MEKANISME PENGENDAPAN LAHAR SUNGAI BOYONG DI GUNUNG MERAPI BERDASARKAN ANALISA GRANULOMETRI
|
|
- Lanny Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MEKANISME PENGENDAPAN LAHAR SUNGAI BOYONG DI GUNUNG MERAPI BERDASARKAN ANALISA GRANULOMETRI Dewi Sri Sayudi 1, A.D. Wirakusumah 2, Raditya Putra 3 1,3 Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Jl. Cendana 15, Yogyakarta 2 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu dewisri.sayudi@ yahoo.com ABSTRAK Sejak erupsi Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010, dataran sisi selatan daerah ini mengandung bahan klastika gunung api, baik material piroklastik maupun lahar. Lahar mengalir melalui lembah-lembah sungai, yang salah satunya mengalir ke Sungai Boyong. Material hasil letusan Gunung Merapi diselidiki lebih lanjut menggunakan analisa granulometri. Proses penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yang diantaranya; studi literatur, pengumpulan data dan informasi, tahapan lapangan dan yang terakhir adalah tahapan analisa data. Dari analisa granulometri didapatkan nilai sortasi, skewnes, dan kurtosis yang beragam di setiap lokasi pengambilan sampel, namun pada umumnya material endapan menunjukkan kecenderungan menghalus ke arah hilir Sungai Boyong. Sedangkan dari mekanisme pengendapannya, daerah hulu lebih didominasi oleh pengaruh arus traksi dan pada daerah hilir didominasi oleh pengaruh arus saltasi, hal ini mencirikan material yang diendapkan di Sungai Boyong merupakan material lahar. Kata kunci: lahar, granulometri, sortasi, kurtosis, skewnes ABSTRACT Since the eruption of Mount Merapi on October 26,2010 the plains of the south side of this area have consisted of volcanic clastic material, such as pyroclastic and lahar deposits. Lahars flew through the river valleys, which one of them flew into Boyong River. The volcanic materials as the products of the 2010 eruption were investigated by using granulometry analysis. The research was conducted through several stages including: literature study, acquisition of data and information, and data analysis. According to the analysis of granulometry, values of Sorting, Skewnes, Kurtosis and diverse depositional mechanisms at each sampling site were obtained, and in general they showed a tendency to become finer sorting towards downstream in Boyong River. Yet based on the depositional mechanism, the upstream region was dominated by traction current effect and the downstream region was dominated by saltation current effect. This condition of deposited material in Boyong River was characterized as lahar material deposit. Key words: lahar, granulometry, sorting, kurtosis, skewnes. 1. PENDAHULUAN Erupsi Gunung Merapi, Jawa Tengah (Gambar 1) yang terjadi 26 Oktober 2010 telah banyak menghasilkan endapan-endapan vulkanik yang pada hakikatnya memiliki sangat banyak manfaat terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satu material yang dihasilkan dari erupsi tersebut adalah lahar-lahar yang sekarang membanjiri sungai-sungai yang berhulu yang ada di sekitar Gunung Merapi. Lahar-lahar tersebut memiliki sortasi atau perbedaan ukuran butir yang beragam. Adanya perbedaan sebaran ukuran butir pada endapan material vulkanik klastik hasil dar erupsi Gunung Merapi mencakup keseluruhan daerah Yogyakarta termasuk daerah kawasan Sungai Boyong merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari. 26
2 Sayudi, Mekanisme Pengendapan Lahar Sungai... A. Pengumpulan data dan informasi Pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan data pada bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 melalui pendekatan lapangan dan analisa granulometri, meliputi: Pembacaan GPS. Pengambilan contoh, deskripsi Analisa Granulometri Melakukan perhitungan analisis butir Pembuatan Kurva Kumulatif. Gambar 1. Lokasi Gunung Merapi di Jawa Tengah 1) Sungai Boyong memiliki endapan material lepas yang melibatkan hasil letusan Gunung Merapi yang terbaru yaitu letusan tahun Di samping itu belum ada penulis yang membahas penelitian melalui analisa granulometri untuk produk letusan Gunung Merapi 2010 tersebut. Perbedaan dari sortasi, skewnes, kurtosis dan mekanisme dari pengendapan yang terletak di tubuh sungai bagian tengah (chanel bar) dan bagian tepi (point bar) merupakan representasi dari morfologi sungai 2). Penelitian melalui analisa granulometri terhadap endapan di Kali Boyong ini dapat diterapkan pada sungai-sungai yang lainnya dan menjadi acuan dalam mempelajari mekanisme pengendapan di sungai-sungai yang berada diseputar Gunung Merapi, sehingga mekanisme pengendapan di seluruh kawasan Gunung Merapi dapat dipahami. 2. METODA Gambar 2. Peralatan Analisa Granulometri Pada tahap lapangan ini yang dilakukan adalah pengambilan contoh endapan material vulkanik letusan Gunung Merapi tahun 2010 sebanyak satu kilogram setiap lokasi pada 15 lokasi yang berbeda untuk keperluan analisa granulometri dan mengamati jenis litologi penyusun pada tebing Sungai Boyong. B. Analisa Granulometri Pada tahapan ini data-data yang telah dikumpulkan akan dianalisa. Proses analisa yang dilakukan adalah analisa granulometri. Pada analisa ini didapatkan hasil kurva yang akan menunjukkan tingkat keseragaman butir serta jenis sortasi dari endapan lahar di Sungai Boyong, dengan menganalisa datadata yang melalui proses: Pengeringan. Sampel splitting Pengayakan Penyusunan fraksi dan penimbangan Pencatatan dan pembuatan grafik 27
3 Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm Menurut gerakan air dan udara biasanya akan menyebabkan partikel-partikel terpisah berdasarkan ukuran butirnya 3). Ukuran butiran dalam sedimen atau batuan akan mencerminkan : Resistensi batuan terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi Proses-proses sedimentasi meliputi pengangkatan dan pengangkutan (antara lain dengan roling, saltasi, traksi, sliding dan suspensi). Kedua proses tersebut akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur batuan berdasarkan geomorfologi. Aspek tekstur yang dapat dianalisa dengan cara metode Granulometri antara lain mean, median, modus, koefisien kepencengan, standar deviasi dan kurtosis yang diperoleh dengan rumus Fall and Ward 4) : - Mean adalah harga rata-rata dari suatu kurva. Mean (Mz) dapat dihitung dengan Rumus : Kurva yang tinggi dan sempit mencerminkan sortasinya baik, sedangkan kurva yang pendek dan lebar menunjukan sortasi yang buruk (Gambar 3). Sortasi (σø) dapat dihitung melalui rumus :.. (3) - Standar deviasi (s) merupakan nilai statistik yang mencerminkan sejauh mana klas besar butir menyimpang dari harga rata-rata. Semakin kecil harga standar deviasi semakin baik harga sortasinya dan sebaliknya. - Skewness adalah ukuran untuk tingkat kecondongan penyebaran besar butir (Gambar 4). Skewness (Sk) dapat dihitung melalui rumus :... (4)..... (1) - Median (Mdø) adalah nilai tengah dari suatu kurva yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Modus Mean Median......(2) - Modus merupakan puncak maksimal penyebaran kelas ukuran butir tertentu. - Sortasi (sorting) ini merupakan tingkat keseragaman ukuran butir. Sortasi (σø) dapat tercermin dari tinggi-pendek atau lebar-sempitnya suatu kurva. Sortasi buruk Sortasi baik Median Mean Skewness negatif Modus Median Mean Modus Skewness positif Gambar 4. Hubungan antara Modus, Mean, Median, dan Skewness Gambar 3. Kurva Frekuensi yang Memperlihatkan Jenis Sortasi - Kurtosis adalah derajat kemancungan suatu kurva yang menunjukkan harga perbandingan antara pemilahan bagian 28
4 Frekuensi Kumulatif (%) Skala Probabilitas Frekuensi (%) Sayudi, Mekanisme Pengendapan Lahar Sungai... tengah terhadap pemilahan bagian dari suatu kurva. Kurtosis dihitung dari momen ke empat terhadap Mean. Distribusi normal (mesokurtik) memiliki nilai kurtosis 3, sedangkan distribusi yang leptokurtik biasanya mempunyai kurtosis > 3, dan platikurtik < 3 (Gambar 5). Kurtosis (υ) dihitung melalui rumus :...(5) Gambar 6. Kurva Distribusi Kurva Frekuensi Kumulatif Kurva yang menggambarkan hubungan antara frekuensi jumlah kumulatif (%) dengan penyebaran ukuran butir (skala phi) pada klas-klas tertentu mencerminkan perbedaan kelompok nilai tertentu. (Gambar 7). Ukuran butir (Skala phi) Gambar 5. Bentuk Kurva dengan Berbagai Kurtosis Material-material yang diangkut oleh media pengangkut akan terdistribusi menjadi berbagai macam ukuran. Distribusi ukuran butir akan mencerminkan : Variasi diameter (lithologi) butir yang terdapat pada source (sumber) dimana tidak harus berupa batuan tetapi juga endapan. Proses-proses yang berlangsung selama pengendapan terutama menyangkut arah dan kekuatan arus, perubahan-perubahan atau variasi yang terdapat pada arus itu. Kurva distribusi normal merupakan kurva hasil dari pengeplotan kurva hasil frekwensi dengan berbagai variasi dari suatu populasi yang terdiri dari beberapa klas. Kurva distribusi normal mengandung penyebaran fraksi kasar dan halus kearah kanan dan kiri seimbang. Semakin runcing kurva distribusi normal semakin sempit standar deviasinya sehingga semakin baik sortasinya (Gambar 6). Gambar 7. Kurva Kumulatif dengan Memakai Kertas Probabilitas 3. PEMBAHASAN Ukuran Butir (Skala phi) Setiap endapan lahar memiliki mekanisme transportasi yang berbeda-beda tergantung dari arusnya, baik kecepatan arus maupun kuat arus yang mempengaruhi pada saat lahar diendapkan, atau dari banyaknya material yang diendapkan disuatu tempat. Mekanisme transportasi endapan dapat diketahui 29
5 Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm dari hasil analisa laboratorium dengan menggunakan metoda granulometri. Dari hasil analisa terhadap contoh-contoh endapan dari 15 lokasi yang berbeda telah diketahui (Gambar 8) beberapa hal yaitu persen berat dari contoh yang dianalisa dan penyebaran fraksinya. Penghitungan untuk nilai mean, median, modus, skewness, kurtosis dan sortasi dilakukan dengan menggunakan persamaan 1 sampai 5. Seluruh hasil analisa diplot pada Tabel 1. Selanjutnya mekanisme transportasi yang terjadi pada saat proses pengendapan lahar yang meliputi nilai pengaruh arus traksi, saltasi, dan suspensi dengan menggunakan metoda seperti gambar 7. Sungai Boyong Gambar 8. Peta Lokasi Contoh Batuan Beserta Histogram Hasil Pengayakan 30
6 Sayudi, Mekanisme Pengendapan Lahar Sungai... Hasil perhitungan berat (Table 1) yang digunakan didalam analisa granulometri dan merupakan tabel yang merekam data awal atau data mentah dari contoh yang telah dipisah dan ditimbang. Dari tabel ini dapat diamati persen berat dan persen komulatif yang diperoleh dari berat contoh yang tertinggal di atas ayakan (mesh) pada tiap-tiap besar mesh (mesh 8 sampai yang terkecil atau PAN ). Sedangkan kurva Histogram adalah kurva yang membahas tentang beberapa nilai yang akan digunakan dalam perhitunganperhitungan didalam tabel serta kurva-kurva berikutnya. Untuk dapat mengetahui mekanisme transportasi di interpretasikan berdasarkan Kurva Mekanisme Transportasi. Kurva ini memperlihatkan tipe mekanisme transportasi yang terjadi pada saat material diendapkan. Kurva ini dibuat dari data nilai skala Phi yang menggambarkan besarnya butir. Makin minus/kecil skala Phi maka menggambarkan semakin besar ukuran butirnya sedangkan semakin besar skala Phi maka semakin halus ukuran butirnya. Hubungan antara hasil perhitungan persen kumulatif dengan ukuran butir skala Phi untuk setiap contoh yang menghasilkan 3 garis berat mencerminkan nilai dari pengaruh arus traksi, saltasi dan supensi. Dilihat dari garis berat, Jumlah persen traksi selalu berada paling kiri, sedangkan saltasi umumnya berada di bagian tengah dari garis berat, dan suspensi berada paling kanan atau atas. Tabel 1. Hasil Analisa Ukuran Butir dengan Metoda Granulometri di Laboratorium terhadap Contoh Batuan dari Kali Boyong Coarse No. Lokasi Mean Median Modus Skewness Kurtosis Sortasi Traksi Saltasi Suspensi Track (CT) Fine Track (FT) Arah Pengam bilan sampel 1 0,7 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 58,87% 33,23% 7,90% 0,75 Phi 3,75 Phi HULU 2 0,755 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 76,22% 18,17% 5,60% 1,75 Phi 3,75 Phi 3 0,75 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 58,61% 35,43% 5,96% 0,75 Phi 3,75 Phi 4 3,76 1,75 3,75 Fine Leptykurtic Baik 13,44% 60,56% 2,60% 0,75 Phi 3,74 Phi 5 1,75 1,75 1,75 Fine Leptykurtic Baik 6,83% 87,11% 6,06% -0,25 Phi 2,45 Phi 6 0,85 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 26,97% 70,85% 2,18% -0,25 Phi 3,65 Phi 7 0,95 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 22,07% 64,98% 12,95% -0,25 Phi 3,75 Phi 8 0,85 1,75 4,75 Coarse Platykurtic Buruk 28,56% 52,04% 19,40% 0,75 Phi 3,65 Phi 9 0,95 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 42,76% 49,37% 7,87% 0,75 Phi 3,75 Phi 10 2,7 1,75 2,75 Fine Platykurtic Buruk 4,50% 89,50% 6% 0,35 Phi 3,85 Phi 11 0,75 1,75 0,75 Coarse Platykurtic Buruk 8,40% 80,6% 5% 1,75 Phi 4,05 Phi 12 3,65 1,75 3,75 Fine Leptykurtic Baik 1,20% 87,80% 11% 1,85 Phi 3,75 Phi ,75 2,75 Fine Platykurtic Buruk 18% 73,50% 8,50% 1,55 Phi 3,95 Phi 14 1,95 1,75 1,75 Fine Leptykurtic Baik 29% 63,00% 8% 2,25 Phi 3,55 Phi HILIR 15 3,8 1,75 3,75 Fine Leptykurtic Baik 2,30% 69,70% 28% 1,85 Phi 3,55 Phi 31
7 Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm Untuk mendapatkan nilai coarse track (CT) diambil dari perpotongan pertama antara garis berat traksi dengan garis berat saltasi, sedangkan untuk mendapatkan nilai fine track (FT) yaitu dari perpotongan garis berat mendapatkan nilai CT dan FT tersebut. (Gambar 9) memperlihatkan contoh penentuan mekanisme transportasi untuk salah satu di antara 15 contoh lokasi di Sungai Boyong. Hasil penentuan mekanisme transportasi dari ke 15 lokasi tersebut diperlihatkan pada Tabel 1. Titik perpotongan CT dan FT ditarik garis ke bawah dan dibaca pada nilai skala Phinya. Pada lokasi pengamatan 1-3 tampak sortasinya buruk dengan nilai traksi lebih dominan dari pada saltasi dan suspensi. Persentase traksi berkisar antara 58,61% sampai 76,22% dan ini berarti mekanisme transportasinya didominasi oleh mekanisme bed load yang terdapat pada kawasan hulu sungai (Tabel 1). Dari contoh batuan di lokasi 4 sampai dengan 15 memperlihatkan sortasi makin ke arah lokasi 15 membaik yang berarti makin ke hilir sortasinya akan membaik dengan mekanisme transportasinya didominasi oleh pengaruh arus saltasi yang nilainya 49,37 sampai 87,80%. Gambar 9. Kurva Hubungan Persentase Berat dengan Ukuran Butir untuk Contoh di Lokasi 3 dalam Menentukan Pengaruh Arus saat Batuan diendapkan di Lokasi tersebut 32
8 Sayudi, Mekanisme Pengendapan Lahar Sungai... Sortasi buruk dengan nilai traksi juga tetap mendominasi di antara nilai saltasi dan suspensi yang berarti material pada singkapan ini masih bersentuhan dengan dasar sungai karena dari kurva tersebut terlihat nilai saltasi yang paling besar yaitu 89,50 % seperti pada lokasi 10. Sedangkan untuk suspensinya tidak memperlihatkan prosentase terbesar. Untuk lokasi pengamatan 14 dan 15 memiliki sortasi yang baik ke arah hilir yang menandakan arus yang membawa endapan relatif tenang pada daerah hilir. Dari hasil analisa granulometri dari lokasi 1 hingga lokasi 15 yang dapat dilihat pada (Gambar 10) didapatkan kurva yang menunjukkan harga dari suatu mean yang nilainya bertambah semakin ke arah hilir, dengan median 1,75 dan modus bertambah pula ke hilir. Tingkat kecondongan penyebaran besar butir yang didapat menunjukkan coarse (-) cenderung mendominasi untuk daerah hulu dan fine (+) untuk daerah hilir, yang menandakan semakin ke arah hilir besar butirnya semakin halus. Sedangkan untuk nilai kurtosis yang didapat dari hulu ke hilir nilainya acak, baik platykurtic maupun leptykurtic dapat terjadi di hulu maupun di hilir, hal ini menandakan bahwa kurtosis pada endapan lahar dicirikan dengan nilai tidak merata di semua lokasi. Dari hasil-hasil penelitian nilai sortasi diketahui bahwa nilai sortasi di daerah penelitian mengalami perubahan dari sortasi buruk (poorly sorted) pada daerah hulu menjadi sortasi baik (well sorted) pada daerah hilir. Pada daerah hulu butiran belum mengalami pemilahan secara baik dengan tingkat energi pengendapan yang tinggi dan berlangsung secara cepat. Namun seiring dengan pengendapan ke arah hilir tingkat energi pengendapannya berangsur-angsur menurun sehingga menghasilkan sortasi yang baik 5). Dari kurva skala probabilitas Coarse track dan kurva Fine Track didapatkan kecenderungan nilai Phi yang semakin membesar, ini menunjukkan bahwa semakin ke arah hilir butiran semakin menghalus. Dari hasil pembacaan kurva probabilitas diketahui pada lokasi 1-3 yang diambil di Sungai Boyong memperlihatkan traksi lebih dominan, karena pada lokasi ini mengandung material yang relatif kasar. Pergerakan dari material ini dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa gerak menggelinding, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dan lainnya. Sedangkan pada lokasi 4-15 mekanisme saltasi justru yang lebih mendominasi ini dapat disebabkan aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut fraksi halus sampai akhirnya karena gaya gravitasi yang ada akan mampu mengembalikan fraksi halus tersebut ke bagian dasar (Fisher dan Schminke, 1984) 6). Gambar 10. Hubungan antara Sortasi, Skewness, dan Kurtosis dengan Pengaruh Arus terhadap Material yang diendapakan di Masing-Masing Lokasi di Sepanjang Sungai Boyong ditinjau Berdasarkan Data Granulometri 33
9 Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm Mekanisme transportasi material seperti tersebut diatas maka menggambarkan gerakan yang khas dialami oleh material yang mengalami proses aliran lahar. Pada kenyataannya endapan yang ada di Sungai Boyong sekarang adalah merupakan endapan lahar meskipun sebagian terutama di bagian hulunya awalnya terendapkan endapan awan panas sebagai hasil letusan Merapi tahun 2010, akan tetapi secara berangsur endapan awan panas tersebut sering mengalami proses pembentukan aliran lahar seiring dengan terjadinya hujan yang terjadi berkali-kali. 4. SIMPULAN 1. Material pada daerah penelitian tertransportasi dengan mekanisme traksi (pada lokasi 1-3, dengan persentasi 58,61%- 76,22%) pada daerah hulu dan dominan saltasi pada daerah hilir (lokasi 4-15, dengan persentasi 49,37%-87,80%) 2. Semakin ke arah hilir butiran material semakin halus, dan memiliki nilai sortasi yang baik. 3. Adanya perbedaan ukuran butir di setiap lokasi disebabkan oleh kuat arus dan energi pengendapan yang berbeda-beda. 4. Perbedaan skewnes yang beragam di setiap titik diakibatkan oleh arus lahar. Grainsize Parameters. J. Sediment, Petrol. 1957; 27(1): Boggs, S.Jr. Principles of Sedimentary and Stratigraphy. Merrill Publishing Company; Fisher, R., Scihminke, U. Pyroclastic Rocks. New York: Springer Verlag; Daftar Simbol : Mz Mdϕ σø Sk υ n s Φ 16 = Mean = Median = Sortasi = Skewness = Kurtosis = jumlah data = simpangan baku (standar deviasi) = nilai rata-rata. = Nilai kurva (ukuran butir) yang teranalisa sebanyak 16%. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Sedimentologi UPN Veteran Yogyakarta, atas bantuannya untuk penyediaan fasilitas analisa sampel dengan metoda granulometri. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Wirakusumah, A.D., Djadjulie, A., dan Sayudi, D.S. Mitigasi Bencana Aliran Lahar Dengan Cara Normalisasi Sungai di Gunung Merapi, Jawa Tengah. Jurnal ESDM. 2013; 5(2): Costa, J.E. Physical geomorphology of debris flow. In Costa, J.E. & Fleischer, P.J, editors. Developments and Applications of Geomorphology. Berlin: Springer-Verlag; p Tucker, M. E. Sedimentary Rocks in The Field. UK: Departement of Geological Sciences University of Durham; Folk, R. L., Ward, W. C. Brazos River Bar. A Study in the significance of 34
Terbentuknya Batuan Sedimen
Partikel Sedimen Terbentuknya Batuan Sedimen Proses terbentuknya batuan sedimen dari batuan yang telah ada sebelumnya. Material yang berasal dari proses pelapukan kimiawi dan mekanis, ditransportasikan
Lebih terperinciREFARAT MAKALAH ILMIAH OLEH TOBER MARDAIN
REFARAT MAKALAH ILMIAH OLEH TOBER MARDAIN 471413005 Dosen Pengampu Dr. Eng Sri Maryati PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,
Lebih terperinciSTUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN TEKSTUR SEDIMEN DI PERAIRAN SAYUNG, DEMAK
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 608-613 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN TEKSTUR SEDIMEN DI PERAIRAN SAYUNG, DEMAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah
Lebih terperinciMODEL GRANULOMETRI ENDAPAN AWAN PANAS MERAPI TAHUN 2010 DI KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN
KURVATEK Vol.1. No.1, Bulan April: pp.49-58 e-issn: 2477-7870 49 MODEL GRANULOMETRI ENDAPAN AWAN PANAS MERAPI TAHUN 2010 DI KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN Hita Pandita 1,a dan Setyo Pambudi 2,b
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai Pada daerah penelitian merupakan pantai yang tersusun dari endapan pasir. Pantai pada daerah penelitian secara umum sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SEDIMENTASI
BAB IV ANALISA SEDIMENTASI Lingkungan pengendapan menurut Krumbein (1958, dalam Koesoemadinata, 1985) adalah keadaan yang kompleks yang disebabkan interaksi antara faktor-faktor fisika, kimia dan biologi,
Lebih terperinciANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY
ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY Oleh Supiyati 1, Suwarsono 2, dan Mica Asteriqa 3 (1,2,3) Jurusan Fisika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka A. Sungai Sungai merupakan jalan air alami dimana aliranya mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Menurut Soewarno (1991) dalam Ramadhan (2016) sungai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA Proses ini merupakan tahap pasca pengolahan contoh yang dibawa dari lapangan. Dari beberapa contoh yang dianggap mewakili, selanjutnya dilakukan analisis mikropaleontologi, analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORFOLOGI POINT BAR PADA BAGIAN HILIR PENGGAL SUNGAI BOGOWONTO, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH.
KARAKTERISTIK MORFOLOGI POINT BAR PADA BAGIAN HILIR PENGGAL SUNGAI BOGOWONTO, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH. Ekhandoko Aji Wibowo ekhohandoko@gmail.com Suprapto Dibyosaputro praptodibyo@gmail.com INTISARI
Lebih terperinciPROSES SEDIMENTASI SUNGAI KALIJAGA, DAN SUNGAI SUKALILA PERAIRAN CIREBON
PROSES SEDIMENTASI SUNGAI KALIJAGA, DAN SUNGAI SUKALILA PERAIRAN CIREBON Oleh : D. Setiady 1), dan A. Faturachman 1) 1) Puslitbang Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.236, Bandung S A R I Berdasarkan
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI
Simposium Nasional eknologi erapan (SN)2 214 ISSN:2339-28X SUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN IPE GRADASI MAERIAL DASAR SUNGAI Jazaul Ikhsan 1 1 Jurusan eknik Sipil, Fakultas eknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciSTUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh
STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Asrori 1), Rifardi 2) dan Musrifin Ghalib 2) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Email:asrorinasution26@gmail.com
Lebih terperinci3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sedimen dasar permukaan Hasil analisis sedimen permukaan dari 30 stasiun diringkas dalam parameter statistika sedimen yaitu Mean Size (Mz Ø), Skewness (Sk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh pemisah topografi dan memiliki fungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air beserta sedimen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian Hulu ke bagian Hilir suatu daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu
Lebih terperinciDistribution of sediment grain in Dalegan beach, Gresik, East Java
Distribusi butiran sedimen di pantai Dalegan, Gresik, Jawa Timur Distribution of sediment grain in Dalegan beach, Gresik, East Java Ahmad Bayhaqi 1*, Caesar M.A. Dungga 2 1Laboratorium Oseanografi Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI
ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI Dendy Ariandi 1 dan Mubarak 2 Rifardi 2 Abstract This research was conducted on August 2008 with purpose has to know the characteristics of sediment
Lebih terperinciPENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works
PENGENDALIAN SEDIMEN Aliran debris Banjir lahar Sabo works 29-May-13 Pengendalian Sedimen 2 Aliran Lahar (Kawasan G. Merapi) G. Merapi in action G. Merapi: bencana atau berkah? G. Merapi: sabo works 6-Jun-13
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu bagian dari
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI
STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI Jazaul Ikhsan 1, Arizal Arif Fahmi 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciKAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana
KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rutsasongko Juniar Manuhana rutsasongko@gmail.com Suprapto Dibyosaputro praptodibyo@gmail.com Abstract Rivers are media for sediment
Lebih terperinciContents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...
Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha
PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 Dian Eva Solikha trynoerror@gmail.com Muh Aris Marfai arismarfai@gadjahmada.edu Abstract Lahar flow as a secondary
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah
Lebih terperinciPENS. Probability and Random Process. Topik 2. Statistik Deskriptif. Prima Kristalina Maret 2016
Program Pasca Sarjana Terapan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Probability and Random Process Topik 2. Statistik Deskriptif Prima Kristalina Maret 2016 1 Outline [2][1] 1. Penyajian Data o Tabel
Lebih terperinciSebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau
Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau Hade Mulyadi 1, Mubarak 2, Dessy Yoswaty 2 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik manajemen risiko menjadi mengemuka setelah terjadi banyak kejadian tidak terantisipasi yang menyebabkan kerugian perusahaan. Depresi tajam dan cepat terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung
Lebih terperinciPraktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-2 UKURAN BUTIR SEDIMEN. Oleh
Praktikum m.k Sedimentoloi Hari / Tanal : Nilai PRAKTIKUM-2 UKURAN BUTIR SEDIMEN Oleh Nama : NIM : PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 201-1
Lebih terperinci07. Bentangalam Fluvial
TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 07. Bentangalam Fluvial Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Diantara planet-planet sekitarnya, Bumi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI DAN LAUT DI DAERAH SUNGAI KUARO DAN TELUK ADANG KALIMANTAN TIMUR
KARAKTERISTIK SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI DAN LAUT DI DAERAH SUNGAI KUARO DAN TELUK ADANG KALIMANTAN TIMUR H. Kurnio dan U. Kamiludin Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin
Lebih terperinciSEDIMENT STRATIGRAPHY IN DUMAI WATERS RIAU PROVINCE. Ramot S Hutasoit 1), Rifardi 2) and Musrifin Ghalib 2)
SEDIMENT STRATIGRAPHY IN DUMAI WATERS RIAU PROVINCE By Ramot S Hutasoit 1), Rifardi 2) and Musrifin Ghalib 2) hutasoitramot@ymail.com Abstract This study was conducted in February 2016 in Dumai Waters,
Lebih terperinciSebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau
Dinamika Lingkungan Indonesia, Januari 2015, p 26-31 ISSN 2356-2226 Dinamika Lingkungan Indonesia 26 Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau Hade Mulyadi, Mubarak,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai Progo Hilir, porositas sedimen dasar sungai Progo Hilir pasca erupsi Gunung Merapi 2010, dan mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses
Lebih terperinciBAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN
BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibanding erupsi tahun 2006 dan Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding erupsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bentuk bencana alam geologis yang sering terjadi di Indonesia.Hardiyatmo (2006), menyatakan bahwa longsoran adalah gerakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan
Lebih terperinciPENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG
PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG Trimida Suryani trimida_s@yahoo.com Danang Sri Hadmoko danang@gadjahmada.edu Abstract
Lebih terperinciISSN : KARAKTERISTIK SEDIMEN PANTAI PADA PERAIRAN PANTAI DESA HUTUMURI DAN DESA WAYAME PULAU AMBON
ISSN : 1907-7556 KARAKTERISTIK SEDIMEN PANTAI PADA PERAIRAN PANTAI DESA HUTUMURI DAN DESA WAYAME PULAU AMBON Krisostomus Rupilu Politeknik Perdamaian Halmahera Tobelo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Populasi : totalitas dari semua objek/ individu yg memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti Sampel : bagian dari populasi yang
Lebih terperinciArus Traksi dan Arus Turbidit
Arus Traksi dan Arus Turbidit Transportasi dan Deposisi Sedimen Media transportasi dari sedimen pada umumnya dapat dibagi menjadi berikut ini : Air - Gelombang - Pasang Surut - Arus Laut Udara Es Gravitasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat umum.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak
ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) 1) Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2) Dosen Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Risiko adalah kerugian karena kejadian yang tidak diharapkan terjadi. Misalnya, kejadian sakit mengakibatkan kerugian sebesar biaya berobat dan upah yang hilang karena
Lebih terperinciANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN
ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau
Lebih terperinciPROGRAM UKURAN BESAR BUTIR WENTWORTH DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC
PROGRAM UKURAN BESAR BUTIR WENTWORTH DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Paper yang disusun sebagai tugas Matakuliah Teknologi Informasi Oleh : RACHMAD HIDAYAT ( 072.06.022) FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai letak sangat strategis, karena terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan juga terletak
Lebih terperinciKemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman 81 87 ISSN: 2085 1227 Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010
Lebih terperinciIDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH
IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH Suprapto Dibyosaputro 1, Henky Nugraha 2, Ahmad Cahyadi 3 dan Danang Sri Hadmoko 4 1 Departemen Geografi
Lebih terperinciTATAP MUKA IV UKURAN PENYIMPANGAN SKEWNESS DAN KURTOSIS. Fitri Yulianti, SP. MSi.
TATAP MUKA IV UKURAN PENYIMPANGAN SKEWNESS DAN KURTOSIS Fitri Yulianti, SP. MSi. UKURAN PENYIMPANGAN Pengukuran penyimpangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan tinggi rendahnya perbedaan data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di sepanjang sungai yang dilalui material vulkanik hasil erupsi gunung berapi. Beberapa waktu yang lalu
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN DISKUSI
BAB V ANALISIS DAN DISKUSI Pada bab ini akan dibahas beberapa aspek mengenai Sesar Lembang yang meliputi tingkat keaktifan, mekanisme pergerakan dan segmentasi. Semua aspek tadi akan dibahas dengan menggabungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciDistribution. Contoh Kasus. Widya Rahmawati
Distribution Widya Rahmawati Contoh Kasus Mahasiswa A sudah mendapatkan data hasil penelitian Mahasiswa A sedang mempertimbangkan angka statistik mana yang sebaiknya ditampilkan (mean atau median) analisis
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2017), Hal ISSN :
Identifikasi Jenis Material Sedimen Dasar Kelokan Sungai di Desa Sungai Duri Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang Suci Handayani a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b aprogram Studi Fisika, Fakultas
Lebih terperinciPOLA EROSI DAN SEDIMENTASI SUNGAI PROGO SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 Studi Kasus Jembatan Bantar Kulon Progo
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 014 ISSN:339-08X POLA EROSI DAN SEDIMENTASI SUNGAI PROGO SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 010 Studi Kasus Jembatan Bantar Kulon Progo Puji Harsanto 1* 1 Jurusan
Lebih terperinciDistribusi Sedimen Dasar di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan
33 AK Affandi & H Surbakti / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Maspari Journal, 2012, 4(1), 33-39 http://masparijournal.blogspot.com Distribusi Sedimen Dasar di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan
Lebih terperinciANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA
ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA Olviana Mokonio T Mananoma, L Tanudjaja, A Binilang Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bencana sedimen didefinisikan sebagai fenomena yang menyebabkan kerusakan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan, melalui suatu
Lebih terperinciANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal
08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum
BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi Sungai Progo bagian hilir, distribusi ukuran sedimen dan porositas sedimen dasar Sungai Progo pada tahun 2017.
Lebih terperinciKETERDAPATAN EMAS DAN PERAK DALAM SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT DI PERAIRAN BAYAH DAN CIHARA, BANTEN SELATAN
KETERDAPATAN EMAS DAN PERAK DALAM SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT DI PERAIRAN BAYAH DAN CIHARA, BANTEN SELATAN Oleh : M. Surachman dan Yudi Darlan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN MEKANISME ALIRAN ENDAPAN LAHAR SUNGAI APU, DESA TLOGOLELE, KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI, PROVINSI JAWA TENGAH
KARAKTERISTIK DAN MEKANISME ALIRAN ENDAPAN LAHAR SUNGAI APU, DESA TLOGOLELE, KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI, PROVINSI JAWA TENGAH Muhammad Fatih Qodri *, Agung Harijoko Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Lebih terperinciKOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU
KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU 1) oleh: Devy Yolanda Putri 1), Rifardi 2) Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2) Dosen Fakultas
Lebih terperinciPraktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh
Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : Nilai PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN Oleh Nama : NIM : PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139
KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139 Pokok Bahasan Pokok Bahasan Pendahuluan Landasan Teori Geologi Daerah Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan
Lebih terperinciStatistika & Probabilitas
Statistika & Probabilitas Dispersi Data Dispersi Data Dispersi adalah ukuran penyebaran suatu kelompok data terhadap pusat data. Beberapa jenis ukuran dispersi data : Jangkauan (range) Simpangan rata-rata
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SEDIMEN LITORAL DI PANTAI SINDULANG SATU
KARAKTERISTIK SEDIMEN LITORAL DI PANTAI SINDULANG SATU (Characteristic of Litoral Sediment on Sindulang Satu Coastal) Junet I.S Korwa 1*, Esry T. Opa 1, Rignolda Djamaludin 1 1 Program Studi Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses erosi dan sedimentasi merupakan proses yang memiliki peranan penting dalam dinamika permukaan Bumi. Verstappen dan van Zuidam (1968) mengklasifikasikan bentukan
Lebih terperinciSEDIMENT CHARACTERISTIC AND DISTRIBUTION PATTERN OF WESTERN COAST OF RUPAT STRAIT. By:
SEDIMENT CHARACTERISTIC AND DISTRIBUTION PATTERN OF WESTERN COAST OF RUPAT STRAIT By: Afrizam 1), Rifardi 2), and Irvina Nurrachmi 2) Afrizam.tok@gmail.com Abstract This research was conducted in May 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk mengendalikan aliran sedimen akibat erupsi gunung api. Daerah aliran sungai bagian hulu di sekitar gunung api aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. topografi Indonesia yang kasar dan tidak rata dengan intensitas gempa bumi dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Posisi Indonesia, berdasarkan susunan lempeng tektonik dan pergerakannya, menyebabkan Indonesia berada pada zona dengan aktivitas seismik signifikan (Nakamura,
Lebih terperinciJURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 7, Nomor 1, April 2011 ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN DI KABUPATEN MALUKU TENGAH TEKNOLOGI PROSES PEGARAMAN DI
Lebih terperinciKARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN
KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN May 14 Transpor Sedimen Karakteristika Aliran 2 Karakteristika fluida air yang berpengaruh terhadap transpor sedimen Rapat massa, ρ Viskositas, ν Variabel aliran
Lebih terperinci