1 BAB II KAJIAN TEORITIS. Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 BAB II KAJIAN TEORITIS. Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada"

Transkripsi

1 1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Tutor Pengertian Kinerja Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Mangkunegara, 2005:9). Kinerja merupakan hasil dari fungsi pendidikan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: kejelasan tugas yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan pembelajaran agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Sudjana, 2006:71). Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja tutor adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh tutor dalam melaksanakan tugas atau tutorannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja tutor merupakan 10

2 11 kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal (Sulistyorini, 2001). Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik. Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas tutorial. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya pendidik program paket B sesuai dengan kompetensinya perlu melakukan langkah langkah sebagai berikut yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Penilaian prestasi hasil belajar, (4) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian. Bila tutor diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil tutor, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri tutor. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja tutor. Menurut Sastrohadiwiryo (2001:12) bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan.

3 12 Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada peserta didik yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun tehknik mengevaluasinya. b. Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya. (Daryanto, 2001:99). Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan individu terhadap tutoran yang memberikan kepuasan bathin kepada seseorang sehingga tutoran itu disenangi dan digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien seperti produktivitasnya, efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan dengan cara membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan tutoran dengan orang lain. Evaluasi hasil tugas adalah mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja individu dengan beberapa kriteria (indikator) yang dapat diukur. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan cara membandingkan perilakunya dengan rekan kerja yang lain dan evaluasi ciri individu adalah mengamati karaktistik individu dalam

4 13 berprilaku maupun berkerja, cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat dikategorikan cirinya dengan ciri orang lain. Evaluasi atau Penilaian kinerja menjadi penting sebagai feed back sekaligus sebagai follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya Pengukuran Penilaian Kinerja Tutor Kinerja tutor sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena tutor mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Tutor memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan yaitu: (1). Tutor sebagai pengajar, (2). Tutor sebagai pembimbing dan (3). Tutor sebagai pendidik. Dalam pembelajaran ada dua aspek yaitu peserta didik dan tutor, dari proses pembelajaran dibedakan menjadi dua yakni output dan outcome. Output merupakan kecakapan yang dikuasai peserta didik setelah mengikuti pembelajaran atau hasil pembelajaran peserta didik. Output dibedakan lagi menjadi hard skills dan soft skills. Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu kecakapan akademik (academic skills) dan kecakapan vokasional ( vocational skills). Kecakapan akademik mencakup bidang ilmu yang dipelajari misalnya menghitung, menguraikan, menganalisis, mendeskripsi, dan hal lainnya yang menyangkut ilmu bidang pengetahuan. Sedangkan kecakapan vokasionalis sering disebut juga kecakapan kejujuran, yaitu tentang bidang pendidikan tertentu misalnya seni dan bidang tertentu lainnya. Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih kesuksesan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Soft skills dibedakan

5 14 menjadi dua, yaitu kecakapan personal ( personal skills) dan kecakapan sosial (social skills). Kecakapan personal digunakan untuk memudahkan beradaptasi pada peserta didik dan hal personal lainnya sedangkan kecakapan sosial untuk kehidupan bermasyarakat terutama dalam persaingan yang ada. (Arifin, I. 2000:34). Menurut Suharsimi (2008: 6-8) tutor maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi peserta didik, tutor maupun sekolah. Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut: Makna bagi peserta didik ada dua kemungkinan yaitu memuaskan, jika memperoleh nilai yang baik, dan tidak memuaskan karena memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Makna bagi tutor berdasarkan hasil nilai yang diperoleh, tutor mengetahui peserta didik mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, sudah tersampaikan dengan baikkah materi pembelajaran, dan mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan sudah mencapai sasaran atau belum. Makna bagi sekolah, dapat mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik, sekolah sudah memenuhi standar atau belum, informasi yang diperoleh dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun program pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang. Menurut (Furkan, Nuril, 2006:81) penilaian kinerja penting untuk mengevaluasi keahlian, mengukur kerja dan rencana pengembangan ke depan. Penilaian kinerja merupakan sebuah proses pengamatan dan penilaian terhadap

6 15 kinerja tutor, pencatatan penilaian, serta pemberian umpan-balik kepada tutor. Proses penilaian kinerja tersebut dilakukan untuk memperoleh pendapat tentang kinerja seseorang, baik saat ini maupun kinerja yang lalu. Penilaian tersebut tentu harus dikaitkan dengan latar-belakang lingkungan kerjanya, serta potensi yang akan datang bagi organisasi. Jadi, yang dinilai, tidak hanya kinerja saat ini, tetapi juga kinerja yang telah ditampilkan sebelumnya oleh tutor yang bersangkutan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui perkembangan kinerja tutor yang dinilai. Bertolak dari hakikat penilaian kinerja seperti dikemukakan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Penilaian kinerja adalah deskripsi secara sistematik tentang relevansi antara tugas-tugas yang diberikan dengan pelaksanaannya oleh seorang tutor. Dari pengertian di atas jelas, adalah tugas-tugas yang telah dilaksanakan oleh seorang tutor untuk suatu tenggang waktu tertentu. Tugas-tugas yang dilaksanakan itu mengacu pada tugas-tugas yang diperintahkan atau dinyatakan sebagai tanggung jawab yang dipercayakan dalam jabatannya. Antara kedua aspek itu akan dinilai relevansinya, yakni apakah tugas-tugas yang dilaksanakan sesuai atau tidak dengan tugas-tugas yang diperintahkan atau yang menjadi tanggung jawab dalam jabatan tutor yang dinilai. b. Penilaian kinerja adalah usaha mengidentifikasi, mengukur (menilai) dan mengelola (manajemen) yang dilaksanakan oleh para tutor di lingkungan suatu organisasi.

7 16 c. Penilaian kinerja adalah kegiatan mengidentifikasi pelaksanaan pendidikan dengan menilai aspek-aspeknya. Pengertian ini secara relatif memiliki kesamaan dengan pengertian sebelumnya, namun memberikan tekanan yang bersifat pengkhususan. Kekhususan pertama adalah penekanan pada adanya aspek-aspek yang dinilai dalam pelaksanaan tutorial oleh seorang tutor yang dinilai. Dengan demikian, keberhasilan atau kegagalan dalam bekerja, dapat terjadi pada salah satu atau sebagian atau seluruh aspek dalam melaksanakan tutorial. Kekhususan yang kedua adalah penekanan bahwa penilaian kinerja harus difokuskan pada pelaksanaan tutorial yang dilakukan oleh tutor, yang ikut mempengaruhi atau menentukan kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian berarti juga bahwa penilaian kinerja harus difokuskan pada tutor utama (kunci) dan pimpinan lini, atau yang berhubungan langsung dengan produk lini organisasi. Penekanan tersebut disebabkan karena para tutor tersebut merupakan penentu keberhasilan/sukses akhir organisasi. d. Penilaian adalah kegiatan pengukuran (measurement) sebagai usaha menetapkan keputusan tentang sukses atau gagal dalam melaksanakan tugas oleh seorang tutor. Untuk itu diperlukan standar sebagai pembanding (tolok ukur). (Fatah, N. 1996:39). 2.2 Program Paket B Program Pendidikan Luar Sekolah Terkait dengan acuan pengembangan Pendidikan Kesetaraan di masyarakat, Sihombing (2001;53) mengatakan program kegiatan mempunyai

8 17 beberapa faktor yang menjadi sumber penentu keberhasilan dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah di masyarakat, yaitu; 1) Kebutuhan masyarakat akan pendidikan luar sekolah. Kebutuhan masyarakat merupakan salah satu ciri bagi pelaksanaan penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah itu sendiri. Dalam konteks ini peran pendidikan luar sekolah sebenarnya menyangkut bagaimana menerjemahkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan belajar masyarakat, serta bagaimana setelah mengikuti program kegiatan, atau dengan kata lain Pendidikan Luar Sekolah tidak memaksa satu program kepada masyarakat tetapi menawarkan berbagai alternatif pilihan program kegiatan belajar. Strategi diversifikasi dan diferensiasi dalam membuat dan mengembangkan penyelenggaraan program kegiatan bisa menjadi jawaban atas kebutuhan belajar masyarakat. 2) Kelenturan dalam penyelenggaran program kegiatan pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah; kelenturan penyelenggaraan pembelajaran kegiatan merupakan salah satu ciri dalam pengembangan program Pendidikan Luar Sekolah. Kelenturan ini merupakan suatu bentuk kesediaan untuk menyesuaikan program dengan situasi lingkungan di mana masyarakat atau warga belajar berada. Kelenturan program tercermin pada bagaimana keinginan untuk mengembangkan program kegiatan Pendidikan Luar Sekolah lebih diterima oleh masyarakat atau warga belajar serta sebagai bentuk antisipatif terhadap perkembangan dan tuntutan masyarakat. Di samping itu, dalam konteks ini pengembangan program kegiatan Pendidikan Luar Sekolah dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan

9 18 masyarakat. Dengan kata lain, program pengembangan kegiatan Pendidikan luar Sekolah bukan berarti penyelenggaraan program tidak terarah. Namun demikian, bahwa program Pendidikan Luar Sekolah dijalankan semata-mata untuk tetap menghasilkan out put yang bermakna bagi warga belajar, oleh karena itu, program ini tidak memusatkan perhatiannya pada pencapaian ijazah sekalipun disadari bahwa hal itu tetap diperlukan. 3) Keanekaragaman program. Keanekaragaman program kegiatan pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah akan membuka peluang bagi warga belajar atau masyarakat untuk memilih program yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mansyarakat. Dengan keanekaragaman program, berarti tidak menutup kemungkinan akan tumbuhnya bentuk-bentuk pengembangan program Pendidikan Luar Sekolah di masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan teknologi yang terjadi di masyarakat. Keanekaragaman program Pendidikan Luar Sekolah dapat dilihat dari segia nama program, materi pembelajaran, cara pebelajaran, waktu belajar, tempat belajar, bahan belajar, penilaian hasil belajar yang berbeda dengan lainnya. Keanekaragaman bentuk dan isi akan menciptakan peluang bagi anggota masyarakat untuk turut secara aktif dalam menentukan apa yang tutor inginkan dan bukan apa yang tutor programkan. 4) Program penyelenggaraan tidak dirancang untuk mengejar ijazah, tetapi untuk kebermaknaan bagi masyarakat. Dalam konteks ini pengembangan Pendidikan Luar Sekolah perlu menetapkan orientasi kepentingan masyarakat yang tidak mampu, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Hal ini disebabkan bahwa

10 19 ijazah bagi sebagian masyarakat yang kurang mampu bukan menjadi ukuran keberhasilan, melainkan kemampuan meningkatkan penghasilan bagi diri dan keluarganyalah yang menjadi acuan. Oleh karena itu, dalam pengembangan program pembelajaran sudah selayaknya Pendidikan Luar sekolah lebih berorientasi pada bentuk pengembangan kemampuan keterampilan yang berhasil guna bagi masyarakat. 5) Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar warga belajar. Dalam pelaksanaan program pembelajaran tertentu akan selalu dilandasi satu acuan kurikulum, baik yang sudah ada maupun yang baru dikembangkan. Pendidikan Luar Sekolah sejak awal telah mengembangkan kurikulum minimal untuk berbagai jenis keterampilan. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah, kurikulum yang telah ada hanya sebagai bentuk acuan, namun penyelenggara program bersama masyarakat hendaknya memperkaya kurikulum tersebut sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat atau warga belajar. 6) Program kegiatan dikelola oleh masyarakat. Dalam setiap penyelenggaraan program Pendidikan Luar Sekolah, keterlibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat menjadi patokan utama dalam keberhasilan penyelenggaraan program kegiatan pendidikan luar sekolah itu sendiri. Keterlibatan masyarakat akan menumbuhkan rasa kebermilikan bagi program yang dikembangkan. 7) Mempunyai arah yang jelas bagi setiap pelaksanaan kegiatan belajar masyarakat. Dalam konteks ini, kesesuaian antara kebutuhan dan program

11 20 yang ditawarkan merupakan kunci keberhasilan bagi penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah. Di dalam pengembangan pendidikan Luar Sekolah pada dasarnya mengikuti sejumlah langkah-langkah tertentu. Marzuki (2009:122) mengemukakan bahwa langkah-langkah pengembangan Pendidikan Luar Sekolah meliputi beberapa hal, yaitu: a) Penentuan populasi sasaran; penetuan populasi sasaran meruipakan langkah pertama yang perlu secara tegas ditetapkan. Karena penentuan ini akan menjadi penentu langkah selanjutnya. Bagaimanapun juga program Pendidikan Luar Sekolah berangkat dan akhirnya bermuara pada populasi sasaran sedikit banyak akan membantu kelancaran langkah berikutnya. b) Identifikasi kebutuhan belajar, identifikasi kebutuhan belajar merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan penyelenggaraan program kegiatan Pendidikan Luar Sekolah. Identifikasi akan melihat apa yang menjadi kebutuhan belajar masyarakat. Hasil identifikasi akan menjadi penentu terhadap program apa yang dilaksanakan, metode apa yang akan digunakan, sumber belajar apa yang dibutuhkan dan berbagai macam kebutuhan apa yang diperlukan dalam penyelenggaran pendidikan nantinya. c) Identifikasi sumber-sumber belajar. Istilah sumber belajar menrujuk pada segala macam sumber, baik berupa manusia maupun nonmanusia yang memungkinkan terjadinya kegiatan dan proses belajar. Sudjana (2000:49) mengemukakan bahwa sumber belajar juga bisa diperoleh dari warga masyarakat yang mempunyai kelebihan baik dalam ilmu pengetahuan,

12 21 keterampilan, sikap dan mampu serta mau mengalihkan (transfer) pengetahuan yang dimiliknya kepada warga belajar lainnya. Sumber nonmanusia bisa berupa gedung-gedung, peralatan belajar, kelembagaan fungsional, dan mungkin juga terdapat sumber-sumber lainnya yang bernilai fungsional bagi terjadinya kegiatan dan proses belajar dalam Pendidikan Luar Sekolah. Identifikasi sumber belajar memungkinkan untuk pendayagunaan bagi pelaksanaan program Pendidikan Luar Sekolah. d) Penentuan strategi pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah. Menentukan strategi pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah pada dasarnya bergantung pada pencapaian hasil penemuan atau identifikasi populasi sasaran, kebutuhan belajar, sumber-sumber belajar. Pada langkah ke empat ini dituntut untuk berpikir menyeluruh dan inovatif. Jenis program kegiatan Pendidikan Luar Sekolah pada dasarnya bergantung pada kebutuhan pendidikan. Hal ini disebabkan bahwa kehadiran Pendidikan Luar Sekolah memang berangkat dari kepentingan kebutuhan belajar masyarakat. Pendidikan Luar Sekolah sebagai salah satu sub sistem pendidikan nasional yang bertujuan: a) Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

13 22 c) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak terpenuhi dalam jalur pendidikan formal-nonformal. Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan luar sekolah, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan kesetaraan sebagai bagian dari pendidikan non formal yang mempunyai kemampuan akademik yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi dalam rangka meningkatkan kwalitas dan kesejahteraan hidupnya Pengertian Paket B Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf yang dikembangkan dan diperluas dengan mendayagunakan sarana dan prasarana yang makin ditingkatkan. Pendidikan luar sekolah juga sebagai bentuk kegiatan yang diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang dengan mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada di lingkungannya (Dirjen PNFI, 2007:18). Salah satu program PLS yaitu pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Definisi setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi, dan kedudukan. Ketentuan mengenai kesetaraan ini diatur dakan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26, ayat (6):

14 23 Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Paket-paket pendidikan kesetaraan dirancang untuk peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan tiga pilar kebijakan Pembangunan Pendidikan beserta indikator kinerja kuncinya (Depdiknas, 2003;24). Ketiga pilar kebijakan tersebut adalah: 1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan 3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Untuk perluasan akses pendidikan non-formal kesetaraan, pemerintah telah membentuk Direktorat Pendidikan Kesetaraan yang tadinya berupa sub-direktorat pada Direktorat Pendidikan Masyarakat, dikukuhkan melalui program pendidikan kesetaraan telah berperan penting dan sangat signifikan dalam memberikan layanan pendidikan bagi mereka yang putus sekolah, anak-anak yang kurang mampu, anak-anak dari etnis

15 24 minoritas, anak-anak di daerah terpencil, anak-anak jalanan, dan peserta didik dewasa. Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/IMTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan nonformal dapat sihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Psl 26 Ayat (6). Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B, atau Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja. Tujuan pendidikan kesetaraan adalah sebagai berikut: a. Memperluas akses Pendidikan Dasar 9 tahun melalui jalur Pendidikan Non formal Progam Paket A dan Paket B. b. Memperluas akses Pendidikan Menengah melalui jalur Pendidikan Nonformal Progam Paket C. c. Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Kesetaraan program Paket A, B dan C.

16 25 d. Menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap penyelenggaraan dan lulusan Pendidikan Kesetaraan. ( wordpress.com/2012/11/14/pendidikan kesetaraan untuk meningkatkan sumber daya - manusia/) Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti Pusat Pelatihan, balai desa, tempat peribadatan, gedung sekolah, rumah penduduk dan tempattempat lainnya yang layak. Sementara penyelenggaraan dilakukan oleh satuansatuan PNF (Pendidikan Non Formal) seperti: Pusat kegiatan Belajar Masyakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Kelompok Belajar, O rganisasi keagamaan, Pusat Majelis Taklim, Sekolah Minggu, Pondok Pesantren, Organisasi sosial Kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Yayasan badan hukum dan usaha, Unit Pelaksana Teknis (UPT), Diklat di departemen-departemen lain. Sebagai acuan pengembangan kegiatan Pendidikan Kesetaraan, meliputi: a) Memperluas layanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi masyarakat yang tidak dibelajarkan pada jalur sekolah formal. b) Meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan program-program kegiatan pendidikan luar sekolah dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan pembangunan dunia kerja, pengembangan dunia industri dan ekonomi masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia. c) Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan luar sekolah

17 26 d) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan luar sekolah. Pendidikan Kesetaraan Paket B merupakan salah satu jalur pendidikan pada sistem pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal melalui program Paket B setara SMP. Pendidikan tersebut memberikan berbagai pelayanan pendidikan untuk setiap warga masyarakat untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Salah satu layanan pendidikan nonformal ini adalah pendidikan kesetaraan (Sudjana,2006:12). Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan luar sekolah, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan kesetaraan sebagai bagian dari pendidikan non formal yang mempunyai kemampuan akademik yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi dalam rangka meningkatkan kwalitas dan kesejahteraan hidupnya. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, dan dilaksanakan secara nasional sejak tahun dari periode ini dapat dilihat proses pengembangan program ini, seperti perlengkapan program termasuk diantaranya: kurikulum, modul dan petunjuk pelaksanaan atau penyelenggaraan program. Jika dihitung sejak program ini mulai dirintis yaitu tahun 1989, seharusnya program ini telah terbebas dari berbagai permasalahan yang bersifat operasional, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan, seharusnya tidak lagi diakibatkan oleh berbagai hal yang bersifat teknis dan operasional. Namun,

18 27 kondisi yang terjadi saat ini adalah kekurangan ataupun hambatan masih terjadi pada level operasional Program pendidikan dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relatif pergerakannya sangat cepat, kondisi ini sedikit banyak akan berakibat pada perubahan substansi pada kurikulum maupun materi yang diajarkan pada beberapa program Kejar Paket yang diselenggarakan oleh pemerintah, salah satunya adalah Program Kejar Paket B setara SLTP. Dalam pelaksanaan Program Kejar Paket B setara SLTP berbagai permasalahan berkaitan dengan warga belajar yang dihadapai diuraikan di bawah ini: 1. Lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar sesuai dengan yang dipersyaratkan pemerintah. 2. Latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadiran sangat rendah. 3. Warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan. 4. Motivasi belajar rendah, mereka menganggap dan berpendapat tanpa belajar mereka sudah mendapatkan uang. 5. Pelaksanaan evaluasi yang kurang baik. 6. Kesadaran belajar sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dimasyarakat dan aktivitas warga di lingkungannya.

19 28 Untuk mengatasi permasalahan harus diketahui cukup permasalahannya dan dan menganalisis penyebab timbulnya permasalahan. Dalam pengelolaan program Kejar Paket B khususnya pengelolaan warga belajarnya dapat dilakukan dengan cara pertimbangan atas dasar permasalahannya. Lokasi tempat tinggal warga belajar yang berjauhan sehingga sulit mendapatkan 40 orang warga belajar untuk dibentuk satu kelompok; untuk mengatasinya diperlukan sistem pengelolaan yang baik yang dilakukan oleh pengelola untuk mencari warga belajar yang merupakan tahap pertama dalam proses pengelolaan warga belajar. Mencari warga belajar Paket B cukup sulit, namun pengelola sedapat mungkin harus membuat warga masyarakat yang memang membutuhkan program ini menjadi tertarik. Strategi sosialisasi yang berkesan dan menarik sangat perlu direncakan dengan baik oleh pengelola, sehingga warga belajar disamping mendapatkan informasi juga mendapatkan manfaat dari informasi tersebut. Pengelola juga perlu melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat yang diangap sentral di masyarakat, karena untuk warga belajar di masyarakat pedesaan, peran tokoh masyarakat sangat penting dan cukup berpengaruh sehingga apapun kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh tokoh masyarakat yang bersangkutan akan dituruti oleh anggota masyarakat yang lain. Tingkat kehadiran rendah yang merupakan konsekuensi dari kondisi ekonomi masyarakat yang rendah dan mengharuskan mereka bekerja ekstra untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Seperti di ketehui bahwa salah satu karakteristik pendidikan luar sekolah adalah adanya keluesan dalam penentuan

20 29 waktu pelaksanaan belajar mengajarnya. Untuk meningkatkan kehadiran warga belajar perlu dilakukan perjadwalan yang sesuai dengan kondisi warga belajar dan pemilihan waktu dilakukan semaksimal mungkin dapat diikuti oleh semua warga belajar tanpa harus merugikan mereka dengan meninggalkan pekerjaan, pemilihan waktu ini akan lebih baik jika melibatkan seluruh warga belajar dengan musyawarah agar kesepakatan penjadwalan dapat dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Untuk meningkatkan motivasi belajar cara lainnya dengan mengadakan pelatihan atau kecakapan hidup, disamping mereka mendapatkan materi pelajaran mereka juga memperolah keterampilan dan keterampilan tersebut diusahakan benar-benar menjadi kebutuhan warga belajar dan kalau bisa dapat memanfaatkan potensi yang ada sehingga dengan keterampilan ini dimana sebagian modal atau bahan mentahnya sudah ada dapat meningkatkan ekonomi mereka. Richard M. Steer dalam (Sihombing, 2001:26) menyebutkan bahwa seseorang akan cenderung ikut serta dalam kegiatan organisasi (proses pembelajaran) hanya terbatas pada anggapan bahwa hasil atau imbalan yang mereka dapatkan sebanding dengan usaha yang mereka lakukan Program Paket B Setara SLTP 1. Konsep Program Paket B Setara SLTP Program Paket B meliputi Tingkatan tiga dengan derajat kompetensi Terampil 1 setara dengan kelas 8 SMP/MTs. Penekanannya pada penguasaan dan

21 30 penerapan konsep-konsep abstrak secara lebih meluas dan berlatih meningkatkan keterampilan berpikir dan bertindak logis dan etis, sehingga peserta didik mampu berkomunikasi melalui teks secara tertulis dan lisan, serta memecahkan masalah dengan menggunakan fenomena alam dan atau sosial yang lebih luas.tingkatan 4 dengan derajat kompetensi Terampil dua setara dengan kelas 9 SMP/MTs. Di sini menekankan peningkatan keterampilan berpikir dan mengolah informasi serta menerapkannya untuk menghasilkan karya sederhana yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat, sehingga peserta didik mampu secara aktif mengekspresikan diri dan mengkomunikasikan karyanya melalui teks secara lisan dan tertulis berdasarkan data dan informasi yang akurat secara etis, untuk memenuhi tuntutan keterampilan dunia kerja sederhana dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi. Berdasarkan petunjuk tekhnik program Kejar Paket B Program Kejar Paket B ialah suatu jenjang Pendidikan Luar Sekolah yang setara dengan sekolah lanjutan tingkat pertama sebagai lanjutan dari program kejar paket A kejar paket B adalah suatu kegiatan membelajarkan dengan sasaran warga belajar melalui proses belajar dengan menggunakan buku Paket B sebagai sarana utama yang isinya terdiri dari pendidikan dasar umum, yang setara dengan sekolah lanjutan tingkat pertama dan pendidikan ketrampilan untuk mengusahakan mata pencaharian sedangkan di dalam belajarnya kedua unsur tersebut dipelajari secara bersamaa/terpadu. Menurut Iskandar ( 1991:6) program paket B adalah suatu kegiatan membelajarkan dengan sasaran warga masyarakat melalui proses belajar dengan

22 31 menggunakan buku paket B sebagai sarana belajar utama yang isinya terdiri dari pendidikan dasar umum dan pendidikan ketrampilan untuk mengusahakan mata pencaharian yang setara dengan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) Sedangkan menurut peraturan pemerintah tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah pasal 18 ayat (3) menjelaskan bahwa kelompok Belajar paket B di selenggarakan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan setara sekolah lanjutan tingkat pertama. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa program paket B adalah suatu kegiatan membelajarkan bagi warga masyarakat yang membutuhkan pendidikan dasar umum ketrampilan mata pencaharian di mana dalam proses belajarnya menggunakan buku Paket B. Menurut Napitupulu ( 2005:32) mengemukakan ada dua tujuan program kejar paket B yaitu : 1) Meningkatkan pengetahuan ketrampilan danm sikap warga masyrakat yang tertinggal dalam pendidikan dasar dan ketrampilan mengusahakan mata pencaharian yang setara sekolah menengah pertama. 2) Menunjang pelaksana perintisan wajib belajar pendidikan dasar meliputi sekolah lanjutan tingkat pertama. Adapun tujuan yang dicapai dalam pelaksana Kejar Paket B adalah 1) Tujuan umum Program kejar paket B di selenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia lulusan SD dan putus SLTP sehoingga mereka dapat

23 32 mengembangkan pribadinya,bermata pencaharian tetap dan layak serta memperoleh pendidikan setara SLTP,dan melanjutkan kejenjang pendidikan luar sekolah 2) Tujuan khusus Bidang pendidikan dasar umum 1. Memiliki pengetahuan setara SLTP yang fungisional 2. Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk berkomunikasi,kemampuan dalam bidang social dan tekhnologi 3. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus belajar sepanjang hayat 4. Menguasai cara belajar pekerjaan dan berusaha efektif dan efisien 5. Terampil dan cerdas dalam berintegrasikan pendidikan dasar umum dengan pendidikan mata pencaharian Bidang pendidikan mata pencaharian 1. Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang berbagai kemungkinan pengembangan yang berasal dari sumber daya manusia dan sumber daya alam 2. Memiliki pengetahuan dan kemampuan mengelola mengembangkan dan membina mata pencaharian tertentu yang dapat di andalkan mejadi sumber nafkah 3. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk memasarka barang dan jasa yang dapat di jadikan sumber nafkah.

24 33 4. Memiliki kemampuan ndan kemauan untuk bekerja sama dengan orang lain dan mau ikut serta dalam kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. 5. Memiliki number mata pencaharian yang tetap dan penghasilan yang layak guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Anwas Iskandar (1991:7-8) sasaran Program Kejar Paket B ialah setiap warga Indonesia lulusan SD/MI, program kejar paket A, ujian persamaan SD dan yang putus sekolah lanjutan tingkat pertama berusia 13 tahun ke atas dengan prioritas tahun. 2. Pembelajaran Program Paket B Setara SLTP Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Hal tersebut tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, Dan Program Paket C Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 3. Pembelajaran Tatap Muka a. Kegiatan pendahuluan

25 34 Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran(arifin, 2009:12). Menurut Prawiradilaga (2008:138) dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan kondisi pembelajaran agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) mencatat kehadiran peserta didik, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran atau SK dan KD yang akan dicapai, 4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus, 5) mengajukan pertanyaan berkenaan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik untuk mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (Arfin, 2009:25). 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, pendidik:

26 35 a) membimbing peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik/tema yang akan dipelajari, b) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan mendalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dari berbagai sumber belajar dengan memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (alam takambang jadi guru), c) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, d) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, e) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, f) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. 2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, pendidik: a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,

27 36 e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan. (Arifin, 2009:131). 3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, pendidik: a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, e) Berfungsi sebagai nara sumber, pembimbing dan fasilitator dalam: (1) Menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar,

28 37 (2) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi, (3) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, (4) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif, (5) Membantu mencari solusi dan membimbing peserta didik dalam menghadapi permasalahannya, f) Memberi peluang dan waktu yang cukup bagi setiap peserta didik dalam kegiatan tutorial untuk menguasai materi pembelajaran. c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran, 2) Bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 4) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) Melakukan perencanaan kegiatan tindak lanjut melalui pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan konseling, atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, 6) Memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri,

29 38 7) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. c. Kegiatan Tutorial a) Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) Menyiapkan kondisi pembelajaran agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) Mencatat kehadiran peserta didik, 3) Menyampaikan tujuan tutorial. b) Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartsipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (Arfin, 2009:29). Dalam kegiatan inti, pendidik: 1. Mengidentifikasi materi-materi yang sulit bagi peserta didik, 2. Bersama peserta didik membahas materi, 3. Memberikan latihan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami setiap peserta didik, 4. Memberikan balikan dan penguatan. c) Kegiatan penutup

30 39 Menurut Yamin dan Maisah (2009:128), dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran, 2) Bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 4) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) Memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri, 6) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan tutorial berikutnya. d. Kegiatan Mandiri a) Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) Membangkitkan motivasi dan meneguhkan hasrat peserta didik mengarah kepada kegiatan belajar mandiri, 2) Bersama peserta didik merancang kegiatan belajar mandiri yang dituangkan dalam bentuk kontrak belajar yang mencakup sk dan kd, jenis tugas, dan waktu penyelesaian, 3) Bersama peserta didik mengidentifikasi bahan dan kelengkapan belajar lainnya yang akan digunakan seperti modul-modul pembelajaran, bukubuku sumber, dan media belajar lainnya.

31 40 b. Kegiatan inti Menurut Sardiman (2007:90), pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Dalam kegiatan inti, peserta didik: 1) Melaksanakan kegiatan belajar mandiri sesuai dengan kontrak belajar yang mencakup SK dan KD, jenis tugas, dan waktu penyelesaian, 2) Mengerjakan tugas-tugas yang terdapat pada modul, 3) Secara periodik melaporkan kemajuan belajar untuk mendapatkan umpan balik dari pendidik, c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) Melakukan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar mandiri, 2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar,

BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu

BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1 Konsep Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Dalam Permendiknas No 3 Tahun 2008 Tanggal 15 Januari 2008 Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Olin Raden Ibrahim Yakob Napu, Ummyssalam Duludu JURUSAN PLS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Abstrak Permasalahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, dan dilaksanakan secara nasional sejak tahun 1994, dari periode ini dapat dilihat proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun

BAB II KAJIAN TEORI. dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun BAB II KAJIAN TEORI A. Program Kesetaraan Kejar Paket C Pengertian untuk pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun

Lebih terperinci

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENGEMBANGAN KBM Menurut BSNP: Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK Kode: MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati Jenjang Sekolah: T/P : 2/2 SMA/MA/SMA-LB/SMK I. Kompetensi 1. Memahami model kooperatif 2. Memahami model pembelajaran berbasis masalah 3. Memahami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) atau Classroom Action Reseach (CAR). Menurut wijaya (2009:9)

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TELAAH SILABUS, RPP, TES DAN PEDOMAN OBSERVASI RESPONDEN: PENGAWAS/KEPALA SEKOLAH BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di PKBM Budi Utama Surabaya Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran matematika pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 G. URAIAN PROSEDUR KEGIATAN 18 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B. pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B. pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan BAB II KAJIAN TEORITIS A. Program Paket B 1. Konsep Program Paket B Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B (1994:1) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan program Paket B adalah salah satu program

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu

BAB II KAJIAN TEORITIS. unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu BAB II KAJIAN TEORITIS A.Kinerja 1. Pengertian Menurut Maler (dalam Kusumastuti, 2001) bahwa kinierja sebagai unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Ilyas (2001)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK PELATIHAN PEMBUATAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI I2M3 DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SD DI GUGUS XIV KECAMATAN BULELENG oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KHUSUS TUNANETRA, TUNARUNGU, TUNAGRAHITA, TUNADAKSA, DAN TUNALARAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu 2 sebagai simb

Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu 2 sebagai simb Calon PPL Prodi Matematika FKIP UNSWAGATI CIREBON Disampaikan Tanggal 27 28 juli 2010 Oleh Suhasono Kusiono Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KHUSUS TUNANETRA, TUNARUNGU, TUNAGRAHITA, TUNADAKSA, DAN TUNALARAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CONTOH RPA PADA PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN GURU RENCANA PENGAWASAN AKADEMIK (RPA-1)

CONTOH RPA PADA PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN GURU RENCANA PENGAWASAN AKADEMIK (RPA-1) CONTOH RPA PADA PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN GURU RENCANA PENGAWASAN AKADEMIK (RPA-1) Nama Sekolah : SMP Diradja Nama Kepala Sekolah : Drs. Surya Diradja, M.Pd. Alamat Sekolah :.Jalan Kapten Tendean,

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2. Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :...

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2. Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :... RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :... 1 2 PANDUAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih di bawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini nantinya akan bertujuan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Diajukan kepada : Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

B. Materi Ajar Permasalahan penduduk Indonesia (kuantitas dan kualitas). Dampak dari permasalahan penduduk terhadap pembangunan.

B. Materi Ajar Permasalahan penduduk Indonesia (kuantitas dan kualitas). Dampak dari permasalahan penduduk terhadap pembangunan. 80 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPN 1 Cipeucag Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : VIII / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. memahami permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN III. PELAKSA- NAAN PROSES PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN III. PELAKSA- NAAN PROSES PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Berdasar Permendiknas No 41 Th 2007 Disampaiakan pada Workshop Peningkatan Kualitas Pembelajaran dalam Rangka Pelaksanaan KTSP Di Pendopo Cahyana/Rumah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BIODATA. 1. Nama Lengkap : NIP : Jabatan : Pangkat/Golongan : Instansi : Tempat, Tanggal Lahir :...

BIODATA. 1. Nama Lengkap : NIP : Jabatan : Pangkat/Golongan : Instansi : Tempat, Tanggal Lahir :... BIODATA 1. Nama Lengkap :... 2. NIP :... 3. Jabatan :... 4. Pangkat/Golongan :... 5. Instansi :... 6. Tempat, Tanggal Lahir :... 7. Alamat Rumah :... 8. No Telpon Rumah :... 9. No HP Pribadi :... 10.Email

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar Menurut Nana Sudjana (2005: 28), belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya,

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerataan akses pendidikan dewasa ini telah menjadi trend meraih Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), dimana memiliki 3 Indikator yang saling terkait,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Perencanaan Pembelajaran Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen pengumpulan data yang berupa

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada bab VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan, pasal 13 ayat ( 1 ) dinyatakan bahwa proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

LAPORAN LOGO SAKOLA SMP... GARUT. HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu)

LAPORAN LOGO SAKOLA SMP... GARUT. HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu) LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu) LOGO SAKOLA Disusun Oleh : N a m a : NIP : Jabatan : Kepala SMP... Garut DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Suatu Penelitian terhadap Mahasiswa PPLK Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Almuslim) Rahmi Novalita Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Sejarah siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Mahasiswa PPL selum melaksanakan praktik mengajar di kelas, terlebih dahulu melaksanakan beberapa persiapan yang dapat mendukung kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS atau Social Studies adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan kecerdasan personal,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TERNATE, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN DEMMU KARO-KARO Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Email : demmu_karokaro@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Sekolah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.877, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pendidikan Nonformal. Satuan. Pendirian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 21 Purworejo Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : IX/2 Standar Kompetensi : 3. Memahami dampak globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam ikut serta memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini tertuang dalam pembukaan Undang-undang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F34211056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH A. Pandangan tentang Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 131 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS aspek perilaku yang berhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN I. UMUM Pembangunan Kabupaten Majene merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. ( memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : VIII/I Standar Kompetensi : 1. Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategi dalam pembangunan Nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci