 2014). Pemilihan pola pengobatan yang tepat akan mempengaruhi kualitas hidup pasien osteoartritis. G. Kerangka Konsep A. Karakteristik Pasien : 1. Umur B. 2. Jenis Kelamin 3. Body Mass Index (BMI) C. 4. Penyakit penyerta D. 5. Trauma 6. Riwayat Keluarga E. Osteoarthritis Pola Pengobatan Jenis obat atau terapi yang digunakan Kualitas Hidup versi AIMS2 SF Domain: 1. Fisik 2. Gejala 3. Suasana hati 4. Sosial Derajat nyeri Nyeri yang dialami Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

25 25 H. Hipotesis Berdasarkan uraian dalam landasan teori, dapat dirumuskan hipotesis : 1. Adanya perbedaan kualitas hidup pada pasien osteoartritis berdasarkan karakteristik pasien, seperti umur, jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), penyakit penyerta, riwayat trauma, riwayat keluarga osteoartritis, dan intensitas nyeri. 2. Adanya perbedaan kualitas hidup pada pasien osteoartritis berdasarkan pola pengobatan yang ada di Poliklinik Rheumatologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Radiologi Rumah Sakit di Kota Yogyakarta,yaitu Rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia. Semakin meningkatnya usia seseorang, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri sendi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh siapapun karena setiap orang di dalam tubuhnya memiliki persendian (Soeroso, 2006). Sendi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara gejala klinis OA lutut dengan derajat OA lutut dilakukan pada bulan Oktober November 2016 di RSUD Tidar kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi I. PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) adalah radang sendi yang paling banyak diderita oleh masyarakat serta penyebab utama rasa sakit pada lutut dan gangguan alat gerak di dunia, menurut Arthritis Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J STUDI KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TERJADINYA OSTEOARTRITIS (OA) SENDI LUTUT SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas-tugas dan Persyaratan Akhir Dalam Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kualitas hidup. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price

I. PENDAHULUAN. kualitas hidup. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis (OA) masih merupakan masalah kesehatan utama. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa OA merupakan salah satu penyebab utama kegagalan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Berbagai macam penyakit yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteoarthritis 1. Definisi Osteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat, bersifat

Lebih terperinci

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah BAB I.PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah penderitanya kebanyakan pada usia tua (Kurniawati, 2014). Osteoarthritis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit osteoarthris (OA) adalah penyakit degeneratif yang bersifat kronis dan berjalan progresif lambat. Penyakit ini hanya menyebabkan inflamasi ringan, biasanya ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Pada penelitian ini didapatkan 37 responden dengan diagnosis OA genu yang akan dianalisis berdasarkan belum atau sudah menopause terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Osteoartritis Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) adalah penyakit re matik kronis yang ditandai dengan timbulnya rasa nyeri, hilangnya fungsi fisik dan kecacatan sehingga dapat mengganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2007 proporsi kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur yang

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Degenerasi sendi pada osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang paling umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya pengetahuan masyarakat akan arti hidup sehat, maka ilmu kedokteran selalu di tuntut untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Articulatio Genu Definisi umum articulatio genu Persendian pada articulatio genu, merupakan persendian sinovial berdasarkan klasifikasi struktural. Penilaian

Lebih terperinci

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi OSTEOARTRITIS Penyakit sendi paling banyak Sendi yang menopang berat badan (weight bearing) lutut, panggul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan (disability) pada penderita sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan (disability) pada penderita sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Osteoartritis (OA) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya nyeri, kekakuan sendi dan gangguan fungsi fisik akibat dari kerusakan tulang rawan pada daerah sendi (Smeltzer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROLANIS 1. Pengertian Prolanis PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, ditandai dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL Oleh: SURATMAN NIM.J.100.050.005 Diajukan guna untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun negatif. Seiring dengan keberhasilan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ini telah dilakukan di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan Kualitas Hidup Pasien OA di

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan negara dari berbagai aspek tentunya dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al

BAB I PENDAHULUAN. Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Artinya: Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena menua adalah pada sistem muskuloskeletal yaitu gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur-angsur turun, dilain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri merupakan hak dasar setiap orang (Breivik, 2005). Menurut Kozier dan Erb (1983, dalam Tamsuri, 2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri punggung bawah adalah nyeri, ketegangan otot atau kekakuan yang dirasakan diatara tulang rusuk terakhir dan lipatan bokong bawah (Chou, 2011). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP)

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP) merupakan masalah bagi setiap klinisi dewasa ini. Adapun penyebab dan faktorfaktor risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam pembanguan nasional, telah di wujudkan dengan hasil yang positif dalam berbagai bidang, seperti adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir-akhir ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Data WHO pada tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 56 juta total kematian di dunia, 38 juta diantaranya diakibatkan oleh penyakit tidak menular (non communicable disease).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan- perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Tidak seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Tidak seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit rematik bukanlah hal asing lagi di masyarakat. Penyakit ini biasanya banyak diderita oleh lansia. Jenis rematik yang sering ditemui adalah osteoartritis, di

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sesungguhnya maupun potensi kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. artritis dan paling banyak diderita oleh pasien usia tua. Osteoartritis dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. artritis dan paling banyak diderita oleh pasien usia tua. Osteoartritis dikaitkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis adalah kondisi degradasi kronik dari tulang kartilago dan sendi. Penyakit ini merupakan bentuk paling umum yang dijumpai dari penyakit artritis dan paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi saat ini telah memberi dampak yang sangat baik pada kehidupan manusia, banyak teknologi telah ditemukan yang berfungsi mempermudah manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arthritis secara umum diartikan sebagai peradangan pada sendi, sedangkan Osteoarthritis (OA) adalah salah satu tipe arthritis paling sering terjadi. Sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI OSTEOARTHRITIS Osteoartritis adalah gangguan yang terjadi pada satu atau lebih sendi, awalnya oleh adanya gangguan yang bersifat lokal pada kartilago dan bersifat progresif degeneratif dari kartilago,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu tatanan yang menghimpun upaya secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN DI BALAI KESEHATAN KARYAWAN ROKOK KUDUS Oleh : KUSWARDANI J 110 070 061 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik menjadi berkurang, yang mengakibatkanterjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Rheumatoid

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Penderita penyakit rematik

Lebih terperinci