BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh pemisah topografi dan memiliki fungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air beserta sedimen dan unsur hara melalui sistem sungai yang kemudian dikeluarkan melalui outlet tunggal. Seyhan (1979) mengemukakan sistem DAS terdapat beberapa komponen meliputi masukan (input), proses (process) dan keluaran (output). Hasil keluaran dari DAS dipengaruhi oleh masukan dan proses yang terjadi dalam DAS. Salah satu proses yang terjadi dalam DAS adalah erosi. Proses awal terjadinya erosi dimulai dari air hujan yang jatuh mengenai permukaan tanah kemudian akan menghancurkan dan melepaskan agregat tanah. Tetes air hujan yang jatuh pada daerah yang terbuka akan secara langsung mengenai permukaan tanah. Pada daerah bervegetasi lebat, air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah karena air hujan yang jatuh akan tertahan oleh vegetasi. Tenaga kinetik hujan merupakan faktor aktif yang menyebabkan terjadinya erosi karena merupakan sumber energi yang akan menyebabkan terlepasnya agregat tanah. Hasil keluaran dari proses erosi yang terjadi dalam DAS akan menghasilkan sedimen dan unsur hara. Besarnya sedimen dan unsur hara dalam aliran sungai yang keluar dari DAS dipengaruhi oleh masukan berupa curah hujan dan energi kinetik, serta proses erosi yang terjadi pada DAS (Seyhan, 1979). Hubungan yang terjadi dalam sistem DAS dapat dilihat Gambar

2 MASUKAN PROSES KELUARAN Curah hujan Proses erosi Air Energi Unsur Hara Dalam DAS Sedimen Gambar 1.1. Hubungan Antara Masukan dan Keluaran Dalam Sistem DAS (Seyhan, 1979) Sedimen merupakan hasil dari keluaran proses erosi yang terjadi dalam suatu sistem DAS. Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi alur, dan erosi parit. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, disaluran air, sungai dan waduk. Asdak (1995) mengemukakan bahwa hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya akan diperoleh dari pengukuran sedimen yang tersuspensi (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk dengan cara melakukan sounding untuk mengetahui perubahan topografi dasar danau. Sedimen yang sering kita jumpai di dalam sungai, baik tersuspensi dan terlarut, adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama faktor iklim. Hasil dari pelapukan batuan induk tersebut berupa partikel-partikel tanah. Akibat pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan, partikel-partikel tanah tersebut dapat terupas dan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai sebagai sedimen transpor. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka berlangsunglah pengangkutan sedimen. Berdasarkan mekanisme pengangkutan sedimen dalam sungai menurut Asdak (1995), sedimen dapat dibedakan menjadi dua yaitu: sedimen melayang (muatan suspensi) dan sedimen dasar (muatan dasar). Sedimen melayang merupakan material terlarut dan tercampur (suspensi) yang gerakannya dipengaruhi oleh aliran turbulensi sungai dan 2

3 terbawa secara tersuspensi. Partikel sedimen ukuran kecil seperti ukuran partikel liat dan debu dapat terangkut aliran aliran air dalam bentuk muatan tercuci (wast load). Sedangkan partikel yang lebih besar antara lain, pasir, misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan gerakan merayap atau menggelinding di dasar sungai sebagai muatan dasar (bedload). Besarnya ukuran sedimen yang terangkut aliran air ditentukan oleh interaksi faktor-faktor sebagai berikut: ukuran butir sedimen yang masuk ke badan sungai/ saluran air, karakteristik saluran, debit, dan karakteristik fisik partikel sedimen. Besarnya sedimen yang masuk sungai dan besarnya debit dipengaruhi oleh: a. Kondisi klimatologi dan hidrologi seperti hujan dan debit aliran sungai. b. Kondisi DAS dan perubahan penggunaan lahan seperti topografi, vegetasi. c. Faktor yang relatif tetap dari DAS sepajang waktu, seperti batuan dan topografi. Interaksi dari masing-masing faktor tersebut di atas akan menentukan besarnya jumlah dan tipe sedimen serta kecepatan pengangkutan sedimen. Pengangkutan sedimen dari tempat yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi, dan pembentukan delta-delta sungai. Dengan demikian, proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan dampak yang merugikan. Dampak menguntungkan karena tingkat tertentu adanya aliran sedimen kedaerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di daerah hilir. Tetapi, pada saat bersamaan aliran sedimen juga dapat menurunkan kualitas perairan dan pendangkalan badan perairan. Dari hasil pengangkutan sedimen dalam aliran sungai dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya erosi dalam DAS. Semakin tinggi jumlah tanah yang tererosi, maka semakin besar muatan sedimen yang 3

4 dihasilkan. Dengan kata lain DAS telah mengalami kerusakan dan memerlukan pengelolaan yang terpadu. Pada penelitian ini akan dikaji mengenai besarnya sedimen transport yang terjadi dalam DAS Krasak yang meliputi sedimen melayang/ muatan suspensi (suspended load) dan muatan dasar (bedload). I.2 Perumusan Masalah Perkembangan topografi pada lereng barat Gunungapi Merapi tergolong sangat dinamik (Sunarto, 1987). Dinamika pada lereng barat salah satunya dipengaruhi oleh terjadi penambahan material letusan Gunungapi Merapi. Material-material letusan gunungapi kemudian masuk dalam suatu sistem sungai yang berpola radial sentrifugal. Sebagian besar material sedimen yang berasal dari letusan Gunungapi merapi mengalir ke arah barat daya. Hal ini karena bentuk morfologi puncak Gunungapi Merapi memiliki bentuk tapal kuda yang membuka ke arah barat daya sehingga dalam setiap letusannya sebagian besar aliran lahar mengalir ke arah barat daya. Salah satu sungai yang terletak di lereng barat Gunungapi Merapi adalah Sungai Krasak. Sungai Krasak merupakan salah satu sungai yang menampung dan mengalirkan material lahar dingin Gunungapi Merapi. Sumber sedimen di Sungai Krasak berasal dari hasil letusan Gunungapi Merapi yang mengendap di lereng-lerengnya. Pada waktu hujan turun, endapan itu menjadi tidak stabil dan mengalir sebagai aliran lahar dingin masuk ke Sungai Krasak yang kemudian masuk ke Sungai Progo dan akhirnya ke Samudera Hindia. Aktivitas Gunungapi Merapi banyak menghasilkan material-material dalam jumlah besar. Selama atau sesudah Gunungapi Merapi meletus yang kemudian disusul dengan hujan lebat, pori-pori batuan sekeliling gunungapi menjadi tertutup material vulkanik yang disebabkan oleh hujan debu maka akan terjadi banjir lumpur dingin atau aliran lahar dingin. Aliran lahar ini 4

5 seringkali menimbulkan bencana bagi masyarakat yang tinggal di wilayah hulu, sehingga untuk mengendalikan arah dan kecepatan aliran lahar pada beberapa penggal sungai dibangun bangunan pengendali sedimen berupa chekdam. Bangunan dam ini sangat digunakan dan berfungsi untuk menanggulangi aliran lahar. Untuk mengatur aliran sedimen agar sungai selalu dalam kondisi seimbang, dan mampu mengalirkan debit banjir dengan aman, maka pemerintah melalui Proyek Penanggulangan Bencana Gunungapi Merapi, Yogyakarta membuat chekdam, yang memiliki fungsi untuk menahan, menampung, dan mengendalikan sedimen agar jumlah sedimen yang mengalir dapat dikurangi volumenya. Selain itu agar bangunan dapat berfungsi dengan baik maka saat kantong sedimen penuh maka diperlukan pengerukan dan pengurasan. Dengan pengurasan ini dapat mengurangi material yang berada didalam kantong lahar seperti dengan cara penambangan dengan syarat-syarat tertentu. Pembangunan pengendalian sedimen di daerah hulu berfungsi untuk menahan laju aliran sedimen. Disamping pembangunan ini memiliki tujuan sebagai pengendali sedimen di daerah hulu juga memiliki dampak negatif terhadap pengangkutan sedimen di daerah hilir. Besarnya pengangkutan sedimen yang terjadi di dalam aliran sungai merupakan fungsi dari pasokan sedimen. Jadi ketika besarnya energi aliran sungai melampaui besarnya pasokan sedimen maka yang akan terjadi adalah degradasi sungai. Sebaliknya, saat pasokan sedimen lebih besar daripada energi aliran sungai maka akan terjadi pendangkalan sungai. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut dapat peneliti rumuskan permasalahan penelitian adalah besar jumlah sedimen yang terangkut kedaerah hilir Sungai Krasak Seiring dengan pesatnya pembangunan di bidang infrastruktur yang salah satu efeknya adalah terjadinya perubahan tata guna lahan mengakibatkan ketidak seimbangan antara angkutan sedimen baik sedimen 5

6 melayang maupun muatan dasarnya sehingga bisa merubah karakteristik aliran pada sungai. Dengan demikian untuk menunjang perencanaan, operasional dan pengembangan sumber daya air dibutuhkan data volume sedimen yang akurat. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian di DAS Krasak dengan judul : Kajian Sedimen Transport Daerah Aliran Sungai Krasak Pasca Erupsi Gunungapi Merapi 2010 I.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. Seberapa besar sedimen tersuspensi yang terangkut aliran Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi Seberapa besar muatan dasar di aliran Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi Bagaimana variasi diameter butir sedimen Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi Seberapa besar jumlah sedimen terangkut di aliran Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi I.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. Menghitung muatan sedimen tersuspensi yang terangkut aliran Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi Mengetahui variasi diameter butir sedimen Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi Mengetahui besarnya muatan dasar di aliran Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi Mengetahui jumlah sedimen terangkut di aliran Sungai Krasak pasca erupsi Gunungapi Merapi

7 I.5 Sasaran Penelitian Sasaran penelitian yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan penelitian adalah: 1. Berat muatan suspensi dalam aliran Sungai Krasak untuk menghitung debit muatan suspensi (Qs) dan sedimen total. 2. Variasi diameter butir sedimen Sungai Krasak untuk menghitung muatan sedimen dasar sungai. 3. Muatan sedimen dasar sungai (T) Sungai Krasak untuk menghitung sedimen total. 4. Sedimen total Sungai Krasak tiap segmen sungai. I.6 Kegunaan Penelitian Pengembangan ilmu pengetahuan 1. Sebagai sarana penerapan teori dan metode ilmu Geografi terutama bidang hidrologi sungai untuk menyelesaikan permasalahan yang ada; 2. Sebagai sumbang saran bagi instansi-instansi yang terkait dengan masalah sedimen, dalam usaha penataan kembali bagi lingkungan fisik maupun non fisik dan sebagai wacana untuk penentuan prioritas penanganan pada bangunan-bangunan yang terganggu stabilitasnya I.7 Tinjauan Pustaka I.7.1 Telaah pustaka Daerah Aliran sungai (DAS) mempunyai karakteristik yang spesifik yang dipengaruhi oleh sifat tanah, penggunaan lahan, topografi, dan relief. Karakteristik DAS akan merespon curah hujan dan dapat memberi pengaruh terhadap proses-proses yang terjadi 7

8 dalam DAS, diantaranya : evapontranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian, air permukaan, kandungan airtanah, dan aliran sungai (Asdak, 1995) Sedimen merupakan material atau fragmen yang terangkut melalui proses transportasi yang kemudian mengalami proses pengendapan (sedimentasi) yang dipengaruhi oleh tenaga air atau angin (Cow, 1964). Hasil sedimen (Sedimenyield)merupakan hasil total dari suatu proses sedimentasi yang terjadi dalam suatu DAS. Selain itu sedimen juga diendapkan dari material yang melayang didalam air. Pengertian sedimen adalah hasil proses erosi,baik erosi permukaan, erosi parit, atau tanah lainya (Asdak, 2002). Analisis diameter butir / granulometri adalah salah satu komponen yang digunakan dalam perhitungan jumlah sedimen dasar. Analisa granulometri merupakan suatu metode analisa yang menggunakan ukuran butir sebagai materi analisa. Dalam analisis ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran ratarata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis. Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode statistik menghasilkan nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva sedangkan metode grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik. Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ratarata ukuran butir panjang disebut sortasi jelek. Besar butir rata-rata 8

9 merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal pasir kasar, pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga menunjukkan kecepatan turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi sedimen. Berdasarkan mekanisme pengangkutan sedimen menurut Burgh (1972), sedimen yang terangkut oleh aliran sungai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : sedimen melayang (muatan suspensi) dan sedimen dasar (muatan dasar). Sedimen melayang merupakan material tercampur yang gerakannya dipengaruhi oleh aliran turbulensi sungai dan terbawa secara tersuspensi. Muatan suspensi merupakan hasil erosi permukaan atau erosi erosi tebing sungai yang terbawa oleh aliran dengan cara tersuspensi. Muatan suspensi tersusun oleh partikel halus seperti debu dan tanah yang terangkut oleh aliran sungai dalam bentuk terlarut. Sedangkan sedimen dasar merupakan material yang meloncat, menggelinding, atau menggeser pada dasar sungai. Muatan material dasar merupakan bagian dari debit sedimen sungai yang terdiri atas material yang dapat diukur dan diperhitungkan kuantitasnya, muatan yang terbawa tergantung dari kapasitas aliran dan dapat merupakan muatan dasar maupun muatan dasar yang bersamaan dengan muatan suspensi. Wash load merupakan bagian dari debit sedimen sungai yang ukuran materialnya tidak dapat diperhitungkan di dalam muatan sedimen. Pengangkutan dari material mudah dalam jumlah besar tetapi tidak langsung berhubungan dengan kapasitas transportasi dan aliran yang hanya merupakan muatan suspensi. Muatan material dasar yang dijumpai pada dasar saluran dan muatan bilas (wash load) terdiri atas partikel yang lebih kecil yang dijumpai pada dasar saluran. Muatan hanyutan terdiri dari material yang hanyut kedalam sungai pada waktu turun hujan dan yang biasanya berjalan melalui sistemnya. Muatan sedimen 9

10 melayang (suspensi) pada saat tertentu sebagai muatan dasar yang berada pada bagian dasar sungai. Muatan sedimen melayang umumnya hanyut terbawa aliran, semakin kedasar sungai kosentrasinya semakin besar. Cara yang lazim digunakan untuk mengukur besarnya sedimen adalah dengan memperhitungkan berdasarkan data muatan suspensi dan debit sungai (Prapto Suharsono, 1998). Analisa-analisa menyertakan penentuan distribusi, ukuran butir mineral, berat atau analisa kimia berguna dalam menggambarkan sumber asal dari sedimen (Linsley,1985) Sedimen yang sering dijumpai di dalam sungai baik yang terlarut maupun tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama perubahan iklim (Asdak, 1995). Sedimen bergerak dalam sungai sebagai sedimen tersuspensi dalam air yang mengalir dan sebagai muatan dasar yang bergeser atau menggelinding sepanjang dasar saluran. Bentuk yang lain yaitu saltasi untuk menjelaskan gerakan partikel yang kelihatannya mempelanting sepanjang dasar (Linsley, 1985). Aktivitas Gunungapi Merapi menghasilkan material yang berupa material-material letusan yang salah satunya disebut piroklastis terendapkan pada daerah lereng gunungapi. Menurut Bamelen dalam Widiyanto (1999), kegiatan Gunungapi Merapi dapat dibedakan menjadi dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan Merapi tua yang berlangsung sebelum tahun 1006 dan kegiatan Merapi muda yang berlangsung sesudah tahun Tubuh Gunungapi Merapi sekarang ini, dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu bagian lerang timur yang didominasi oleh hasil kegiatan Merapi tua, lereng bagian barat yang didominasi oleh hasil kegiatan Merapi muda serta lereng bagian 10

11 selatan dan utara yang merupakan hasil peralihan kegiatan Merapi Tua dan Merapi Muda. Sabo merupakan suatu sistem penanggulangan bencana alam yang diakibatkan proses sedimentasi dan erosi, pengendalian lahar hujan dan pelayanan tanah longsor (JICA, 1999). Sejak dimulai pekerjaan sabo di wilayah Gunungapi Merapi dengan tujuan untuk mengurangi agradasi dasar sungai. Namun demikian dengan bertambahnya bangunan pengendali sedimen diwilayah Gunungapi Merapi, proses penurunan dasar sungai atau degradasi terus berlanjut. Selain itu penambangan bahan galian C secara besar-besaran oleh penduduk dan pengusaha mengakibatkan percepatan degradasi dasar sungai baik di sungai-sungai yang berhulu di Gunungapi Merapi maupun sungai-sungai utama Kali Progo dan Opak (Sumaryono, 2002) Kapasitas sisa tampungan sedimen dari bangunan sabo pada anak-anak sungai Kali Progo dan Kali Opak masih sangat besar. Kapasitasnya mencapai 25 juta m3. Bila terjadi aliran debris atau lahar, maka seluruh sedimen akan tertampung pada bangunan sabo. Kondisi ini mengakibatkan pasokan sedimen ke Kali Progo dan Kali Opak menjadi sangat kecil bahkan hampir tidak ada. Hal ini mengakibatkan terjadi degradasi disepanjang alur kedua sungai tersebut. Selain itu penambangan bahan galian golongan C akan mempercepat proses degradasi sungai bila tidak segera diatur dan dikendalikan. (Sumaryono, 2002). 11

12 I.7.2. Telaah penelitian sebelumnya. 1. Margiono (1999) melakukan penelitian mengenai pengaruh penambangan sedimen dan keberadaan bangunan chekdam terhadap perubahan morfologi sungai. Lokasi penelitian adalah pada Kali Senowo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran data primer dan sekunder dengan teknik analisisnya berupa analisis laboratorium dan analisis matematis seperti pengukuran terhadap tinggi muka air, penampang memanjang dan melintang sungai. Analisis dilakukan terhadap muatan suspensi dan muatan dasar, serta melakukan perhitungan debit sedimen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. debit sedimen total yang masuk lebih kecil daripada total sedimen yang keluar. Kondisi yang demikian menyebabkan perubahan degradasi pada dasar sungai. Perubahan dasar sungai ini dapat dilihat dari perubahan yang tampak pada penampang melintang sungai sebelum dan sesudah dibangunnya bangunan chekdam. b. proses fluvial yang terjadi antara lain adalah meningkatnya erosi mundur dan erosi lateral pada tebing sungai. Proses fluvial lain yang terjadi adalah bahwa perubahan aliran laminer menjadi aliran turbulen sebagai akibat terombaknya material tidak kompak dan yang tersisa batuan andesit, pembentukan pola dasar sungai teranyam pada hulu chekdam yang mengalami agradasi akibat halusnya material yang terendapkan. 2. Tito Raditya Arya Wicaksono (2003) melakukan penelitian mengenai Hubungan Muatan Suspensi Dengan Karakteristik Aliran Di SUB-DAS Ngrancah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya muatan suspensi (Sy) yang terangkut 12

13 bersama aliran Sungai Ngrancah berdasarkan karakteristik alirannya, yang meliputi debit puncak (QP) dan volume direct runoff (volume DRO). Hubungannya tersebut kemudian digambarkan dengan model matematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan backward untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu karakteristik aluran (Qp dan volume DRO) dengan muatan suspensi (Sy) sebagai variabel terpengaruh. Hasil analisis regresi linier berganda diperoleh model matematis, yaitu : Sy = 0, Volume DRO 2,624. Dibandingkan dengan variabel debit puncak (Qp), maka variabel volume DRO memiliki pengaruh yang nyata terhadap muatan suspensi (Sy). Berdasarkan analisis Paired t-tes Sampler diketahui bahwa besarnya muatan suspensi (Sy) dari hasil perhitungan menggunakan model matematis yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan besarnya muatan suspensi (Sy) dari hasil observasi. Sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghitung besarnya muatan suspensi (Sy) berdasarkan nilai DRO. 3. Sumaryono pada tahun 2002 melakukan penelitian tentang Dampak Penanggulangan Bencana Sedimen Terhadap Kelestarian Sumber Daya Air. Methode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini menggunakan methode Observasi dan Survei. Penelitian ini menghasilkan antara lain : a. Bangunan Pengendali Sedimen yang ada di DPS Sungai Progo dan Sungai Opak kapasitas tampungan maksimum masih belum tercapai. Hal ini disebabkan oleh aliran debris yang berasal dari deposit piroklastik tidak terlalu banyak dan hampir diseluruh sungai terdapat kegiatan penambangan galian C. 13

14 b. Bangunan sungai mengalami gerusan lokal selain itu karena kapasitas tampungan sedimen masih sangat besar maka aliran lahar akan tertampung pada bangunan sabo. c. Degradasi dasar Sungai Progo dan Sungai Opak disebabkan oleh berkurangnya pasokan sedimen dari Gunungapi Merapi, penambangan bahan galian golongan C yang kurang terkendali. d. Banjir tahunan selalu menggenangi lahan disekitar muara Sungai Progo yang diakibatkan oleh buruknya sistem drainase dan muka air sungai lebih tinggi dari elevasi lahan. Tabel 1.1. menyajikan perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. 14

15 Tabel 1.1. Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan penulis No Nama Tahun Judul Tujuan Methode Teknik Analisis 1 Margiono 1999 Pengaruh Chekdam dan 2 Tito Raditya A.W Penambangan Pasir terhadap Morfologi Sungai Senowo, Magelang, Jawa Tengah 2003 Hubungan Muatan Suspensi Dengan Karakteristik Aliran Di SUB-DAS Ngrancah 3 Sumaryono 2002 Dampak Penanggulangan 4 Gani Rachman P Bencana sedimen Terhadap Kelestarian Sumber Daya Air 2013 Kajian Sedimen Transport Daerah Aliran Sungai Krasak Pasca Erupsi Gunungapi Merapi Mengetahui, mengevaluasi, menganalisis distribusi sedimen yang mengalir disetiap bangunan chekdam serta data volume penambangan pasir di Sungai Senowo 2. Menganalisis perubahan sebelum dan sesudah dibangun bangunan chekdam terhadap morfologi Sungai Senowo. 1. Mengukur berat muatan suspensi yang terbawa oleh aliran Sungai Ngrancah. 2. Menganalisis hubungan berat muatan suspensi dengan karakteristik aliran yang meliputi debit puncak dan volume DRO 1. Mengkaji dampak yang diakibatkan oleh penanggulangan bencana terhadap kelestarian sumberdaya air. 2. Mengetahui cara-cara mengatasi dampak penurunan kelestarian sumber daya air 1. Mengukur sedimen muatan suspensi dan muatan dasar di Sungai Krasak. 2. Mengetahui Jumlah sedimen transport yang terjadi di aliran Sungai Krasak Survei 1. Matematis dan statistik untuk analisis Observasi Survei Observasi Survei dan dan sedimen 2. Komparatif terhadap: a. Penampang melintang b. Penampang memanjang 1. Analisis Debit Puncak aliran 2. Analisis regresi linier 3. Analisis Paired t-tes Sampler Analisis diskriptif, terhadap: Bangunan sungai, sabo dan tanggul sungai Survei 1. Methode pendekatan Matematis dan statistik untuk analisis muatan suspensi (Qs), muatan dasar (T) dan debit sedimen total (Qst) 2. Hasil penelitian menunjukkan: 1. Debit suspensi 20662,65ton/tahun. 2. Distribusi material masuk klasifikasi kelas pasir menengah 3. Muatan dasar mencapai 128,56 ton/tahun 4. sedimen total DAS Krasak mencapai besaran 159,45 m³/km²/tahun. 15

16 I.8 Kerangka Pemikiran Erosi adalah suatu proses yang terdiri dari penguraian massa tanah menjadi partikel-partikel tunggal dan pengangkutan partikelpartikel tersebut oleh tenaga transportasi. Erosi air dipengaruhi oleh daya dispersi dan daya transportasi air pada waktu hujan turun. Daya dispersi (daya air memisahkan tanah) terjadi karena agregat tanah yang terpecah menjadi butiran tanah terdispersi yang disebabkan oleh tetes-tetes hujan dan mengakibatkan butiran tanah tersebut menjadi partikel-partikel yang lebih halus. Aktivitas Gunungapi Merapi banyak menghasilkan materialmaterial yang sangat besar jumlahnya. Material ini membentuk endapan lahar atau piroklastik. Saat hujan jatuh pada deposit ini maka akan menimbulkan erosi pada permukaan lapisan deposit ini maka akan terjadi luruhan debris yang bersifat massal atau mass movement yang memasuki alur sungai. Debris ini akan terus mengalir sebagai sedimen luruhan di dalam alur sungai menuju ke daerah hilir. Guna mengendalikan arah dan kecepatan aliran lahar pada beberapa bagian sungai dibangun pengendali sedimen berupa chekdam untuk menanggulangi aliran sedimen. Pembangunan ini akan menyebabkan transpor sedimen yang seharusnya langsung menuju laut akan terhalang atau terhambat oleh adanya bangunan dam. Selain itu juga penambangan yang dilakukan masyarakat didaerah aliran sungai maupun didaerah chekdam semakin besar bahkan tidak terkendali sehingga mengakibatkan tidak terjadi keseimbangan antara input dan output transport material sedimen. Daya transportasi merupakan daya angkut material yang mengalir bersama aliran permukaan. Muatan sedimen yang terbawa bersama aliran permukaan dapat berupa muatan dasar dan muatan suspensi. Muatan dasar, pergerakan dari materialnya dengan jalan meloncat, menggelinding atau menggeser pada dasar sungai. 16

17 Sedangkan muatan suspensi, pergerakan dari materialnya dipengaruhi oleh aliran turbulensi dari hulu dan terbawa secara tersuspensi. Besarnya transport sedimen yang terjadi di dalam aliran sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen. Jadi ketika besarnya energi aliran sungai melampaui besarnya suplai sedimen maka yang akan terjadi adalah degradasi sungai. Pada sebaliknya, saat suplai sedimen lebih besar daripada energi aliran sungai maka akan terjadi agradasi sungai. Semakin besar muatan suspensi dan muatan dasar yang terbawa oleh debit aliran sungai maka akan semakin besar pula sedimen total yang akan tertransport. Gambar 1.2. menunjukkan diagram penelitian secara lengkap. 17

18 Data Tinggi Muka Air Data Debit Data Ukuran Bendung Sampel air Analisis Laboratoriu m Sampel Material Dasar Analisis Laboratoriu m Data Karakteristik Aliran : Tma 1. Lebar Sungai 2. Gradien Sungai 3. Berat Jenis 4. Radius hidrolik Kadar Suspensi Diameter Butir d50 dan d90 Perhitungan Matematik Muatan Dasar (T) Debit Suspensi (Qs) Debit Muatan Dasar Keterangan: Debit Sedimen Total (Qst) = Input = Proses = Output Gambar 1.2. Diagram Alir Penelitian 18

19 I.9 Batasan Istilah Aliran langsung adalah bagian dari limpasan permukaan yang segera masuk ke sungainsetelah hujan turun DAS secara fisik didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh pemisah alam (punggung bukit) yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui sungai utama dan keluar pada satu titik outlet. (Yudistira, 2008) Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Arsyad, 1989) Lengkung aliran adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran (Suwarno, 1982) Lengkung suspensi adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara debit muatan suspensi dengan debit aliran (Linley, 1982) Muatan dasar adalah partikel-partikel sedimen yang bergerak secara menggelinding, meluncur, atau meloncat pada dasar sungai (Shen, 1971) Muatan suspensi adalah partikel-partikel sedimen yang bergerak diatas muatan dasar dan terangkut dengan cara tersuspensi. (Shen, 1971) Sebaran airtanah sangat dipengaruhi oleh susunan batuan dan formasi batuan yang ada.(sutikno, 2004) Sedimen adalah fragmen-fragmen material yang terangkut, kemudian fragmen-fragmen material tersebut akan diendapkan oleh tenaga air atau angin (Linsley, 1949) 19

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. Sungai Sungai merupakan jalan air alami dimana aliranya mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Menurut Soewarno (1991) dalam Ramadhan (2016) sungai

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian Hulu ke bagian Hilir suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu

Lebih terperinci

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK Ella Prastika Erlanda 1), Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2), Erni Yuniarti 3) Abstrak Peristiwa sedimentasi atau pengendapan partikel-partikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedimen merupakan hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air.sedimentasi merupakan akibat dari adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai letak sangat strategis, karena terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan juga terletak

Lebih terperinci

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Endyi 1), Kartini 2), Danang Gunarto 2) endyistar001@yahoo.co.id ABSTRAK Meningkatnya aktifitas manusia di Sungai Jawi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bencana sedimen didefinisikan sebagai fenomena yang menyebabkan kerusakan baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan, melalui suatu

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rutsasongko Juniar Manuhana rutsasongko@gmail.com Suprapto Dibyosaputro praptodibyo@gmail.com Abstract Rivers are media for sediment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works PENGENDALIAN SEDIMEN Aliran debris Banjir lahar Sabo works 29-May-13 Pengendalian Sedimen 2 Aliran Lahar (Kawasan G. Merapi) G. Merapi in action G. Merapi: bencana atau berkah? G. Merapi: sabo works 6-Jun-13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

STUDI KASUS IMBANGAN ANGKUTAN SEDIMEN DI KALI PUTIH

STUDI KASUS IMBANGAN ANGKUTAN SEDIMEN DI KALI PUTIH STUDI KASUS IMBANGAN ANGKUTAN SEDIMEN DI KALI PUTIH Rizal Gunawan 1, Darmono 1, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT-UNY darmono@uny.ac.id ABSTRACT This study aims to find out the volume

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

EROSI DAN SEDIMENTASI

EROSI DAN SEDIMENTASI EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai

Lebih terperinci

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N MONEV TATA AIR DAS PERHITUNGAN SEDIMEN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang di bawahnya dari bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di dalam proses

Lebih terperinci

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 Dian Eva Solikha trynoerror@gmail.com Muh Aris Marfai arismarfai@gadjahmada.edu Abstract Lahar flow as a secondary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

07. Bentangalam Fluvial

07. Bentangalam Fluvial TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 07. Bentangalam Fluvial Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Diantara planet-planet sekitarnya, Bumi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Solo, November 2014 Kepala Balai. Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP

KATA PENGANTAR. Solo, November 2014 Kepala Balai. Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP ISBN 978-602-72699-1-0 KATA PENGANTAR Dampak pemanfaatan lahan yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air dapat mengakibatkan penurunan penutupan vegetasi, peningkatan erosi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI Jazaul Ikhsan 1, Arizal Arif Fahmi 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengembangan sumber daya air merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang berbagai sektor pembangunan seperti pertanian, industri, penyediaan sumber energi disamping

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk mengendalikan aliran sedimen akibat erupsi gunung api. Daerah aliran sungai bagian hulu di sekitar gunung api aktif

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan bencana Merapi merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di Indonesia. Bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sedimentasi Menurut Anwas, (1994) Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan

Lebih terperinci

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS Rahardyan Nugroho Adi dd11lb@yahoo.com BPTKPDAS PENGERTIAN Sedimentasi adalah proses perpindahan dan pengendapan erosi tanah, khususnya hasil erosi permukaan dan erosi parit. Sedimentasi menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR Diajukan Oleh : RISANG RUKMANTORO 0753010039 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG Suroso, M. Ruslin Anwar dan Mohammad Candra Rahmanto Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah dataran yang dibatasi oleh punggung bukit yang berfungsi sebagai daerah resapan, penyimpanan air hujan dan juga sebagai pengaliran

Lebih terperinci

: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan

: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun tersebut berada, sehingga hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal 08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Progo adalah salah satu sungai vulkanik dengan jalur aliran yang akan dilewati oleh aliran lahar yang berasal dari G. Merapi yang berlokasi di Kabupaten Dati

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 1. PENGERTIAN Waduk dibangun dengan membendung ( Impounding ) sebagian dari aliran permukaan (run-off) pada daerah pengaliran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 6 BAB III LANDASAN TEORI A. Prasarana Sungai Prasarana adalah prasarana yang dibangun untuk keperluan pengelolaan. Prasarana yang ada terdiri dari : 1. Bendung Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Profil Daerah Aliran Sungai Lokasi dan Geografis. Sumatera Utara yang memiliki luas km 2. Hingga Desember 2012,

TINJAUAN PUSTAKA. Profil Daerah Aliran Sungai Lokasi dan Geografis. Sumatera Utara yang memiliki luas km 2. Hingga Desember 2012, TINJAUAN PUSTAKA Profil Daerah Aliran Sungai Lokasi dan Geografis Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu dari tujuh kota di Sumatera Utara yang memiliki luas 41.453 km 2. Hingga Desember 2012, Kota Tebing

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawat bronjong merupakan salah satu material yang saat ini banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan konstruksi terutama untuk konstruksi perkuatan, misalnya untuk perkuatan

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau

Lebih terperinci

PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH. Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2

PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH. Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2 PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA ) 1 MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA ) Tiny Mananoma Mahasiswa S3 Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Djoko

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Pada daerah aliran sungai terdapal berbagai macam penggunaan lahan, misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.1.1 Data Umum DAS Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi, air juga merupakan kebutuhan dasar manusian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan kemiringan lereng yang bervariasi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau yang dapat menampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejalan dengan hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan persediaan air yang berlebihan dimusim penghujan dan kekurangan dimusim kemarau. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Letusan Gunung Merapi Gunung Merapi adalah gunung berapi yang berada di bagian tengah Pulau Jawa dengan ketinggian puncak 2.968 m dan merupakan salah satu gunung api teraktif

Lebih terperinci

Sumber : geosetia.blogspot.com Gambar 3.1 Morfologi Sungai

Sumber : geosetia.blogspot.com Gambar 3.1 Morfologi Sungai BAB III LANDASAN TEORI A. Morfologi Sungai Morfologi (Morpologie) berasal dari kata yunani yaitu morpe yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu, dengan demikian maka morfologi berarti ilmu yang

Lebih terperinci