PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT"

Transkripsi

1 PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT I K. Mertayasa Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah komang_mertayasa19@yahoo.com ABSTRAK Pada zaman modern dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka yoga merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres (mental tension) dan ketegangan perasaan (emotional tension) yang banyak menyerang manusia modern. Yoga dilakukan untuk dapat menyeimbangkan antara pikiran, perasaan dan jiwa, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Namun Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, yoga dipersepsikan dengan beragam sehingga tidak terdapat pemahaman yang komprehensif tentang yoga. Persepsi tersebut berdampak pada pelaksanaan ajaran yoga yang mulai di tinggalkan. Padahal yoga dewasa ini sudah mulai banyak dikembangkan, bahkan yang mengembangkan bukan hanya berskala nasional, namun sudah sampai pada skala internasional. Oleh karena itu dianggap penting untuk mengkaji bagaimanakah Persepsi Yoga Asana pada masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona Barat Kabupaten Poso? Dari pembahasan diperoleh bahwa persepsi masyarakat hindu di desa meko tentang yoga yaitu 1). Yoga Sebagai Ajaran Magis; 2). Ajaran Mendekatkan Diri Kepada Tuhan; 3). Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi; 4). Ajaran Kesehatan Kuno; 5). Ajaran Untuk Mencapai Moksa Kata Kunci: Persepsi, Yoga, Asana. 1. Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni banyak memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia. Kemudahan-kemudahan tersebut merupakan salah satu dampak positif yang muncul karena adanya perkembangan IPTEKS, akan tetapi disamping itu perkembangan tersebut juga memunculkan berbagai dampak negatif, diantaranya yaitu manusia cenderung memiliki sifat yang kurang sabar. Sifat tersebut dikarenakan kebiasaan manusia dalam mendapatkan sesuatu secara instan, yang berdampak pada timbulnya sifat yang kurang sabar, selalu ingin mencapai sesuatu secara instan. Akibatnya adalah manusia cenderung stres apabila apa yang diinginkan tidak tercapai dengan cepat. Selain itu manusia juga menjadi memiliki sifat yang kurang sabar dalam mencapai sesuatu. Perkembangan ipteks juga turut serta memberi pengaruh pada perkembangan dunia global, yang menuntut manusia untuk terus mengikuti perkembangan tersebut. Dalam usaha mengikuti perkembangan tersebut manusia melakukan aktifitas semaksimal mungkin, sehingga manusia cenderung melupakan tujuan kehidupan yang hakiki. Manusia mulai melupakan hakekat keberadaan manusia di dunia, dan memaksimalkan diri pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Keterikatan akan keberadaan benda-benda duniawi juga akhirnya tidak dapat terelakkan lagi. Manusia menjadi melakukan kerja hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan duniawi, dan terikat akan hasil dari kerja yang dilakukan. Hal tersebut sudah tidak sejalan dengan ungkapan kitab bhagavad gita tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah laksanakanlah kerja sebagai kewajiban tanpa terikat (pada akibat), sebab dengan melakukan kerja yang bebas dari keterikatan orang itu akan mencapai yang WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember

2 utama, (Bhagavad Gita III.19). Keterikatan akan hasil dari pekerjaan yang dilakukan akan membawa seseorang pada kegelisahan, terlebih lagi apabila hasil yang diharapkan tidak tercapai. Kegelisahan membawa dampak negatif bagi pikiran dan jiwa seseorang sehingga tidak akan mampu untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan (anandam) dalam konsep yoga adalah kebahagiaan rohani yang diperoleh dari dalam diri tanpa harus mencarinya pada orang lain atau benda-benda yang bersifat materi (Agustika, 2014:26). Kebahagiaan rohani salah satunya dapat diperoleh seseorang melalui disiplin yoga. Yoga merupakan suatu sarana dalam upaya untuk mencapai suatu tingkat dimana aktifitas tubuh, pikiran dan jiwa berfungsi bersama secara harmonis (Belling, 2006: 8). Yoga pertama kali di lakukan di india, hingga sekarang yoga sudah mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk salah satunya adalah indonesia. Yoga sudah mulai diajarkan pada lembaga pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pada jalur informal yoga sudah mulai diajarkan di pasraman-pasraman, yang memang dibentuk untuk melengkapi pendidikan formal dalam pembelajaran agama Hindu. Lembaga pendidikan formal, yoga juga sudah diajarkan mulai pada tingkat pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi. Namun pembelajaran pada tingkat dasar dan menengah masih merupakan pembelajaran berupa ekstrakurikuler dari mata pelajaran pendidikan agama hindu. Yoga dilakukan agar terjadi hubungan harmonis antara atman dan brahman sehingga terjadi penyatuan kesadaran. Penyatuan tersebut bermakna berpikir, bertindak, berpengetahuan dan berbahagia dalam kesadaran Brahman. Tujuan latihan yoga adalah untuk mengendalikan pikiran yang cenderung liar. Yoga adalah cittawrti nirodah yaitu usaha untuk mendiamkan tingkah polah pikiran (Saraswati dalam Sukayasa, tt: 8). Pengendalian pikiran merupakan sesuatu yang penting karena pikiran merupakan penentu bagi kehidupan seseorang. Pola pikiran merupakan penyebab utama munculnya penyakit dalam tubuh (Agustika, 2014: 6). Pembelajaran yoga merupakan olahraga yang murah dan mudah untuk dilakukan, disamping melihat demikian banyak manfaat dari pelaksanaan yoga yang dilakukan secara rutin dan secara berkesinambungan. Pada zaman modern dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka yoga merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres (mental tension) dan ketegangan perasaan (emotional tension) yang banyak menyerang manusia modern. Yoga dilakukan untuk dapat menyeimbangkan antara pikiran, perasaan dan jiwa, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Namun berbeda halnya dengan persepsi dari beberapa umat hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, yoga dianggap sebagai sesuatu yang diajarkan semata-mata untuk dapat memiliki kekuatan yang bersifat magis. Persepsi tersebut berdampak pada pelaksanaan ajaran yoga yang mulai di tinggalkan. Padahal yoga dewasa ini sudah mulai banyak dikembangkan, bahkan yang mengembangkan bukan hanya umat hindu namun sudah mulai dikembangkan dan diikuti oleh umat-umat lain. Perkembangannya bukan hanya berskala nasional, namun sudah sampai pada skala internasional. Persepsi yang kurang tepat berdampak pada ditinggalkannya ajaran yoga oleh masyarakat, khususnya masyarakat hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso. Oleh karena itu penerapan yoga khususnya yoga asana menjadi kurang dan bahkan jarang dilakukan. Sungguh sangat disayangkan ajaran yang memiliki makna begitu dalam dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia namun tidak dilakukan, terlebih apabila melihat asal mula munculnya yoga yaitu india sebagai negara awal dari 56 WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015

3 munculnya agama hindu. Hal tersebut menjadikan daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji lebih mendalam tentang bagaimana persepsi masyarakat hindu desa meko kecamatan pamona barat terhadap yoga asana? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap yoga asana. 2. Hasil dan Pembahasan Persepsi tentang yoga beraneka ragam, mulai dari keberadaan yoga sebagai sebuah ajaran yang bersifat magis dan hanya dilakukan untuk memiliki kekuatan magis, hingga pada persepsi yang modern, yaitu sebagai sebuah bentuk olah raga. Beberapa persepsi tentang ajaran yoga oleh masyarakat hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso adalah sebagai berikut: 1. Yoga Sebagai Ajaran Magis Kata magis berasal dari bahasa latin magia yang sama artinya dengan kata magi sesuatu yang gaib-gaib. Magis atau magic selalu mengkaitkan peristiwa dengan adanya kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan tersebut dapat diperoleh oleh seseorang melalui belajar baik secara otodidak maupun dengan guru spiritual sebagai pembimbing. Agama hindu menyakini akan adanya kekuatan-kekuatan yang bersifat magi, yang dapat membantu apabila diarahkan pada jalan dharma dan dapat pula menjadi penyebab penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain apabila penerapannya tidak didasarkan pada dharma. Masyarakat Hindu di Desa Meko menganggap bahwa belajar yoga dianggap akan mampu memberikan kekuatan gaib pada seseorang. Oleh karena itu yoga dianggap sebagai suatu ajaran yang memiliki kekuatan magis, dan akan memiliki akibat buruk apabila dipelajari oleh orang-orang yang tidak pada jalan dharma. Namun kekuatan tersebut akan bermanfaat apabila digunakan untuk menolong sesama manusia. yoga biasanya dipelajari oleh orangorang yang ingin meningkatkan keimanan, selain itu juga agar bisa memiliki kekuatan gaib. Yoga dipelajari hanya untuk seseorang bisa menjadi balian, mampu mengobati orangorang (Wawancara, MDS, 25 Juni 2015) Seorang balian yang memiliki kemampuan dalam mengobati atau menyakiti memperoleh kemampuan tersebut melalui pelatihan yoga secara tekun. Teks budha kecapi sebagai inti dari pengetahuan ke-usadaan, juga merupakan hasil dari yoga yang dilakukan oleh Sang Budha Kecapi. Kutipan laku yoga Sang Budha Kecapi (Sukayasa, tt: 34) adalah sebagai berikut : Alkisah ada seorang bernama Sang Budha Kacapi sedang bertapa semadi di setra pangesengan kuburan. Kuburan itulah yang dijadikan yasa sarana untuk mendapat phala kebaikan, yaitu untuk menyempurnakan batinnya dengan merafalkan mantra untuk memuja Tuhan. Keteguhan laku yoga Sang Budha Kacapi di dengar oleh Bhatara Siwa. Maka beliau berkanan turun ke kahyangan dalem untuk bertimbang rasa dengan permaisuri-nya, Hyang Nini Dalem. Sabda Hyang Siwa: hai dindaku, Hyang Nini Dalem. Dinda aku titahkan turun ke kuburan untuk menemui Sang Budha Kacapi sekarang. Ia sangat tekun memuja berkontemplasi kepada-ku di kuburan. Oleh sebab itu, dinda pantas memberikannya anugerah. Hai dinda apapun yang ia mohonkan berikanlah. Hyang Bhatari Dalem menjawab titah Bhatara Siwa: jika demikian titah-mu, hamba bersedia Kutipan laku yoga Sang Budha Kacapi di atas menguraikan bahwa yoga yang dilakukan dengan ketekunan dan kesungguhan hati akan dapat memberikan hasil yang maksimal. Yoga yang dilakukan dengan tujuan memohon waranugraha dari Tuhan, apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh akan terkabulkan. Demikian halnya dengan seorang yang hendak menjadi balian, perlu melakukan yoga dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Yoga dilakukan bagi orang-orang yang ingin lebih meningkatkan pengetahuannya, terutama berkaitan dengan ke-usada-an, sebagaimana yang dilakukan oleh Sang Budha Kacapi. Karena itulah masyarakat hindu di WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember

4 Desa Meko beranggapan bahwa yoga dilakukan untuk mendapatkan kekuatan magis layaknya seorang balian yang mendapatkan kekuatan dari Bhatara Siwa. Seorang balian untuk dapat mendapatkan pengetahuan keusada-an dan dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuannya maka dapat melakukan samadhi secara bersungguhsungguh. Yoga yang dilakukan secara tulus dengan upaya yang tekun dan secara berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama terus-menerus diyakini akan bisa memperoleh sesuatu kekuatan luar biasa (supernatural) yang dikenal dengan paranormal (Darmayasa, 13: 11). Tahapan yoga yang dilakukan oleh balian dalam mendapatkan pengetahuan merupakan tingkatan yoga yang sudah tergolong pada tingkatan yang tinggi. Untuk dapat mencapai tingkatan tersebut, seseorang harus memulainya dari tingkatan yang rendah, sebagaimana diungkapkan oleh Rsi Patanjali, bahwa tahapan yoga terdiri dari delapan tahapan, yang umum dikenal dengan sebutan Astangga yoga. Kedelapan tahapan yoga tersebut dilakukan layaknya seorang anak yang menapaki anak-anak tangga, untuk dapat melakukan tahapan demi tahapan dengan baik, diperlukan kesabaran dan ketekunan serta kesungguhan. Delapan Tahapan Yoga sebagaimana diungkapkan oleh Rsi Patanjali adalah 1). Yama (Etika); 2). Nyama (Moralitas); 3). Asana (Sikap Tubuh yang baik); 4). Pranayama (Pengendalian Energi); 5). Pratyahara (Penyerapan indra duniawi); 6). Dharana (pemusatan perhatian); 7). Dhyana (perenungan dalam aliran kesadaran terus-menerus); 8). Samadhi (kesadaran murni), (Agustika, 2014: 30). Dalam kedelapan tahapan tersebut, seorang balian sudah memasuki tahapan samadhi, yaitu tahapan terakhir dari Astangga Yoga. Sukayasa, (tt: 43) Para penekun yoga yang telah mencapai tataran Samadhi akan memperoleh yang disebutsiddhi, yang merupakan efek bawaan yoga, yaitu hasil yang berupa kemampuan supranatural yang diperoleh oleh para penekun yoga. Samadhi dalam yoga Sutra Pantanjali sebutkan sebagai sebuah keadaan Dyana yang mendalam dan telah mencapai penerangan diri, hal tersebut di ungkapkan sebagai berikut: Samadhi Tadeva arthamatranirbhasam Sarvarupasunyam iva samadhih (Yoga Sutra III.3) Dalam keadaan Dhyana yang mendalam dan terpusat ke dalam diri sepenuhnya mencapai penerangan sang diri dan segala bentuk perwujudan yang tidak kekal dikosongkan (Agustika, 2014: 47). Siddhi atau daya-daya gaib, terwujud dengan sendirinya, apabila seorang yogi maju dalam pelaksanaan yoganya. Siddhi ini semacam tembus pandang, tembus dengar dan sebagainya merupakan halangan di jalan spiritualnya. Seorang yogi harus menjauhkan diri dari hal itu dan tetap tegap langsung menuju tujuan, yaitu asamprajnata atau nirwikalpa samadhi. Spiritual yang sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan daya-daya ini yang merupakan sampingan dari konsentrasi (Sivananda, 20013: 139). Yoga merupakan ajaran spiritual yang mampu untuk menumbuhkan siddhi pada individu yang melakukanya. Siddhi merupakan kekuatan magis yang merupakan salah satu hasil sampingan yang diperoleh apabila menekuni yoga. Namun hasil tersebut bukan merupakan tujuan utama dalam yoga, karena apabila seorang penekun yoga mengikuti daya gaib atau siddhi tersebut itu merupakan halangan bagi perjalanan spiritualnya. 2. Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Yoga berasal dari asal kata yuj yang dalam bahasa sansekerta berarti menghubungkan atau mempersatukan. Yoga bermakna menyatu atau menunggal dengan kesadaran Tuhan atau kenyataan diri. Yoga juga dapat diartikan sebagai salah satu ritual yang mengantarkan seseorang pada kemanunggalan dirinya dengan sang pencipta. Disiplin yoga akan mampu menghubungkan atau mempersatukan atman dengan brahman. Kamajaya (dalam Sutama dan Watra, 2008:3) menyebutkan pengertian yoga 58 WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015

5 adalah:a) Untuk mengendalikan pikiran yang obyektif dan kecenderungan alam pikiran; b) Untuk mengatur semua pemikiran-pemikiran dan kegelisahan-kegelisahan dan tetap tidak terpengaruh; c) Penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik. Yoga merupakan pengaturan kecenderungan pikiran yang cenderung liar. Mengatur pikiran sehingga tidak terpengaruh terhadap kegelisahan-kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan duniawi. Pengendalian pikiran akan membawa pada penyatuan kesadaran seseorang, yaitu penyatuan kesadaran unit dan kesadaran kosmik. Penyatuan kesadaran berawal dari pengaturan kecenderungan-kecenderungan yang ada dalam pikiran manusia. Oleh karena itu pengaturan kecenderungan pikiran menjadi awal yang penting untuk dilakukan dengan melakukan yoga. Aneka ragam tingkah polah atau pikiran dapat dikelompokkan menjadi 5 lima jenis yaitu 1). klesa yaitu tidak diam-diam; 2). mudha yaitu bodoh, malas; 3). wiksipta yaitu bingung, kacau; 4). ekagra yaitu terpusat; 5). nirodha yaitu terkendali (Sukayasa, tt: 9). Yoga dalam kitab Bahagavad Gita disebutkan bahwa Yoga sthah kuru karmani Sangam tyaktva dhananjaya Siddhy asiddhyoh samo bhutva Samatvam yoga ucyate (B.G. II.48) Artinya: Pusatkanlah pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya, wahai dananjaya (Arjuna), tetaplah teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, sebab keseimbangan jiwa itulah yang disebut jiwa. Buddhi yukto jahatiha Ubhe sukrta duskrte Tasmad yogaya yujyasva Yogah karmasu kausalam (B.G. II. 50 Artinya: Orang yang terikat oleh buddhi-nya bebas dari perbuatan baik dan keji. Karena itu laksanakanlah yoga itu, sebab melakukan kegiatan kerja yang sempurna itu sama dengan yoga. Sloka di atas menguraikan bahwa yoga adalah suatu disiplin dengan memusatkan pikiran kepada Tuhan. Selain itu kegiatan kerja yang tidak mengharapkan akan hasil dan menyerahkan semunya kepada Tuhan juga merupakan sebuah bentuk yoga. Yoga sebagai sebuah disiplin untuk lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, diungkapkan oleh informan berikut. yoga dilakukan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan, dilakukan untuk bisa mendekatkan diri dengan tuhan. Yoga itu ada banyak, ada bhakti yoga, karma yoga, jnana yoga, dan raja yoga. Keempat yoga itu disebut dengan catur yoga. Kesemuanya itu adalah untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Bisa dilakukan dengan jalan bhakti atau jalan lain (Wawancara, WSL, 26 Juni 2015). Ungkapan informan di atas memberikan uraian bahwa yoga adalah dianggap sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Jalan-jalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 yang disebut dengan catur marga yoga. Siwananda (2003: 133) mengungkapkan bahwa empat jalan spiritual yang utama untuk mewujudkan tuhan adalah karma yoga, bhakti yoga, raja yoga dan jnana yoga. karma yoga cocok untuk yang bertempramen aktif, bhakti yoga bagi yang bertempramen bhakti, raja yoga bagi orang yang bertempramen mistis, dan jnana yoga bagi yang bertempramen rasional philosofi. Melaksanakan yoga membawa menuju penyatuan dengan Tuhan bagaimanapun titik awalnya, akhir yang dicapai adalah sama. WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember

6 3. Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi Maharsi Patanji disebut sebut sebagai maharsi yang mempopulerkan yoga melalui karyanya yang termuat dalam kitab yoga sutra patanjali dan menjadi hingga saat ini menjadi ajaran yang diikuti oleh banyak kalangan, baik dari agama Hindu maupun non Hindu. Tulisan pertama tentang ajaran Yoga adalah kitab Yoga Sutra karya Maharsi Patanjali, walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Pada umumnya yoga dianggap sebagai sebuah ajaran yang haya diperuntukan kepada para maha rsi. Namun seiring perkembangan dan karena banyaknya manfaat yang diperoleh dari melakukan yoga sehingga anggapan tersebut mulai di bantah. Pada masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona Barat Kabupaten Poso, memiliki persepsi tentang keberadaan yoga sebagai sebuah ajaran yang hanya untuk dipelajari oleh para maha rsi dan orang-orang suci. Walaupun hal tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan yoga saat ini. Beberapa masyarakat desa meko mengungkapkan persepsi tentang yoga sebagai berikut. yoga sudah ada dari dulu, dan itu dipelajari hanya oleh orang-orang suci, kalau dulu yang mempelajari itu adalah para maha rsi dan sulinggih. Jika bukan orang suci yang mempelajari yoga itu akan sulit, karena yoga membutuhkan kesucian dari orang yang melakukannya (wawancara, KMR, tanggal 26 Juni 2015) Uraian informan tersebut menguraikan bahwa yoga hanya diperuntukan bagi orang yang sudah suci. Persepsi tersebut dikarenakan pemahaman bahwa yoga hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah suci. Walau yoga itulah yang akan menjadikan seseorang menjadi lebih bijaksana dan mulia dalam tingkah laku dan sikap. Yoga yang berkembang dewasa ini di indonesia sebagian besar bersumber dari karya Rsi patanjali, yang termuat dalam kitab yoga yaitu yoga sutra patanjali. Yoga dapat dilakukan oleh semua kalangan mulai dari yang muda hingga yang tua. Oleh karena itu yoga tidak hanya dilakukan oleh para maha rsi, semua orang dapat melakukan yoga. Dalam melakukan yoga yang terpenting adalah ketekunan dan kesabaran dalam melakukan latihan yoga. Karena yoga akan mampu memperlihatkan manfaat ketika dilakukan secara kontinu dan penuh kesabaran serta keseriusan dalam melaksanakannya. 4. Ajaran Kesehatan Kuno Ajaran yoga diketahui telah ada sejak lebih dari lima ribu tahun lalu dan berasal dari India. Yoga merupakan jenis latihan yang tidak hanya bermanfaat meningkatkan dan memelihara kesehatan tubuh. Gerakan-gerakan dalam yoga juga dapat menenangkan pikiran bahkan meredakan stres yang banyak dialami oleh orang-orang pada kehidupan modern. Yoga fokusnya adalah meningkatkan kesehatan secara holistik baik fisik maupun mental. Yoga dirancang sebagai sistem kuno penyembuhan oleh orang-orang yang berlatih secara disiplin yang telah ada selama beberapa ribu tahun yang lalu. Konsep utama dari yoga adalah menghubungkan pikiran dan tubuh sebagai dua bagian yang membentuk keseluruhan, hal teresbut berarti bahwa yoga lebih dari sebuah aktifitas fisik yang dilakukan untuk menjaga kesehatan. Lara-Roga penderitaan dan penyakit apapun bentuknya merupakan masalah purba yang tetap hangat dan sampai sejauh ini tetap tidak tuntas ditanggulangi. Sistem pengobatan modern dengan berbagai kecanggihan pirantinya juga kewalahan mengatasinya (Sukayasa, tt:1). Masalah penderitaan dan penyakit seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan juga terus berkembang. Keberadaan berbagai macam penyakit dewasa ini menjadikan teknologi yang diciptakan oleh manusia menjadi kewalahan dalam mengatasinya. Terlebih lagi penyakit kejiwaan yang memang hanya mampu disembuhkan 60 WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015

7 dengan melakukan teknik-teknik khusus. Yoga sebagai salah satu latihan yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu diyakini sebagai latihan yang dapat menyebuhkan dan mencegah penyakit kejiwaan yang banyak dialami manusia dewasa ini. Latihan yoga pada prosesnya adalah untuk membentuk pribadi yang luhur serta untuk mengatasi pikiran yang bingung, gelisah (stres) disamping juga memperlancar kerjanya urat saraf dan menguasai pikiran sendiri serta mengembangkan rasa cinta kasih (Swasthi&Suastawa, 2008: 137).Yoga merupakan ajaran kesehatan yang telah sejak lama diterapkan, dan diyakini sebagai sebuah latihan fisik yang memberi manfaat pada kesehatan fisik dan mental. Ajaran yoga oleh masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona Barat sebagai sebuah olahraga yang dilakukan pada zaman dahulu. Ungkapan tersebut di ungkapkan oleh informan berikut. yoga dulu diterapkan sebagai sebuah ajaran selain untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, juga sebagai ajaran untuk kesehatan. Yoga sangat baik untuk dilakukan, agar bisa memiliki tubuh yang sehat, karena yoga ajaran kesehatan kuno yang masih sangat baik untuk diterapkan sampai saat ini (wawancara, WS, Tanggal 27 Juni 2015). Ungkapan informan di atas menyebutkan bahwa yoga sebagai sebuah olahraga yang selain untuk kesehatan mental juga memberi dampak pada kesehatan rohani. Yoga diyakini sebagai sebuah olahraga alternatif yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Terlebih lagi dewasa ini manusia lebih cenderung untuk mengejar kebutuhan diniawi, sehingga kesehatan mental tidak lagi menjadi perioritas utama. Hal tersebut menjadikan manusia dewasa ini kecenderungan terserang stres menjadi lebih tinggi, karena selalu berusaha untuk mengikuti keinginan, sangat jarang orang yang berusaha untuk mengnendalikan pikirannya. Walaupun pikiran merupakan penyebab dari segala bentuk penderitaan yang diderita oleh manusia. Usaha untuk mengikuti akan menjadikan seseorang menjadi terbiasa, sehingga apabila keinginan yang sangat diharapkan oleh pikiran tidak terpenuhi maka pada saat itulah akan mulai terserang stres. Tidak semua yang terjadi sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga pengedalian keinginan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan. Yoga sebagai suatu latihan untuk menjaga kesehatan memberikan ketenangan dan mengajarkan untuk selalu mengendalikan pikiran. Kebiasaan tersebut akan memberikan efek yang baik bagi fisik dan mental seseorang. 5. Ajaran Untuk Mencapai Moksa Yoga mengajarkan tentang pengetahuan tentang sang diri yang sejati, dengan memahami keberadaan diri seseorang akan lebih memahami keberadaannya dalam kehidupan ini. Tujuan akhir dari kehidupan umat Hindu yaitu untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin (moksartham jagadhita). Kebahagiaan batin yang tertinggi ialah bersatunya Atman dengan Brahman yang disebut Moksa. Moksa atau nirwana berarti kebebasan atau terlepas dari ikatan karma, kelahiran, kematian, dan belenggu maya/penderitaan hidup keduniawian. Moksa merupakan tujuan terakhir bagi kehidupan dalam keyakinan agama Hindu. Moksa dapat dicapai dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan benar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan sembahyang rutin dengan menetapkan cipta (Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Samadhi). Manusia melalui kelahirannya yang berulang kali akan berangsur-angsur untuk mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala ikatan keduniawian untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman. Setiap WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember

8 kelahiran bagi umat Hindu adalah merupakan anak tangga menuju kebebasan. Yoga terdiri dari delapan tahapan, dimulai dari tahap yang paling rendah yaitu yama, sampai pada tahap samadhi. Delapan tahapan tersebut apabila dilakukan dengan tekun dan penuh keyakinan akan membawa individu pada penyatuan dengan Brahman. Dharana, dyana dan samadhi merupakan tiga bagian akhir dari astangga yoga yang diungkapkan oleh Rsi Patanjali, dengan demikian tiga tahap terakhir tersebut akan membawa seseorang untuk mencapai suatu kebebasan yang disebut dengan moksa, yaitu terbebas dari kelahiran kembali (renkarnasi). Masyarakat hindu di desa meko memiliki persepsi bahwa yoga merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai kebebasan, hal tersebut diungkapkan oleh informan berikut. yoga biasanya dilakukan untuk mendapatkan moksa, mendapatkan kebebasan, sehingga tidak lahir lagi. Kebebasan itu antara purusa dan prakerti sebagai unsur pembentuk dari mickrokosmos (wawancara, WSL, tanggal 27 Juni 2015). Informan di atas mengungkapkan bahwa yoga dilakukan untuk mencapai kebebasan, yaitu kelepasan dari proses kelahiran kembali. Kelepasan akan bisa tercapai apabila mampu untuk memahami secara mendalam purusa sebagai unsur kejiwaan dan prakrti sebagai unsur kebendaan yang membentuk tubuh manusia. Sivannada(2003: 191) menyebutkan bahwa Prakerti dan purusa adalah anadi (tanpa Awal) dan ananta (tak terbatas). Ketidak berbedaan antaran keduanya merupakan penyebab kelahiran dan kematian. Pembedaan antara purusa dan prakerti memberikan mukti (pembebasan). Lebih lanjut Darmayasa (2013: 10) mengungkapkan bahwa kelepasan jiwa dapat dicapai melalui pengetahuan tentang perbedaan jiwa dengan benda-benda duniawian termasuk badan jasmani, pikiran dan ego (keakuan) diri sendiri. Kelepasan dari kelahiran kembali dapat dicapai melalui pengetahuan tentang diri yang sejati. Tidak terikat akan keberadaan bendabenda duniawi dan tidak bingung oleh keberadaan sesuatu yang bersifat maya. Pemahaman akan sesuatu yang bersifat maya dan yang bersifat kekal menjadi pengetahuan yang penting sehingga dapat mencapai kebebasan. Dalam kitab Bhagavad Gita diungkapkan bahwa pikiran yang tidak dibingungkan oleh apa yang didengar akan mampu mencapai yoga. Ungkapan tersebut sebagai berikut. Sruti vipratipanna te Yada sthasyati niscala Samadhav acala buddhis Tada yogam avapsyasi B.G. II.53 Artinya: Bila pikiranmu yang dibingungkan oleh apa yang didengar tak tergoyahkan lagi dan tetap dalam samadhi, kemudian engkau mencapai yoga. Keteguhan pikiran sehingga tidak tergoyahkan dengan sesuatu yang bersifat keduniawian dapat dilakukan dengan melakukan disiplin yoga, karena yoga pada dasarnya adalah pengendalian pola tingkah pikiran yang cenderung liar. Darmayasa (2013: 13) mengungkapkan bahwa yoga mengajarkan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pengetahuan langsung tentang perbedaan roh dan dunia jasmani termasuk badan, pikiran dan sifat keakuan (ego). Sivananda(2003: 204)Yoga merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. 3. Kesimpulan Dari penelitian dan pembahasan diperoleh hasil bahwa persepsi masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona 62 WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015

9 Barat Kabupaten Poso tentang yoga adalah sebagai berikut: 1. Yoga Sebagai Ajaran Magis, yaitu masyarakat mempersepsikan yoga sebagai ajaran untuk mendapatkan kekuatan supranatural dan memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan menyakiti orang lain; 2. Ajaran Mendekatkan Diri Kepada Tuhan, yaitu yoga merupakan jalan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini termuat dalam catur marga yoga sebagai jalan untuk mendekatkan diri dengan Brahman; 3. Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi, yaitu persepsi bahwa yoga hanya dilakukan oleh para rsi dan orang-orang suci yang ingin meningkatkan spiritualitalnya; 4. Ajaran Kesehatan Kuno, yaitu yoga merupakan ajaran untuk mendapatkan kesehatan, yang telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu yang hingga kini masih tetap dilakukan oleh masyarakat yang meyakini hal tersebut; 5. Ajaran Untuk Mencapai Moksa, yaitu yoga dipersepsikan sebagai jalan untuk mencapai kelepasan dari kelahiran kembali (renkarnasi) dan penyatuan atman dengan brahman. Kementerian Agama Republik Indonesia. Pudja, G MA Bhagavad Gita (Pancama Veda). Paramita: Surabaya. Rendel,Peter Pengetahuan Tentang Chakra Dan Cara-Cara Melatih Tenaga Dalam. Kanwil Deppen Provinsi Jatim. Sivananda, Sri Svami Pengetahuan dan Pengendalian Prana (Pranayama). Surabaya: Paramita Intisari Ajaran Hindu. Paramita: Surabaya Sukayasa, Wayan, dkk. tt. Roga Versus Yoga Perspektif Ayur Weda. Universitas Hindu Indonesia. Swasthi&Suastawa Psikologi Agama Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga. Widya Dharma: Denpasar DAFTAR PUSTAKA Agustika, I Gede Hendra Yoga Sehat, Seimbang, Berbahagia. Wisnu Press. Denpasar. Belling, Noa Yoga Perpaduan Antara Tubuh, Pikiran dan Jiwa. Karisma Publishing Group: Batam Center Darmayasa, I Gede Sukra Belajar Yoga Asanas Untuk Kesehatan Jasmani dan Rohani. Denpasar: Pt. Offset BP Kadjeng, I Nyoman, dkk Sarasamuccaya. Paramita Surabaya Sutama, Ida Bagus dan Watra, I Wayan Materi Pokok Yoga. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... 2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA Oleh Ida Bagus Kade Yoga Pramana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Astangga Yoga merupakan suatu metode

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI. Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK

MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI. Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK Ketidakpuasan merupakan salah satu bagian dari realita kehidupan kita. Dalam kesehariannya sifat

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

APA ITU YOGA DAN APA TUJUAN SERTA MANFAATNYA?

APA ITU YOGA DAN APA TUJUAN SERTA MANFAATNYA? APA ITU YOGA DAN APA TUJUAN SERTA MANFAATNYA? Yoga berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti penyatuan yang bermakna penyatuan dengan alam atau Sang Pencipta. Yoga adalah suatu kumpulan praktek latihan

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Universitas Indonesia. Komaparasi konsep..., Cinita Nestiti, FIB UI, 2009

DAFTAR ISTILAH. Universitas Indonesia. Komaparasi konsep..., Cinita Nestiti, FIB UI, 2009 69 DAFTAR ISTILAH Abhinivesa : sifat kemelekatan pada hidup dan keengganan mengalami kematian Abhyantara virrti : pengontrolan aliran nafas yang masuk ke dalam tubuh Ahamkara : ego, prinsip individualistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoga adalah sebuah filosofi tentang kehidupan yang dicapai melalui latihan olah tubuh, napas dan meditasi berdasarkan 8 tangga kehidupan seperti Yama (ajaran tentang

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU I K. Suparta Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: padmabuana@yahoo.co.id ABSTRAK Konsep Ke-Tuhanan dalam Hindu merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BAB 2. DATA dan ANALISA. kelengkapan proyek tugas akhir ini didapatkan dari: 1. Data Literatur : - Buku Yoga oleh Noa Belling

BAB 2. DATA dan ANALISA. kelengkapan proyek tugas akhir ini didapatkan dari: 1. Data Literatur : - Buku Yoga oleh Noa Belling BAB 2 DATA dan ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data serta segala informasi yang dibutuhkan untuk mendukung kelengkapan proyek tugas akhir ini didapatkan dari: 1. Data Literatur : - Buku Yoga oleh Noa Belling

Lebih terperinci

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV YOGA

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV YOGA MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV YOGA Oleh: Tifanny Gita Sesaria (131211132021) Inka Noveliana (131211132022) Wimar Anugrah (131211132051) Nisrina Putri I.K.S (131211132052) Retno Dewi (131211132063)

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya

Lebih terperinci

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 43. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN

NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011 1 CINTA KASIH ( Oleh: PUTU NOPA GUNAWAN)** Om Swastyastu Dewan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG YOGA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG YOGA A. Pengertian Yoga BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG YOGA Sebelum membahas pengertian yoga, perlu dikaji terlebih dahulu mengenai apa yang tersirat dalam ajaran yoga tersebut. Bahwa ajaran yoga adalah anugrah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

BAB III SAMADHI DALAM AGAMA HINDU. Samadhi berasal dari bahasa sanskerta, yaitu sam yang berarti kumpulan,

BAB III SAMADHI DALAM AGAMA HINDU. Samadhi berasal dari bahasa sanskerta, yaitu sam yang berarti kumpulan, BAB III SAMADHI DALAM AGAMA HINDU A. Pengertian Samadhi Samadhi berasal dari bahasa sanskerta, yaitu sam yang berarti kumpulan, persamaan, gundukan, timbunan dan dhi yang berarti pikiran, ide-ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdoa dan sembahyang merupakan kewajiban yang utama bagi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, Do a atau sembahyang merupakan wujud rasa syukur, memohon perlindungan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Multimedia Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNARUNGU

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNARUNGU - 671 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNARUNGU KELAS : X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

Wisuda XIV Universitas Pendidikan Ganesha

Wisuda XIV Universitas Pendidikan Ganesha Wisuda XIV Universitas Pendidikan Ganesha I Wayan Muderawan Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana No. 11 Singaraja Bali 81117 Indonesia Email: wayanmuderawan@yahoo.com.au Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual

BAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual BAB V ANALISIS KOMPARATIF A. Persamaan Agama Hindu dan Budha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual keagamaan yang terkandung

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN AGAMA HINDU Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM

BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM A. Konsep Ketuhanan Ajaran Awatara dalam Agama Hindu Konsepsi Ajaran Awatara dalam Agama Hindu mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada manusia tersebut,

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Makna Esoterik Tantra Rumus Metode. Hitung Napas Vajra

Makna Esoterik Tantra Rumus Metode. Hitung Napas Vajra Makna Esoterik Tantra Rumus Metode Mahaguru leluhur Tantra aliran putih, Gambopa bersabda: Menguasai konsentrasi hati dan pikiran adalah jalan sama dimana dilalui oleh para Buddha Bodhisattva. Aku menganggap

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda (Vaisnava)

SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda (Vaisnava) Jl. Pondok Bambu Batas No 14 RT 001 RW 012 Kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur Email : pitra2014@yahoo.com Website : SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda Oleh: TIM Ashram Vaisnava

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa 1 Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa Sujud kepada Guruku, Manjushri yang belia! Yang melihat dan membabarkan pratityasamutpada (saling

Lebih terperinci

YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS

YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS Mulyaningrum E-mail : mulyaningrum2001@yahoo.com Abstrak Pada kehidupan modern, terutama di kota, setiap orang menjadi semakin besar peluangnya menghadapi banyak stress.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

Menapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta

Menapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta Menapak Jalan Kehidupan Hidup dapat diibaratkan suatu perjalanan, yaitu perjalanan lahiriah maupun perjalanan batiniah. Sebagai suatu perjalanan tentu ada awal dan ada akhir. Perjalanan lahiriah berawal

Lebih terperinci

Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa?

Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa? Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa? Penelusuran Bhagavad-Gita dan Alkitab, tentang jiwa setelah kebinasaan tubuh. Makalah Extention Course Filsafat Manusia STF. Drijarkara NEGARI KARUNIA ADI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti D. Pendidikan dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

Lebih terperinci

REKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1

REKREASI. Segala sesuatu ada masanya. Page 1 REKREASI "Segala sesuatu ada masanya. Page 1 Perbedaan Rekreasi & Hiburan Ada perbedaan yang nyata antara rekreasi dan hiburan. Bilamana sesuai dengan namanya, Rekreasi cenderung untuk menguatkan dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat

Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat MANTRAM GAYATRI Taukah kalian begitu dasyatnya Mantram Gayatri!!!! Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat Artinya : Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Pokok Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. B. Pokok Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran dana punia dijumpai dalam berbagai pustaka suci terutama bagian Smertinya, bahkan dalam Upanishad (Chandogya Upanishad) telah tercantum, pengamalan ajaran tersebut,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya komunikasi adalah sarana

Lebih terperinci

MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH. Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH. Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2012 Revisi (Tgl) : 0 (10 Juni 2013) 1 / 12 PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya BAB II KAJIAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks, di dalamnya berisi struktur-struktur yang

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA - 281 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS : X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU KODE ETIK DOSEN VISI : Terdepan dalam dharma, widya dan budaya MISI : 1. Meningkatkan Kualitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hindu melalui Pendidikan Tinggi Hindu; 2. Mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

"Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Powerpoint Templates Page 1

Berusaha... bekerja dengan tanganmu.  Powerpoint Templates Page 1 "Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Page 1 Pada waktu penciptaan dunia, bekerja telah ditetapkan sebagai suatu berkat. Bekerja dimaksudkan untuk perkembangan, kuasa dan kebahagiaan. Perubahan keadaan

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Lokasi Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata Selatan No. 200 i Kelurahan Ketintang Kota Surabaya, dengan luas wilayah 297 Ha. Ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 E-Book (Elektronik Book) 2.1.1 Perkembangan E-book (Elektronik book) Perusahaan raksasa yang dimiliki Gill Bates telah mempersiapkan visinya untuk tahun 2020 bahwa lebih dari

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

saja ada satu hal yang merupakan kunci. Kunci itu adalah cinta. Cinta dari hati.

saja ada satu hal yang merupakan kunci. Kunci itu adalah cinta. Cinta dari hati. Cinta adalah kunci Hidup..banyak hal yang terjadi, terlaksana dan terdapat didalamnya. Banyak kejadian-kejadian yang terdapat di dalamnya. Kesenangan, kesedihan, kepahitan, ketenangan, kesukaan, dan kebencian.

Lebih terperinci

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya 1.340 Suku 300 Etnik 1.211 Bahasa 17.504 pulau Berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi Berfikir secara sistematis

Lebih terperinci

Agama Buddha. i. Ia berasal dari negara India pada kurun ke-6 SM dan diasaskan oleh Gautama Buddha sebagai salah satu interpretasi agama Hindu.

Agama Buddha. i. Ia berasal dari negara India pada kurun ke-6 SM dan diasaskan oleh Gautama Buddha sebagai salah satu interpretasi agama Hindu. BAB 7: ETIKA BUDDHA Agama Buddha i. Ia berasal dari negara India pada kurun ke-6 SM dan diasaskan oleh Gautama Buddha sebagai salah satu interpretasi agama Hindu. ii. Ia menolak sistem Veda serta sistem

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan untuk menyembah Allah. Sebab, disembah maupun tidak disembah Allah tetaplah Allah. Esensi

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA

KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA No.1384, 2014 KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS IG M. SUARNADA Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci