HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO ARTIKEL
|
|
- Leony Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Keperawatan OLEH NURHAYATI HAMZAH NIM JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
2 PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO OLEH NURHAYATI HAMZAH Telah Diperiksa dan Disetujui
3 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 1 GORONTALO NURHAYATI HAMZAH, Herlina Jusuf *, Nasrun Pakaya ** Jurusan Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Negeri Goronralo nurhayati.hamzah30@yahoo.com ABSTRAK Nurhayati Hamzah Hubungan Obesitas Dengan Harga Diri (Selfesteem) Pada Remaja Putri Di SMK Negeri Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes dan pembimbing II Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns. M.Kep. Harga diri adalah perasaan, perilaku dan mengetahui bahwa individu berhak untuk memilih apa yang dikehendaki sebagian dari kehidupannya dan mengambil sikap untuk melakukan tindakan yang dipilih diberbagai area kehidupan individu yang akan membuat perasaan tentang diri sendiri menjadi lebih baik dan lebih percaya diri. Remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki harga diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal sehingga kemampuan aktulisasi diri mereka juga cenderung rendah dan berdampak pada keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan berprestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan obesitas dengan harga diri (selfesteem) pada remaja putri dengan hasil uji statistik korelasi Spearman diperoleh nilai dan harga diri self-esteem sebesar Karena nilai sig = 0,036, berarti < dari 0,05. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ada hubungan antara obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri. Kemudian disarankan untuk remaja putri tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori. Kata kunci: Obesitas, Harga Diri, Remaja Putri 1 1 Nurhayati Hamzah, , Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes, Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns. M.Kep
4 Masa remaja disebut juga masa puberitas dimana perkembangan fisik berlangsung cepat yang menyebabkan remaja menjadi sangat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak body image negatif dibandingkan dengan remaja putra selama pubertas (Santrock dalam Rahmania dkk, 2012). Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (psychobiological cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas membuat remaja menjadi kurang percaya diri terutama pada remaja putri (Soetjiningsih, 2004). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi aspirasi, cita-cita atau nilai yang ingin dicapai. Seseorang yang memiliki self-esteem yang lemah memiliki citra diri negatif dan konsep diri yang buruk bahkan sering kali menghukum dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan terlarut dalam penyesalan (Maryam dkk, 2013). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kasus obesitas diseluruh Dunia bertambah lebih dari dua kali lipat sejak Pada tahun 2008, lebih dari 200 juta orang laki-laki dan hampir 300 juta perempuan mengalami obesitas. Angka obesitas pada remaja di Indonesia belum dapat ditentukan secara pasti. Namun penelitian yang dilakukan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI mencatat diperkirakan 210 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan 76,7 juta (17,5%) dan penderita obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Jakarta, tingkat prevalensi obesitas pada anak remaja tahun ditemukan 2,6% dan pada umur tahun 11,4%. Kasus obesitas banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibandingkan pria (3,1%). Sedangkan menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Prof. Dr. Herdinsyah MS yang dikutip Siswono (2007), saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25 persen dari total populasi seluruh Indonesia. Obesitas merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan dikalangan remaja. Obesitas dapat menyebabkan banyak distress. Obesitas dapat mengurangi harga diri dan menyebabkan masalah emosional. Hal ini terutama terjadi pada perempuan. Anak perempuan obesitas lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti stress, gangguan makan, dan lain-lain (Fitri D,K dkk, 2012). Berdasarkan observasi dan data dari SMK Negeri 1 Gorontalo teridentifiksi remaja putri yang obesitas berjumlah 127 orang dari 1376 remaja putri. Dari hasil wawancara pada 3 orang siswa yang obesitas, mereka mengungkapkan kurang percaya diri dengan berat badan yang obesitas, sehingga para siswi merasa bentuk tubuhnya tidak proporsional. Para siswi yang obesitas sering merasa menjadi bahan perbincangan para siswa lain tentang berat badannya sehingga hal ini menyebabkan harga diri siswa tersebut berkurang. Siswi yang obesitas menjadi kurang bergaul dengan siswi yang berat badannya ideal. Bila
5 dibandingkan dengan remaja putra mereka tidak terlalu memperhatikan penampilan fisik. Khusus untuk SMK Negeri 1 Gorontalo belum pernah dilakukan penelitian dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelumnya. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua siswi remaja putri di SMK Negeri 1 Gorontalo yang berjumlah 127 orang dari 1376 siswa. Sampel yang diambil adalah seluruh remaja putri yang obesitas yakni 127 siswi. Adapaun Teknik pengambilan sampel yang digunakan yakni Teknik total sampling dimana dari total jumlah populasi dijadikan sebagai sampel. Dalam penelitian ini jumlah sampelnya yaitu remaja putri yang berat badannya sudah diidentifikasi, dan memenuhi kriteria berikut: 1. Kriteria inklusi yaitu: 1) Siswi-siswi yang hadir pada saat penelitian 2) Bersedia menjadi responden. 2. Kriteria eksklusi yaitu: 1) Siswi yang sakit pada saat penelitian. 2) Siswa putra pada SMK Negeri 1 Gorontalo. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Uji korelasi Spearman bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent dan nilai (< 0,05). HASIL PENELITIAN 1. Distribusi Statistik Umur Remaja Putri yang Obesitas Di SMK Negeri 1 Gorontalo Umur Frekunsi Persentase 15 Tahun 2 1,8% 16 Tahun 48 42,5% 17 Tahun 63 55,8% Total % Sumber: Data Primer Distribusi Statistik Jumlah Remaja Putri yang Obesitas Derajat I, Obesitas Derajat II, dan Obesitas Derajat Kategori Frekuensi Persentase Obesitas derajat ,0 Obesitas derajat II 9 8,0 Obesitas derajat III 0 0 Total Sumber: Data Primer 2014
6 3. Distribusi Statistik Tingkat Harga Diri Remaja Putri Kategori Frekuensi Persentase Harga Diri Rendah 78 69,0 Harga Diri Tinggi 35 31,0 Total Sumber: Data Primer Hubungan Obesitas dengan Harga Diri Pada Remaja Putri di SMK Negeri 1 Gorontalo Harga Diri R 0,197 Obesitas P 0,036 N 113 Sumber : Data Primer PEMBAHASAN Umur Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata responden yang obesitas sebagian besar berada pada umur 17 tahun sebanyak 63 responden dengan presentase 55,8%, umur 16 tahun sebanyak 48 responden dengan presentase 42,5% dan umur 15 tahun ada 2 responden dengan presentase 1,8%. Menurut peneliti ini disebakan oleh beberapa perubahan, seperti bertambahnya tinggi badan dan berat badan dan terjadinya menstruasi. Karena biasanya pada saat mengalami pertumbuhan remaja sering tidak terkontrol dengan kebiasaan-kebiasaan makannya. Apalagi saat ini banyak makanan yang siap saji. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Proverawati (2010) yang mengatakn bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Masalah harga diri secara intensif terjadi pada remaja putri ketika proses kenaikan berat badan berjalan, peningkatan persentase lemak tubuh, pertumbuhan tinggi badan, perkembangan payudara dan memperoleh hal-hal lain yang berkaitan dalam kematangan tubuh remaja putri, seperti halnya terjadinya menarche atau menstruasi yang pertama kali datang. Perkembangan ini terjadi dalam periode enam sampai delapan tahun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sorga Perucha Iful Prameswari, Siti Aisah, Mifbakhuddin (2013), hasil penelitian diperoleh rentang umur remaja putri yang mengalami obesitas adalah tahun dengan rata-rata umur remaja 19 tahun lebih 8 bulan 5 hari. Remaja Putri yang Obesitas Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata rata responden lebih banyak ada pada kategori obesitas derajat 1 yakni sebanyak 104 responden
7 dengan presentase 92,0% dan remaja putri yang obesitas derajat II sebanyak 9 responden dengan presentase 8,0%. Menurut peneliti, obesitas tersebut dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah siswa yang sering merasa stress kemudian mereka melampiaskan stress yang dirasakan dengan mengkonsumsi makanan lebih dari kebutuhan harian yang seharusnya. Sehingga jika hal tersebut berlangsung secara terus menerus, akan membuat remaja putri menjadi terbiasa untuk makan, lama kelamaan terjadi obesitas. Dari hasil wawancara dari beberapa siswa didapatkan bahwa faktor makanan sangat berpengaruh, para siswi mengatakan bahwa mereka tidak bisa menghindari makanan-makanan yang siap saji dan juga makanan ringan yang tinggi kalori dijual dilingkungan sekolah sehingga dapat mengakibatkan obesitas. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh. Menurut Proverawati (2010), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas yakni faktor genetik dimana dikatakan obesitas cenderung untuk diturunkan, kemudian faktor lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya hidup, serta aktifitas sehari-hari, kemudian faktor psikososial dimana apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Gangguan emosi ini merupakan masalah serius pada wanita muda penderita obesitas. Selanjutnya faktor kesehatan yakni penyakit-penyakit yang mengakibatkan terjadinya obesitas. Kemudian faktor perkembangan yakni penambahan ukuran dan jumlah sel-sel lemak yang dapat menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Terakhir aktifitas fisik dimana dengan aktifitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi terjadinya obesitas. Gambaran Tingkat Harga Diri Remaja Putri Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dari 113 responden didapatkan 78 responden (69,0%) yang mengalami harga diri rendah dan 35 responden (31,0%) yang mengalami harga diri tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang obesitas lebih banyak mengalami harga diri rendah dibandingkan dengan harga diri tinggi. Menurut peneliti, hal tersebut dikarenakan remaja putri merasa tubuhnya kurang ideal bila dibandingkan dengan remaja putri yang lain dan merasa kurang dihargai. Dari hasil wawancara dari beberapa siswi, mereka mengatakan kurang percaya diri berada di tempat umum, dan sering dibicarakan teman-temannya. Menurut Tim Direktorat Kesehatan Jiwa dalam Maryam dkk (2013) harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitri D.K dkk (2012) yang mengemukakan bahwa obesitas dapat mengurangi harga diri dan menyebabkan masalah emosional. Hal ini terutama terjadi pada perempuan. Anak perempuan yang mengalami obesitas lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti stress, gangguan makan, dan lain-lain. Karena biasanya pada saat remaja mengalami gangguan psikologis atau mengalami emosi yang mendalam, remaja
8 sering menyalurkan emosinya dengan cara makan yang berlebihan. Dengan makan yang berlebihan lama kelamaan tubuh lebih banyak menerima kalori dan jaringan lemak menumpuk sehingga dapat menyebabkan obesitas. Remaja yang mengalami obesitas akan merasa harga diri rendah, kurang percaya diri, dan sering menjadi bahan gurauan teman-teman sebayanya. Kemudian diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Ginting (2011) yang mengemukakan bahwa remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki harga diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal sehingga kemampuan aktualisasi diri mereka juga cenderung rendah dan berdampak pada keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan berprestasi. Hubungan obesitas dengan harga diri pada remaja putri. Data dianalisis menggunakan uji statistik korelasi Spearman. Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan besar nilai Sig. (2-tailed) untuk obesitas sebesar dan harga diri self-esteem sebesar Karena nilai sig = 0,036, berarti < dari 0,05 maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan analisis data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri di SMK Negeri 1 Gorontalo. Kemudian nilai kekuatan hubungan 0,197, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kekuatan hubungan obesitas dengan harga diri. Menurut peneliti hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya remaja putri yang memiliki harga diri rendah merasa tubuhnya kurang ideal bila dibandingkan dengan remaja putri yang lain dan merasa kurang dihargai sehingga termasuk dalam self-esteem yang rendah. Kemudian remaja putri yang obesitas lainnya memiliki harga diri yang tinggi dikarenakan remaja putri tersebut mampu menerima keadaan dirinya, mendapat dukungan dari keluarganya dan sering menonton acara televisi yang memberikan motivasi kehidupan sehingga akan membuat perasaan remaja putri tersebut menjadi lebih baik dan lebih percaya diri sehingga termasuk dalam self-esteem yang tinggi. Dari hasil wawancara dari beberapa siswi yang harga diri rendah, didapatkan bahwa remaja putri sering merasa malu apabila berada di tempat umum, dan sering dijadikan bahan perbincangan teman-temannya. Dan untuk remaja putri yang memiliki harga diri tinggi mereka mengatakan obesitas bukan merupakan salah satu halangan untuk bisa tampil di tempat umum Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Maryam dkk (2013) yang menuliskan bahwa harga diri adalah perasaan, perilaku dan mengetahui bahwa individu berhak untuk memilih apa yang dikehendaki sebagian dari kehidupannya dan mengambil sikap untuk melakukan tindakan yang dipilih diberbagai area kehidupan individu yang akan membuat perasaan tentang diri sendiri menjadi lebih baik dan lebih percaya diri. Hal diatas didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Sorga Perucha Iful Prameswari, Siti Aisah, Mifbakhuddin (2013) yang membahas bahwa perkembangan individu yang positif dengan merasa dimiliki, merasa dihargai dan dapat diterima ditengah-tengah keluarga serta lingkungannya dapat membentuk harga diri yang positif terhadap remaja tersebut. Memiliki orang tua
9 yang selalu memberikan motivasi yang positif terhadap remaja dapat membangun rasa percaya diri yang tinggi pada remaja tersebut. Sorga Perucha Iful Prameswari, Siti Aisah, Mifbakhuddin (2013) pun dalam pembahasannya menuliskan bahwa rasa kepercayaan diri tergantung pada interaksi sosial seseorang. Melalui interaksi ini individu akan mendapatkan umpan balik dalam aktivitas yang dilakukannya, dengan memiliki harga diri yang tinggi, seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi dirinya. Potensi ini bila positif akan meningkatkan kepercayaan diri individu. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Obesitas dengan Harga Diri (Self-Esteem) pada Remaja Putri di SMK Negeri 1 Gorontalo yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Umur 17 tahun sebanyak 63 responden dengan presentase 55,8%, umur 16 tahun sebanyak 48 responden dengan presentase 42,5% dan umur 15 tahun ada 2 responden dengan presentase 1,8%. 2. Remaja putri yang obesitas derajat I lebih banyak yaitu 104 responden dengan presentase 92,0% dan remaja putri yang obesitas derajat II sebanyak 9 responden dengan presentase 8,0%. 3. Harga diri rendah pada remaja putri sebanyak 78 responden dengan presentase 69,0 % serta gambaran tingkat harga diri tinggi sebanyak 35 responden dengan presentase 31,0%. 4. Ada hubungan obesitas dengan harga diri (self-esteem) pada remaja putri di SMK Negeri 1 Gorontalo. Saran 1. Bagi pihak institusi: Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai literatur dan digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan terutama dibidang kesehatan, serta memberikan motivasi dan dukungan pada siswi agar dapat memperhatikan pola makan mereka. 2. Bagi Siswi Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswi serta dapat menambah wawasan kepada mereka agar dapat mengontrol pola makan yang terlalu berlebihan, dan rutinitas olahraga atau kegiatan-kegiatan yang dapat menurunkan berat badan. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat di jadikan sebagai referensi dan dapat dijadikan tolak ukur bagi peneliti yang akan meneliti variabel lain yang berhubungan dengan obesitas dan harga diri pada remaja putri dan putra.
10 DAFTAR PUSTAKA Arisman Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia. Jakarta: EGC Dalami, E Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media. Fitri, D, K, Rihadini, dan Rakhmawati, M, D Perbedaan Kejadian Stres antara Remaja Putra dan Putri Dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten. Jurnal. Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1, Nomor 1, Tahun Ginting, M R Hubngan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri pada Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Laning, V Remaja Idaman. Klaten: Cempaka Putih. Maryam, Pudjiati, Gustina, dan Raenah Kebutuhan Dasar Manusia dan Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Notoadmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurihsan, A.C, dan Agustin, Mubiar Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama. Prameswari, S, P, I, Aisah, Siti, dan Mifbakhuddin Hubungan Obesitas Dengan Citra Diri Dan Harga Diri Pada Remaja Putri Di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Semarang. Jurnal. Keperawatan Komunitas. Volume 1, No. 1, Mei 2013; Proverawati, A Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika. Purba, Leo Hubungan Higiene Pengguna Air Sungai Dengan Keluhan Kesehatan Kulit dan Tindakan Pencemaran Sungai Dikelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Rahmania dan Yuniar Ika Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder Pada Remaja Putri. Jurnal. Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1 No. 02, Juni Riyanto, A Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sarwono, S Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
11 Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sujarweni, V. W SPSS Untuk Paramedis. Yogyakarta: Gava Media. Sumantri, A Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. Syarifudin Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta: Grafindo Litera
12
BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut juga masa puberitas dimana perkembangan fisik berlangsung cepat yang menyebabkan remaja menjadi sangat memperhatikan tubuh mereka dan membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya akan tumbuh dengan mengalami dan melalui masa-masa tertentu, yaitu dimulai dari masa balita sampai masa tua. Salah satu masa yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
Lebih terperinciHubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti dengan peningkatan pendidikan dapat mengubah pola hidup dan pola makan, dari pola makan tradisional ke pola makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan segmen kembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk mencapai kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya
Lebih terperinciSkripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR Iis Mega Arianti, Winarni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor ganas payudara merupakan keganasan pada wanita yang menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi (Madjawati, 2008). Kanker payudara umumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja pada umumnya dituntut untuk mengatasi perubahan dalam mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi pola makan. Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7
PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperincie-journal Keperawatan ( e-kp ) Volume 5, nomor 1, Februari 2017
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Meyske K. Moha Hendro Bidjuni Jill Lolong Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017
PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO 064023 MEDAN TAHUN 2017 Dina Indarsita, Yenni Purba Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan ` Abstrak Menarche (haid
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 213 PERMATA SHANTI Mahasiswa Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract Menarche
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut beberapa ahli, selain istilah
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 5 TAHUN DI TK KARTINI DESA TOTO SELATAN KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh MELISRIAWATI GANI (NIM.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.
A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA)
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA) Febriyanto Suaib NIM. 841 410 035 Program Studi Ilmu Keperawatan,Fakultas Ilmu Ilmu Keshetaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Defenisi Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan merupakan masalah serius yang dihadapi di dunia, karena terus meningkat disemua negara. Tahun 2014, sebanyak 39% penduduk dewasa ( 18 tahun) menderita kegemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah masa transisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut The Health Resource and Services Administration Guideline Amerika Serikat tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher serta badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat
Lebih terperinciHUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI REMAJA PUTRI USIA TAHUN DI MADRASAH MU ALLIMAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI REMAJA PUTRI USIA 15-17 TAHUN DI MADRASAH MU ALLIMAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Widyawati 201510104293 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya
Lebih terperinciKesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon
Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLOBAL TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh SRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah kadar hemoglobin 1. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Terdapat hukum fisika yang berbunyi energi masuk = energi terpakai. Berdasarkan prinsip kesetaraan energi tersebut maka diperlukan keseimbangan energi terutama dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal yang ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. World Health Organization
Lebih terperinciELSA PERNANDA UTARI NIM I
NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas V SD Negeri 16 Pontianak ELSA PERNANDA UTARI NIM I31112093 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi fenomena yang harus ditangani. Pasalnya, kegemukan dapat menyebabkan berbagai penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang
Lebih terperinci: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche di MI Salafiyah Simbang Kulon 02 Kabupaten Pekalongan. Ervina Ulfa dan Rizky Ajeng Mardiyana Aida Rusmariana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013 Nurbaiti Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abstrak Penyebab anemia adalah kurangnya konsumsi
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN Abdul Rokhman*, Edi Tulus Tiono** Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI Friska Wulandari 1, Suci Musvita Ayu 2 1,2 Fakultas Kesehatan masyarakat, universitas Ahmad dahlan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, definisi sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
Lebih terperinciumur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan psikososial sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu perubahan bentuk tubuh yang tentu saja tidak diinginkan oleh semua orang terutama remaja putri. Obesitas terjadi apabila total asupan kalori
Lebih terperinci60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN
PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 Ajeng Novita Sari Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Hubungan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Tingginya prevalensi obesitas di dunia, menyebabkan terganggunya kondisi fisik, psikososial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM
HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM Lisastri Syahrias Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN OBESITAS PADA ANAK KELAS 2 DI SD MUHMMADIYAH MLANGI SLEMAN
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN OBESITAS PADA ANAK KELAS 2 DI SD MUHMMADIYAH MLANGI SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Risa Ardiana 1610104284 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan
Lebih terperinciSeseorang yang berat badannya 20% lebih tinggi berat badan normal dianggap mengalami obesitas. Metode yang paling berguna dan paling banyak digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang diakibatkan oleh akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sudoyo, 2007). Obesitas
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami dalam kehidupan perempuan sejak masa pubertas dan akan berakhir saat menopause. Perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas SDM adalah gizi yang baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada
Lebih terperinciKEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016
KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM
Lebih terperinci