LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PERAWATAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA BERBASIS AGRICULTURAL NURSING TIM PENGUSUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PERAWATAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA BERBASIS AGRICULTURAL NURSING TIM PENGUSUL"

Transkripsi

1 1 Kode/Bidang Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PERAWATAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA BERBASIS AGRICULTURAL NURSING TIM PENGUSUL NAMA: NIDN: Ns. Tantut Susanto, M.Kep. Sp.Kep.Kom Ns. Retno Purwandari, S.Kep., M.Kep UNIVERSITAS JEMBER PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NOVEMBER 2015

2 2

3 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR SKEMA.. v DAFTAR LAMPIRAN... vi ABSTRAK.. vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian.. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pertanian dan Permasalahan Kesehatan petani Berdasarkan Pendekatan Agricultural Nursing BAB Tujuan Penelitian Manfaat penelitian 15 BAB 4 BAB 5 BAB 6 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Alat Pengumpul Data Prosedur Pengumpulan Data Etika Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Hasil Pembahasan RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 38 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran.. 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

4 4 DAFTAR SKEMA Halaman Skema 3.1 Kerangka Kerja Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keselamatan Kerja 12 (PK3) Berbasis Agricultural Nursing Multi Tahun

5 5 Lampiran 1 Lampiran 2 Kuesioner penelitian Foto kegiatan DAFTAR LAMPIRAN

6 6 RINGKASAN Mayoritas angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor informal pedesaan seperti di sektor pertanian, sehingga perlu dilakukan pendekatan Perawatan Kesehatan Keselamatan Kerja (PK3) berbasis perawatan kesehatan primer untuk sektor informal seperti pertanian. Rendahnya kesadaran petani akan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan fakta yang terjadi pada saat ini. Masalah mengenai kurangnya kesadaran mengenai K3 bukan hanya masalah pekerja, karena pada kenyataannya, didapatkan data bahwa seluruh lapisan masyarakat pada umumnya memiliki kesadaran yang rendah akan keselamatan dan kesehatan kerja. Model PK3 berbasis agricultural nursing dirancang dan diaplikasikan dalam upaya meningkatkan kemampuan petani dan kelompok tani dalam melakukan program PK3 berbasis agricultural nursing untuk mengatasi masalah kesehatan pekerja di sektor pertanian Kabupaten Jember. Target pencapaian dari program ini adalah adanya model perawatan kesehatan keselamatan kerja petani yang bersifat santun petani (farmer s friendly), peningkatan kemampuan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan), dan kemandirian petani dalam mengatasi masalah kesehatan petani secara primer, dan melakukan prevensi secara primer, sekunder, dan tersier Kabupaten Jember, sehingga akan terbentuk suatu model pelayanan kesehatan PK3 berbasis agricultural nursing. Metode penelitian melalui Tindakan Sosial dengan rancangan the randomized control two group design with pretest dan postest. Penelitian akan dilakukan selama 2 tahun, yaitu untuk tahun pertama untuk identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan petani, identifikasi permasalahan kesehatan petani, identifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan petani berdasarkan pendekatan agricultural nursing, dan tersusunnya rancangan model pelayanan kesehatan PK3 berbasis agricultural nursing. Tahun kedua mulai implementasi model melalui pelaksanaan program melalui prevensi primer, prevensi sekunder, dan prevensi tersier dari program PK3 dengan penggunaan terapi modalitas dan terapi komplementer bagi petani dalam pencapaian kemampuan perawatan dan kemandirian petani. Tahun ketiga merupakan aplikasi program model PK3 berbasis agricultural nursing, tahun ketiga direncanakan apabila model yang dihasilkan pada tahun kedua mendapatkan HAKI. Penelitian pada tahun pertama dilakukan bersama mahasiswa dalam kegiatan penelitian skripsi untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan permasalahan kesehatan petani. Hasil penelitian pertama akan berupa data hasil kajian sehingga akan dapat dirumuskan permasalahan untuk penggunaan model pelayanan kesehatan PK3 dan akan didesiminasikan dalam jurnal penelitian. Penelitian kedua dilakukan oleh peneliti melalui kerja sama dengan kelompok tani dan puskesmas dalam penyiapan segala sumber daya untuk menghasilkan suatu model PK3 berbasis agricultural nursing. Kegiatan dilakukan dalam pelatihan dan pembentukan kelompok-kelompok sehat petani di masyarakat. Pada tahun ketiga akan dilakukan aplikasi dari model yang telah terbentuk pada tahun kedua dengan bekerja sama dengan Kelompok Tani, Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian di Kabupaten Jember. Keywords: Perawatan kesehatan keselamatan kerja, Agricultural nursing, Petani

7 7 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) (2012), dominasi penggunaan lahan di wilayah Kota Jember adalah kegiatan pertanian yakni seluas 5.099,283 Ha atau 51,47% dari total luas wilayah kota. Tanah perkebunan seluas 1.477,9 Ha atau 14,92%, perumahan seluas 2.679,655 Ha atau 27,05%, kolam ikan seluas 1,0 Ha atau 0,01 % dan penggunaan tanah lain-lainnya seluas 416,415 Ha atau 4,20%. Pertanian dilihat sebagai suatu yang potensial dalam kontribusinya terhadap perekonomian di Indonesia dan juga dinilai dapat memiliki berbagai macam resiko kesehatan dalam pelaksanaan, hal tersebut dikarenakan pekerjaan petani masih belum memiliki standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2012, struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2012 tidak mengalami perubahan, dimana sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan, dan sektor industri secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar tenaga kerja Indonesia. Bekerja di bidang keuangan sebanyak 2,78%, transportasi dan komunikasi 5,20%, konstruksi 6,10%, industri 14,21%, perdagangan 24,02%, dan pertanian 41,20%. Pertanian berada pada peringkat pertama, dimana pertanian adalah pekerjaan di sektor informal. Pekerja sektor informal membutuhkan lebih banyak perhatian, di samping upaya untuk meningkatkan kesadaran akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dalam bidang pertanian, kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumberdaya manusia yang ada. Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja, hal ini berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja maupun penyakit akibat lingkungan kerja. Riset yang dilakukan International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa, rata-rata 2,2 juta orang meninggal per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. (ILO, 2003; dalam Suardi, 2005).

8 8 Hasil kajian tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) dalam perekonomian informal di Indonesia. Pekerja dalam perekonomian informal di Indonesia dilaporkan menderita malnutrisi, penyakit akibat parasit (misalnya cacingan), asma, alergi kulit, kanker, keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang, gangguan saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening, dan penyakit darah. Risiko bahaya yang dihadapi di tempat kerja antara lain meliputi kebisingan, vibrasi, radiasi panas, kurangnya pencahayaan, pemasangan alat berbahaya tanpa menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk aspek keselamatan, menghirup debu dan terkena bahan kimia berbahaya, serta ergonomik yang buruk (Joedoatmodjo, 1999; dalam Markkanen, 2004). Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja, sehingga penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease diartikan sebagai penyakit yang dibuat oleh manusia sendiri dalam proses bekerja yang dilakukan (Silalahi, 2006). World Health Organization (WHO), 1985; dalam Sulaksmono, 2009) menjelaskan penyakit akibat kerja adalah keterkaitan antara faktor penyebab dalam timbulnya penyakit kerja dan sepenuhnya dipastikan faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi, diukur, dan dikendalikan. Penyakit akibat kerja dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan fisik, golongan kimiawi, golongan biologi, golongan psikologis, dan golongan fisiologis. Penyakit akibat kerja yang paling sering terjadi berdasarkan The Labour Force Survey (LFS) U.K ( ) adalah musculoskeletal disorder. Kasus musculoskeletal disorder sebesar dengan menyerang punggung sebesar kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher kasus, dan anggota tubuh bagian bawah kasus. Dari beberapa jenis pekerjaan, pertanian dapat menimbulkan seluruh aspek keselamatan kerja dan risiko kerja. Resiko kerja yang paling sering terjadi meliputi semua jenis nyeri otot akibat keseleo atau terkilir karena mengangkat dan membawa beban, melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, dan bekerja dengan postur tubuh yang salah, dan berbagai masalah psikososial (Markkanen, 2004). Mayrika, et al (2009), menyebutkan sekitar 90% dari seluruh nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam

9 9 bekerja. Data penelitian menunjukkan, dalam satu bulan rata-rata 23% pekerja tidak bekerja dengan benar dan absen kerja selama delapan hari dikarenakan sakit pinggang. Berdasarkan hasil survei tentang akibat sakit leher dan pinggang, produktivitas kerja dapat menurun menjadi sebesar 60%. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan (Zaenal, et al, 2008). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan aspek penting sebagai penunjang kesejahteraan dan peningkatan produktifitas kerja dari tenaga kerja atau masyarakat. Keselamatan dan kesehatan kerja dinilai dapat mengurangi resiko munculnya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di terapkan dalam bentuk Unit Kesehatan Kerja (UKK) di setiap puskesmas. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah program yang dibuat pekerja atau pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Lestari, 2007). Pendekatan Perawatan Kesehatan dan Keselamtan Kerja (PK3) berbasis agricultural nursing yang bertujuan untuk peningkatan pelayanan kesehatan kerja untuk lebih diarahkan pada partisipasi masyarakat. Pendekatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan untuk membentuk atau mendirikan unit perawatan kesehatan primer dalam masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menyusun suatu model pelayanan perawatan kesehatan dan keselamatan kerja berbasis agricultural nursing, sehingga dengan adanya Model Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PK3) berbasis agricultural nursing, petugas kesehatan khususnya perawat di puskesmas diharapkan mampu melakukan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif penyakit akibat kerja bagi pekerja di sektor pertanian di wilayah Jember dalam mencapai kesehatan dan kesejahteraan petani menuju kualitas hidup yang lebih baik.

10 Permasalahan Penelitian Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Apakah permasalahan kesehatan petani? b. Apakah faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan petani? c. Apakah kebutuhan kesehatan yang dibutuhkan petani berdasarkan pendekatan agricultural nursing? d. Bagaimanakah bentuk model Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PK3) berbasis agricultural nursing?

11 11 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja (Occupational health nursing) adalah keperawatan yang berfokus pada promosi, perlindungan dan rehabilitasi kesehatan pekerja dalam konteks lingkungan kerja yang kondusif, serta pencegahan penyakit dan cedera yang berhubungan dengan pekerjaan. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai ruang lingkup yang meliputi interpretasi dan evaluasi riwayat medis pekerja, memberikan perawatan pasien secara langsung, manajemen kasus dan perawatan primer untuk penyakit akibat kerja dan non-kerja dan cedera, kesehatan penilaian bahaya, analisis dan melakukan pengelolaan penyakit akibat kerja dan cedera. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja telah dikembangkan dan diterapkan dalam berbagai bidang pertanian (Effendi, 2009). Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian berfokus pada promosi, pencegahan penyakit akibat pertanian dan rehabilitasi bagi petani untuk mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif bagi petani. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian mempunyai kegiatan utama yang meliputi identifikasi dan pencegahan penyakit yang berhubungan dengan akibat pertanian. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian menggunakan metode surveilans yang berbasis kasus yang menjadi dasar dalam identifikasi faktor risiko kerja dan program yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan petani (Oakley, 2008). Occupational Health Nursing (Keperawatan Kesehatan kerja) merupakan salah satu cabang ilmu dari keperawatan kesehatan masyarakat yang berfokus pada pencegahan penyakit pada populasi pekerja. Bidang ilmu ini mempertimbangkan hubungan antara pekerjaan dengan kesehatan pekerja. Hal ini juga berhubungan dengan lingkungan kerja yang dapat berefek langsung pada status kesehatan pekerja (Oakley, 2008). Upaya kesehatan kerja merupakan suatu usaha untuk menyelaraskan antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri ataupun masyarakat. upaya ini berfokus pada tindakan

12 12 mengidentiikasi permasalahan, mengevaluasi dan melakukan pngendalian permasalahan. Sasaran dalam upaya kesehatan kerja ini adalah pekerja sebagai aspek manusia dan aspek kesehatan pekerja itu sendiri (Chandra, 2006). Kapasitas, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen penting dalam keselamatan kerja. Semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling beriteraksi. Kapasitas kerja yang baik, seperti status kesehatan pekerja, serta kemampuan fisik yang baik dapat menjamin bahwa pekerja dapat melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Hal ini juga dapat meminimalkan adanya beban kerja yang berlebihan pada pekerja (Winarsunu, 2008). Tujuan penerapan keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan melalui penyelarasan antara aspek pekerja yang meliputi beban kerja dan kapasitas pekerja dengan aspek lingkungan kerja. Tujuan penerapan keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial. mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan dan kondisi lingkungan kerja dan memberikan pekerjaan, perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari ancaman bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan dan memelihara dan menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja (Hariandja, 2003). Fungsi perawat OHN (Occupational Health Nursing) tergantung pada kebijakan yang diterapkan dalam hal ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah yang dipekerjakan di tempat kerja. Upaya yang harus dilaksanakan dalam perawat sesuai dengan fungsi perawat OHN (Occupational Health Nursing) adalah membuat program layanan kesehatan untuk pekerja dengan persetujuan pimpinan di tempat kerja. Program layanan kesehatan yang sesuai dengan kebijakan tempat kerja akan dapat menguntungkan pekerja (George, 2009). Fungsi perawat OHN (Occupational Health Nursing) berfokus pada penerapan asuhan keperawatan pada pekerja dan lingkungan sekitar pekerja. Fungsi perawat meliputi melakukan pengkajian masalah kesehatan yang didasarkan oleh respon pekerja, menyusun rencana keperawatan pekerja, melakukan intervensi berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun dan

13 13 melakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah dilakukan. Semua fungsi perawat tersebut harus dilakukan secara runtut (Brooker, 2008). Tugas perawat OHN (Occupational Health Nursing) merupakan hal yang harus dilakukan oleh perawat yang terkait dengan perawatan, pengobatan, administrasi, dan tugas pendidikan. Tugas perawat OHN (Occupational Health Nursing) lebih bersifat kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat OHN (Occupational Health Nursing), meliputi mengawasi lingkungan pekerja, memelihara fasilitas kerja yang berada di tempat kerja, membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja, membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja, merencanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang memiliki masalah kesehatan dan ikut berperan dalam memberika pendidikan keselamatan kesehatan kerja kepada pekerja (Bastable, 2002). 2.2 Pertanian dan Permasalahan Kesehatan Petani Berdasarkan Pendekatan Agricultural Nursing Pertanian merupakan kegiatan manusia yang menyangkut proses produksi menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, mengembangan, dan mempertimbangkan faktor ekonomi. Proses produksi pertanian ini sangat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan individu yang digambarkan melalui kebutuhan-kebutuhan individu sebagai petani. Faktor ekonomi perlu dipertimbangkan juga dikarenakan dapat berpengaruh pada pelaksanaan upaya produksi pertanian. Pertanian dipengaruhi oleh empat faktor produksi, yaitu alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Faktor alam dan tenaga kerja sering disebut dengan faktor primer. Faktor modal dan pengelolaan disebut dengan faktor sekunder. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain (Suwandari, 2006). Tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 41,20 Juta jiwa atau sekitar 43,4% dari jumlah total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,76% atau sebesar 1,9 juta dibandingkan Agustus Indonesia menempati urutan ke 3 dunia setelah China (66%) dan India (53,2%). Hal ini menunjukan bahwa rata-rata mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah sebagai petani ( Badan Pusat Statistik, 2012).

14 14 Bidang pertanian merupakan salah satu sektor menimbulkan seluruh spektrum keselamatan kerja dan risiko bahaya kesehatan. Resiko bahaya kesehatan tergantung pada status kesehatan petani dan pertisida yang digunakan. Bahaya kesehatan yang muncul di bidang pertanian berhubungan dengan peralatan dan pupuk/pestisida yang digunakan, baik untuk membasmi hama ataupun menyuburkan tanaman (Susanto, 2002). Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau bahaya bagi tubuh. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida tergantung dengan toksisitas absolut dan pemakaian yang berlebihan. Pemakaian pestisida yang berlebihan dapat meningkatkan pemaparan baik yang bersifat langsung ataupun tidak langsung (Djojosumarto, 2008). Pemaparan pestisida yang bersifat langsung dapat mengakibatkan keracunan, baik yang bersifat akut maupun kronis. Keracunan diakibatkan karena adanya residual pestisida yang mengendap dan menjadi racun bagi tubuh. Keracunan akut menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual dan muntah (Suwahyono, 2010). Pemaparan secara tidak langsung pestisida lebih berdampak pada lingkungan. Hal ini terjadi dikarenakan residu-residu pestisida dapat mencemari lingkungan dan dapat membuat tanah menjadi tidak subur dikarenakan mengandung banyak zat kimia berbahaya. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Suwandari, 2006). Mesin dan peralatan berat yang digunakan untuk pertanian merupakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja yang berakibat fatal. Hal ini terjadi dikarenakan ketidakpahaman petani dalam mengggunakan mesin dan peralatan berat dengan benar. Hal tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan yang dapat menyebabakan cidera pada tubuh (Suratiyah, 2008) Petani merupakan masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam proses usaha tani dan membuat keputusan yang otonom tentang proses usaha tani secara eksistensial untuk menghasilkan hasil panen yang diinginkan. Petani memegang dua peranan penting yang meliputi peran sebagai juru tani (cultivator) dan pengelola (manajer). Petani sebagai juru tani mempunyai tugas untuk memelihara tanaman untuk mendapatkan hasil panen yang diinginkan dan bermanfaat. Petani sebagai pengelola (manajer) mempunyai tugas untuk menentukan jenis tanaman yang akan diusahakan dan sarana produksi, serta merancang biaya modal yang harus dikeluarkan untuk usaha tani. Petani sebagai manajer harsu mempunyai ketrampilan, pendidikan, dan

15 15 pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dalam usaha tani (Nasoetion, 2002). Penyakit Akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini berhubungan dengan tiga komponen dalam upaya kesehatan kerja yang meliputi kapasitas, beban, dan lingkungan kerja. Status kesehatan pekerja juga mempengaruhi terjadinya penyakit akibat kerja (Brooker, 2008). Penyakit akibat kerja memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut meliputi dipengaruhi oleh populasi pekerja dan disebabkan oleh penyebab yang spesifik. Penyakit akibat kerja juga ditentukan berdasarkan sumber pemajanan yang didapatkan oleh pekerja (Wunarsunu, 2008). Semua jenis penyakit akibat kerja tergantung pada faktor lingkungan dan sumber pemajanan. Faktor lingkungan merupakan faktor utama yang menyebabkan penyakit akibat kerja. Jenis penyakit akibat kerja berdasarkan sumber pemajanannya meliputi pneumikonisis disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut, penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam keras dan asma akibat kerja yang disebabkan karena sensitisasi dan zat perangsang selama proses kerja (Harrington, 2003). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan penyakit akibat kerja adalah dengan melakukan tiga langkah utama. Langkah awal adalah pengenalan atau identifikasi bahaya yang dapat timbul di lingkungan tempat kerja. Hal ini dilakukan dengan cara observasi skitar lingkungan tempat kerja dan permasalahan yang dirasakan oleh pekerja. Langkah ini merupakan langkah dasar untuk menentukan langkah selanjutnya (Jeyaratnam, 2010). Tahap evaluasi lingkungan kerja merupakan tahap lanjutan dari tahap identifikasi masalah yang mincul di lingkungan tempat kerja. Tahap ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya yang mungkin timbul. Hasil akhir dari tahap ini adalah dapat menetukan priorotas dalam mengatasi permasalahan (Chandra, 2006). Tahap akhir yang dilakukan adalah pengendalian terhadap keadaan di lingkungan kerja. Tujuan akhir dari tahap ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Hasil Akhir dari tahap ini, yaitu dapat mengontrol semua pemajanan zat/bahan yang dapat membahayakan pekerja (Harrington, 2003)

16 16 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Terbentuknya model Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PK3) berbasis agricultural nursing Tujuan Khusus 1) Teridentifikasinya permasalahan kesehatan petani di Kabupaten Jember. 2) Teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya permasalahan kesehatan petani di Kabupaten Jember. 3) Teridentifikasinya kebutuhan pelayanan kesehatan petani berdasarkan pendekatan agricultural nursing di Kabupaten Jember. 4) Tersususnya model Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PK3) berbasis agricultural nursing di Kabupaten Jember. 3.2 Manfaat Penelitian Perawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PK3) di bidang pertanian berbasis agricultural nursing harus diwujudkan secara maksimal, bekerja secara tidak sehat dan tidak benar akan dapat menambah berat beban kerja. Setiap petani perlu bekerja secara sehat dan benar untuk menjaga keselamatan dan kesehatan dirinya. Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diwujudkan dengan memperhatikan pola dan menu makanan, pakaian pada saat bekerja, istirahat, waktu bekerja, area dan alat kerja, posisi bekerja contohnya pada saat mengangkat dan pada saat mengangkut beban (Depkes, 2007). International Labour Organization (ILO) menjelaskan isu tentang K3 di sektor pertanian yang berkaitan dengan kebiasaan tidak berdasar hukum yang selalu dilakukan (ASEAN OSHNET, dalam Markkanen, 2004). Pertanian membutuhkan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dalam bentuk risiko bahaya kesehatan. Alat-alat berat yang digunakan untuk pertanian merupakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja yang berakibat fatal (Markkanen, 2004).

17 17 ILO memberikan himbauan supaya sumber daya dan kapasitas yang ada diarahkan untuk membantu pekerja yang berada dalam posisi yang paling lemah. Implementasi sistem manajemen K3 bukan merupakan bentuk kepedulian K3 yang paling mencolok di Indonesia. Mayoritas angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor informal perkotaan atau pedesaan atau di perusahaan mikro. Departmen Kesehatan telah melakukan pendekatan K3 berbasis perawatan kesehatan primer untuk sektor informal (Markkanen, 2004). Rendahnya kesadaran pekerja akan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan fakta yang terjadi pada saat ini. Masalah mengenai kurangnya kesadaran mengenai K3 bukan hanya masalah pekerja, karena pada kenyataannya, didapatkan data bahwa seluruh lapisan masyarakat pada umumnya memiliki kesadaran yang rendah akan keselamatan dan kesehatan kerja (Markkanen, 2004). Tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi (Depnakertrans, 2013). Berdasarkan laporan International Labor Organitation (ILO), setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal sekira kasus. Sementara di Indonesia setiap tenaga kerja terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan kerja. Menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4% dari Gross National Product (GNP). Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans, 2013).

18 18 BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan kombinasi antara metode kuantitatif dan kualitatif partisipatif. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri sehingga kombinasi kedua metode diharapkan dapat menghasilkan temuan data yang komprehensif. Metode Kuantitatif digunakan dalam upaya mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang dialami petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi permasalahan kesehatan petani di Kabupaten Jember. Metode kuantitatif difokuskan pada kegiatan survei dengan menyebar kuesioner tertutup dan dengan metode ini akan dihasilkan data kuantitatif. Meski demikian kelemahan metode ini adalah pengumpulan data yang dilakukan terbatas pada data-data yang dapat dijawab dalam pertanyaan tertutup sementara peneliti sulit menemukan data yang mendalam dan data yang didasarkan pengalaman masing-masing responden. Dalam kajian ini kelemahan dari metode kuantitatif diatasi dengan menggunakan metode kualitatif dan partisipatif. Metode kualitatif merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan observasi. Metode ini memberi peluang kepada peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi secara mendalam dan kontekstual sesuai dengan lokasi dan kondisi penelitian ini. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai metode dalam mengidentifikasi tentang kebutuhan pelayanan kesehatan oleh petani. Peneliti akan mengobservasi, mewancarai secara mendalam, dan terlibat dalam kegiatan kehidupan petani, sehingga akan tergali tema-tema bentuk kebutuhan kesehatan masyarakat petani yang bahan dalam penyusunan kerangka model PK3 berbasis agricultural nursing. Penelitian ini juga menggunakan metode partisipatif dengan melibatkan stakeholders masyarakat di lokasi penelitian. Metode ini dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus (FGD) terutama untuk pemuka masyarakat dan komunitas petani. Stakeholder dalam penelitian ini adalah ketua kelompok tani, pemuka masyarakat, petugas kesehatan setempat dan dinas pertanian.

19 19 Program promosi, prevensi, dan proteksi Prevensi primer, sekunder, dan tersier Jaminan Pemeliharaan kesehatan Gizi, Anemia, dan Kecacingan Keracunan Serangan Panas dan Dingin Lingkungan Biologis Lingkungan Kimia Lingkungan Psikososial Tersusunnya dan teraplikasikannya model Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PK3) berbasis Agricultural General Check up dan imunisasi Istirahat dan Tidur Nutrisi dan Cairan Akibat Posisi Kerja (Ergonomis) Akibat Paparan psikososial Akibat paparan kimia Lingkungan Fisik Kapasitas Kerja Petani Beban Kerja Petani Nursing Latihan/Exercise Akibat paparan biologis Posisi Bekerja (Ergonomi) Manajemen stress Akibat Paparan Fisik Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Implemtasi Model Perawatan Kesehatan Keselamatan Kerja Identifikasi Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Petani Identifikasi Permasalahan Kesehatan Petani Identifikasi Faktor-Faktor Permasalahan Kesehatan Petani Peneliti, Puskesmas, Peneliti dan Peneliti dan Mahasiswa Dinas Pertanian, Puskesmas Puskesmas dan Peneliti Mahasiswa Tahun I Tahun I Tahun I Tahun II Skema 1. Kerangka Kerja Pelaksanaan PK3 Berbasis Agricultural Nursing Multi Tahun

20 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang menetap di wilayah Kabupaten Jember. Secara nasional, proporsi jumlah masyarakat yang bekerja di sektor pertanian yaitu sekitar 41,20% dari jumlah penduduk. Populasi akan dipusatkan di wilayah Kecamatan Sumberjambe dan Sukowono dengan sektor pertanian utama dengan perkiraan populasi petani sebesar penduduk Sampel Sampel dari penelitian ini dua kecamatan yang maju sektor pertaniannya di Kabupaten Jember, yaitu Kecamatan Sukowono dan Sumberjambe. Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan unit analisis petani. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan karena populasi terdiri dari tingkatan-tingkatan tertentu. Setelah dipilih secara bertingkat kemudian pada tiap tingkat dipilih secara random. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat mewawancara responden yang tepat dengan tetap mempertimbangkan unsur keterwakilan seluruh populasi. Sampel untuk penelitian kuantitatif dihitung dengan perkiraan nilai p yang digunakan dalam penelitian sebesar 0,41. Jumlah sampel yang diambil adalah 179 petani. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode sampel bertingkat/bertahap (multistage random sampling) yaitu cara pengambilan sampel secara bertahap mengingat wilayah yang luas dan keterbatasan tenaga (Sarwono, 2006; Sugiyono, 2007). Selanjutnya penetapan unit sampel setiap tahapan dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling). Sampel penelitian kualitatif akan dilakukan pada beberapa tokoh masyarakat dalam keanggotaan kelompok tani dan dinas pertanian dan kesehatan (puskesmas) dengan jumlah tertentu sampai ditemukan adanya saturasi data.

21 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah pertanian di Kabupaten Jember, yaitu di Kecamatan Sukowono dan Kecamatan Sumberjambe (Desa Sumberjambe, Desa Rowosari, Desa Plerean dan Sukowono). Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Sumberjambe dan Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember yang merupakan puskesmas dengan penanganan penyakit kerja terbanyak dan daerah dengan jumlah petani terbanyak di Kabupaten Jember. 4.4 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan selama 2 tahun dengan jadwal penelitian yang terlampir. 4.5 Alat Pengumpul Data Alat pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner, pedoman wawancara dan instrumen FGD. Pengumpulan data dimulai dengan melengkapi semua instrumen penelitian, antara lain kuesioner, pedoman wawancara dan panduan diskusi kelompok terfokus. Seluruh instrumen diaplikasikan di lokasi penelitian. Pertama, kuesioner sengaja diaplikasikan dengan unit analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan petani dan permasalahan kesehatan petani pada 179 petani. Kedua, pedoman wawancara dipakai agar wawancara dapat lebih terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman wawancara berupa poin-poin yang akan digali lebih dalam melalui informan. Ketiga, panduan diskusi kelompok terfokus, panduan ini berisi tujuan kegiatan, peserta dan tugas fasilitator. Kemudian hasil diskusi kelompok ini direkam dalam kartu-kartu untuk mengetahui kebutuhan pelayanan kesehatan berdasarkan pendekatan agricultural nursing. 4.6 Prosedur Pengumpulan Data Kuesioner dalam penelitian ini disebarkan untuk mengumpulkan data pada petani. Kuesioner didesain dengan jawaban tertutup juga berisi petunjuk praktis untuk mengisi kuesioner dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Kuesioner ini dibagikan pada 179 petani untuk mengidentifikasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan dan apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada petani. Peneliti memberikan lembar informed consent dan menjelaskan tentang tujuan,

22 22 manfaat, serta dampak negatif dari penelitian. Peneliti mengambil lembar informed consent dan memberikan lembar kuesioner untuk variabel dependen untuk diisi oleh responden, peneliti menjelaskan cara mengisi lembar kuesioner tetapi membiarkan responden mengisi sendiri lembar kuesioner yang diberikan peneliti, responden hanya boleh dibimbing oleh keluarga apabila terdapat keterbatasan bahasa atau kemampuan membaca. Peneliti melakukan pendampingan pengisian kuesioner hingga selesai. Peneliti mengambil kembali lembar kuesioner variabel dependen yang telah diisi oleh responden. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan pada lembar kuesioner, apabila terdapat kekurangan peneliti mengembalikan lagi kepada responden untuk dilengkapi kembali, apabila tidak ada kekurangan, maka peneliti akan melanjutkan proses selanjutnya. Proses pengambilan data melibatkan bantuan numerator yang telah dilatih terlebih dulu oleh peneliti. Peneliti mengambil dua numerator untuk masing-masing data. Numerator yang diambil berasal dari desa yang digunakan untuk penelitian, sehingga mempermudah proses pengambilan data. Data yang sudah terkumpul diverifikasi terlebih dulu oleh peneliti. Peneliti juga memakai pedoman wawancara yang didesain untuk mengumpulkan data dari petani, ketua kelompok tani, pemuka masayarakat, petugas kesehatan, dan dinas pertanian. Pedoman wawancara disusun untuk mengidentifikasi tentang kebutuhan pelayanan kesehatan seperti apa yang diinginkan oleh petani berdasarkan pendekatan agricultural nursing. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi mendalam dari narasumber dari berbagai informan. Instrumen FGD juga dipakai untuk mengumpulkan data diskusi terfokus, hal ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat petani mengenai model pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja yang sesuai dengan kebutuhan petani. Terakhir, untuk mendapatkan data yang komprehensif pengumpulan data juga menggunakan observasi di lokasi penelitian. Dengan observasi peneliti dapat melihat dan mengkaji langsung kondisi di lapangan, hal ini sebagai upaya untuk mengklarifikasi temuan penelitian dari metode pengumpulan data yang lain.

23 Etika Penelitian Penelitian ini akan dilakukan uji etik dulu oleh komisi etik di Lembaga Penelitian Universitas Jember ataupun di Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Potter & Perry (2005), menjelaskan penelitian yang dilakukan oleh praktisi kesehatan seringkali terdapat masalah etik, oleh karena penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Masalah etik penelitian seperti Informed consent. Responden harus mendapatkan penjelasan mengenai proses penelitian, meliputi tujuan penelitian prosedur, pengumpulan data, manfaat dan kerugian menjadi responden. Responden diberi hak untuk bersedia atau tidak dalam penelitian dengan menjelaskan terlebih dahulu hak dan kewajiban responden serta peneliti. Penelitian ini juga memperhatikan masalah kerahasiaan dimana informasi yang diberikan responden harus dirahasiakan dan tidak akan diakses oleh orang selain tim peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Publikasi yang akan dilakukan terkait dengan penelitian harus dengan persetujuan responden. Prinsip Anonimity juga diperhatikan dalam penelitian ini dimana peneliti tidak boleh mencantumkan identitas responden. Peneliti tidak dapat mencantumkan nama asli responden pada lembar alat ukur. Peneliti hanya diperbolehkan memberi kode pada lembar alat ukur atau hasil penelitian. Peneliti memberikan hak kepada responden dalam menentukan jadwal kegiatan penelitian untuk menjaga kenyamanan responden dalam penelitian. Jadwal kegiatan meliputi waktu, tempat, dan kepastian jumlah anggota kelompok agar kegiatan dapat terlaksana, ditentukan sesuai kesepakatan bersama. Peneliti tidak mengistimewakan sebagian responden dengan sebagian responden yang lain. Peneliti akan menerima petani yang datang saat kegiatan meskipun telah keluar dari kriteria inklusi dan eksklusi, dengan tidak memasukkan data petani lansia tersebut dalam analisis data penelitian. Peneliti memberikan reinforcement positive pada semua responden petani yang telah mengikuti kegiatan penelitian dari awal hingga akhir. 4.8 Analisis Data Data Kuantitatif Analisis deskriptif atau univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang tersaji dalam bentuk tabel, meliputi deskripsi karakter respoden dan variabel

24 24 penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia petani, posisi petani pada saat bekerja, jam kerja petani, waktu istirahat petani, dan hari kerja petani dalam 1 minggu, dari jenis kelamin, umur, agama, suku dan tingkat pendidikan. Analisis multivariat digunakan untuk menganalisis tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan pada petani dan masalahmasalah kesehatan yang terjadi pada petani, sehingga akan diidentifikasi faktor yang dominan dan prediksi terkait masalah kesehatan yang akan terjadi Data Kualitatif Tahapan proses analisis data pada penelitian ini akan menggunakan langkah- langkah Colaizzi (1978 dalam Streubert & Carpenter, 2003) yaitu: (1) Peneliti akan menggambarkan pengalaman hidup partisipan yang diteliti, peneliti akan melakukannya dengan menyusun studi literatur tentang teori dan hasil penelitian yang terkait dengan kebutuhan pelayanan kesehatan petani berdasarkan pendekatan agricultural nursing; (2) Peneliti akan mengumpulkan gambaran partisipan tentang pengalaman hidup dengan melakukan wawancara mendalam dan mencatat catatan lapangan dari partisipan; (3) Peneliti akan membaca seluruh gambaran partisipan tentang kehidupan petani pada transkrip berdasarkan wawancara; (4) Peneliti akan memilih pernyataan yang signifikan dengan membaca dari transkrip, kemudian dipilih pernyataan yang bermakna dan terkait tujuan penelitian; (5) Peneliti akan mengartikulasikan makna dari setiap pernyataan yang signifikan dengan memilih kata kunci, kemudian menyusun menjadi kategori dalam pernyataan partisipan; (6) Peneliti kemudian mengelompokkan makna-makna kedalam kelompok tema dengan menyusun tabel kisi-kisi tema yang memuat pengelompokan kategori kedalam sub-sub tema, sub tema, dan tema; (7) Peneliti akan menuliskan suatu gambaran yang mendalam; (8) Peneliti akan memvalidasi gambaran tersebut kembali pada partisipan. Keabsahan data penelitian ini didasarkan pada prinsip kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Kepercayaan akan dilakukan peneliti dengan mengembalikan transkrip wawancara pada setiap partisipan dan meminta partisipan untuk mencek keakuratan transkrip dengan cara memberikan tanda check (v) jika mereka setuju dengan kutipan ucapan mereka didalam transkrip. Peneliti akan

25 25 memberikan penjelasan bahwa hasil wawancara ini dijamin kerahasiaannya, sehingga partisipan lain tidak akan tahu. Prinsip keteralihan dengan menggambarkan tematema yang telah teridentifikasi pada klien kusta yang tidak dijadikan partisipan, apakah petani setuju dengan partisipan dengan metode eksternal check pada petani. Kepastian yaitu melakukan pengujian terhadap hasil penelitian bersama dengan uji dependability, bila hasil penelitian tersebut bersifat netral datanya atau objektifitas. Hal ini akan dilakukan peneliti dengan menunjukkan seluruh transkrip yang sudah ditambahkan catatan lapangan.

26 26 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Sumberjambe dan Kecamatan Sukowono. Peneliti mengambil secara acak desa yang ada di dua kecamatan tersebut. Kedua kecamatan ini sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Beberapa desa yang ada di Sumberjambe berada di kaki gunung Raung, salah satunya Rowosari yang digunakan oleh peneliti. Kecamatan Sumberjambe dan Sukowono berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso. 5.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian akan disajikan dalam tabel berikut ini Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden penelitian berdasarkan sosial demografi, gaya hidup dan tingkat pekerjaan pada petani (N=179) Sociodemografi Usia Jenis kelamin Pendidikan Gaya hidup Merokok Minum kopi Makanan berlemak Makanan tinggi garam Tingkat pekerjaan Jam kerja/minggu Variable Total (%) < 40 tahun 50 (28.2) tahun 87 (49.2) >60 tahun 40 (22.6) Perempuan 22 (12.4) Laki-laki 155 (87.6) Tidak sekolah 41 (23.2) SD 78 (44.1) SMP 35 (19.8) SMA lebih 23 (13.0) Ya 96 (54.5) Tidak 80 (45.5) Ya 121 (68.4) Tidak 56 (31.6) Ya 79 (44.6) Tidak 98 (55.4) Ya 101 (57.1) Tidak 76 (42.9)

27 27 Istirahat tiap kerja Hari kerja/minggu Beban kerja APD Posisi sikap kerja > 40 jam 75 (42.4) < 40 jam 102 (57.6) < 30 menit 40 (22.6) > 30 menit 137 (77.4) > 5 hari 107 (60.5) < 5 hari 70 (39.5) Tidak stress 91 (51.7) Stress kerja 85 (48.3) Safety 87 (49.2) Unsafety 90 (50.8) Ergonomis 85 (48.0) Unergonomis 92 (52.0) Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia responden 49.2% berada pada rentang tahun, 87.6 % adalah responden laki-laki, dan pendidikan 44, 1 % lulusan SD. Apabila dilihat dari gaya hidup, menunjukkan 54,5 % punya kebiasaan merokok; 68, 4 % minum kopi; 55, 4% tidak mengkonsumsi makanan yang berlemak dan 57, 1 % mempunyai kebiasaan makan makanan tinggi garam. Tingkat pekerjaan yang dilakukan oleh petani menunjukkan 57,6 % mempunyai jam kerja < 40 jam/minggu; 77, 4 % melakukan istirahat tiap kerja > 30 menit; 60,5 % memiliki hari kerja > 5 hari kerja/minggu; Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara istirahat tiap kerja dengan keluhan nyeri sendi. Beban kerja petani menunjukkan 51,7 % tidak stres. Penggunaan APD menunjukkan 50,8 % petani belum memperhatikan aspek keamanan. Posisi ergonomis petani menunjukkan 52 % petani belum ergonomis dalam bekerja. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi status gizi, anemia, kejadian hipertensi, keluhan sendi, keadaan kesehatan saat ini pada petani (N=179) Variabel Jumlah Frekuensi Status gizi Kurus Normal ,5 60,9 Lebih 17 9,5 Kejadian anemia Normal 67 37,4 Anemia , 6 Kejadian hipertensi Hipertensi systole Normal Pre HT 98 54, ,1

28 28 HT ½ Hipertensi diastole Normal ,1 64,2 HT ½ 64 35,8 Keluhan tulang persendian Nyeri 90 50,3 Tidak nyeri 89 49,7 Keadaan saat ini Sakit Sehat ,7 60,3 catatan: Status gizi dikategorikan berdasarkan IMT (Kurus: IMT < 18.5; Normal: IMT ; BB lebih: IMT 25 27; dan Obesitas: IMT > 27). Anemia dikategorikan berdasarkan kadar Hb (Anemia: < 12 gr/dl dan Normal > 12 gr/dl). Hipertensi dikategorikan berdasarkan JNC VII. Hipertensi Sistolik (Normal < 120 mmhg; Pre hipertensi mmhg; Hipertensi stage I mmhg dan Hipertensi stage II > 160 mmhg). Hipertensi Diastolik (Normal < 80 mmhg; Pre hipertensi mmhg; Hipertensi stage I mmhg dan Hipertensi stage II > 100 mmhg). Berdasarkan tabel di atas, petani memiliki status gizi normal 60,9 %; petani yang mengalami anemia 62,2 %, kejadian hipertensi 25,1 % mengalami hipertensi systole grade 1 dan II, sedangkan 35,8 % mengalami hipertensi diastole. Status kesehatan petani menunjukkan 60,3 % petani saat ini dalam kondisi sehat dan 50,3 % dengan keluhan nyeri sendi. Tabel 5.3 Hubungan sosialdemografi, gaya hidup, dan situasi kerja terhadap status nutrisi dan kejadian anemia (N=179) n (%) Status Gizi Anemia Kurus Normal Lebih p-value Normal anemia p-value Variable Total 51 (28.5) 109 (60.9) 17 (9.5) 67 (37.4) 112 (62.6) Sociodemografi Usia < 40 tahun 50 (28.2) 10 (19.6) 36 (33.0) 4 (23.5) (23.9) 35 (31.3) tahun 87 (49.2) 19 (37.3) 58 (53.2) 10 (58.8) 39 (58.2) 49 (43.8) >60 tahun 40 (22.6) 22 (43.1) 15 (13.8) 3 (17.6) 12 (17.9) 28 (25.0) Jenis kelamin Perempuan 22 (12.4) 3 (5.9) 15 (13.8) 4(23.5) (3.0) 21 (18.8) Laki-laki 155 (87.6) 48 (94.1) 94 (86.2) 13 (76.5) 65 (97.0) 91 (81.3) Pendidikan Tidak sekolah 41 (23.2) 14 (27.5) 25 (22.9) 2 (11.8) (14.9) 31 (27.7) SD 78 (44.1) 25 (49.0) 49 (45.0) 4 (23.5) 34 (50.7) 46 (41.1) SMP 35 (19.8) 8 (15.7) 20 (18.3) 7 (41.2) 15 (22.4) 20 (17.9) SMA lebih 23 (13.0) 4 (7.8) 15 (13.8) 4 (23.5) 8 (11.9) 15 (13.4) Gaya hidup Merokok Ya 96 (54.5) 28 (54.9) 63 (58.3) 5 (29.4) (65.7) 52 (46.8) Tidak 80 (45.5) 23 (45.1) 45 (41.7) 12 (70.6) 23 (34.3) 59 (53.2) Minum kopi Ya 121 (68.4) 31 (60.8) 82 (75.2) 8 (47.1) (70.1) 74 (66.1) Tidak 56 (31.6) 20 (39.2) 27 (24.8) 9 (52.9) 20 (29.9) 38 (33.9) Makanan berlemak

29 29 Ya 79 (44.6) 24 (47.1) 48 (44.0) 7 (41.2) (47.8) 49 (43.8) Tidak 98 (55.4) 27 (52.9) 61 (56.0) 10 (58.8) 35 (52.2) 63 (56.3) Makanan tinggi garam Ya 101 (57.1) 28 (54.9) 63 (57.8) 10 (58.8) (53.7) 66 (58.9) Tidak 76 (42.9) 23 (45.1) 46 (42.2) 7 (41.2) 31 (46.3) 46 (41.1) Tingkat pekerjaan Jam kerja/minggu > 40 jam 75 (42.4) 18 (35.3) 53 (48.6) 4 (23.5) (37.3) 50 (44.6) < 40 jam 102 (57.6) 33 (64.7) 56 (51.4) 13 (76.5) 42 (62.7) 62 (55.4) Istirahat tiap kerja < 30 menit 40 (22.6) 16 (31.4) 23 (21.1) 1 (5.9) (20.9) 26 (23.2) > 30 menit 137 (77.4) 35 (68.6) 86 (78.9) 16 (94.1) 53 (79.1) 86 (76.8) Hari kerja/minggu > 5 hari 107 (60.5) 30 (58.8) 73 (67.0) 4 (23.5) (53.7) 72 (64.3) < 5 hari 70 (39.5) 21 (41.2) 36 (33.0) 13 (76.5) 31 (46.3) 40 (35.7) Beban kerja Tidak stress 91 (51.7) 27 (52.9) 55 (50.9) 9 (52.9) (55.2) 55 (49.5) Stress kerja 85 (48.3) 24 (47.1) 53 (49.1) 8 (47.1) 30 (44.8) 56 (50.5) APD Safety 87 (49.2) 24 (47.1) 56 (51.4) 7 (41.2) (53.7) 51 (45.5) Unsafety 90 (50.8) 27 (52.9) 53 (48.6) 10 (58.8) 31 (46.3) 61 (54.5) Posisi sikap kerja Ergonomis 85 (48.0) 27 (52.9) 48 (44.0) 10 (58.8) (58.2) 48 (42.9) Unergonomis 92 (52.0) 24 (47.1) 61 (56.0) 7 (41.2) 28 (41.8) 64 (57.1) Note. Chi-square test. Significant findings are in bold Status gizi dikategorikan berdasarkan IMT (Kurus: IMT < 18.5; Normal: IMT ; BB lebih: IMT 25 27; dan Obesitas: IMT > 27). Anemia dikategorikan berdasarkan kadar Hb (Anemia: < 12 gr/dl dan Normal > 12 gr/dl) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan terdapat hubungan antara usia dengan status gizi petani dengan p value 0,001, terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia dengan p value 0,002, terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan status gizi petani dengan nilai p value 0,026, terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian anemia dengan p value 0,022 dan terdapat hubungan antara jumlah hari kerja per minggu dengan status gizi petani dengan p value 0,003.

30 30 Tabel 5.4 Hubungan sosialdemografi, gaya hidup, situasi kerja dengan keluhan tulang persendian dan status kesehatan (N=179) Keluhan tulang persendian Keadaan saat ini Variabel Total Nyeri Tidak p-value Sakit Sehat p-value Sociodemografi Usia 90 (50.3) 89 (49.7) 71 (39.7) 108 (60.3) < 40 tahun 50 (28.2) 23 (25.6) 28 (31.5) (22.5) 35 (32.4) tahun 87 (49.2) 40 (44.4) 48 (53.9) 33 (46.5) 55 (50.9) >60 tahun 40 (22.6) 27 (30.0) 13 (14.6) 22 (31.0) 18 (16.7) Jenis kelamin Perempuan 22 (12.4) 8 (8.9) 15 (16.9) (16.9) 11 (10.2) Laki-laki 155 (87.6) 82 (91.1) 74 (83.1) 59 (83.1) 97 (89.8) Pendidikan Gaya hidup Merokok Tidak sekolah 41 (23.2) 22 (24.4) 19 (21.3) (26.8) 22 (20.4) SD 78 (44.1) 41 (45.6) 39 (43.8) 38 (53.5) 42 (38.9) SMP 35 (19.8) 17 (18.9) 18 (20.2) 6 (8.5) 29 (26.9) SMA lebih 23 (13.0) 10 (11.1) 13 (14.6) 8 (11.3) 15 (13.9) Ya 96 (54.5) 53 (58.9) 43 (48.9) (56.3) 56 (52.3) Tidak 80 (45.5) 37 (41.1) 45 (51.1) 31 (43.7) 51 (47.7) Minum kopi Ya 121 (68.4) 64 (71.1) ) (63.4) 76 (70.4) Tidak 56 (31.6) 26 (28.9) 32 (36.0) 26 (36.6) 32 (29.6) Makanan berlemak Ya 79 (44.6) 47 (52.2) 34 (38.2) (42.3) 51 (47.2) Tidak 98 (55.4) 43 (47.8) 55 (61.8) 41 (57.7) 57 (52.8) Makanan tinggi garam Ya 101 (57.1) 56 (62.2) 46 (51.7) (49.3) 67 (62.0) Tidak 76 (42.9) 34 (37.8) 43 (48.3) 36 (50.7) 41 (38.0) Tingkat pekerjaan Jam kerja/minggu > 40 jam 75 (42.4) 39 (43.3) 36 (40.4) (35.2) 50 (46.3) < 40 jam 102 (57.6) 51 (56.7) 53 (59.6) 46 (64.8) 58 (53.7) Istirahat tiap kerja < 30 menit 40 (22.6) 27 (30.0) 13 (14.6) (18.3) 27 (25.0) > 30 menit 137 (77.4) 63 (70.0) 76 (85.4) 58 (81.7) 81 (75.0) Hari kerja/minggu > 5 hari 107 (60.5) 51 (56.7) 57 (64.0) (57.7) 67 (62.0) < 5 hari 70 (39.5) 39 (43.3) 32 (36.0) 30 (42.3) 41 (38.0) Beban kerja Tidak stress 91 (51.7) 53 (59.6) 39 (43.8) (42.3) 62 (57.9) Stress kerja 85 (48.3) 36 (40.4) 50 (56.2) 41 (57.7) 45 (42.1) APD Safety 87 (49.2) 45 (50.0) 42 (47.2) (38.0) 60 (55.6) Unsafety 90 (50.8) 45 (50.0) 47 (52.8) 44 (62.0) 48 (44.4) Posisi sikap kerja Ergonomis 85 (48.0) 41 (45.6) 46 (51.7) (54.9) 48 (44.4) Unergonomis 92 (52.0) 49 (54.4) 43 (48.3) 32 (45.1) 60 (55.6) Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan ada hubungan antara usia petani dengan keluhan nyeri sendi dan ada hubungan antara tingkat pendidikan petani dengan keadaan kesehatan saat ini, ada hubungan antara istirahat tiap kerja dengan keluhan nyeri sendi.

KLINIK KESEHATAN KELOMPOK TANI (K3T) SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) Iis Rahmawati, Wantiyah ABSTRACT

KLINIK KESEHATAN KELOMPOK TANI (K3T) SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) Iis Rahmawati, Wantiyah ABSTRACT KLINIK KESEHATAN KELOMPOK TANI (K3T) SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) Iis Rahmawati, Wantiyah ABSTRACT Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Negara-negara berkembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat, tentunya akan berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Meskipun kehidupan menjadi semakin maju, tetapi

Lebih terperinci

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA DASAR DASAR KESEHATAN KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa 1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of Labour Statistik Amerika, pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional, untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT OLEH: SABRINA ADELINA ENGELINE NIM: 2014.33.075 Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I pasal 1 ayat (1) menjelaskan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR Departemen Rehabilitasi Medik FKUI/RSCM, Jakarta *Anggota Komite Independen KK-PAK BPJS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era industrialisasi di Indonesia kini telah memasuki masa dimana upaya swasembada bahan pokok sangat diupayakan agar tidak melulu mengimpor dari luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Posyandu lansia desa Bibis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Menurut Neuman, prosedur yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif ada tiga tipe yaitu eksperimen, survei, dan contens analysis (Neuman, 2003). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg (Ardiansyah, 2012). Pada umunya penderita

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja ( faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci