BAB II KAJIAN TEORITIS. Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B. pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS. Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B. pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Program Paket B 1. Konsep Program Paket B Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B (1994:1) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan program Paket B adalah salah satu program pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan dikembangkan setara dengan sekolah lanjutan pertama. Program Paket B dilaksanakan terkait pula dengan usaha pemberantasan buta huruf di Indonesia yang terus digalakkan oleh pemerintah. Program tersebut selain untuk pemberantasan buta huruf di Indonesia juga untuk membantu para orang tua dari masyarakat ekonomi lemah yang tidak dapat mengikut sertakan anak-anak mereka pada pendidikan formal. Program Kejar Paket B merupakan salah satu program kegiatan membelajarkan warga belajar masyarakat, juga merupakan salah satu wujud kepedulian pemerintah terhadap pendidikan Nasional yang diselenggarakan khusunya menampung masyarakat Kecamatanil yang kurang mampu dan tidak memiliki kesempatan mengikuti pendidikan formal karena faktor ekonomi. Salah satu masalah besar yang selalu muncul ditengah masyarakat berkenaan dengan kerisauan orang terhadap program Paket B adalah proses pembelajaran hanya dilaksanakan dalam jangka waktu 2-3 hari per minggu dan dalam kesehariannya hanya berlangsung 1-2 jam. Bagaimana bisa dengan waktu pembelajaran yang semacam ini program paket B disetarakan dengan SMP yang 7

2 programnya dilaksanakan selam 6 hari per minggu dengan waktu belajar 6-7 jam setiap hari. Lebih dari itu pembelajaran disekolah formal tersebut berjalan dengan insentif, disiplin, inovatif, bahkan masih ditambah dengan berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, itu saja belum menjamin penuh warga belajar berhasil secara optimal dalam menempuh ujian akhir nasional. Selain jam pembelajaran yang sangat pendek, sarana prasarana yang belum begitu layak menjadi faktor efektifnya proses pembelajaran Paket B. Namun demikian adanya jaminan kesetaraan ijasanya, timbul spekulasi di kalangan para siswa atau siapapun termasuk yang gagal ujian nasional SLTP untuk serta merta masuk ke program Paket B. Mereka merasa dengan memasuki program Paket B pasti mendapatkan ijasah. Akibatnya timbul nuansa kekurangseriusan siswa SLTP baik mengikuti pelajaran sehari hari maupun dalam mengikuti Ujian Nasional. Oleh karena itu masyarakat memberi sorotan terhadap program program non formal seperti paket B. Masyarakat menilai efisiensi pembelajaran di program Paket B dalam kegiatan pembelajarannya yang seperti tatap muka 20%, tutorial minimal 30% dan mandiri maksimal 50% dari 25 orang warga belajar. Proses belajar Paket B adalah proses pembelajaran yang lebih mengarah pada belajar mandiri warga belajar, bukan proses pembelajaran bersama tutor. Karena itu diharapkan para warga belajar betul-betul menggunakan kesempatan belajar sendiri. Dengan demikian pada saat bertemu dengan tutor di tempat pembelajaran, diharapkan warga belajar tinggal melakukan pendalamanpendalaman terhadap materi-materi yang tidak bisa atau masih sulit untuk

3 dipelajarinya sendiri. Dengan sistim belajar yang semacam ini, diharapkan jam belajar siswa program paket B dan siswa SMP tidak jauh berbeda, soal intensitas kegiatan belajar dan pembelajaran, bagaimanapun juga antara program paket B dan SMP tersebut tidak sama. Dari Latar blakang kehidupan warga belajar SMP dan program peket B juga berbeda. Siswa sekolah formal sebahagian besar tidak dihadapkan pada kendala ekonomi yang demikian parah yang sampai membuatnya tidak bisa masuk sekolah, tetapi tidak demikian dengan warga belajar Program Paket B. Siswa sekolah formal sebagian besar juga tidak dihadapkan pada masalah-masalah sosial yang membuatnya tidak bisa hidup dengan tenang, teratur, damai, membanggakan seperti kegencangan keluarga, ketidak pedulian dan ketiadaan kasih saying orang tua, ketidakpastian hidup dan lain-lain, tetapi berbeda halnya dengan warga belajar pada program paket B. Situasi dan kondisi kehidupan yang berbeda tersebut benar-benar membedakan kondisi kejiwaan siswa yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan mental yang menjadi prasyarat untuk keberlangsungan proses belajar yang efektif. Kondisi inilah yang mengharuskan perbedaan pola penyelenggaraan pendidikan pada program paket B dibandingkan dengan SMP pada sekolah formal. Meskipun demikian, program paket B dituntut untuk berorientasi pada pemenuhan kebutuhan praktis warga belajar terkait dengan segi-segi sosial dan ekonomi melalui pengaitan program tersebut dengan pendidikan Kecamatanakapan hidup (life skills). Karenanya pada program peket B terintegrasi program keterampilan atau Kecamatanakapan hidup. 2. Dasar Penyelenggaraan Program Paket B

4 a. Landasan Hukum Landasan hukum penyelenggaraan program kesetaraan atau program paket B adalah : 1. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidkan Nasional (lembaran Negara tahun 2003 nomor 78, tambahan lembaran Negara 4301). 2. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang sistim pendidikan Nasional (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 nomor 41, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4496). 3. Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar Sembilan tahun dan pemberantasan buta Aksara. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 14 tahun 2007 tentang standar isi untuk Program paket B. 5. Kesepakatan Bersama Dekdiknas dengan Departemen Agama no. 19/E/207 dan no. 2 tahun 2007 tentang Program Pendidikan Luar Sekolah di lembaga keagamaan. 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 3 tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidkan Kesetaraan Program Paket B b. Tujuan Depdiknas (2008) menemukan suatu model penyelenggaraan paket B dapat memberikan pedoman untuk dijadikan acuan bagi penyelenggara dan tutor Pendidikan kesetaraan Paket B serta unsur tersebut. Secara rinci tujuan penyusunan model ini adalah :

5 1. Untuk menemukan sistim organisasi dan manajemen penyelenggaraan paket B. 2. Untuk menemukan perencanaan penyelenggaraan paket B. 3. Untuk menemukan model rekruitmen warga belajar dan nara sumber pada penyelenggaraan paket B. 4. Untuk menemukan sarana dan prasarana penyelenggaraan paket B. 5. Untuk menemukan model evaluasi dan model kemitraan penyelenggaraan program paket B. 6. Untuk menemukan model pengelolaan dan model kompetensi serta kurikulum pembelajaran. 7. Untuk menemukan model materi pembelajaran dan model proses pembelajaran paket B. 8. Untuk menemukan model evaluasi hasil pembelajaran dan tidak lanjut penyelenggaraan Paket B 2. Standar Proses Penyelenggaraan Program Paket B Standar Penyelenggaraan Program Paket B berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 tahun 2008 tanggal 15 januari 2008 yang diuraikan sebagai berikut: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran,

6 kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Perencanaan proses pembelajaran 1) Silabus Silabus sebagai acuan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pendidikan kesetaraan Program Paket B, memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu sesuai dengan jenis layanan pembelajaran, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), serta Kurikulum pendidikan kesetaraan 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar warga belajar dalam upaya mencapai KD. Setiap pendidik berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis, serta lingkungan warga belajar. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran. Pendidik merancang penggalan RPP untuk setiap aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan penjadualan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah:

7 a) Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran meliputi: satuan pendidikan, kelas/kelompok belajar, semester/tingkatan, program, mata pelajaran atau tema pelajaran, dan jumlah aktivitas pembelajaran. b) Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal warga belajar yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. c) Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai warga belajar dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. d) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. e) Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh warga belajar sesuai dengan kompetensi dasar. f) Materi pembelajaran

8 Materi pembelajaran adalah salah satu unsur penting dari elemen-eleman yang terdapat dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran harus dipandang sebagai sagala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk memfasilitasi belajar atau memberikan pengalaman yang berharga kepada siswa bagaimana menggunakan bahasa sasaran sesuai dengan konteksnya, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak sebagai bahan pelajaran. Guru dapat menggunakan materi dari buku, koran, majalah, kaset, video sebagai bahan pembelajaran. Harmer mengatakan bahwa ada tiga tahap yang disarankan dalam menilai sebuah materi ajar yang baik buat siswa. Pertama, untuk menilai materi ajar, seorang guru harus membuat catatan seberapa jauh aktifitas serta materi pelajaran yang ada di dalam buku tersebut bisa memberikan keberhasilan kepada siswa, untuk itu guru tentu saja harus membuat sejenis catatan Kecamatanil tentang apa yang dikerjakan siswa pada setiap unit pembelajaran. Kedua, setiap guru harus berdiskusi dengan rekan sejawatnya untuk membahas apabila materi yang ada di dalam buku ajar tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Ketiga, guru bisa mendapatkan umpan balik dari siswa setelah siswa diberikan materi ajar dari buku teks yang dipergunakan (Jeremy Harmer :1986: ). Sementara itu Winkel mengatakan bahwa pemilihan materi ajar yang baik untuk warga apabila seorang tutor hendaknya bisa menilai bila sebuah materi pelajaran tersebut baik atau tidak sesuai dengan kriteria sebagai berikut: (1) materi atau bahan ajar harus relevan terhadap tujuan

9 instruksional, materi tersebut harus bisa menunjukkan jenis perilaku yang dituntut dari warga, baik dalam bentuk kognitif, afektif serta psikomotorik. Lalu materi tersebut harus mampu menguasai tujuan instruksional berdasarkan aspek isinya; (2) tingkat kesulitan materi ajar harus sesuai dengan kemampuan siswa; (3) materi ajar hendaknya mampu membangkitkan motivasi siswa karena isinya yang relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari; (4) materi ajar hendaknya mampu melibatkan diri warga secara aktif, karena kegiatan pembelajaran yang tercantum di dalamnya; (5) materi ajar harus disesuaikan dengan prosedur pembelajaran didaktis terutama strategi pembelajaran yang sesuai dengan warga; (6) materi ajar yang baik biasanya sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia (W.S.Winkel:1991: ). g) Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. h) Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar warga belajar mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi warga belajar,

10 serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. i) Kegiatan pembelajaran a) Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian wargta belajar terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis warga belajar. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c) Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian diri dan refleksi, umpan balik, serta tindak lanjut. 10. Sumber belajar

11 Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. 11. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 3. Sistem Pembelajaran Paket B. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1. Pembelajaran Tatap Muka a. Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan kondisi pembelajaran agar warga belajar terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) mencatat kehadiran warga belajar, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran atau SK dan KD yang akan dicapai, 4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus, 5) Mengajukan pertanyaan berkenaan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki warga belajar untuk mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

12 memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis warga belajar. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik warga belajar dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, pendidik: a) membimbing warga belajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik/tema yang akan dipelajari, b) melibatkan warga belajar mencari informasi yang luas dan mendalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dari berbagai sumber belajar dengan memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (alam takambang jadi guru), c) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, d) memfasilitasi terjadinya interaksi antar warga belajar serta antara warga belajar dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, e) melibatkan warga belajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, f) Memfasilitasi warga belajar melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. 2) Elaborasi

13 Dalam kegiatan elaborasi, pendidik: a) membiasakan warga belajar membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, b) memfasilitasi warga belajar melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, d) memfasilitasi warga belajar dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, e) memfasilitasi warga belajar berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, f) memfasilitasi warga belajar membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, g) memfasilitasi warga belajar untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, h) Memfasilitasi warga belajar melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan. 3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, pendidik: a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan warga belajar, b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi warga belajar melalui berbagai sumber,

14 c) memfasilitasi warga belajar melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, d) memfasilitasi warga belajar untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, e) berfungsi sebagai nara sumber, pembimbing dan fasilitator dalam: (1) menjawab pertanyaan warga belajar yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar, (2) memberi acuan agar warga belajar dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi, (3) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, (4) memberikan motivasi kepada warga belajar yang kurang atau belum berpartisipasi aktif, (5) membantu mencari solusi dan membimbing warga belajar dalam menghadapi permasalahannya, f) memberi peluang dan waktu yang cukup bagi setiap warga belajar dalam kegiatan tutorial untuk menguasai materi pembelajaran. c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) bersama-sama dengan warga belajar membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran, 2) bersama warga belajar melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan,

15 4) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) melakukan perencanaan kegiatan tindak lanjut melalui pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan konseling, atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar warga belajar, 6) memotivasi warga belajar untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri, 7) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 2. Kegiatan Tutorial a. Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan kondisi pembelajaran agar warga belajar terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) mencatat kehadiran warga belajar, 3) Menyampaikan tujuan tutorial. b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartsipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis warga belajar. Kegiatan inti menggunakan

16 metode yang disesuaikan dengan karakteristik warga belajar dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan inti, pendidik: 1) mengidentifikasi materi-materi yang sulit bagi warga belajar, 2) bersama warga belajar membahas materi, 3) memberikan latihan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami setiap warga belajar, 4) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, 5) memfasilitasi terjadinya interaksi antar warga belajar serta antara warga belajar dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, 6) melibatkan warga belajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan balikan dan penguatan. c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) bersama-sama dengan warga belajar membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran, 2) bersama warga belajar melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 4) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) memotivasi warga belajar untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri,

17 6) melakukan kegiatan tindak lanjut melalui layanan konseling, dan/atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar warga belajar, 7) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan tutorial berikutnya. 3. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi warga belajar, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis atau lisan, dan nontes dalam bentuk pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. Penilaian hasil belajar untuk memperoleh ijazah Program Paket B, dilakukan setelah warga belajar mencapai SKK yang disyaratkan. 4. Pengawasan Proses Pembelajaran A. Pemantauan 1) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

18 2) Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. 3) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. B. Supervisi 1) Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. 3) Kegiatan supervisi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. C. Evaluasi 1) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan, b. Mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi warga belajar.

19 c. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran. d. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. D. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan. E. Tindak lanjut 1) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi standar. 2) Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum memenuhi standar. 3) Pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. B. Efektifitas Pembelajaran Paket B 1. Konsep Efektifitas Efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya ( Dalam kaitannya dengan efektifitas di SKB Kecamatan Sumalata, diterapkan beberapa aturan

20 Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. 2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi efektifitas Pembelajaran Paket B 1. Faktor Internal a) Faktor Lingkungan fisik Kelas Pembelajaran dalam kelas dilandasi oleh adanya interaksi tutor dengan warga belajar dalam konteks (hubungan) kelas, maka faktor fisik yang mempengaruhi pembelajaran didalm kelas mencakup tutor, warga belajar dan ruang kelas. Kondisi fisik tutor antara lain adalah penampilannya rapi, sehat, dan bersemangat dan harus percaya diri. Selain kondisi fisik tutor juga yang dapat menghambat tutor dalam pembelajaran di dalam kelas adalah kendisi fisik ruang kelas yang mencakup keamanan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan kegiatan ataupun aktifitas pembelajaran 1) Motivasi Belajar Motivasi belajar sangat penting bagi warga belajar, untuk dapat memberi motivasi dalam melaksanakan aktivitas guna mencapai tujuan yang dicapai.

21 Motivasi pada warga belajar adalah pembangkit, pemberi kekuatan dan pemberi arah pada tingkah laku yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersbut secara inplisit terkandung makna bahwa motovasi mempunyai beberapa unsur pokok yaitu: a) Bersifat menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan dalam diri individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam konteks pembelajaran maka motivasi dapat menimbulkan dorongan/ kekuatan kepada warga belajar untuk belajar. b) Motivasi mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku yang menjadi suatu oriontasi sebuah tujuan. c) Motivasi untuk menjaga dan menopang tingkah laku, sehingga lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dan kekuatan individu. 2) Minat Belajar Dapat dipahami bahwa minat merupakan unsur sangat penting dalam proses pembelajaran antara lain : a) Minat orang tua untuk menyekolahkan anak atau persepsi orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan. b) Minat warga untuk bersekolah dalam tingkat prestasi warga saat sekolah. c) Persaingan yang sangat ketat merupakan ajang kehidupan yang sangat berat bagi meereka yang tidak memiliki dasar pengetahuan, keterampilan praktis dan kemampuan dasar yang dapat dijadikan pijakan untuk menjalani hidup dan kehidupan lebih baik. Dalam hal ini pendidikan memberi kontribusi dan

22 jalan keluar yang sangat besar bagi penyiapan dan peningkatan sumber daya manusia yang senantiasa bersaing dalam berbagi situasi. d) Tersedianya berbagai fasilitas yang menyenangkan dalam hal ini sarana dan prasarana.oleh sebab itu yang sangat terpenting harus diperhatikan adalah mengusahakan agar hal yang disajikan seabagai pengalaman belajar itu mmenarik minat warga belajar. b) Faktor Sosial Dan Phisikologi Sebagaiman telah diungkapkan bahwa kelas merupakan masyarakat Kecamatanil tempat warga belajar. Kualitas interaksi sosialnya antara hubungan tutor dengan warga belajar juga dapat menghambat proses pembelajaran. Winzen, 1995 (dalam winatapura, 1999, 21) bahwa ; iklim psiko sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri dan sikap warga belajar terhadap ruangan belajar. Iklim psiko sosial ruangan belajar berkenaan dengan hubungan sosial pribadi antara tutor dengan warga belajar dan antara sesama warga belajar. Hubungan yang harmonis antara tutor dengan warga belajar serta antara sesama warga belajar agar dapat menciptakan iklim psiko sosial kelas yang sehat yang efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki tutor demi tercapainya iklim psiko sosial kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran yaitu: (1) disukai oleh warga belajar. (2) memilki persepsi yang realistik tentang dirinya warga belajar. (3) akrab dengan warga belajar dalam batas

23 hubungan tutor dengan warga belajar. ( 4) bersikap positif terhadap pertanyaan / respon warga belajar. (5) sabar, teguh dan tegas. 2. Faktor Eksternal a) Faktor Ekonomi Kendisi sosial ekonomi keluarga adalah merupakan peranan sangat penting terhadap pembelajaran aktivitas belajar warga, sebab kekurangan biaya dapat berpeluang mendapat hambatan dalam mengikuti pendidkan karena ketidak sanggupan orang tua dalam memenuhi kebutuhan sekolah dan keperluan warga dalam proses pembelajaran akhirnya kehadiran warga sangat rendah. Warga belajar memiliki tugas utama dalam memberi kebutuhan nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengijinkan. b) Faktor Lingkunagan Keluarga Di dalam pergaulan kita sehari-hari pelaksanaan pembelajaran di luar sekolah lebih banyak dari pada linkungan keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik apabila: 1). sarana rumah tempat tinggal warga belajar terasa tenang dan tentram sehingga warga dapat memusatkan perhatiannya pada kegiatan proses pembelajaran. 2) Rumah tangga kacau/broken home, sering kali juga dapat membuat warga belajar terganggu konsentrasinya. 3) orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan luar sehingga mengabaikan tugas untuk membimbing dan mendidik anak, maka anak akan mencari tempat pelariannya.

24 c) Faktor Lingkungan Masyarakat Warga belajar merupakan satuan kelompok makhluk hidup yang membutuhkan interaksi kondusif yang akan menunjang kegiatan proses pembelajaran pada warga. Itu sendiri. Kesadaran belajar sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di masyarakat dan aktivitas warga di lingkungannya. Budaya lebih mementingkan usaha yang mendatangkan pendapatan daripada mengenyam pendidikan yang hal ini berdapak pada animo masyarakat dalam proses pembelajaran di paket B. Suasana sosial yang kondusif memungkinkan warga dapat belajar dan mengembangkan potensi dirinya. Dalam hal ini orang tua dan tutor memiliki tugas dan peran dalam pengarahkan pergaulan warga belajar dalam lingkungan masyarakat. C. Peran PLS dalam Pembelajaran program Paket B Pembelajaran pada program paket B sudah diakui sebagai salah satu upaya yang diarahkan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan untuk menumbuhkembangkan motivasi berkreasi yang diwujudkan dalam bentuk karya yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga bangsa dan Negara yang dilandasi oleh sikap pengetahuan dan keterampilan serta budi pekerti yang luhur. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistim Pendidikan Nasinal memberi pengakuan terhadap penyelenggaraan Program Pendidikan non formal

25 sebagai dari sistim Pendidikan Nasional yakni mendorong terciptanya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Proses Pembelajaran program pendidikan non formal lebih mengedepankan prinsip demokratis dan fleksibilitas yang memberikan kesempatan dan kebebasan bagi masyarakat untuk menentukan kegiatan belajar yang diyakini sebagai kebutuhan belajar yang sangat diperlukan (community based education), baik dalam rangka peningkatan kualifikasi pendidikan maupun untuk menemukan solusi terhadap masalah tertentu melalui program pendidikan yang relevan. Pendidikan keterampilan dan program lainya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kendisi sosial ekonomi masyarakat sasaran, terutama dari kelompok masyarakat dengan kendisi ekonomi kurang menguntungkan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan yang bermanfaat sesuai dengan kebutuhan yang didukung dengan ijasah, sertifikat ataupun bentuk surat keterangan Pendidikan dan pelatihan yang lainnya yang disesuaikan dengan karakteristik program, kebijakan pemerintah dan peraturan yang berlaku. Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang dijalankan oleh Dinas Pendidikan Nasional Indonesia, justru sangat menyentuh kebutuhan dasar dari masyarakat. Karena pendidkan formal saat ini, dengan sekian banyaknya bidang studi yang dibebani dan sekian banyak permasalahan yang dihadapi terutama ekonomi yang sangat rentan belakagan ini. Selain itu jika berbicara tentang PLS maka sama halnya membicarakan tentang masyarakat dan yang menyelenggarakan program tersebut baik pemerintah dan penyelenggara sehingga sinergi antara dua bagian dapat menunjang program ini. Ada baiknya berbicara

26 persoalan harus dipahami secara baik sehingga dalam konteks apapun setiap pembicaraan dan setiap hal yang disosialisakan kepada masyarakat itu seharusnya sudah dipelajari secara baik dan sudah diteliti dilapangan keadaannya seperti apa.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENGEMBANGAN KBM Menurut BSNP: Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK Kode: MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati Jenjang Sekolah: T/P : 2/2 SMA/MA/SMA-LB/SMK I. Kompetensi 1. Memahami model kooperatif 2. Memahami model pembelajaran berbasis masalah 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) atau Classroom Action Reseach (CAR). Menurut wijaya (2009:9)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 G. URAIAN PROSEDUR KEGIATAN 18 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

B. Materi Ajar Permasalahan penduduk Indonesia (kuantitas dan kualitas). Dampak dari permasalahan penduduk terhadap pembangunan.

B. Materi Ajar Permasalahan penduduk Indonesia (kuantitas dan kualitas). Dampak dari permasalahan penduduk terhadap pembangunan. 80 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMPN 1 Cipeucag Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : VIII / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. memahami permasalahan

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TELAAH SILABUS, RPP, TES DAN PEDOMAN OBSERVASI RESPONDEN: PENGAWAS/KEPALA SEKOLAH BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN III. PELAKSA- NAAN PROSES PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN III. PELAKSA- NAAN PROSES PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Berdasar Permendiknas No 41 Th 2007 Disampaiakan pada Workshop Peningkatan Kualitas Pembelajaran dalam Rangka Pelaksanaan KTSP Di Pendopo Cahyana/Rumah

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KHUSUS TUNANETRA, TUNARUNGU, TUNAGRAHITA, TUNADAKSA, DAN TUNALARAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KHUSUS TUNANETRA, TUNARUNGU, TUNAGRAHITA, TUNADAKSA, DAN TUNALARAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun

BAB II KAJIAN TEORI. dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun BAB II KAJIAN TEORI A. Program Kesetaraan Kejar Paket C Pengertian untuk pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

CONTOH RPA PADA PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN GURU RENCANA PENGAWASAN AKADEMIK (RPA-1)

CONTOH RPA PADA PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN GURU RENCANA PENGAWASAN AKADEMIK (RPA-1) CONTOH RPA PADA PROGRAM PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN GURU RENCANA PENGAWASAN AKADEMIK (RPA-1) Nama Sekolah : SMP Diradja Nama Kepala Sekolah : Drs. Surya Diradja, M.Pd. Alamat Sekolah :.Jalan Kapten Tendean,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN HOLISTIK DALAM UPAYA PENCAPAIAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN HOLISTIK DALAM UPAYA PENCAPAIAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN HOLISTIK DALAM UPAYA PENCAPAIAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Biner Ambarita Abstrak Standar proses pembelajaran dapat terpenuhi jika sumber daya memenuhi tuntutan proses

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu 2 sebagai simb

Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu 2 sebagai simb Calon PPL Prodi Matematika FKIP UNSWAGATI CIREBON Disampaikan Tanggal 27 28 juli 2010 Oleh Suhasono Kusiono Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2. Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :...

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2. Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :... RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :... 1 2 PANDUAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di PKBM Budi Utama Surabaya Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran matematika pada

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK PELATIHAN PEMBUATAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI I2M3 DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SD DI GUGUS XIV KECAMATAN BULELENG oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (School Action Research),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (School Action Research), BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (School Action Research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah proses di sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu

BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1 Konsep Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Dalam Permendiknas No 3 Tahun 2008 Tanggal 15 Januari 2008 Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar Menurut Nana Sudjana (2005: 28), belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini nantinya akan bertujuan

Lebih terperinci

BIODATA. 1. Nama Lengkap : NIP : Jabatan : Pangkat/Golongan : Instansi : Tempat, Tanggal Lahir :...

BIODATA. 1. Nama Lengkap : NIP : Jabatan : Pangkat/Golongan : Instansi : Tempat, Tanggal Lahir :... BIODATA 1. Nama Lengkap :... 2. NIP :... 3. Jabatan :... 4. Pangkat/Golongan :... 5. Instansi :... 6. Tempat, Tanggal Lahir :... 7. Alamat Rumah :... 8. No Telpon Rumah :... 9. No HP Pribadi :... 10.Email

Lebih terperinci

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 REVIEW

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang STANDAR Proses UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2007 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 21 Purworejo Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : IX/2 Standar Kompetensi : 3. Memahami dampak globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

UNIT 1: RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1-1

UNIT 1: RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1-1 UNIT 1 RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1 RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 Pendahuluan DBE3 bertujuan untuk mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dan

Lebih terperinci

PENDALAMAN KURIKULUM 2013 NUR WAHYU ROCHMADI

PENDALAMAN KURIKULUM 2013 NUR WAHYU ROCHMADI PENDALAMAN KURIKULUM 2013 NUR WAHYU ROCHMADI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN P4L 2016 1 PENDAHULUAN Dinamika

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Mahasiswa PPL selum melaksanakan praktik mengajar di kelas, terlebih dahulu melaksanakan beberapa persiapan yang dapat mendukung kegiatan

Lebih terperinci

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar Teknik Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat Pembelajaran oleh: Pujianto *) Disarikan dari Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar, Depdiknas:2006 Mengapa perlu bahan ajar? Siswa memiliki karakteristik

Lebih terperinci

PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGARUH PERENCANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Suatu Penelitian terhadap Mahasiswa PPLK Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Almuslim) Rahmi Novalita Dosen Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlandaskan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN DEMMU KARO-KARO Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Email : demmu_karokaro@yahoo.com

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PERMIN 41 DAN PEMBUATAN RPP

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PERMIN 41 DAN PEMBUATAN RPP MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PERMIN 41 DAN PEMBUATAN RPP OLEH: WIDYA WATI DOSEN PEMBIMBING: Prof. FESTIYED, MS KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010 i KATA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar adalah salah satu yang perlu mendapat prioritas. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar adalah salah satu yang perlu mendapat prioritas. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pilar utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Begitu pentingnya arti pendidikan sebagai sarana untuk mencapai kualitas kehidupan sehingga

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu

BAB II KAJIAN TEORITIS. unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu BAB II KAJIAN TEORITIS A.Kinerja 1. Pengertian Menurut Maler (dalam Kusumastuti, 2001) bahwa kinierja sebagai unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Ilyas (2001)

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Perencanaan Pembelajaran Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen pengumpulan data yang berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

Pembelajaran Remedial

Pembelajaran Remedial Pembelajaran Remedial Posted on 13 Agustus 2008 Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Menurut Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karenanya,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : VIII/I Standar Kompetensi : 1. Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMA NEGERI 2 KOTAAGUNG Mata Pelajaran : BAHASA LAMPUNG Kelas / Semester : XI / I Alokasi waktu : 4 X 45 ( 2 x Pertemuan ) Standar Kompetensi 1.

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 THE STORY OF CHANGE When I was young I set out to change the world When I grew older I preceived that this was too ambitious So I set out to change my state

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP NEGERI 2 BANJAR Kelas : VII Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Musik Semester : 1 ( satu ) Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar kompetensi : 3. Mengapresiasi

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP PPT 3.1-1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/2 Standar Kompetensi : Aspek Mendengarkan 9. Mampu memahami wacana lisan melalui kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 21 Purworejo Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : VIII/I Standar Kompetensi : 1. Menampilkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Pembekalan Instruktur PLPG 2015

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Pembekalan Instruktur PLPG 2015 KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Pembekalan Instruktur PLPG 2015 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII s/d IX/ 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII s/d IX/ 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII s/d IX/ 1-2 Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SMP N Ayo Belajar 1 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/ 1 (Satu) Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP ASISI Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII (Tujuh) Semester : 1 (Satu) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu :ALJABAR 3. Menggunakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Kelas/ Semester : VIII / 1 ========================================================== ========

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Kelas/ Semester : VIII / 1 ========================================================== ======== RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMP N I Kota Mungkid : IPA Biologi Materi :Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Tumbuhan Kelas/ Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2x40

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Negeri 1 Bancar Kelas / Semester : VIII (Delapan) / II (Dua) Mata Pelajaran : Fisika-Kimia) Alokasi waktu : 8 X 40 ( 4 X pertemuan ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATEMATIKA SD

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATEMATIKA SD PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATEMATIKA SD Penulis: Supinah Pujiati Penilai: Wirdayani Bambang Nugroho Editor: Yuliawanto Lay out: Rina Kusumayanti Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : IX / 2 (Genap) Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

LAPORAN LOGO SAKOLA SMP... GARUT. HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu)

LAPORAN LOGO SAKOLA SMP... GARUT. HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu) LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu) LOGO SAKOLA Disusun Oleh : N a m a : NIP : Jabatan : Kepala SMP... Garut DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan modifikasi alat bola dan lembing berekor dalam pembelajaran aktivitas lempar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

PANDUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN EKPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI

PANDUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN EKPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI PANDUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN EKPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI Pengertian Kegiatan ekplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tecipta suasana kondusif yang memungkinkan siswa dapat melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci